Anda di halaman 1dari 159

PENGEMBANGAN MODEL PERAN PASIEN DALAM

MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG


RAWAT INAP RUMAH SAKIT UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA

PROPOSAL

Oleh:

ESRINA SINAGA
217046030
ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2022

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR SKEMA.................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
Latar Belakang.........................................................................................................1
Perumusan Masalah...............................................................................................10
Tujuan Penelitian...................................................................................................10
Manfaat Penelitian.................................................................................................11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................12


Konsep Peran.........................................................................................................12
Konsep Keselamatan Pasien..................................................................................30
Landasan Teori Keperawatan.................................................................................41
Kerangka Konsep Penelitian..................................................................................46
Konsep Action Research........................................................................................47

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.............................................................52


Desain Penelitian....................................................................................................52
Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................................54
Partisipan................................................................................................................57
Metode Pengumpulan Data....................................................................................57
Alat Pengumpulan Data.........................................................................................60
Prosedur Pengumpulan Data..................................................................................63
Validitas.................................................................................................................65
Tahapan Penelitian Action Research......................................................................66
Variabel dan Definisi Operasional.........................................................................72
Metode Analisis Data.............................................................................................72
Pertimbangan Etik..................................................................................................73
Kesahihan Data (Trushworthiness)........................................................................74

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................124
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Saat ini kebijakan internasional menekankan kepada peningkatan

keterlibatan pasien dan keluarga selama perawatan untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien (patient safety), serta mencegah

terjadinya kesalahan medis dan efek samping yang ditimbulkannya (Rainey,

2013). Penelitian yang ada saat ini masih difokuskan kepada peran tenaga

kesehatan dalam mengenali dan memberikan respon kepada pasien dengan

penyakit akut agar pasien-pasien ini menunjukkan keterlibatan mereka dengan

memberikan pendapat terkait dengan kondisi yang mereka alami.

Namun disatu sisi pasien atau keluarga dapat mengenali tanda-tanda

kondisi perburukan mereka sebelum petugas kesehatan mengetahuinya. Sebuah

strategi tepat yang memfasilitasi pasien berbicara tentang kondisi kesehatannya

membantu untuk menemukan awal pengobatan yang dijalani (Rainey, 2013).

Beberapa peran pasien dalam pelaksanaan keselamatan pasien antara

lain diagnosa, pengambilan keputusan tentang pengobatan, pilihan penyediaan

layanan kesehatan, memastikan bahwa pengobatan yang diberikan sudah

seperti yang direncanakan dan penanganan dengan tepat terhadap kejadian

yang merugikan beserta efek samping yang ditimbulkan kepada pasien (Peat,

2010). Strategi untuk memfasilitasi pasien dan keluarga dalam mendeteksi

dini penyakit akut telah disarankan sebagai suatu cara agar pasien dan keluarga

berkontribusi terhadap pelaksanaan keselamatan pasien (Hurwitz, 2009).

Universitas Sumatera Utara


1

Peningkatan keterlibatan pasien dan masyarakat merupakan elemen utama dari

kebijakan kesehatan dan merupakan tujuan pencapaian kesehatan yang 'berpusat

pada pasien'. Banyak pasien ingin menjadi peserta aktif dalam perawatan

kesehatan mereka sendiri, mereka ingin berbagi, membuat keputusan terkait

perawatan dan pengobatan mereka, mendapatkan pelayanan yang tepat dan cepat

terkait dengan kebutuhan dan keinginan mereka, dan menghindari terjadinya

kesalahan. Akan tetapi keterlibatan pasien yang terbesar bukan hanya berkaitan

dengan memberikan respon terhadap permintaan yang mereka sampaikan secara

umum (Hurwitz, 2009).

Penelitian yang dilakukan di Amerika oleh Weingart (2011) terkait dengan

partisipasi pasien dan hubungannya dengan kualitas pelayanan serta keselamatan

pasien menunjukkan bahwa 81.2 % responden perpartisipasi aktif dalam

pelayanan kesehatan yang diberikan kepada mereka dengan, 86.0% responden

merasa mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan perawat

atau dokter dan 79.1% mengatakan bahwa mereka selalu dikunjungi untuk

memastikan keinginan mereka terkait perawatan yang diterima selalu

ditindaklanjuti.

Sementara itu lebih dari 89.1% pasien yang berpartisipasi kuat dalam perawatan

kesehatan mereka mengatakan bahwa mereka menerima kualitas pelayanan yang

sangat baik dan mengurangi terjadinya kejadian yang buruk selama mereka

Universitas Sumatera Utara


dirawat di rumah sakit (Weingart, 2011).

Ada bukti yang signifikan dari hasil penelitian yang lain, yang memperlihatkan

bahwa keterlibatan pasien dapat memperbaiki tingkat kepatuhan pasien dalam

menjalankan pengobatan dan hasil perawatan yang diterima juga meningkatkan

kepuasan pasien. Keterlibatan pasien juga dapat menyebabkan pelaksanaan

keselamatan pasien berjalan dengan baik (Hurwitz, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Rainey (2013)

terhadap 13 pasien dan 7 keluarga di rumah sakit di

Inggris melalui indepth interview mengatakan bahwa

keselamatan pasien dipengaruhi oleh keterlibatan mereka

dalam bentuk memberikan pendapat kepada petugas

kesehatan terkait dengan pelayanan kesehatan yang

diberikan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Skagerström

(2017) terhadap 11 perawat RN dan 8 perawat asisten di

Swedia menyatakan bahwa profesional kesehatan

berperan aktif memotivasi pasien untuk untuk dapat

terlibat dalam pelaksanaan keselamatan pasien.

Dari hasil penelitian ini perawat menyatakan

bahwa keterlibatan pasien adalah tanggung jawab

bersama. Mereka juga menekankan bahwa penyedia

layanan kesehatan memiliki tanggung jawab untuk

menciptakan peluang bagi pasien untuk berpartisipasi.

Universitas Sumatera Utara


Disamping itu keterlibatan dapat dihambat oleh faktor-

faktor yang berhubungan dengan pasien, sumber daya

penyedia layanan untuk kesehatan, sistem daripada

perawatan kesehatan itu sendiri dan responden

menyatakan bahwa keterlibatan pasien dapat

menyebabkan perawatan dan manfaat yang lebih aman

bagi pasien secara individu (Skagerström , 20

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap perawat

di Malaysia menunjukkan bahwa perawatan yang

berpusat pada pasien dan interaksi lebih lama dengan

pasien yang dilakukan oleh perawat meningkatkan

partisipasi pasien dalam pelaksanaan keselamatan pasien

(Jarrar, 2018).

Pasien harus memiliki peran dalam meningkatkan

kualitas dan keamanan perawatan yang mereka terima.

Pasien ikut serta dalam mengelola kesehatan mereka

seperti pemberian obat-obatan atau menggunakan

peralatan medis mempengaruhi keamanan mereka,

terutama jika tidak dilakukan dengan benar. Pasien

membutuhkan pendidikan, dukungan dan informasi yang

tepat waktu untuk memastikan bahwa mereka dapat

menjaga kesehatan mereka secara efektif, termasuk

Universitas Sumatera Utara


pedoman tentang bagaimana mengidentifikasi dan

menanggapi tanda- tanda peringatan dini (Hurwitz,

2009).

Definisi dari partisipasi pasien adalah keterlibatan

aktif pasien dalam perencanaan, pemberian pelayanan

kesehatan, monitoring dan evaluasi perawatan mereka

sendiri. Peran pasien tidak boleh terlalu ditekankan untuk

menghindari risiko pasien mengalami terlalu banyak

tekanan dan tanggung jawab, terkait kebebasan pasien

untuk memilih pengobatan yang mereka inginkan.

Sementara beberapa faktor yang mempengaruhi

partisipasi pasien dalam keselamatan pasien, antara lain

kepribadian, motivasi, tingkat pendidikan, kondisi pasien

serta sikap professional petugas kesehatan untuk

meningkatkan keselamatan pasien. (Skagerström, 2017).

Strategi untuk mengurangi efek samping dalam

perawatan kesehatan difokuskan kepada perubahan

sistem perawatan dan perilaku profesional. Di Inggris dan

negara-negara lain mulai meningkatkan keterlibatkan

pasien atau

keluarga dalam upaya untuk meningkatkan keselamatan

pasien. Ada sejumlah cara di mana pasien berkontribusi

Universitas Sumatera Utara


terhadap keselamatan pasien saat mendapatkan pelayanan

kesehatan dan terlibat secara aktif (Rainey, 2013).

Pasien dan keluarga secara aktif ikut serta dalam

peningkatan pelayanan kesehatan. Partisipasi pasien

dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas perawatan

dan mencegah kesalahan medis serta digunakan dalam

penelitian terkait dengan peran pasien meningkatkan

keselamatan pasien dan World Health Organization

(WHO) merekomendasikan hal tersebut (Longtin, 2010).

Disamping itu tenaga kesehatan khususnya perawat harus

meningkatkan partisipasi pasien dengan memotivasi

mereka dan menyediakan informasi yang relevan serta

mempunyai kompetensi untuk mendukung, memimpin

dan menyediakan sumber yang dibutuhkan untuk

memodifikasi lingkungan agar partisipasi pasien dapat

dilaksanakan dan bernilai bagi tenaga kesehatan

Sahlström (2019).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sahlström

(2019) di lima rumah sakit universitas Finlandia

mengatakan bahwa 78% pasien menilai keselamatan

mereka di bangsal rawatan sangat bagus pelaksanaannya,

20% pasien menilai keselamatan mereka di bangsal

Universitas Sumatera Utara


rawatan dapat diterima ataupun tidak terlalu baik. Yang

mendukung tingginya pelaksanaan praktek keselamatan

pasien yang melibatkan pasien di dalamnya adalah

menginformasikan kepada pasien tentang penelitian itu

sendiri dan memotivasi mereka untuk mau terlibat dalam

keselamatan pasien, menyediakan informasi penting

dengan cepat dan komprehensif serta meningkatkan

kemampuan pasien untuk mengenali terjadinya insiden

keselamatan pasien.

Program WHO dalam keselamatan pasien adalah

―WHO Patients Safety‖ dimulai tahun 2004 yakni

mengkoordinasikan, memfasilitasi, mengadvokasi

perubahan serta menghasilkan dan berbagi pengetahuan

kepada seluruh dunia terkait penerapan keselamatan

pasien (Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah

Sakit, 2015).

Pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk

menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan

Hiprocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum,

non nocere (First, do no harm). Dengan semakin

berkembangnya ilmu dan teknologi di pelayanan

kesehatan risiko pasien cedera meningkat. Di rumah sakit

terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,

Universitas Sumatera Utara


banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga

profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan

pasien 24 jam terus menerus sehingga diperluannya peran

aktif perawat untuk memotivasi pasien terlibat dalam

keselamatan pasien (Pedoman Nasional Keselamatan

Pasien Rumah Sakit, 2015).

Perawat berperan aktif dalam mendorong

keterlibatan pasien. Pasien kurang terlibat dalam

perilaku yang mengharuskan mereka untuk

mempertanyakan tindakan dokter atau perawat yang baru

atau asing bagi mereka. Pasien juga dapat terlibat dalam

dua perilaku terkait keselamatan pasien seperti

mengingatkan staf kesehatan untuk mencuci tangan

mereka dan memberitahukan staf kesehatan jika mereka

tidak memakai gelang identifikasi rumah sakit (Davis,

2012).

Manfaat yang ditimbulkan dari peran serta pasien

dalam keselamatan pasien antara lain dapat mengurangi

dampak negatif akibat kesalahan tindakan medis

termasuk pemberdayaan pasien. Pencegahan terjadinya

insiden merupakan motivasi utama keterlibatan pasien

dalam keselamatan pasien (Schwappach 2010). Banyak

Universitas Sumatera Utara


pasien bersedia dan mampu untuk membantu dalam

mencegah terjadinya kesalahan tindakan medis

(Vaismoradi 2014).

Di Indonesia undang-undang yang terkait dengan

pelayanan di rumah sakit dan keselamatan pasien diatur

dalam pasal 43 UU nomor 44/2009 tentang Rumah Sakit

dan Permenkes No 11 tahun 2017 ttg Keselamatan Pasien

serta peraturan Menteri Kesehatan RI No 251 tahun 2012.

Gerakan keselamatan pasien dimulai ketika Perhimpunan

Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) mengambil

inisiatif membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah

Sakit pada tahun 2005, kemudian berubah menjadi

Institut Keselamatan Pasien Rumah Sakit (IKPRS).

Keselamatan Pasien telah menjadi bagian dari

kesadaran dan kebutuhan bersama serta merupakan

komitmen global dalam meningkatkan kualitas dan

akuntabilitas dalam pelayanan kesehatan, maka

diperlukan gerakan nasional keselamatan dan penting

bagi rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang

berfokus pada pasien. Standar Keselamatan Pasien

wajib diterapkan rumah sakit

dan penilaian yang dilakukan dengan menggunakan

Universitas Sumatera Utara


Instrumen Akreditasi Rumah Sakit (KARS, 2019).

Hak dan kewajiban pasien diatur dalam Undang-

Undang No.44/2009 dan PMK No.69 tahun 2014 dan

standar akreditasi rumah sakit terkait HPK (Hak Pasien

dan Keluarga) tentang mendidik pasien dan keluarga

yakni rumah sakit harus mendidik pasien dan

keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab

pasien dalam asuhan pasien. Keselamatan pasien dalam

pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan

keterlibatan pasien yang merupakan mitra dalam proses

pelayanan. Rumah sakit mendukung hak pasien dan

keluarga untuk berpartisipasi dalam proses pelayanan

(Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit,

2015).

Pasien yang sedang dirawat di rumah sakit wajib

diberikan informasi dan edukasi secara jelas dan benar

terkait dengan perencanaan dan hasil dari pelayanan

yang diberikan, pengobatan yang diterima ataupun

prosedur yang harus dijalankan oleh pasien termasuk

didalamnya kemungkinan akan terjadinya Kejadian Tidak

Diharapkan. Rumah sakit mendukung hak pasien dan

keluarga untuk berpartisipasi dalam proses pelayanan,

mendukung dan meningkatkan keterlibatan pasien dan

Universitas Sumatera Utara


keluarganya dalam semua aspek pelayanan dengan

mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan

dan prosedur yang terkait (Pedoman Nasional

Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 2015).

Oleh karena itu, di rumah sakit harus ada sistem

dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang

kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan

pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien

dan keluarga dapat

: 1). Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.


2). Mengetahui

kewajiban dan tanggung (Pedoman Nasional

Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 2015). Partisipasi

pasien memberikan manfaat tersendiri kepada pasien dan

hal ini merupakan inti dari perawatan yang berfokus

kepada pasien sebab pasien yakin jika mereka memiliki

kemampuan untuk mencegah terjadinya kesalahan medis

sehingga mereka memainkan peran yang penting untuk

mencegah terjadinya kerjadian yang tidak diharapkan

(Tobiano, 2015).

Pasien dan keluarga diberikan motivasi untuk

berpartisipasi dalam proses pelayanan dengan memberi

kesempatan untuk memberi pendapat dan mengajukan

Universitas Sumatera Utara


pertanyaan kepada staf untuk meyakinkan pemahaman

yang benar dan mengantisipasi partisipasi. Staf mengakui

peran penting pasien dalam pemberian pelayanan yang

aman, asuhan berkualitas tinggi. Kesempatan berinteraksi

dengan staf, pasien, dan keluarga mengijinkan umpan

balik untuk menjamin bahwa informasi dipahami,

bermanfaat, dan dapat digunakan (KARS, 2019).

Sasaran Keselamatan Pasien merupakan sebuah

syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang

diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit.

Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-

Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient

Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite

Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS PERSI), dan

dari Joint Commission International Accreditation (JCI).

Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah

mendorong peningkatan spesifik dalam keselamatan

pasien.

Di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

model peran pasien dalam meningkatkan keselamatan

pasien di ruang rawat inap tertuang di dalam SPO yang

dilaksanakan oleh perawat sehingga pasien tidak dapat

membaca SPO tersebut dan model peran pasien yang

Universitas Sumatera Utara


ada di ruang rawat inap dibuat dalam

bentuk tulisan yang ditempelkan di dinding kamar pasien

dekat dengan pintu ruangan pasien dengan judul

―Langkah-langkah keselamatan untuk mencegah pasien

jatuh‖. Hal ini belum mencakup keenam sasaran

keselamatan pasien sehingga perlu dibuatkan model

peran pasien dalam meningkatkan keselamatan pasien di

ruang rawat inap sehingga melihat pentingnya peran

pasien tersebut maka, peneliti tertarik untuk membuat

desain (blue print) model peran pasien dalam

meningkatkan keselamatan pasien di ruang rawat inap

rumah sakit Universitas Sumatera Utara.

Perumusan Masalah

Perawat berperan aktif dalam memotivasi

keterlibatan pasien menjalankan keselamatan pasien.

Pasien kurang terlibat dalam perilaku yang mengharuskan

mereka mempertanyakan tindakan perawat yang baru

atau asing bagi mereka. Perhatian khusus harus diberikan

untuk meningkatkan partisipasi pasien dalam bentuk

perilaku yang dianggap sebagai kemampuan pasien yang

dapat memotivasi staf kesehatan karena hal ini

merupakan perilaku pasien yang bersedia untuk terlibat

Universitas Sumatera Utara


dalam pelayanan yang diberikan perawat. Salah satu cara

untuk meningkatkan peran pasien dalam keselamatan

pasien yaitu melalui pengembangan model peran pasien

dalam meningkatkan keselamatan pasien di ruang rawat

inap. Model ini sudah dikembangkan di luar negeri

namun masih sedikit di Indonesia. Permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana pengembangan model

peran pasien dalam meningkatkan keselamatan pasien di

ruang rawat inap rumah sakit Universitas Sumatera

Utara?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan

model peran pasien dalam meningkatkan keselamatan

pasien di ruang rawat inap rumah sakit Universitas

Sumatera Utara

Manfaat Penelitian

Pelayanan keperawatan

Hasil dari penelitian ini dapat di

implementasikan dalam pelayanan keperawatan

khususnya dalam meningkatkan keselamatan pasien

Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Diharapkan agar peneliti selanjutnya melakukan

pengukuran terkait efektivitas dari implementasi model

peran pasien dalam meningkatkan keselamatan pasien

yang telah dilakukan.

Pendidikan

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar

pengembangan ilmu keperawatan khususnya terkait

manajemen keperawatan. Pengembangan model peran

pasien dalam meningkatkan keselamatan pasien yang

dilaksanakan di rumah sakit sebagai bentuk aplikasi ilmu

yang diperoleh dipendidikan.

Perawat

Manfaat penelitian ini bagi perawat sebagai acuan

dalam memberikan edukasi kepada pasien sebagai bagian

dari pelayanan asuhan keperawatan pasien untuk

meningkatkan keselamatan pasien.

Universitas Sumatera Utara


B

Konsep Peran

Definisi Peran

Peran adalah sesuatu yang berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara


orang atau konteks tertentu yakni dalam hal konten atau

fungsi yang dilakukan oleh peran yang dapat

diidentifikasi melalui beberapa kriteria secara bersamaan

ataupun satu kriteria (Biddle, 1979).

Teori peran muncul dalam beberapa ilmu-ilmu

sosial. Sosiologi, psikologi, dan antropologi telah

memberi kontribusi pada pengembangan teori peran dan

menggunakan teori tersebut dalam upaya penelitian

mereka. Teori peran memberikan penjelasan yang cukup

dalam yang memungkinkannya untuk mengambil

manfaat dan menerapkan pengendalian prinsip menjadi

suatu pertimbangan. Ada beberapa alasan menurut Biddle

(1979) mengapa teori peran telah menimbulkan

antusiasme di antara para peneliti dari beberapa disiplin

ilmu yakni :

1. Teori peran merupakan tempat pertemuan dan

pemersatu banyak disiplin ilmu yang berbeda yang

datang secara bersama-sama di mana disiplin ilmu

ini menemukan istilah umum dan konsep yang

terkait dengan peran.

2. Teori peran sebagai ilmu karena berlaku untuk

persepsi manusia dan pengalaman, mencakup

berbagai ilmu-ilmu sosial yang secara tradisional

Universitas Sumatera Utara


memiliki minat yang dalam dan umum, ditakdirkan

untuk bekerja secara empiris di atasnya.

12

Universitas Sumatera Utara


13

3. Konsep peran yang berdasarkan istilah memiliki

makna yang banyak dalam bahasa umum, teori peran

menawarkan cara untuk mengekspresikan pikiran

konkrit maupun pengertian abstrak peneliti. Oleh

karena itu, teori peran menyediakan kerangka kerja

yang kuat yang juga menarik bagi praktisi. Hal ini

membuat penggunaan istilah dari berbagai bahasa

secara umum dan menghubungkan fakta-fakta secara

jelas dari perilaku dan pengalaman subjektif dari

orang-orang yang menjalankan peran tersebut.

Teori peran adalah tentang perilaku manusia yang

membedakan perilaku individu dan proses fenomenal

yang terjadi. Teori peran dimulai dengan satu harapan

yang berpegang teguh kepada aturan-aturan yang berlaku

untuk posisi tertentu ataupun status dalam struktur sosial

dan peran yang sesuai atau perilaku dalam interaksi

dengan orang lain. Teori peran menegaskan bahwa

norma-norma yang mengatur interaksi yang ada untuk

tujuan mewujudkan tujuan tertentu dari interaksi.

Singkatnya, perilaku normatif adalah tujuan yang

berorientasi (Biddle, 1979).

Universitas Sumatera Utara


Teori peran dimulai dengan seperangkat harapan

normative yang ada untuk mendefinisikan posisi atau

status tertentu dalam struktur social serta peran atau

perilaku yang sesuai dalam interaksi dengan orang lain

(Hunter, 2015; Richard, 2015). Seberapa baiknya

seseorang mengetahui tentang peran-peran ini yang

sesuai dengan harapan normatif terkait dengan perilaku

yang berhubungan dengan peran masing-masing dapat

melihat melalui fungsi yang dijalankan dari pengalaman

dan pengetahuan yang sebelumnya telah diperoleh secara

langsung ataupun pengamatan melalui media,

percakapan, dan lain-lain (Hunter, 2015).

Universitas Sumatera Utara


Teori peran dirancang untuk menjelaskan

bagaimana individu yang menempati posisi sosial

tertentu diharapkan untuk berperilaku dan bagaimana

mereka mengharapkan orang lain untuk berperilaku.

Teori peran didasarkan pada observasi bahwa orang

berperilaku dan perilaku individu adalah konteks spesifik,

berdasarkan posisi dan situasi sosial mereka dan teori

peran sering digambarkan menggunakan metafora teater

(Hindin, 2007; Richard, 2015). Peran dikaitkan dengan

posisi sosial, perilaku yang terkait dengan posisi sosial,

atau perilaku khas. Beberapa teori mengatakan bahwa

peran adalah harapan tentang bagaimana individual harus

bersikap, atau bagaimana individu sebenarnya

berperilaku dalam posisi sosial tertentu (Richard, 2015).

Pendapat teori yang lain mengatakan bahwa peran

adalah perilaku karakteristik atau perilaku yang

diharapkan, bagian yang akan dimainkan, atau tata cara

untuk berinteraksi social (Hindin, 2007). Teori peran

menegaskan bahwa norma-norma yang mengatur

interaksi yang ada untuk mewujudkan tujuan tertentu

dari interaksi dan perilaku normatif adalah tujuannya

(Hunter, 2015).

Jenis-Jenis Peran

Universitas Sumatera Utara


Ada beberapa jenis peran menurut Hindin (2007) yakni :

1. Teori peran Fungsional dimana peran dianggap

preskriptif dan memahami peran dari apa yang

diharapkan. Peran tersebut dipelajari dan individu

diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan peran

dan sanksi lain yang menyimpang dari peran yang

mereka jalankan. Salah satu aspek kunci dari teori

peran fungsional adalah bahwa sistem sosial

dianggap stabil. Individu dalam perspektif ini

mempelajari peran yang normative, mengarahkan

perilaku yang sesuai. Seperti fungsionalisme pada

umumnya, teori peran

54

Universitas Sumatera Utara


fungsional dibatasi oleh fakta bahwa posisi sosial

dan peran tidak selalu jelas digambarkan atau

bersifat tetap pada sistem sosial yang paling tidak

stabil.

2. Teori peran interaksionis simbolik dimana peran

dipelajari melalui interaksi sosial, dan tidak seperti

teori peran fungsional, teori peran interaksionis

simbolis menunjukkan bahwa norma-norma yang

dikembangkan melalui interaksi sosial dan bersifat

kurang preskriptif. Teori datang kedalam teori peran

dari tradisi interaksionis simbolik dengan

mempertimbangkan bagaimana peran yang

dimainkan dan bagaimana dampak dari

dimainkannya peran tersebut bagi yang memerankan

ataupun yang lainnya.

3. Teori peran Struktural adalah perspektif yang paling

terkait dengan tradisi dramaturgi (teori yang

mengemukakan bahwa teater dan drama mempunyai

maksa yang sama dengan interaksi social dalam

kehidupan sosial). Teori peran struktural

menganggap peran sebagai bagian yang dimainkan

oleh aktor dalam skrip yang ditulis oleh masyarakat.

Struktur sosial atau script relatif tetap, seperti dalam

Universitas Sumatera Utara


perspektif fungsionalis. Masyarakat digambarkan

sebagai suatu sistem substruktur fungsional dan aktor

belajar tentang peran mereka melalui interaksi yang

terjadi secara berulang-ulang. Individu umumnya

berinteraksi dalam kelompok yang digambarkan oleh

orang-orang dengan tujuan bersama dan bersedia

untuk saling bekerja sama. Meskipun mempunyai

tujuan bersama yang ingin dicapai, tidak semua

orang memiliki peran yang sama dalam suatu

kelompok. Namun di dalam teori peran ini tidak

dijelaskan bagaimana perubahan sosial dicapai dan

apa yang terjadi pada aktor yang memilih untuk

tidak menyesuaikan diri dengan tujuan kelompok.

Universitas Sumatera Utara


4. Teori peran organisatoris berkaitan dengan peran

organisasi formal dan bagaimana individu-individu

yang terlibat berinteraksi dengan organisasi-

organisasi ini. Peran berhubungan dengan posisi

sosial dan berasal dari harapan normatif yang

dihasilkan oleh organisasi. Peran individu didasarkan

pada harapan normatif dari posisi sosial yang

diberikan serta dari kelompok- kelompok informal

dalam organisasi. Perspektif pada teori peran ini

memungkinkan untuk terjadinya konflik peran dan

ketegangan peran. Teori peran Organisasional sering

digunakan untuk bisnis, serta untuk kalangan

psikolog dan sosiolog. Perspektif ini telah digunakan

untuk menganalisis empiris lebih sering daripada

beberapa perspektif lain.

5. Teori peran kognitif paling sering diterapkan oleh para


psikolog sosial.

Perspektif ini berfokus pada hubungan antara

individual, harapan peran, dan perilaku. Ini adalah

salah satu perspektif yang menghasilkan penelitian

yang lebih empiris.

Universitas Sumatera Utara


n

Universitas Sumatera Utara


i

Dimensi peran terdiri dari dua dimensi secara

independen menurut Biddle (1979) yakni: 1) Peran

kontekstualisasi yang ditujukan bagi mereka yang

perilakunya dibatasi oleh batas-batas konteks, apakah

konteks itu sebagai bentuk pengaturan, kegiatan, atau apa

pun, 2) Peran personalisasi yang ditujukan bagi mereka

yang kinerjanya terbatas tetapi hanya berhubungan

dengan satu individu.

Peran bervariasi dalam hal kompleksitas menurut

Biddle (1979) yang terdiri dari beberapa aspek berbeda

yang terkadang tidak muncul secara bersamaan serta

dapat dilihat dari beberapa hal yakni: 1) Luasnya, atau

kisaran

Universitas Sumatera Utara


karakteristik perilaku yang muncul dalam peran. Dalam

situasi bingung atau rutin, atau di mana orang dari

berbagai latar belakang yang berbeda muncul, peran

tampak seperti pameran dari beberapa karakteristik

perilaku, 2) Kesulitan menjalankan sebuah peran, sejauh

mana keterampilan dan energi yang dibutuhkan untuk

melakukan peran, 3) Koherensi, sejauh mana komponen

peran dijalankan secara bersama-sama. Peran yang

menyatu terdiri dari perilaku yang dapat dilakukan

dengan mudah, baik secara simultan atau secara

berurutan. Peran yang kurang koherensinya ditandai

dengan terputusnya perilaku dari peran tersebut, oleh

perilaku yang saling tidak konsisten, dikarenakan

kurangnya memfasilitasi diri.

Luasnya, kesulitan, dan koherensi hanyalah

beberapa variabel yang membuat kenyamanan atau

ketidaknyamanan bagi mereka yang melakukan peran.

Variabel lain termasuk konflik peran, ambiguitas peran

(Biddle, 1979).

Integrasi Peran

Merupakan istilah umum yang menggambarkan

sistem sosial terkait peran adalah integrasi peran; ketika

kita mengatakan sistem adalah peran terintegrasi dimana

Universitas Sumatera Utara


pran tersebut dapat dijalankan secara bersama-sama.

Namun ada beberapa peran yang tidak dapat saling

terintegrasi dikarenakan pelaku peran memiliki tugas

yang saling tumpang tindih meskipun secara fungsional

saling berkaitan dan saling berkomunikasi dan di satu sisi

saling bersaing satu dengan yang lain (Biddle, 1979).

Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi integrasi

peran dimana ketika menjalani peran saling melengkapi

satu dengan yang lain sehingga tercapainya fungsi yang

dijalani secara bersama-sama. Semua fungsi dapat

berjalan dengan baik dan mudah karena kehadiran setiap

peran (Biddle, 1979).

Universitas Sumatera Utara


Jika tidak terjadi komunikasi yang tepat satu

dengan yang lain ketika menjalankan peran maka akan

mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi secara

bersama-sama. Kondisi yang mempengaruhi integrasi

peran adalah saling ketergantungan peran.

Interdependensi menyangkut sejauh mana peran saling

memfasilitasi atau justru saling menghalangi satu dengan

yang lainnya. Interdependensi juga dapat ditunjukkan

untuk peran yang dilakukan oleh pelaku yang sama.

Peran harus minimal dibedakan untuk dinilai dan melihat

saling ketergantungannya (Biddle, 1979).

Konsensus Peran

Digunakan oleh para ahli teori peran untuk

menunjukkan kesepakatan harapan yang dimiliki oleh

berbagai orang dan meminimalkan ketegangan (Biddle,

1979; Hindin, 2017). Mendasari konsensus atau

―dissensus‖ adalah pertanyaan tentang kondisi apa

individu dan orang lain cenderung setuju atau tidak

setuju tentang definisi peran. Konsensus paling mungkin

terjadi ketika individu telah disosialisasikan dengan cara

yang sama atau ketika individu memiliki pengalaman

dengan jenis yang sama dari interaksi yang terjadi.

Psikolog sosial melihat negosiasi sebagai

Universitas Sumatera Utara


cara utama untuk mengatasi perbedaan pendapat

tentang definisi peran (Hindin (2007) :

1. Ketegangan peran mengacu pada kesulitan

memenuhi harapan normatif peran apakah seorang

individu sedang memilih perannya atau sedang

dalam keadaan tertekan untuk memainkan perannya.

Ketegangan peran atau tekanan peran mungkin

timbul ketika ada konflik dalam tuntutan peran,

ketika seorang individu tidak setuju dengan penilaian

orang lain tentang kinerjanya dalam peran, atau

menerima peran yang berada di luar batas

kemampuan

Universitas Sumatera Utara


individu. Seorang individu memiliki kekuasaan

terbatas untuk bernegosiasi jauh dari peran yang

dijalaninya dan menerima bahwa penyebab

ketegangan yang dirasakannya karena ia dibatasi

oleh norma-norma sosial, atau karena individu telah

terbatas status sosial yang mengabaikan dia untuk

untuk melakukan negosiasi. Ketegangan peran sering

digambarkan sebagai konflik dalam peran. Dalam

ketegangan peran ada dua subtipe umum yang

digunakan yakni kelebihan peran dan konflik peran.

2. Konflik peran terjadi ketika seseorang mengalami

harapan yang bertentangan atau tidak kompatibel

berdasarkan peran yang mereka jalani. Tipe lain dari

konflik peran terjadi ketika ada ketidakcocokan

harapan, kurangnya komunikasi dari tuntutan peran,

atau tuntutan yang saling bertentangan dalam peran.

Konsep konflik peran dapat menjembatani

pengalaman individu dalam peran tertentu dengan

harapan masyarakat atau budaya untuk peran

mereka. Konsep konflik peran umumnya dikaitkan

dengan perspektif fungsionalis pada teori peran.

Konflik peran dikatakan terjadi ketika seseorang

mengalami dua atau lebih harapan yang bertentangan

Universitas Sumatera Utara


yang ditentukan oleh orang lain dan tidak dapat

memenuhinya dalam bentuk perilaku. Konflik peran

bukan satu-satunya konsep yang dapat dibentuk oleh

harapan dan gagasan peran lainnya. Konsep- konsep

lainnya seperti kesesuaian, konsensus, akurasi

harapan, dan konsep peran yang diharapkan itu

sendiri dapat menyebabkab konflik peran (Biddle,

1979).

3. Peran yang berlebihan terjadi ketika seorang

individu tidak dapat melakukan semua peran yang

diharapkan. Wilayah penelitian empiris yang

berkembang

Universitas Sumatera Utara


mempertimbangkan apakah manfaat dari peran

ganda lebih besar daripada stres yang disebabkan

oleh peran ganda itu sendiri.

Peran diharapkan juga berbeda tergantung pada

konteks, meskipun mengandung beberapa unsur yang

saling tumpang tindih. Beberapa variabel juga

didefinisikan hanya untuk peran yang diharapkan

(Biddle, 1979).

Peran Pasien

Pasien memiliki peran yang signifikan untuk ikut

ambil bagian dalam meningkatkan keselamatan mereka

sendiri saat menerima perawatan di rumah sakit dan ini

sangat penting untuk dijalankan (Armstrong et al. 2013;

Vaismoradi, 2014). Partisipasi pasien dalam perencanaan

perawatan kesehatan, pengembangan layanan dan

penelitian merupakan komponen kebijakan utama di

banyak negara (Longtin et al. 2010).

Meningkatkan Peran Pasien

Beberapa faktor menurut Vaismoradi (2014)

untuk meningkatkan peran pasien yaitu :

1. Pasien itu sendiri. Secara umum, pasien menyetujui

peran mereka dalam mendeteksi dan mencegah

kesalahan saat diberikan perawatan kepada mereka

Universitas Sumatera Utara


dan memahami bahwa pasien harus mengambil

peran dan terlibat secara aktif (Davis et al, 2012;

Schwappach et al, 2010). Pasien juga dilibatkan

dalam pengambilan keputusan dan manajemen

penyakit kronis yang dideritanya (Longtin et al,

2010). Mengajukan pertanyaan dan melaporkan

pengamatan mereka dari penyimpangan rutinitas,

pasien menunjukkan kesediaan mereka untuk terlibat

secara proaktif dalam praktik keselamatan mereka.

Di satu sisi pasien yang memiliki pengetahuan

tentang keselamatan pasien dan

Universitas Sumatera Utara


memahami perawatan mereka sendiri lebih mungkin

untuk terlibat dalam berinisiatif berpartisipasi terkait

keselamatan pasien itu sendiri (Schwappach &

Wernli, 2010). Ini merupakan bentuk tanggung

jawab pasien melalui pengelolaan diri sendiri

terhadap kesehatan mereka (Tobiano, 2015). Pasien

mempunyai keinginan berpartisipasi, jika mereka

menganggap ini sebagai perilaku normal dan dapat

diterima, dan berada dalam kendali mereka. Oleh

karena itu, untuk merancang intervensi mendorong

partisipasi pasien, harus memahami terlebih dahulu

keyakinan kesehatan pasien dan sikap yang

dibutuhkan. Pasien yang aktif diberikan izin untuk

berpartisipasi memiliki rasa control terhadap

kesehatan mereka dan merupakan hal yang utama

agar pasien terlibat dalam keselamatan mereka

(Davis et al. 2012). Hal ini juga dapat meningkatkan

kepuasan pasien akan pelayanan kesehatan yang

diberikan (Hurwitz et al. 2009).

2. Penyedia layanan kesehatan. Para profesional

memiliki peran penting dalam memfasilitasi

partisipasi pasien untuk keselamatan mereka.

Dorongan dan persetujuan oleh staf kesehatan sangat

Universitas Sumatera Utara


penting mempersiapkan pasien dalam keterlibatan

mereka mempromosikan keselamatan perawatan

mereka sendiri (Schwappach & Wernli 2010).

Sebagai professional kesehatan perawat

menghabiskan banyak waktu mereka untuk

memberikan perawatan kepada pasien, sehingga

perawat dapat memotivasi pasien untuk

berpartisipasi dalam perawatan mereka (Hurwitz et

al, 2009; Westbrook et al, 2011, Bishop, 2014).

Peningkatan partisipasi pasien dalam pelaksanaan

keselamatan pasien dipengaruhi juga oleh sikap

perawat yang positif, memberikan semangat,

Universitas Sumatera Utara


dukungan dan pendidikan kepada pasien (Davis et al,

2011; David, 2012). Contoh dari sikap positif dan

perilaku yang ditunjukkan oleh perawat dan tenaga

kesehatan lainnya antara lain menanggapi informasi

yang diberikan oleh pasien, menunjukkan

pemahaman kondisi mereka, dan memenuhi

kebutuhan mereka adalah (Flink et al, 2012). Tenaga

kesehatan profesional menerima pertanyaan dan

keterlibatan pasien untuk mengurangi hambatan

social antara tenaga kesehatan dan pasien, dan

meningkatkan kepercayaan pasien terkait

kemampuan mereka sendiri untuk terlibat dalam

praktik keselamatan (Schwappach & Wernli, 2010).

Perawat selaku profesi yang terlibat langsung dalam

pelayanan pasien mendukung keterlibatan pasien

dalam keselamatan pasien harus dianggap sebagai

bagian untuk membantu mengembangkan hubungan

saling percaya antara pasien dan penyedia layanan

kesehatan (Davis et al. 2012). Ini menjadi sebuah

tantangan tersendiri bagi petugas kesehatan untuk

memotivasi pasien agar terlibat dalam inisiatif

pelaksanaan keselamatan pasien itu sendiri

(Schwappach et al. 2010, Davis et al. 2012). Perawat

Universitas Sumatera Utara


dapat memotivasi pasien untuk bertanya tentang hal-

hal yang terkait dengan keselamatan pasien (Davis et

al. 2011, 2012). Perawat dapat menganjurkan pasien

dengan komunikasi yang efektif dan sikap terbuka

agar pasien dapat membaca dan memahami secara

umum label obat- obatan dan melaporkan apapun

yang tidak sesuai dengan prosedur yang sudah

dijelaskan sebelumnya (Schwappach et al. 2010).

Sebab dengan partisipasi dari pasien dapat

menghindari terjadinya kejadian yang tidak

diharapkan (Weingart, 2011).

Universitas Sumatera Utara


Tenaga kesehatan yang profesional harus memahami

pendidikan pasien dan sejauh mana peran yang dapat

mereka jalani terkait keselamatan pasien

(Schwappach et al. 2010). Perawat dapat membantu

menanamkan kekuatan, pengetahuan, dan

kepercayaan diri pada pasien untuk meningkatkan

partisipasi mereka (Pelletier & Stichler 2013).

Keterlibatan pasien dalam keselamatan pasien adalah

strategi untuk memperkuat hubungan saling percaya

dengan tenaga kesehatan khususnya perawat dan

keterlibatan pasien dan membantu pengembangan

professional tenaga kesehatan serta membangun tim

lebih solid dikarenakan adanya interaksi di dalamnya

(Bishop, 2014; Sahlsten et al, 2009; Schwappach et

al, 2010; Schwappach & Wernli 2010; Pomey,

2015). Keberhasilan perawat melibatkan pasien

dalam keselamatan pasien bergantung kepada

kemampuan perawat untuk menempatkan pasien

sebagai pusat perawatan (patient-centred care) serta

berkomunikasi secara intens dengan pasien terkait

dengan kebutuhannya untuk memberikan perawatan

yang tepat (Jarrar, 2018).

3. Tugas. Sifat tugas yang diberikan kepada pasien

Universitas Sumatera Utara


untuk berpartisipasi dalam keselamatan pasien sangat

penting. Pasien perlu memahami efek samping yang

tidak disengaja, tetapi dapat menyebabkan kerugian

aktual atau potensial dan laporan pasien dari

kesalahan praktek pelayanan kesehatan tidak

dianggap sebagai suatu keluhan (Schwappach &

Wernli 2010). Pasien akan terlibat dalam

keselamatan pasien, jika informasi yang diberikan

cukup jelas tentang apa-apa saja yang menjadi

bagian dari tanggung jawab pasien (Schwappach et

al. 2010). Kebanyakan pasien perlu orientasi terlebih

dahulu dan perlu juga melihat pendidikan pasien

terkait pengetahuan tentang rutinitas

Universitas Sumatera Utara


pelayanan kesehatan, prosedur, cara mendeteksi dan

perubahan pelaporan terkait kondisi klinis mereka

(Rainey et al, 2013). Partisipasi pasien dalam

keselamatan pasien hendaknya dibangun secara

bertahap sehingga pasien dari posisi pemula dapat

beranjak sampai ke 'pasien ahli' (Schwappach &

Wernli 2010). Pengetahuan, kemampuan dan sumber

daya pasien bervariasi. Oleh karena itu, berbagai

tugas dan peran di berbagai tahap proses pengobatan

harus ditentukan untuk memastikan ketertarikan

pasien berpartisipasi dalam keselamatan pasien

pasien (Pelletier & Stichler 2013; Schwappach et al.

2010).

4. Lingkungan kerja. Lingkungan sosial dari tempat

kerja dapat mempengaruhi komunikasi dalam

pelaksanaan keselamatan pasien. Kontribusi pasien

dalam memberikan masukan menjadi hal yang

penting untuk memperkuat praktik pelayanan

keselamatan pasien didalam tim kesehatan

(Schwappach et al, 2010). Hal Ini dapat menjadi

salah satu komponen yang penting, sumber daya

berharga sebagai sarana pertukaran informasi dalam

tim kesehatan (Flink et al, 2012), dan hubungan

Universitas Sumatera Utara


antara pasien dan penyedia layanan kesehatan

(Schwappach & Wernli, 2010). Pasien memahami

implikasi dari kesalahan pemantauan dan pelaporan

dan mengharapkan hasil positif dari keterlibatan

keselamatan mereka (Schwappach & Wernli, 2010).

Beberapa cara yang dapat dilakukan pasien untuk

mengurangi dampak negatif dari kesalahan

pelayanan kesehatan yang tidak sesuai prosedur

antara lain mengajukan pertanyaan kepada petugas

kesehatan, berkomunikasi dengan staf, melaporkan

pengamatan penyimpangan dari standar prosedur

operasional, dan terbiasa dengan rutinitas kerja

(Schwappach & Wernli, 2010, Davis et al,

Universitas Sumatera Utara


2013). Memberdayakan pasien untuk belajar tentang

kondisi kesehatan mereka sendiri bisa ditambahkan

dengan memotivasi mereka untuk mengajukan

pertanyaan terkait kondisi mereka (Rathert et al,

2011). Melakukan diskusi terbuka antara

professional kesehatan dengan pasien tentang

aktivitas keterlibatan pasien yang wajar, yang

ditunjukkan dalam bentuk perilaku berkaitan dengan

keselamatan pasien dapat meningkatkan penerimaan

mereka untuk berpartisipasi (Davis et al. 2013).

Hubungan timbal balik antara pasien dan profesional

kesehatan diperlukan untuk menciptakan lingkungan

yang menghargai partisipasi pasien. Kepercayaan

dan pemberdayaan pasien kepada tenaga kesehatan

merupakan faktor penting yang mempengaruhi

kesediaan pasien untuk berpartisipasi (Flink et al.

2012). Edukasi dan memotivasi pasien untuk

melaporkan secara langsung hal-hal yang

berhubungan dengan kesalahan dalam memberikan

pelayanan kesehatan harus direncanakan terlebih

dahulu untuk meningkatkan partisipasi pasien dalam

manajemen kesehatan mereka, misalkan edukasi

melalui video yang telah terbukti dapat

Universitas Sumatera Utara


meningkatkan kenyamanan pasien untuk terlibat

dalam perilaku terkait dengnan meningkatkan

keselamatan pasien itu sendiri (Davis et al. 2013).

Memberikan saran dan reaksi positif terhadap

keluhan pasien termasuk berbicara dengan pasien

dengan santai disamping tempat tidurnya merupakan

strategi yang berguna untuk berkomunikasi tentang

keselamatan pasien (Flink et al. 2012, Schwappach et

al. 2013). Menyediakan model peran pasien yang

sudah berpartisipasi dalam keselamatan pasien dapat

membantu mencegah terjadinya bahaya yang

mengancam (Schwappach & Wernli 2010), dan

berfungsi untuk memfasilitasi komunikasi tentang

kesalahan tenaga

Universitas Sumatera Utara


professional dalam memberikan pelayanan kesehatan

(Schwappach et al. 2013).

5. Organisasi dan Manajemen. Keselamatan pasien

adalah tanggung jawab perawat dan partisipasi

pasien melengkapi tanggung jawab perawat tersebut

dan merupakan bentuk berbagi tanggung jawab tanpa

penekanan kepada pasien (Skagerström, 2017;

Schwappach et al. 2010), sementara di satu sisi

memfasilitasi pasien dengan menyediakan tempat

dan lingkungan yang positif untuk melibatkan

pasien dalam keselamatan pasien adalah menjadi

tanggung jawab manajer kesehatan (Rathert et al.

2011) . Menawarkan infrastruktur lingkungan

kesehatan dan sumber daya yang lengkap untuk

memfasilitasi pasien serta kolaborasi antara

profesional kesehatan dan pasien juga memotivasi

partisipasi pasien dalam praktik keselamatan pasien

(Schwappach & Wernli 2010).

Partisipasi Pasien dalam Keselamatan Pasien

Berbagai macam bentuk partisipasi pasien menurut Ringdal


(2017) antara

lain :

1. Partisipasi pasien dalam perawatan

Pasien ingin berpartisipasi dalam perawatan mereka

Universitas Sumatera Utara


sendiri, karena menurut pasien dengan berpartisipasi

dalam perawatan mereka maka hal tersebut

memberikan kesempatan melakukan komunikasi

yang baik dengan tenaga kesehatan dan memberi

mereka kesempatan untuk memberitahukan kepada

tenaga kesehatan apa yang menjadi kebutuhan

mereka serta dampak pelayanan kesehatan yang

mereka terima dari profesional kesehatan. Disatu

Universitas Sumatera Utara


sisi pasien dapat memastikan bahwa pengobatan

yang diberikan kepada mereka sesuai dengan

kebutuhannya (Peat, 2010).

2. Partisipasi pasien dalam memberikan pendapat melalui


komunikasi

Pasien menyarankan bahwa komunikasi dengan

perawat adalah cara yang tepat mempromosikan

partisipasi mereka, karena dapat berbicara tentang

kebutuhan dan perasaan mereka. Perawatan yang

direncanakan dengan pasien diberitahu terlebih

dahulu dan bentuk partisipasi pasien yang

diperbolehkan dalam perawatan itu. Hal ini

memberikan mereka kesempatan untuk

mendiskusikan rencana perawatan dengan perawat.

Penting untuk pasien mengeluarkan pendapat, untuk

berbicara dan mengajukan pertanyaan untuk

mendapatkan pemahaman yang lebih baik secara

keseluruhan tentang kondisi medis yang mereka

alami. Pasien juga melihat diri mereka sebagai mitra

dalam perawatan mereka. Mereka menggambarkan

bagaimana informasi tentang kondisi mereka yang di

bagi melalui tenaga kesehatan dapat memperbaiki

kesalahpahaman atau ketidakakuratan perawatan. Ini

merupakan salah satu bentuk kerjasama yang baik

Universitas Sumatera Utara


sehingga antara perawat dan pasien dapat memahami

satu dengan yang lain ketika pasien diizinkan untuk

berbicara dan perawat mendengarkan pendapat

mereka.

3. Partisipasi pasien dalam bentuk keterlibatan mereka

melalui diskusi dan pengambilan keputusan

Pasien mengambil bagian dari diskusi dan proses

pengambilan keputusan terhadap pelayanan

kesehatan yang akan diberikan dan pasien

merupakan bagian dari diskusi tersebut dan ikut serta

dalam pengambilan keputusan tentang perawatan

dan terapi yang diberikan. Pasien sendiri

mengatakan

Universitas Sumatera Utara


bahwa merekalah yang benar-benar memahami

kondisi mereka dan memastikan bahwa petugas

kesehatan mendengarkan apa yang disampaikan

terkait dengan pengalaman dan gejala medis yang

dirasakan. Selain itu, pasien diberikan hak otonomi

untuk menyetujui atau menolak rencana perawatan

dan terapi.

4. Partisipasi pasien dalam bentuk pemahaman tentang

partisipasi itu sendiri Keinginan untuk berpartisipasi

dalam keselamatan pasien itu sendiri diwujudkan

melalui keinginan untuk memahami implikasi dari

penyakit mereka dan bagaimana pemahaman mereka

terkait dengan kemampuan untuk ikut berpartisipasi

dalam perawatan yang diberikan.

5. Partisipasi pasien terkait pengetahuan yang dimiliki

Pasien yang memiliki pengetahuan tentang penyakit

yang mereka alami menjadi lebih mudah untuk

mendiskusikan kondisi mereka. Partisipasi pasien

meningkat dan pasien lebih peduli dengan

kondisinya dikarenakan adanya pengetahuan tentang

kondisi medis mereka.

Pengetahuan ini berasal dari sumber informasi yang

Universitas Sumatera Utara


berbeda melalui media, publikasi ilmiah dan

pencarian lewat internet untuk meningkatkan

pengetahuan tentang kondisi mereka. Selain itu,

mereka juga menerima informasi melalui pasien lain

dan dari staf medis selama pergantian shift. Pasien

juga bergantung kepada keluarga mereka yang

memiliki pengetahuan tentang kondisi medis yang

mereka alami.

6. Partisipasi pasien dalam bentuk pemberian informasi kepada


mereka

Universitas Sumatera Utara


Penting untuk melibatkan pasien dalam hal mereka

diberikan informasi tentang penyakit, isu tentang

keselamatan pasien, seperti luka tekan, berbagai

macam hasil laboratorium dan perencanaan

perawatan kedepannya seperti apa. Pasien

mengharapkan informasi umum yang dapat

diberikan kepada mereka agar mereka memahami

kondisi apa yang sedang mereka rasakan. Terkadang

pasien merasa kecewa karena tidak mendapatkan

informasi yang cukup terkait kondisi mereka.

Mereka berharap seharusnya tenaga kesehatan

berbagi informasi kepada mereka sebelum mereka

menanyakan hal tersebut. Informasi yang cukup

memfasilitasi proses partisipan pasien.

7. Partisipasi pasien melalui menciptakan keselamatan

pasien dengan partisipasi Pasien percaya bahwa

tenaga kesehatan melindungi mereka dari resiko dan

mempertahankan keselamatan pasien. Namun di satu

sisi menjaga keselamatan mereka sendiri merupakan

hal yang penting denga memahami pengobatan dan

gejala penyakit yang mereka derita.

Menurut Lyons (2007) pasien dapat menyediakan

tiga kunci kontribusi terhadap kualitas asuhan pelayanan

Universitas Sumatera Utara


yang mereka terima yakni: 1) Pengetahuan yang mereka

miliki terkait dengan kondisi kesehatan di masa lalu

dimana pasien lebih mengetahui perkembangan dari

gejala penyakit yang mereka terima serta pengalaman

pengobatan dibandingkan tim kesehatan yang

memberikan perawatan, 2) Minat dan motivasi mereka

untuk hasil perawatan yang lebih baik jika dibandingkan

dengan interaksi antara pemberi pelayanan kesehatan dan

penerima pelayanan kesehatan sebab jarang sekali

ditemukan keinginan dari petugas kesehatan terkait

dengan hasil kesehatan pasien untuk menyamai atau

melebihi kepentingan pasien, 3) Ketersediaan dan

kedekatan mereka dimana satu

Universitas Sumatera Utara


kontribusi pasien dapat menjamin memberikan kualitas

perawatan mereka sendiri dimana mereka akan selalu

"hadir secara fisik untuk menghabiskan waktu dengan

diri mereka sendiri". Jika suatu tanda atau gejala berubah,

pasien akan menjadi penghubung pertama dalam rantai

perawatan untuk mengalami dan memiliki kesempatan

untuk mengkomunikasikan perubahan ini. Meskipun

beberapa kondisi dapat menghambat proses komunikasi

(misalnya, keadaan tidak sadar), faktor ini dapat

digunakan untuk mendukung beberapa perawatan diri

sendiri (misalnya, pemberian obat secara mandiri dalam

jangka waktu lama, seperti yang diperlukan untuk kondisi

kronis), yang dapat memungkinkan penyedia perawatan

untuk mendelegasikan beberapa tugas.

Konsep

Kesela

matan

Pasien

Pengert

ian

Kesela

matan

Pasien

Universitas Sumatera Utara


Keselamatan (safety) telah menjadi isu global

khususnya untuk rumah sakit. Terutama yang terkait

dengan pasien yang menjadi merupakan prioritas paling

utama dalam pelaksanaan keselamatan bagi pasien sebab

berhubungan dengan isu mutu pelayanan dan citra dari

sebuah rumah sakit dimana keselamatan pasien erat

kaitannya dengan asuhan pasien, insiden yang dapat

dicegah atau yang seharusnya tidak terjadi, dan sudah

dikategorikan sebagai suatu disiplin (Pedoman Nasional

Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 2015).

Keselamatan pasien menurut Vincent (2010)

adalah penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari

hasil tindakan yang buruk atau injuri yang berasal dari

proses perawatan. Keselamatan pasien merupakan pasien

yang terbebas daripada cedera dan seharusnya tidak

dapat terjadi ataupun terhindar daripada

Universitas Sumatera Utara


cedera yang berpotensi untuk terjadi, yang erat kaitannya

dengan pelayanan kesehatan yang diberikan.

Sedangkan menurut Pedoman Nasional

Keselamatan Pasien Rumah Sakit, (2015) keselamatan

pasien rumah sakit/Hospital Patient Safety adalah

merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat

pemberian asuhan pasien yang lebih aman yang terdiri

dari assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal

yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan

tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya risiko. Dengan adanya sistem

tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera

yang disebabkan oleh kesalahan akibat daripada

melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu

tindakan yang seharusnya dilakukan (Pedoman Nasional

Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 2015).

Tujuan Keselamatan Pasien

Adapun tujuan sasaran keselamatan pasien adalah

memotivasi rumah sakit agar melakukan perbaikan yang

spesifik terkait dengan keselamatan pasien agar dapat

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan

keselamatan pasien itu sendiri (KARS, 2019).

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan tujuan Sasaran International

Keselamatan Pasien adalah untuk mempromosikan

adanya beberapa hal yang berkaitan dengan peningkatan

yang khusus yang terkait dengan keselamatan pasien

tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan terkait

dengan kesehatan dengan aman, bermutu tinggi (JCI,

2017).

Sasaran Keselamatan Pasien

Universitas Sumatera Utara


Untuk mencapai tujuan keselamatan pasien itu

sendiri maka ada sasaran- sasaran keselamatan pasien

yang hendak diterapkan ke seluruh Rumah Sakit.

Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-

Saving Patient Safety Solutions dari WHO yang

digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah

Sakit (KKPRS PERSI), beserta Joint Commission

International Accreditation (JCI, 2007, JCI, 2017;

KARS, 2019) yang terdiri dari :

1. Sasaran I : Mengidentifikasi pasien dengan benar

Kekeliruan dalam proses identifikasi pada pasien

dapat sering terjadi terkait dengan diagnosis dan

pengobatan sehingga rumah sakit dapat

mengembangkan dan melaksanakan suatu standar

agar pelaksanaan identifikasi pasien berjalan dengan

tepat untuk individu yang akan diberikan pelayanan

ataupun pengobatan tertentu maupun pemberian

yang tepat kepada individu yang membutuhkan

perawatan.

Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit

minimal 2 dari 4 bentuk identitas, yaitu: 1) nama

pasien sesuai KTP-el, 2) tanggal lahir, 3) nomor

rekam medis, 4) nomor induk kependudukan.

Universitas Sumatera Utara


Mengidentifikasi 2 dari 4 bentuk identitas pasien

dilaksanakan didalam seluruh situasi ataupun disaat

memberikan tindakan kepada pasien. Serta

mendapatkan penjelasan mengenai fungsi gelang

yang digunakan. Sebagai contoh proses identifikasi

pada pasien dapat dilakukan sebelum diberikannya

radioterapi, saat diberikannya cairan intravena,

tindakan hemodialisis, saat dilakukannya

pengambilan darah ataupun pengambilan spesimen

lain yang bertujuan untuk pemeriksaan klinis,

katerisasi jantung, prosedur tindakan radiologi

Universitas Sumatera Utara


diagnostik, dan proses identifikasi kepada pasien

koma, tetapi tidak menggunakan nomor kamar

pasien untuk menghindari kesalahan identifikasi.

Ada 2 maksud dan tujuan identifikasi pasien, yaitu:

1) memastikan ketepatan pasien yang akan menerima

layanan atau tindakan, 2) Menyelaraskan layanan

atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien.

2. Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif

Setiap rumah sakit harus menetapkan regulasi dalam

proses efektivitas komunikasi verbal ataupun

komunikasi yang terjadi melalui telepon antar

profesional pemberi asuhan (PPA).

Pemeriksaan diagnostik kritis termasuk, tetapi tidak

terbatas pada: 1) pemeriksaaan laboratorium; 2)

pemeriksaan radiologi; 3) pemeriksaan kedokteran

nuklir; 4) prosedur ultrasonografi; 5) magnetic

resonance imaging; 6) diagnostik jantung; 7)

pemeriksaaan diagnostik yang dilakukan di tempat

tidur pasien, seperti hasil tanda-tanda vital, portable

radiographs, bedside ultrasound, atau

transesophageal echocardiograms.

Dalam melakukan komunikasi secara verbal atau

melalui telepon dengan aman di Rumah Sakit, maka

Universitas Sumatera Utara


pelaksanaannya yakni: sebaiknya dihindari jika ingin

melakukan pemesanaan obat ataupun permintaan

obat yang dilakukan secara verbal; jika komunikasi

yang terjadi dilakukan secara tertulis ataupun

komunikasi secara elektronik tidak memungkinkan

untuk dilakukan dikarenakan dalam keadaan darurat,

maka rumah sakit harus membuat panduannya yang

meliputi adanya permintaan untuk dilakukannya

pemeriksaan, penerimaan hasil dari pemeriksaaan

yang terjadi dalam keadaan darurat, proses

identifikasi dan juga penetapan nilai kritis, termasuk

Universitas Sumatera Utara


hasil pemeriksaaan diagnostik, dan pelaporan hasil

pemeriksaan kritis ditujukan kepada siapa dan oleh

siapa; Menerima perintah lisan ataupun menerima

perintah melalui telepon prosedur yang dilakukan

yakni penulisan permintaan atau hasil pemeriksaan

harus dilakukan secara lengkap oleh penerima

informasi, penerima membaca kembali permintaan

atau hasil pemeriksaaan, dan pengirim memberi

konfirmasi atas apa yang telah ditulis secara akurat.

Ada beberapa proses serah terima (hand over) terkait

dengan asuhan pasien di dalam Rumah Sakit: 1)

Proses serah terima yang terjadi antar staf medis dan

juga staf keperawatan ataupun antara staf klinis yang

lainnya, serah terima antar PPA misalkan antara staf

medis dan juga staf medis, antara PPA dan PPA yang

lainnya yang terjadi saat terjadi pertukaran sif (shift);

2) antar berbagai unit layanan di dalam RS yang

sama seperti jika pasien dipindah dari unit intensif

ke unit perawatan atau dari unit darurat ke kamar

operasi; 3)Proses serah terima yang terjadi dari unit

rawat inap ke unit layanan diagnostik ataupun unit

tindakan seperti unit radiologi atau unit terapi fisik,

4) Proses serah terima pada saat proses pemulangan

Universitas Sumatera Utara


pasien yang terjadi antara staf dan pasien/keluarga.

Penilaian untuk sasaran keselamatan pasien poin 2.1

antara lain rumah sakit menetapkan regulasi untuk

proses pelaporan hasil pemeriksaaan diagnostik

kritis, yaitu: 1) Regulasi tentang penetapan besaran

nilai kritis dan hasil diagnostik kritis, 2) Bukti

penetapan siapa yang harus melaporkan dan siapa

yang harus menerima nilai kritis hasil pemeriksaan

diagnostik.

Universitas Sumatera Utara


Di dalam suatu uji diagnostik cara pelaporan nilai

kritis menjadi sangat penting dan dapat

menimbulkan sustu masalah jika pelaporan tidak

benar dan mempengaruhi keselamatan pada pasien.

Sistem pelaporan secara formal untuk hasil nilai

kritis dari suatu uji diagnostik dapat

dikomunikasikan kepada seluruh praktisi kesehatan

serta proses pendokumentasian dari nilai kritis akan

mengurangi terjadinya resiko pada pasien.

Sedangakan penilaian untuk sasaran keselamatan

pasien poin 2.2 adalah rumah sakit menetapkan

dan melaksanakan proses komunikasi ―Serah

Terima‖ (hand over). Beberapa metode hand over

yaitu Verbal Handover, Bedside handover, Recorded

Handover, dan Writen handover (Handover ini

menggunakan formulir serah terima).

Bukti pelaksanaan tentang penyampaian pesan verbal

atau lewat telpon dapat dievaluasi dengan cara: 1)

Lihat dengan cek silang dokumen penyampaian

verbal lewat telepon dari sisi pemberi dan dari sisi

penerima, 2) Hasil pemeriksaaan diagnostik yang

disampaikan secara verbal lalu ditulis secara

lengkap, buktinya dalam bentuk (TULBAKON), 3)

Universitas Sumatera Utara


Pengecekan secara silang dilakukan terhadap

dokumen penyampaian yang dilakukan secara

verbal lewat telepon yang dilihat dari sisi pemberi

dan kemudian dari sisi penerima DPJP

Beberapa contoh informasi yang dibagi terkait

dengan bedside handover antara lain tentang

pengobatan, perencanaan pulang, perencanaan

asuhan keperawatan yang diberikan dan respon yang

diberikan oleh pasien (JCI, 2017).

Universitas Sumatera Utara


3. Sasaran III : Meningkatkan keamanan obat yang

perlu diwaspadai (high-alert medications)

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk

melaksanakan proses meningkatkan keamanan

terhadap obat-obat yang perlu diwaspadai.

Manajemen yang baik sangat diperlukan untuk

tujuan agar keselamatan pasien dapat terjaga terkait

dengan tata laksana pasien dalam pemberian obat-

obatan. Obat yang perlu diwaspadai antara lain : 1)

Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi

kesalahan (error) dapat menimbulkan kematian atau

kecacatan seperti, insulin, heparin, atau

kemoterapeutik; 2) Obat yang nama, kemasan, label,

penggunaan klinis tampak/kelihatan sama (Look

alike), bunyi ucapan sama (sound alike), atau dapat

juga disebut nama obat rupa ucapan mirip

(NORUM); contohnya seperti Xanax dan Zantac

ataupun hydralazine dan hydroxyzine, 3) Elektrolit

konsentrat : potasium klorida dengan konsentrasi

yang sama ataupun konsentrasi lebih besar dari 3

mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih

daripada 0,9% serta magnesium sulfat dengan

konsentrasi 50%, ataupun lebih, 4) Elektrolit dengan

Universitas Sumatera Utara


konsentrasi tertentu : potsium klorida dengan

konsentrasi 1 mEq/ml ataupun lebih dan magnesium

sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, ataupun lebih.

Penyebab kesalahan dalam mengidentifikasi obat

High Alert antara lain: 1) tidak memadai

pengetahuan tentang nama obat, 2) adanya produk

yang baru; 3) memiliki kemasan dan juga label sama;

4) memiliki indikasi klinis yang sama; 5) memiliki

bentuk, dosis, dan juga aturan pakai yang sama; 6)

waktu memberikan perintah terjadi salah pengertian.

Universitas Sumatera Utara


4. Sasaran lV : Terlaksananya proses tepat-lokasi,

tepat-prosedur, tepat-pasien operasi yang menjalani

tindakan atau prosedur

Rumah sakit memiliki regulasi dalam melaksanakan

proses Time-out yang akan dijalankan di dalam

kamar operasi sebelum tindakan operasi dimulai

yang bertujuan untuk memastikan Tepat-Lokasi,

Tepat-Prosedur, Tepat- Pasien yang menjalani

tindakan ataupun prosedur. Prosedur dibuat seragam

sebagai berikut: 1) beri tanda di tempat operasi , 2)

dilakukan verifikasi pra- operasi, 3) melakukan Time

Out sebelum insisi kulit dimulai, 4) Melakukan

verifikasi pasca operasi.

Penyebab kesalahan prosedur ini yakni: 1) terjadinya

komunikasi yang tidak berjalan efektif dan

komunikasi yang tidak adekuat yang terjadi antar

anggota tim; 2) keterlibatan pasien tidak ada untuk

memastikan pelaksanaan ketepatan lokasi operasi

dan tidak adanya prosedur untuk dilakukannya

verifikasi; 3) tidak lengkapnya asesmen pasien; 4)

tidak lengkapnya catatan rekam medik;

5) tidak mendukung budaya terjadinya komunikasi terbuka


antar anggota tim;

6) terjadinya masalah yang berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara


tulisan yang tidak dapat terbaca, tidak jelas, dan

tulisan yang tidak lengkap; 7) tidak

terstandardisasinya penggunaan singkatan serta

dilarang.

Tujuan dilaksanakannya proses verifikasi pra-operasi

yakni: 1) untuk memastikan pelaksanaan ketepatan

tempat, prosedur dan juga pasien, 2) untuk

memastikan dimana semua dokumen yang terkait

dengan pasien, foto (imajing), dan juga hasil

pemeriksaan yang relevan, kemudian diberikan label

dengan benar dan juga tersaji, 3) untuk memastikan

peralatan medik khusus tersedia dan atau implant

yang dibutuhkan oleh pasien

Universitas Sumatera Utara


Terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan SKP 4

sering sekali dikarenakan keterlibatan pasien dalam

pengkajian yang kurang sehingga sering terjadi

keselahan penandaan lokasi, prosedur dan pasien.

Sehingga Protokol Universal untuk pelaksanaan

pencegahan pembedahan kesalahan lokasi, kesalahan

prosedur dan kesalahan operasi antara lain menandai

lokasi untuk operasi dengan tepat, dilakukannya

proses verifikasi sebelum pelaksanaan operasi dan

proses Time Out yang dilakukan sesaat sebelum

dimulainya tindakan operasi.

Proses verifikasi menjadi salah satu bagian yang

penting sebelum dilakukannya tindakan operasi

dimana informasi dikumpulkan dan dilakukan

konfirmasi secara terus-menerus seperti kelengkapan

dokumen, hasil foto dari radiologi serta hasil

pemeriksaan darah yang sudah dilabeli dengan

menggunakan identitas penanda pasien.

Penandaan operasi juga harus melibatkan pasien

dengan menggunakan tanda yang dapat langsung

dikenali serta tidak memiliki arti ganda dan

konsisten di seluruh rumah sakit. Sebagai contoh

tanda ―X‖ dapat memiliki arti ganda sebagai

Universitas Sumatera Utara


―bukan di bagian ini‖ ataupun ―salah sisi‖

sehingga tidak dapat digunakan. Namun jika terjadi

suatu keadaan yang tidak memungkinkan

keterlibatan pasien dimana pasien tidak kompeten

untuk membuat suatu keputusan maka penandaan

operasi dapat dilakukan tanpa menunggu pendapat

pasien serta penandaan operasi harus tetap terlihat.

5. Sasaran V : Dikuranginya risiko infeksi terkait pelayanan


kesehatan

Untuk menurunkan risiko infeksi terkait layanan

kesehatan, Rumah sakit perlu menetapkan regulasi

untuk menggunakan dan melaksanakan

Universitas Sumatera Utara


“evidence- based hand hygiene guidelines” yakni :

1) Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan

sebuah tantangan di lingkungan fasilitas kesehatan,

2) Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan

kesehatan menjadi keprihatinan bagi pasien dan

petugas kesehatan, 3) Secara umum, infeksi terkait

pelayanan kesehatan terjadi di semua unit layanan

kesehatan, termasuk infeksi saluran kencing

disebabkan oleh kateter, infeksi pembuluh/aliran

darah terkait pemasangan infus baik perifer maupun

sentral, dan infeksi paru- paru terkait penggunaan

ventilator, 4) Upaya terpenting menghilangkan

masalah infeksi ini dan infeksi lainnya adalah dengan

menjaga kebersihan tangan melalui cuci tangan.

Pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) tersedia

dari World Health Organization (WHO). Rumah

sakit mengadopsi pedoman kebersihan tangan (hand

hygiene) dari WHO ini untuk dipublikasikan di

seluruh rumah sakit yakni staf diberi pelatihan

bagaimana melakukan cuci tangan dengan benar dan

prosedur menggunakan sabun, disinfektan, serta

handuk sekali pakai (towel), tersedia di lokasi

sesuai dengan pedoman dan kebersihan tangan

Universitas Sumatera Utara


menggunakan sabun dan desinfektan adalah sarana

efektif untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.

Cara cuci tangan menggunakan 6 langkah antara lain

di bagian telapak tangan, punggung tangan, sela-sela

jari, punggung jari-jari (kunci), di sekeliling ibu jari

(diputar-putar), lalu dibagian kuku dan ujung jari

(diputar- putar) dimana menggunakan handrub

selama 20-30 detik dan menggunakan handwash

dilakukan selama 40-60 detik dan cuci tangan harus

dilakukan sebelum kontak dengan pasien, sebelum

tindakan aseptic, setelah terkena

Universitas Sumatera Utara


cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien

dan setelah kontak dengan lingkungan pasien (WHO,

2009).

6. Sasaran VI : Mengurangi risiko cedera akibat pasien jatuh.

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk

melaksanakan proses mengurangi risiko terjadinya

pasien jatuh. Beberapa hal yang dapat menyebabkan

risiko pasien jatuh meningkatkan yaitu: 1) kondisi

yang berhubungan dengan pasien; 2) terjadinya

gangguan fungsional pada pasien (misalkan:

gangguan pada keseimbangan, gangguan yang terjadi

pada penglihatan, ataupun perubahan pada status

kognitif); 3) lingkungan rumah sakit yang terkait

dengan lokasinya ataupun situasinya; 4) adanya

riwayat terjadinya jatuh pada pasien; 5)

mengkonsumsi obat tertentu; 6) mengkonsumsi

alkohol.

Dengan faktor-faktor diatas maka dapat dilakukan

beberapa contoh langkah sederhana untuk

pencegahan pasien risiko jatuh yakni untuk pasien

dengan menganjurkan pasien untuk meminta bantuan

apapun yang diperlukannya, dan menganjurkan

kepada pasien untuk selalu memakai alas kaki yang

Universitas Sumatera Utara


anti slip sedangkan untuk petugas dengan cara di

tempat tidur pasien selalu menyediakan kursi roda

yang terkunci di samping, memastikan jika jalur ke

kamar kecil terbebas dari berbagai hambatan dan

terang, memastikan bahwa lorong bebas dari

hambatan, walkers/tongkat yang merupakan alat

bantu ditempatkan berada dalam jangkauan pasien,

memasangkan Bedside rel ,m

tingginya tempat tidur, obat yang diresepkan yang

mempengaruhi tingkat kesadaran harus

dipertimbangkan efek puncaknya , untuk kondisi

berpotensi tidak aman lakukan pengamatan

lingkungan, dan segera laporkan apabila terjadi

untuk perbaikan, jangan membiarkan pasien

Universitas Sumatera Utara


yang berisiko jatuh tanpa pengawasan siapapun saat

berada di daerah diagnostik ataupun terapi,

memastikan posisi bedside rel dalam keadaan

terpasang untuk pasien yang sedang diangkut

menggunakan brandcard / tempat tidur, perlunya

mendidik dan informasikan kepada pasien atau

anggota keluarga tentang rencana perawatan untuk

mencegah terjadinya jatuh, lakukan kolaborasi

dengan pasien atau keluarga dalam memberikan

bantuan yang mereka dibutuhkan. Semua pasien

rawat inap harus dikaji apakah beresiko jatuh atau

tidak dengan menggunakan metode pengkajian yang

sesuai dan proses pengkajian yang sama untuk semua

pasien dewasa. Untuk pasien dewasa menggunakan

morse scale.

Menurut PERMENKES Nomor 11/PMK/2017

Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus ada

beberapa standar yang wajib dimiliki oleh Rumah Sakit

dalam menjalankan program keselamatan pasien. Standar

keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar

yaitu: 1) Hak pasien, 2) Mendidik pasien dan keluarga, 3)

Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, 4)

Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk

Universitas Sumatera Utara


melakukan evaluasi dan program peningkatan

keselamatan pasien, 5) Peran kepemimpinan dalam

meningkatkan keselamatan pasien, 6) Mendidik staf

tentang keselamatan pasien, dan 7) Komunikasi

merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien.

Teori Keperawatan Abdellah

Faye Glenn Abdellah mengatakan bahwa setiap

orang memiliki emosional, sosiologis dan kebutuhan

fisik. Kebutuhan ini dapat bersifat terbuka dimana

sebagian besar terdiri dari kebutuhan fisik, atau yang

bersifat personal, seperti

Universitas Sumatera Utara


emosional, sosiologis dan interpersonal kebutuhan.

Individu berperan sebagai penerima pelayanan

keperawatan dan kesehatan untuk mencapai tujuan dari

pelayanan keperawatan (George, 1990).

Konsep Abdellah menyebutkan kesehatan

diartikan sebagai pola yang dinamis dan berfungsi

dimana ada interaksi dengan kekuatan-kekuatan internal

dan eksternal untuk mencapai hasil yang optimal dalam

penggunaan sumber daya yang diperlukan serta berfungsi

untuk mengurangi kerentanan (George, 1990). Abdellah

merancang pendekatan keperawatan berpusat pada

pasien, yang menekankan kepada ilmu keperawatan dan

telah menimbulkan perubahan terhadap seluruh

kurikulum keperawatan (Alligood, 2017).

Pada konsep keperawatan yang berpusat pada

pasien, Abdellah menggambarkan bahwa kesehatan

sebagai suatu keadaan yang saling terpisah dengan

penyakit. Penekanan terhadap pelayanan kesehatan harus

ditempatkan setelah pengambilan tindakan pencegahan

dan rehabilitasi dengan tujuan utama memperoleh

kesehatan maka pendekatan holistik dapat diambil oleh

perawat untuk membantu klien mencapai keadaan

kesehatan tersebut (George, 1990).

Universitas Sumatera Utara


Abdellah et al (1960) mengatakan keperawatan

merupakan sebuah pelayanan komprehensif yang

ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat

yang mencakup: 1) Menyadari masalah dalam melakukan

perawatan kepada pasien, 2) Menentukan tindakan yang

tepat dalam melakukan perawatan kepada pasien sesuai

prinsip-prinsip keperawatan yang relevan, 3)

Memberikan perawatan berkelanjutan yang mencakup

seluruh kebutuhan kesehatan individu,

4) Memberikan perawatan berkelanjutan untuk

menghilangkan rasa nyeri, ketidaknyamanan serta

memberikan rasa keamanan yang ditujukan untuk

Universitas Sumatera Utara


individu, 5) Mengatur secara menyeluruh seluruh rencana

keperawatan demi memenuhi kebutuhan individu pasien,

6) Membantu individu untuk lebih menyadari

kebutuhannya dan mengatur, mengarahkan sendiri, serta

mencapai ataupun mempertahankan keadaan yang sehat

fisik dan psikis, 7) Mengarahkan perawat dan keluarga

membantu apa-apa saja yang dibutuhkan oleh klien

sebagai individu yang tidak dapat dilakukannya karena

keterbatasan yang dimiliki, 8) Membantu indvidu agar

dapat menyesuaikan diri dengan segala keterbatasan dan

masalah emosionalnya, 9) Bekerja sama dengan tenaga

kesehatan profesional lainnya dalam menyusun

perencanaan untuk mencapai kesehatan yang optimal

pada tingkat lokal, daerah, nasional dan internasional,

10) Melakukan evaluasi dan penelitian berkelanjutan

untuk pengembangan teknik keperawatan yang baru demi

memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.

Teori menurut Abdellah et al (1960) menyatakan

bahwa kebutuhan pengetahuan perawat tentang ilmu

pengetahuan dasar dan keterampilan perawatan khusus,

serta keterampilan pengetahuan dalam psikologi

komunikasi, pertumbuhan dan perkembangan sosiologi

dan hubungan interpersonal. Berikut

Universitas Sumatera Utara


11 keterampilan yang harus dimiliki perawat, mencakup:

1) Kemampuan pengamatan status kesehatan, 2)

Keterampilan komunikasi, 3) Aplikasi pengetahuan, 4)

Pengajaran pasien dan keluarga, 5) Perencanaan dan

organisasi kerja, 6) Penggunaan bahan-bahan sumber

daya, 7) Penggunaan sumber daya personil, 8) Pemecah

masalah, 9) Arah pekerjaan ke orang lain, 10) Terapi

penempatan diri, dan 10) Prosedur perawatan.

Kerangka kerja untuk mengidentifikasi masalah

keperawatan, didasarkan pada gagasan bahwa pada

dasarnya keperawatan berorientasi untuk memenuhi

Universitas Sumatera Utara


kebutuhan menyeluruh kesehatan individu. Abdellah

mempromosikan citra perawat yang bukan saja baik dan

peduli, tetapi juga cerdas, kompeten dan secara teknis

siap untuk memberikan pelayanan kepada pasien dan

memiliki tipologi dari

21 masalah keperawatan (Abdellah et al, 1960, Alligood,

2017) yakni: 1) Mempertahankan kebersihan dan

kenyamanan fisik yang baik, 2) Mempertahankan

aktivitas, latihan fisik, dan tidur yang optimal, 3)

Mencegah terjadinya kecelakaan, cedera, atau trauma

lain dan mencegah meluasnya infeksi,

4) Mempertahankan mekanika tubuh yang baik serta

mencegah dan memperbaiki deformitas, 5) Memfasilitasi

masukkan oksigen keseluruh sel tubuh, 6)

Mempertahankan nutrisi untuk seluruh sel tubuh, 7)

Mempertahankan eliminasi,

8) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,

9) Mengenali respon- respon fisiologis tubuh terhadap

kondisi penyakit patologis, fisiologis, dan kompensasi,

10) Mempertahankan mekanisme dan fungsi regulasi, 11)

Mempertahankan fungsi sensorik, 12) Mengidentifikasi

dan menerima ekspresi, perasaan, dan reaksi positif dan

negative, 13) Mengidentifikasi dan menerima adanya

Universitas Sumatera Utara


hubungan timbale balik antara emosi dan penyakit

organic, 14) Mempertahankan komunikasi verbal dan non

verbal, 15) Memfasilitasi perkembangan hubungan

interpersonal yang produktif, 16) Memfasilitasi

pencapaian tujuan spiritual personal yang progresif, 17)

Menghasilkan dan atau mempertahankan lingkungan

yang terapeutik, 18) Memfasilitasi kesadaranakan diri

sendiri sebagai individu yang memiliki kebutuhan fisik,

emosi, dan perkembangan yang berbeda, 19) Menerima

tujuan optimal yang dapat dicapai sehubungan dengan

keterbatasan fisik dan emosional, 20) Menggunakan

sumber- sumber di komunitas sebagai sumber bantuan

dalam mengatasi masalah yang

Universitas Sumatera Utara


muncul akibat dari penyakit, 21) Memahami peran dari

masalah sosial sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi

dalam munculnya suatu penyakit.

Menurut Tomey and Alligood (2006) tiga

konsep teori keperawatan Abdellah adalah :

1. Keperawatan

Keperawatan merupakan suatu pelayanan yang

diberikan kepada individu, keluarga maupun

masyarakat. Faye Glenn Abdellah memandang

keperawatan sebagai suatu seni dan ilmu yang

membentuk sikap, kompetensi intelektual, dan

keterampilan teknis dari perawat yang membantu

setiap orang baik dalam keadaan sehat maupun sakit

individu yang menjadi kemampuan ataupun

keinginan dalam membantu individu memenuhi

segala kebutuhan kesehatan mereka.

2. Masalah Keperawatan

Masalah kesehatan menurut Abdellah dibagi ke

dalam tiga kategori utama yakni fisik, sosiologis dan

emosional, jenis hubungan interpersonal antara

perawat dan pasien, dan unsur umum perawatan

pasien

Universitas Sumatera Utara


3. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk

mengidentifikasi, menginterpretasikan, menganalisis

serta memilih tindakan yang tepat untuk

menyelesaikan masalah keperawatan yang terjadi

yakni dengan menegakkan diagnosa keperawatan

sebagai salah satu proses.

Universitas Sumatera Utara


Enam sasaran keselamatan pasien yang dapat

meningkatkan peran pasien dalam pelaksanaan

keselamatan pasien di ruang rawat yakni

mengidentifikasi pasien dengan benar, Peningkatan

komunikasi yang efektif , meningkatkan keamanan obat

yang perlu diwaspadai (high-alert medications),

terlaksananya proses tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-

pasien operasi yang menjalani tindakan atau prosedur,

dikuranginya risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan,

mengurangi risiko cedera akibat pasien jatuh dan juga

Teori Faye Glenn Abdellah

―Patient-Centered Care‖ dimana terdapat tiga konsep

teori keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat

dalam memberijan asuhan keperawatan antara lain

keperawatan, masalah keperawatan, dan pemecahan

masalah menjadi dasar dalam pengembangan model

peran pasien dalam meningkatkan keselamatan pasien

sehingga setelah melewati tahapan penelitian action

research yang terdiri dari reconnaissance, planning,

acting dan observing serta reflecting maka akan

menghasilkan output berupa model peran pasien dalam

meningkatkan keselamatan pasien dan menghasilkan

outcome berupa peningkatan pengetahuan perawat


tentang peran pasien dalam meningkatkan keselamatan

pasien yang tergambar dalam kerangka konsep berikut ini

Kerangka Teori INPUT

Pengembangan Teori
model peran Faye Glenn
pasien dalam Abdellah
―Patient-Centered
meningkatkan
Care‖ terdapat
keselamatan
tiga konsep
pasien teori
keperawatan :
1. Keperawatan
2. Masalah
Keperawata
n
3. Pemecaha
Meningkatkan peran
pasien dalam pelaksanaan
keselamatan pasien di
ruang rawat melalui
sasaran keselamatan
pasien :
1. Mengidentifikasi
pasien dengan benar
2. Peningkatan
komunikasi yang
efektif Universitas Sumatera
Utara
3. Meningkatkan
keamanan obat
yang perlu
diwaspadai (high-
alert medications)
4. Terlaksananya proses
tepat-lokasi,
tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi yang
menjalani tindakan
atau prosedur
PROSES Keterangan:
P : Planning
A&O
:Acti
on
dan
Obse
rvati
on R
:
Refle
ctive

OUTPUT
Model peran pasien dalam meningkatkan keselamatan pasien

OUTCOME
Peningkatan pengetahuan perawat tentang peran pasien dalam
meningkatkan keselamatan pasien

Gambar 2.1 Kerangka konsep pengembangan


model peran pasien dalam

Universitas Sumatera Utara


meningkatkan keselamatan pasien
Konsep

Action

Resear

ch

(AR)

Defini

si AR

Action Research adalah penelitian yang

melibatkan sekelompok orang yang terpapar oleh

beberapa isu dan masalah dan memutuskan untuk

menyusun

Universitas Sumatera Utara


secara bersama-sama bagaimana mencari penyelesaian

masalah yang dialami (Baden & Major, 2010).

Action research menurut Polit dan Beck (2014)

adalah penelitian yang dilakukan dengan kolaborasi

antara peneliti dan partisipan penelitian untuk menggali

definisi masalah, pemilihan metode dan pendekatan yang

dilakukan dalam menjalankan penelitian, dan analisis

data yang bertujuan tidak hanya untuk menghasilkan

pengetahuan, namun juga tindakan dan peningkatan

kesadaran dan peneliti secara khusus memberdayakan

orang melalui proses membangun dan menggunakan

pengetahuan.

Proses AR

Kemmis, McTaggart, dan Nixon (2014)

mengatakan bahwa di dalam melaksanakan AR peneliti

memerlukan beberapa langkah tindakan antara lain :

reconnaissance, planning, action, observation, dan

reflection.

Tahapan pertama : reconnaissance yang

merupakan tahap awal didalam mencari sumber

permasalahan yang ada. Disebut juga tahap preliminary

study, yang mempelajari segala masalah yang ada serta

penyusunan tema yang penting. Pada tahap ini yang

Universitas Sumatera Utara


terjadi adalah sebuah gambaran apa yang akan terjadi

sekarang serta apa yang kita lakukan sekarang. Pada

tahap ini juga akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan

tentang masalah yang ditemukan di lahan penelitian dan

perumusan permasalahan yang terjadi lalu kemudian

menyusun prioritas permasalahan.

Tahapan kedua : planning yaitu perencanaan yang

bertujuan untuk dilakukannya perbaikan. Di tahapan ini

orientasi ditujukan kepada peneliti bagaimana melakukan

kolaborasi dengan partisipan penelitian. Perencanaan

yang

Universitas Sumatera Utara


ada antara lain rencana untuk dilakukannya perubahan

melalui bahasa, aktivitas dan juga praktik, serta

bagaimana hubungan yang terjadi antar manusia dan

organisasi, dan bagaimana menyusun hasil yang

diinginkan. Peneliti bekerjasama dengan partisipan untuk

menyusun kegiatan perubahan yang hendak dilakukan.

Tahapan ketiga : action dan observation

merupakan tahapan untuk mengimplementasikan rencana

yang sudah disusun serta mengobservasi pekerjaan yang

sedang dilakukan. Pada tahapan ini partisipan melakukan

rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya, tentang

melaksanakan rencana untuk berubah menggunakan

aktivitas dan praktik, hubungan antar manusia dan

organisasi, bahasa, dan melakukan observasi hasil dari

implementasi yang telah dijalankan.

Tahapan keempat: reflection yakni waktu untuk

memberikan analisa, sintetis, interpretasi, penjelasan dan

juga menyimpulkan hal yang penting. Refleksi berfokus

pada hasil yang telah didapatkan lalu dibuatkan analisa

yang bertujuan untuk perbaikan pada cycle yang

berikutnya. Di tahapan ini ditemukan hasil akhir

penelitian, apa yang menjadi penghambat, dan apa yang

menjadi pendukung. Hasil yang didapatkan belum sesuai

Universitas Sumatera Utara


dengan tujuan akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Di dalam tahapan reflection berusaha untuk memahami

proses, masalah, isu dan hambatan yang dimanifestasikan

dalam bentuk tindakan yang strategis, dengan

memperhitungkan terjadinya berbagai perspektif situasi

yang muncul. Reflection mempunyai aspek evaluative

yang bertujuan untuk mempertimbangkan berbagai

pengalaman, menilai efek tindakan yang diinginkan, isu-

isu yang muncul serta menyarankan cara melanjutkan.

Siklus AR

Universitas Sumatera Utara


Secara umum AR terdiri dari sebuah siklus spiral

reflektif-diri berupa merencanakan dari sebuah

perubahan, mempelajari dan mengamati proses serta

konsekuensi perubahan, mengkaji proses dan

konsekuensi tersebut, merencanakan ulang, mempelajari

dan mengamati, mengkaji lagi dan seterusnya (Polit &

Beck. 2014). Siklus AR menurut Kemmis, Mc Taggart,

dan Nixon (2014) menyatakan siklus tindakan action

research spiral terdiri dari plan, act, observe dan reflect.

Planning merupakan suatu proses diskusi yang

terjadi antara partisipan dengan peneliti untuk

menentukan apa-apa saja tindakan perubahan yang akan

dilakukan. Peneliti dan partisipan menganalisa segala

permasalahan secara prioritas dan harus tercipta saling

pengertian didalam menghadapi situasi penelitian. Segala

faktor resiko yang ada dianalisa didalam fase ini serta

dipersiapkan untuk evaluasi sebelum ditentukannya

tindakan yang hendak dilakukan. Diperlukan juga

kolaborasi yang terjadi antara peneliti dan partisipan agar

dapat memahami teori dan praktik.

Action adalah tindakan perubahan yang sudah

direncanakan antara peneliti dengan partisipan. Tindakan

yang dilakukan harus sesuai dan bersifat fleksibel,

Universitas Sumatera Utara


mempunyai sifat sementara dan terbuka terhadap segala

bentuk perubahan. Waktu untuk pelaksanaan action

ditentukan bersama antara peneliti dan partisipan.

Implementasi dari action mengasumsikan material,

sosial, dan politik untuk ditingkatkan lebih baik lagi.

Observasi merupakan salah satu cara dalam action yang

bertujuan untuk mengumpulkan data agar dapat

dievaluasi.

Observation dilakukan untuk mengontrol segala

tindakan perubahan yang dilakukan, berfungsi sebagai

dokumentasi untuk melihat efek yang penting dari

tindakan. Perencanaan observasi harus disusun dengan

baik karena akan menjadi

Universitas Sumatera Utara


dokumen yang penting dalam melakukan refleksi,

bersifat fleksibel serta terbuka terkait dengan pencatatan

yang sebelumnya mungkin tidak dapat diprediksi.

Reflection adalah hasil akhir yang didapatkan

didalam tindakan perubahan. Di dalam tahapan reflection

menemukan hambatan, dukungan yang dapat dilanjutkan

pada siklus berikutnya. Refleksi mempunyai aspek

evaluasi yang menjadi pertanyaan peneliti didalam

menilai hasil pengalaman mereka, menetapkan efek yang

diinginkan serta menyarankan apa yang akan dilakukan

dikemudian hari, serta berusaha memperoleh kekurangan

yang terjadi agar dapat dibuat suatu usulan pemecahan

masalah.

Universitas Sumatera Utara


Kemmis, McTaggart, dan Nixon (2014)

menggambarkan rancangan umum suatu penelitian

tindakan dengan siklus berspiral sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Keterangan :
R : Rencana tindakan
A&O : Aplikasi
tindakan dan
observasi Rf :
Refleksi
RR : Revisi Rencana

Gambar 2.2 : Siklus action research (Kemmis, McTaggart, &


Nixon, 2014)

Universitas Sumatera Utara


3

Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian

kualitatif dengan desain penelitian Action Research.

Penelitian Action Research adalah penelitian yang

Universitas Sumatera Utara


melibatkan sekelompok orang yang terpapar oleh

beberapa isu dan masalah dan memutuskan untuk

menyusun secara bersama-sama bagaimana mencari

penyelesaian masalah yang dialami (Baden & Major,

2010). Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat

desain model peran pasien dalam meningkatkan

keselamatan pasien di ruangan rawat inap Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara. Di dalam penelitian ini akan

dilakukan kolaborasi antara peneliti dan partisipan

penelitian untuk menggali apa yang menjadi

permasalahan di rumah sakit, lalu pemilihan metode dan

pendekatan yang dilakukan dalam menjalankan

penelitian, kemudian melakukan analisis data yang

bertujuan tidak hanya untuk menghasilkan pengetahuan,

namun juga tindakan dan peningkatan kesadaran terkait

dengan model peran pasien dalam meningkatkan

keselamatan pasien.

Kemmis, McTaggart, and Nixon (2014)

menyatakan bahwa penelitian action research mencakup

berbagai kegiatan, dengan bentuk eksplorasi masalah

yang terjadi didalam suatu lingkungan, yang tidak hanya

dipandang dari satu perspektif individu tunggal, namun

juga melibatkan orang lain yang memberikan pengaruh

Universitas Sumatera Utara


dalam lingkungan tersebut. Hasil akhir dari penelitian

action research tidak hanya berkaitan dengan

pengetahuan namun berhubungan dengan pemberdayaan

dan peningkatan kesadaran (Polit & Beck, 2018).

Universitas Sumatera Utara


53

Penelitian action research ini dilakukan dalam 4

(empat) tahapan utama diantaranya planning, acting,

observing, dan reflecting (Kemmis,. McTaggart, &

Nixon, 2014). Sementara action research yang digunakan

adalah pada level professional contextual level, dimana

hasil atau outcomes yang diharapkan adalah terjadi

perubahan terkait pengetahuan, praktik atau perubahan

perilaku di dalam melaksanakan model peran pasien

untuk meningkatkan keselamatan pasien.

Universitas Sumatera Utara


54

Gambar 3.1. The Action Research Spiral


Sumber:Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R.
(2014). The Action Research Planner:Doing
Critical Participatory Action Research.
Singapore: Springer Science+Business
Media Singapore

Universitas Sumatera Utara


55

Lokasi dan

Wakt

Peneli

tian

Lokas

Peneli

tian

Lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara (USU). Rumah Sakit ini adalah entitas

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Dikti yang

pengelolaannya dilaksanakan oleh Universitas Sumatera

Utara. Merupakan salah satu dari 25 Rumah Sakit

Perguruan Tinggi Negeri dengan status yang sama dan

akan dikembangkan di Indonesia oleh Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan/Dikti.

Rumah Sakit USU dibangun diatas lahan milik

USU dengan sertifikat hak pakai seluas 38.000 m2,

berlokasi di pusat kota, Jl. Dr. T. Mansur, berseberangan

dengan kampus Universitas Sumatera Utara. Bangunan

Utama berlantai 5 dengan luas total 52.200 M2,

menempati sekitar 35 % dari tapak lahan. Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara


56

USU dirancang untuk dapat mengakomodasi pelayanan

rawat jalan di sejumlah klinik spesialis/sub spesialis,

pelayanan rawat inap dengan kapasitas 400 tempat tidur,

Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan pelayanan 24 jam,

kamar bedah, ruang persalinan, perawatan intensif,

pelayanan hemodialisa dan rehabilitasi medik. Berbagai

peralatan radiodiagnostik/pencitraan, laboratorium klinik

dan fasilitas/peralatan pelayanan lainnya dilengkapi

untuk penyelenggaraan fungsi rumah sakit.

Rumah Sakit USU juga akan mempersiapkan

berbagai layanan komprehensif dengan unggulan layanan

ginjal dan saluran kemih. Seluruh kegiatan akan

didukung tenaga spesialis dan subspesialis, paramedik

dan tenaga administrasi/teknisi/tenaga penunjang lainnya.

Sejumlah Departemen Klinis akan menyelenggarakan

fungsi pendidikan, riset dan pelayanan. Teknologi dan

sistem

Universitas Sumatera Utara


57

informasi rumah sakit ditata secara maksimal untuk

mengakomodasi penyelenggaraan kegiatan administrasi,

pendidikan, riset dan pelayanan tersebut. Seluruh

pengembangan akan dilaksanakan secara bertahap.

Universitas Sumatera Utara


56

Tabel. 3.1 Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan


WAKTU PELAKSANAAN

KEGIATAN 2021 2022

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agt Sep

Perumusan masalah

Penyusunan proposal

Seminar proposal

Pelaksanaan
penelitian :

1. Reconnaissance

2. Planning

3. Action &
Observation
4. Reflection

Pengolahan data hasil

Universitas Sumatera Utara


penelitian
Seminar hasil

Universitas Sumatera Utara


57

Partisipan

Yang menjadi partisipan dalam penelitian ini adalah perawat

pelaksana yang bertugas di masing-masing lima ruang rawat inap

rumah sakit USU yakni di ruangan Melati, Teratai, Anggreks, Melur,

dan Bangsal dengan jumlah pastisipan sebanyak 15 orang. Perawat

pelaksana tersebut memiliki kriteria inklusi yakni pengalaman kerja

selama 2 tahun, pendidikan Ners, dan sudah pernah mengikuti

pelatihan terkait dengan sasaran keselamatan pasien.

Penelitian ini menggunakan purposive sampling untuk

pengambilan sampelnya. Purposive sampling atau disebut juga dengan

istilah judgmental sampling didasarkan pada keyakinan bahwa

pengetahuan peneliti tentang populasi yang dapat digunakan untuk

memilih partisipan yang memahami masalah yang diteliti sesuai

tujuan penelitian yang ingin dicapai (Polit & Back, 2018). Dengan

menggunakan purposive sampling maka peneliti dapat memilih subjek

yang dipertimbangkannya sebagai subjek yang mewakili populasi

yang diteliti (Lobiondo-Wood & Haber, 2014). Loiselle, Profetto-

McGrath, Polit and Beck (2018), mengatakan dengan menggunakan

metode pengambilan sampel secara purposive sampling maka peneliti

kemungkinan memutuskan dengan sengaja untuk memilih seluas

mungkin responden atau subjek yang dinilai khas dari suatu populasi

yang bersangkutan atau memiliki pengetahuan tentang isu-isu yang

diteliti.

Universitas Sumatera Utara


58

Metode Pengumpulan Data

Data berfungsi sebagai dasar dari suatu penelitian yang berasal

dari empat kegiatan yang dilaksanakan yakni focus group discussion

(FGD), penyebaran kuesioner, dan observasi serta field note,

merasakan apa yang didapatkan saat

Universitas Sumatera Utara


59

pengambilan data di lapangan ( Yin, 2011). Dalam penelitian ini

peneliti melakukan metode pengumpulan data dengan cara melakukan

focus group discussion (FGD), penyebaran kuesioner, dan observasi.

1. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) merupakan bentuk khusus

wawancara kelompok yang dilakukan untuk menggali dinamika dalam

kelompok guna mendorong keterbukaan di antara partisipan dengan

memanfaatkan pernyataan partisipan secara tegas, terus terang, tidak

berbelit-belit dalam suatu kelompok diskusi yang dinamis dengan

tujuan membahas masalah atau topik yang sensitif dalam suatu

kelompok (Streubert dan Carpenter, 2011). FGD digunakan dengan

tujuan mengumpulkan data kualitatif dalam suatu studi penelitian pada

sekelompok orang biasanya terdiri dari 5-10 partisipan atau lebih yang

direncanakan berkumpul untuk membahas topik tertentu yang

memiliki karakteristik yang sesuai dengan penelitian dikenal dengan

sebutan grup interview (Beck, 2013). Dalam penelitian ini jumlah

partisipan yang digunakan sebanyak 15 partisipan.

FGD juga dapat meningkatkan kebebasan para partisipan

dalam memberikan pendapat, hemat dan ekonomis untuk memperoleh

hasil yang cepat, fleksibel, dan jumlah data yang lebih banyak dalam

waktu yang singkat (Lobiondo-Wood & Haber, 2014). FGD dalam

penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi pengetahuan kelompok

partisipan tentang model peran pasien dalam meningkatkan

Universitas Sumatera Utara


60

keselamatan pasien dan dilaksanakan pada tahap reconnaisance dan

tahap reflection serta waktu untuk melaksanakan FGD ini kurang lebih

60 menit.

Universitas Sumatera Utara


61

2. Penyebaran Kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan oleh peneliti pada tahap

reconnaisance dan tahap reflection. Sebelum dilakukannya pengisian

kuesioner, partisipan mengisi informed consent terlebih dahulu

sebagai bentuk persetujuan partisipan untuk terlibat di dalam

penelitian. Selanjutnya pengisian kuesioner dilakukan dengan

memberikan tanda checklist untuk jawaban yang benar maupun yang

salah untuk memperoleh tingkat pengetahuan partisipan terkait dengan

model peran pasien dalam meningkatkan keselamatan pasien di ruang

rawat inap rumah sakit Universitas Sumatera Utara.

3. Observasi

Observasi dilakukan pada tahap reconnaisance serta tahap

acting dan observing dimana peneliti melakukan pengamatan dan

observasi kepada partisipan terkait dengan implementasi model peran

pasien dalam meningkatkan keselamatan pasien di ruang rawat inap

rumah sakit Universitas Sumatera Utara. tahap reconnaisance yakni

saat dilakukannya FGD observasi yang dilakukan berupa Field notes

atau catatan lapangan (Kemmis, McTaggart & Nixon, 2014). Field

Notes merupakan bentuk pencatatan yang paling umum sebagai alat

pengumpul data dalam metode observasi (Afiyanti & Rahmawati,

2014). Field Notes berisi catatan tentang pengaturan atau konteks

Universitas Sumatera Utara


62

untuk wawancara, serta observasi yang dilakukan selama proses

pengumpulan data, seperti catatan tentang perilaku atau komunikasi

nonverbal partisipan (Lobiondo-Wood & Haber, 2014). Dengan Field

Notes maka peneliti mendapatkan catatan lapangan secara detail

Universitas Sumatera Utara


63

dan observasi komunikasi non verbal yang menghasilkan banyak data

yang diperlukan peneliti (Lobiondo-Wood & Haber, 2014). Field

notes berisi tanggal, waktu, dan lokasi penelitian, serta dua kolom

yang terdiri atas kolom hasil pengamatan (rekaman). Kolom ini diisi

berdasarkan gambaran yang terlihat saat FGD tentang model peran

pasien dalam meningkatkan keselamatan pasien dan kolom kedua

berisi tentang hal-hal yang dirasakan peneliti menggunakan indera

(kesan, interpretasi, dan pemikiran peneliti). Untuk tahap acting dan

observing, digunakan lembar observasi berupa checklist yang

digunakan oleh peneliti saat mengobservasi partisipan apakah

tindakan dilakukan atau tidak dilakukan yang berhubungan dengan

implementasi model peran pasien dalam meningkatkan keselamatan

pasien di ruang rawat inap. Jumlah tindakan yang diobservasi adalah

sebanyak 20 tindakan.

Alat Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini alat pengumpul data yang digunakan

adalah peneliti, selain kuisioner data demografi, kuisioner

pengetahuan perawat tentang peran pasien dalam meningkatkan

keselamatan pasien, pedoman focus group discussion (FGD), format

field notes, dan perekam suara (voice recorder). Kemampuan yang

dimiliki oleh peneliti sebagai alat pengumpul data salah satunya

adalah kemampuan dalam melakukan wawancara untuk mendapatkan

data penelitian secara mendalam dan nyata.

Universitas Sumatera Utara


64

1. Kuisioner

Self-report adalah suatu alat pengumpul data yang dibuat

dalam bentuk kuesioner untuk memungkinkan peneliti menjaga

dengan baik kerahasiaan partisipan dalam penelitian (Polit & Back,

2018). Kuesioner merupakan alat

Universitas Sumatera Utara


65

pengumpul data yang terdiri dari pertanyaan tertulis yang memerlukan

tanggapan tertulis, dirancang untuk mengumpulkan data individu

tentang pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan perasaan (Lobiondo-

Wood & Haber, 2014). Pada penelitian ini, kuisioner yang digunakan

adalah kuisioner terstruktur dengan tipe pertanyaan tertutup (closed-

ended questions). Dengan menggunakan pertanyaan tertutup maka

memungkinkan bagi partisipan untuk dapat menyelesaikan lebih

banyak pertanyaan tertutup daripada yang terbuka dalam jumlah

waktu tertentu dan tidak bersedia menulis tanggapan tertulis yang

panjang jika menggunakan pertanyaan terbuka di dalam kuesioner

(Loiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck, 2018). Di satu sisi

kuesioner harus ditulis dengan jelas sehingga maksud dari pertanyaan

dan sifat dari pilihan dapat direspon dengan jelas juga oleh partisipan

(Lobiondo-Wood & Haber, 2014). Selain itu kuisioner yang akan

digunakan dalam penelitian terdiri atas dua bentuk yaitu kuisioner

data demografi dan kuisioner pengetahuan perawat tentang peran

pasien dalam meningkatkan keselamatan pasien.

Untuk kuesioner data demografi maka bentuk pertanyaan yang

digunakan adalah Rank-Ordered Question, sedangkan kuisioner

pengetahuan perawat tentang peran pasien dalam meningkatkan

keselamatan pasien menggunakan Rating Question dengan

Dichotomous Questions, terdiri dari beberapa pernyataan deklaratif

(atau item) yang mengekspresikan sudut pandang pada topik

Universitas Sumatera Utara


66

penelitian (Polit & Beck, 2018). Dalam kuisioner pengetahuan

perawat tentang peran pasien dalam meningkatkan keselamatan

pasien, partisipan diharuskan membuat pilihan diantara dua alternatif

yaitu benar/salah. Pengembangan kuisioner dalam penelitian ini

dilakukan sendiri oleh peneliti dengan terlebih dahulu melakukan

Universitas Sumatera Utara


67

literatur reviews. Jumlah kuesioner pengetahuan perawat pelaksana

tentang model peran pasien dalam meningkatkan keselamatan pasien

di ruang rawat inap sebanyak 30 pertanyaan. Selanjutnya, kusioner

dilakukan uji validitas. Kuisioner dikatakan valid apabila Content

Validity Index (CVI) besar (>) 0.80 (Polit & Back, 2018).

2. Panduan Focus Group Discussion (FGD)

Peneliti menggunakan panduan FGD yang disusun peneliti

berdasarkan literature review untuk memotivasi partisipan dalam

memberikan informasi yang bernilai dengan menyatakan apa yang ada

di dalam pikiran, perasaan dan juga pengalamannya terkait dengan

permasalahan dan informasi yang berhubungan dengan peran pasien

dalam meningkatkan keselamatan pasien di ruang rawat inap. Peneliti

menyusun lima buah pertanyaan yang akan ditanyakan kepada

partisipan dan digunakan sebagai panduan saat FGD berlangsung yang

bertujuan untuk mengekplorasi pengetahuan kelompok partisipan

tentang model peran pasien dalam meningkatkan keselamatan pasien.

3. Format Catatan Lapangan ( field notes)

Field Notes membantu peneliti untuk mendapatkan catatan

lapangan secara detail dan observasi komunikasi non verbal yang

menghasilkan banyak data yang diperlukan peneliti (Lobiondo-Wood

& Haber, 2014). Field notes berisi tanggal, waktu, dan lokasi

penelitian, serta dua kolom yang terdiri atas kolom hasil pengamatan

Universitas Sumatera Utara


68

(rekaman). Kolom ini diisi berdasarkan gambaran yang terlihat saat

FGD tentang model peran pasien dalam meningkatkan keselamatan

pasien dan kolom kedua berisi tentang hal-hal yang dirasakan

peneliti menggunakan

Universitas Sumatera Utara


69

indera (kesan, interpretasi, dan pemikiran peneliti). Pengumpulan data

menggunakan field notes dilakukan bersamaan dengan dilakukannnya

kedua pengumpulan data tersebut yaitu di tahap reconnaissance dan

tahap refleksi.

4. Perekam suara (voice recorder)

Saat melakukan FGD peneliti menggunakan voice recorder

untuk merekam suara dari seluruh partisipan. Hasil dari voice recorder

akan di dokumentasikan ke dalam bentuk transkrip dan dari transkrip

ini selanjutnya akan dikembangkan menjadi data yang dibutuhkan

dalam penelitian melalui proses pengolahan data yang disebut content

analysis.

Prosedur Pengumpulan Data

Data yang diperoleh melalui kuisioner demografi dilakukan

pengumpulan atau diisi oleh partisipan sebanyak 1 (satu) kali yaitu

pada pada tahap reconnaissance. Sedangkan kuisioner pengetahuan

perawat tentang model peran pasien dalam meningkatkan keselamatan

pasien di ruang rawat inap pada penelitian ini akan dikumpulkan

sebanyak 2 (dua) kali yaitu ditahap reconnaissance dan tahap refleksi.

Jumlah kuesioner pengetahuan perawat tentang model peran pasien

dalam meningkatkan keselamatan pasien di ruang rawat inap adalah

sebanyak 30 pertanyaan.

Universitas Sumatera Utara


70

Pengumpulan data yang dilakukan melalui FGD, juga

dilakukan sebanyak 4 (empat) kali yaitu 3 kali FGD pada tahap

reconnaissance dan 1 kali FGD tahap refleksi. FGD 1 dilakukan untuk

menggali permasalahan dan informasi melalui partisipan terkait

dengan model peran pasien dalam meningkatkan keselamatan

Universitas Sumatera Utara


71

pasien di ruang rawat inap, FGD 2 dilakukan untuk menganalisis,

mendiskusikan dan menyusun tentatif model peran pasien bersama-

sama dengan partisipan berdasarkan hasil wawancara dari FGD 1, dan

FGD 3 pembentukan tim untuk melaksanakan tentatif model peran.

Pengumpulan data akan dilakukan oleh peneliti kepada seluruh

partisipan sampai partisipan mencapai saturasi data. Saturasi data

berarti peneliti mendengarkan hal yang sama berulang-ulang dari

partisipan, partisipan berada pada titik yang jenuh serta tidak ada lagi

informasi yang baru yang didapatkan begitu juga dengan pengulangan

data yang dilakukan oleh partisipan serta informasi yang diterima oleh

peneliti adalah informasi yang berulang (Beck, 2013; Lobiondo-Wood

& Haber, 2014).

Setiap pertemuan FGD berlangsung kurang lebih 60 menit,

dengan pertimbangan FGD atau wawancara dengan kelompok terdiri

dari 15 orang, wawancara ini dilakukan dengan cara meminta

pendapat dan pengalaman anggota kelompok secara bersamaan

(Lobiondo-Wood & Haber, 2014). Tidak berbeda dengan kuisioner

pengetahuan tentang peran pasien dalam meningkatkan keselamatan

pasien dan FGD, pengumpulan data menggunakan field notes

dilakukan bersamaan dengan dilakukannya kedua pengumpulan data

tersebut yaitu di tahap reconnaissance dan tahap reflection. Dan di

tahap planning peneliti dan partisipan membuat finalisasi model peran

pasien serta kesepakatan terkait dengan implementasi pada tahap

Universitas Sumatera Utara


72

acting dan observing model peran pasien dalam meningkatkan

keselamatan pasien di ruang rawat inap. Jumlah tindakan yang

diobservasi terkait model peran pasien dalam meningkatkan

keselamatan pasien di ruang rawat inap adalah sebanyak 20 tindakan.

Tahap terakhir adalah reflection dimana pada tahap ini, kegiatan yang

akan dilakukan berupa penyebaran kuisioner

Universitas Sumatera Utara


73

persepsi perawat terhadap pelaksanaan model peran pasien dalam

meningkatkan keselamatan pasien dan FGD. Selanjutnya kedua data

yang diperoleh akan dianalisis dan ditarik kesimpulan.

Validitas

Validitas adalah konsep yang kompleks, menunjukkan alat

ukur yang digunakan dalam penelitian benar-benar mengukur apa

yang diukur (Burn, & Grove, 2005). Validitas memiliki sejumlah

aspek dan pendekatan penilaian. Pada penelitian ini, pendekatan

penilaian yang digunakan adalah content validity guna melihat

cakupan area konten yang memadai. Bentuk aplikasi dari pendekatan

content validity pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa teknik:

(a) melihat seberapa representatif pertanyaan tentang peran pasien

dalam meningkatkan keselamatan pasien dari semua pertanyaan yang

mungkin diajukan mengenai topik yang diteliti, instrumen yang akan

dibuat berasal dari literatur review yang menyeluruh mengenai topik

penelitian sehingga ukuran tersebut dapat menangkap keseluruhan

domain secara memadai, (b) menghitung Content Validity Index (CVI)

yang menunjukkan tingkat kesepakatan ahli.

Koefisien validitas dihitung dengan menggunakan rumus

matematis yang menghubungkan skor pada instrumen dengan skor

pada variabel kriteria. Besarnya koefisien menunjukkan seberapa

Universitas Sumatera Utara


74

valid instrumennya Koefisien ini berkisar antara 0,00 dan 1,00,

dengan nilai yang lebih tinggi menunjukkan validitas kriteria yang

lebih besar. Kuisioner dikatakan valid apabila CVI besar (>) 0.80

(Polit & Back, 2018). Pertanyaan FGD, kuesioner pengetahuan,

dan

Universitas Sumatera Utara


75

kuesioner observasi sudah dilakukan uji validity kepada 3 orang

expert. Untuk pertanyaan FGD nilai CVI 0.93, kuesioner pengetahuan

nilai CVI 0,94 dan kuesioner observasi nilai 0,92. Dari hasil nilai CVI

(>) 0.80 sehingga pertanyaan FGD, kuesioner pengetahuan, dan

kuesioner observasi dikatakan valid dan dapat digunakan dalam proses

penelitian.

Tahapan Penelitian Action Research

Proses umum pelaksanaan action research secara singkat

dibagi dalam 4 (empat) tahapan meliputi planning, acting, observing

dan reflecting (Kemmis, McTaggart & Nixon, 2014).

Reconnaissance

Reconnaissance atau dikenal juga dengan istilah preliminary

study mengacu pada proses pengumpulan informasi awal (Kemmis,

McTaggart & Nixon, 2014). Kegiatan yang akan dilakukan peneliti

pada tahap ini meliputi (a) mengenal lokasi penelitian, (b) melakukan

pendekatan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dilokasi

penelitian, (c) menilai pengetahuan partisipan terhadap tema yang

akan dikembangkan menggunakan FGD dan kuisioner, dan (d)

memperhatikan pertimbangan terkait etika penelitian.

Mengenal lokasi penelitian berguna untuk memudahkan

peneliti beradaptasi terhadap lokasi penelitian dan pendekatan dengan

pihak-pihak yang berkepentingan dilokasi penelitian bertujuan untuk

Universitas Sumatera Utara


76

mengidentifikasi individu yang akan berpartisipasi dan pokok

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian hingga

mempertimbangkan rencana guna mengubah praktik, menentukan

bagaimana konsekuensi dari perubahan yang akan dilakukan

Universitas Sumatera Utara


77

(Kemmis, McTaggart & Nixon, 2014). Kegiatan FGD dan penyebaran

kuisioner dilakukan dengan memperhatikan hirarki prosedur

komunikasi yang berlaku di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Guna memperoleh triangulasi data pada tahap ini, peneliti mengguna

alat pengumpul data lainnya berupa field notes.

Peneliti juga akan memperhatikan pertimbangan etik penelitian

dengan bentuk kegiatan meliputi membaca berbagai hal terkait dengan

kegiatan penelitian sebelum penelitian dimulai, memberikan informed

concent pada partisipan dimana partisipan tersebut bersedia untuk

ikut serta berpartisipasi didalam penelitian ini serta peneliti akan

memastikan bahwa penelitian ini telah melalui etichal clereance dari

komite etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Planning

Setelah tahap reconnaissance dilaksanakan, kegiatan

selanjutnya adalah perencanaan. Adapun kegiatan yang akan

dilakukan pada tahap ini meliputi (a) menyusun timetable penelitian,

(b) mencari literature reviews untuk menyelesaikan permasalahan

yang ditemukan, (c) menyusun ide untuk menyelesaikan

permasalahan, (d) menshare ide-ide yang telah dikumpulkan terhadap

orang-orang yang berkepentingan, (e) melaksanakan brainstorming

terhadap ide-ide yang telah dikumpulkan, dan (f) ide-ide yang muncul

ditampung, dikembangkan, dan disepakati untuk sama-sama

menyusun output yang disepakati.

Universitas Sumatera Utara


78

Penyusunan timetable pada penelitian ini dilakukan peneliti

untuk penjadwalan, monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian.

Literature reviews menyajikan sejumlah fungsi penting dalam proses

penelitian dan berperan dalam

Universitas Sumatera Utara


79

pengembangan evidence- based practic (Loiselle, Profetto-McGrath,

Polit, & Beck, 2011). Pada penelitian ini pencarian literature reviews

dilakukan sejak bulan Oktober 2019 sampai Desember 2019 dengan

jurnal yang digunakan terbitan tahun 2009 sampai dengan 2019. Ide-

ide yang diperoleh dari literature reviews digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan. Selanjutnya ide-ide tersebut di share

terhadap orang-orang yang berkepentingan. Selanjutnya dilakukan

branstorming terhadap ide-ide yang telah dikumpulkan dan terakhir

ide-ide yang muncul saat branstorming ditampung, dikembangkan,

dan disepakati untuk sama-sama menyusun output yang disepakati.

Acting dan Observing

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini diantaranya (a)

melakukan observasi terhadap kegiatan yang telah di susun ditahap

planning, (b) pemaparan hasil output yang telah disepakati, dan (c)

mengidentifikasi hambatan kegiatan sesuai dengan timetable yang

ditelah disusun ditahap planning.

Reflecting

Tahapan reflecting merupakan tahap akhir dari penelitian

action research. Tahap ini akan dilakukan dengan beberapa cara

diantaranya menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan dan

menarik kesimpulan serta memperluas kajian output yang telah

disusun (Kemmis, McTaggart & Nixon, 2014). Pada tahap ini,

kegiatan yang akan dilakukan berupa penyebaran kuisioner persepsi

Universitas Sumatera Utara


80

perawat terhadap pelaksanaan model peran pasien dalam

meningkatkan keselamatan pasien dan FGD. Selanjutnya kedua data

yang diperoleh akan dianalisis dan ditarik kesimpulan.

Universitas Sumatera Utara


81

Analisis, sintesis, menjelaskan dan menarik kesimpulan penelitian


memperluas kajian output yang telah disusun
Menyusun timetable
Mencari literature
review
Menyusun ide
Brainstorming
Kesepakatan untuk menyusun out

Melakukan observasi kegiatan yang telah disusun ditahap planning


Identifikasi hambatan penelitian

Skema 3.1 Penelitian


action research

Universitas Sumatera Utara


82

Universitas Sumatera Utara


83

Universitas Sumatera Utara


Variabel dan Definisi Operasional

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengembangan

model peran pasien dalam meningkatkan keselamatan pasien di ruang

rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Definisi operasional

pengembangan model peran pasien dalam meningkatkan keselamatan

pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

adalah suatu kegiatan perumusan desain peran pasien yang dijadikan

acuan untuk meningkatkan keselamatan pasien di ruang rawat inap

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metode

action research sehingga menciptakan model peran pasien.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan dua

cara yaitu analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif

dianalisis menggunakan metode content analysis. Content analysis adalah

analisis data naratif untuk mengidentifikasi tema dan pola yang menonjol

di antara tema yang muncul (Polit & Back, 2018).

Data kualitatif yang akan digunakan dalam content analysis adalah

data yang diperoleh dari hasil wawancara FGD antara partisipan dengan

peneliti. Data ini dianalisis dalam bentuk tema-tema dengan cara

menemukan kesamaan dan perbedaan data dalam wawancara, dan

kemudian mengelompokkannya ke dalam kategori makna yang lebih luas,

lebih abstrak, dan menyeluruh (Lobiondo-Wood & Haber, 2014).

Langkah-langkah dalam melakukan analisis data yakni: 1) melakukan

Universitas Sumatera Utara


abstraksi data yang terdiri dari proses koding, membuat tema atau

kategori, penulisan memo, 2) melakukan interpretasi data (Creswell &

Poth, 2016).

72

Universitas Sumatera Utara


73

Analisis data kuantitatif pada penelitian ini akan disajkan

menggunakan statistik deskriptif, prosedur yang memungkinkan peneliti

untuk mendeskripsikan dan merangkum data hasil penelitian (Lobiondo-

Wood & Haber, 2014), menggunakan distribusi frekuensi. Data yang

akan disajikan diantaranya umur responden, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan pengalaman kerja.

Pertimbangan Etik

Standar perilaku yang membedakan antara perilaku yang dapat

diterima dan tidak dapat diterima merupakan pengertian dari

pertimbangan etik (Tappen, 2016).

Dan untuk menjamin akuntabilitas kepada partisipan, maka sebuah

penelitian memerlukan perlindungan hak asasi manusia meliputi

autonomy, privacy, confidentiality, dan justice (Wood & Ross-Kerr,

2011).

Peneliti memberikan kesempatan atau pilihan kepada partisipan

untuk mengikuti atau menolak pelaksanan penelitian menggunakan

informed consent. Informed consent adalah suatu prinsip legal yang

berarti bahwa partisipan memahami perlunya berpartisipasi dalam

penelitian dan partisipan dengan sadar setuju untuk berpartisipasi

(Lobiondo-Wood & Haber, 2014).

Perlindungan terhadap partisipan pada penelitian ini dilakukan

dengan cara menjamin kerahasiaan data partisipan yang terkumpul hanya

untuk kepentingan penelitian dengan cara tidak menuliskan nama dan

Universitas Sumatera Utara


74

identitas lainnya yang berhubungan dengan partisipan melainkan hanya

nomor, pengumpulan data berupa rekaman suara, transkrip, pengolahan

data demografi, pengolahan kuesioner pengetahuan perawat pelaksana

tentang model peran pasien dalam meningkatkan keselamatan pasien

penyimpanan data dilakukan didalam PC

Universitas Sumatera Utara


75

menggunakan password. Data wawancara direkam secara profesional dan

dirahasiakan.

Partisipan dalam penelitian ini diperlakukan secara adil dengan

menerapkan aspek prinsip etika penelitian yang berhubungan dengan

pemerataan manfaat dan beban penelitian dimana peneliti pada saat

memilih partisipan penelitian dipilih dengan pertimbangan partisipan

memahami topik yang diteliti.

Kesahihan Data (Trusthworthiness)

Pada penelitian ini, kesahihan data (trustworthiness) dapat

dievaluasi dengan menggunakan kriteria kepercayaan (credibility; dengan

prolonge engagement dan member checking), keteguhan (dependability),

pengalihan (transferability) dan kepastian (confirmability/check expert)

dan authenticity (Lincoln & Guba, 1986). Credibility mengacu pada

kepercayaan terhadap kebenaran dan interpretasi data (Burn, & Grove,

2005). Peneliti akan meningkatkan credibility pada penelitian ini dengan

teknik (a) peneliti terlibat langsung dalam pengumpulan data, (b)

prolonged engagement yaitu membangun kepercayaan dan hubungan

baik dengan partisipan dalam kegiatan pengumpulan data agar diperoleh

pemahaman mendalam tentang budaya, bahasa, atau pandangan

kelompok yang diteliti dan untuk menguji kesalahan informasi, (c)

Triangulasi data, mengacu pada penggunaan beberapa referensi untuk

menarik kesimpulan yang benar (Tappen, 2016). Bentuk kegiatan yang

akan dilakukan peneliti guna memperoleh triangulasi data diantaranya

Universitas Sumatera Utara


76

peneliti akan menggunakan beberapa sumber data dalam sebuah

penelitian. Peneliti akan menggunakan lebih dari satu orang untuk

mengumpulkan, menganalisa, atau menginterpretasikan satu set data,

dalam hal ini peneliti akan dibantu oleh moderator dan fasilitator, peneliti

Universitas Sumatera Utara


77

juga akan menggunakan beberapa metode guna melihat fenomena dari

perspektif yang berbeda, diantaranya menggunakan kuisioner, FGD, dan

field notes (d) Peneliti melibatkan ahli dalam pengumpulan data, analisis

pembentukan tema hingga pembentukan tema, (e) Member check yaitu

melakukan konfirmasi kembali kepada partisipan terkait hasil wawancara

yang telah dilakukan dan peneliti meninjau kembali hasil wawancara jika

menemukan aspek yang saling bertentangan dengan melakukan

klarifikasi data yang diperoleh dengan mengunjungi kembali partisipan

setelah data dianalisis, (f) peneliti melakukan analisis data secara akurat,

dan (f) semua folder, perizinan, persetujuan, nama dan dokumentasi

lainnya pada penelitian dapat diakses untuk diaudit.

Transferability yaitu menerapkan atau melakukan transfer hasil

temuan kepada kelompok ataupun populasi. Peneliti akan memberikan

penjelasan secara lengkap tentang data yang diperoleh dengan fenomena

dan hasil temuan yang ada di tempat penelitian. Hasil FGD akan

dijelaskan kedalam bentuk narasi dengan pembahasan yang dikaitkan

dengan hasil penelitian serta disesuaikan dengan literature yang terkait

dengan hasil penelitian.

Dependability mengacu pada stabilitas (reliability) data dan

kondisi dari waktu ke waktu (Lincoln & Guba. 1986). Pada penelitian ini

aspek dependability diperoleh dari panduan wawancara yang

menghasilkan jawaban partisipan yang terintegrasi dan sesuai dengan

topik yang diberikan, jika dilakukan FGD dengan pertanyaan yang sama

Universitas Sumatera Utara


78

kepada partisipan namun menghasilkan jawaban yang sama ataupun

konsisten pada waktu yang berbeda.

Confirmability mengacu pada objektivitas atau netralitas data

(Lincoln & Guba. 1986). Pada penelitian ini aspek confirmability guna

mencapai

Universitas Sumatera Utara


79

trustworthiness akan dilakukan menggunakan beberapa teknik (a) Hasil

penelitian ini akan di serahkan dalam bentuk transkrip verbal untuk

dibaca oleh partisipan guna memperoleh kepastian dan objektifitas data

yang diperoleh, (b) Analisa data dalam penelitian ini akan dilakukan

berdasarkan asumsi partisipan bukan persepsi peneliti, (c) Peneliti secara

terbuka akan menjelaskan proses dan elemen-elemen penelitian ini

sehingga memungkinkan pihak lain/peneliti untuk melakukan penilaian

terhadap terhadap hasil penelitiannya, dan (d) Peneliti akan merefleksikan

hasil penelitian pada jurnal yang dapat diakses secara gratis oleh peneliti

lain.

Universitas Sumatera Utara


80

Universitas Sumatera Utara


81

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014). Metodologi


penelitian kualitatif dalam riset keperawatan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Abdellah, F., Beland, I. L., Martin, A., & Matheney, R.


V. (1960). Patient- Centered Approaches. Nursing,
205.

Alligood, M. R. (2014). Nursing Theory: Utilization &


Application. 5th edition.
United States: Mosby, an imprint of Elsevier Inc.

Alligood, M.R. (2017). Pakar teori keperawatan dan


Karya Mereka, Edisi Bahasa Indonesia ke 8,
Volume 2. Singapore. Elsevier

Amiri, M., Khademian, Z., & Nikandish, R. (2018). The


effect of nurse empowerment educational program
on patient safety culture: a randomized controlled
trial. BMC Medical Education, 18(1).

Armstrong, N., Herbert, G., Aveling, E. L., Dixon‐


Woods, M., & Martin, G. (2013). Optimizing
patient involvement in quality improvement.
Health Expectations, 16(3), e36-e47.

Auld, M. E. (2017). Health Education Careers in a Post–Health


Reform Era.
Health Promotion Practice, 18(5), 629–635.

Beck, C. T. (2013). Routledge international handbook


of qualitative nursing research. Routledge

Baden, M. S., & Major, C.H. (2010). New Approaches


to Qualitative Research Wisdom and Uncertanty.
London and New York : Roudledge.

Bishop, A. C., & Macdonald, M. (2017). Patient


involvement in patient safety: a qualitative study
of nursing staff and patient perceptions. Journal
of patient safety, 13(2), 82-87.

Burgener, A. M. (2020). Enhancing Communication to

Universitas Sumatera Utara


Improve Patient Safety and to Increase Patient
Satisfaction. The Health Care Manager, 39(3),
128132.

Burn, N., & Grove, S. K. (2005). Study Guide for the


Practice of nursing Research: Conduct, Critique,
and Utilization. 5th Edition. United States of
America: Elsivier Saunders.

Biddle, B. J. (1979). Role theory: Expectations, identities, and


behaviors.
Academic Press.
Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2016). Qualitative
inquiry and research design: Choosing among
five approaches. Sage
publications

Universitas Sumatera Utara


Davis, R. E., Sevdalis, N., & Vincent, C. A. (2011).
Patient involvement in patient safety: How willing
are patients to participate?. BMJ quality & safety,
20(1), 108-114.

Davis, R. E., Sevdalis, N., Jacklin, R., & Vincent, C.


A. (2012). An examination of opportunities for
the active patient in improving patient safety.
Journal of Patient Safety, 8(1), 36-43.

Davis, R. E., Sevdalis, N., Pinto, A., Darzi, A., &


Vincent, C. A. (2013). Patients‘ attitudes towards
patient involvement in safety interventions:
results of two exploratory studies. Health
Expectations, 16(4), e164-e176.

Ding, B., Liu, W., Tsai, S.-B., Gu, D., Bian, F., & Shao,
X. (2019). Effect of Patient Participation on Nurse
and Patient Outcomes in Inpatient Healthcare.
International Journal of Environmental Research
and Public Health,16(8),1344

Flink, M., Öhlén, G., Hansagi, H., Barach, P., &


Olsson, M. (2012). Beliefs and experiences can
influence patient participation in handover
between primary and secondary care—a
qualitative study of patient perspectives. BMJ
Qual Saf, 21(Suppl 1), i76-i83.

George Julia, B. (1990). Nursing theories: The base of


professional nursing practice 6 th edition.
Norwalk, CN: Appleton and Lange.

Hwang, J.-I., Kim, S. W., & Chin, H. J. (2019). Patient


participation in patient safety and its relationships
with nurses‘ patient-centered care competency,
teamwork, and safety climate. Asian Nursing
Research

Hurwitz, B., & Sheikh, A. (Eds.). (2011). Health care


errors and patient safety.
John Wiley & Sons.

Hunter, A. D. (2015). Data Collection: Interviewing. In


International Encyclopedia of the Social &
Behavioral Sciences: Second Edition (pp. 851-

Universitas Sumatera Utara


856). Elsevier Inc..

Hains, I. M., Marks, A., Georgiou, A., & Westbrook, J.


I. (2011). Non-emergency patient transport: what
are the quality and safety issues? A systematic
review. International Journal for Quality in
Health Care, 23(1), 68-75.

Jang, H., & Lee, N.‐ J. (2017). Patient safety


competency and educational needs of
nursing educators in South Korea. PLoS ONE,12(9).

Jarrar, M. T., Minai, M. S., Al‐ Bsheish, M., Meri, A.,


& Jaber, M. (2019). Hospital nurse shift length,
patient‐ centered care, and the perceived quality
and patient safety. The International journal of
health planning and management, 34(1), e387-
e396.

Universitas Sumatera Utara


Joint Commision., Joint Commision International.
(2007). WHO Collaborating Center for Patient
Safety‘s Nine Life-Saving Patient Safety
Solution.

Joint Commission International. (2017). Standar


Akreditasi Rumah Sakit Termasuk Standar Untuk
Rumah Sakit Pendidikan. 6th ed.

KARS (2019). Standar Nasional Akreditasi Rumah


Sakit Edisi 1.1. Jakarta: KARS

Kemmis, S., Mc,Taggart, R., & Nixon, R. (2014).


The action Research Planner Doing critical
Participatory Action Research.Singapore :
Springer Science+Bussines Media Singapore.

Kemenkes, R. I. (2015). Pedoman nasional


keselamatan pasien rumah sakit (patient safety).
Edisi III.

Lincoln, Y. S., & Guba, E. G. (1986). But is it rigorous?


Trustworthiness and authenticity in naturalistic
evaluation. New directions for program
evaluation, 1986(30), 73-84.

Loiselle, C. G., Profetto-McGrath, J., Polit, D. F., &


Beck, C. T. (2011). Canadian Essentials of
Nursing Research. 2nd Edition. China: Lippincott
Williams & Wilkins

LoBiondo Wood, G., & Haber, J. (2014). Nursing


Research : Methods and Critical Appraisal for
Evidence-Based Practice. 8 th Edition. China :
Elsivier Mosby

Longtin, Y., Sax, H., Leape, L. L., Sheridan, S. E.,


Donaldson, L., & Pittet, D. (2010, January).
Patient participation: current knowledge and
applicability to patient safety. In Mayo Clinic
Proceedings (Vol. 85, No. 1, pp. 53-62). Elsevier.

Paré, G., Trudel, M. C., Jaana, M., & Kitsiou, S. (2015).


Synthesizing information systems knowledge: A

Universitas Sumatera Utara


typology of literature reviews. Information &
Management, 52(2), 183-199.

Peat, M., Entwistle, V., Hall, J., Birks, Y., & Golder, S.
(2010). Scoping review and approach to appraisal
of interventions intended to involve patients in
patient safety. Journal of Health Services
Research & Policy, 15(1_suppl), 17-25.

Pelletier, L. R., & Stichler, J. F. (2013). Action brief:


patient engagement and activation: a health
reform imperative and improvement opportunity
for nursing. Nursing Outlook, 61(1), 51-54.

Universitas Sumatera Utara


Polit, D. F., & Beck, C. T. (2018). Essentials of nursing
research: Appraising evidence for nursing
practice. Ninth ed. Lippincott Williams &
Wilkins.

Pomey, M. P., Ghadiri, D. P., Karazivan, P., Fernandez, N., &


Clavel, N. (2015).
Patients as partners: a qualitative study of
patients‘ engagement in their health care.
PloS one, 10(4).

Rainey, H., Ehrich, K., Mackintosh, N., & Sandall, J.


(2015). The role of patients and their relatives in
‗speaking up‘about their own safety–a qualitative
study of acute illness. Health Expectations, 18(3),
392-405.

Ringdal, M., Chaboyer, W., Ulin, K., Bucknall, T.,


& Oxelmark, L. (2017). Patient preferences for
participation in patient care and safety activities in
hospitals. BMC Nursing, 16(1).

Sahlström, M., Partanen, P., Azimirad, M., Selander, T., & Turunen,
H. (2019).
Patient participation in patient safety—
An exploration of promoting factors.
Journal of nursing management, 27(1),
84-92.

Schwappach, D. L. (2010). Engaging patients as


vigilant partners in safety: a systematic review.
Medical Care Research and Review, 67(2), 119-
148

Schwappach, D. L., Hochreutener, M. A., & Wernli, M.


(2010, March). Oncology nurses' perceptions
about involving patients in the prevention of
chemotherapy administration errors. In Oncology
nursing forum (Vol. 37, No. 2).

Skagerström, J., Ericsson, C., Nilsen, P., Ekstedt, M., &


Schildmeijer, K. (2017). Patient involvement for
improved patient safety: A qualitative study of
nurses‘ perceptions and experiences. Nursing
open, 4(4), 230-239.

Universitas Sumatera Utara


Streubert, H. J., Carpenter, D. R (2011). Qualitative
Research in Nursing : Advancing the Humanistic
Imperative. Lippincott Williams & Wilkins.

Tappen, R. M. (2016). Advanced nursing research:


From theory to practice.Jones & Bartlett
Publishers.

Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2006). Nursing


theorists and their work, St. Louis, Misouri, CV.
Mosby Company.

Tobiano, G., Bucknall, T., Marshall, A., Guinane, J., &


Chaboyer, W. (2015). Nurses' views of patient
participation in nursing care. Journal of advanced
nursing, 71(12), 2741-2752.

Vaismoradi, M., Jordan, S., & Kangasniemi, M. (2015).


Patient participation in patient safety and nursing
input–a systematic review. Journal of clinical
nursing, 24(5-6), 627-639.

Universitas Sumatera Utara


Weingart, S. N., Zhu, J., Chiappetta, L., Stuver, S. O., Schneider, E.
C., Epstein,
A. M., ... & Weissman, J. S. (2011). Hospitalized
patients‘ participation and its impact on quality of
care and patient safety. International Journal for
Quality in Health Care, 23(3), 269-277.

Wood, M.J., & Ross-Kerr, J.C. (2011). Basic Steps in


Planiing Nursing Research : From Question to
Proposal (7th Ed). Sudbury, MA : Jones and
Bartlett Publishing 511 pp.

Wu, T., & Li, L. (2017). Evolution of Public Health


Education in China.
American Journal of Public Health, 107(12),
1893–1895

Yin, R. K. (2011). Qualitatif research from start to


finish . New York : The Guilford Press.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai