Anda di halaman 1dari 3

Wahai Sunyi, Aku Ingin Bercerita

Oleh: Muhammad Ainur Rohman

Wahai sunyi temanku,

Ku ingin sejenak bersamamu

Duduk bersama dibalut renung

Sekadar mengingatkanku kembali

Bahwa aku hanya seorang manusia.

Wahai sunyi temanku,

Ketika aku duduk di teras kontrakan temanku kala itu

Tak sengaja seekor burung kecil

Terbang melintas begitu saja di depanku.

Apa dia sedang membawa isyarat kepadaku

Bahwa hidup seakan hanya sekelebatan angin

Entah seberapa banyak debu yang dapat ia sapu,

Ooo sunyi temanku,

Dikala malam itu terdengar lantunan indah tadarus Qur’an

dari masjid dekat kontrakan itu,

seakan alam sekitarku sedang berbicara

mengapa kami tak kau cerna pula?

Sejenak serasa terheran dan ingin berkata “ya begitulah”

namun ternyata itu tak biasa.

Wahai sunyi temanku,

Tahukah dirimu, ternyata hanya segelintir orang

yang mau membalas pesan semesta.

Bagaimana menurutmu?

Isyarat itu tertuju pada manusia,

Yang punya akal itu lho..


Namun hanya beberapa yang mau meng-upgred-nya menjadi hati.

Dan lagi, sunyi.

Aku ingin bercerita kembali

Bahwa tak jarang aku berjumpa dengan manusia yang angkuhnya luar biasa.

Bahkan tak jarang sesama manusianya-pun ia tendang kesana kemari.

Katanya banyak dunianya, luas hartanya.

Tapi kok seakan sempit pelupuk matanya itu,

Aku jadi kasihan dengan hati kecilnya.

Tak jarang ia pengap di dalam sana, pucat dan tak jarang lagi sesak nafasnya

Oleh tindak laku manusia macam itu.

Ooo sunyi temanku,

Kau mungkin ingin menanyakan kepadaku

“buruk-kah harta duniawi itu?”

Ya... tidak selamanya.

Asal ia mau mencari pengetahuan itu,

Ia akan tau bagaimana me-manage dunia itu untuk bekal akhiratnya.

Wahai sunyi, temanku.

Malam ini terlihat cerah langitnya

Meski kendaraan bising diluar sana

Memasuki gendang telingaku,

Tapi aku masih ingin bercerita.

Namun sayang, sunyi.

Malam adalah hamba yang taat pada perintah tuhannya.

Dan ia akan terus bergulir

Hingga pagi membuatnya tertidur lelap.

Oh sunyi temanku,

Tak terasa malam ini serasa cepat meninggalkan kita,


Aku berharap semoga belas kasih Tuhanku

masih memberi kesempatan untuk kita melihat mentari esok pagi

dengan iman yang masih kokoh tertancap di lubuk hati.

Oh iya, sunyi. Aku sampai lupa.

Ingatkan padaku nanti, karena mungkin saja aku terlupa lagi.

Jadi, tubuh yang kau saksikan didepanmu ini,

Dulunya itu tercipta dari gumpalan darah.

ya, benar!

segumpal darah,

dan itu telah terbukti.

Yang sekarang aku berdiri di sini,

Nantinya akan diselimuti tanah dengan harum khasnya itu,

Terlebih saat rintik hujan turun ke bumi.

Ooh sunyi, temanku.

Kembali ku ucapkan, tolong ingatkan aku.

Anda mungkin juga menyukai