Panas 2 •
•
DEHIDRASI
PENGASAPAN
• PEMANGGANGAN
• PENGGORENGAN
Proses Dehidrasi
Adalah penggunaan panas yang dikendalikan oleh kondisi-kondisi untuk
menghilangkan sebagian besar air yang biasanya terdapat dalam bahan
makanan melalui proses evaporasi atau dalam pengeringan beku melalui
proses sublimasi
aplikasi panas
mengurangi kelembaban
Tujuan utama dehidrasi adalah untuk memperpanjang umur simpan
dengan mengurangi aktivitas air
bukan proses sterilisasi
menghambat pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim
Faktor-faktor yang berpengaruh
pada proses pengeringan
Batch
Suhu dijaga konstan
Kelembaban menurun selama proses pengeringan
Terdiri dari ruang tertutup dengan alat pemanas, fan untuk
menghembuskan udara, outlet udara, inlet udara
Biasa digunakan untuk uji coba produk sebelum scale up
Tunnel Dryer
Kelemahan:
Mahal
Perlu pengemasan khusus
Cocok untuk produk-produk yang mahal
Produk ringan, bentuk dan ukuran dapat dipertahankan
Pengerutan minimal
Aplikasi: teh instan, kopi, udang, buah-buhaan tertentu seperti
berry, sayuran
Produk yang dikeringkan yaitu produk dimana flavor dan daya
rekonstitusi merupakan parameter mutu yang penting
Dalam termodinamika, titik tripel sebuah zat merupakan temperatur
dan tekanan di mana ketiga fase (gas, cair, dan padat) zat
tersebut berada dalam keadaan kesetimbangan termodinamika.
Sebagai contoh, titik tripel raksa terdapat pada suhu −38,83 - 44 °C
dan tekanan 0,2 mPa.
Freeze-drier bekerja dengan pembekuan material dan kemudian
mengurangi takanan dan menambahkan panas yang cukup untuk
memungkinkan air beku dalam material menguap langsung dari
fasa padat ke fasa gas.
Air memiliki diagram fase yang tidak wajar dan kompleks, walaupun hal
ini tidak memengaruhi pembahasan titik tripelnya. Pada temperatur
yang tinggi, penambahan tekanan akan menghasilkan zat cair terlebih
dahulu, barulah kemudian zat padat. (Di atas 109 Pa bentuk kristal es
yang terbentuk lebih padat daripada zat cair.) Pada temperatur yang
rendah dan kompresi, fase cair menghilang, dan air akan langsung
berubah dari gas menjadi padat.
Proses dimana molekul larut air dan larut lemak. Uap dan partikel lain dilepaskan
dari kayu yang terbakar dan masuk dalam makanan.
Pengasapan. Ikan yang telah dikeringkan diberi asap cair. Ada dua
cara pemberian asap cair, yaitu:
Asap cair dilarutkan ke dalam air (1 bagian asap cair di dalam 99
bagian air). Ke dalam asap cair tersebut daging kering dicelupkan
selama 10 menit.
Asap cair dilarutkan ke dalam minyak (1 bagian asap cair
dilarutkan ke dalam 99 bagian minyak). Asap cair ini disemprotkan
ke permukaan daging.
KOMPONEN DALAM ASAP
Pada umumnya asap terdiri dari udara dan gas lain serta uap air dengan campuran
berbagai ukuran partikel kecil hidrokarbon.
Beberapa kayu lunak khususnya pinus atau cemara mengandung resin yang
memproduksi citarasa retene yang kuat dan komponen lain ketika dibakar, maka
jenis kayu-kayu tersebut tidak dipakai untuk pengasapan
Kayu yang biasa digunakan untuk pengasapan adalah golongan kayu keras seperti
kayu ek, berangan atau hickory yang dilembabkan dengan serbuk gergaji basah,
dibakar untuk menghasilkan panas dan asap pekat.
Komponen kimiawi penting pada asap adalah nitrogen oksida, hidrokarbon
aromatik polisiklik, senyawa fenolik, furan, senyawa karbonil, asam karbosiklik alifatik
dan senyawa tar
Sejumlah komponen asap memberikan kontribusi rasa atau aroma
tertentu, misalnya kayu apel, ataupun memberi citarasa khas
lainnya.
Sejumlah komponen asap lainnya bertindak sebagai pengawet.
Fenol maupun senyawa fenolik lainnya bertindak sebagai
antioksidan dan antimikroba. Zat kimia lain yang bersifat
antimikroba adalah formaldehida, asam asetat, dan asam
karboksilat lainnya.
Peralatan yang digunakan
Tradisional
Peralatan yang digunakan
Modern
Pengaruhnya terhadap makanan
dan mikroorganisme
Adanya warna kuning pada produk hasil pengasapan disebabkan karena
terjadinya reaksi maillard yaitu interaksi gugus amino pada protein makanan
dengan karbonil pada asap.
Jika pengasapan dengan asap cair terjadi lapisan tipis yang kuat hasil koagulasi
protein akibat asam pada asap, sementara bagian dalam makanan tidak
berubah.
Beberapa nutrisi hilang atau berkurang akibat perlakuan panas pengasapan
Adanya komponen PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbone) yang terdiri dari
benzo(a) pirena dan 10 senyawa lain dan nitrosamine pada produk hasil
pengasapan bersifat mutagenik dan karsinogenik dan beberapa negara
terutama EU sudah menetapkan batas atas kadar yang bisa dikonsumsi.
Kombinasi pengaruh garam, senyawa antimikroba dalam asap,
panas dan dehidrasi sebagian selama pengasapan panas efektif
melawan bakteri.
Beberapa negara yang memiliki perhatian pada polusi perairan
menerapkan standar suhu dan metode pengasapan untuk
menjamin pangan asap ini aman dikonsumsi
PEMANGGANGAN
Fase 3. Absorbsi
Uap air semakin berkurang timbul kerak di permukaan bahan pangan
Waktu dan suhu penggorengan ditentukan oleh
perubahan yang diperlukan untuk mencapai kualitas
organoleptik agar pusat panas menerima cukup
panas untuk menghancurkan mikroorganisme yang
mengontaminasi dan makanan menjadi cukup
matang, sifat organoleptik telah terbentuk (warna,
bau, tekstur)
PROSES PENGGORENGAN
Pada saat bahan pangan digoreng, akan terjadi pindah panas dari
sumber panas penggoreng ke bahan pangan, melalui media pindah
panas minyak goreng. Akibat proses pemanasan tersebut, bahan
pangan akan melepaskan uap air yang dikandungnya. Minyak akan
melepaskan hasil degradasi minyak yang bersifat volatil ke udara.
Bahan pangan sendiri akan melepaskan remah- remah hasil
penggorengan ke dalam minyak, demikian juga berbagai komponen
yang terlarut minyak akan berada pada minyak goreng
menghasilkan minyak bekas pakai atau disebut minyak jelantah.
- Kualitas minyak
minyak yang baru lebih sedikit menempel pada bahan daripada
minyak jelantah
- Suhu dan lama proses
- Bentuk dan porositas produk
- Komposisi produk
- Bahan pangan dengan kandungan air yang tinggi akan lebih banyak
menyerap minyak, karena semakin banyak ruang kosong yang
ditinggalkan oleh air yang menguap selama penggorengan
- Pra perlakuan bahan
Perubahan Bahan Pangan karena Proses
Penggorengan
4. Penyerapan minyak
Selain sebagai media pemanas, minyak goreng juga terbawa ke
dalam produk gorengan. Sehingga selama penggorengan,
minyak goreng akan berkurang
5. Kerusakan vitamin
Terjadinya pemanasan menyebabkan rusaknya atau hilangnya
vitamin yang tidak tahan panas, seperti vitamin A, C, maupun E.
Demikian pula selama penyimpanan pangan gorengan, dapat
mengakibatkan terjadinya banyak kehilangan zat gizi terutama
vitamin larut lemak
Perubahan Bahan Pangan karena Proses
Penggorengan
6. Gelatinisasi Pati
Karena pemanasan, granula pati yang semula utuh akan pecah
dan membentuk tekstur yang lebih mengembang
7. Denaturaas/koagulasi protein
Terjadinya denaturasi/koagulasi protein karena pemanasan
menyebabkan perubahan tekstur pangan yang digoreng
8. Terbentuk akrilamida
Akrilamida berpotensi karsinogenik, dihasilkan dari reaksi asam amino
dan gula pereduksi pada suhu tinggi yang digunakan saat
penggorengan, pemanggangan dan pembakaran. Akrilamida adalah
senyawa organik sederhana yang berpotensi bahaya bagi kesehatan
(menyebabkan kanker atau karsinogenik)
Beberapa usaha mengurangi terbentuknya akrilamida :
kentang diblansir dulu sebelum digoreng
penggorengan vakum
memperhitungan kecukupan panas pusat, sehingga
penggorengan sampai warna kekuning-kuningan sajatidaksampai
warna gelap ataupun hitam