Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HISTOLOGI

RONGGA MULUT DAN OESAPHAGUS

Dosen Pengajar : drg. RATH VARIANI, M.Kes


DISUSUN OLEH KELOMPOK 1C

NAMA : 1. ANGELINA MANIUK TANU


2. ARNI KADU
3. ARLINIA JULITA LENDE
4. JHON ANDRIAN TISNO PELANG
5. MARIA YOSEPHA SERAN
6. SIPRIANUS PUTRA PALMA
7. MARTHEN MARIANO BAYANG
8. ESTER TRIVENA TAMPADA
9. VALENTINA OLIINA GAMUR
10. SUSANA DAFROSA SOGE WELUNG
11. VALERIA SAUBAKI
12. HIRONIMUS GINORIUS SOEL
13. ROSA VIRGINIA PILIN KAHA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan lindungan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Rongga mulut dan oesaphagus” dengan baik. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Histologi. Ucapan terimakasih kami sampaikan
kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi semua
orang dan menambah pengetahuan.
Kami menyadari makalah ini “Rongga Mulut Dan Oesaphagus” belum
sempurna untuk kritik dan saran yangbersifat membangun sangat kami
harapkan.

Kupang, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................I
KATA PENGANTAR................................................................................II
DAFTAR ISI...............................................................................................III
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................
BAB 2. PEMBAHASAAN
2.1 Rongga Mulut...........................................................................
2.2 Gigi Dan Komponennya..............................................................
2.3 Jaringan Sekitar Rongga Mulut...................................................
2.4 Fungsi Rongga Mulut
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cavum oris atau rongga mulut merupakan ruangan fungsional yang menjadi bagian
pertama dalam pencernaan. Cavum oris merupakan pokok bahasan ilmu dalam
kedokteran gigi. Mempelajari cavum oris dapat membantu dalam penatalaksanaan kasus
– kasus kedokteran gigi seperti dalam konservasi gigi, prostodonsia, orthodonsia, oral
medicine, bedah mulut, periodonsia, dan kedokteran gigi anak. Cavum oris memiliki
banyak fungsi diantaranya sebagai pencernaan awal yang dibantu dengan sekresi glandula
salivarius, memanipulasi bunyi yang dihasilkan oleh laring, dan untuk pernapasan karena
berhubungan dengan faring. Jika kesehatan rongga mulut terganggu, fungsi rongga mulut
juga dapat terganggu.
Cavum oris terletak di inferior cavum nasi. Cavum oris dikelilingi labium oris dan
pipi pada bagian samping dan anterior, palatum molle dan palatum durum di bagian atap,
bagian dasar terdiri dari lingua dan gigi – geligi. Bagian belakang cavum oris membuka
ke oropharynx melalui isthmus oropharyngeus. Otot utama pipi adalah m. buccinators
yang bersama dengan lidah mengatur supaya makanan tetap berada di gigi molar saat
dikunyah.
Mempelajari cavum oris berarti ikut mempelajari gigi geligi dan komponen-
komponennya. Terdapat dua periode gigi yaitu decidui dan permanen. Gigi decidui
berjumlah 20 (masing-masing kuadran terdiri dari 5) dan gigi permanen berjumlah 32
(masing-masing kuadran terdiri dari 8). Gigi terbentuk dari email, dentin, cementum,
pulpa yang terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf. Penjelesan komponen gigi
tersebut akan dijelaskan dalam pembahasan makalah ini.
Dengan mempelajari cavum oris dan jaringan sekitarnya dapat membantu tenaga
kesehatan gigi dalam mengetahui gejala klinis atau penyakit yang terjadi sehingga dapat
menjalani pengobatan dan pencegahan guna mempertahankan fungsi dan struktur cavum
oris dan jaringan sekitar.
Makalah ini akan membahas lebih dalam mengenai rongga mulut dan jaringan
sekitarnya yang dapat membantu memperluas pengetahuan guna kemajuan tenaga
kesehatan gigi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa penjelasan dari rongga mulut?
2. Bagaimana struktur dan komponen dari gigi geligi?
3. Apa saja jaringan yang ada di sekitar rongga mulut?

1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud rongga mulut
2. Agar dapat mengetahui apa saja jaringan di sekitarnya dan dapat memperluas
pengetahuan mengenai gigi geligi
3. Agar mengetahui hubungan mempelajari rongga mulut dan jaringan sekitarnya
dengan dunia kedokteran gigi
4. Agar tenaga kesehatan gigi dapat merencanakan prosedur pengobatan terhadap
gejala yang terjadi di rongga mulut dan jaringan sekitarnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rongga Mulut


Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan. Terdiri atas dua
bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibuka, yaitu ruang di antara gusi serta gigi
dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi di sisi-sisinya
oleh tulang maxilaris dan semua gigi, dan di sebelah belakang bersambung dengan awal
farinx. (Pearce, 1979)
Rongga mulut terbentang mulai dari permukaan dalam gigi sampai orofaring. Atap
mulut dibentuk oleh palatum durum dan mole. Di bagian posterior palatum mole
berakhir pada uvula. Lidah membentuk dasar mulut. Pada bagian paling posterior dari
rongga mulut terletak tonsil di antara kolumna anterior dan posterior. (Swartz, 1989)
Gambar 2. 1. Rongga Mulut (Swartz, 1989)
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisi organ aksesori
yang bersifat dalam proses awal pencernaan. Secara umum terdiri dari 2 bagian, yaitu:
1. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
2. Bagian rongga mulut (bagian) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan
faring.
Selaput lendir mulut ditutupi ephitelium yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak
kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat kaya akan
pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris. (Pearce, 1979)
Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput
lendir mukosa. Ada beberapa bagian yang perlu diketahui, yaitu:
1. Palatum
a. Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang
maksilaris.
Palatum durum adalah suatu struktur tulang berbentuk konkaf. Bagian
anteriornya mempunyai lipatan-lipatan yang menonjol, atau rugae. (Swartz,
1989)
b. Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang
dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.
Palatum mole adalah suatu daerah fleksibel muscular di sebelah posterior
palatum durum. Tepi posterior berakhir pada uvula. Uvula membantu menutup
nasofaring selama menelan. (Swartz, 1989)
Gambar 2. 2 Gigi-geligi dan tulang palatum (Pearce, 1979)
2. Rongga mulut
a. Bagian gigi terdapat gigi anterior yang sangat kuat yang tugasnya memotong dan
gigi posterior yang tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah
dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke 5. Proses mengunyah di
kontrol oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan formasi retikularis dekat
pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulkan pergerakan mengunyah
secara ritmis dan kontinu. Mengunyah makanan bersifat penting untuk
pencernaan semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan sayur-
sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat
dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus diuraikan sebelum dapat
digunakan.
b. Tulang Alveolar.
Tulang alveolar terdiri atas tulang spons di antara dua lapis tulang kortikal.
Pembuluh darah dan saraf gigi menembus tulang alveolar ke foramen apical
untuk memasuki rongga pulpa. Tulang alveolar cukup labil dan berfungsi
sebagai sumber kalsium siap pakai untuk mempertahankan kadar darah ion ini.
Setelah hilangnya gigi permanen atau setelah periodontitis dapat terjadi resorbsi
nyata dari tulang alveolar. (Fawcett, 2002)
c. Gingiva.
Gingiva adalah membran mukosa yang melapisi vestibukum dari rongga
mulut dan melipat di atas permukaan luar tulang alveolar. Saat mendekati gigi,
ia menyatu dengan tepian bawah lapis merah muda yang lebih kuat yang disebut
gusi atau gingiva, yang merupakan bagian membrane mukosa yang terikat erat
pada periosteum Krista tulang alveolar. Ia dilapisi epitel berlapis gepeng dengan
banyak papilla jaringan ikat menonjol pada dasarnya. Epitel ini berkeratin,
tetapi dalam lingkungan basah ini ia tidak memiliki stratum granulosum dan sel-
sel gepeng lapis superfisialnya tetap berinti piknotik. (Fawcett, 2002)
d. Ligamentum Periodontal.
Akar gigi masing-masing dibungkus lapis kolagen padat, membentuk
membrane periodontal atau ligament periodontal di antara sementum dan tulang
alveolar di sekitarnya. Serat-seratnya berjalan miring ke atas dari sementum ke
tulang hingga tekanan pada gigi menekan serat-serat yang tertanam dalam
tulang. Ligamen periodontal menahan gigi pada sakunya dan masih
memungkinkan sedikit gerak (Fawcett, 2002).
e. Pulpa.
Pulpa, yang memenuhi rongga gigi, berasal dari jaringan yang membentuk
papilla dentis selama perkembangan embrional. Arteriol kecil memasuki pulpa
melalui foramen apical dan cabang kapilernya pecah dekat dasar odontoblas dan
sebagian terdapat diantaranya. Mereka ini berlanjut ke dalam vena kecil yang
letaknya lebih ke pusat pulpa. (Fawcett, 2002)
f. Lidah.
Lidah manusia sebenarnya dibentuk oleh otot-otot yang terbagi atas 2
kelompok, yaitu otot-otot yang hanya terdapat dalam lidah (otot intrinsik) dan
otot-otot ekstrinsik yang salah satu ujungnya mempunyai perlekatan di luar
lidah, yaitu pada tulang rahang bawah di dasar mulut dan tulang lidah. Otot
intrinsik mempunyai serat lebih halus daripada otot ekstrinsik. Otot-otot ini
penting dalam proses mengunyah dan mengucapkan kata-kata. Pergerakan lidah
diatur oleh saraf otak ke-12. (Wibowo, 2005)
Permukaan belakang lidah yang terlihat pada saat seseorang membuka mulut
ditutupi oleh selaput lendir yang mempunyai tonjolan-tonjolan (papilla). Pada
papilla ini terdapat alat pengecap (taste-bud) untuk mengenal rasa manis, asin,
asam (di ujung depan), dan pahit (di pangkal lidah). Di samping itu, lidah juga
mempunyai ujung-ujung saraf perasa yang dapat menangkap sensasi panas dan
dingin. Rasa pedas tidak termasuk salah satu bentuk sensasi pengecapan, tetapi
suatu rasa panas yang termasuk sensasi umum. Pengecapan diurus oleh saraf
otak ke-7 dan sensasi umum oleh saraf otak ke-5. (Wibowo, 2005)
Apabila lidah diangkat ke atas, suatu perlekatan mukosa, frenulum, dapat
terlihat di bawah lidah di garis tengah yang menghubungkan lidah dengan dasar
mulut. (Swartz, 1989)

Gambar 2. 3 Gambar lidah dari atas (Swartz, 1989)


g. Kelenjar ludah. Terdiri dari:
1. Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid
kiri dan kanan mandibularis.
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar. Nervus fasial berjalan
melalui kelenjar ini. (Swartz, 1989)
Parotid gland terletak di belakang tulang rahang bawah di bawah daun
telinga dan mempunyai saluran yang bermuara di depan gigi geraham ke-2
atas. Gondongeun atau parotitis epidemica merupakan penyakit infeksi virus
yang mengenai kelanjar ini. (Wibowo, 2005)
2. Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang.
3. Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga
mulut.

2.2 Gigi dan Komponennya


Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di atas
gusi, lehernya dikelilingi gusi dan akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang
sangat keras, yaitu dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapat rongga pulpa. (Pearce, 1979)
Gambar 2. 4 Diagram potongan sagital gigi molar pertama bawah manusia (Fawcett,
2002)
Orang dewasa memiliki 32 gigi, 16 tertanam di dalam proses alveolaris maksila dan 16
di dalam mandibula. Yang disebut gigi permanen ini didahului oleh satu set sebanyak 20 gigi
desidua, yang mulai muncul sekitar 7 bulan setelah lahir dan lengkap pada umur 6-8 tahun.
Gigi ini akan tanggal antara umur enam dan tiga belas, dan diganti secara berangsur oleh gigi
permanen, atau suksedaneus. Proses penggantian gigi ini berlangsung sekitar 12 tahun sampai
gigi geligi lengkap, umumnya pada umur 18, dengan munculnya molar ketiga atau gigi
kebijakan. (Fawcett, 2002)
Semua gigi terdiri atas sebuah mahkota yang menonjol di atas gusi atau gingival, dan
satu atau lebih akar gigi meruncing yang tertanam di dalam lubang atau alveolus di dalam
tulang maksila atau mandibula. Batas antara mahkota dan akar gigi disebut leher atau serviks.
(Fawcett, 2002)
Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder, yaitu:
a. Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi seri, 1
taring, 3 geraham dan untuk total keseluruhan 20 gigi
b. Gigi sekunder, terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 2 premolar dan 3 geraham untuk total
keseluruhan 32 gigi.

Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan).


Mengunyah ialah menggigit dan menggiling makanan di antara gigi atas dan bawah.
Gerakan lidah dan pipi membantu dengan memindah-mindahkan makanan linak ke
palatum keras ensit gigi-gigi. (Pearce, 1979)
Makanan yang masuk kedalam mulut di potong menjadi bagian-bagian kecil dan
bercamput dengan saliva unutk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.

Komponen-komponen gigi meliputi:


a. Email
Email gigi adalah substansi paling keras di tubuh. Ia berwarna putih kebiruan dan
hampir transparan. Sembilan puluh smebilan persen dari beratnya adalah mineral
dalam bentuk Kristal hidroksiapatit besar-besar. Matriks organic hanya merupakan
tidak lebih dari 1% massanya. (Fawcett, 2002)
b. Dentin
Dentin terletak di bawah email, terdiri atas rongga-rongga berisi cairan. Apabila
lubang telah mencapai dentin, cairan ini akan menghantarkan rangsang ke pulpa,
sehingga pulpa yang berisi pembuluh saraf akan menghantarkan sinyal rasa sakit itu
ke otak. (Maulani, 2005)
Dentin bersifat semitranslusen dalam keadaan segar, dan berwarna agak kekuningan.
Komposisi kimianya mirip tulang namun lebih keras. Bahannya 20% organic dan
80% anorganik. (Fawcett, 2002)
c. Pulpa
Pulpa merupakan bagian yang lunak dari gigi. Bagian atap pulpa merupakan bentuk
kecil dari bentuk oklusal permukaan gigi. Pulpa mempunyai hubungan dengan
jaringan peri- atau interradikular gigi, dengan demikian juga dengan keseluruhan
jaringan tubuh. Oleh karena itu, jika ada penyakit pada pulpa, jaringan periodontium
juga akan terlibat. Demikian juga dengan perawatan pulpa yang dilakukan, akan
memengaruhi jaringan di sekitar gigi. (Tarigan, 2002)
Bentuk kamar pulpa hampir menyerupai bentuk luar dari mahkota gigi, misalnya
tanduk pulpa terletak di bawah tonjol gigi. Pada gigi dengan akar lebih dari satu,
akan terbentuk lantai kamar pulpa yang mempunyai pintu masuk ke saluran akar,
disebut orifisum. Dari orifisum ke foramen apical disebut saluran akar. Bentuk
saluran akar ini sangat bervariasi, dengan kanal samping yang beragam, selain
kadang-kadang juga ditemukan kanal tambahan (aksesori) yang ujungnya buntu,
tidak bermuara ke jaringan periodontal. (Tarigan, 2002)
Bahan dasar pulpa terdiri atas 75% air dan 25% bahan ensiti, yaitu:
- Glukosaminoglikan
- Glikoprotein
- Proteoglikan
- Fibroblas sebagai sintesis dari kondroitin sulfat dan dermatan sulfat.
(Tarigan, 2002)
Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. (Pearce, 1979)
Pada saluran akar ditemui pembuluh darah, jaringan limfe, juga jaringan saraf, yang
masuk ke rongga pulpa dan membentuk percabangan jaringan yang teratur serta
menarik. Jaringan yang memasok darah dari pulpa, masuk dari foramen apical,
tempat arteri dan vena masuk serta keluar. Selain pembuluh darah dan jaringan limfe,
jaringan saraf masuk juga ke pulpa melalui foramen ensit. (Tarigan, 2002)
d. Sementum
Akar gigi ditutupi lapisan sementum tipis, yaitu jaringan bermineral yang sangat
mirip tulang. Melihat sifat fisik dan kimiawinya, sementum lebih mirip tulang dari
jaringan keras lain dari gigi. Ia terdiri atas matriks serat-serat kolagen, glikoprotein,
dan mukopolisakarida yang telah mengapur. Bagian servikal dan lapis tipis dekat
dentin adalah sementum aselular. Sisanya adalah sementum selular, dimana
terkurung sel-sel mirip osteosit, yaitu sementosit, dalam ensit dalam matriks.
(Fawcett, 2002)

2.3 Jaringan Sekitar Rongga Mulut


Jaringan sekitar mulut (Harshanur, 1991):
1. Bibir dengan bagian-bagian
a. Bibir atas
b. Bibir bawah
c. Tepi bibir
d. Sudut bibir (commisure) dimana bibir atas dan bawah bertemu
e. Tuberkel yaitu tonjolan bulat pada bibir atas tengah bawah
2. Filtrum
Yaitu lekukan antara tuberkel dan hidung.
3. Labiomental groove
Yaitu groove yang berjalan horizontal di bawah bibir bawah yang membatasi dagu.
4. Nasolabial groove
Yaitu lekukan antara hidung/nasal dan bibir/labia.
5. Dagu
Di sebelah depan, mulut dibatasi oleh bibir dan otot-otot yang melingkarinya. Bibir ini
merupakan peralihan dari kulit dan selaput lendir. Perbedaannya dengan kulit adalah bahwa
bibir tidak mempunyai lapisan tanduk dan lapisan epidermisnya tipis. Warna merah pada
bibir disebabkan oleh warna merah darah dalam kapiler di bawahnya. Karena kulitnya tipis,
bibir juga merupakan bagian yang ensitive pada manusia. (Wibowo, 2005)
Pada orang yang kurang darah (anemia) warnanya pucat, sedangkan pada mereka yang
darahnya mengalami gangguan oksigenasi & karbonisasi, darah dapat menjadi kebiru-biruan.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
a. Rongga mulut adalah bagian awal dari saluran pencernaan. Rongga mulut terbentang
mulai dari permukaan dalam gigi sampai orofaring. Atapnya dibentuk oleh palatum
durum dan mole, dasarnya dibentuk oleh lidah, dan dinding kiri dan kanan dibentuk
oleh otot-otot pipi.
b. Gigi merupakan salah satu organ penting yang terdapat dalam rongga mulut. Gigi
terdiri dari dua macam, yaitu gigi decidui dan gigi permanen. Bagian-bagian dari gigi
meliputi: email, dentin, pulpa, dan sementum.
c. Jaringan sekitar rongga mulut terdiri atas bibir, filtrum, labiomental groove, nasolabal
groove, dan dagu.

3.2 SARAN
a. Pokok bahasan Rongga mulut dan jaringan di sekitarnya merupakan pokok bahasan
dasar sebelum membahas gigi dan anatominya. Untuk itu pokok bahasan ini lebih
cocok untuk di tempatkan di awal perkuliah sebagai kuliah pengantar.

Anda mungkin juga menyukai