Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

INOVASI PEMBELAJARAN PKN SD

Tentang

“Permasalahan Pembelajaran Pkn Dalam Kontek Pengembagan IPTEK

Dalam Pembelajaran Pkn”

Disusun oleh :

Kelompok 3

Andini Saputri (2020105)

Friska Ramadhani (2020106)

Sartia Annur (2020107)

Dosen pengampu:

Rini Vovriyenti, M.Pd.

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS ADZKIA

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati
indahnya Iman dan Islam. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
besar kita, pemimpin umat akhir zaman, Rasulullah Muhammad SAW. yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang yang disinari dengan cahaya
hidayah dan taufiq.

Kami dari pemakalah merasa sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan


makalah kami sebagai tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran IPS SD dengan dosen
penganpu Ibu Rini Voriyenti, M.Pd. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Lalu, bagaikan
sebuah keretakan yang ada pada setiap gading. Kami menyadari bahwa makalah ini
memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki karya-karya lain yang
akan kami susun di lain waktu.

Padang, 29 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................iv
1. Latar Belakang.........................................................................................................iv
2. Rumusan Masalah....................................................................................................v
3. Tujuan......................................................................................................................v
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................1
A. Menganalisis Permasalahan Pembelajaran PKN SD.............................................1
B. Contoh Permasalahan Pembelajaran Pkn Dalam Kontek Pengembagan IPTEK...4
C. Mengidentifikasi solusi tepat dalam menghadapi permasalahan Pkn dalam
perkembangan IPTEK.............................................................................................6
BAB III PENUTUP...........................................................................................................8
a. Kesimpulan..............................................................................................................8
b. Saran .......................................................................................................................8
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan cabang ilmu yang harus
dikuasai dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah
menunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tidak mungkin
terjadi secara instant melainkan memerlukan usaha yang konsisten dan terus menerus.
Salah satu misi pembangunan IPTEK 2025 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia
yang cerdas dan kreatif dalam suatu peradaban masyarakat yang berbasis pengetahuan.
Perkembangan IPTEK yang makin pesat telah membawa perubahan di segala
sektor kehidupan manusia. Karenanya penguasaan IPTEK merupakan suatu keharusan
bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan manusia yang berkualitas. Hal tersebut
menyadarkan kita bahwa belajar tidak hanya cukup di sekolah, tetapi dapat dilakukan dari
pendidikan di luar sekolah.

Dengan fakta bahwa belum adanya wadah untuk mengenal dan mendapatkan
informasi tentang perkembangan IPTEK di Semarang khususnya bagi anak usia sekolah.
Hal tersebut dapat ditempuh dalam keberhasilan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan
dan teknologi kepada pelajar dan masyarakat umum adalah dengan cara yang mudah
dipahami dan menyenangkan melalui media pendidikan, sehingga dapat menumbuhkan
minat masyarakat khususnya pelajar sebagai generasi muda penerus bangsa

iv
B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan diatas dapat kita tarik rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Apa sajakah permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran PKN di SD


2. Seperti apa contoh permasalaha pembelajaran PKN dalam pengembangan
IPTEK
3. Solusi apa yang bisa kita lakukan dalam mengatasi masalah pembelajaran Pkn
dalam perkembangan IPTEK ini?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui permasalahan pembelajaran PKN dalam konteks


pengembangan IPTEK di SD.
2. Untuk mengetahui contoh permasalahan pembelajaran PKN dalam konteks
pengembangan IPTEK di lapangan.
3. Untuk mengetahui solusi dari permasalahan yang dibahas dalam point 2.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menganalis Permasalahan Pembelajaran PPKN Dalam Konteks Pengembangan


IPTEK

1. Pengertian IPTEK
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan cabang ilmu yang harus
dikuasai dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah menunjukkan
bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tidak mungkin terjadi secara instant melainkan
memerlukan usaha yang konsisten dan terus menerus. Salah satu misi pembangunan IPTEK
2025 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas dan kreatif dalam suatu
peradaban masyarakat yang berbasis pengetahuan.

2. Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan Pada Era Revolusi 4.0


Melalui Pendidikan Kewaragnegaraan diharapkan dapat membentuk
kepribadian utama warga negara muda yang cerdas, baik dan dapat diandalkan, untuk bisa
membentuk warga negara global yang cerdas, baik dan dapat diandalkan maka harus
memiliki dua sifat yakni sikap yang peduli terhadap kondisi masyrakat dan sikap
untuk bisa melakukan perubahan yang lebih baik. Sikap peduli yang dimaksud ini adalah
bagaiman bisa mengembangkan kemampuan kepedulian tidak hanya pada lingkungan
masyarakat akan tetapi lebih ditekankan pada konteks masyarakat global.

Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan pada Era Revolusi 4.0 (Silvia Shela, Dewi
Anggraeni Dinie; 2021)

a). Di era 4.0 menantang kekuatan penerapan unsur jati diri bangsa Indonesia melalui
budaya luar sekolah terutama media sosial. Para siswa lebih tertarik dengan budaya
baru yang diperlihatkan oleh media luar sekolah terutama sosial media dibandingkan
dengan budaya kita sendiri.

1
b). Media sosial telah memporak porandakan nilai nilai bangsa Indonesia. Sehingga
siswa sering berperilaku tidak sesuai dengan budaya kita. Dengan adanya media
sosial yang bebas banyak menyita perhatian para siswa sehingga pelajaran menjadi
terganggu.

c). Informasi yang ada di media sosial ini terdapat banyak informasi yang salah atau
tidak benar. Hal ini mempengaruhi karakteristik anak bangsa.

d). Dalam media sosial sangat sedikit nuansa pengembangan wawasan kebangsaan dan
cinta tanah air. Untuk mengimbangi nilai nilai yang tidak sesuai dengan budaya
bangsa, maka perlu dibuat konten yang sama menariknya yang sarat akan nilai nilai
kebangsaan.

e). Sistem pembelajaran PKN adalah diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri,
ditopang oleh sejumlah mata pelajaran lain yang relevan untuk memperkuat aspek
tanggung jawab warga negara, dan disempurnakan oleh kegiatan ekstrakurikuler
disekolah ataupun diluar sekolah.

f). Pencapaian PKN adalah mendidik warga yang cerdas dan baik (smart and good
citizenship). Seharusya hal ini didukung disekolah dan diluar sekolah, tetapi
kenyataannya pencapaian PKN ini dibebankan pada guru PKN, dan belum menjadi
tanggunng jawab seluruh guru disekolah.

Dalam pelaksanaan pembelajaran PKN di kelas tentu akan menemukan berbagai


permasalahan baik dari guru maupun peserta didik. Apalagi dalam pengadaptasian pola
pembelajaran peserta didik dizaman sekarang, dimana peserta didik dengan mudahnya
mengakses informasi tanpa batas, dengan adanya tekonologi dan kecepatan jaringan internet
yang mampu menghubungan manusia dengan cepat tanpa batas waktu dan wilayah. Sehingga
ikut mempengaruhi kebudayaan dan nilai-nilai dalam tatanan masyarakat. Budaya asing atau
barat yang cenderung liberalism atau bebas membuat ancaman bagi kebudayaan Indonesia.

Adapaun beberapa tantangan bagi guru yaitu :


a). Perubahan konsep belajar mengajar dari tradisional atau manual menuju
pembelajaran modern dengan penggunaan teknologi.Dahulu kegiatan belajar mengharuskan

2
guru dan siswa berada dalam satu ruangan yang sama. Bermodalkan kapur dan papan tulis
hitam serta dominasi guru dalam pembelajaran sangat kentara. Tidak ada pembelajaran dua
arah, siswa hanya duduk, diam dan mendengarkan. Bahkan cara mengajar guru pun hanya
ceramah dan hapalan. Tidak ada penggunaan media pembelajaran yang menarik. Namun
situasi kondisi seperti itu tidak lagi ditemukan pada zaman sekarang pasca pandemi masuk
di Indonesia. Saat ini pembelajaran tidak harus berlangsung di dalam suatu ruangan
bersama- sama. Ciri dari belajar adalah adanya proses transformasi ilmu pengetahuan dari
guru ke siswa. Perpindahan ilmu pengetahuan ini terjadi melalui dunia maya dengan
menggunakan aplikasi seperti Google Meet, Google Classroom, Zoom, Whatsap, dan lain-
lain. Ilmu pengetahuan selalu berubah dan berkembang, demikian juga bidang
pendidikan(Haryati, 2018). Bahkan cara mengajar gurunya pun mengalami perubahan
menjadi lebih fleksibel. Tidak ada lagi dominasi guru dalam pembelajaran, bahkan sekarang
porsinya siswa lebih dominan dari pada guru.

b). Terjadi penurunan minat belajar, motivasi dan prestasi siswa karena materi ajar
yang disampaikan secara online tidak lebih baik dari pada disampaikan secara tatap muka
langsunng.Penurunan prestasi siswa terlihat ketika pelaksanaan ujian akhir semester selesai.
Hal ini diakui oleh sebagian besar guru Pendidikan Kewarganegaraan di Kota Yogyakarta.
Mereka mengkalim terjadi penurunan nilai akhir mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dibandingkan dengan ujian akhir semester sebelumnya. Untuk
mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran
(Winarno, 2017). Tes dan pengukuran ini sangat penting dilakukan oleh guru sebagai bahan
evaluasi terkait pelaksanaan pembelajaran. Penurunan prestasi siswa ini dampak dari
menurunnya minat dan motivasi belajar siswa selama pembelajaran daring. Dalam semester
genap tahun ajaran 2019/2020 yang lalu, kehadiran siswa secara online bisa dihitung
dengan jari. Banyak siswa yang bolos dengan alasan tidak punya kuota, tidak punya
Smartphone, dan tidak ada sinyal. Meskipun pemerintah sudah mensubsidi kuota, kebijakan
ini tidak sertamerta berhasil menumbuhkan kembali semangat belajar siswa karena justru
kuota tersebut tidak digunakan untuk keperluan belajar melainkan untuk bermain game,
membuka youtube, dan bermain media sosial seperti facebook, twitter, dan instagram.
Dengan demikian perlu adanya pengawasan dari orang tua siswa agar anaknya betul-betul
memanfaatkan fasilitas internet untuk keperluan belajar saja.
3
Siswa tidak belajar dari pengalaman langsung karena tidak ada interaksi siswa dengan
lingkungan sekolah.Sebagai pendidikan nilai dan pendidikan moral, Pendidikan
Kewarganegaraan tidak hanya sebatas teori mengenai ketatanegaraannya saja melainkan
terdapat nilai-nilai yang harus diimplementasikan serta dipraktekkan. Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan praktek belajar kewarganegaraan sebagai inovasi pembelajaran
untuk memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar dengan life skill (Reni,
2019). Artinya teori-teori dalam materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hanya bisa
diserap dan dipahami manakala siswa melaksanakan langsung sebagai bagian dari
pengalamannya

B. Contoh Permasalahan Pembelajaran PKN Dalam Konteks Pengembangan


IPTEK Yang Terjadi Dilapangan

1. Kurikulum yang terlalu berat. Menurut penulis, konten kurikulum PKn untuk
tingkat SD terlalu tinggi.

2. Kurangnya kemampuan dalam menangkap kata kunci dalam SK dan KD. Dalam
melakukan penelaahan terhadap SK dan KD selama ini, guru masih banyak
kekeliruan. Alhasil, apa yang disampaikan menjadi salah sasaran. Kesalahan
itu misalnya terjadi pada SK kelas VI semester I. SK 1 Menghargai nilai-nilai
juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, KD 1.1
Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai
dasar negara, 1.2 Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara, 1.3 Meneladani nilai-nilai juang para
tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara
dalam kehidupan sehari-hari. Karena kesalahan menangkap esensi SK dan KD,
pembelajaran cenderung cuma mengarah pada pencapaian aspek kognitif. Seperti
contoh SK dan KD di atas, selama ini guru cenderung hanya menekankan pada
bagaimana proses perumusan Pancasilanya (kognitif), sehingga saat evaluasi,
pertanyaan yang muncul ya sekitar proses perumusan Pancasila-nya. Misalnya, “
siapa tokoh yang merumuskan, tanggal berapa, bagaimana bunyi rumusannya”.
Kondisi itu menyebabkan kompetensi yang diharapkan dicapai siswa malah
4
terabaikan. Misalnya bagaimana siswa mampu menghargai semangat para
pejuang dalam merumuskan Pancasila, bagaimana menghargai perbedaan
pendapat dalam suatu musyawarah, dan bagaimana meneladani nilai juang para
tokoh yang oleh siswa dapat diaplikasikan dalam belajar. Dan ternyata ini juga
terjadi pada tim penyusun soal ujian tingkat kabupaten. Padahal kata kunci dari
SK dan KD itu “ menghargai dan nilai-nilai juang”, sehingga semestinya
pembelajaran menekankan pada aspek afektif dan perilaku siswa.
3. Mengajar berdasarkan buku teks (textbook centre). Buku teks selama ini menjadi
pegangan wajib. Jika kita mengajar cuma mengandalkan buku teks (tanpa
menggunakan RPP), arah dan sasaran pembelajaran menjadi tidak fokus.
4. Praktek mengajar PKn selama ini lebih banyak berlangsung dengan pendekatan
konvensional. Selama mengajar, guru lebih banyak menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab. Siswa cuma menjadi pendengar di dalam kelas,
kemudian menjawab soal. Pembelajaran berlangsung monoton, dan guru menjadi
satu-satunya sumber informasi. Selain itu, mengajar PKn jarang menggunakan
media yang menunjang. Pembelajaran seperti ini jelas amat membosankan.
5. Pembelajaran tidak kontekstual. Materi PKn sebetulnya banyak yang bisa
diajarkan sesuai realita kehidupan siswa. Tapi, dalam prakteknya, karena telah
terbiasa mengajar dengan ceramah, akhirnya semua materi disajikan dalam
bentuk ceramah dan tanya jawab. Alhasil, apa yang diperoleh siswa sekadar apa
yang disampaikan gurunya. Itupun jika bisa terserap semua.
6. Evaluasi cenderung mengarah pada aspek kognitif. Sebagai dampak dari
kesalahan menangkap esensi SK dan KD serta penggunaan metode ceramah yang
menjadi andalan, hasil belajar akhirnya cuma bermuara pada pengetahuan.
Padahal, hasil belajar semestinya meliputi semua domain: kognitif, afektif dan
psikomotor.

5
C. Mengidentifikasi Solusi Tepat Dalam Menghadapi Permasalahan PKN Dalam
Perkembangan IPTEK
1. Kurikulum disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa SD. Jika berbicaramasalah
kurikulum, karena ini menyangkut kebijakan pusat, di sini penulis cuma dapat
menghimbau agar kurikulum PKn untuk tingkat SD disesuaikan dengan kemampuan
anak usia SD. Materi yang disajikan setidak- nya memiliki kesesuaian dengan tingkat
usianya, punya urgensi dan manfaatbagi kehidupan siswa.
2. Menangkap esensi atau kata kunci dalam SK dan KD secara benar. kesalahan dalam
menangkap esensi dari SK dan KD akan amat mempe- ngaruhi penyusunan tujuan dan
evaluasi. Kesalahan ini juga akan ber- dampak pada pencapaian kompetensi itu sendiri.
3. Mengajar harus punya persiapan Rencana Pelaksanaan Pembe lajaran (RPP). RPP
memegang peranan penting bagi guru dalam mengajar. RPP bisa diibaratkan kompas
bagi guru untuk menentukan ke mana pembelajaran akan dibawa. Kalau seorang guru
mengajar tanpa menggunakan RPP dan cuma mengandalkan buku teks, yang akan
terjadi adalah proses belajar yang tidak terarah, fokusnya tidak jelas. Se- bab, apa yang
disampaikan guru sekadar apa yang ada dalam buku teks tersebut. Segalanya perlu
dipersiapkan.
4. Mengajar dengan pendekatan konstruktivisme. Melaksanakan pendekatan
konstruktivisme akan banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengeksplor potensi dirinya. Pendekatan ini juga akan memberikan ruang bagi siswa
untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya, bukan diberi, sehingga belajar akan lebih
bermakna bagi dirinya. Siswa akan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Bukan
cuma menjadi pendengar. Dengan menggunakan multi- metode, multimedia dan
multisumber, pembelajaran akan lebih menarik, me- nantang dan bermakna bagi siswa.
Pe- milihan metode, media dan sumber yang tepat juga akan amat mempe- ngaruhi
kebermaknaan dan keberhasilan. pembelajaran. Misalnya untuk meng- ajarkan materi
tentang menghargai nilai-nilai juang dalam proses peru- musan Pancasila sebagai dasar
negara. Materi ini akan lebih tepat diajarkan dengan Metode Bermain Peran atau
menggunakan media film ketimbang ceramah. Atau untuk melatih kemam- puan
berpikir kritis, kita bisa meng- gunakan peta konsep, belajar berdasar- kan masalah,
atau problem solving.

6
Belajar berdasarkan realita. Belajar akan bermakna bagi siswa kalau apa yang

7
dipelajari itu bermanfaat bagi kehidupannya. Peristiwa atau feno- mena yang terjadi di
lingkungan sekitar siswa dapat menjadi topik menarik untuk dipelajari. Dan ini akan bisa
menumbuhkan kepedulian sosial siswa.

Permasalahan dalam pembelajaran PKn di SD, di antaranya selama ini PKn


dianggap suatu pembelajaran yang sangat membosankan dan sangat sulit, karena pada
umumnya tingkat minat para peserta didik untuk membaca sangat rendah; selain itu juga
karena pendidik dalam penyajian materi PKn, hanya menggunakan metode ceramah. Ketiga,
solusinya, pendidik harus meng- gunakan metode dan model pembelajaran yang bervariatif,
sehingga peserta didik merasa nyaman dan menganggap PKn adalah pelajaran yang sangat
menyenangkan. Jadi, pendidik perlu menerapkan metode dan model pembelajaran yang
bervariasi serta media pembelajaran yang inovatif. Dengan demikian, peserta didik tidak
akan merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran PKn.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada zaman sekarang ini peserta didik dengan mudahnya mengakses informasi tanpa
batas, dengan adanya tekonologi dan kecepatan jaringan internet yang mampu menghubungan
manusia dengan cepat tanpa batas waktu dan wilayah. Sehingga ikut mempengaruhi
kebudayaan dan nilai-nilai dalam tatanan masyarakat. Bahkan mempengaruhi dalam bidang
pendidikan.

PKn dianggap suatu pembelajaran yang sangat membosankan dan sangat sulit, karena
pada umumnya tingkat minat para peserta didik untuk membaca sangat rendah, selain itu juga
karena pendidik dalam penyajian materi PKn, hanya menggunakan metode ceramah. Ketiga,
solusinya, pendidik harus menggunakan metode dan model pembelajaran yang bervariatif,
sehingga peserta didik merasa nyaman dan menganggap PKn adalah pelajaran yang sangat
menyenangkan.

Namun perkembangan teknologi bukan soal gampang dan mudah namun ditemukan
banyak tantangan yang dihadapi dilapangan yaitu kurikulum yang berat, Mengajar berdasarkan
buku teks (textbook centre), buku teks selama ini menjadi pegangan wajib dan lain-lainnya.

B. SARAN

Sebagai seorang guru seorang guru seharusnya mengikuti perkembangan zaman terutama
dalam penggunaan IPTEK, meskipun banyak tantangan yang mungkin ada dalam penerapan
IPTEK tapi harus bisa mencoba untuk belajar agar bisa menerapkan penggunaan iptek yang
semakin hari semakin cepat perkembangannya.

9
DAFTAR RUJUKAN

Asyari, D., & Dewi, D. A. (2021). Peran Pendidikan Kewarganegaraan bagi Generasi Milenial
dalam Menanamkan Jiwa Nasionalisme Di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Dan
Konseling (JPDK), 3(2), 30-41.

Asyari, D., & Dewi, D. A. (2021). Peran Pendidikan Kewarganegaraan bagi Generasi Milenial
dalam Menanamkan Jiwa Nasionalisme Di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Dan
Konseling (JPDK), 3(2), 30-41.

Hidayat, H., Mulyani, H., Nurhasanah, S. D., Khairunnisa, W., & Sholihah, Z. (2020). Peranan
Teknologi Dan Media Pembelajaran Bagi Siswa Sekolah Dasar Di Dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 8(2),
57-65.

Nurgiansah, T. H. (2020). Tantangan Guru Pendidikan Kewarganegaraan di Masa Adaptasi


Kebiasaan Baru. Jurpis: Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 1(2), 139-149.

Putri, M. L., & Dewi, D. A. (2021). Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar
dalam Menghadapi Era Masyarakat 5.0. Journal on Education, 4(1), 20-24.

Putri, Meliana Lalita, and Dinie Anggraeni Dewi. "Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan di
Sekolah Dasar dalam Menghadapi Era Masyarakat 5.0." Journal on Education 4, no. 1
(2021): 20-24.

Silvia, Shela, and Dinie Anggraeni Dewi. "Tantangan Pembelajaran PKn di Era 4.0."
Edumaspul: Jurnal Pendidikan 5, no. 2 (2021): 286-289.

10

Anda mungkin juga menyukai