sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri atas:
a. Mulut
b. Tenggorokan (faring)
c. Kerongkongan
d. Lambung
e. Usus halus
f. Usus besar
g. Rektum dan Anus.
a. Integritas Ego
Gejala: Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tidak berdaya, faktor stress akut/ kronis
Gejala: Episode diare yang tidak dapat disekresikan, hilang timbul, sering tidak
terkontrol, flatus lembut dan semi cair : bau busuk dan berlemak (steneatorea),
a. Nutrisi/ Cairan
Gejala: anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diare/
sensitif misalnya produk susu/ makanan berlemak, kelemahan, tonus otot dan turgor
b. Hygiene
c. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala: nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran kanan bawah: nyeri
abdomen tengah, nyeri tekan menjalar ke bagian peri umbilikal, titik nyeri berpindah,
d. Keamanan
(eksaserbasi akut)
e. Interaksi Sosial
c.
Dada : bentuk dada klien normal
Pulmo : Inspeksi : pengembangan dada simetris. Palpasi : Fremitus taktil kanan
sama dengan kiri. Perkusi : pulmo kanan dan kiri sonor. Auskultasi : vesikuler
pada pulmo kanan dan kiri
Cor : Inspeksi: ictus cordis tidak nampak. Palpasi : Ictus cordis teraba pada mid
clavicula sic 5, Perkusi : menunjukkan batas jantung normal.
Auskultasi : Bunyi jantung I (SI) di ruang intercosta V sebelah kiri, Bunyi jantung
II (SII) di ruang intercosta II sebelah kanan, Bunyi jantung III (SIII) tidak ada,
murmur tidak ada.
d. Abdomen : inspeksi : bentuk agak cembung. Palpasi : adanya nyeri tekan pada perut
bawah. Auskultasi : peristaltik permenit.
e. Genetalia : Laki-laki : normal, tidak ada perdarahan.
f. Rektum : Normal, tidak ada hemoroid, tidak ada prolaps, dan tidak ada tumor.
g. Ekstremitas :
- atas : Kekuatan otot ka/ki : 6/6, ROM ka/ki : aktif/aktif
- bawah : kekuatan otot ka/ki: 6/6, ROM ka/ki : aktif/aktif
4. Pemeriksaan penunjang sistem pencernaan
Endoscopi
Radiologi : barium enema
Usg
Labolatorium
Biopsi
Masalah
No Data Etiologi Intervensi Kep.
Kep.
Masalah
No Data Etiologi Intervensi Kep.
Kep.
Masalah Intervensi
No Data Etiologi
Kep. Kep.
Masalah
No Data Etiologi Intervensi Kep.
Kep.
3. Etiologi
Appendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-
faktor prediposisi yang menyertai. Faktor tersering yang muncul adalah obtruksi
lumen.
1. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
3. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan
limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk appendiks.
5. Appendik yang terlalu panjang.
6. Appendiks yang pendek.
7. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
8. Kelainan katup di pangkal appendiks.
4. Manifestasi Klinik
Nyeri terasa pada abdomen kuadran kanan bawah menembus kebelakang
(kepunggung) dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan
hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan
tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau
diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila
appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di
daerah lumbal, bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat
diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa
ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan
pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.
Palpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri
yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri
dan dapat lebih menyebar, distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan
kondisi klien memburuk.
5. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks.
Obst tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks
mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun
elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran
limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi
apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan
menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang
disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding
appendiks yang diikuti ganggren Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa.
Bila dinding appendiks rapuh maka akan terjadi prefesional disebut
appendikssitis perforasi.
Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis.
Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Omentum pada anak-anak lebih pendek dan appendiks lebih panjang,
dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang
masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi. Sedangkan pada orang tua
mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.
6. Penatalaksanaan
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi
appendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi,
istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang
tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain diperut
kanan bawah.
1. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik
dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah
baring dan dipuasakan
2. Tindakan operatif : appendiktomi
3. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk
tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak
dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien
pulang.
7. Komplikasi
1. Perforasi dengan pembentukan abses
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis dan abses hati (jarang terjadi)
8. Pathway
A. PENGERTIAN
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti;
kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak,
2002; 131)
2. Hepatitis B
Ditemukan dibeberapa negara insidennya akan meningkat pada area dengan
populasi padat dengan tingkat kesehatan yang buruk.
3. Hepatitis C
90 % kasus terjadi akibat post transpusi dan banyak kasus sporadik, 4 % kasus
hepatitis disebabkan oleh hepatitis virus dan 50 % terjadi akibat penggunaan
obat secara intra vena
4. Hepatitis D
Selalu ditemukan dengan hepatitis B, delta agent adalah indemik pada
beberapa area seperti negara mediterania, dimana lebih dari 80 % karier
hepatitis B dapat menyebabkan infeksi
5. Hepatitis E
Adalah RNA virus yang berbeda dari hepatitis A dan eterovirus biasanya
terjadi di India, Birma, Afganistan, Alberia, dan Meksiko.
A. PATOFISIOLOGI
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat
pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi
dan nekrosis sel perenchyn hati.
Masuk sirkulasi
Gejala GI Nyeri
Feses menjadi keras
Rangsangan M.Oblongata
Konstipasi
Fungsi hepar terganggu
Mual muntah
Gangguan metabolisme
KH, Protein dan Lemak
Anoreksia
KH tidak dapat simpan
Intake kurang
A. MANIFESTASI KLINIK
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama.
Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi
dari masing – amsing stadium adalah sebagai berikut.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata.
Identitas.
- Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No
register, dan dignosa medis.
- Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama,
alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
- Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan hubungan dengan klien.
b. Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat
berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk,
sakit perut kanan atas, demam dan kuning
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah,
demam, nyeri perut kanan atas
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Kriteria hasil :
N : 85 – 100 x/mnt
S : 36 – 37
P : 15 – 25 x/mnt
sosial.
Kriteria hasil :
lain.
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Kriteria hasil ;
N : 85 – 100 / menit
P : 15 – 25 / menit
SB : 36 – 370 C
Intervensi Rasional
tingkat perkembangan.
Kriteria hasil :
1. Kaji ulang reaksi yang Akibat hopitalisasi pada anak usia sekolah
terjadiakibat akan menimbulkan reaksi regresi,
hospitalisasi negativisme, depresi, cemas dan deniel
2. Kaji aktif\vitas yang
Membantu dalam menentukan pilihan
disenangi oleh klien
intervensi
3. Ajak klien bermain ssuai
toleransi Bermain merupakan aspek yang penting
bagi kesehatan menal, emosional dan social
Resti
perdarahan
SISTEM PERKEMIHAN
Darah :
1. Hb. : menurun pada adanya anemia.
2. Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti peningkatan
kerapuhan/penurunan hidup.
3. PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena penurunan
kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan hasil akhir metabolisme.
4. BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1
5. Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan urine.
6. Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan
selular ( asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).
7. Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi.
8. Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
9. Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
10. Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein
melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan penurunan
sintesis,karena kekurangan asam amino esensial
11. CT.Skan
12. MRI
13. EKG mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam/basa.
Penatalaksanaan Gagal Ginjal Akut
Pengkajian
a. Identitas pasien : biodata, umu, jenis kelamin, agama, sttaus
perkawinan,suku bangsa, pendidikan, alamat, oekerjaan,tg
masuk rumah sakit, dx medis
b. Keluhan pasien
Jumlah urine sedikit, pucat ( anemis ), mual, muntah, dan tidak
nafsu makan, nafas berat bila banyak minum, atau melakukan
keeja berat, merasa sangat lemah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan dahulu
e. Riwayat njkesehatan keluarga
f. Pemeriksaan fisik
- Kepala
- Muka
- Mata
- Telinga
- Hidung
- Mulut dan faring
- Leher