I. Dasar Pelaksanan
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa/Kelurahan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5495);
2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
6. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2015 tentang Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak
7. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017 tentang Gerakan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (PKK)Tahun 2017 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 226);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2019 tentang
Penanggulangan Krisis Kesehatan;
9. Petunjuk Teknis Gerakan Keluarga Sehat Tanggap dan Tangguh Bencana 2021-
2024;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828).
II. Pendahuluan
Indonesia memiliki perkembangan yang cukup baik dalam pembangunan
nasional yaitu dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan
secara berkelanjutan, terencana dan terarah. Dalam penyelenggaraan
pembangunan nasional pada hakikatnya pembangunan manusia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang dapat terwujud jika
kesejahteraan keluarga dan masyarakat dapat dicapai dengan baik.
Perkembangan kesehatan nasional bertujuan meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu. Hal tersebut dapat
diwujudkan dengan lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta memiliki
kemampuan perencanaan sehat yang baik agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Faktor-faktor yang menyebabkan hambatan pada pembangunan kesehtan
masyarakat di Indonesia:
1. Faktor lingkungan yaitu kurangnya peran serta masyarakat dalam
memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya yang kurang sehat sehingga
dapat menimbulkan permasalahan kesehatan.
2. Faktor perilaku dan gaya hidup masyarakat yaitu masih banyaknya kebiasaan
masyarakat dan adat-istiadat yang kurang menunjang kesehatan.
3. Faktor sosial ekonomi yaitu kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya memelihara kesehatan, serta rendahnya kemampuan
masyarakat dalam pembiayaan kesehatan.
Keberhasilan dalam pembangunan kesehatan dapat dilihat dengan kondisi
masyarakat sebagai berikut:
1. Adanya peningkatan kemampuan dari masyarakat untuk hidup sehat.
2. Mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui perencanaan sehat
yang baik sebagai upaya peningkatan kesehatan masyarakat.
3. Berupaya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dengan penyediaan
sanitasi dasar dan meningkatkan mutu lingkungan hidup.
Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas,
berketahanan dan sejahtera dalam lingkungan yang sehat pada setiap tahapan
kehidupan, sehingga diperlukan intervensi secara berkelanjutan. Keluarga berperan
penting dalam mencetak generasi masa depan yang berkualitas untuk mewujudkan
kesejahteraan keluarga Indonesia.
Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tumbuh dari,
oleh, dan untuk masyarakat menjadi salah satu tolak ukur dalam pembangunan
yang perlu mendapatkan prioritas penanganan secara terencana, terpadu,
terstruktur, merata, dan berkualitas yang bersendikan kearifan lokal.
Pada tataran Desa/kelurahan dan Kelurahan dukungan kebijakan pemerintah
melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa/Kelurahan, semakin
memperkuat gerakan ini sebagai Lembaga Kemasyarakatan yang membantu
Pemerintah Desa/Kelurahan/Kelurahan dalam pelaksanaan pembangunan.
Keberadaan gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang
didukung oleh kebijakan pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 99 tahun
2017 tentag Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 18 tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan
Desa/Kelurahan dan Lembaga Adat Desa/Kelurahan. Kemudian secara operasional
diperkuat melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2020 tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 99 tahun 2017 tentang Herakan
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) adlah
mitra kerja Pemerintah dan Organisasi/lembaga kemasyarakatan lainnya yang
berfungsi sebagai fasilitasi, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada
masing-masing jenjang untuk terlaksananya program PKK yang pendanaanny
bersumber dari APBN, APBD, APBDes dan sumber pendanaan lainnya.
Peran kader PKK dalam pembangunan tidak boleh diabaikan baik di tingkat
daerah maupun di tingkat nasional bahkan bisa dikatakan menjadi ujung tombak
pelaksana program serta kegiatan dalam pemberdayaan dan kesejahteraan
keluarga. Pelaksanaan program PKK tidak akan berjalan dengan baik, bila kader
tidak aktif maka berdampak tidak adanya peningkatan kesejahteraan keluarga di
Desa/Kelurahan. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan
program PKK khususnya dalam membantu serta memantau kesehatan, lingkungan
dan perencanaan sehat di Desa/Kelurahan.
Gerakan Keluarga Sehat Tanggap dan Tangguh Bencana bertujuan untuk
mewujudkan Keluarga dan Lingkungan yang sehat melalui program Pilot Project
Bidang Kesehatan, Kelestarian Lingkungan Hidup dan perencanaan Sehat.
Pelaksanaan Gerakan Keluarga Sehat Tanggap dan Tangguh Bencana dengan
strategi menggerakkan, mengedukasi serta membina seseorang, keluarga atau
masyarakat agar mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan dan perencanaan sehat dari aspek fisik manusia
maupun lingkungannya.
Bencana merupakan suatu fenomena akibat perubahan ekosistem yang
terjadi secara tiba-tiba dalam waktu yang relatif singkat dan dalam hubungan antara
manusia dengan lingkungannya, seperti bencana banjir, gempa bumi, gunung
berapi, wabah penyakit dll, sehingga memerlukan tindakan penanggulangan dengan
segera. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
menyatakan bahwa bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan oleh faktor alam atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Untuk mengantisipasi dampak buruk pada
masyarakat akibat bencana, diperlukan adanya kesiapsiagaan dalam rangka
meminimalisir dampak yang mungkin terjadi.
Keluarga merupakan kelompok terkecil dalam struktur masyarakat,
mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya menghadapi bencana.
Keberadaan keluarga diharapkan mampu mengetahui langkah antisipasi dan
pencegahan, serta menghadapi dan meminimalisir dampak bencana yang terjadi,
melalui upaya mewujudkan Keluarga Tanggap dan Tangguh Bencana.
Dalam masa kedaruratan, diperlukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk
melindungi kesehatan masyarakat yang terdampak bencana. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sendiri
untuk menolong diri sendiri, keluarga dan masyarakat untuk menjaga, melindungi
dan meningkatkan kesehatan. Indikator-indikator dalam Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) yaitu :
1. Terus memberikan ASI Eksklusif pada bayi usia (0-6 bulan)
2. Membiasakan cuci tangan pakai sabun
3. Menggunakan air bersih
4. Buang air besar/kecil di jamban dan buang sampah di tempatnya
5. Memanfaatkan pelayanan kesehatan
6. Melindungi anak
7. Makan makanan bergizi
8. Tidak merokok
9. Mengelola stress
10. Bermain sambil belajar
III. Maksud dan Tujuan
- Maksud : Mempersiapkan individu, keluarga dan masyarakat mengantisipasi
bencana, melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna
dan berdaya guna yang dapat dilakukan oleh keluarga pada saat
terjadi bencana baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non-
alam maupun faktor manusia
- Tujuan : Mewujudkan kesiap-siagaan dan keberdayaan keluarga dalam
menghadapi persitiwa bencana melalui upaya Keluarga Sehat
Tanggap dan Tangguh Bencana
IV. Pelaksanaan
1. Kegiatan Pemantauan dan Pembinaan Pilot Project Program Keluarga Tanggap
dan Tangguh Bencana oleh TP PKK secara berjenjang
Dalam kegiatan ini dilakukan pendataan atau inventarisasi permasalahan
yang dihadapi bersama sektor terkait dan pemantauan perkembangan kegiatan
Keluarga Tanggap dan Tangguh Bencana di Desa Kedawung Kulon selama tahun
2021.
Pendataan permasalahan yang dihadapi Desa Kedawung Kulon dilakukan
dalam kegiatan Survey Mawas Diri (SMD) yang dilakukan pada tanggal 03-04
Agustus 2021 oleh 10 kader kesehatan. Sebelum kegiatan SMD dilakukan,
petugas promosi kesehatan UPT Kesehatan Puskesmas Kedawung Wetan
memberikan pembekalan kepada petugas survey. Data yang dikumpulkan dalam
kegiatan SMD adalah Kartu Kesehatan Keluarga (K3) dan Adaptasi Kebiasaan
Baru. Isi dari Kartu Kesehatan Keluarga (K3) meliputi :
a. Indikator bumil
Indikator bumil memiliki 5 hal yang disurvey yaitu
1) Penempelan stiker Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4)
2) Tabungan bersalin (tabulin)
3) Donor darah
4) Transport persalinan
5) Amanat persalinan
b. Indikator Kartu Kesehatan Keluarga (K3)
Indikator K3 memiliki beberapa hal yang disuvey yaitu
1) Persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan
2) Pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia (0-6 bulan)
3) Melaukan penimbangan dan pengukuran di posyandu setiap bulan
4) Menggunakan air bersih
5) Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
6) Memiliki jamban sehat
7) Memberantas jentik di rumah
8) Mengkonsumsi sayur dan buah
9) Melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit dalam sehari
10) Tidak merokok
11) Happy family
12) Melek huruf
13) Menggunakan garam beryodium
14) Balita gizi buruk
15) Pasangan Usia Subur (PUS)
16) Wajar dikdas
17) Pengelolaan sampah di rumah
18) Memiliki Saluran Pembungan Air Limbah (SPAL)
19) Memiliki lingkungan bersih
20) Kebersihan perorangan
21) Sadar AIDS
22) Imunisasi Lengkap
Setelah mengisi seluruh indikator yang ada, maka dapat disimpulkan
Rumah Tangga Sehat yang ada di Desa Kedawung Kulon. Beberapa indikator
yang ada dalam formulir K3 juga termasuk indikator dalam Pilot Project Keluarga
Sehat Tanggap dan Tangguh Bencana Menuju Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS).
Pembinaan Pilot Project Program Keluarga Tanggap dan Tangguh Bencana
oleh TP PKK Desa Kedawung Kulon dan TP PKK Kecamatan Grati dilakukan pada
tanggal 13 Januari 2021. Hal yang dibahas dalam pembinaan ini adalah
pengantar tentang Pilot Project Program Keluarga Tanggap dan Tangguh
Bencana Menuju PHBS, data-data dan draf laporan yang berhungan dengan
evaluasi perkembangan pilot project per semester .
Buktinya :
o Tersedianya sarana tempat cuci tangan di tempat tempat umum seperti
balai desa, ponkesdes, masjid dll
o Ketika ada pertemuan warga seperti rapat PKK, pengambilan bantuan
BLT, posyandu balita, vaksinasi, sebagian besar masyarakat sudah mau
dan mampu menggunakan masker
o Anak sekolah juga diwajibkan menggunakan masker ketika pembelajaran
tatap muka di sekolah
c. Jumlah rumah yang memiliki fasilitas instalasi atau bak penampung air bersih
Indikator rumah yang memiliki fasilitas instalasi atau bak penampung air
bersih dilihat dari adanya rumah yang tidak memiliki fasilitas instalasi atau
bak penampung air bersih seperti :
1) Sumur bor;
2) Sumur timba;
3) Penampungan air bersih;
4) Instalasi PDAM.
Data awal berdasarkan data yang ada di UPT Kesehatan Puskesmas
Kedawung Wetan yang diperoleh dari hasil Survey Mawas Diri (SMD)
berkaitan dengan rumah yang menggunakan air bersih sebanyak 1.656
rumah. Mayoritas masyarakat menggunakan sumur bor dan instalasi PDAM.
5. Gambaran kondisi dan keadaan Lokasi Pilot Project (kondisi dan keadaan yang
sama pada Desa sebelum dilaksanakan Pilot Project)
Desa Kedawungkulon merupakan salah satu desa dalam wilayah
Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan dengan luas wilayah sekitar 272,024
hektar. Jumlah penduduk pada akhir tahun 2020 sejumlah 5.879 jiwa dengan
tingkat kepadatan penduduk sudah mencapai 1.000 lebih jiwa, memiliki jarak
orbitasi dengan Kecamatan sekitar 5 km, 11 km dari wilayah ibukota kabupaten
dan 43 km dari wilayah ibu kota provinsi dengan fasilitas jalan propinsi dan jalan
kabupaten yang cukup memadahi.Secara administratif desa Kedawungkulon
terdiri dari 6 Dusun, 9 Rukun Warga (RW) dan 32 Rukun tetangga (RT),
berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Desa Arjosari, Kecamatan Rejoso
Sebelah Timur : Desa Kedawungwetan, Kecamatan Grati
Sebelah Barat : Desa Toyaning, Kecamatan Rejoso
Sebelah Selatan : Desa Winongan Lor, Kecamatan, Winongan
Desa Kedawung Kulon merupakan salah satu desa rawab banjir saat
sungai meluap. Banjir di desa Kedawung Kulon lama surut karena letaknya yang
rendah.Terutama di Dusun Kebruan Desa Kedawung Kulon.
6. Lampiran Dokumentasi dari poin 1 sampai dengan poin 5 yang sesuai
dilaksanakan:
a. Foto Dokumentasi Kegiatan Pemantauan dan Pembinaan Pilot Project oleh
TP PKK secara berjenjang
LAPORAN EVALUASI PERKEMBANGAN PILOT PROJECT KELUARGA SEHAT TANGGAP DAN TANGGUH BENCANA
BIDANG KESEHATAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN – POKJA IV
PER SEMESTER
Provinsi : Jawa Timur
Kabupaten/Kota : Kabupaten Pasuruan
Kecamatan : Grati
Desa/Kelurahan : Desa Kedawung Kulon
Pilot Project : Keluarga Sehat Tanggap dan Tangguh Bencana Menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Penanggung Jawab Desa/Kelurahan : Dewi Retnowati, S.Pd. AUD No. HP : 081937028910
Penanggung Jawab Kecamatan : Ny. Sunarti Nanang Muji Laksono, SPd No. HP : 085816667169
Penanggung Jawab Kabupaten/Kota : Wiwin Yuniarti No. HP : 085732060326
Penanggung Jawab Provinsi : Malik Afif, S.KM., M.Kes No. HP : 085330238777
A. DATA DUKUNG
DATA UMUM YANG 2021 2022 2023 2024
NO EVALUASI KETERANGAN
DI MONITOR I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Jumlah Penduduk 6.211 6.211
2 Jumlah Keluarga 1.825 1.825
3 Jumlah Laki-Laki 3.102 3.102
DATA UMUM YANG 2021 2022 2023 2024
NO EVALUASI KETERANGAN
DI MONITOR I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 Jumlah Perempuan 3.109 3.109
5 Jumlah Keluarga Sejahtera 1.241 1.241
Jumlah Keluarga Pra
6 163 163
Sejahtera
7 Jumlah Rumah 1.563 1.563
8 Jumlah Bayi (0-2 Tahun) 244 244
Jumlah Bayi yang
9 mendapatkan ASI 48 48
Eksklusif (0-6 Bulan)
Jumlah Balita (>2-5
10 277 277
Tahun)
11 Jumlah Anak (6-14 Tahun) 697 697
Jumlah Usia Produktif (15-
12 4.359 4.359
64 tahun)
13 Jumlah Lansi (≥65 Tahun) 2.893 2.893
Jumlah Pasangan Usia
14 1.093 1.093
Subur
15 Jumlah Peserta KB Aktif 277 277
16 Jumlah Ibu Hamil 50 50
DATA UMUM YANG 2021 2022 2023 2024
NO EVALUASI KETERANGAN
DI MONITOR I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
17 Jumlah Ibu Menyusui 48 244
Jumlah Kelompok PKK
18 32 32
RT/RW
Jumlah Kader PKK Pokja
19 8 8
IV
Jumlah Kader PKK
20 10 10
Terlatih
Jumlah Kelompok Dasa
21 9 9
Wisma
22 Jumlah Kader Dasa Wisma 35 35
Jumlah Kader Dasa Wisma
23 10 10
Terlatih
24 Jumlah Bank Sampah 3 3
25 Jumlah Posko Bencana 4 4
B. DATA PILOT PROJECT
2021 2022 2023 2024
NO DATA UTAMA YANG DI MONITOR EVALUASI
I II I II I II I II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
II Pilot Project Keluarga Sehat Tanggap dan
Tangguh Bencana Menuju Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)
1 Jumlah penduduk yang mematuhi protokol 4.769 4.769
kesehatan
2 Jumlah rumah yang memiliki jamban sehat 1.085 1.085
3 Jumlah rumah yang memiliki fasilitas instalasi 1.656 1.656
atau bak penampung air bersih
4 Jumlah kasus penyakit Diare 52 88
5 Jumlah keluarga yang sadar gizi 1.677 1.677
6 Jumlah rumah tanpa asap rokok 1.215 1.215
7 Jumlah penduduk yang masih Buang Air Besar 1.952 1.952
Sembarangan (BABS)
d. Pembekalan/Pelatihan Kader PKK atau Kader Kesehatan
1) Pelatihan Kader PKK
Pelatihan kader PKK berisi tentang pemberdayaan masyarakat dalam
menghadapi bencana banjir setiap tahun ketika musim penghujan.