Anda di halaman 1dari 3

Seperti yang kita ketahui bahwa pertanian memiliki andil yang besar dalam pembangunan di

Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik, pertumbuhan Pertanian menempati posisi ke-2 setelah
bidang industri yaitu sebesar 13,53%. Pembangunan di bidang pertanian merupakan salah satu
bentuk pemerintah dalam mempersiapkan ketahanan pangan nasional dalam jangka panjang,
dimana ketahanan pangan ini merupakan salah satu bentuk antisipasi untuk menangani krisis
pangan dan mengurangi ketergantungan terhadap import pangan. Untuk mendukung ketahanan
pangan, dibutuhkan pengembangan dari sisi kualitas produk pada sektor Agrikultur.
Perkembangan tekologi dalam bidang Agrikultur memiliki dampak yang cukup besar. Bukan
hanya bagi para petani, namun juga dari hasil produksinya. Jika dilihat kilas balik, pada awalnya
di Indonesia sendiri masih menggunakan teknik konvensional dimana semua kegiatan pertanian
seperti penanaman, pemeliharaan, dan panen dilakukan secara manual. Hal tersebut bukan hanya
akan mengeluarkan bayaknya tenaga, namun juga optimal atau tidaknya hasil yang didapat.
Seiring perkembangannya waktu, muncullah teknologi-teknologi yang bertujuan membantu para
petani untuk mempermudah pekerjaannya dari sisi kekuatan fisik. Beberapa teknologi
diantaranya adalah traktor yang berfungsi sebagai pengolah tanah, mesin penanam bibit dan
benih, mesin penakar pupuk dan pengairan, mesin pemetik kapas. Memasuki revolusi industri
4.0 dan era digitalisasi, bidang agrikultur pun ikut mengalami perkembangan yang penting dalam
mencapai target produksi. Pada revolusi ini, pengembangan teknologi lebih mengarah kepada
smart farming yang mengkonsep pertanian presisi dimana ada data yang terukur untuk mencapai
hasil produksi yang optimal. Pertanian presisi merupkan pertanian yang memanfaatkan
sumberdaya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mengurangi dampak
terhadap lingkungan, dengan sistem yang memperhatikan input, proses, output, dan keluarannya,
pertanian presisi ini juga membentuk pola pikir atau strategi apa yang akan dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah atau bahkan meningkatkan kualitas produksinya. Pertanian presisi ini
juga didukung oleh teknologi berbasis sensor yang dapat langsung memonitoring keadaan
pertanian secara realtime diberbagai titik yang dikehendaki.

Setiap daerah memiliki tingkat kesuburan tanah yang berbeda-beda dan tergantung dari
jenis tanah dan letak geografis suatu daerah[1] Tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian
tidak menjamin adanya keseragaman antara kadar unsur hara dititik yang satu dan yang
lainnya. Kadar unsur hara yang berada didalam tanah pun tidak bernilai konstan, karena
dipengaruhi oleh komponen lain seperti PH tanah yang berubah, meningkatnya kadar Al dan
Mn, kehilangan bahan organik, dan lainnya. Sehingga hal tersebut akan berdampak terhadap
pertumbuhan tanaman dan hasil pertanian yang memiliki kualitas produksi tidak merata.
Pertanian dengan metode konvensional tidak dapat mengetahui kadar unsur hara secara
langsung, dan membutuhkan adanya observasi lebih lanjut terhadap kondisi pertaniannya.
Oleh karenanya untuk mempermudah kegitan tersebut di butuhkan adanya suatu alat yang
dapat mengukur secara langsung kadar unsur hara pada tanah yang dapat dilakukan

Beberapa teknologi yang digunakan dalam mengukur kadar unsur hara pada tanah
berupa. PUTS merupakan alat bantu analisis kadar hara tanah secara kualitatif untuk
menentukan status hara N, P, K, dan pH tanah di lapangan secara cepat, murah, mudah dan
akurat. Perangkat uji cepat ini berupa alat pengukur status hara N, P, K, & pH tanah dan
cairan formula kimia berdasarkan kolori-metri/ (pewarnaan). Prinsip kerja PUTS adalah
mengekstrak hara N, P, K tersedia dalam tanah, mengukur hara tersedia dengan bagan warna,
dan menentukan rekomendasi pupuk padi sawah. PUTS ini merupakan sarana pendukung
Permentan No 40/SR.140/04/2007 tentang rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik
lokasi. Kementerian Pertanian R.I

Sensor tersebut menggunakan gelombang elektromagnetik Visible Near Infra-Red


Spectroscopy (VisNIR) pada panjang gelombang 500-2500 nanometer. Gelombang tersebut
berkorelasi baik dengan parameter sifat tanah seperti pH, KTK, C-organik, total N, P dan K
serta tekstur tanah.

Tujuan

Untuk mengetahui hubungan antara kadar unsur hara yang terdapat dalam tanah terhadap
tegangan yang timbul pada recivier menggunakan medan magnet.

[1]. Sarief, Saifuddin. 2000. Ilmu Tanah Pertanian. Penerbit

Pustaka Buana: Bandung

https://smart-farming.tp.ugm.ac.id/2020/09/13/pengembangan-konsep-pertanian-presisi-di-indon
esia/
https://himarekta.sith.itb.ac.id/?p=285

https://www.umy.ac.id/sikapi-revolusi-industri-pada-perkembangan-agrikultur-berkelanjutan-den
gan-tepat.html

https://msmbindonesia.com/smart-farming-4-0-masa-depan-pertanian-indonesia/

https://bestplanterindonesia.com/mekanisme-ketersediaan-hara-didalam-tanah/

jesika & bela fortune

Anda mungkin juga menyukai