Anda di halaman 1dari 20

PENGKAJIAN

STATUS
KOGNITIF
OUTLINE

 Background

 Lansia dan Fungsi


Kognitif

 Pengkajian SPMQ
Background
 Tahun 2050 diperkirakan negara yang memiliki jumlah lansia lebih dari 10
juta orang sebanyak 33 negara dan 22 diantaranya merupakan negara
berkembang (Badan Pusat Statistik, 2021).

 Di Indonesia angka lansia pada tahun 2020 sebanyak 26,82 juta jiwa/
9,92%, sehingga Indonesia tengah dalam proses peralihan menuju kondisi
penuaan penduduk, apabila jumlah penduduk sudah melebihi 10 persen
maka menjadi negara berstruktur penduduk tua (aging population) (Badan
Pusat Statistik, 2021).

 Saat ini Indonesia memiliki enam provinsi dengan persentase jumlah lansia
lebih dari 10%. Posisi pertama diduduki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta
(14,75%) dan posisi ke-6 yaitu Sumatera Barat (10,07%) (Badan Pusat
Statistik, 2021).
Lansia dan Fungsi Kognitif
 Fungsi kognitif berfungsi untuk mempertahankan agar tubuh dapat
menjaga vaskularisasi ke otak.

 Merupakan suatu upaya dalam proses menuju masukan sensoris


(visual, auditorik, dan taktil) sebagai dilakukan pengeditan,
pengolahan, dan penyimpanan yang akan dimanfaatkan untuk
hubungan interneuron secara baik agar seseorang dapat melakukan
penalaran terhadap pemasukan sensoris tersebut (Pramadita, Wati, &
Muhartomo, 2019).

 Jika fungsi kognitif lansia tersebut baik maka dapat merespon


dengan cepat apabila terdapat stimulus.
Lansia dan Fungsi Kognitif
 Penelitian yang dilakukan oleh (Mongisidi, 2019) lansia dengan
riwayat pendidikan kurang dari sembilan tahun, merokok,
penderita diabetes melitus dan stroke dapat mengalami
penurunan pada fungsi kognitif.

 Perubahan pada fungsi kognitif dapat mengakibatkan penilaian


dan pengambilan keputusan yang buruk, penurunan fungsi
utama, perhatian, dan kecepatan dalam pemprosesan, serta
penurunan dalam penalaran dan kemampuan verbal (Woo et al.,
2017).
Lansia dan Fungsi Kognitif
 Angka kejadian gangguan kognitif pada lansia menurut WHO
(2020) sebanyak 47.5 Juta, dan diperkirakan pada tahun 2030
meningkat menjadi 75.6 Juta, dan 2050 diprediksi mencapai
135,46 Juta (Pramadita et al., 2019).

 Menurut Paula et al (2019) penurunan fungsi kognitif dapat


menyebabkan lansia beresiko mengidap demensia, penurunan
mobilitas, dan kejadian jatuh.

 Hal ini terjadi karena kemunduran fungsi kognitif yang


menyebabkan penurunan konsentrasi pada lansia
Lansia dan Fungsi Kognitif
 WHO mencatat penurunan fungsi kognitif lansia diperkirakan
terjadi pada 121 juta jiwa dan lebih banyak terjadi pada
perempuan.

 Mudah lupa (forgetfulness)bentuk gangguan kognitif yang


paling ringan diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut usia yang
berusia 50-59 tahun, 35%-39% terjadi pada usia di atas 65
tahun meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari 80
tahun.

 Mudah lupa ini bisa berlanjut menjadi gangguan kognitif ringan


(Mild Cognitive Impraiment –MCI) sampai ke demensia sebagai
bentuk klinis yang paling berat (Nugroho dan Pratiwi, 2021)
Lansia dan Fungsi Kognitif
 Perubahan mental yang dialami lanjut usia diantaranya perubahan
kepribadian, memori, dan perubahan intelegensi, diantaranya:
perkembangan dunia, pertambahan usia, faktor geografis, jenis
kelamin, kepriadian, stresor sosial, dukungan sosial, dan pekerjaan

 Fungsi kognitif umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf


pusat yang meliputi gangguan suplai oksigen ke otak,
degenerasi/penuaan, penyakit alzheimer dan malnutrisi.

 Masalah utama yang sering dihadapi lansia dengan perubahan mental


(gangguan kognitif) diantaranya gangguan orientasi waktu, ruang,
tempat dan tidak mudah menerima hal/ide baru (Ramli dan Nurfadilah,
2020)
Lansia dan Fungsi Kognitif
 Salah satu upaya untuk mencegah penurunan fungsi kognitif
butuh peran perawat dan keluarga dalam membantu lansia
dengan menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya,
saling bersosialisasi dan selalu mengadakan kegiatan yang
bersifat kelompok.

 Beberapa faktor risiko terjadinya gangguan fungsi kognitif


adalah usia, gender, ras, genetik, tekanan darah, payah jantung,
aritmi jantung, diabetes melitus, kadar lipid dan kolesterol,
fungsi tiroid, obesitas, nutrisi, alkohol, merokok dan trauma
Lansia dan Fungsi Kognitif
 Pengkajian Short Mental StatusQuestionnaire (SPMSQ) adalahuntuk menilai
fungsi intelektual maupun mental dari lansia sehingga dapat diketahui ada
atau tidaknya defisit otak organik pada pasien lansia.

 Pengkajian yang akurat pada lansia merupakan hal yang sangat penting
terutama pengkajian terhadap perubahan status kognitif.

 Penggunaan alat pengkajian yang baku untuk mengevaluasi semua aspek


kognitif salah satunya adalah Short Portable Mental Status Questionnaire
(SPMSQ)

 Alat ini memberikan skor numeric yang dapat dipantau dari waktu ke waktu
untuk membantu pengenalan dini perubahan yang samar. Namun" agar dapat
bermanfaat" alat tersebut harus digunakan dengan benar secara
berkelanjutan
Kemunduran memori fisiologis
 Mudah lupa (forgetfulness) bisa terjadi pada :

 Proses otak menua (fisiologis)

 Proses penyakit otak a.l.alzheimer (patologis)

 Gangguan mengingat informasi, kembali (recall)

 Gangguan mengeluarkan apa yang tersimpan dalam


memori (retrieval)

 Dapat dibantu dengan memberikan isyarat (clue)


Kemunduran memori fisiologis
Mudah Lupa Ringan Benign senescent forgetfulness (BSF)

 Terkait usia tua

 Gangguan mengingat kembali (recall) masih fisiologis,


misalkan; lupa nama teman, nama presiden pertama RI

 Lupa menaruh benda, lupa janji

 Lupa nama orang, wajah, lupa nama benda, lupa nama


peristiwa, dll

 Aktivitas sehari-hari normal, fungsi kognisi lainnya normal


Kemunduran memori fisiologis
 Gangguan kognitif ringan

 Gangguan memori lebih berat, mudah lupayang lebih parah


dan agak lama.

 Fungsi kognitif lainnya secara umum masihbaik.

 Dapat melakukan aktivitas dasar sehari- hari,

 Aktivitas yang Komplek mulai terganggu 10 – 12%

 Test fungsi kognisi dan memori dibawah ratarata


Kemunduran memori fisiologis
MCI (MILD COGNITIVE IMPAIRMENT)

 Ada gangguan memori Kognitif

 Risiko tinggi untuk menjadi Alzheimer (setelah ± 4 tahun


50% menjadi demensia)

 Patologis : sudah ada gangguan di hipokampus otak yang


mengurus memori

 Di korteks ada bercak-bercak amiloid difus


Kriteria Diagnosis
 Pasien melapor sendiri atau orang lain yg menyaksikan kemunduran
memori/kognitif, dibanding keadaan sebelumnyaa.

 Aktvitas hidup sehari-hari (Activity Daily Living = ADL) masih baik

 ADL yg kompleks (Instrumental Activity Daily Living = IADL) mulai


terbatas

 Mini Mental Status Examination (MMSE) tidak terganggu, sesuai


pendidikan dan umur

 Adanya gangguan memori atau kognitif lainnya harus dibuktikan


dengan skor yang sudah baku

 Belum ada gangguan untuk didiagnosis sebagai demensia


Kriteria Diagnosis
Kriterianya : minimal ada 2 dari gejala sebagai berikut :

 Tersesat bepergian

 Kemunduran pekerjaan yg disaksikan teman sekerja

 Kesulitan menyebut nama atau kata, sedangkan temannya tidak


kesulitan

 Sedikit materi yg diingat setelah membaca satu bab buku

 Sulit mengingat nama orang yg baru diperkenalkan

 Kehilangan atau salah menaruh barang berharga

 Gangguan konsentrasi yang nyata pada tes klinis


Kriteria Diagnosis
Diagnosis MCI dipastikan setelah :

 Mewawancarai teman/ anggota keluarga berkenaan fungsi


intelek

 Memeriksa pasien mencari gangguan kognitif secara objektif

 Menyingkirkan gangguan psikiatrik, kerusakan otak seperti


stroke, tumor atau efek obat-obatan
Short Portable Mental Status Questionaire
Short Portable Mental Status Questionaire

 Interpretasi:
 Kesalahan 0-2; Fungsi Intelektual Utuh

 Kesalahan 3-4; Kerusakan Intelektual Ringan


 Kesalahan 5-7; Kerusakan Intelektual Sedang

 Kesalahan 8-10; Kerusakan Intelektual Berat


Thank you

Anda mungkin juga menyukai