Anda di halaman 1dari 97

PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian Mengukur tekanan darah pasien dengan menggunakan alat


tensimeter air raksa
Tujuan 1. Mendapatkan data obyektif
2. Perkembangan kondisi pasien
Kebijakan 1. Pasien baru
2. Pasien lama
Peralatan 1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Alat tulis
Prosedur 1. Melakukan anamnesa data
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
4. Memberikan salam sebagai pendekatan
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/
pasien
6. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
7. Mengatur posisi pasien
8. Menempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila mungkin
9. Meletakkan manset 2 jari di atas scapula
10. Manset dilonggarkan kira-kira 2cm
11. Mengukur tekanan darah dengan benar
12. Mencatat hsil pemeriksaan
13. Membereskan alat-alat
14. Mencuci tangan
15. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan

1
PEMERIKSAAN SUHU BADAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian Pemeriksaan terhadap suhu badan di axilla dengan


menggunakan alat Thermometer
Tujuan 1. Mendapatkan data obyektif
2. Perkembangan kondisi pasien
Kebijakan
Peralatan 1. Thermometer bersih pada tempatnya
2. Tiga botol: larutan sabun, desinfektan, air bersih
3. Bengkok
4. Potongan kertas tissue dalam tempatnya
5. Alat tulis
Prosedur 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
4. Memberikan salam sebagai pendekatan terpeutik
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/
pasien
6. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
7. Mengatur posisi pasien
8. Membebaskan axilla pasien pada lengan yang jauh
9. Membersihkan axilla dengan tissue
10. Memeriksa thermometer, pastikan pada skala di bawah 35°
C, bila belum turunkan dengan cara mengibaskan
thermometer
11. Memasang reservoir thermometer tepat pada tengah axilla
12. Menyilangkan tangan di depan, memegang bahu
13. Mengangkat thermometer setelah 10 menit
14. Mengusap thermometer dengan tissue kering ke arah
reservoir
15. Membaca hasil pengukuran
16. Mencatat hasil pengukuran
17. Membersihkan thermometer: mencelupkan ke dalam air
sabunk kemudian usap kea rah reservoir, mencelupkan ke
dalam larutan desinfektan selanjutnya dibersihkan dengan
air bersih dan usap dari arah reservoir.

2
PEMERIKSAAN SUHU BADAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur 18. Menurunkan air raksa
19. Mengembalikan thermometer pada tempatnya
20. Melakukan evaluasi tindakan
21. Berpamitan dengan klien
22. Membereskan alat-alat
23. Mencuci tangan
24. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan

3
INHALASI NEBULIZER

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/5
Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian Pemberian inhalasi uap dengan obat/ tanpa obat menggunakan


nebulator
Tujuan 1. Mengencerkan sekret agar mudah di keluarkan
2. Melonggarkan jalan nafas
Kebijakan 1. Paien mengalami kesulitan mengeluarkan sekret
2. Pasien yang mengalami penyempitan jalan nafas
Peralatan 1. Set nebulizer
2. Obat bronkodilator
3. Bengkok 1 buah
4. Tissue
5. Spuit 5cc
6. Aquades
Prosedur 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
4. Memberikan salam dan sapa nama pasien
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
6. Menanyakan persetujuan/ kesiapan pasien
7. Menjaga privacy pasien
8. Mengatur pasien dalam posisi duduk
9. Menempatkan meja/ troly di depan pasien yang berisi set
nebulizer
10. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
11. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik
12. Memasukkan obat sesuai dosis
13. Memasang masker pada pasien
14. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam
sampai obat habis
15. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
16. Melakukan evaluasi tindakan
17. Berpamitan dengan pasien/ keluarga
18. Memberskan alat
19. Mencuci tangan
20. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan

4
PEMERIKSAAN FISIK DADA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian Pemeriksaan terhadap pasien dengan cara inspeksi, auskultasi,


palpasi, perkusi pada daerah pasien
Tujuan 1. Mendapatkan data obyektif
2. Evaluasi perkembangan kondisi pasien
Kebijakan 1. Pasien lama
2. Pasien baru
Peralatan 1. Stetoskop
2. Alat tulis
Prosedur 1. Mencuci tangan
2. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
3. Memberikan salam sebagai pendekatan therapeutic
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/
keluarga
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum
kegiatan dilakukan
6. Mengatur posisi pasien: supinasi
7. Menempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila mungkin
8. Membuka pakaian pasien daerah dada
9. Melakukan inspeksi dari depan dan samping pasien
10. Melakukan Auskultasi: inspirasi dan ekspirasi
11. Melakukan Auskultasi bunyi jantung
12. Melakukan Palpasi: fokal premitus
13. Memeriksa Ekspansi dada
14. Melakukan Perkusi: intercosta
15. Melakukan evaluasi tindakan
16. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17. Berpamitan dengan klien
18. Membereskan alat-alat
19. Mencuci tangan
20. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan

5
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian Pemeriksaan terhadap pasien dengan cara inspeksi, auskultasi,


palpasi, perkusi pada daerah perut pasien
Tujuan 1. Mendapatkan data obyektif
2. Mengetahui kondisi pasien
Kebijakan Pasien dengan keluhan pada bagian abdomen
Peralatan 1. Stetoskop
2. Meteran kain
3. Alat tulis
Prosedur 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
4. Memberikan salam sebagai pendekatan
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien
6. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum
kegiatan dilakukan
7. Mengatur posisi pasien: supinasi
8. Menempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila mungkin
9. Membuka pakaian pasien daerah abdomen
10. Melakukan inspeksi dari depan dan samping pasien
11. Mengatur kaki pasien di tekuk dan tangan di samping
12. Melakukan Auskultasi: sebelum palpasi atau perkusi
13. Melakukan Palpasi: epigastrium/ hepar
14. Melakukan pemeriksaan turgor kulit
15. Melakukan Perkusi: 4 quadran/ umbilicus ke lateral
16. Mengukur lingkar perut
17. Mengevaluasi hasil tindakan
18. Berpamitan dengan pasien
19. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
20. Miencuci tangan
21. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan.

6
PEMERIKSAAN NADI DAN PERNAPASAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian Pemeriksaan terhadap nadi dan pernafasan pasien


Tujuan 1. Mendapatkan daya obyektif
2. Perkembangan kondisi pasien
Kebijakan 1. Pasien lama
2. Pasien baru
Peralatan 1. Pencatat waktu
2. Alat tulis
Prosedur 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Memberikan salam sebagai pendekatan
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien
5. Mengatur posisi pasien
6. Menentukan lokasi nadi yang akan diukur
7. Meraba denyut nadi dengan 2 jari (telunjuk dan tengah)
8. Menghitung nadi sekurang-kurangnya ½ menit, dan 1 menit
untuk pasien aritmia dan pasien anak
9. Mengamati gerakan dada/ perut pasien selama 1 menit
10. Menilai hasil pengukuran
11. Melakukan evaluasi tindakan
12. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
13. Berpamitan dengan klien
14. Mencuci tangan
15. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan

7
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/4
Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian Pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil dan selama
kehamilannya
Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan Ante Natal Care
(ANC), sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik,
melahirkan
Kebijakan Pemeriksaan ibu hamil di unit pelayanan KIA
Peralatan 1. Leanec
2. Doppler/ speculum corong
3. Meteran kain pengukur tinggi fundus uteri
4. Meteran pengukur LILA
5. Selimut
6. Reflex Hammer
7. Timbangan Berat Badan dewasa
8. Tensimeter Air Raksa
9. Stetoskop
10. Bed Obstetric
11. Kalender kehamilan
12. Jelly
13. Sabun antiseptik
14. Wastafel dengan air mengalir
Prosedur Langkah-langkah pemeriksaan:
1. Mempersiapkan alat-alat dan bahan medis yang
diperlukan
2. Mempesiapkan Bumil mengosongkan kandung kemih
3. Petugas mencuci tangan dengan sabun antiseptic dan
bilas dengan air mengalir dan keringkan
Anamnesa:
1. Riwayat perkawinan
2. Riwayat penyakit ibu dan keluarga
3. Status riwayat haid, HPHT
4. Riwatyat imunisasi ibu saat ini
5. Kebiasaan ibu
6. Riwayat persalinan terdahulu
Pemeriksaan:
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum Bumil

8
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/4
Prosedur 2. Ukur TB, BB, Lila
3. Tanda vital: Tensi, Nadi, RR, HR
4. Pemeriksaan fisik menyeluruh (dari kepala sampai
ekstremitas). Mata: conjungtiva, ikterus ; Gigi,
Kaki : Oedema kaki, dst.

B. Pemeriksaan Khusus
UMUR KEHAMILAN < 20 mgg:
1. Inspeksi
a. Tinggi Fundus
b. Hyperpigmentasi (pada areola mammae, Linea
nigra)
c. Striae
2. Palpasi
a. Tinggi fundus uteri
b. Keadaan perut
c. Auskultasi

UMUR KEHAMILAN > 20 mgg:


1. Inspeksi
a. Tinggi fundus uteri
b. Hypergigmentasi dan striae
c. Keadaan dinding perut
2. Palpasi
Lakukan pemeriksaan Leopold dan intruksi kerjanya
sbb:
Pemeriksa berada diisi kanan bumil, menghadap
bagian lateral kanan.
 Leopold 1.
a. Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak
fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus.
Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong
uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi uterus
basah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan dibagian lateral depan kanan dan
kiri, setinggi tepi atas simfisis)
b. Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang
memfiksasi uterus bawah) kemudian atur posisi
pemeriksaa sehingga menghadap kebagian kepala
ibu.

9
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 3/4
Prosedur c. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan
pada fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang
ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan
secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri
dan kanan secara bergantian.

 Leopold 2
a. Letakkan telapak kanan kiri pada dinding perut
lateral kanan dan telapak tangan kanan pada
dinding perut lateral kiri ibu sejajar dan pada
ketinggian yang sama
b. Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian
atau bersamaan telapak tangan kiri dan kanan
kemudian geser kea rah bawah dan rasakan
adanya bagian yang rata dan memanjang
(punggung) atau bagian yang kecil (ekstremitas).

 Leopold 3
a. Atur posisi pemeriksa pad sisi kanan dan
menghadap kebagian kaki ibu
b. Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding
lateral kiri bawah, telapak tangan kanan pada
dinding lateral kanan bawah perut ibu, tekan
secara lembut bersamaan atau bergantian untuk
menentukan bagian bawah bayi (bagian keras,
buat dan hampir homogeny adalah kepala,
sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang
simetris adalah bokong).

 Leopold 4
a. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan
pada dinding lateral kiri dan kanan uterus bawah,
ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada
pada tepi atas simfisis.
b. Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian
rapatkan semua jari-jari tangan kanan yang
meraba dinding bawah uterus
c. Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri
dan kanan (konvergen/ divergen).

10
PEMERIKSAAN KEHAMILAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 4/4
Prosedur d. Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada
bagian terbawah bayi (bila presentasi kepala,
upayakan memegang bagian kepala didekat leher
dan bila presentasi bokong, upayakan unutk
memegang pinggang bayi)
e. Fiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul,
kemuadian letakkan jari-jari tangan kanan diantara
tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa
jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas
panggul.

3. Auskultasi
a. Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung janin
4. Pemeriksaan Tambahan
a. Laboratorium rutin: Hb, Albumin
b. USG
5. Dokumentasikan hasil pemeriksaan

11
PENDARAHAN PASCA PERSALINAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian Pendarahan pasca persalinan (Hemogaria Post Partum/ HPP)


adalah pendarahan pervaginan >500 ml dalam 24 jam pertama
setelah bayi lahir.
Tujuan 1. Mampu mengatasi keadaan gawat darurat pada HPP
2. Menstabilkan kondisi paisen, dan memberikan terapi yang
optimal
3. Menurunkan angka kematian ibu akibat kegawatdarurat
HPP
Kebijakan 1. Penanganan optimal pada kasus HPP
2. Petugas rumah sakit mudah mengenal dan menolong pasien
ini dengan baik
3. Memberikan pelayanan yang tepat dan standar
Prosedur 1. Evaluasi cepat, juka terjadi syok lakukan penanganan syok
2. Perkiraan jumlah darah yang hilang
3. Pastikan kontraksi uterus baik: keluarkan berikan bekuan
darah, masase uterus, berikan oksitosin 10 IU IM, lanjutkan
infus 20 IU dalam larutan NS atau RL dengan tetesan 40
tetes/menit
4. Pastiakn kandung kemih kosong
5. Apakah placenta telah lahir dengan lengkap
6. Lakukan inspekulo apakah ada robekan jalan lahir
7. Jika pendarahan terus lakukan uji beku

12
MONITORING PENDARAHAN MASA NIFAS

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian Mengawasi pendarahan setelah persalinan


Tujuan 1. Mengetahui adanya pendarahan post partum primer dan
sekunder
2. Mengatasi apabila pendarahan post partum dini dan delayed
Kebijakan Petugas yang melakukan monitor pada pasien perawat/ bidan
yang bertugas hari ini.
Peralatan Bidan
1. Pakai skot
2. Cuci tangan
3. Pakai sarung tangan
Pasien
1. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. Pas sampiranang
Alat dan Obat
1. Uretonika
2. Koagulansia
3. Peralatan infuse sarung tangan
4. Spuit
5. Kapas alcohol dalam tempat
Prosedur 1. Beri salam
2. Bila perlu tempatkan pasien di tempat observasi
3. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
4. Awasi keadaan umum pasien, tensi, nadi dan pendarahan
tiap 15 menit selama 1 jam, selanjutnya diulang 1 jam
berikutnya.
5. Kontrol tinggi fundus uteri, kontraksi dan pendarahan tiap
15 menit selama 2 jam
6. Lakukan pemeriksaan Hb
7. Segera melaporkan kepada dokter apabila terjadi
pendarahan
8. Melakukan intruksi dokter

13
DOKUMENTASI MEJA KERJA/ MEJA
PEMERIKSA
No Dokumen No.Revisi Halaman
…………... A 1/1
Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian
Tujuan Agar konsentrasi desinfektanan waktu perendaman/ lap
dilakukan dengan tepat sehingga meja kerja periksa dapat
didekontaminasi secara sempurna dan efekti
Kebijakan 1. Peraturan menkes RI No.986/ Menkes/Per/XI/92 tanggal 14
November 1992 tentang persyaratan lingkungan
2. SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.270/Menkes/270 tentang pencegahan dan pengendalian
infeksi
3. Keputusan Menteri Kesehatan republic imdonesia
No.328/Menkes/SK/III/2007 tentang pedoman pencegahan
dan pengendalian infeksi Rumah Sakit dan fasilitas
kesehatan lainnya.
Peralatan 1. Alat perlindungan
2. Larutan klorin
Prosedur 1. Dekontaminasi dilakukan setiap pagi
2. Cuci tangan, pakai sarung tangan rumah tangga, masker,
kaca mata pelindung (bila perlu)
3. Bersihkan seluruh permukaan meja dengan larutan klorin
4. Buka sarung tangan, masukkan sarung tangan dalam wadah
sementara menunggu dekontaminasi sarung tangan dan
proses selanjutnya
5. Cuci tangan

14
RJP (RESUSITASI JANTUNG PARU)

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian Dilakukan terhadap mereka yang dalam keadaan gawat darurat


atau kritis untuk RJP merupakan segala bentuk usaha yang
mencegah kematian.
Tujuan Memberikan hiduo kembali
Kebijakan Dapat berlangsung hidup
Peralatan 1. Oksigen O2
2. Ambubag sesuai ukuran
3. Masker sesuai ukuran
4. Gudel sesuai ukuran
5. Mesin penghisap dan cateytr suction ukuran
6. Papan pengelas

Obat-obatan:
1. Adrenalin
2. Atropine
3. Lidocain 2%
4. Kalsium gluconas
5. Dex 40%

Alat atau intubasi:


1. ETT sesuai ukuran
2. Laryngoscope, blade sesuai ukuran
3. Magit forcep
4. Spuit
Prosedur 1. Melakukan RJP harus lebih dari 1 orang
2. Dekatkan semua alat
3. Bebaskan jalan nafas, posisikan sedikit ekstensi
4. Napas buatan dengan cara memberikan tekanan positif
menggunakan ambu bag dan masker
5. Posisi penolong berada di atas kepala pasien
6. Obat-obatan bila RJP yang dilakukan tidak menunjukan
hasil, maka harus dibantu dengan obat resusitasi

15
PERSIAPAN PEMERIKSAAN SECARA USG

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian Ultrasonografi (USG) adalah suatu pemeriksaan diagnostic non


invasive dengan menggunakan gelombang frekuensi tinggi ke
dalam abdomen. Gelombang-geombang ini dipantulkan kembali
dari permukaan struktur organ sehingga komputer dapat
menginterprestasikan densitas jaringan berdasarkan gelombang
tersebut.
Tujuan 1. Mendeteksi adanya massa di abdomen
2. Membedakan kista yang berisi cairan atau padat
3. Mengevaluasi dan memetakan organ di abdomen sbelum
dilakukan biobsi
4. Mengevaluasi keadaan janin pada ibu hamil
5. Mengetahui posisi janin
Kebijakan
Peralatan 1. Status/ rekam medik klien
2. Alat USG
3. Jelly
4. Tissue
Prosedur 1. Menjelaskan padam klien dan keluarga tentang tujuan dan
prosedur yang akan dilakukan
2. Untuk USG pada kehamilan trimester satu dan pemeriksaan
kista sebaiknya 2 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan
untuk diminta banyak minum dan menahan BAK sampai
pemeriksaan selesai
3. Mencuci tangan
4. Membawa klien ke tempat pemeriksaan
5. Menjaga privasi klien
6. Mengatur posisi klien berbaring pada tempat pemeriksaan
dan memberikan jelly pada area permukaan kulit
7. Melakukan pemeriksaan
8. Membersihkan pasien
9. Merapikan alat
10. Mencuci tangan
11. Menjelaskan hasil pemeriksaan
12. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

16
PEMERIKSAAN GYNEKOLOGI

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian Pemeriksaan yang dilakukan secara bimanual untuk mengetahui


kondisi organ genetalia, pemeriksaan ini lebih fokus pada
tampilan genetalia eksterna, uterus, adnexsa, parametrium dan
organ dalam vakum pelvic.
Tujuan 1. Pemeriksaan bentuk, arah, besar dan konsistensi
2. Pemeriksaan adnexsa dan parametrium
3. Pemeriksaan kehamilan intra uterin (ballottement) dan
ekstra uterin
Kebijakan 1. Memberikan pelayanan ginekologi yang baik dan bermutu
2. Untuk mengenal dan menatalaksanai penyakit genekologi
secara dini
Peralatan 1. Sarung tangan
2. Larutan klor 0,5%
Prosedur 1. Persiapan
a. Pasien
1) Pasien dianjurkan untuk buang air kecil, lepaskan
pakaian dalam, persilahkan baring di meja
genekologi, posisi litotomi.
2) Kapas dan larutan antiseptic betadin
3) Speculum cocor bebek
4) Meja instrument
5) Lampu sorot
b. Pemeriksaan
1) Cuci tangan dengan air mengalir
2) Pakai sarung tangan steril/ DTT
3) Apron
4) Handuk bersih dan kering

2. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan duduk pada kursi yang telah
disediakan
2) Usapkan daerah vagina, vulva dan perineum dengan
larutan antiseptic

17
PEMERIKSAAN GYNEKOLOGI

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur 3) Lakukan pemeriksaan inspeksi vulva dan perineum
4) Setelah speculum masuk ½ lalu putar 90° sehingga
tangkainya ke arah bawah, lalu tekan pengungkit
bilah speculum sehingga tampak lumen dan serviks.
Setelah periksa pandang selesai, keluarkan
speculum dan letakkan pada tempat yang telah
disediakan.
5) Pemeriksaan berdiri, lalu lakukan colok vagina
dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan.
6) Tentukan besar uterus, konsistensi dan arahnya,
keadaan paraium. Tentukan tanda hegar.

3. Pencegahan infeksi
a. Kumpulkan semua peralatan yang telah dipakai, ke
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
b. Masukkan sampah bahan habis pakai ke dalam tempat
yang telah disediakan. Seka bagian yang tercemari
secara atau bagian tubuh lainnya dengan larutan klorin
0,5%
c. Mesukkan ke dalm klorin 0,5%, bersihkan dari secret
atau cairan tubuh, lalu lepaskan sarung tangan dan
masukkan sarung tangan ke dalam larutan klorin.
d. Cuci tangan dengan sabun dengan air mengalir.
Keringkan dengan handuk bersih.

18
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN
PRE EKLAMSI BERAT
No Dokumen No.Revisi Halaman
…………... A 1/2
Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian Peningkatan tekanan darah dengan diastole >100 mmhg pada


2x pengukuran dengan protein urine +++
Tujuan Agar tidak terjadi eklamsi
Kebijakan SK Kepala Instalansi Ruang Bersalin
Peralatan  Tensimeter
 Tranfusi set
 Oksigen
 Stetoskop
 Doppler
 Thermometer
 Tong spatel
 Plaster
 Stopwatch
 Bengkok
 Pita pengukuran
 Gunting
 Tiang infus
 IV catheter
 Cairan infus kapas alcohol
 Kassa steril
 Urine bag
 Catheter balon
 Aquades
 Spuit 10cc
 Sarung tangan
 Kapas sublimat
 MgSO4 20% dan 40%

Prosedur 1. Jelaskan pada klien dan keluarganya tentang kondisi pasien


2. Baringkan klien dengan posisi setengah duduk
3. Memakai sarung tangan
4. Pasang oksigen 4-5 liter
5. Pasang infus D5% 60 tetes

19
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN
PRE EKLAMSI BERAT
No Dokumen No.Revisi Halaman
…………... A 2/2
Prosedur 6. Berikan injeksi MgSO4 sebanyak 4 gr (10cc) secara
intervena, lamanya 10 menit sesuai program pegobatan
7. Beri injeksi MgSO4 40% dalam infuse RL sebanyak 6 gr
(15cc) dalam 30 tetes/menit
8. Pasang cheteter tetap
9. Uji reflek patella
10. Pantau keadaan denyut jantung janin dan pergerakan janin
11. Lakukan observasi TTV
12. Ukur dan catat intek dan output

20
PERSALINAN NORMAL

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/6
Ditetapkan,
STANDAR TanggalTerbit Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
Dr. Hilmi.K.Riskawa,SpA.M.Kes

Pengertian Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik,


lahirnya bayi dan placenta dari rahim.
Tujuan Mendapatkan pertolongan yang bersih dan aman
Kebijakan  Bila 2x dalam 10 menit pembukaan servik <4 cm, kontraksi
minimal 2x dalam 10 menit, lamanya 40 detik, sampai
pembukaan servik lengkap 10
 Dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir
 Dimulai segera setelah bayi lahir sampai placenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit
 Dimulai dari saat placenta lahirm sampai 2 jam pertama
post partum
Peralatan Partus Set:
1. Klem anatomis
2. Klem sirurgis
3. Gunting tali pusat
4. Gunting episiotomy
5. Setengah koher
6. Bak instrument
7. Balon karet
8. Sarung tangan
9. Skot
10. Sepatu but
11. Masker
12. Kaca mata

Heacting Set:
1. Pinset anatomis
2. Pinset chirurgik
3. Gunting benang
4. Nalfoeder
5. Benang
6. Bak instrument kecil
7. Jarum oto dan kulit
8. Duk

21
PERSALINAN NORMAL

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... 2/6
Peralatan 9. Handuk
10. Lampin bayi

Obat-obatan:
1. Oksitosin
1. Lidocain 2%
2. Metergin
3. Aquades
4. Spuit
Prosedur 1. Mendengarkan dan melihat adanya tanda persalinan kala
dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan
termasuk mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan
alat suntik sekali pakai 2 ½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci
tangan dengan sabun & air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang
akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung
tangan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam
wadah partus set
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah
yang telah dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan
vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 %.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus
selesai, pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160
x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila
ibu sudah ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

22
PERSALINAN NORMAL

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 3/6
Prosedur mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada
dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm.
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah
bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6
cm, memasang handuk bersih pada perut ibu untuk
mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain kering dan
bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. Setelah
itu kita melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi
perineum dengan satu tangan, di bawah kain bersih dan
kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari
tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada
belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar
posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap
melewati introitus dan perineum)
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi
dengan kasa steril kemudian memeriksa adanya lilitan tali
pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental.
23. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
24. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum
ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah
bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas.
25. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri
di antara kedua lutut janin.
26. Melakukan penilaian selintas.
a. Apakah bayi menangis kuat atau bernapas tanpa
kesulitan?

23
PERSALINAN NORMAL

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 4/6
Prosedur b. Apakah bayi bergerak aktif?
27. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks.Ganti handuk basah dengan handuk/
kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu.
28. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus.
29. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar
uterus berkontraksi baik.
30. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitasin
10 unit IM (Intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
31. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali
pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2
cm distal dari klem pertama.
32. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
33. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada
satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut
dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
34. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
memasang topi di kepala bayi.
35. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10
cm dari vulva.
36. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi
atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan alin memegang tali
pusat.
37. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan
tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus
dengan hati-hati ke arah doroskrainal. Jika plasenta tidak
lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
mengulangi prosedur.
38. Melakukan penegangan tali pusat dan dorongan
dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian kea rah atas, mengikuti poros jalan

24
PERSALINAN NORMAL

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 5/6
Prosedur lahir(tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
39. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan
plasenta dengan hati-hati. Bila perlu ( terasa ada tahanan),
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan
mencegah robeknya selaput ketuban.
40. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada
fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
41. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan
tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon
dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukkan ke
dalm kantong plastic yang tersedia.
42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila lasersi menyebabkan
pendarahan.
43. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi pendarahan pervaginam.
44. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam.
45. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/ pengukuran bayi,
beri tetes mata antibiotik pofilaksis, dan vitamin K1 1 mg
intramaskuler di paha kiri anterolateral.
46. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral.
47. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
pendarahan pervaginam.
48. Mengajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus
dan menilai uterus dan menilai kontraksi.
49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
50. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap
30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
51. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik.
52. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0.5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan
bilas peralatan setelah dekontaminasi.

25
PERSALINAN NORMAL

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 6/6
Prosedur 53. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
54. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT.
Memberishkan sisa cairan ketuban, lender, dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
55. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu pada
keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
56. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin
0,5%.
57. Membersihkan sarung tangan di dalm larutan klorin 0.5%,
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
58. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
59. Melengkapi partograf.

26
PENANGANAN ABORTUS

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.Hilmi K.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Berakhirnya kehamilan <20 Minggu disertai atau tanpa disertai


pendarahan dan nyeri
Tujuan 1. Menurunkan angka kematian ibu akibat abortus dan
pendarahan
2. Mengatasi kegawatdaruratan pada abortus dengan syok
Kebijakan 1. Penanganan yang optimal pada kasus abortus
2. Petugas rumah sakit mudah mengenal dan menolong pasien
ini dengan baik.
3. Memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan berstandar.
4. Menghindari petugas dari infeksi
Peralatan 1. Handscoen
2. Speculum sims
3. Tampon tang
4. Tenakulum
5. Sonde uterus
6. Hedgar
7. Sendok kuret tajam
8. Sendok kuret tumpul
9. Abortus tang
10. Komp betadine
11. Kasa
Prosedur 1. Memutuskan dan melakukan tindakan kuretase
2. Merawat pasien hingga pulih
3. Konsultasi pada konsulet yang terkait
4. Dibuka bila pendarahan banyak, segera lakukan inspekulo,
periksa dalam, bila terdapat jaringan dan servik terbuka
lakukan digital kuretase.
5. Bila pendarahan sedikit dan keadaan umum baik pasien di
puasakan untuk tindak kuretase
6. Membuat persetujuan tindakan medik.

27
DEKONTAMINASI TUMPAHAN DARAH

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Suatu kegiatan dalam membersihkan tumpahan darah sehingga


meminimalisasi penyebaran mikroorganisme yang terdapat
dalam tumpahan darah
Tujuan Untuk meminimalisasi penyebaran mikoroorganisme yang
terdapat dalam tumpahan darah/ cairan tubuh
Kebijakan 1. Peraturan Menkes RI No. 986/ Menkes/Per /XI/92 tanggal
14 November 1992 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan
2. SK Menkes No.270/Menkes/270 tentang Pencegahan dan
Pengadilan Infeksi
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 328/
Menkes?SK/III/2007 tentang Pedoman dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya.
Peralatan 1. Alat pelindung
2. Larutan natrium hipoklorit 0,5% (dalam botol
penyemprotan) untuk dekontaminasi
3. Lap bersih
4. Sarana cuci tangan
Prosedur 1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan rumah tangga, masker, kacamata/
pelindung wajah.
3. Serap darah/ cairan tubuh sebanyak-banyaknya dengan
kertas/ koran bekas tissue.
4. Bersihkan daerah bekastumpahan darah dengan natrium
hipoklorit 0,5% dengan cara tuangi atau semprotpermukaan
yang akan didekontaminasi, biarkan 10 menit.
5. Bilas dengan lap basah yang bersih hingga natrium
hipoklorit terangkat.
6. Buangkan kertas penyerap bersama sampah medis dalam
kantong yang kedap air.
7. Buka sarung tangan dan proses selanjutnya.
8. Cuci tangan.

28
CUCI TANGAN ANTISEPTIK

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Kegiatan dalam membersihkan tangan petugas dengan


menggunakan sabun antiseptik.
Tujuan Menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit secara
maksimal terutama kuman transiet.
Kebijakan 1. Peraturan Menkes RI No. 986/ Menkes/Per /XI/92 tanggal
14 November 1992 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan
2. Keputusan Menkes RI No. 279/Menkes/270 tentang
Pencegahan Infeksi dan Pengendalian Infeksi.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 328/
Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakitdan Fasilitas
Kesehatan lainnya.
Peralatan 1. Sarana cuci tangan
2. Air bersih mengalir
3. Sabun antiseptik
4. Lap kertas/ kain yang kering
5. Kuku dijaga selalu pendek
6. Cincin dan gelang perhiasan harus dilepas
Prosedur 1. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan
air mengalir.
2. Taruh sabun dibagian tengah tangan yang telah basah.
3. Gosok kedua telapak dan jari, punggung tangan, jari, dan
persendiannya, kedua ibu jari dengan cara mengenggam
dan memutar, bersihkan ujung dan kuku tangan, gosok
pergelangan tangan.
4. Prosedur berlangsung selama 10-15 detik.
5. Bilas kembali dengan air sampai bersih
6. Keringkan tangan dengan kain kering/ kertas yang bersih
dan kering/ tissue.
7. Matikan keran.
8. Pada cuci tangan antiseptic diikuti larangan menyentuh
permukaan yang tidak steril.

29
MASUK KAMAR PASIEN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Persyaratan khusus yang harus terpenuhi oleh semua orang


yang akan memasuki lingkungan kerja Instalasi Bedah Sentral
(IBS).
Tujuan Menekan angka kuman ruangan dan mencegah infeksi
nosokomial.
Kebijakan Agar kamar operasi tetap dalam keadaan steril dan mencegah
terjadinya infeksi nosokomial.
Peralatan Prosedur
Prosedur 1. Bagi petugas
i. Menggunakan baju celana< topi< masker dan sandal
khusus untuk IBS
 Baju dan celana khusus:
 Baju dan celana luar harus dilepas dan diganti
dengan baju dan celana khusus.
 Baju dan celana dipakai dengan rapi.
 Celana tidak boleh menyentuh lantai
 Topi khusus
 Memakai topi yang sudah disediakan IBS
 Topi harus menutupi seluruh seluruh rambut
kepala
 Bagi yang memakai jilbab, harus memakai
jilbab khusus IBS
 Masker
 Memakai masker yang telah disediakan IBS
 Masker dipakai untuk sekali pemakaian
 Bila masker lembab harus segera diganti
 Pakailah masker yang rapi
 Sandal
 Memakai sandal yang disediakan IBS
 Pakailah sandal teklok ( bukan untuk OK) bila
ke kamar mandi/ Wc

ii. Kaos kaki dilepas


iii. Pakaian khusus IBS tidak boleh digunakan di luar IBS

30
MASUK KAMAR PASIEN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur iv. Bagi yang masuk IBS hanya sementara, boleh kimono
biru muda dan pink, beserta topi dan masker
v. Sandal luar IBS tidak boleh dipakai di IBS
vi. Tas beserta isinya ( kecuali uang dan barang berharga)
tidak boleh dibawa ke kamar pasien.

2. Bagi pasien
a. Pasien menggunakan baju dan topi khusus operasi
b. Persiapan operasi sudah dilaksanakan sesuai prosedur
yang berlaku

3. Bukan petugas dan pasien


a. Hanya diperbolehkan masuk area public (ruang terima)

31
PEMELIHARAAN ALAT/ INSTRUMEN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1

Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Menjaga alat-alat di ruang operasi tetap baik dan siap pakai.
Tujuan Untuk mempertahankan agar alat tetap baik dan siap pakai.
Kebijakan Agar alat terpelihara dan siap digunakan.
Prosedur Setelah alat-alat digunakan, rendam dalam larutan (detergen)
1-200 selama 5 menit
1. Instrument dibuka hingga semua permukaan tersentuh
larutan, bila pakai NaN02 0,4 sebagai anti karat.
2. Sikat hingga sisa kotoran hilang.
3. Bila ada sisa karet hilangkan dengan halcucer, kemudian
dibilas kembali dengan air hangat.
4. Kemudian alat tersebut dikeringkan atau diangin-
anginkan.
5. Kemas dalam
 Wipek
 Tenun rangkap dua
 Tromol
6. Beri indicator dan catat alat tersebut.
7. Setelah selesai, simpan dalam almari khusus.

32
OPERASI CYTO/ EMERGENCY

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Suatu aturan langkah-langkah yang dilakukan untuk pengatuan


tentang cakupan pelayanan emergency.
Tujuan Member pelayanan pasien operasi cyto/ emergency agar
terkoordinasi dengan baik.
Kebijakan Agar pasien cyto/ emergency terlayani.
Prosedur 1. Pemberitahuan dari petugas ruangan perawatan atau UGD
bahwa ada pasien yang akan dilakukan operasi
cyto/emergency kepada pos yang dijaga.
2. Petogas pos mengkoordinasi persiapan pasien preoperasi
dengan:
 Menghubungi via telpo tim operasi cyto/ emergency
sesuai dengan petugas piket kamar operasi.
 Persiapan alat dan instrument operasi.
3. Bila tim bedah cyto/emergency sudah dating, pasien segera
dikirim ke kamar operasi untuk dilakukan tindakan operasi.

33
PEMASANGAN INFUS

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Memasukkan cairan/zat makanan/obat-obatan dalam jumlah


tertentu melalui vena secara terus-menerus dalam jangka waktu
yang agak lama.
Tujuan 1. Memenuhi cairan dan elektrolit serta pemberian obat yang
diperlukan oleh tubuh.
2. Memberikan zat makanan pada pasien yang tidak dapat/
tidak boleh makan dan minum melalui mulut.
Kebijakan 1. Pemberian infus harus sesuai indikasi dan berdasarkan
program dokter.
2. Bekerja dengan teknik aseptic.
Peralatan 1. Handscoon
2. Standar infus
3. Cauran yang akan diberikan
4. Infuse set
5. IV kateter
6. Kapas
7. Alcohol 70%
8. Kassa steril
9. Gunting
10. Plester
11. Perlak dan duk
12. Bengkok
13. tourniquet
Prosedur A. Pelaksanaan Pemasangan Infuse
1. Beri penjelasan pada pasien dan keluarga.
2. Siapkan area yang akan di infuse
3. Periksa ulang cairan yang akan diberikan, catat nama
obat yang dimasukkan pada kolf/botol infuse.
4. Hubungkan cairan infuse dengan infuse set dan
gantungkan.
5. Alirkan cairan infuse melalui selang infuse sehingga
tidak ada udara di dalamnya.
6. Tentukan vena yang ditusuk.
7. Pasang perlak dan kencangkan tourniquet dibagian atas

34
PEMASANGAN INFUS

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur daerah yang akan ditusuk.
8. Pasang handscoon.
9. Bersihkan kulit dengan kapas alcohol, arah melingkar
dari dalam ke luar lokasi tusukan.
10. Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5
cm di atas/ di bawah tusukan.
11. Pegang jarum pada posisi 30° pada vena yang akan
ditusuk, setelah pasti masuk lalu tusuk perlahan dengan
pasti.
12. Rendahkan posisi jarum sejajar pada kulit dan tarik
jarum sedikit lalu teruskan plastik IV kateter ke dalam
vena.
13. Tarik jarum infuse keluar.
14. Sambungkan plastik IV kateter dengan ujung selang
infuse.
15. Lepaskan tourniquet.
16. Buka klem infuse sampai cairan mengalir lancar.
17. Oleskan dengan salep antibiotik di atas penusukan
kemudian tusuk dengan kassa steril.
18. Fiksasi posisi plastik IV kateter dengan plester.
19. Atur tetesan infuse sesuai ketentuan, pasang stiker yang
sudah diberi tanggal pemasangan.
20. Dokumentasikan dalam catatan keperawatan.

B. Perlu diperhatikan:
1. Reaksi pasien
2. Jenis cairan, jumlah tetesan, tanggal dan jam
pemasangan.
3. Tanggal kadaluarsa cairan infuse.
4. Bekerja dengan teknin aseptik.

35
TRANFUSI DARAH

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Memindahkan atau memasukkan darah yang berasal dari donor


ke dalam tubuh pasien dengan melalui vena.
Tujuan 1. Meningkatkan volume darah.
2. Menambah komponen darah yang kurang.
3. Sebagai tindakan pengobatan dan memenuhi kebutuhan
pasien akan darah sesuai dengan program dokter.
Kebijakan 1. Pemberian tranfusi sesuai dengan golongan darah pasien.
2. Tranfusi dilakukan pada:
a. Pasien yang banyak kehilangan darah (operasi,
kecelakaan)
b. Pasien dengan penyakit kelainan darah tertentu (anemia,
talasemia, leukemia dan lain-lain).
Peralatan 1. Sarung tangan
2. Kelengkapan tranfusi set
3. IV kateter
4. Cairan NaCL 0,9%
5. Darah yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan
6. Kapas, alcohol 70%, kassa steril, plester, dan gunting.
7. Perlak dan alasnya/ duk
8. Tourniquet
9. Bengkok
10. Standar infus
Prosedur 1. Cuci tangan dengan memakai sarung tangan.
2. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan
jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.
3. Siapkan peralatan ke dekat pasien.
4. Lakukan pemasangan infuse dengan menggunakan cairan
NaCL 0,9% atau cairan yang ditentukan sebelum
pemasangan darah.
5. Periksa kantong darah dengan teliti dan diperhatikan oleh
petugas lainnya:
 Nama pasien
 Golongan darah

36
TRANFUSI DARAH

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur  Nomor seri darah
 Jenis darah
6. Meneliti keadaan darah dan suhunya sesuai dengan suhu
tubuh normal
7. Observasi TTV, beri obat premediksi sesuai dengan
program.
8. Bila akan memasang darah, selang infuse diklem, kemudian
buka klem selang untuk memasang darah.
9. Buka tutup kantong darah dengan cara menariknya, tusuk
kantong darah dengan jarum slang tranfusi yakinkan bahwa
jarum slang benar-benar masuk ke kantong darah.
10. Gantung kantong darah dengan label tetap terpasang di
kantong.
11. Atur tetesan darah sesuai program, buat catatan jam mulai
tranfusi.
12. Observasi reaksi pasien selama pemasangan darah 10-15
menit.
13. Rapikan dan bereskan alat-alat, lepaskan sarung tangan.
14. Perawat mencuci tangan.
15. Obeservasi tanda-tanda vital: tensi, suhu, nadi, pernafasan
serta reaksi tranfusi tiap 1-2 jam selama tranfusi
berlangsung.
16. Mencatat pada catatan keperawatan waktu pemasangan
darah, kantong keberapa golongan darah dan tetesan.

37
PENGAMBILAN DARAH VENA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Mengambil darah melalui tubuh (vena) pasien untuk keperluan


pemeriksaan.
Tujuan 1. Untuk memeriksa darah
2. Untuk menegakkan diagnosa
Kebijakan Dilakukan pada pasien baru masuk sewaktu-waktu bila
diperlukan.
Peralatan 1. Spuit lengkap dengan jarum steril
2. Kapas alcohol 70% dalam tempatnya
3. Tabung darah
4. Perlak pengalas
5. Pembendung/ tourniquet
6. Piala ginjal
7. Plester dan gunting
8. Mengidentifikasi pasien
9. Memberitahu pasien akan tindakan yang akan dilakukan
10. Menyiapkan lingkungan pasien
Prosedur 1. Melakukan sedotan/ hisapan darah sesuai dengan jumlah
yang diperlukan.
2. Pembendung/ tourniquet dilepas
3. Mencabut jarum
4. Menekan bekas tusukan dan diberi kapas alkohol kemudian
diplester
5. Memasukkan darah ke dalam tabung darah
6. Membereskan peralatan dan mengembalikan pada
tempatnya
7. Mencuci tangan
8. Mencatat dalam buku pemeriksaan dan pada tabung
pemeriksaan yang akan diminta

38
INJEKSI INTRAMUSKULAR

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Injeksi intramuskuler adalah suntikan ke dalam otot


Tujuan Sebagai acuan tindakan suntikan ke dalam oto
Kebijakan Di bawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
Peralatan 1. Disp. Spuit
2. Kapas alcohol
3. Bengkok
4. Aquabidest steril
5. Gergaji ampul
6. Tempat sampah/ bengkok
7. Obat yang dibutuhkan
8. Bak intrumen
Prosedur 1. Inform concern.
2. Baca daftar obat, larutkan obat yang dibutuhkan, isi spuit
sesuai dengan kebutuhan.
3. Cocokkan nama obat dan nama pasien.
4. Baca sekali lagi sebelum menyuntikkan pada pasien.
5. Atur posisi dan tentukan tempat yang akan disuntik.
6. Desinfeksi lokasi yang akan disuntik.
7. Jarum disuntikkan pada daerah yang akan disuntik dengan
arah 90° .
8. Penghisap ditarik sedikit, bila ada darah obat jangan
dimasukkan.
9. Obat disemprotkan perlahan-lahan
10. Setelah obat masuk seluruhnya jarum ditarik dengan cepat.
11. Kulit ditekan dengan kapas alcohol sambil melakukan
masase.
12. Pasien dirapikan.

Perhatian:
Penyuntikan harus tepat dan betul, bila salah akan dapat
mengenai saraf.

39
INJEKSI INTRACUTAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Memasukkan obat di bawah kulit dengan memakai jarum suntik


untuk memberikan pengobatan.
Tujuan Sebagai acuan tindakan melakukan suntikan intracutan
(pemberian insulin)
Kebijakan Pemasukan obat di bawah kulit dengan memakai jarum suntik
steril dengan berpedoman pada protap
Peralatan Bak semprit
1. Spuit steril
2. Obat suntikan
3. Kapas disenfektan
4. Bengkok
5. Alat tulis/ buku suntikan
Prosedur 1. Memberitahukan/ menjelaskan tindakan pada pasien
2. Mencuci tangan
3. Membawa alat kepada pasien
4. Menyiapkan lingkungan
5. Mengatur posisi pasien
6. Menentukan dan menghapus hamakan lokasi suntikan
7. Menusukkan jarum suntik dengan sudut 45°−90°
8. Melakukan aspirasi (menarik penghisap sedikit)
9. Memasukkan obat perlahan-lahan
10. Mencabut jarum kemudian melakukan masage pada daerah
suntikan
11. Merapikan psien dan alat
12. Mendokumentasikan hasil tindakan

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


Tempat penyuntikan:
1. Lengan atas sebelah luar, 1/3 bagian dari bahu
2. Paha sebelah luar, 1/3 bagian dari sendi panggul
3. Daerah perut, sekitar pusat

40
INJEKSI INTRAVENA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Memasukkan cairan obat ke dalam vena dengan memakai jarum


suntik agar mendapatkan reaksi obat yang lebih cepat.
Tujuan Sebagai acuan untuk melakukan tindakan suntikan intravena.
Kebijakan Pemasukan cairan obat ke dalam vena dengan memakai jarum
suntik dilakukan dengan berpedoman proptap
Peralatan 1. Bak spuit
2. Spuit 3cc/ 5cc
3. Obat suntik (siap pakai)
4. Kapas desinfektan
5. Alas/ perlak
6. Pembendung/ stuing
7. Bengkok
8. Bad side/ plester
9. Buku injeksi
10. Gunting
Prosedur 1. Memberitahukan pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan.
2. Mencuci tangan
3. Membawa alat kepada pasien
4. Menyiapkan lingkungan
5. Mengatur posisi pasien
6. Memasang pengalas/ perlak di bawah lokasi yang akan
ditusuk.
7. Menentukan lokasi tusukan.
8. Melakukan pembendungan.
9. Menghapus hama lokasi suntikan
10. Menusuk jarum dengan sudut 25°−45 °.
11. Melakukan pengisapan/ aspirasi.
12. Melepaskan pembendung.
13. Memasukkan obat perlahan-lahan.
14. Mencabut jarum suntik
15. Menekan tempat tusukan dengan kapas desinfektan kalau
perlu diplester/ band aid.
16. Merapikan pasien dan alat-alat.
17. Mencuci tangan.
18. Mendokumentasikan hasil tindakan dibuku injeksi les
pasien.

41
INJEKSI INTRAVENA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur 19. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Perhatikan reaksi pasien pada saat dan sesudah
pemberian suntikan.
2. Lokasi penusukan:
a. Lengan (vena media kubiti/ vena cephalica).
b. Tungkai (vena saphenous).
c. Kepala (vena frontalis temporalis) khusus anak.

42
PROTAP PEMASANGAN FOLEY CATHETER

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Tata cara melakukan pemasangan kateter untuk mengeluarkan


urin.
Tujuan Sebagai acuan pelaksanaan pemasangan kateter untuk
mengeluakan urin.
Kebijakan 1. Parawat yang terampil.
2. Tersedia alat-alat yang lengkap.
Pearalatan 1. Foley catheter
2. Aquadest
3. Handscone
4. Spuit 10cc
5. Jelly
6. Urine bag
Prosedur 1. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga.
2. Mendekatkan peralatan di samping pasien.
3. Memasang perlak dan petugas mencuci tangan.
4. Memakai sarung tangan.
5. Mengatur posisi pasien.
Pada laki-laki:
6. Mengolesi slang kateter dengan aqua jelly.
7. Tangan kiri dan kassa memegang penis sampai tegak ± 60 ° .
8. Tangan kanan memasukkan ujung kateter dan mendorong
secara pelan-pelan sampai urine keluar.
Pada wanita:
9. Jari tangan kiri dengan kapas cebok membuka labia.
10. Tangan kanan memasukkan ujung kateter dan mendorong
secara pelan-pelan sampai urine keluar.
11. Bila urine telah keluar, pangkal kateter dihubungkan
dengan urine bag.
12. Kunci kateter dengan larutan Aqua/NS (20cc-30cc)
13. Mengobservasi respon pasien.
14. Menggantungkan urine bag disisi tempat tidur pasien.
15. Memfiksasi kateter dengan plester pada paha bagian atas.
16. Klien dirapikan.
17. Alat-alat dibersihkan dan dibereskan.
18. Perawat cuci tangan.
19. Mencatat kegiatan respon pasien pada catatan keperawatan.

43
PENANGANAN SHOCK ANAPHYLAKTIK

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Tata cara mengahadapi dan memberikan pertolongan pada


penderita yang alergi terhadap obat/ zat tertentu.
Tujuan Sebagai pedoman dalam menghadapi penderita shock
anaphilaktik.
Kebijakan Dalam menghadapi penderita shock anaphilaktik selain
berpedoman pada protab ini perlu melihat protab penanganan
protab shock secara umum.
Peralatan 1. Tensi meter
2. Thermometer
3. Spuit
4. Abbocath
5. Infus set
6. NaCL
7. Hidrocortison
8. Dexsametason
Prosedur 1. Lakukan usaha penanganan umum penderita shock.

2. Dalam waktu yang bersamaaan dilakukan tindakan spesifik.


a. Diberikan adrenalin (0,4– 1)cc (1 : 1000) 1.m dapat di
ulang setiap 5-10 menit.
b. Bila tensi drop berikan 0,5 cc adrenalin (1 : 1000)
dalam 10 ml NaCL 1.1.V
c. Bila terjadi bronchospasme diberikan aminophillin 1
ampul pelan-pelan (15 menit) kecuali tensi darah.
d. Pemberian anti histamin misalnya: Diphenhidramin jika
terjadi urticaria.

3. Pemberian cortico steroid bias dipertimbangkan misalnya:


a. Hidrocortison.
b. Dexsamethason.

PROTAP PERSALINAN LAMA

44
No Dokumen No.Revisi Halaman
…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Persalinan yang telah berlansung ≥12 jam atau fase laten lebih
dari 8 jam, atau dilatsi serviks di kanan garis waspada pada
persalinan fase aktif.
Tujuan 1. Mampu mengatasi keadaan darurat persalinan lama.
2. Menstabilkan kondisi pasien dan memberikan terapi yang
optimal.
3. Menurunkan angka kematian ibu akibat kegawatdaruratan
HPP.
Kebijakan 1. Memberikan pelayanan obstetric yan baik dan bermutu.
2. Untuk mengenal dan menatalaksanakan persalinan lama
secara baik.
Prosedur 1. Nilai secara cepat keadaan umu pasien, tanda vital dan
tingkat dehidrasinya.
2. Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien dalam
persalinan, nilai frekuensi dan lamanya his.
3. Bila ibu dalam ketakutan, gelisah dan kesakitan, maka
berikan dukungan emosi dan yakinkan dirinya bahwa
proses persalinan sedang berlangsung aman di bawah
pengawasan dokter dan bidan di rumah sakit, lakukan
perubahan sesuai dengan keinginan si ibu, anjurkan posisi
miring atau berjalan.
4. Dapat diberikan analgetik tramadol atau phetidin 25mg IV
maksimum 1mg/kg BB atau 50mg IM.

MOLLA HYDATIDOSA

45
No Dokumen No.Revisi Halaman
…………... A 1/3
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Penyakit dari placenta dimana jontot-jontot korion berubah


menjadi gelembung-gelembung (tumor jinak dari placenta).
Tujuan Menekan angka kematian yang disebabkan oleh molla serta
mencegah berulangnya kejadian molla pada pasien yang pernah
menderita molla.
Kebijakan Sebagai acuan melaksanakan askep atau askeb pada ibu dengan
molla hydatidosa.
Peralatan  Set infuse 1 set
 Abbocath 1 bh
 Cairan infuse 1 flabot
 Medikamentosa:
 Analgetik (phetidin 1-2 mg/ kg BB, ketamin 0,5 mg/kg
BB) 1 bh
 Tramadol 1-2 mg/kg BB 1 bh
 Sedative (diazepam 10mg) 1 bh
 Atropine sulfat 0,25 - 0,50 mg/ml 1 bh
 Betadin
 Oksigen dan regulator 1 bh
 Duk steril 1 bh
 Instrument:
 Cunam tampon 1 bh
 Tenakulum atau cunam peluru 1 bh
 Klem ovum (foester/ fenstrer) lurus atau lengkung 2 bh
 Aspirasi Vacum Manual ( AVM)
 Suction 1 bh atau tabung vacuum manual minimal 3 set
 Penera kavum uteri (uterine sound / soundage) 1 bh
 Speculum sims atau L 2 bh
 Kateter karet 1 bh
 Spuit 5cc 2 bh
 Dilagator/ busi hegar 1 set
 Perlengkapan:
 Schort 2 bh
 Masker 2 bh
 Kacamata 2 bh
 Sepatu bot 2 bh
 Handscoen steril 4 pasang
 Lampu sorot 1 set

46
MOLLA HYDATIDOSA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/3
Peralatan  Kom 2 bh
 Penampung darah 1 bh
 Tempat sampah 1 bh
 Ember tempat pakaian kotor 1 bh
 Selimut 1 bh
 Kasa steril 1 tempat
 Kasa betadine 1 tempat
 Kapas alcohol 1 tempat
 Gunting perban 1 bh
Prosedur 1. Instruksikan asisten untuk memberikan sedative dan
analgetik.
2. Lakukan kateterisasi kandung kemih
3. Lakukan pemeriksaan bimanual ulangan untuk menentukan
pembukaan serviks, besar arah dan konsistensi uterus.
4. Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan
dengan larutan klorin.
5. Pakai sarung tangan DTT/ steril yang baru.
6. Dengan sarung tangan masukkan speculum sims/L secara
vertical ke dalam vagina, setelah itu putar ke bawah
sehingga posisi transversal.
7. Minta asisten untuk menahan speculum bawah pada
posisinya.
8. Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina (dengan kapas
antiseptic yang dijepit dengan cunam tampon) tentukan
bagian serviks yang akan dijepit.
9. Jepit serviks dengan tenakulum pada tempat yang telah
ditentukan.
10. Setelah penjepit terpasang keluarkan speculum atas.
11. Instruksikan asisten untuk menyiapkan alat suction atau jika
menggunakan alat vacuum dengan tabung manual siapkan
minimal 3 set agar bias digunakan bergantian.
12. Lakukan pengosongan jaringan molla menggunaka Aspirasi
Vacum Manual (AVM) hingga jaringan molla dalam uterus
dapat dikeluarkan semua.
13. Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah mengenai
lumen vagina bagian belakang.
14. Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks.
15. Lepaskan speculum bawah.
16. Kumpulkan jaringan.
 Dekontaminasi
 Cuci tangan pasca tindakan
 Perawatan pasca tindakan
17. Periksa tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan beri
instruksi apabila terjadi kelainan/ komplikasi.

47
MOLLA HYDATIDOSA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 3/3
Prosedur 18. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan ke dalam
kolom yang tersedia.
19. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi
paisen.
20. Beritahukan kondisi pasien dan kepada keluarganya bahwa
tindakan telah selesai dilakukan terapi pasien masih
memerlukan perawatan.
21. Anjurkan pasien untuk menggunakan kontrasepsi (apabila
masih menginginkan anak atau tubektomi apabila ingin
menghentikan fertilitas.
22. Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selama 1 tahun pasca
evakuasi dengan menggunakan tes kehamilan dengan urine
Karena adanya resiko timbulnya penyakit trofoblast yang
menetap atau khoriokarsinoma. Jika tes kehamilan dengan
urine tidak negatif selama 8 minggu atau menjadi positif
kembali dalam 1 tahun pertama rujuk ke pusat kesehatan
tersier untuk pemantauan dan penanganan lebih lanjut.
23. Jelaskan pada petugas jenis perawatan yang masih perlu
dilakukan, lama perawatan dan kondisi yang harus
dilaporkan.

48
KEHAMILAN EKTOPIK

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Kehamilan dimana implantasi buah kehamilan tidak di dalam


uterus tapi di tempat lain atau di luar uterus. Karena kehamilan
tidak di tempat yang semestinya (diuterus) maka akan
mengalami gangguan.
Tujuan Untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian pada ibu
dalam pertolongan pelayanan antenatal dikarenakan kehamilan
terganggu.
Kebijakan Melakukan penanganan dini agar supaya tidak terjadi
pendarahan yang bias menyebabkan terjadinya syok dan bila
teratasi dapat menyebabkan kematian.
Peralatan Tindakan operatif
Prosedur Persiapan kegiatan:
1. Penerima pasien dan menanyakan kartu pemeriksaan atau
surat pengantar dari dokter.
2. Melakukan anamnesa meliputi data subyektif dan obyektif,
mengkaji keluhan pasien dan melakukan pemeriksaan
tekanan darah, nadi, sushu, pernafasan dan kosongkan
kandung kemih pasien.
3. Lalukan kolaborasi dan konsultasikan kepada dokter Sp.Og
yang menangani.
4. Jelaskan tentang KET dan kemungkinan operasi.
5. Menyiapkan inform consent.
6. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
7. Perhatikan kebutuhan nutrisi dan ciran yang dibutuhkan.

Pelaksanaan:
1. Puasakan pasien minimal 3-6 jam.
2. Memeriksa darah lengkap, golongan darah dan persiapan
darah sebelum operasi.
3. Awasi keadaan umu dan tanda-tanda vital beri O2 bila ada
sesak.
4. Mencukur bulu pubis kemudian mengganti bajun pasien
dengan baju operasi.
5. Memasang cairan infuse RL kemudian memasang cateter
tetap.
6. Menyiapkan OK kemudian mendorong pasien ke ruang OK

49
KEHAMILAN EKTOPIK

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur 7. Evaluasi pendarahan, keadaan umu pasien, tanda-tanda vital
dan melaksanakan intruksi dokter pasca operasi.
8. Mencatat seluruh tindakan dalam lembar askeb.

50
PLASENTA PREVIA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Placenta yang lepas sebelum bayi lahir karena implantasinya


tidak normal yaitu rendah sehingga menutupi seluruh atau
sebagian ostium uteri inernum.
Tujuan Menghindari terjadinya pendarahan hebat pada ibu hamil akibat
dari placenta yang bias menyebabkan syokm hingga kematian
maternal.
Kebijakan Sebagai acuan melaksanakan asuhan keperawatan kebidanan
pada ibu dengan placenta previa.
Peralatan Tindakan operatif
Prosedur Persiapan kegiatan:
1. Penerima pasien dan menanyakan kartu pemeriksaan atau
surat pengantar dari dokter.
2. Melakukan anamnesa meliputi data subyektif dan obyektif,
mengkaji keluhan pasien dan melakukan pemeriksaan
tekanan darah, nadi, sushu, pernafasan dan kosongkan
kandung kemih pasien.
3. Lalukan kolaborasi dan konsultasikan kepada dokter Sp.Og
yang menangani.
4. Jelaskan tentang KET dan kemungkinan operasi.
5. Menyiapkan inform consent.
6. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
7. Perhatikan kebutuhan nutrisi dan ciran yang dibutuhkan.

Pelaksanaan:
1. Puasakan pasien minimal 3-6 jam.
2. Memeriksa darah lengkap, golongan darah dan persiapan
darah sebelum operasi.
3. Awasi keadaan umu dan tanda-tanda vital beri O2 bila ada
sesak.
4. Mencukur bulu pubis kemudian mengganti bajun pasien
dengan baju operasi.
5. Memasang cairan infuse RL kemudian memasang cateter
tetap.
6. Menyiapkan OK kemudian mendorong pasien ke ruang OK

51
PLASENTA PREVIA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur 7. Evaluasi pendarahan, keadaan umu pasien, tanda-tanda vital
dan melaksanakan intruksi dokter pasca operasi.
8. Mencatat seluruh tindakan dalam lembar askeb.

52
SOLUSI PLASENTA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Pelepasan sebagian atau seluruh placenta yang normal


implantasinya sebelum bayi lahir.
Tujuan Menghindari terjadinya pendarahan hebat pada ibu hamil akibat
dari solusio placenta yang bias menyebabkan syok hingga
kematian maternal.
Kebijakan Sebagai acuan melaksanakan asuhan keperawatan kebidanan
pada ibu dengan placenta previa.
Peralatan Tindakan operatif.
Prosedur Persiapan kegiatan:
1. Penerima pasien dan menanyakan kartu pemeriksaan atau
surat pengantar dari dokter.
2. Melakukan anamnesa meliputi data subyektif dan obyektif,
mengkaji keluhan pasien dan melakukan pemeriksaan
tekanan darah, nadi, sushu, pernafasan dan kosongkan
kandung kemih pasien.
3. Lalukan kolaborasi dan konsultasikan kepada dokter Sp.Og
yang menangani.
4. Jelaskan tentang KET dan kemungkinan operasi.
5. Menyiapkan inform consent.
6. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
7. Perhatikan kebutuhan nutrisi dan ciran yang dibutuhkan.

Pelaksanaan:
1. Puasakan pasien minimal 3-6 jam.
2. Memeriksa darah lengkap, golongan darah dan persiapan
darah sebelum operasi.
3. Awasi keadaan umu dan tanda-tanda vital beri O2 bila ada
sesak.
4. Mencukur bulu pubis kemudian mengganti bajun pasien
dengan baju operasi.
5. Memasang cairan infuse RL kemudian memasang cateter
tetap.
6. Menyiapkan OK kemudian mendorong pasien ke ruang OK

53
SOLUSI PLASENTA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur 9. Evaluasi pendarahan, keadaan umu pasien, tanda-tanda vital
dan melaksanakan intruksi dokter pasca operasi.
10. Mencatat seluruh tindakan dalam lembar askeb.

54
PENDARAHAN PASCA PERSALINAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Apabila pendarahan setelah bayi lahir melebihi 500cc,


pendarahan ini dapat terjadi dalam waktu 24 jam sesudah
persalinan yang disebut pendarahan primer atau bila terjadi
sudah 24 jam sampai 6 minggu disebut pendarahan sekunder.
Tujuan Menekan terjadinya kematian maternal akibat pendarahan pasca
persalinan.
Kebijakan Sebagai acuan melaksanakan aspek atau askeb kepada ibu
dengan pendarahan persalinan.
Peralatan Alat:
1. Alat partus steril
2. Alat heacting steril
3. Tranfusi set dan abbocath no.18
4. Kateter no. 16 atau 18 dan urine bag
5. Oksigen
6. Kassa steril dan tampon vagina jika perlu
7. Cairan infuse (dextrose 5%, RL, NaCl)
8. Lampu sorot

Obat-obatan:
1. Obat uterotonika (pitogin, oksitosin, metergin)
2. Obat anti pendarahan atau koagulan (kalnex, cytotec).
3. Obat anitibiotik
4. Obat anastesi local (lidocain).
Prosedur Identifikasi atau kenali penyebab pendarahan
1. Atonia uteri
Lakukan palpasi atau perabaan kontraksi uterus lembek,
pemeriksaan placenta kotiledon dan selaput lengkap
kemudian jalan lahir normal tidak ada robekan.
Langkah penanganan:
a. Kosongkan kandung kemih dengan katerisasi.
b. Berikan 10 iu pitogin/ oksitosin/ syntocynon segera
setelah bayi lahir.
c. Setelah placenta lahir segera berikan 0,2 mg metergin
i.m/ i.v
d. Bila pendarahan kala IV masih lanjut dan kontraksi
uterus kurang baik beri cytotec 2 tablet rectal.
e. Keluarkan gumpalan darah dari rahim atau uterus dan

55
PENDARAHAN PASCA MELAHIRKAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur lakukan massase.
f. Bila pendarahan belum berhenti juga pasang infuse RL
drip pitogin atau syntocinon.
g. Bila pendarahan belum berhenti juga panggil dokter
penanggung jawab.
h. Bila pendarahan terus, bias lakukan kompresi bimanual
luar dengan cara massase uterus berkontraksi dengan
baik. Lakukan selama 15 menit – 30 menit sampai
pendarahan berhenti.
i. Awasi keadaan umum pasien, awasi tanda vital dan
pendarahan.

2. Retensio placenta
Lihat protap retensio placenta

3. Robekan jalan lahir


Lakukan penjahitan pada robekan jalan lahir untuk
menghentikan pendarahan.

4. Gangguan pembekuan darah


Siapkan obat-obatan koagulan, siapkan alat-alat dan cairan
infuse serta persiapan untuk tranfusi darah.

56
RETENSIO PLASENTA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Waktu pelepasan placenta yang normal adalah 6 – 15 menit


sesudah bayi lahir, apabila placenta belum lahir dalam waktu 30
menit setelah bayi lahir kemungkinan ada kelainan atau
keadaan yang tidak normal.
Tujuan Menurunkan resiko terjadinya pendarahan akibat retensio
placenta.
Kebijakan Sebagai acuan melaksanakan asuhan perawatan kebidanan pada
ibu dengan retensio placenta.
Peralatan Alat:
1. Infuse set dan abbocath no.18
2. Cairan infuse (RL, D5%, NaCl)
3. Bak instrument steril berisi
4. Alat cateterisasi
5. Duk steril
6. Sarung tangan panjang steril
7. Kain kassa seperlunya

Obat-obatan:
1. Obat-obatan uterotonika
2. Obat-obatan koagulan
3. Antibiotik
Prosedur Langkah-langkah:
1. Jelaskan prosedur tindakan dan minta inform consent untuk
tindakan yang akan dilakukan.
2. Siapkan posisi ibu untuk tindakan manual placenta.
3. Pasang infuse.
4. Lakukan desinfektan genetalia luar dengan betadine.
5. Cuci tangan dan disenfeksi dengan alcohol atau betadine
sampai siku.
6. Tangan kanan yang sudah dicuci bersih dan pakai sarung
tangan steril.
7. Kosongkan kandung kemih dengan kateterisasi.
8. Lakukan manual placenta dengan cara:
a. Tangan kanan secara perlahan-lahan masuk ke dalam
vagina dengan hati-hati menyusuri mengikuti tali pusat
dan mencari placenta dan tangan kiri yang diluar
menahan fundus uteri.

57
RETENSIO PLASENTA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur b. Cari pinggir placenta yang sudah terlepas dari dinding
rahim dengan pinggir telapak tangan.
c. Setelah pinggir placenta diemukan, tepi tengah arah
kelingking mengikis jaringan placenta perlahan-lahan
dari dinding rahim sampai placenta terlepas seluruhnya.
d. Setelah yakin bahwa placenta lepas seluruhnya,
placenta dipegang dengan perlahan-lahan dan hati-hati
ditarik keluar.
e. Periksa apakah placenta lengkap atau tindakan, bila
tidak lengkap atau ada kotiledon yang tertinggal,
lakukan eksploitasi vacuum uteri.
9. Perhatikan keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.
10. Berikan obat uterotonika jika terdapat pendarahan.
11. Berikan antibiotic peroral 4 x 500 mg.
12. Bereskan ibu dan seluruh peralatan.
13. Catat segala tindakan yang dilakukan.

58
HIPEREMIS GRAVIDARIUM

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Adalah keadaan dimana penderita muntah-muntah yang


berlebihan lebih dari 10x dalam 24 jam atau setiap saat,
sehingga mengganggu kesehatan penderita.
Tujuan  Memperbaiki keadaan umum pasien
 Mencegah dehidrasi
 Mencegah terjadinya robekan pada selaput lendiresofagus
dan lambung (sindroma Mallory-weiss).
Kebijakan Untuk memberikan pelayanan cepat, tepat, dan berstandar
dengan hiperemis gravidarum.
Peralatan 1. Cairan infuse
2. Obat-obat sedative
3. Obat-obat anti murah
Prosedur 1. Bedrest total
2. Pemberian obat-obat sedative dan anti muntah
3. Pemasangan infuse dengan cairan seperti D5%, D10%
(tergantung instruksi dokter).
4. Pemberian makanan sedikit-sedikit tapi sering.

59
INFERTILITAS

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Ketidakmampuan pasangan suami-istri mewujudkan konsepsi,


hamil, melahirkan, meskipun senggama teratur (2-3 kali
seminggu) selama minimal 12 bulan tanpa proteksi.
Tujuan Untuk mendapatkan keturunan
Kebijakan Belum punya putra setelah 12 bulan menikah

Abortus berulang
Prosedur Sesuai dengan kelainannya dari faktor suami atau istri seperti
induksi ovulasi, konservatif, koreksi bedah rekonstruksi, IUI,
IVF-ET.

60
MANUAL PLASENTA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Plasenta manual adlah prosedur pelpasan plasenta dari tempat


implntasinya pada dindidng uterus dan mengeluarkan dari
kavum uteri secara manual.
Tujuan 1. Membuat pedoman d an standar penanganan retensio
plasenta/ plasenta adhesive.
2. Mengetaui indikasi dan langkah klinik manual plasenta.
Kebijakan 1. Memberikan pelayanan yang optimal pada pasien dengan
retensio plsenta.
2. Meneurunkan angka kesakitan dan kematian ibu akibat
retensio plasenta
Peralatan 1. Analgetik (phetidin 1-2 mg/kg BB, ketamin 0,5/kg BB,
tramdaol 1-2 mg/kgBB
2. Sedativa diazepam 10 mg
3. Sulfas atropine 0,25-0,50 mg
4. Oksitosin, ergometrin
5. Cairan NaCl dan Rl
6. Procain 1% 10 cc
7. Larutan antiseptic yodium povidon 10%
8. Oksigen dengan regulator
9. Bau kamar tindakan, plastik, msker
10. Sarung tangan DTT 4 pasang
11. Sepatu boot karet 2 pasang
12. Kicher 2 buah, spuit 5 ml
13. Mangkok (nierkeben) tempt plasenta
14. Kateter balon 18 G dan urin bags
15. Benang kromik 2.0
16. Partus set 1
Prosedur 1. Persetujuan tindakan medic
2. Melakukan persiapan
3. Tindakan manual plasenta
a. Instruksi asisten untuk memberikan sedative dan
analgetik melalui karet infuse
b. Lakukan kateterisasi kandung kemih
c. Jepit tali pusat dan regangkan sejajar lantai
d. Masukkan tangan secara obstetric (punggung tangan ke
bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri tali pusat
bagian bawah.

61
MANUAL PLASENTA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur e. Setelah tangan mencapai pembuakaan servik, minta
asisten untuk memegang kocher kemudian tangan lain
penolong menahan fundus
f. Sambil menahan fundus, masukkan tangan ke dalam
kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi
plasenta
g. Temukan tempat implantasi plasenta, bila plasenta
implantasi di belakang maka tai pusat tetap disebelah
atas tangan. Bila implantasi plasenta di depan maka tali
pusat berada di bawah tangan dan punggung tangan
menenpel ke dinding uterus.
h. Gerakkan tangan kanan ke kiri sambil bergeser
kekranial sehingga semua permukaan plasenta dapat
dilepaskan.
i. Pindahkan tangan luar ke supra simfisi dan menahan
uterus, lalu instruksikan asisten yang memegang kocher
untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik
plasenta
j. Letakkan plasenta pada mangkok yang telah disediakan
k. Lakukan masase uterus untuk mencegah pendarahan
4. Dokumentasikan pada tindakan
5. Pasien dibersihkan. Cuci tangan pasca tindakan
6. Perawatan pasca tindakan
a. Periksa tanda vital pasien, observasi selama 2 jam di
kamar bersalin
b. Infuse oksitosin dilanjutkan 12 jam pasca tindakan
c. Catat kondisi pasien da buat laporan tindakan
d. Buat instruksi pengobatan dan hal yang harus dipantau

62
PENJAHITAN PERINEUM
TINGKAT III DAN IV
No Dokumen No.Revisi Halaman
…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Robekan perineum dibagia atas 4 tingkat:


1. Tingkat I. Robekan terjadi hanya pada selaput lender vagina
dengan atau tanpa mengenai kulit
2. Tingkat II. Robekan mengenai selaput lender vagina dan
otot transversalis, tetapi tidak mengenai otot sefingter ani.
3. Tingakat III. Robekan mengenai perineum sampai dengan
otot sfingter ani.
4. Tingakat IV. Robekan mengenai perineum sampai dengan
otot sfingter ani dan mukosa rectum.
Tujuan 1. Membuat panduan dan standar penanganan robekan servik
dengan pencegahan infeksi.
2. Robekan perineum tingkat I dan II dapat dilakukan oleh
bidan. Sedangkan robekan tingkat III dan IV dapat
dilakukan oleh dokter obgin.
Kebijakan 1. Memberikan pelayanan optimal pada pasien dengan
robekan servik
2. Menurunkan angka kesakitan ibu akibat infeksi dan
kecacatan akibat robekan servik.
Peralatan 1. 2 pasang sarung tangan
2. Pemegang jarum
3. Jarum otot dan kulit
4. Chromic atau catgut no.2/0
5. Kassa steril
6. Pinset chirurgis
7. Benang poliglikolic acid/ dexon 2/0 (tingkat III dan IV)
8. Larutan antiseptic betadin 10%
9. Disposibel spuit 10 ml dengan lidocaine 1%
Prosedur 1. Melakukan persiapan
2. Siapkan ibu pada posisi litotomi
3. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
4. Atur lampu sorot kearah robekan perineum
5. Cuci tangan dan pakai sarung tangan steril
6. Lakukan tindakan aseptic pada vulva dan vagina dengan
larutan yodium povidone 10%
7. Lakukan anastesi lokal

63
PENJAHITAN ROBEKAN SERVIX/ PORTIO

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Penjahit portio adalah salah satu upaya menghentikan sumber


pendarahan akibat robekan servik setelah persalinan. Setiap
robekan portio melebihi 2 cm harus dilakukan penjahitan.
Tujuan 1. Menghentikan sumber pendarahan
2. Mengembalikan keadaan fungsionalnya
Kebijakan Memberikan pelayanan yang optimal dan bermutu pada
robekan portio pasca persalinan.
Peralatan Obat-obatan:
1. Analgetik: phetidin 1-2 mg/kgBB
2. Ketamine 0,5 mg/kgBB
3. Sulfat atropine 0,25 - 0,50 mg
4. Sedative: diazepam 10 mg
5. Antibiotika
6. Oksigen dan regulator
7. Cunam tampon
8. Fanster klem 5 buah
9. Speculum sim besar
10. Nadl foeder dan jarum semilunair no. 6
11. Benang chromic no.0
12. Gunting benang 1
13. Pinset anatomis 1
14. Spuit 5 cc 2 buah
Prosedur A. Persetujuan tindakan medik
B. Persiapan:
1. Pasien
a. Infuse sudah terpasang, lakukan aseptic pada perut
bawah dan lipatan paha dengan antiseptic iodine
povidone 10%
b. Siapkan alas bokong sarung kaki dan penutup perut
bawah
2. Penolong
a. Baju kamar tindakan, masker
b. Sarung tangan steril 2 pasang
c. Tensimeter dan stetoskop
d. Lampu sorot
C. Pencegahan infeksi

64
PENJAHITAN ROBEKAN SERVIX/ PORTIO

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur D. Tindakan
1. Infus telah terpasang (lihat protap infuse).
2. Instruksikan pada asisten agar diberikan sulfat atropine
0,501 mg, lalu berikan phetidin 50 mg melalui infus,
tunggu 5 menit.
3. Berikan sadativ valium 10 mg melalui infus.
4. Bila pasien msih belum tertidur dapat ditambahkan
ketamine 50 mg melalui infus.
5. Lakukan kateterisasi dan pasang speculum sehingga
dinding vagina dan portio tampak dengan jelas.
6. Lakukan eksplorasi dinding vagina dan bagian lainnya,
bila ada robekan lakukan penjahitan.
7. Dengan kedua tangan memegang fenster klem, lalu
jepit portio dengan klem kiri±2,5 cm dan jepitkan juga
klem fenster kanan pada portio.
8. Lepaskan klem pertama, pindahkan lagi kesebelah klem
fenster kedua dan seterusnya sehingga tampak lokasi
robekan portio
9. Bila terdapat robekan portio, tinggalkan 2 penjepit
fenster diklem masing-masing tepi robekan. Posisi
penjepit 2,5 cm dari tepi robekan dan mencapai puncak
robekan.
10. Lakukan penjahitan dimulai 1 cm di atas puncak
robekan dengan jahitan 8 dan simpul kinc lalu jepit sisa
benang untuk panduan jahitan berikutnya.
11. Lakukan penjahitan dengan cara yang sama sehingga
keujung luar robekan sampai semua robekan terjahit.
Buat jarak antara simpul ±2 cm.
12. Lakukan ekplorasi ulang seperti langkah 6. Pastikan
pendarahan dari robekan telah teratasi.
13. Bersihkan portio dan lumen vagina, lepaskan klem
fenster dan lepaskan speculum.
E. Lakukan dekontaminasi
F. Cuci tangan pasca tindakan
G. Perawatan pasca tindakan
1. Periksa kembali tanda-tanda vital, baut instruksi
pengobatan.
2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan dalam
status rekam medik.

65
PERAWATAN PRA BEDAH

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/3
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Perawatan pra bedah pada section secar adalah perawatn khusus
pada bedah sesar yang memerlukan perhatian dan tingkat
emergensi yang tinggi.
Tujuan 1. Agar perawatan pra bedah sesar lebih efektif dan efisien.
2. Sebagai panduan bagi petugas dalam memberikan
pelayanan dan perawatan.
Kebijakan Memberikan pelayanan yang optimal dan bermutu pada pasien
pra bedah.
Prosedur Perawatan Pra Bedah
A. Persiapan kamar bedah
1. Periksa dan pastikan bahwa kamar bedah telah bersih
(selalu bersih segera setelah operasi)
2. Peralatan dan kalin laken, telah ada termasuk obat-
obatan dan oksigen.
3. Alat resusitasi ada dan berfungsi

B. Persiapan pasien
1. Jelaskan kepada pasien proedur operasi kepada pasien,
bila tidak jelas atau tidak sadar jelaskan kepada
keluarganya.
2. Isilah formulir izin operasi (informed consent)
3. Berikan dukungan moril agar pasienm tidak takut
menghadapi pembedahan.
4. Kulit abdomen dibersihkan dengan bilasan air dan
sabun termasuk umbilicus, rambut pubis hanya dicukur
bila mengganggu lapangan operasi.
5. Bila terdapat infeksi intra partum, ketuban pecah dini
maka vagina dibersihkan dengan larutan betadine.
6. Komplikasi ibu dan kondisi janin merupakan
pertimbangan jenis operasi yang akan dilakukan, oleh
karena itu dokter obgin harus memeriksa sendiri serta
menulis rencana pembedahan pada rekam medik.
7. Isi kelengkapan status pasien. Bila ada kelainan khusus
seperti alergi obat, diabetes, gangguan pembekuan
darah kelainan fungsi liver harus ditulis dengan huruf
cetak.

66
PERAWATAN PRA BEDAH

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/3
Prosedur 8. Pada operasi terencana lakukan pemeriksaan profil
biofisik pemeriksaan cardiotopografi (CTG) dan
pemeriksaan USG untuk menentukan keadaan janin,
letak plasenta dan rencana insisi uterus.
9. Laboratorium
a. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin,
Hb, leukosit, trombosit, golongan darah. Pada
operasi bedah terencana juga diperiksa gula darah
puasa dan postprandial.
b. Urin untuk pemeriksaan urin rutin.
10. Pemeriksaan khusus, bila terdapat kondisi sbb:
a. Usia > 40 th: EKG
b. Kelainan paru: torak foto
c. Kelainan ginjal: ureum. Kreatinin
d. Kelainan hepar: SGOT, SGPT, LDH

C. Rencana pembedahan
1. Pada pembedahan akut dianjurkan melakukan anastesi
regional: spinal atau epidural. Dianjurkan berikan
antasida (Na sitrat 30 cc atau magnesium trisilikat 300
mg) sebelum pembedahan sebagai profilaksis bila
terjadi aspirasi.
2. Insisi abdomen sebaiknya pfanenstiel, kecuali pada
bedah sesar akut atau pada parut abdomen. Jenis insisi
uterus dipilih transperitionealis profunda, kecuali pada
kasus hidrocefalus plasenta previa yang berimplantasi
di depan,maka dipertimbangkan insisi uterus vertical
rendah.
3. Rencana tehnik melahirkan kepala bayi dengan
menggunakan forsep atau meluksir kepala dengan
tangan.
4. Persiapan resusitasi, bila ditemukan gawat janin,
meconium pada cairan ketuban.
5. Benang untuk penjahitan uterus dan fascia dianjurkan
benang monofilament atau chromic catgut no.1.
Sedangkan untuk subkutis dan kulit digunakan benang
monofilament 3.0

D. Persiapan obat dan lainnya.


1. Pemberian antibiotika
a. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal
menjelang operasi
b. Bila ada tanda infeksi atau kecurigaan terinfeksi
maka pemberian antibiotika parenteral dilanjutkan
sampai dengan hari ke-3, sedangkan hari berikutnya
diberikan peroral

67
PERAWATAN PRA BEDAH
Halaman
No Dokumen No.Revisi
3/3
…………... A
Prosedur 2. Pemberian infus
a. Cairan yang digunakan adalah Ringer Laktat 500ml
diberikan 100-125 ml/jam (30-35 tpm). Pada pasien
preeklamsia <100 ml/jam (20-25 tpm)
b. Selama pembedahan cauran yang diberikan 500
ml/jam, kecuali pada preeklamsia cairannya lebih
sedikit. Setelah bayi lahir berikan oksitosin 10 IU
intravenous dan 10 IU pada botol infus.
3. Kateterisasi
Pada kateterisasi dauer dengan foley No.16 atau No.18,
kembungkan balonnya dengan cairan 10-20 ml. Lalu
sambungkan dengan urin bag.
4. Personalia di kamar bedah
a. Dokter obgin
b. Dokter anastesi
c. Asisten bedah
d. Perawat instrument
e. Perawat penata anastesi
f. Pembantu perawat

68
INDUKSI DAN AKSELERASI PERSALINAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/4
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Induksi persalinan adalah merangsang uterus untuk memulai


terjadinya persalinan
Akselerasi persalinan adalah upaya meningkatkan frekuensi,
lama dan kekuatan kontraksi uterus agar terjadi kemajuan
persalinan.
Tujuan 1. Untuk mencapai his 3x dalam 10 menit, lamanya 40 detik
atau his yang adekuat.
2. Agar terjadinya persalinan atas indikasi waktu
3. Kehamilan akan diterminasi
Kebijakan 1. Memberikan pelayanan obstetric yang bermutu
2. Agar semua petugas mempunyai keamanan dalam
melakukan tindakan tersebut.
Peralatan 1. ½ kocher
2. Set infus
3. Abbocath
4. RL/ D5%
5. Syntocynon
6. Spuit 3cc
7. Misoprostol
8. Antibiotic injeksi
9. Dawer kateter
10. Spuit 10cc
11. Aquadest
Prosedur A. Amniotomi: jika selaput ketuban masih intak, dianjurkan
amniotomi, kadang prosedur ini cukup merangsang
persalinan.
Dengan cairan ketuban keluar, maka volume uterus akan
berkurang, prostaglandin yang dihasilkan akan merangsang
kontraksi uterus dan persalinan.
1. Kaji ulang indikasi
2. Periksa DJJ (Denyut Jantung Janin) teratur, dan tidak
ada gawat janin
3. Lakukan pemeriksaan servik dengan sarung tangan
DTT, tentukan skor Bioshop (lihat tabel skor Bishop)
4. Catat dalam asuhan keperawatan, lapor dokter obgin
jaga untuk melakukan tindakan amniotomi.

69
INDUKSI DAN AKSELERASI PERSALINAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/4
Prosedur 5. Masukkan yang dipegang dengan tangan kiri dan
dengan bimbingan telunjuk dan jari tengah tangan
kanan hingga nmenyentuh selaput ketuban.
6. Gerakkan kedua jari tangan dalam untuk menorehkan
gigi kokher (perforator) hingga merobek selaput
ketuban.
7. Cairan ketuban akan mengalir perlahan. Catat warna,
kejernihan, pewarnaan meconium dan jumlahnya.
8. Pertahankan jari tangan dalam vagina agar cairan
ketuban mengalir perlahan, dan yakinkan tidak ada
bagian keci janin atau tali pusat janin.
9. Setelah amniotomi periksa ulang DJJ saat his dan
sesudah his, bila ada tanda gawat janin, siapkan seksio.
10. Jika persalinan tidak terjadi dalam 8 jam, maka berikan
antibiotika Penisilin G2 juta IU IM atau Ampicilin 2 g
IV.
11. Bila setelah 1 jam amniotomi, his proses persalinan
tidak terjadi maka mulailah dengan infus oksitosin.

B. Induksi persalinan
1. Penggunaan oksitosin
2. Penggunaan prostaglandin
3. Penggunaan misoprostol
4. Penggunaan foley cateter

1. Penggunaan Oksitosin
a. Keberhasilan induksi oksitosin tergantung pada
penilaian skor bishop. Jika skor ≥6 biasanya induksi
cukup dengan oksitosin. Bila skor ≤5, maka
matangkan dulu dengan prostaglandin atau foley
cateter.
b. Pasang infus oksitosin 5 IU dalam 500 ml RL/D5%,
mulai dengan tetesan 10 tetes/menit, naikkan 10
tetes/menit tiap 30 detik sampai kontraksi adekuat
(3x dalam 10 menit, lamanya 40 detik).
c. Senantiasa lakukan observasi ketat pada pasien yang
mendapat oksitosin, dan pertahankan pada tetesan
dengan his adekuat.
d. Baringkan ibu pada posisi miring kiri, catat semua
pengamatan sesuai partograf. Pantau DJJ tiap 30
menit. Bila DJJ kurang dari 100 permenit segera
hentikan infus. Siapkan SC
e. Jika terjadi hiperstimulasi (kontraksi >60 detik atau
4x kontraksi dalam 10 menit),maka infus dihentikan,

70
INDUKSI DAN AKSELERASI PERSALINAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 3/4
Prosedur dan berikan: terbulin 250 mcg IV pelan selama 5
menit, atau salbutamol 5 mg dalam 500cc NaCL
atau RL.
f. Jika tidak tercapai kontraksi adekuat setelah tetesan
60 tetes permenit, maka pada multigravida induksi
dianggap gagal, dan siapkan SC. Sedangkan pada
primigravida infus oksitosin dinaikkan 10 IU dalam
D5% atau RL, dengan 30 tetes permenit tiap 30
menit sampai his adekuat. Jika his tetap tidak
adekuat setelah 60 tetes/ menit, lakukan SC.
g. Kontrindikasi oksitosin infus pada bekas SC.

2. Penggunaan Prostaglandin
a. Prostaglandin juga efektif untuk pematangan servik
selam induksi persalinan, pantau DJJ, dan catat
semua pengamatan pada partograf.
b. Diberikan prostaglandin E2 bentuk pesarium 3 mg
atau gel 2-3 mg ditempelkan pada fornix posterior,
ulangi tiap 6 jam bila his belum muncul, maka
induksi dianggap gagal.
c. Hentikan pemberian prostaglandin, dan mulailah
dengan infus oksitosin bila:\
 Ketuban pecah
 Pematngan servik telah tercapai
 Proses persalinan telah berlangsung

3. Penggunaan Foley Kateter


a. Tidak boleh digunakan pada kehamilan dengan
riwayat pendarahan, plasenta previa, pertumbuhan
janin terlambat (IUGR) atau infeksi vagina.
b. Pasangan speculum DTT
c. Masukkan foley kateter pelan-pelan melalui servik
dengan menggunakan forcep DTT, pastikan kateter
telah melalui osteum uteri internum.
d. Gembungkan balon kateter dengan memasukkan 10
ml air.
e. Gulung sisa kateter dalam vagina sampai tibul
kontrkasi uterus, atau sampai 12 jam.
f. Kempiskan balon kateter, lalu keluarkan kateter,
lanjutkan oksitosin.

C. Akselerasi Persalinan
1. Kaji ulang indiksi akselerasi
2. Pemakaian infus oksitosin sama seperti untuk induksi
persalinan.

71
INDUKSI DAN AKSELERASI PERSALINAN

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 4/4
Prosedur
TABEL BISHOP SKOR

Skor
Faktor
0 1 2 3
Pembukaan
Tertutup 1-2 3-4 <5
(cm)
Panjang
>4 3-4 1-2 <1
servik (cm)
Konsistensi Kenyal Rata-rata Lunak -
Posisi Posterior Tengah Anterior -
Turunnya
kepala(cm)
-3 -2 -1 >1
dari spina
iskiadika
Turunnya
kepala
4/5 3/5 2/5 1/5
(palpasi
per-limaan)

72
TINDAKAN EKTRAKSI VAKUM

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/4
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Ekstrasi vakum merupakan tindakan obstetric yang bertujuan


untuk mempercepat kala II dengan sinergi tenaga mengedan ibu
dan ekstrasi pada bayi. Syarat khusus yaitu:
 Pembuakaan lengkap atau hamper lengkap
 Presentasi kepala
 Tidak premature
 Anak hidup dan tidak gawat janin
 Penurunan kepala H III dengan his baik
 Ibu kooperatif dan mampu mengedan
Tujuan 1. Membuat panduan dan standar penanganan kala II dengan
ekstraksi vakum.
2. Membuat pada mal persentasi dan disponsori kepala
panggul (DKP).
Kebijakan 1. Memberikan pelayanan yang optimal pada pasien dengan
kala II lama.
2. Menurunkan angka kesakitan ibu akibat infeksi dan
kecacatan kala II lama.
Peralatan 1. Alat vakum
2. Set partus
3. Set heacting
4. Oksitosin
5. Metil ergometrin
6. Lidocain
7. Resusitasi bayi
8. Peralatan pemasangan infus
Prosedur 1. Persetujuan tindakan medik
2. Melakukan persiapan
1) Pasien
a. Siapkan ibu posisi litotomi
b. Cairan infus sudah terpasang
c. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan
dengan air dan sabun.
d. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu.
2) Alat ekstaktor vakum
a. Uji fungsi alat dan perlengkapan vakum.
3) Obat-obatan
a. Oksitosin: syntocynon/ piton S2 ampul

73
TINDAKAN EKTRAKSI VAKUM

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/4
Prosedur b. Ergometrin/ methergin 1 ampul
c. Prokain 1% 2 ampul
d. Larutan antiseptic betadin
e. Oksigen dengan regulator
4) Instrument partus set, vakum ekstraktor, tampon tang,
speculum sim, kateter 20 G dan spuit 5cc 2 buah, lampu
sorot, stetoskop dan tensimeter.
5) Dokter Obgin/ penolong
a. Baju untuk tindakan: apron plastik, masker, kaca
mata, sarung tangan DTT 4 pasang, alas kaki atau
sepatu boot.
6) Bayi
a. Penghisap lender
b. Kain kering penyeka muka
c. Muja kering, bersih dan hangat
d. Inkubator, dan alat resusitasi bayi
e. Pemotong dan pengikat tali pusat
f. Spuit 20cc
g. Cateter intravena/ jarum kupu-kupu
h. Obat-obatan
Bikarbonas natrikus 7,5% atau 8,4%
Nalokson (Narkan) 0,01 mg/kgBB
Epinefrin 0,01%
Antibiotika, Aquabidestilata dan dektrose 10%
i. Oksigen dan regulator
3. Pasang infus (lihat protap pemasangan infus)
4. Lakukan pencegahan infeksi sebelum tindakan
5. Tindakan:
1) Pastikan bah alat telah cukup, termasuk alat untuk
resusitasi bayi.
2) Dengan menggunakan sarung tangan DTT, lakukan
pemeriksaan ulang untuk memastikan persyaratan
ekstraksi vakum terpenuhi
3) Bilas tangan dengan larutan klorin 0,5%, lalu ganti
sarung tangan yang baru.
4) Pasang vakum mangkok melalui introitus vagina
secara miring dan pasangkan pada kepala bayi.
5) Lakukan pemeriksaan dengan jari tengah dan telunjuk,
yakinkan tidak ada dinding vagina atau servik yang
terjepit.
6) Tahan mangkok vakum dengan salah satu tangan, lalu
intruksikan asisten untuk menurunkan tekanan vakum
secara bertahap mulai dari skala 10 (asilastik) setelah
2 menit naikkan hingga skala 60 (sialstik atau

74
TINDAKAN EKTRAKSI VAKUM

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 3/4
Prosedur -6 sialstik atau -6 malmstrom), tunggu 2 menit (jangan
menggunakan tekanan maksimal > 8 menit).
7) Sambil menunggu his, ajarkan pada pasien saat ada his
pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin.
8) Pada saat ada his, pasien disuruh meneran dan lakukan
tarikan pertama dengan pengait mangkok sejajar lantai.
Ibu jari tangan dalam menahan mangkok, sedangkan
telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi.
9) Bila tarikan pertama belum berhasil ulangi tarikan
kedua dan ketiga. Bila tarikan ketiga gagal, maka
pasien disiapkan untuk tindakan seksio sesar.
10) Bila kepala (suboksiput) telah berada di bawah
simfisis, maka lakukan episiotomy, dan arah tarikan ke
arah atas, agar dahi, muka dan dagu dapat lahir dengan
mudah.
11) Bersihkan muka bayi, potong tali pusat dan serahkan
bayi pada bidan bayi atau dokter anak.

6. Lahirkan plasenta
1) Suntika oksitosin, lakukan peregangan tali pisat
terkontrol (PTT), lahirkan plasenta dengan menarik tali
pusat dan mendorong uteru ke arah dorsokranial.
2) Periksa kelengkapan plasenta, dan masukkan plasenta
ke dalam tempatnya.

7. Lahirkan plasenta
1) Masukkan speculum sim atas dan bawah vagina,
lakukan eksplorasi adakah robekan vagina, bila ada
robekan lakukan penjahitan.
2) Dengan fenster klem, jepit portio secar bergantian
kearah samping, bila ada robekan lakukan penjahitan.

8. Penjahitan episiotomy
1) Pasang alas kaki dan penopang bokong, lalu suntikan
prokain 1% 5 – 10 pada sisi dalam luka episiotomy.
2) Lakukan penjahitan dimulai dari bagian dalam, jahit
otot dan mukosa secara jelujur, sampai pada kulit.
3) Besihkan darah, cairannya dari vulva dan vagina
dengan larutan betadin. Pasang kasa betadin pada tepi
luka episiotomy.
4) Lakukan tindakan dekontaminasi, cuci tangan pasca
tindakan.
5) Buat laporan dan intruksi lanjutan.

75
TINDAKAN EKTRAKSI VAKUM

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 4/4
Prosedur 9. Perawatn pasca tindakan
1. Observasi pasien selama 2 jam di kamar bersalin
2. Infus oksitosin dilanjutkan sampai 12 jam post partum

10. Mengantarkan pasien dan bayi ke ruang nifas


11. Perawatan pasca persalinan, perawatan perineum
12. Melaksankan intruksi dokter
13. Konseling Keluarga Berencana
14. Membuat perincian biaya saat pasien akan pulang

76
TINDAKAN EPISIOTOMI

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Episiotomy adalh melebarkan jalan lahir dengan menggunting


perineum untuk menghindari robekan yang lebih luas akibat
perineum yang sangat renggang melebihi elastisitas jaringan
perineum.

*Tidak dianjurkan melakukan tindakan episiotomy secara rutin.


Tujuan 1. Membuat pedoman tindakan episiotomy dan perawatannya.
2. Menghindari pendarahan pasca persalinan akibat robekan
perineum.
3. Mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi pada
pertolongan persalinan dengan tindakan, agar jalan lahir
lebih luas.
Kebijakan Tindakan episiotomy yang tepat dan jelas indikasinya akan
memberikan pelayanan pertolongan persalinan yang standard an
bermutu.
Peralatan 1. Gunting epis
2. Lidocaine 1%
3. Spuit 10cc
4. Aquadest
5. Handscone steril
Prosedur A. Persiapan
a. Pasien inpartu pembukaan lengkap, bagian terendah
sudah tampak pada vulva.
b. Lakukan aseptic sekitar vulva dengan betadin.
c. Lakukan anastesi local, gunakan spuit 10cc yang diisi
dengan lidokain HCL 1%.
d. Arahkan jarum kesebelah kiri dan kanan perineum,
lakukan aspirasi, pastikan bahwa jarum tidak memasuki
pembuluh darah. Infiltrasikan anatesi sebanyak 5 – 10
cc lidokain 1%.
e. Tunggu 1 – 2 menit agar obat anastesi berfungi baik.

B. Tindakan episiotomy
a. Letakkan jari telunjuk dan tengah diantara kepala byi
dan perineum.
b. Tunggu puncak his, lalu lakukan episiotomy dari
komisura posterior kearah lateral 45° kearah lateral.

77
TINDAKAN EPISIOTOMI

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur c. Pimpin persalinan sampai anak dan plasenta lahir.

C. Penjahitan luka episiotomy.


a. Atur posisi ibu, bokong ditinggikan, arahkan lampu
sorot kearah vulva.
b. Gunakan sarung tangan DTT yang bersih bila perlu
pasangkan tampon atau kasa ke dalam vagina.
c. Letakkan kain steril di bokong ibu.
d. Telusuri daerah luka menggunakan jari tangan, dan
tentukan batas ujung luka.
e. Lakukan penjahitan pertama 1 cm di atas ujung luka,
lalu lakukan penjahitan jelujur sampai lingkaran sisa
himen. Gunakan benang chromic catgut 2,0 atau
poliglikolic 2,0.
f. Kemudian tusukkan jarum menembus mukosa di depan
himen dan keluarkan pada sisi dalam luka perineum.
Lakukan penjahitan dengan jelujur sampai ujung luka
perineum.
g. Kemudian penjahitan diarahkan ke lumen vagina dan
mulai merapatkan kulit perineum dengan subkutikuler.
h. Lakukan kontrol penjahitan dengan melakukan colok
dubur.
i. Tutup jahitan dengan kasa betadin.

78
KETUBAN PECAH DINI

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian 1. Umur kehamilan lebih dari 20 minggu


2. Keluar cairan jernih dari vagina
3. Pada pemeriksaan fisik: suhu normal bila tidak infeksi.
4. Pada pemeriksaan obstetrik bunyi jantung janin biasanya
normal.
5. Pemeriksaan inspekulo:
a. Terlihat cairan keluar dari ostium uteri eksternum.
b. Kertas nitrazin merah akan jdi biru.
Tujuan 1. Pencegahan infeksi akibat KPD
2. Mengurangi angka mortalitas pada ibu dan bayi.
Kebijakan Terminasi persalinan dengan induksi persalinan.
Prosedur Harus dirawat di rumah sakit sampai air ketuban berhenti atau
sebelah perawatan dari tindakan terminasi kehamilan selesai.
A. Konservatif:
a. Rawat di Rumah sakit.
b. Antibiotika kalua ketuban pecah < 6 jam (ampisilin
atau eritromicin bila tidak tahan ampisislin).
c. Umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air
ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak
keluar lagi.
d. Bila sudah 32 – 34 minggu masih keluar, maka pada
usia kehamilan 35 minggu pertimbangan untuk
terminasi kehamilan sangat tergantung pada
kemampuan perawatan. Pada usia kehamilan 34
minggu berikan steroid selama 7 hari, untuk memacu
kematangan paru janin dan kalua mungkin
diperiksakan kadar lesitin dan spingomeilin tiap
minggu.

B. Aktif:
a. Kehamilan: 36 minggu, bila 6 jam belum terjadi
persalinan induksi dengan oksitosin.
b. Bila gagal seksio sesarea.
c. Pada keadaan CPD, letak lintang seksio sesarea.
d. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis
tinggi dan persalinan diakhiri.

79
KETUBAN PECAH DINI

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur e. Bila pelvik skor < 5, diakhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
f. Bila pelvik skor > 5, induksi persalinan, partus
pervaginam.

80
PERSALINAN PRETERM

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Persalinan neonates pada usia kehamilan antara 22 dan 37


minggu lengkap, atau antara 140 dan 259 hari, dihitung dari
hari pertama haid terakhir.
Mayor:
 Kehamilan multiple
 Hidramnion
 Anomaly uterus
 Servik terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 320 minggu
 Servik mendatar kurang dari 1 cm pada kehamilan 32
minggu
 Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali
 Riwayat persalinan preterm sebelumnya
 Operasi abdominal pada kehamilan preterm
 Riwayat operasi konisasi
 Iritabilitas uterus

Minor:
 Penyakit yang disertai demam
 Pendarahan per vaginam setelah kehamilan 12 minggu
 Riwayat pielonefritis
 Merokok lebih dari 10 batang/ hari
 Riwayat abortus trisemester II
 Riwayat abortus trisemester I lebih dari 1 kali
 Pasien tergolong resiko tinggibila dijumpai: 1 atau lebih
factor resiko mayor , atau 2 atau lebih factor risiko minor,
atau keduanya.
Tujuan Mengurangi angka kematian ibu dan bayi
Kebijakan 1. Melakukan pelayanan yang cepat dan tepat
2. Di damping oleh dokter ahli
Prosedur 1. Istirahat baring
2. Deteksi dan penanganan terhadap factor resiko persalinan
preterm
3. Pemberian obat tokolitik:
a. Golongan beta-mimatik:
 Salbutamol (salbron, salbuven):
Per infus: 20 – 50 µg/ menit
Per oral: 4 mg, 2 – 4 kali/ hari (untuk rumatan)

81
PERSALINAN PRETERM

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur  Tertbutalin (Bricasma)
Per infus: 10 – 25 ug/ menit (maksimal 80 ug/
menit)
Subkutan: 250 ug setiap 6 jam
Per oral: 5 – 7,5 mg setiap 8 jam (rumatan)

Efek samping: Hiperglikemia, Hipokalemia, Hipotensi,


Takikardia, Iskemia miokardial, Edema paru.

b. Magnesium Sulfat:
Parenteral: 4 – 6 g/iv: pemberian bolus selama 20 – 30
menit infus 2 – 4 g/ jam (rumatan)

Efek samping: Edema paru, Letargia, Nyeri dada, Depresi


pernafasan (pada ibu dan bayi).

4. Kontraindikasi penundaan persalinan


a. Mutlak: gawat janin, korioamnionitis, pendarahan
anterpartum yang banyak.
b. Relatif: gestosis, diabetes mellitus, pertumbuhan janin
terhambat, pembukaan serviks lebih dari 4 cm.

5. Pemeriksaan kesejahteraan janin: USG, KTG


Cara persalinan: janin presentasi kepala; per vaginam,
dengan episiotomy lebar dan perlindungan forceps
terutama pada bayi < 35 minggu.

Indikasi seksiop sesaria:


 Janin sungsang
 Taksiran berat janin kurang dari 1500 gram
 Gawat janin, bila syaraf per vaginam tidak terpenuhi
 Infeksi intrapartum bila syarat per vaginam tidak
terpenuhi

Kontra indikasi partus per vaginam lainnya (letak lintang,


plasenta previa, dan lain-lainnya). Lindungi bayi dengan
handuk hangat, usahakan suhu 36° - 37° C.

PENDARAHAN ANTEPARTUM

82
No Dokumen No.Revisi Halaman
…………... A 1/3
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Pendarahan per vaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau


lebih.
Tujuan 1. Mencegah terjadinya syok hingga kematian akibat
pendarahan
2. Mencegah kemungkinan terjadinya kematian pada janin.
3. Mencegah terjadinya infeksi karena pendarahan.
Kebijakan 1. Pengawasan antenatal
2. Melakukan pertolongan pertama
3. Menemukan penyebab dengan anamnesa, pemeriksaan luar,
pemeriksaan inspekulo, penentuan letak placenta baik
secara langsung maupun tidak langsung, melakukan USG
oleh dokter ahli, dan perabaan fornises.
4. Menegakkan diagnosis oleh dokter ahli.
5. Melakukan pelayanan yang cepat, tepat dan berstandar
sesuai dengan instruksi dari dokter ahli.
Prosedur Medik dan Bedah
1. Tidak Terdapat Renjatan: usia gestasi kurang dari 10
minggu TBF < 2500 gram.

I. Solusio Plasenta
A. Ringan:
a. Ekspektatif
Tunggu persalinan spontan, bila ada perbaikan,
pendarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada,
janin hidup.
 Tirah baring
 Atasi anemia
 USG dan KTG serial kalua memungkinkan
b. Aktif
 Mengakhiri kehamilan, bila ada perburukan,
perdarahan berlangsung terus, kontraksi uterus
terus berlangsung, dapat mengancam janin/
ibu.
 Partus per vaginam (amniotomi/ oksitosin
infus)
 Bila pendarahan dan pelvik skor < 5 atau
persalinan masih lama > 6 jam seksio sesarea.

83
PENDARAHAN ANTEPARTUM

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/3
Prosedur B. Sedang/ Berat:
a. Resusitasi cairan
b. Atasi anemia (tranfusi darah)
c. PDMO:
 Plasenta previa: partus per abdominal
 Bukan plasenta previa: partus per vaginam
(ammoniotomi pitosin infus)

II. Vasa Previa


A. Test Apt positif (terdapat darah janin).
B. Dapat diraba pembuluh darah janin melalui speculum
amniokopi.
C. Janin mati: partus per vaginam.
D. Janin hidup: pertimbangan partus per abdominal.

III. Plasenta Previa


A. Bila pendarahan sedikit: dirawat sampai usia kehamilan
> 36 minggu, mobilisasi bertahap. Bila ada kontrksi,
lihat penanganan persalinan preterm.
B. Bila pendarhn banyak
a. Resusitasi cairan
b. Atasi anemia
c. PDMO:
 Plasenta previa totaslis à partus per abdominal
seksio sesarea.
 Bukam plasenta previa à totalis partus per
vaginam.

2. Tidak Terdapat Renjatan; usia gestasi 34 minggu atau


lebih/ TBF 2500 gram atau lebih.

I. Solusio Plasenta
A. Ringan/ sedang/ berat:
Partus per abdominal bila per vaginam diperkirakan
berlangsung lama.

II. Vasa Previa


A. Janin mati: partu per vaginam.
B. Janin hidup; pertimbangan partur per abdominal.

III. Plasenta Previa


A. Plasenta previa totaslis à partus per abdominal
seksio sesarea.
B. Bukan plasenta previa totalis à partus pervaginam

84
PERDARAHAN ANTEPARTUM

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 3/3
Prosedur 3. Terdapat Renjatan

I. Solisio Placenta
A. Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfuse darah.
B. Bila renjatan tidak teratasi, upayakan tindakan
penyelamat yang optimal. Bila renjatan dapat diatasi
pertimbangkan untuk partus per abdominal bila janin
masih hidup atau bila persalinan per vaginam
diperkirakan berlangsung lama.

II. Plasenta Previa


A. Atasi renjatan, resusitasicairan dan tranfusi darah.
B. Bila tidak teratasi upayakan penyelamat optimal,
bila teratasi partus per abdominal.

85
RUPTUR UTERI

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Robeknya dinding uteru, pada saat kehamilan atau dalam


persalinan dengan atau tanpa robeknya peritoneum visceral.
Tujuan 1. Mencegah terjadinya syok hingga kematian pendarahan.
2. Mencegah kemungkinan terjadinya kematian pada janin.
3. Mencegah terjadinya infeksi karena pendarahan.
Kebijakan 1. Melakukan pertolongan pertama
2. Dianjurkan untuk laparotomy dan histerektomi
3. Dikerjakan oleh dokter ahli
Peralatan 1. Alat- alat pemasangan infus
2. Oksigen
3. Antibiotik
Prosedur 1. Mengatasi syok dengan segera, termasuk infus cairan
intravena.
2. Pemberian darah, oksigen dan antibiotic.
3. Segera laporatomi bila ditemukan rupture uteri lakukan
histerektomi akan tetapi pada kasus-kasus tertentu seperti
robekan yang kecil dan tidak compang-camping dan masih
segar dapt dilakukan histerografi terutama pada mereka
yang masih muda atau belum mempunyai anak hidup.
4. Sumber pendarahan dihentikan.

86
PARTUS KASEP/ MACET

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Partus kasep adalah suatu keadaan dari suatu persalinanyang


mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul
komplikasi ibu maupun anak.
Tujuan Menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Kebijakan 1. Melakukan penanganan secara cepat, tepat dan sesuai
dengan standar.
2. Melaksanakan episiotomy secukuonya dengan didahului
anastesi local.
3. Mengobservasi denyut jantung janin dan his.
4. Berkoordinasi dengan dokter ahli, bidan tetap menolong
bayi lahir sampai dengan dokter datang.
5. Persiapan obat-obatan untuk penanganan perdarahan.
6. Persiapan alat untuk tindakan resusitasi
7. Berkoordinasi dengan dokter anak.
Peralatan 1. Peralatan infuse
2. Cairan infuse
3. Antibiotik
Prosedur Perbaikan keadaan umum ibu.
1. Pasang infuse set / “blood transfusin set” yang cukup
adekuat (No. 16-18) dan kateter urin (ditampung)
2. Beri cairan dan kalori serta elektrolit
 Normal saline: 500 cc
 Dextrose 5 – 10%: 500 cc

Dalam 1 – 2 jam pertama selanjutnya tergantung:


a. Urine produksi
b. BJ Plasma (bila perlu)

Cairan dapat diberikan menurut kebutuhan.

3. Koreksi asam basa dengan pengukuran C02 darah dan pH


(bila perlu).
4. Pemberian antibiotik spektxum luas secara parenteral.
Derivat:
 Ampicillin 3x1 gr/hari selama 2 hari, dilanjutkan 4x500
mg/ hari per.os selama 3 hari dan

87
PARTUS KASEP/ MACET

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur  Gentamisin 60 – 80 mg, 2 – 3x sehari selama 5 hari,
atau Sefalosporin generasi III 1 gr, 2 – 3x sehari
selama 5 – 7 hari.

Kombinasi dengan:
 Metronidaloze 2x1 gr rectal supositoria per hari,
selama 5 – 7 hari.
Penurunan panas:
 Antipretika parenternal xyllomidon 2 cc i.m
 Kompres basah

Pengakiran persalinan
Tergantung kondisi saat itu

Bila: pembukaan lengkap


Syarat-syarat persalinan pervaginam terpenuhi maka persalinan
dilakukan pervaginam dengan mempercepat kala II (Vaccum/
Forcep atau perforasi kranioklasi).

Bila: pembukaan belu lengkap:


Syarat pervaginam tidak terpenuhi seksio sesar.

88
LETAK SUNGSANG

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Disebut letak sungsang apabila janin terlihat membujur dalam


rahim dengan bokong pada bagian bawah.
 Tergantung dari bagian janin mana yang terendah, dapat
dibedakan:
a. Letak bokong
b. Letak bokong kaki
c. Letak kaki
Tujuan Tujuan penanganan bagi bayi
 Mencegah terjadinya gangguan peredaran darah akibat
asfiksia.

Tujuan penanganan bagi ibu


 Resiko terkena infeksi karena robekan perineum yang lebih
besar dank karena tindakan yang dilakukan, ketuban pecah
lebih cepat, dan partus lama.
Kebijakan Dilakukan oleh dokter ahli
Prosedur A. Antenatal
1. Kewaspadaan terhadap kasus letak sungsang sudah dimulai
sejak kehamilan 24 minggu.
2. Bila pada kehamilan 28 – 30 minggu masih didapatkan
letak sungsang, maka dilakukan ultrasonografi untuk
mencari kemungkinan adanya kelainan letak plasenta
(plasenta previa, cacat bawaan atau kelainan bentuk rahim.
3. Apabila pada pemeriksaan USG tidak ditemukan kelainan,
maka dicoba/ dilakukan versi luar ke letak kepala (tanpa
paksaan).
Dengan catatan: bahwa tidak didapatkan suatu kontra
indikasi untuk tindakan versi luar (VL).
4. Penderita diminta control seminggu kemudian.
5. Apabila versi luar gagal, penderita diminta control
seminggu kemudian dandicoba versi luar (VL) sekali lagi,
bila gagal maka VL tidak dilakukan lagi.

B. Persalinan
a. Pada kasus dimana versi luar berhasil, maka
penatalaksanaan persalinan seperti pada letak kepala

89
LETAK SUNGSANG

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur b. Pada kasus dimana versi luar gagal/ janin tetap letak,
sungsang, maka penatalaksankan persalinan lebih
waspada.
c. Persalinan diakhiri dengan seksio sesar apabila:
1. Perssalinan pervaginam diperkirakan sukar/
berbahaya (Feto Pelvic Disporposi atau skor
Zatucchni Andros kurang dari 3).
2. Tali pusat menumbang pada:
 Primigravida
 Multigravida (kala I)
3. Didapatkan suatu kemacetan persalinan/ distosia.
Yang dimaksudkan distosia dalam hal ini adalah:
 Fase laten lebih dari 14 jam
 “protracted active phase”
 Secondary arrest of dilalation”
 Prolonged second stage” (= 1 jam mengejan
bokong tidak lahir).

C. Pada dasarnya oksitosin drip pada letak sungsang tidak


dianjurkan oleh karena deteksi kemungkinan adanya
CPD/ FPD sulit

Skor Zachtuchni Andros:

0 1 2
Paritas Primi Multi -

Pernah su Tidak 1x > 2x

EFW >3630 3629 – 3176 >3176

Usia kehamilan > 39 mgg 38 mgg <37 mg

Stasion < -3 -2 4

Dilatasi 2 3 4

Syarat: Z.A. skor hanya berlaku untuk kehamilan aterm atau


EFW di atas 2500 gram.
Skor kurang dari 3 : Persalinan perabdominan
Skor 4 : Perlu evahtusi lebih cermat
Skor lebih dari 5 : Persalinan pervaginam

90
POST DATE

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Kehamilan Post Date: kehamilan yang lamanya melebihi 42


minggu (294 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir atau
14 hari setelah perkiraan tanggal persalinan yang dihitung
menurut rumus NAEGELE, dengan asumsi siklus haidnya 28
hari.
Tujuan Mengurangi angka kematian dan kesakitan perinatal.
Kebijakan Melakukan induksi persalinan sesuai dengan keadaan ibu dan
janin.
Peralatan Peralatan induksi persalinan.
Prosedur Pada dasarnya penatalaksanaan post date adalah: merencanakan
pengakhiran kehamilan.
Cara pengakhiran kehamilan: berdasarkan hasil penilaian
kesejahteraan janin.

1. Penilaian Kesejahteraan Janin Jelek:


a. Bila Skor Pelvik: matang (> 5)
Amniotomi: Jernih Drip oksitosin
Keruh Seksio sesar
b. Bila Skor Pelvik belum matang (< 5) SC

2. Penilaian Kesejahteraan Janin ragu-ragu:


a. Bila Skor Pelvik: matang (PS > 5)
Amniotomi: Jernih Drip oksitosin
Keruh Seksio sesar
b. Bila Skor Pelvik belum matang (< 5)

Tirah baring 1 hari kemudian penilaian kesejahteraan janin


diulang hari berikutnya.

Bila hasilnya jelek Seksio Sesar

Ragu-ragu Seksio Sesar

Baik Penilaian kesejahteraan secara ini sampai


induksi persalinan memungkinkan (PS > 5).

91
POST DATE

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur 3. Penilaian Kesejahteraan Janin Baik
 Bila Skor Pelvik: matang (> 5) Drip oksitosin tanpa
amniotomi.
 Bila Skor Pelvik belum matang (PS < 5)

Tunggu dengan melakukan penilaian janin secara seri,


dilakukan NST sekurang-kurangnya 1x seminggu s/d PSA > 5
untuk dilakukan sdrip oksitosin.

Bila hasil penilaian kesejahteraan janin secara seri ragu-ragu


atau jelek lihat bagian penilaian kesejahteraan janin ragu-ragu
atau jelek.

*Catatan:
1. Bila drip oksitosin dinyatakan gagal pada kasus-kasus
dengan amniotomi dilakukan seksio sesar, pada kasus-
kasus tanpa amniotomi keesokan harinya dilakukan
penilaian kesejahteraan janin ulang kemudian dilihat hasil
penilaian kesejahteraan janin dan diikuti bagan skema
penilaian kesejahteraan janin seperti di atas.
2. Yang dimaksud dengan hasil penilaian kesejahteraan janin
ialah hasil NST, dan julah cairan ketuban.

92
PROLAP UTERI

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Turun atau keluarnya sebagian atau seluruh uterus dari tempat
asalnya melalui vagina sampai mencapai atau melewati
introitus vagina.
1. Derajat I: berdiri atau mengejan posisi cx distal 1 cm di
atas ring hymen.
2. Derajat II: berdiri atau mengejan posisi cx 1 cm di atas atau
di bawah ring hymen.
3. Derajat III: berdiri atau mengejan posisi cx distal lebih 1
cm ring hymen tetapi penonjolannya tidak lebih panjang
vagina dikurangi 2 cm.
4. Seluruh uterus diluar vagina.
Tujuan Mencegah morbiditas ibu dan mortalitas janin naik (pada
inersia uteri primer).
Kebijakan Memberikan pelayanan yang cepat dan tepat.
Prosedur 1. Tanpa keluhan tidak perlu pengobatan
2. gr I/ II latihan kegel
3. gr III/ IV operatif, bila menolak pesarium
4. pasca menopause: pesarium dengan estrogen
5. estrogen
6. pessarium harus dikontrol tiap bulan
7. bila terdapat inkontinensia urine, rektokel, enterokel-
histerektomi laparatomi/ pervaginal dengan kolporafi
anterior.

93
DISTOSIA

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Persalinan abnormal yang ditandai oleh kelambatan atau


tidaknya kemajuan proses persalinan dalam ukuran satusan
waktu tertentu.
Tujuan Mengurangi angka kematian bayi
Kebijakan 1. melakukan penanganan secara cepat, tepat dan sesuai
dengan standar.
2. Berkoordinasi dengan dokter ahli, bidan tetap menolong
bayi lahir sampai dengan dokter dating.
3. Berkoordinasi dengan dokter anak.
Prosedur Disesuaikan dengan sebab distosia, misalnya:
 Akselerasi persalinan
 Ekstraksi
 Sc

94
CA SERVIX

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/1
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Keganasan pada mulut Rahim atau serviks.


Tujuan Mengurangi resiko kematian
Kebijakan Ditangani oleh dokter ahli
Prosedur Tergantung stadium
Stadium I sampai IIa Histerektomi Radikal dan getah bening
pelvis (operasi radikal Wetheim), kadang perlu tambahan
ajuvan sitostatika atau radiasi tergantung temuan saat operasi
atau PA.

Stadium IIb sampai III pengobatan/ penyinaran/ radioterapi


dana tau sitostatika.

Stadium akhir pengobatan paliatif.

95
EKSTRAKSI CUNAM

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 1/2
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR TanggalTerbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 1 Juni 2015
dr.HilmiK.Riskawa, SpA.M.Kes

Pengertian Suatu tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan pada


suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya.
Tujuan Mempercepat proses kelahiran.
Kebijakan 1. Memberikan pelayanan yang optimal pada pasien dengan
kala II yang lama.
2. Menurunkan angka kesakitan ibu dan kematian bayi akibat
kala II yang lama.
Peralatan 1. Meja gynekolog
2. Alat partu
3. Alat heacting
4. Sendok forcep
5. Syntocinon/ methargin
6. Spuit 3 cc
Prosedur A. Cara Pemasangan Cunam.
Ditinjau dari posisi dan cunam terhadap kepala janin dan
panggul ibu pada waktu cunam tersebut dipasang, maka
pemasangan cunam dibagi:
a. Pemasangan Sefalik (pemasangan biparietal, melintang
terhadap kepala), ialah pasangan cunam dimana sumbu
panjang cunam sesuai dengan diameter
mentooksipitalis kepala janin, sehingga daun cunam
terpasang secara simetrik dikiri kanan kepala.
b. Pemasangan Pelvik ( melintang terhadap panggul) ialah
pemasangan cunam sehingga sumbu panjang cunam
sesuai dengan sumbu panggul.

Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam terpasang


bilateral kepala dan melintang panggul. Hal ini hanya terjadi
bila kepala janin sudah dipintu bawah panggul dan ubun-ubun
kecil berada di depan di bawah simfisis.

Oleh karena itu kriteria pemasangan

96
EKSTRAKSI CUNAM

No Dokumen No.Revisi Halaman


…………... A 2/2
Prosedur

97

Anda mungkin juga menyukai