Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

AUTOMASI PERPUSTAKAAN DAN PERPUSTAKAN


DIGITAL
Disusun guna untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Peng. Perpustakaan dan Lab

Dosen pengampu : Winda A C F, M. Pd

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1.RIZQI STYAMULYA M (2102101138)

2. WIDYA INTAN MARGONO (2102101154)

3. FELIA ARUM PRADANA (2102101155)

4. DYAH PUTRI ROSYTA D (2102101157)

5. KHARISMA CHAIRUNISA (2102101163)

6. FITRIA NUR AINI M (2102101168)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2022
KATA PENGANTAR

MAKALAH
MEDIA PEMBELAJARAN IPS
Disusun guna untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Pembelajaran IPS SD

Dosen pengampu : Taufik Hidayat EY, M.Pd

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

1. WIDYA INTAN MARGONO (2102101154)

2. FELIA ARUM PRADANA (2102101155)

3. DYAH PUTRI ROSYTA D (2102101157)

4. FITRIA NUR AINI M (2102101168)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2022
KATA PENGANTAR

MAKALAH
MEDIA PEMBELAJARAN IPS
Disusun guna untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Pembelajaran IPS SD

Dosen pengampu : Taufik Hidayat EY, M.Pd

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

1. WIDYA INTAN MARGONO (2102101154)

2. FELIA ARUM PRADANA (2102101155)

3. DYAH PUTRI ROSYTA D (2102101157)

4. FITRIA NUR AINI M (2102101168)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan, tanpa pertolongannya mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Peng Perpustakaan dan Lab. Kami
menyusun makalah ini untuk memberikan penjelasan tentang Automasi Perpustakaan dan
Perpustakan digital

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas, walaupun masih
terdapat beberapa kekurangan. Kami menyadari bahwa makalah ini kurang sempurna. Oleh
karena itu, kritik yang membangun sangat kami harapkan. Terimakasih

Wassalamualaikum Wr. Wb

Madiun, 14 juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan...............................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................
Bab II Pembahasan .............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia perpustakaan, dari segi data dan dokumen yang disimpan, dimulai dari
perpustakaan tradisional yang hanya terdiri dari kumpulan koleksi buku tanpa katalog, kemudian
muncul perpustakaan semi modern yang menggunakan katalog (index). Perkembangan mutakhir
adalah munculnya perpustakaan digital (digital library) yang memiliki keunggulan dalam
kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer
(internet). Di sisi lain, dari segi  manajemen (teknik pengelolaan), dengan semakin kompleksnya
koleksi perpustakaan, saat ini muncul kebutuhan akan penggunaan teknologi informasi untuk
otomatisasi business process diperpustakaan. Sistem yang dikembangkan kemudian terkenal
dengan sebutan sistem automasi perpustakaan (library automation system). Proses pengolahan
data koleksi menjadi lebih akurat dan cepat untuk ditelusur kembali. Dengan demikian para
pustakawan dapat menggunakan waktu lebihnya untuk mengurusi pengembangan perpustakaan
karena beberapa pekerjaan yang bersifat berulang (repetable) sudah diambil alih oleh komputer.

Dalam UUD 1945 alenia ke-4 dijelaskan, bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentunya hal tersebut sejalan dengan UU No. 43 Tahun 2007
tentang perpustakaan yang menyatakan, bahwa perpustakaan berfungsi sebagai wahana
pendidikan, penelitian, pelestarian informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan
keberdayaan bangsa. Demikian pentingnya eksistensi perpustakaan dalam meningkatkan
kecerdasan masyarakat tanpa memandang status sosial, ekonomi, suku, agama, ras, maupun
budaya. Peran Perpustakaan sebagai penyedia informasi tentunya harus disadari oleh
pustakawan. Dalam hal ini, perpustakaan tentunya membutuhkan bantuan teknologi guna
mempermudah dan mempercepat kerja para pustakawan dalam berbagai aspek, seperti
pengadaan, pengolahan, display, sirkulasi/ pelayanan serta perawatan bahan pustaka. Teknologi
sangat berperan penting dalam perkembangan perpustakaan kearah yang lebih maju.

Demi kemajuan perpustakaan tersebut pustakawan sebagai tenaga pengelola perpustakaan harus
memiliki kompetensi, attitude, skill dan knowledge yang baik serta professional dalam
menjalankan tugasnya. Informasi yang demikian penting, harus terkelola dengan baik guna
memudahkan pemustaka dan pustakawan dalam melakukan temu kembali bahan pustaka di
perpustakaan. Perpustakaan sebagai sumber informasi, harus mampu beradaptasi dengan
dinamika jaman agar tidak mengalami degradasi kualitas yang menyebabkan pemustaka beralih
ke provider jasa informasi lainnya. Dalam hal ini tentu saja juga dibutuhkan manajemen yang
baik guna mencapai apa yang menjadi visi dan misi perpustakaan. Menurut Terry Dalam
Manullang (2004:8), ada beberapa fungsi dalam manajemen yang sangat penting untuk
diperhatikan untuk mencapai hasil yang maksimal, seperti Planning (perencanaan), Organizing
(pengorganisasian), Actuating (pelaksanaan), dan controlling (pengawasan).

Berbagai macam software digunakan untuk membantu mempercepat kerja pustakawan untuk
menangani kebutuhan informasi pemustaka. Penggunaan komputer serta jaringan yang
reintegrasi menjadi penyebab terbentuknya otomasi perpustakaan. Sulistyo-Basuki (1994)
berpendapat bahwa otomasi perpustakaan merupakan penerapan teknologi informasi untuk
kepentingan perpustakaan, mulai dari pengadaan, hingga ke jasa informasi bagi pembaca.

Salah satu software otomasi perpustakaan yaitu CDS/ISIS yang dikembangkan oleh organisasi
besar dunia yaitu UNESCO. Berbagai macam versi telah diluncurkan dengan pembaharuan.
Hingga yang terbaru yaitu CDS/ISIS for Windows atau Winisis versi 1.5 build 7 pada tahun
2003. Di Indonesia sendiri, PDII-LIPI juga menggagas membuat pangkalan data dengan Winisis.
BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pengenalan Automasi Perpustakaan

1.    a. Pengertian Automasi Perpustakaan

Automasi Perpustakaan adalah sebuah proses pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan


bantuan teknologi informasi (TI). Dengan bantuan teknologi informasi maka beberapa pekerjaan
manual dapat dipercepat dan diefisienkan. Selain itu proses pengolahan data koleksi menjadi
lebih akurat dan cepat untuk ditelusur kembali. Dengan demikian para pustakawan dapat
menggunakan waktu lebihnya untuk mengurusi pengembangan perpustakaan karena beberapa
pekerjaan yang bersifat berulang (repetable) sudah diambil alih oleh komputer.

b. Sistem Automasi Perpustakaan

Sistem automasi perpustakaan  sering disebut dengan sistem perpustakaan

terintegrasi (Integrated Library System) sering juga diistilahkan dengan penggunaan


teknologi informasi pada perpustakaan, di mana kegiatan perpustakaan dilakukan dengan
menggunakan teknologi informasi.

c. Tujuan Automasi Perpustakaan

Automasi perpustakaan diperlukan untuk meningkatkan mutu layanan kepada  pengguna dan


dapat meningkatkan kemampuan perpustakaan agar dapat mengikuti pertambahan banyaknya
koleksi, banyaknya transaksi, dan resource sharing dengan perpustakaan lainnya.

Menurut Harmawan (2009: 6-7), tujuan automasi perpustakaan atau yang biasa disebut dengan
penerapan teknologi informasi pada perpustakaan adalah sebagai berikut :

1. Mengatasi keterbatasan waktu

2. Mempermudah akses informasi dari berbagai pendekatan misalnya dari judul, kata

kunci judul, pengarang, kata kunci pengarang dsb.

3. Dapat dimanfaatkan secara bersama-sama

4. Mempercepat proses pengolahan, peminjaman dan pengembalian

5. Memperingan pekerjaan

6. Meningkatkan layanan

7. Memudahkan dalam pembuatan laporan statistic

8. Menghemat biaya

9. Menumbuhkan rasa bangga.

10. Mempermudah dalam pelayanan untuk kepentingan akreditasi.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa automasi perpustakaan bertujuan untuk
mempercepat dan mempermudah sistem pelayanan perpustakaan baik dalam proses pembuatan
katalog (input data), pelayanan sirkulasi, maupun penelusuran katalog (OPAC).

d. Komponen Automasi Perpustakaan

Sebuah Sistem Otomasi Perpustakaan pada umumnya terdiri dari 3 bagian, yaitu antara lain:

1) Pangkalan Data

Setiap perpustakaan umum atau khusus pasti tidak akan terlepas dari proses pencatatan koleksi.
Tujuan dari proses ini untuk memperoleh data dari semua koleksi yang dimiliki dan kemudian
mengorganisirnya dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmu perpustakaan. Pada sistem manual,
proses ini dilakukan dengan menggunakan bantuan media kertas atau buku. Pencatatan pada
kertas atau buku merupakan pekerjaan yang sangat mudah namun juga merupakan suatu proses
yang tidak efektif karena semua data yang telah dicatat akan sangat sudah ditelusur dengan cepat
jika jumlah sudah berjumlah besar walaupun kita sudah menerapkan proses peng-indeks-an.
Dengan menggunakan bantuan teknologi informasi, proses ini dapat dipermudah dengan
memasukkan data pada perangkat lunak pengolah data seperti : CDS/ISIS (WINISIS), MS
Access, MySQL. Perangkat lunak ini akan membantu kita untuk mengelola pangkalan data ini
menjadi lebih mudah karena proses pengindeks-an akan dilakukan secara otomatis dan proses
penelusuran informasi akan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat karena perangkat lunak ini
akan menampilkan semua data sesuai kriteria yang kita tentukan.

Sistem informasi menerima masukan data dan instruksi, mengolah data tersebut sesuai instruksi,
dan mengeluarkan hasilnya. Fungsi pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah
dikumpulkan dan diolah dalam periode waktu sebelumnya, karena itu ditambahkan sebuah
penyimpanan data file (data file storage) ke dalam model sistem informasi; dengan begitu,
kegiatan pengolahan tersedia baik bagi data baru maupun data yang telah dikumpulkan dan
disimpan sebelumnya.

2) User/Pengguna

Sebuah sistem otomasi tidak terlepas dari pengguna sebagai penerima layanan dan seorang atau
beberapa operator sebagai pengelola sistem. Pengguna merupakan unsur utama dalam sebuah
sistem automasi perpustakan. Dalam pembangunan sistem perpustakaan hendaknya selalu
dikembangkan melalui konsultasi dengan pengguna-penggunanya yang meliputi pustakawan,
staf yang nantinya sebagai operator atau teknisi serta para anggota perpustakaan.

Pada sistem otomasi perpustakaan terdapat beberapa tingkatan operator tergantung dari tanggung
jawabnya, yaitu :

a)  Supervisor.

Merupakan operator dengan wewenang tertinggi. Supervisor dapat mengakses dan  mengatur


beberapa konfigurasi dari sistem sekaligus dapat pula melakukan proses auditing.

b)  Operator Administrasi.

Beberapa proses pendaftaran anggota, pelaporan dan beberapa proses yang digunakan untuk
urusan administrasi dapat ditangani oleh operator ini.

c)  Operator Pengadaan dan Pengolahan.

Untuk urusan pengolahan koleksi buku dapat ditangani oleh operator dengan wewenang ini, dari
proses pemasukan data hingga proses finishing seperti cetak barcode, lidah buku dan label
punggung.

d)  Operator Sirkulasi.
Operator ini bertugas untuk melayani pengguna yang hendak meminjam /memperpanjang/
mengembalikan koleksi ataupun yang hendak membayar tanggungan denda.

3) Perangkat  Otomasi

Perangkat otomasi yang dimaksud disini adalah perangkat atau alat yang digunakan untuk
membantu kelancaran proses otomasi. Perangkat ini terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :

a.       Perangkat Keras

Sebelum memulai proses otomasi, sebuah perangkat keras perlu disiapkan. Yang dimaksud
perangkat keras disini adalah sebuah komputer dan alat bantunya seperti Printer, Barcode,
Scanner, dsb. Sebuah komputer sudah cukup untuk digunakan didalam memulai proses otomasi
pada kalangan instansi perpustakaan kecil. Sedangkan untuk perpustakaan besar maka pasti
diperlukan beberapa komputer dan pelengkapnya agar pelayanan kepada pengguna menjadi
lancar.

Dalam memilih perangkat keras yang pertama adalah  menentukan staf yang bertanggung jawab
atas pemilihan dan evaluasi hardware sebelum transaksi pembelian. Adanya staf
yang bertanggung jawab adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain dan
menghindari dampak buruk yang mungkin timbul. Hal lain adalah adanya dukungan teknis serta
garansi produk dari vendor penyedia komputer.

b.      Perangkat Lunak Otomasi

Sebuah perpustakaan yang hendak menjalankan proses otomasi maka harus ada sebuah
perangkat lunak sebagai alat bantu. Perangkat lunak ini mutlak keberadaannya karena digunakan
sebagai alat pembantu mengefisienkan dan mengefektifkan proses. Suatu software
dikembangkan melalui suatu pengamatan dari suatu sistem kerja yang berjalan, untuk menilai
suatu software tentu saja banyak kriteria yang harus diperhatikan.

Beberapa kriteria untuk menilai software adalah sebagai berikut :

1) Kegunaan  : fasilitas dan laporan yang ada sesuai dengan kebutuhan dan   menghasilkan
informasi tepat pada waktu (realtime) dan relevan untuk proses   pengambilan keputusan.

2)  Ekonomis : biaya yang dikeluarkan sebanding untuk  mengaplikasikan software   sesuai


dengan hasil yang didapatkan.

3)  Keandalan : mampu menangani operasi pekerjaan dengan  frekuensi besar dan   terus-


menerus.

4)  Kapasitas : mampu menyimpan data dengan jumlah besar dengan kemampuan temu   kembali
yang cepat.
5)  Sederhana : menu-menu yang disediakan dapat dijalankan dengan mudah dan   interaktif
dengan pengguna

6)  Fleksibel : dapat diaplikasikan di beberapa jenis sistem operasi dan institusi   serta maupun
memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.

e. Keunggulan Sistem Automasi Perpustakaan

Dibawah ini perincian kemudahan dan keunggulan otomasi dalam rangka menunjang
perkembangan Perpustakaan antara lain:

1.        Kemudahan dalam pengisian Basis Data:

Entri data pada otomasi berkenaan dengan data utama atau basis data atau default data
dipergunakan oleh otomasi untuk kepentingan pengolahan data pada pertalian data yang satu
dengan data lainnya.

2.        Mempercepat Pengolahan data/Kelengkapan Bahan Pustaka:

Data bahan pustaka yang ada pada otomasi akan dengan mudah dan cepat diperoleh print-out-
nya untuk kepentingan administrasi, pelayanan dan kelengkapan bahan pustaka, antara
lain: Katalogisasi, Labeling , Kartu Buku, Kartu Kembali dan Kantong Kartu, Form Induk Buku.

2.  Faktor  Penggerak dan alasan membuat automasi perpustakaan

Adapun

Faktor Penggerak dalam pembuatan automasi perpustakaan adalah    sebagai berikut:

a.     Kemudahan mendapatkan produk TI

b.     Harga semakin terjangkau untuk memperoleh produk TI

c.     Kemampuan dari teknologi informasi

d.     Tuntutan layanan masyarakat serba “klick”

Alasan lain pembuatan automasi perpustakaan:

a.     Mengefisiensikan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan

b.     Memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna perpustakaan


c.     Meningkatkan citra perpustakaan

d.     Pengembangan infrastruktur nasional, regional dan global.

3.    Penerapan Automasi Perpustakaan

Di dalam penerapan sistem otomasi perpustakaan yang baik, maka perlu pertimbangan dan
pemikiran yang matang di dalam merencanakan baik penyediaan perangkat maupun penentuan
sistem manajeman yang akan dipakai. Khusus untuk pengadaan perangkat keras dan lunak serta
sistem pengelolaannya harus memperhatikan beberapa faktor dan indikator yang akan menjadi
subtansi pelaksanaan pekerjaan. Statemen ini bertujuan agar di dalam pelaksanaan pekerjaan
dapat berjalan dengan baik sesuai yang diinginkan dengan Berdasarkan prinsip efesiensi,
efektifitas, dan peningkatan produktifitas kerja.

M.B. Line, dalam laporannya kepada British Menyatakan bahwa penerapan otomasi
perpustakaan mempunyai dua tujuan utama yaitu :

a. Untuk pelayanan yang lebih baik dengan biaya yang lebih murah
b.    Untuk mendapatkan keuntungan (kelebihan) yang lebih besar.

Penerapan teknologi informasi di perpustakaan dapat difungsikan dalam berbagai bentuk, antara
lain:

1. Penerapan teknologi informasi digunakan sebagai Sistem Informasi


Manajemen   Perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem informasi
perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan
anggota, statistik dan lain sebagainya. Fungsi ini sering diistilahkan sebagai bentuk otomasi
Perpustakaan.

2. Penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan


menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Bentuk penerapan TI dalam
perpustakaan ini sering dikenal dengan Perpustakaan Digital.

Penerapan Automasi di perpustakaan sebenarnya bertujuan untuk mempermudah, mempercepat,


dan memaksimalkan kerja di perpustakaan. Ada beberapa jenis-jenis program automasi di
perpustakaan, seperti Winisis, Athenaeum, Slims, dan lain-lain.

Adapun manfaat  dari penerapan teknologi informasi bagi pemakai perpustakaan menurut


Henderson (1992) adalah sebagai berikut :

a.       Menyediakan akses yang cepat dan mudah pada informasi

b.      Menyediakan akses jarak jauh bagi pemakai


c.       Menyediakan akses 24 jam (bila TI dioperasikan atau jasa layanannya sudah dalam bentuk
web browsher) bagi pemakai

d.      Menyediakan akses informasi yang tidak terbatas dari berbagai jenis sumber
e.  Menyediakan informasi yang lebih mutakhir

f. Menyediakan informasi yang dapat digunakan secara luwe bagi pemakai sesuai dengan
kebutuhannya

g. Meningkatkan keluwesan , dan

h. Memudahkan informasi ulang dan kombinasi data dari berbagai sumber.

4.    Pembangunan Automasi Perpustakaan

Untuk mengetahui pemanfaatan komputer di bidang perpustakaan dapat dilihat dari fase
perkembangan automasi perpustakaan, pembagian perkembangan fungsi automasi perpustakaan
tersebut dapat dilihat dari fase perkembangan automasi perpustakaan, pembagian perkembangan
fungsi automasi perpustakaan tersebut dapat dilihat dalam dua fase. Menurut Murguartd seperti
dikutip oleh Siregar (1997:11-12) menyebutkan “fase pertama, fungsi yang diautomasi antara
lain adalah sistem sirkulasi, pengatalogan, dan pengadaan. Fase kedua adalah berbagai inovasi
baru telah memperluas daya dan cakupan temu balik informasi”. Lebih lanjut Siregar, (1997: 4-
5), menyebutkan “kerumahtanggaan perpustakaan adalah suatu istilah yang digunakan untuk
mengontrol koleksi suatu perpustakaan. Kerumahtanggaan tersebut mencakup kegiatan
pengadaan, pengatalogan, pengawasan sirkulasi, pengawasan serial, dan katalog talian”.

1. PENGERTIAN PERPUSTAKAAN DIGITAL

Perpustakaan digital adalah suatu perpustakaan yang menyimpan data baik itu buku (tulisan),
gambar, suara dalam bentuk elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan protokol
elektronik melalui jaringan komputer. Istillah perpustakaan digital atau digital library sendiri
mengandung pengertian sama dengan electronic library dan virtual library.
Perpustakaan digital atau E- Library is a comprehensive digital for information seekers of all
ages. Users can do business research, use it for homework, get background materials for term
papers, find out about both current and historical events, and more, all in one vast database
designed for both depth of content and simplicity of interface. (http://ask.elibrary.com/index.asp).
Kata kunci dari definisi di atas adalah “a comprehensive digital for information seekers” yang
mempunyai arti digital secara menyeluruh untuk pencari informasi. Jadi yang di”digitalkan” ,
dalam konteks perpustakaan, tidak hanya data bibliografi dan layanannya, tetapi menyangkut
semua aspek termasuk isinya (full text).
1. MANFAAT PERPUSTAKAAN DIGITAL
Manfaat Perpustakaan Digital tidak hanya dapat dirasakan oleh pengguna perpustakaan, namun
juga oleh Pustakawan atau staf-staf perpustakaan. Manfaat tersebut diantaranya :
 Bagi Pengguna Perpustakaan :
 mengatasi keterbatasan waktu
 mengatasi keterbatasan tempat
 memperoleh informasi yang paling baru dengan cepat
 mempermudah akses informasi dari berbagai sumber
 mempermudah untuk memindah dan merubah bentuk untuk
kepentingan presentasi dsb.

 Bagi Pustakawan
 meringankan pekerjaan
 meningkatkan layanan
 tidak memerlukan gedung dan ruang yang besar
 menumbuhkan rasa bangga
1. FAKTOR-FAKTOR PERTIMBANGAN DALAM PEMBANGUNAN
PERPUSTAKAAN DIGITAL
Pembangunan Perpustakaan Digital masih mempertimbangkan beberapa faktor-faktor yang
menghambat diantaranya :

 Analisa Kebutuhan
apakah perpustakaan digital memang diperlukan? Untuk menjawab pertanyaan ini tidak dapat
dijawab hanya berdasarkan perkiraan semata tetapi harus diadakan studi untuk menentukan
kebutuhan yang disebut dengan analisis kebutuhan (Need Analysis). Apabila analisa kebutuhan
sudah dilakukan dan jawabannya adalah positif, maka tahap berikutnya adalah menentukan
tujuan. Tujuan ini harus didasarkan pada visi dan misi perpustakaan serta lembaga induknya.
Masing-masing perpustakaan mempunyai tujuan yang berbeda satu sama lain. tergantung pada
kondisi masing-masing perpustakaan.
 Studi Kelayakan
Apabila penentuan kebutuhan dan tujuan sudah dilakukan, maka tahap berikutnya adalah
melakukan studi kelayakan (Soekartawi, 2003), yang penilaiannya meliputi komponen sebagai
berikut :

 Technically feasible (apakah secara teknis layak).


Kelayakan secara teknis ini menjadi faktor penentu dalam membangun perpustakaan digital,
karena perpustakaan digital itu memerlukan infrastruktur dan tenaga yang memadai seperti
adanya provider untuk internet, hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak),
jaringan telepon, listrik serta tidak kalah pentingnya adalah tersedianya tenaga teknis yang dapat
mengoperasikannya.

 Socially acceptable (secara sosial dapat diterima).


Apakah secara sosial pembangunan perpustakaan digital tersebut dapat diterima oleh pengguna
perpustakaan dan staf perpustakaan? Pertanyaan ini tentunya harus dijawab, sebelum kita
melaksanakan digitalisasi perpustakaan. Sekalipun secara teknis layak dan secara ekonomis
menguntungkan, belum ada jaminan bahwa pelaksanaan pembangunan digital perpustakaan pasti
berhasil tanpa memperhitungkan aspek sosial. Oleh karena itu sebelum program perpustakaan
digital dijalankan sebaiknya ada program sosialisasi terlebih dahulu. Analisa aspek sosial ini juga
dapat menyangkut aspek hukum. Kita harus tetap menjunjung tinggi hukum terutama yang
menyangkut Undang-Undang Hak Cipta. Misalnya kita tidak diperkenankan dengan bebas
me”scan” buku-buku yang dimiliki oleh perpustakaan untuk selanjutnya kita masukkan dalam
database tanpa seijin pemilik hak ciptanya.

 Pemilihan Software
Pemilihan software berguna saat ingin membangun database untuk kepentingan perpustakaan
digital (sebagai penyedia informasi). Untuk pemilihan software biasanya didasarkan pada
beberapa hal diantaranya access point, user friendly, sustainability, dan Price.
1. PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DIGITAL
Dunia perpustakaan semakin hari semakin berkembang dan bergerak ke depan. Perkembangan
dunia perpustakaan ini didukung oleh perkembangan teknologi informasi dan pemanfaatannya
yang telah merambah ke berbagai bidang. Dari segi data dan dokumen yang disimpan di
perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri dari kumpulan koleksi
buku tanpa katalog, kemudian muncul perpustakaan semi modern yang menggunakan katalog
(index). Katalog mengalami metamorfosa menjadi katalog elektronik yang lebih mudah dan
cepat dalam pencarian kembali koleksi yang disimpan di perpustakaan.

Koleksi perpustakaan juga mulai dialihmediakan ke bentuk elektronik yang lebih tidak memakan
tempat dan mudah ditemukan kembali. Ini adalah perkembangan mutakhir dari perpustakaan,
yaitu dengan munculnya perpustakaan digital (digital library) yang memiliki keunggulan dalam
kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer
(internet).

Di sisi lain, dari segi manajemen (teknik pengelolaan), dengan semakin kompleksnya koleksi
perpustakaan, data peminjam, transaksi dan sirkulasi koleksi perpustakaan, saat ini muncul
kebutuhan akan penggunaan teknologi informasi untuk otomatisasi business process di
perpustakaan. Sistem yang dikembangkan dengan pemikiran dasar bagaimana kita melakukan
otomatisasi terhadap berbagai business process di perpustakaan, kemudian terkenal dengan
sebutan sistem otomasi perpustakaan (library automation system).
1. Pengelolaan Dokumen Elektronik
Pengelolaan dokumen elektronik memerlukan teknik khusus yang memiliki perbedaan dengan
pengelolaan dokumen tercetak. Proses pengelolaan dokumen elektronik melewati beberapa
tahapan, yang dapat kita rangkumkan dalam proses digitalisasi, penyimpanan dan
pengaksesan/temu kembali dokumen. Pengelolaan dokumen elektronik yang baik dan terstruktur
adalah bekal penting dalam pembangunan sistem perpustakaan digital.

1. Proses Digitalisasi Dokumen


Proses perubahan dari dokumen tercetak (printed document) menjadi dokumen elektronik sering
disebut dengan proses digitalisasi dokumen. Dokumen mentah (jurnal, prosiding, buku, majalah,
dsb) diproses dengan sebuah alat (scanner) untuk menghasilkan doumen elektronik. Proses
digitalisasi dokumen ini tentu tidak diperlukan lagi apabila dokumen elektronik sudah menjadi
standar dalam proses dokumentasi sebuah organisasi.
1. Proses Penyimpanan
Pada tahap ini dilakukan proses penyimpanan dimana termasuk didalamnya adalah pemasukan
data (data entry), editing, pembuatan indeks dan klasifikasi berdasarkan subjek dari dokumen.
Klasifikasi bisa menggunakan UDC (Universal Decimal Classification) atau DDC (Dewey
Decimal Classfication) yang banyak digunakan di perpustakaan-perpustakaan di Indonesia.

Ada dua pendekatan dalam proses penyimpanan, yaitu pendekatan basis file (file base approach)
dan pendekatan basis data (database approach). Masing-masing pendekatan memiliki kelebihan
dan kelemahan, dan kita dapat memilih pendekatan mana yang akan kita gunakan berdasarkan
kebutuhan.

1. Proses Pengaksesan dan Pencarian Kembali Dokumen


Inti dari proses ini adalah bagaimana kita dapat melakukan pencarian kembali terhadap dokumen
yang telah kita simpan. Metode pengaksesan dan pencarian kembali dokumen akan mengikuti
pendekatan proses penyimpanan yang kita pilih. Pendekatan database membuat proses ini lebih
fleksibel dan efektif dilakukan, terutama untuk penyimpanan data sekala besar. Disisi lain,
kelemahannya adalah relatif lebih rumitnya sistem dan proses yang harus kita lakukan.

Pengembangan Sistem Otomasi Perpustakaan


Sistem otomasi perpustakaan yang baik adalah yang terintegrasi, mulai dari system pengadaan
bahan pustaka, pengolahan bahan pustaka, sistem pencarian kembali bahan pustaka, sistem
sirkulasi, membership, pengaturan denda keterlambatan pengembalian, dan sistem reporting
aktifitas perpustakaan dengan berbagai parameter pilihan.

Lebih sempurna lagi apabila sistem otomasi perpustakaan dilengkapi dengan barcoding, dan
mekanisme pengaksesan data berbasis web dan internet. Berikut adalah salah satu contoh sistem
otomasi perpustakaan dengan fitur-fitur yang mengakomodasi kebutuhan perpustakaan secara
lengkap, dari pengadaan, pengolahan, penelusuran, serta manajemen anggota dan sirkulasi.
Diharapkan contoh sistem yang ditampilkan dapat dijadikan studi kasus dalam pengembangan
sistem otomasi perpustakaan lebih lanjut.

 Otentikasi Sistem
Sistem akan melakukan pengecekan apakah username dan password yang dimasukkan adalah
sesuai dengan yang ada di database. Kemudian juga mengatur tampilan berdasarkan previlege
pemilik account, apakah dia sebagai pengguna atau admin dari sistem.
 Menu Utama
Menampilkan berbagai menu pengadaan, pengolahan, penelusuran, anggota dan sirkulasi,
katalog peraturan, administrasi dan security. Menu ini dapat di setting untuk menampilkan menu
sesuai dengan hak akses user (previlege), misal kita bisa hanya mengaktifkan menu penelusuran
untuk pengguna umum, dsb.
 Administrasi, Security dan Pembatasan Akses
Fitur ini mengakomodasi fungsi untuk menangani pembatasan dan wewenang user,
mengelompokkan user, dan memberi user id serta password. Juga mengelola dan
mengembangkan serta mengatur sendiri akses menu yang diinginkan.

 Pengadaan Bahan Pustaka


Fitur ini mengakomodasi fungsi untuk pencatatan permintaan, pemesanan dan pembayaran
bahan pustaka, serta penerimaan dan laporan (reporting) proses pengadaan.

 Pengolahan Bahan Pustaka


Fitur ini mengakomodasi proses pemasukkan data buku/majalah ke database, penelusuran status
buku yang diproses, pemasukkan cover buku/nomer barcode, pencetakan kartu katalog, label
barcode, dan nomor punggung buku (call number).
 Penelusuran Bahan Pustaka
Penelusuran atau pencarian kembali koleksi yang telah disimpan adalah suatu hal yang penting
dalam dunia perpustakaan. Fitur ini harus mengakomidasi penelusuran melalui pengarang, judul,
penerbit, subyek, tahun terbit, dsb.

 Manajemen Anggota dan Sirkulasi


Ini termasuk jantungnya sistem otomasi perpustakaan, karena sesungguhnya disinilah banyak
kegiatan manual yang digantikan oleh komputer dengan jalan mengotomasinya. Didalamnya
terdapat berbagai fitur diantaranya: pemasukkan dan pencarian data anggota perpustakaan,
pencatatan peminjaman dan pengembalian buku (dengan teknologi barcoding), penghitungan
denda keterlambatan pengembalian buku, dan pemesanan peminjaman buku.

 Pelaporan (Reporting)
Sistem reporting yang memudahkan pengelola perpustakaan untuk bekerja lebih cepat, dimana
laporan dan rekap dapat dibuat secara otomatis, sesuai dengan parameterparameter yang dapat
kita atur. Sangat membantu dalam proses analisa aktifitas perpustakaan, misalnya kita tidak perlu
lagi membuka ribuan transaksi secara manual untuk melihat transaksi peminjaman koleksi dalam
satu kategori, atau mengecek aktifitas seorang pengguna perpustakaan dalam 1 tahun.

2. Transformasi Pustakawan
Sebetulnya yang paling memerlukan dan yang harus pertama kali melakukan transformasi di era
pengetahuan ini adalah para pustakawan. Menambah nilai pada informasi dan
pengetahuan, manajemen pengetahuan, information literacy training, multi-fungsi, dsb.;
semuanya ini memerlukan kemampuan yang lebih dari sekedar pengetahuan dan ketrampilan di
bidang TI dan bidang-bidang pengetahuan yang digeluti pengguna. Yang terlebih diperlukan
adalah kemampuan untuk melihat dan bekerja seperti ’kupu-kupu di padang bunga pengetahuan”
atau ’petani di kebunnya’.
Ini adalah kemampuan untuk melihat dan memanfaatkan (tepatnya mensinergikan) berbagai
potensi TI dan pengetahuan untuk sebanyak mungkin peningkatan kuantitas dan kualitas siklus
pengetahuan. Ini merupakan kemampuan melihat ’di atas rata-rata pengguna’ dan kreativitas.
Karena itu sebetulnya daftar pekerjaan baru perpustakaan tidak pernah berakhir, dan semuanya
berpusat pada memfasilitasi pemanfaatan dan pengembangan pengetahuan.

1. KONSEP PERPUSTAKAAN DIGITAL


Perpustakaan modern di masa depan mempunyai 5 syarat yang perlu diperhatikan. Lima kriteria
ini patut dijadikan perhatian untuk melangkah kepada eksistensi perpustakaan yang mampu
bersaing di era informasi.

1. Pemanfaatan teknologi informasi secara efektif dan efisien


Perubahan jaman menuntut perpustakaan untuk melakukan perubahan juga. Tidak terkecuali
layanan yang diberikan. Tidak mustahil jika sekarang beberapa jenis perpustakaan sudah mulai
merintis kliping elektronik, katalog online, pembuatan situs perpustakaan dan berbagai aktivitas
lainnya.

Aktivitas ini diharapkan akan terus berkembang dengan aktivitas-aktivitas kreatif lainnya.
Karena dengan pemanfaatan teknologi informasi, aktivitas akan semakin efektif dan efisien.
Efektif, karena dengan teknologi informasi maka informasi akan dihasilkan secara benar dan
akurat. Efisien, karena dengan teknologi informasi masalah waktu dalam menghasilkan,
mengemas dan “menjual” informasi dapat dilakukan secara cepat dan mudah.

2. Pelayanan 24 jam
Perlu diketahui bahwa dunia perbankan telah menerapkan strategi ini. Bagaimana dengan
perpustakaan yang sebenarnya mempunyai kesamaan aspek layanan dengan bank yaitu
pelayanan jasa. Bukankah keduanya juga tempat menanamkan “investasi”? Kalau bank berupa
uang, bukankah perpustakaan merupakan investasi pengetahuan. Tetapi mengapa bank lebih
memasyarakat dan lebih banyak dimanfaatkan pelanggan?

Walaupun secara fisik, pelayanan (transaksi/ pengambilan uang) tidak dilakukan, namun bank
menerapkan strategi dengan layanan ATM (Anjungan Tunai Mandiri). Karena memang sudah
menjadi filosofi dunia jasa – khususnya perbankan – adalah siapa yang memberikan layanan
secara terus menerus dan berkesinambungan, maka dia akan menjadi pemenang. Jadi kapan dan
di mana saja pelanggan yang membutuhkan jasa bank akan siap dilayani dengan ATM, walaupun
tidak dengan cara face to face. Bisakah hal ini diterapkan di perpustakaan?
Perpustakaan sebenarnya dapat mengadopsinya dalam bentuk layanan siap antar. Pemesanan
koleksi melalui e-mail ataupun surat dapat segera dipenuhi dengan layanan ini. Dengan cara
mempekerjakan staf menurut pembagian waktu kerja, maka aktivitas (layanan) ini akan lebih
ringan dan dapat dilaksanakan secara kontinyu

3. Adanya pustakawan kreatif


Pustakawan kreatif adalah pustakawan yang dapat menciptakan, mengemas dan “menjual”
informasi. Pustakawan tidak cukup dengan berbekal pendidikan dasar ilmu perpustakaan saja.
Namun keahlian dan keterampilan teknologi informasi menjadi salah satu syarat utama untuk
melangkah kepada perpustakaan modern yang tetap memelihara kepuasan pelanggan.

Pustakawan kreatif juga selayaknya mampu membawa perpustakaan untuk lebih dikenal
masyarakat. Karena tanpa usaha “menjual diri” dan kreativitas maka selamanya perpustakaan
akan tenggelam tak dikenal masyarakat.

4. Menghasilkan produk yang bermanfaat dan dapat meningkatkan taraf hidup


pelanggannya
Perpustakaan digital selayaknya mampu menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Yaitu informasi yang dapat memberikan manfaat dan meningkatkan taraf hidup
pelanggannya. Dalam arti bahwa setelah memanfaatkan (jasa dan produk) perpustakaan, akan
ada perubahan sikap dari pelanggan.

Produk yang dihasilkan juga berpotensi dalam pengembangan aktivitas Perpustakaan. Karena
secara tidak langsung produk perpustakaan tidak terlepas dari masalah hak cipta. Jadi
perpustakaan modern tidak sebatas mengurusi koleksi, namun juga mengurusi kontrak-kontrak,
kerjasama dengan penulis buku dan penerbit, pembagian royalti dan kegiatan manajemen
lainnya. Sehingga kegiatan yang dilakukan semakin luas dan bervariasi.

1. PUSTAKAWAN KREATIF
Kemajuan perpustakaan tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia (SDM). Empat hal
yang harus diperhatikan oleh pustakawan :

Pertama, kesenangan, bahwa pustakawan perlu menanamkan rasa senang akan pekerjaannya.
Sehingga akan tercipta profesionalitas dan rasa enjoy dalam bekerja.
Kedua, cerahkan hari-hari pelanggan. Pustakawan semestinya mampu mengubah sikap
pelanggan untuk selalu berguna dan bermanfaat.
Ketiga, siap melayani. Pustakawan mempunyai kewajiban untuk melayani secara ikhlas dan
tanpa beban. Tentunya melayani dengan memberikan yang terbaik kepada pelanggannya.
Keempat, tentukan sikap sebagai pustakawan. Pustakawan harus disiplin, jujur dan ramah.
Pustakawan juga harus mempunyai komitmen serta visi dan misi untuk selalu mengembangkan
perpustakaan.
Perpustakaan harus memberikan yang menarik. Dengan kreativitas akan memunculkan aktivitas-
aktivitas yang selalu menguntungkan pelanggan. Dengan harapan melalui kreativitas, pelanggan
akan merasa betah dan tertarik untuk selalu memanfaatkan serta datang kembali ke perpustakaan.
Adapun tolak ukur kepuasan pelanggan untuk kesuksesan sebuah layanan, setidaknya ada 3 hal
yang patut diperhatikan, yaitu :

 Produk perpustakaan sebisa mungkin benar-benar memberikan manfaat, aman dikonsumsi dan
ditampilkan dengan menarik. Dalam arti bahwa informasi yang dihasilkan akan mengubah pola
pikir, gaya hidup bahkan perilaku pelanggan yang dulunya kurang baik menjadi baik.
 Pelayanan perpustakaan disajikan dengan baik dan benar. Baik, karena pelayanan sesuai dengan
keinginan pelanggan. Benar, bahwa pelayanan tepat kepada sasaran yang membutuhkan.
 Pemesanan produk dikirim dalam waktu yang singkat, tidak merugikan pelanggan dan
disampaikan dengan sopan dan hormat.
Demikianlah mengapa pustakawan dituntut untuk kreatif demi tercapainya kepuasan pelanggan.
Karena pada dasarnya pelanggan menyukai sesuatu yang baru, serba instan dan penuh kejutan.
Kiranya perpustakaan dapat melakukannya sebagai aktivitas untuk menjadikan (suasana/
kondisi) perpustakaan semakin “hidup”. Bahwa perubahan tidak selalu membawa kemajuan.
Tetapi kemajuan selalu membutuhkan perubahan karena dengan teknologi informasi kiranya
impian ini dapat menjadi kenyataan dalam merubah konsep perpustakaan konvensional menuju
perpustakaan yang berwawasan teknologi.

1. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PERPUSTAKAAN DIGITAL

Kelebihan Perpustakaan Digital


1. Tidak dibatasi ruang: setiap pengguna dapat mengakses perpustakaan digital tanpa harus datang
ke perpustakaan, selama pengguna mempunyai koneksi  dengan internet;
2. Tidak dibatasi waktu: akses ke perpustakaan digital dapat dilakukan 24 jam dalam sehari, dapat
diakses kapan saja, tanpa batas waktu, selama pengguna terhubung dengan internet;
3. Penggunaan informasi lebih efisien: informasi yang ada dapat diakses oleh pengguna secara
bersamaan dalam waktu yang sama dengan jumlah orang yang banyak;
4. Pendekatan berstruktur:  pengguna dapat mencari informasi secara berstruktur, misalnya dimulai
dari menelusur katalog on line , kemudian masuk ke full text, selanjutnya bisa mencari per bab
bahkan per kata;
5. Lebih akurat: pengguna dapat menggunakan kata kunci dalam pencariannya. Kata kunci yang
tepat, akan membantu pengguna mendapatkan informasi yang akurat dan sesuai dengan kata
kunci yang dicantumkannya;
6. Keaslian dokumen tetap terjamin: Selama proses digitalisasi menggunakan bentuk image/format
PDF, keaslian dokumen akan tetap terjamin;
7. Jaringan perpustakaan yang lebih luas: kemudahan dalam melakukan kerjasama/link antar
perpustakaan digital, dimana  ada kesepakatan antar pengelola perpustakaan untuk melakukan
resource sharing melalui jaringan internet;
8. Secara teori, biaya pengadaan dan pemeliharaan koleksi  menjadi lebih murah
 Kekurangan Perpustakaan Digital
1. Undang-Undang Hak cipta (Copy Right) : dalam hukum hak cipta masalah transfer dokumen
lewat jaringan komputer belum didefinisikan dengan jelas, masalah ini masih jadi perdebatan
dalam proses pengembangan perpustakaan digital;
2. Pengguna masih banyak yang lebih menyukai membaca teks tercetak daripada teks elektronik;
3. Proses digitasi dokumen, membutuhkan waktu yang cukup lama, dibutuhkan ketrampilan dan
ketekunan dalam mengembangkan dan memelihara koleksi digital;
4. Jika terjadi pemadaman listrik, perpustakaan digital yang tidak mempunyai jenset, tidak dapat
beroperasi.
5. Pengunjung perpustakaan menjadi berkurang. Jika semua pengguna mengakses perpustakaan
digital dari rumah masing-masing ataupun dari warnet,  maka pengunjung perpustakaan akan
berkurang karena dengan mengunjungi perpustakaan digital, pengguna tidak merasa perlu
mengunjungi perpustakaan secara fisik, tapi dapat mengunjungi perpustakaan dengan cara on
line.

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Perkembangan teknologi informasi telah berkembang begitu pesat yang sanggup menjangkau
semua lini kehidupan. Perpustakaan sebagai layanan public dituntut untuk dapat menyajikan
informasi secara cepat, tepat dan akurat. Layanan manual dan tradisional secara perlahan akan
ditinggalkan oleh para pencari informasi di perpustakaan. Pemakai perpustakaan menuntut
kecepatan dalam mencari informasi. Otomasi sebagai salah satu upaya perpustakaan di dalam
menjawab kebutuhan pemakainya.Penggunaan komputer serta jaringan yang reintegrasi menjadi
penyebab terbentuknya otomasi perpustakaan.
Oleh karenanya penyeleksian informasi perlu dilakukan. Teknologi informasi dapat
membantu melakukannya menuju kehidupan yang lebih baik. Ada kemungkinan di masa depan
koleksi perpustakaan bisa jadi bukan lagi berwujud buku-buku (tercetak). Melainkan sudah
direproduksi menjadi kumpulan compact disc (CD) sebagai alih bentuk tercetak ke digital.
Layanan pun semakin berkembang. Perpustakaan dituntut untuk selalu memposisikan sebagai
“operator informasi”. Artinya informasi tidak begitu saja tersimpan/ berhenti di perpustakaan.
Tetapi bagaimana mendistribusikan informasi kepada seluruh pelanggan yang membutuhkan.
Saat perpustakaan mampu mewujudkan seluruh aktivitasnya berbasis teknologi informasi secara
terus menerus dan berkesinambungan. Layanan siap antar dan layanan online (interaktif) menjadi
penting diimplementasikan untuk selalu menemani pelanggannya. Sehingga kenikmatan
pelanggan tidak hanya dari produk (informasi) digital saja, tetapi juga layanan kemudahan akses
informasi yang cepat dan akurat. Di sisi lain, talenta dan potensi pustakawan perlu dioptimalkan.
Kebebasan mengekspresikan ide/ gagasan perlu disalurkan dalam menciptakan kreativitas.
Sehingga aktivitas perpustakaan semakin semarak dan penuh keceriaan.
Saran

Perpustakaan dapat memperluas akses penggunanya. Selain itu kerjasama pertukaran data adalah
langkah awal menuju kerjasama layanan yang lebih luas dan lebih baik lagi yang akhirnya dapat
meningkatkan penetrasi ilmu pengetahuan dan budaya ke masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

Arms, William Y. Digital libraries. Cambridge, Mass. : The MIT Press, 2000.

Griffin. 1999. An Architecture for Collaborative Math and Science Digital Libraries: Master
thesis. Blacksburg, VA, Virginia Tech Department of Computer Science.
 
Hermawan, Rachman ; Zen Zulfikar. 2006. Etika Kepustakawanan. Jakarta: Sagung Seto.

 
Sismanto. (2008). Manajemen Perpustakaan Digital. Jakarta : Afifia Pustaka

MANFAAT PERPUSTAKAAN DIGITAL, PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN


DIGITAL, perpustakaan digital, PUSTAKAWAN KREATIF, tujuan manfaat

http://www.mitraperpustakaan.com/

http://tartojogja.files.wordpress.com201106presentasi-uin.ppt

http://donyprisma.wordpress.com
Riaditama, Ivan Prasetyo. "Penerapan Sistem Automasi dan Manual pada Layanan Sirkulasi di
Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo." (2016).

RIADITAMA, Ivan Prasetyo. Penerapan Sistem Automasi dan Manual pada Layanan Sirkulasi
di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sukoharjo. 2016.

YUNIWATI, Yuniwati; SUWONDO, Suwondo. Otomasi Perpustakaan. 2012.


http://www.geocities.com/HotSprings/

http://akhi-ahya.blog.friendster.com

Anda mungkin juga menyukai