DIAJUKAN OLEH
RICHARD HENDARTO
NIM: 041111080
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Yesus
arahan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sangat besar kepada berbagai pihak
1. Dr. Wisnu Wibowo, SE., M.si. selaku dosen pembimbing yang telah
4. Drs. Ec. Tri Haryanto, MP., Ph.D. selaku Ketua Program Studi S1
Airlangga Surabaya.
5. Prof. Dr. Dian Agustia, SE., M.Si., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
6. Nurul Istifadah, SE., M.Si. selaku dosen wali, terima kasih atas bimbingan
Universitas Airlangga.
8. Keluarga penulis, Papa, Mama, Iik, Steven & Sofy, Ricky & Lisa, dan
9. Teman-teman.
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata,
besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan pembaca.
Penulis,
Richard Hendarto
NIM : 041111080
ABSTRAK
SKRIPSI SARJANA EKONOMI
JUDUL :
ISI :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah uang
beredar (M2), yield obligasi, dana pihak ketiga, non-performing loans kredit
investasi, dan suku bunga kredit investasi terhadap kredit investasi di Indonesia.
Data yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2013 hingga tahun 2017
dengan metode analisis Vector Error Correction Model (VECM). Hasil estimasi
VECM menunjukkan bahwa jumlah uang beredar (M2), yield obligasi, dana pihak
ketiga, non-performing loans kredit investasi, dan suku bunga kredit investasi
mempengaruhi kredit investasi dalam jangka panjang. Hasil impulse response
menunjukkan bahwa shock jumlah uang beredar (M2), dana pihak ketiga, non-
performing loans kredit investasi direspons positif oleh kredit investasi,
sedangkan shock yield obligasi dan suku bunga kredit investasi direspons negatif
oleh kredit investasi.
Kata Kunci : M2; yield obligasi; dana pihak ketiga; non-performing loans kredit
investasi; suku bunga kredit investasi; kredit investasi; VECM
ABSTRACT
GRADUATE ECONOMICS THESIS
TITLE :
THE ANALYSIS EFFECTS OF M2, BOND YIELDS, THIRD PARTY FUNDS,
NON-PERFORMING INVESTMENT LOANS,AND INVESTMENT LOANS
RATES ON INVESTMENT LOANS
CONTENT :
The purpose of this research is to analyze the effect of broad money
(M2), bond yields, third party funds, non-performing investment loans, and
investment loans rates on investment loans in Indonesia. This research uses
monthly data from 2013-2017 with Vector Error Correction Model (VECM)
analysis. VECM result shows that broad money (M2), bond yields, third party
funds, non-performing investment loans, and investment loans rates do affect
investment loans in long-term. The results of impulse response indicate that the
shock of money supply (M2), third party funds, non-performing investment loan
loans are positively responded by investment loans, whilst bond yields and
investment loans rates were negatively responded by investment loans.
Keywords : M2, bond yields, third party funds, non-performing investment loans,
investment loans rates, investment loans, VECM
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
DECLARATION................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.......................................................................................... vi
ABSTRAK........................................................................................................... viii
ABSTRACT........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
2.1.1 Kredit................................................................................................. 10
2.1.5 Obligasi.............................................................................................. 21
2013-2017......................................................................................... 54
2017................................................................................................... 58
2013-2017.......................................................................................... 60
4.4 Pembahasan.......................................................................................... 73
5.1 Simpulan............................................................................................... 76
5.2 Saran..................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 78
LAMPIRAN........................................................................................................ 80
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
suatu negara, dimana untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
sumber pembiayaan pembangunan yang tersedia, baik yang bersumber dari pihak
swasta dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN), serta dari dana yang dihimpun oleh pihak perbankan.
oleh penyaluran kredit perbankan. Bank dalam hal ini melakukan sebuah konsep
dari sumber liabilitas jangka pendek untuk membiayai aset jangka panjang dalam
diberikan oleh pihak perbankan dalam jangka menengah dan jangka panjang,
untuk membiayai pembelian dan penambahan barang atau modal kerja dalam
adanya kredit investasi, penambahan aset atau barang modal otomatis menjadi
lebih mudah. Dan selanjutnya hal tersebut akan mendorong laju perekonomian
pada sektor riil dengan adanya perluasan lapangan pekerjaan maupun dengan
peningkatan output.
pihak perbankan perlu menyiapkan dana apabila terjadi penarikan liabilitas jangka
karena pergerakan perekonomian pada sektor riil menjadi terhambat dan dalam
Industri Pengolahan
Konstruksi
100
Mei-16
Okt-16
Mar-17
Agu-17
Jun-13
Jan-13
Nov-13
Des-15
Sep-14
Feb-15
Jul-15
Jasa
sektor industri, sektor perdagangan, dan sektor pertanian pada kuartal kedua.
perlambatan.
terkait (Gambar 1.1). Pada tahap awal, sektor yang terkena dampak terbesar
sektor perdagangan sebagai second round effect dari penurunan harga komoditas,
effect yang terjadi menyebabkan perlambatan kredit yang lebih dalam dibanding
2015).
Selama tahun 2016 hingga tahun 2017, kredit investasi tumbuh melambat
kredit investasi hanya mengalami peningkatan sebesar 8,6% dan pada tahun 2017
15%
10%
5%
0%
-5%
Apr-13
Okt-13
Apr-14
Okt-14
Apr-15
Okt-15
Apr-16
Okt-16
Apr-17
Okt-17
Jan-13
Jan-14
Jul-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jul-13
Jul-15
Jul-16
Jul-17
dengan kredit konsumsi dan kredit modal kerja (Gambar 1.3). Faktor yang
industri perbankan lebih didominasi oleh dana-dana jangka pendek, sehingga sulit
bagi pihak perbankan untuk menyalurkan kredit investasi dengan jangka panjang
karena adanya risiko mismatch. Rendahnya tingkat partisipasi dana pensiun dan
asuransi juga menjadi faktor lain rendahnya jumlah kredit investasi yang
2500
2000
Dalam Triliun Rupiah
1500
Kredit Modal Kerja
500
0
Mei-13
Mei-14
Mei-15
Mei-16
Mei-17
Jan-13
Jan-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Sep-13
Sep-14
Sep-15
Sep-16
Sep-17
dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Faktor penawaran yakni dari faktor
bank itu sendiri seperti non-performing loans (tingkat kredit macet), tingkat
modal, dan tingkat suku bunga kredit investasi yang ditawarkan. Faktor
Perkembangan jumlah uang beredar (M2) merupakan salah satu indikator makro,
bank dapat menghimpun lebih banyak dana dari masyarakat (DPK). Dana tersebut
dana tersebut selain disalurkan dalam bentuk kredit, oleh bank disalurkan pada
bank pada obligasi merupakan faktor lain yang ikut mempengaruhi bank dalam
bergantung pada tinggi rendahnya tingkat yield obligasi yang dihasilkan. Semakin
rendah yield obligasi, maka bank akan cenderung untuk menyalurkan dananya
dalam bentuk kredit. Sebaliknya bila pendapatan dari yield obligasi lebih tinggi
Oleh sebab itu, baik jumlah uang beredar (M2), dana pihak ketiga, non-
performing loans kredit investasi, suku bunga kredit investasi, maupun yield
Sehingga penyaluran kredit investasi dapat berjalan dengan baik dan selanjutnya
berkesinambungan.
1. Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar (M2), yield obligasi, dana pihak
ketiga, non-performing loans kredit investasi, dan suku bunga kredit investasi
1. Untuk menganalisis pengaruh jumlah uang beredar (M2), yield obligasi, dana
pihak ketiga, non-performing loans kredit investasi, dan suku bunga kredit
seberapa besar pengaruh jumlah uang beredar (M2), yield obligasi, dana pihak
ketiga, non-performing loans kredit investasi, dan suku bunga kredit investasi
penulisan.
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat
Bab ini berisi landasan teori dari buku maupun jurnal ekonomi yang
definisi operasional, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta
Bab ini berisi gambaran umum mengenai subyek dan obyek penelitian,
pembahasan.
BAB 5 KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang ditarik secara garis
besar oleh penulis dan saran bagi institusi pengambil kebijakan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Kredit
Undang Pokok Perbankan No. 14 tahun 1967 bab 1 pasal 1 C menyatakan bahwa :
a. Memberikan kemudahan cash flow pada nasabah sehingga dapat lebih leluasa
a. Kredit Konsumtif
b. Kredit Produktif
Merupakan jenis kredit yang digunakan untuk keperluan produksi atau usaha.
Dengan kata lain, kredit ini digunakan oleh nasabah sebagai dana untuk
Contohnya, adalah Kredit Modal Kerja (Working Capital Credit) dan Kredit
Jenis kredit ini merupakan kredit yang ditujukan kepada nasabah yang
konteks ini, modal kerja adalah dana yang tertanam atau terikat pada aktiva
lancar adalah uang tunai dan aktiva lain (seperti surat berharga, piutang, dan
persediaan barang) yang dapat dicairkan dalam waktu kurang dari satu tahun.
adalah bangunan tempat usaha, pembelian tanah, kendaraan, dan aktiva tetap
lainnya. Jenis kredit ini pada umumnya merupakan kredit jangka menengah
yang bertujuan untuk pembelian barang modal dan jasa yang diperlukan untuk
membiayai kebutuhan dunia usaha dalam pengadaan atau pembelian aktiva tetap,
yaitu alat atau sarana yang tidak habis dipakai dalam satu siklus usaha. Misalnya,
produktif lainnya.
merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah yang bertujuan untuk pembelian
aktiva tetap, serta memiliki jangka waktu menengah hingga jangka panjang.
Adapun beberapa spesifikasi dari Kredit Investasi yang dikemukakan oleh Bank
a. Jangka waktu atau jatuh tempo kredit relatif panjang, yakni lebih dari 1 tahun.
a. Feasibility Report
Feasibility report dibuat oleh biro konsultan bagi setiap permohonan kredit
investasi di atas Rp. 60 juta. Biro konsultan tersebut harus ditunjuk oleh bank
(bukan pemohon kredit) atas dasar sebuah surat perjanjian kerja yang disertai
aspek-aspek teknis, marketing, serta financial prospect dari proyek yang akan
dibiayai.
b. Laporan Akuntan
kantor akuntan terdaftar yang memiliki izin usaha dengan melampirkan surat
perjanjian kerja serta terms of reference. Laporan akuntan harus dibuat dan
berlangsung.
dari jenis kredit lain yang disalurkan oleh Bank Umum. Beberapa ketentuan itu
b. Debitur mempunyai izin-izin usaha, misalnya SIUP, TDP, dan lain-lain sesuai
d. Penarikan kredit harus dilakukan sesuai dengan jadwal penarikan yang telah
dan profitabilitas dari berbagai tipe pinjamannya, stabilitas dana pihak ketiga,
pengalaman personel bank, kebutuhan kredit dari daerah yang dilayani. Menurut
Juda Agung, dkk (2001) menyatakan bahwa penawaran kredit ditentukan oleh
menawarkan kredit seperti tingkat bunga, rasio modal terhadap aset, dan non-
a. Tingkat harga
Dengan meningkatnya upah dan harga maka akan mendorong individu untuk
sebelumnya dan orang yang telah menyediakan kredit telah memegang piutang,
pinjaman di masa mendatang dengan nilai riil yang lebih rendah dibanding saat
uang tersebut dipinjamkan. Hal ini dapat menyebabkan penawaran kredit baru
b. Pendapatan riil
karena baik individu maupun perusahaan akan menabung lebih banyak dan
kredit. Jumlah penawaran kredit akan naik bila tingkat suku bunga meningkat.
terhadap penawaran kredit. Hal ini disebabkan karena investor akan cenderung
kredit. Pada tingkat bunga yang sama, tingginya inflasi yang diharapkan akan
f. Kebijakan moneter
adalah menurunnya kualitas debitur, tingginya suku bunga kredit, serta adanya
resiko bisnis (Juda Agung, dkk, 2001). Faktor lainnya yang mempengaruhi
atau investasi, sehingga permintaan kredit untuk investasi otomatis juga menurun.
yang tinggi.
kredit. Selain itu, tingginya resiko dalam sektor bisnis menyebabkan bank menjadi
kredit. Indikator yang menggambarkan tingginya resiko bisnis adalah dilihat dari
ditukarkan dengan benda lain, dapat disimpan, dapat digunakan untuk menilai
benda lain, dan juga dapat digunakan untuk membayar utang di waktu yang akan
datang. Dengan kata lain, uang merupakan suatu benda yang pada dasarnya dapat
berfungsi sebagai :
Uang sebagai satuan hitung (unit of account) adalah uang yang dapat
Uang sebagai alat transaksi atau alat tukar adalah uang yang dapat diterima
nilai keseluruhan uang yang ada di tangan masyarakat dan beredar dalam sistem
perekonomian suatu negara, dimana terdiri dari uang primer atau uang inti (M0),
uang beredar dalam arti sempit (M1), dan uang beredar dalam arti luas (M2).
Uang primer atau uang inti (M0) adalah uang kertas dan uang logam
M0 = C + R ........................................................................................ (2.1)
Dimana :
Uang beredar dalam arti sempit (M1) adalah uang kertas dan uang logam
M1 = C + D ....................................................................................... (2.2)
Dimana :
Uang beredar dalam arti luas (M2) adalah M1 ditambah uang giral
(demand deposit).
M2 = M1 + TD .................................................................................. (2.3)
Dimana :
a. Pengertian terbatas
Adalah uang kartal ditambah dengan uang giral yang dimiliki oleh
b. Pengertian Luas
1. Uang Kartal
Uang kartal atau M1 menurut Bank Indonesia adalah uang kartal dipegang
2. Uang giral
3. Uang kuasi
Uang kuasi atau quasy money adalah uang yang tidak bisa digunakan setiap
saat karena sifatnya tidak likuid dan penggunaannya terikat oleh waktu.
adalah kekayaan keuangan yang tidak likuid karena tidak dapat untuk
membeli barang dan jasa secara langsung, tetapi harus ditukarkan ke bank
umum atau lembaga keuangan. Uang beredar menurut pengertian yang luas
4. Surat Berharga
(SBI); dan Surat Berharga Negara (SBN), yang terdiri dari Surat Utang
Negara termasuk ZCB (Zero Compount Bond) dan ORI (Obligasi Ritel
Ritel.
2.1.5 Obligasi
tangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan
berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang
telah ditentukan kepada kepada pihak pembeli obligasi tersebut (Bursa Efek
utang yang diterbitkan oleh perusahaan swasta atau pemerintah kepada investor
dimana terdapat perjanjian untuk membayar sejumlah uang pada waktu jatuh
tempo ditambah dengan tingkat bunga periodik tertentu berdasarkan nilai obligasi.
Emisi obligasi dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu dari emiten maupun dari
sisi investornya (Warsono, 1997). Dari sisi emiten, emisi obligasi merupakan
salah satu altenatif pendanaan yang relatif lebih murah dibandingkan dengan
pinjaman ataupun kredit bank. Dari sisi investor, emisi obligasi merupakan
berupa kupon bunga yang dibayar secara reguler dengan tingkat bunga yang
kompetitif serta pokok utang yang dibayar secara tepat waktu pada saat jatuh
1. Pendapatan tetap
Pendapatan tetap yang diterima dari investasi obligasi berupa kupon dan
Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menarik minat investor untuk
maka pemegang obligasi sebagai kreditur memiliki hak klaim pertama atas
saham mendapat bagian atas aset perusahaan jika obligasi sudah terbayar
melunasi semua obligasi yang beredar. Oleh karena itu, investasi obligasi
dan saham juga memiliki risiko, tetapi risiko obligasi relatif lebih kecil jika
3. Konversi saham
saham. Konversi ini hanya dapat dilakukan pada jenis obligasi convertible
1. Default risk
ditetapkan dalam kontrak obligasi. Risiko default dapat dinilai dari gagal
bayar kupon dan pokok obligasi. Dampak yang ditimbulkan dari risiko
obligasi dari investor sebelum waktu jatuh tempo. Emiten yang membeli
kupon yang lebih rendah dari obligasi yang telah dibeli sebelumnya.
Risiko ini akan muncul pada obligasi yang dibeli dalam satuan mata uang
negara lain. Contohnya jika investor membeli obligasi pada satuan dolar AS
maka kupon yang diterima juga dalam bentuk dolar AS. Apabila kondisi
ekonomi semakin menguatkan nilai rupiah maka kupon yang akan diterima
Investor akan menghitung seberapa besar pendapatan investasi atas dana yang
dibelikan obligasi tersebut menggunakan alat ukur yield. Salah satu cara untuk
to maturity yang menghitung penghasilan yang diperoleh investor jika nilai pokok
Dimana :
C : Coupon
dana yang berhasil dihimpun oleh pihak perbankan yang bersumber dari
masyarakat luas. Dana tersebut dapat berupa tabungan (saving deposit), deposito
dana perbankan. Penggunaan dana untuk penyaluran kredit ini mencapai 70%-
80% dari volume usaha bank. Oleh karena itu sumber pendapatan utama bank
berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk bunga. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga
intermediasi antara unit surplus dan unit defisit, penyaluran kredit memberikan
spread yang pasti besarnya pendapatan dapat diperkirakan, dan sumber utama
bank berasal dari dana masyarakat sehingga secara moral bank harus menyalurkan
(Budi Santoso dan Triandaru, 2006:96), meliputi : dana sendiri atau dana pihak
pertama, dana pinjaman atau dana pihak kedua, dan dana dari deposan atau dana
pihak ketiga, dan sumber dana lain. Dana pihak ketiga yang disimpan dalam bank
terdiri dari demand deposits (giro), time deposits (deposito berjangka), dan saving
deposits (tabungan).
dapat dicairkan pada saat jatuh tempo oleh pihak yang namanya tercantum
dalam bilyet deposito. Penarikan sebelum jatuh tempo akan dikenakan biaya
dengan menerbitkan cek untuk penarikan tunai dan bilyet giro untuk
tertentu yang disepakati, tidak dengan cek atau bilyet giro atau alat lain yang
dengan buku tabungan, cash card (kartu ATM), dan kartu debet.
rasio dari Non-Performing Loan (NPL). NPL merupakan rasio yang dipergunakan
rendah pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Sebaliknya jika rasio NPL
semakin tinggi, mengindikasikan bahwa jumlah kredit bermasalah dari suatu bank
semakin meningkat sehingga risiko kredit yang ditanggung semakin besar. Karena
itu, dalam kondisi NPL yang tinggi tersebut, perbankan lebih cenderung untuk
bank berapor biru, maka setiap bank wajib menjaga NPL-nya dibawah 5%
(Infobank, 2004).
Adapun persamaan rasio NPL sesuai dengan yang terdapat pada Statistik
Perbankan Indonesia (2006), adalah sebagai berikut :
Dimana :
dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari
bunga. Tingkat Suku bunga merupakan unsur pokok dalam investasi karena
tingkat suku bunga merupakan biaya dari investasi itu sendiri. Dalam konsep
ekonomi makro, tingkat suku bunga ada dua yaitu, tingkat suku bunga nominal
dan tingkat suku bunga riil. Tingkat suku bunga nominal adalah rate yang terjadi
di pasar sedangkan tingkat suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat
kredit akan mempengaruhi jumlah kredit dan tingkat bunga. Tinggi rendahnya
perbankan karena biaya atas penggunaan loanable funds tinggi. Sebaliknya, ketika
tingkat bunga rendah masyarakat akan mengajukan pinjaman kepada bank, karena
kelehihan penawaran uang yang terjadi akibat adanya excess supply, pencetakan
dari kiri bawah ke kanan atas yang mencerminkan hubungan positif antara tingkat
bunga dan penawaran kredit. Semakin tinggi tingkat bunga, maka akan semakin
besar dana yang disalurkan dalam bentuk kredit, karena keuntungan yang
diperoleh oleh pihak bank semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, jika tingkat
bunga semakin rendah maka semakin rendah pula keuntungan yang akan
diperoleh pihak bank sehingga dana yang disalurkan pun rendah (Gambar 2.1).
mempunyai kemiringan (slope) negatif, bergerak turun dari kiri atas ke kanan
bunga dengan permintaan kredit. Bila tingkat bunga rendah, permintaan kredit
pinjaman kredit. Begitu pula sebaliknya jika tingkat bunga tinggi maka
pinjaman kredit.
antara kurva penawaran kredit dengan kurva permintaan kredit yang ditunjukkan
menyebabkan masalah adverse selection dan moral hazard lebih hebat. Karena
nilai bersih yang rendah mempunyai arti bahwa peminjam memiliki jaminan
dana bank dalam proyeksi investasi yang berisiko tinggi. Kebijakan moneter
investasi (I) dan pendapatan nasional (Y) karena menurunkan masalah adverse
Kebijakan moneter (M) yang ekspansif akan menurunkan tingkat suku bunga
cash flow. Dalam keadaan ini, likuiditas rumah tangga dan perusahaan menjadi
naik dan memudahkan bagi pemberi pinjaman untuk mengetahui pihak yang
I Y
moneter yang berpengaruhi pada tingkat harga umum. Kebijakan moneter yang
adverse selection dan moral hazard. Hal ini meningkatkan pinjaman sehingga
I Y
Ketika nilai surat- surat berharga meningkat maka nilai aset keuangan juga
juga meningkat karena konsumen berada pada posisi keuangan yang aman.
1. George A. Kahn
merujuk pada penelitian George A. Kahn “Does More Money Mean More Bank
Loans ?” yang menganalisis hubungan antara jumlah uang beredar (M2, M3)
dengan jumlah kredit yang disalurkan di Amerika Serikat selama kurun waktu
dimana semakin besar jumlah uang beredar maka jumlah kredit yang disalurkan
tentang fenomena credit crunch di Indonesia pasca krisis dari sisi penawaran
secara makro dan mikro. Dalam kajian empiris secara makro dengan estimasi
bunga kredit, rasio modal bank terhadap aset yang merupakan proxy dari CAR,
dan NPL. Di sisi lain, permintaan kredit ditentukan oleh GDP riil dan suku bunga
kredit. Sementara itu, kajian empiris secara mikro menggunakan data panel
individual perbankan.
credit crunch). Hal ini terutama diakibatkan persoalan permodalan yang dihadapi
bank setelah terjdinya krisis, tingginya NPL, tingginya risiko kredit dunia usaha,
serta metode estimasi yang hampir sama dengan Juda Agung, dkk (2001).
Penelitian ini mengasumsikan bahwa permintaan kredit tidak selalu sama dengan
periode.
beberapa bulan pasca krisis) ditandai dengan excess demand, sehingga dapat
disimpulkan bahwa penurunan kredit yang terjadi pada periode tersebut lebih
menyalurkan kredit. Kedua, pada periode pasca krisis tahun 1999 hingga 2003
disimpulkan bahwa penurunan kredit yang terjadi pada periode tersebut ternyata
lebih disebabkan oleh masih lemahnya permintaan kredit. Hal ini merupakan
dkk (2008) untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antara tingkat suku bunga,
jumlah ekspor, dan perubahan nilai tukar rupiah terhadap tingkat kredit perbankan
dan tiga jenis kredit perbankan yakni, kredit modal kerja, kredit konsumsi, dan
kredit investasi yang menggunakan data historis dari periode kuartal I 2002
mempengaruhi jumlah kredit maupun ketiga jenis kredit modal kerja, kredit
konsumsi, dan kredit investasi. Meski demikian, hasil penelitian diketahui juga
walaupun tiga variabel makro tersebut memiliki pengaruh yang sama terhadap
tiga jenis kredit tersebut, tetapi besarnya pengaruh terhadap masing- masing jenis
terhadap perubahan jumlah ekspor dan perubahan nilai tukar, kredit investasi
memiliki pengaruh terbesar terhadap perubahan tingkat suku bunga, dan kredit
1. Diduga terdapat pengaruh positif antara antara jumlah uang beredar (M2) dan
kredit investasi, dan suku bunga kredit investasi terhadap kredit investasi di
Indonesia.
VECM (Vector Error Corection Model). VECM merupakan bentuk VAR yang
terestriksi, dan juga dalam VECM seluruh variabel diperlakukan secara endogen
(Hoffman dan Rasche, 1997). Dalam analisis metode VECM, langkah awal yang
dilakukan adalah uji stasioneritas, untuk mengetahui data tersebut stationer apa
tidak. Jika data stasioner pada tingkat level maka menggunakan model VAR.
Sebaliknya jika data tidak stasioner pada level tetapi stasioner pada proses
dalam jangka panjang atau tidak dengan melakukan uji kointegrasi. Apabila
Correction Model (VECM). Persamaan model VECM dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Dimana :
ε : Error term
• M2
• Yield Obligasi ● Landasan Teori
• DPK ● Hipotesis ● Kredit Investasi
• NPL Kredit Investasi
● Estimasi VECM
• Suku Bunga Kredit
Investasi
BAB 3
METODE PENELITIAN
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kredit investasi,
ketiga ( DPK), non-performing loans kredit i nvestasi, t ingkat s uku bunga kr edit
Kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau jangka panjang yang
pendirian usaha baru. Data yang digunakan merupakan jumlah kredit investasi
yang disalurkan oleh bank umum di Indonesia yang dinyatakan dalam triliun
rupiah periode tahun 2013 hingga 2017 dalam bulanan. Data diperoleh dari
Republik Indonesia.
Jumlah uang beredar (M2) merupakan penjumlahan dari M1 dan Uang kuasi.
Uang kuasi adalah uang yang tidak diedarkan. Uang kuasi ini terdiri atas
deposito berjangka, tabungan dan rekening valuta asing milik swasta domestik.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data bulanan M2 periode
tahun 2013 hingga 2017 yang dinyatakan dalam triliun rupiah. Data diperoleh
dari Divisi Statistik Moneter dan Fiskal yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Yield obligasi merupakan imbal hasil atau return yang diperoleh investor dari
penelitian ini data yang digunakan adalah data yield bulanan obligasi Indonesia
tenor 5 tahun periode tahun 2013 hingga 2017 yang dinyatakan dalam persen.
Data diperoleh dari data historis market obligasi Indonesia yang diterbitkan
Dana pihak ketiga merupakan seluruh dana yang berhasil dihimpun oleh pihak
perbankan yang bersumber dari masyarakat luas dalam bentuk deposito, giro,
dan tabungan. Data yang digunakan adalah data dana pihak ketiga (DPK) yang
dihimpun oleh bank umum di Indonesia dalam bentuk bulanan yang dinyatakan
dalam triliun rupiah. Data diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia periode
tahun 2013 hingga 2017 yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan
Republik Indonesia.
investasi dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet dengan total
kredit investasi yang disalurkan. Dalam penelitian ini data yang digunakan
adalah data bulanan non-performing loans kredit investasi yang disalurkan oleh
bank umum di Indonesia periode tahun 2013 hingga 2017 yang dinyatakan
Tingkat suku bunga kredit yang digunakan adalah tingkat suku bunga kredit
investasi nominal (rata- rata tertimbang). Data yang digunakan adalah data
bulanan periode tahun 2013 hingga 2017 yang dinyatakan dalam persen. Data
diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
series) bulanan dari Januari 2013 hingga Desember 2017. Data yang digunakan
diperoleh secara online melalui situs resmi Bank Indonesia, Otoritas Jasa
Keuangan Republik Indonesia, dan trading market Investing serta didukung oleh
manual dan online. Pengumpulan data secara online dilakukan melalui situs web.
(library research) yaitu dengan cara pengumpulan data yang diperoleh dari
literatur-literatur dan buku-buku, surat kabar yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti untuk kemudian diolah kembali agar sesuai dengan tujuan pembahasan
penelitian.
stasioner data adalah uji untuk melihat kestasioneran data time series. Data time
series dikatakan stasioner jika tidak mengandung akar unit (unit root), yang
berarti mean, variance dan covariance konstan sepanjang waktu. Data time series
dikatakan tidak stasioner apabila mengandung akar unit (unit root), dimana mean,
variance dan covariance tidak konstan sepanjang waktu. Pengujian ini dilakukan
Dimana :
α0 : Intersep
: Error term
membandingkan ADFtest statistik Mackinnon Critical Value 1%, 5%, 10%. Bila
ADFtest statistik hitung lebih kecil daripada Mackinnon Critical Value, berarti data
stasioner. Sebaliknya bila ADFtest statistik hitung lebih besar daripada Mackinnon
Critical Value, berarti data tidak stasioner. Bila dari hasil uji stasioneritas
berdasarkan uji ADF diperoleh data seluruh variabel belum stasioner pada level,
maka untuk memperoleh data yang stasioner dapat dilakukan dengan cara
differencing data, yaitu dengan mengurangi data tersebut dengan data periode
Prosedur uji ADF harus dilakukan kembali untuk menguji data first
difference. Jika dari hasil uji ternyata data first difference telah stasioner, maka
dikatakan data time series tersebut stasioner pada bentuk first difference. Jika data
first difference tersebut belum stasioner, maka perlu dilakukan differencing kedua.
Prosedur ini seterusnya dapat dilakukan hingga data stasioner. Jika prosedur yang
dilakukan tidak mendapatkan data yang stasioner, maka data dianggap tidak tepat
1
Akaike Information Criterion (AIC) : −2 (𝑇) + 2(𝑘 + 𝑇) ................. (3.2)
1 log(𝑇)
Schwarz Information Criterion (SIC) : −2 (𝑇) + 𝑘 ..................... (3.3)
𝑇
1 log(𝑇)
Hannan-Quinn Information Criterion (HQ) : −2 (𝑇) + 2𝑘 log ( ) ......... (3.4)
𝑇
Dimana :
𝑇 𝜀"𝜀′
− 2 (1 + log(2𝜋) + log ( )) ; 𝜀"𝜀′ merupakan sum of squared residual
𝑇
T : Jumlah observasi
dipilih kriteria yang mempunyai jumlah dari AIC, SIC, dan HQ paling kecil dari
indikasi awal dari spesifikasi VECM. Dalam penelitian ini, uji kointegrasi
Dimana :
𝜖𝑡 : Vektor inovasi
Dimana :
memiliki < k reduce rank yang mempunyai k matriks α dan β dengan rank ,
melakukan pengujian apakah hasil reduced rank ∏ dapat diterima atau tidak.
menggunakan dua test statistik yang berbeda yaitu trace test (trace) dan maximum
Pengujian kointegrasi dalam penelitian ini mempunyai dua tujuan utama yaitu :
1. Jika dua atau lebih data time series kointegrasi maka variabel-variabel tersebut
dapat dikatakan mempunyai tren umum yang sama secara jangka panjang.
variabel karena dengan cara lain mereka akan cenderung seperti terpisah satu
sama lain.
2. Jika hipotesis kointegrasi antar data time series ditolak, maka selanjutnya
panjang.
utama adalah mengatasi masalah data time series yang tidak stasioner dan
masalah regresi lancung. Regresi lancung terjadi jika koefisien determinasi cukup
tinggi tetapi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen tidak
mempunyai makna. Selain itu kita dapat mengetahui estimasi jangka panjang
dengan menggunakan lag residual dari regresi yang terkointegrasi dan jangka
pendek antar variabel melalui koefisien standar. Kita dapat mengetahui variabel
apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen utama yang
diamati dengan melihat perbandingan antara nilai t-statistik pada variabel dan
estimasi VECM untuk data time series Xt vektor (p x 1) yang terkointegrasi pada
𝑘
𝑋𝑡 = 𝜇 + 𝛼𝛽′𝑋𝑡−1 + ∑ Γ𝑗 ∆𝑋𝑡−𝑗 + εt ..................................... (3.10)
𝑗=1
Dimana :
sistem
𝛽′𝑋𝑡−1 : Error correction term, yaitu jumlah pemberat pembalik rata-rata pada
Sedangkan model dari penelitian ini terdiri dari kredit investasi (KI),
jumlah uang beredar (M2), yield obligasi (YO), dana pihak ketiga (DPK), non-
performing loans kredit investasi (NPL), dan tingkat suku bunga kredit investasi
(RKI). Dalam model ini terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas dan kointegrasi
berikut :
Dimana :
ε : Error term
yang satu terhadap variabel yang lainnya pada suatu rentang periode tertentu.
Fungsi impulse response dapat melihat lamanya pengaruh dari shock suatu
variabel terhadap variabel lain sampai pengaruhnya hilang atau kembali ke titik
Dimana :
satu terhadap variabel yang lainnya pada suatu rentang periode tertentu. Variance
karena shock Ln_KI, Ln_M2, YO, Ln_DPK, NPL, RKI. Hal ini dapat
BAB 4
pertumbuhan yang c ukup be sar di mana pe nyaluran kr edit l ainnya, yakni kr edit
sebesar 11,4% . Pada pe riode yang s ama, kredit kons umsi ha nya m engalami
12%
10%
8%
Dalam Persen
6%
4%
2%
0%
-2%
-4%
Okt-13
Jan-14
Okt-14
Okt-15
Okt-16
Okt-17
Apr-13
Apr-14
Apr-15
Apr-16
Apr-17
Jan-13
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jul-13
Jul-14
Jul-15
Jul-16
Jul-17
Kredit Modal Kerja Kredit Konsumsi Kredit Investasi
triliun. Peningkatan tersebut tergolong cukup besar karena kredit modal kerja
mengalami peningkatan sebesar 70% atau senilai dengan Rp 912,3 triliun dan
peningkatan kredit konsumsi sebesar 62% atau senilai dengan Rp 529,1 triliun.
2017
bulan Desember 2013 yang mencapai 3,1% (Gambar 4.2). Peningkatan tersebut
4%
3%
2%
Dalam Persen
1%
0%
-1%
-2%
-3%
Apr-13
Okt-13
Apr-14
Okt-14
Apr-15
Okt-15
Apr-16
Okt-16
Apr-17
Okt-17
Jan-13
Jan-14
Jul-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jul-13
Jul-15
Jul-16
Jul-17
Sumber: Bank Indonesia, diolah kembali.
dari M2 masih terjaga. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan M2 yang
meningkat menjadi sebesar 14,3% atau senilai dengan Rp 521 triliun (Gambar
dilakukan oleh pemerintah dan meningkatnya Net Foreign Assets (NFA) pada
paruh pertama tahun 2014 (Gambar 4.3) (Laporan Perekonomian Indonesia 2014).
15%
10%
Dalam Persen
5%
0%
NFA
-5% NDA
-10%
-15%
Mei-13
Mei-14
Mei-15
Mei-16
Mei-17
Sep-14
Jan-13
Jan-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Sep-13
Sep-15
Sep-16
Sep-17
sedangkan dari sisi Net Domestic Assets (NDA) penurunan disebabkan oleh
Pertumbuhan M2 tercatat naik dari 8,9% pada tahun 2015 menjadi 11,3%
tersebut merupakan dampak dari kenaikan cadangan devisa, dimana tahun lalu
Indonesia 2016).
dari 2,8% pada Desember 2016 menjadi -1,4% pada Januari 2017 dan secara
nasional maupun perekonomian global. Sehingga baik Net Foreign Assets (NFA)
2017
cukup fluktuatif. Tercatat imbal hasil obligasi Indonesia tenor 5 tahun mengalami
peningkatan dari 4,73% year to date pada bulan Januari menjadi 8,02% year to
date pada bulan Agustus, sedangkan pada bulan Oktober turun pada level 6,8%
year to date. Pada akhir tahun yield obligasi meningkat kembali, mencatatkan
Pasar obligasi Indonesia yang stabil pada tahun 2014 menyebabkan imbal
hasil obligasi Indonesia tenor 5 tahun bergerak pada kisaran antara 7,6% year to
date hingga 8,2% year to date. Salah satu faktor penyebab stabilnya pasar obligasi
Indonesia selama tahun 2014 adalah karena tingginya suku bunga dibandingkan
dengan tahun lalu yang menyebabkan peningkatan biaya dana dalam pembiayaan,
10%
9%
Dalam Persen
8%
7%
6%
5%
4%
Okt-13
Okt-14
Okt-15
Okt-16
Okt-17
Apr-13
Apr-14
Apr-15
Apr-16
Apr-17
Jan-13
Jan-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jul-13
Jul-14
Jul-15
Jul-16
Jul-17
Pada tahun 2015 imbal hasil obligasi Indonesia tenor 5 tahun secara
keseluruhan menunjukkan tren kenaikan hingga pada kisaran 9,6% year to date
pada bulan September, meskipun terjadi penurunan pada awal tahun yakni pada
kisaran 6,8% year to date. Tren kenaikan imbal hasil obligasi Indonesia tenor 5
tahun tersebut mencerminkan bahwa pasar obligasi selama tahun 2015 mengalami
penurunan.
Sementara itu, selama tahun 2016 imbal hasil obligasi Indonesia tenor 5
pasar obligasi mengalami penurunan yang didorong oleh kinerja pasar obligasi
yang meningkat. Sedangkan pada akhir tahun imbal hasil kembali naik pada level
8,05% yield to date pada bulan November dan 7,5% year to date pada bulan
Pada tahun 2017, imbal hasil obligasi Indonesia tenor 5 tahun masih
obligasi Indonesia tenor 5 tahun berada pada kisaran tertinggi 7,3% year to date
pada bulan Februari dan kisaran terendah 5,93% year to date pada bulan
Desember 2017.
yaitu dana pihak ketiga (DPK), tumbuh sebesar 14,3% atau senilai Rp 458,9
triliun (Gambar 4.5). Pertumbuhan tersebut sebagian besar didominasi oleh giro
tabungan ke deposito sebagai dampak dari kebijakan moneter yang lebih ketat.
15%
13%
10%
8%
5%
3%
0%
2013 2014 2015 2016 2017
yang tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya yakni hanya meningkat 0,2%
menjadi 14,5% year on year. Meskipun dana pihak ketiga (DPK) mengalami
pertumbuhan, funding gap (selisih DPK dan Kredit) justru semakin kecil. Hal
(DPK).
pertumbuhan year on year pada 2015 hanya sebesar 7,5% dan pertumbuhan
bulanan hanya berkisar antara -2,1% hingga 2,2% (Gambar 4.6). Perlambatan
pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tersebut disebabkan upaya pihak bank
bersumber dari dana mahal dalam rangka menjaga tingkat profitabilitas (Laporan
4%
3%
2%
Dalam Persen
1%
0%
-1%
-2%
-3%
Apr-13
Okt-13
Apr-14
Okt-14
Apr-15
Okt-15
Apr-16
Okt-16
Apr-17
Okt-17
Jan-13
Jan-14
Jul-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jul-13
Jul-15
Jul-16
Jul-17
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, berbagai edisi, diolah kembali.
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tercatat naik dari 7,5% pada tahun
2015 menjadi 10,3% pada tahun 2016. Dimana peningkatan terbesar terjadi pada
akhir tahun, yakni pada bulan Nopember sebesar 1,7% dan pada bulan Desember
sebesar 2,2%. Peningkatan DPK tersebut disumbang oleh ekspansi fiskal dan
masuknya dana repatriasi amnesti pajak yang tercermin dari peningkatan giro dan
sebesar 9,6% atau senilai Rp 463,9 triliun dengan peningkatan terutama dalam
bentuk deposito. Besaran pertumbuhan tersebut sedikit lebih kecil dari tahun
Indonesia 2017).
Pada tahun 2013, secara umum risiko kredit investasi masih terjaga,
tercermin dari angka non-performing loans kredit investasi yang berada pada
kisaran rata-rata 1,83% dengan level tertinggi pada bulan Januari yakni 1,92% dan
menurun hingga level 1,71% pada akhir tahun. Hal ini menunjukkan bahwa risiko
meningkat pada kisaran rata-rata 2,27% dengan level tertinggi pada bulan Oktober
yakni 2,71% (Gambar 4.7). Meski terjadi peningkatan, hal tersebut tidak terlalu
kecukupan modal yang cukup tinggi. Disisi lain level risiko kredit tersebut masih
4,0%
3,5%
Dalam Persen
3,0%
2,5%
2,0%
1,5%
Okt-14
Okt-13
Okt-15
Okt-16
Okt-17
Apr-13
Apr-14
Apr-15
Apr-16
Apr-17
Jan-13
Jan-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jul-13
Jul-14
Jul-15
Jul-16
Jul-17
korporasi akibat penurunan pendapatan korporasi dan rumah tangga. Tercatat rata-
rata non-performing loans kredit investasi berada pada kisaran 2,74% dengan
level tertinggi pada bulan Agustus yakni 2,94% (Gambar 4.7). Kondisi ini
yang terjadi dengan menyerap kredit-kredit dengan risiko yang lebih kecil
kisaran rata-rata 3,2% dengan level tertinggi pada bulan Agustus yaitu sebesar
level rata-rata 3,28%, meningkat 0,08% dari tahun sebelumnya. Meskipun berada
pada level rata-rata tertinggi selama 5 tahun terakhir, non-performing loans kredit
investasi mengalami penurunan yang cukup signifikan pada akhir tahun. Hal itu
terlihat dari level tertinggi 3,58% pada bulan Agustus merangkak turun ke level
2,63% pada bulan Desember (Gambar 4.7). Dengan adanya penurunan non-
2017
pada bulan Juni 2013. Namun pada semester kedua, seiring dengan kenaikan BI
Rate, suku bunga kredit investasi mengalami peningkatan sebesar 11,29% pada
bulan Juli hingga 11,83% pada bulan Desember 2013 (Gambar 4.8). Faktor lain
yang memicu peningkatan suku bunga kredit investasi pada semester kedua
adalah karena tingginya permintaan akan kredit investasi pada bulan Juni 2013
Pada tahun 2014, tingkat suku bunga kredit investasi terus mengalami
peningkatan dari 11,93% pada bulan Januari meningkat hingga 12,36% pada
Desember 2014 (Gambar 4.8). Tingkat suku bunga kredit investasi pada bulan
Oktober 2014 merupakan tingkat suku bunga kredit investasi tertinggi selama
(cost of fund) yang ditempuh sejak awal tahun 2015 dengan menurunkan suku
bunga simpanan. Penurunan biaya dana (cost of fund) tersebut diikuti oleh
penurunan tingkat suku bunga kredit. Tercatat dari 12,36% pada bulan Desember
2014, tingkat suku bunga kredit investasi menurun pada tingkat 12,29% pada
bulan Januari 2015 hingga tingkat 12,12% pada bulan Desember 2015 (Laporan
12,5%
12,3%
12,0%
11,8%
11,5%
11,3%
11,0%
10,8%
10,5%
Okt-13
Apr-13
Apr-14
Okt-14
Apr-15
Okt-15
Apr-16
Okt-16
Apr-17
Okt-17
Jan-13
Jan-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jul-13
Jul-14
Jul-15
Jul-16
Jul-17
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, berbagai edisi, diolah kembali.
pada level tertinggi selama 5 tahun terakhir, suku bunga kredit investasi justru
mengalami tren penurunan. Tercatat tingkat suku bunga kredit investasi dari
11,96% pada bulan Januari 2016 menurun hingga 11,21% pada bulan Desember
2016. Faktor yang menyebabkan pihak perbankan untuk tidak menaikkan suku
yang tinggi ialah agar kemampuan debitur untuk membayar utang korporasi
semakin meningkat.
terlihat bahwa dari 11,17% pada awal tahun 2017, tingkat suku bunga kredit
dibandingkan dengan nilai kritis yang dikembangkan MacKinnon. Jika nilai ADFt-
statistik hitung lebih kecil dari MacKinnon Critical Value, maka data dikatakan
stasioner. Sebaliknya, jika nilai ADFt-statistik hitung lebih besar dari MacKinnon
variabel tidak stasioner pada tingkat level-trend and intercept. Hal ini dapat
daripada MacKinnon Critical Value-nya, baik pada derajat kesalahan (α) 1%, 5%,
dan 10%.
Sehingga perlu dilakukan uji akar unit kembali pada tingkat selanjutnya
yaitu first difference-trend and intercept. Pengujian dalam bentuk first difference
merupakan kelanjutan dari uji akar unit, dan merupakan konsekuensi apabila pada
tingkat level belum stasioner. Hasil dari pengujian pada akar unit pada tingkat
first difference-trend and intercept dari seluruh variabel endogen yang diajukan
Pada Tabel 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa pada bentuk first difference-
trend and intercept seluruh variabel telah stasioner dengan tingkat signifikansi
pada (α) 5% dan 10%. Hal ini dapat diketahui dari nilai ADFt-statistik variabel-
variabel tersebut lebih kecil daripada nilai MacKinnon Critical Value-nya baik
endogen yang diajukan dapat digunakan untuk pengujian regresi selanjutnya pada
(SIC). Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa lag optimal pada model penelitian ini adalah
trace statistic dan max-eigen statistic dengan nilai kritisnya pada tingkat
signifikan 5% , jika nilai trace statistic dan max-eigen statistic-nya lebih besar
daripada nilai kritisnya maka dapat dikatakan model tersebut terkointegrasi. Salah
satu pendekatan yang dapat digunakan dalam uji kointegrasi adalah dengan
metode Johansen. Berikut ini adalah uji kointegrasi dari model tersebut :
5%
Trace
Max Rank Parms LL Eigenvalue Critical
Statistic
Value
0 42 671.85023 ─ 101.4370 94.15
1 53 687.97237 0.42646 69.1927 68.52
2 62 701.9326 0.38207 41.2723* 47.21
3 69 712.75859 0.31155 19.6203 29.68
4 74 720.78633 0.24181 3.5648 15.41
5 77 722.54635 0.05889 0.0448 3.76
6 78 722.56873 0.00077
Sumber: Hasil estimasi menggunakan Stata 13.
trace statistic lebih besar dari nilai kritis 5% , sehingga dapat disimpulkan bahwa
data pada model tersebut terkointegrasi dan terdapat 2 hubungan kointegrasi. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara jumlah uang
beredar (M2), yield obligasi, dana pihak ketiga, non-performing loans kredit
investasi, dan tingkat suku bunga kredit investasi terhadap tingkat penyaluran
regresi linier. Untuk menjelaskan hasil estimasi VECM dapat dilihat melalui hasil
dampak dan berapa lama pengaruh shock variabel tertentu terhadap variabel
bagaimana respons yang diberikan oleh variabel kredit investasi terhadap shock
variabel jumlah uang beredar (M2), yield obligasi, dana pihak ketiga, non-
.5
-.5
-1
0 2 4 6 8
step
95% CI impulse response function (irf)
Graphs by irfname, impulse variable, and response variable
Pada Gambar 4.9 menunjukkan hasil impulse response dari shock jumlah
uang beredar (M2) direspons secara fluktuatif oleh kredit investasi. Pada awal
periode adanya shock M2 sebesar satu unit direspons dengan menurunnya kredit
investasi sebesar -0,028387 persen. Pada periode kedua, peningkatan satu unit
sebesar 0,09063 persen. Pada periode kelima, peningkatan satu unit shock M2
kredit investasi sebesar 0,135341 persen. Peningkatan satu unit shock M2 pada
.01
-.01
0 2 4 6 8
step
95% CI impulse response function (irf)
Graphs by irfname, impulse variable, and response variable
Pada Gambar 4.10 menunjukkan hasil impulse response dari shock yield
obligasi direspons secara fluktuatif oleh kredit investasi. Pada awal periode
adanya shock yield obligasi sebesar satu unit direspons dengan meningkatnya
peningkatan satu unit shock yield obligasi direspons dengan peningkatan kredit
investasi sebesar 0,005348 persen. Pada periode ketiga, kredit investasi merespons
shock yield obligasi secara positif sebesar 0,00494 persen. Pada periode keempat
peningkatan yield obligasi satu unit shock direspons dengan meningkatnya kredit
investasi sebesar 0,003822 persen. Pada periode kelima peningkatan yield obligasi
satu unit shock direspons dengan peningkatan kredit investasi sebesar 0,00243
persen. Peningkatan satu unit shock yield obligasi pada periode keenam direspons
0,000435 persen pada periode ketujuh dan pada periode kedelapan menurun
-1
-2
0 2 4 6 8
step
95% CI impulse response function (irf)
Graphs by irfname, impulse variable, and response variable
direspons secara fluktuatif oleh kredit investasi. Pada awal periode adanya shock
DPK sebesar satu unit direspons dengan penurunan kredit investasi sebesar -
0,03008 persen. Kemudian pada periode kedua, peningkatan satu unit shock DPK
periode ketiga, kredit investasi merespons shock DPK secara positif sebesar
0,03582 persen. Pada periode keempat peningkatan DPK satu unit shock
Peningkatan satu unit shock DPK pada periode kelima direspons dengan
peningkatan kredit investasi sebesar 0,106181 persen, menjadi 0,1032 persen pada
periode keenam dan pada periode ketujuh direspons sebesar 0,079747 persen.
Pada periode kedelapan, peningkatan DPK satu unit shock direspons kredit
.05
-.05
0 2 4 6 8
step
95% CI impulse response function (irf)
Graphs by irfname, impulse variable, and response variable
Pada Gambar 4.12 menunjukkan hasil impulse response dari shock NPL
kredit investasi direspons secara positif oleh penyaluran kredit investasi. Pada
awal periode adanya shock NPL kredit investasi sebesar satu unit direspons
dengan peningkatan kredit investasi sebesar 0,01995 persen. Pada periode kedua,
peningkatan satu unit shock NPL kredit investasi direspons dengan peningkatan
kredit investasi sebesar 0,017061 persen. Pada periode ketiga, kredit investasi
persen. Pada periode keempat peningkatan NPL kredit investasi satu unit shock
periode kelima shock NPL kredit investasi direspons dengan peningkatan kredit
periode keenam, dan terus meningkat menjadi 0,022807 pada periode ketujuh dan
-.1
0 2 4 6 8
step
95% CI impulse response function (irf)
Graphs by irfname, impulse variable, and response variable
Gambar 4.13 Respons Shock Kredit Investasi Suku Bunga Kredit Investasi
Pada Gambar 4.13 menunjukkan hasil impulse response dari shock suku
bunga kredit investasi direspons secara negatif oleh kredit investasi. Pada awal
periode adanya shock suku bunga kredit investasi sebesar satu unit direspons
periode kedua, peningkatan satu unit shock suku bunga kredit investasi direspons
dengan penurunan kredit investasi sebesar -0,020191 persen. Pada periode ketiga,
kredit investasi merespons shock suku bunga kredit investasi dengan penurunan
sebesar -0,018411 persen. Pada periode keempat peningkatan suku bunga kredit
investasi satu unit shock direspons dengan penurunan kredit investasi sebesar -
0,017971 persen. Pada periode kelima shock suku bunga kredit investasi direspons
0,018797 persen pada periode keenam, dan terus menurun menjadi -0,019984
persen pada periode ketujuh dan menjadi -0,021436 persen pada periode
kedelapan.
besaran dari proporsi respons yang diberikan variabel satu terhadap shock yang
diberikan oleh variabel lain. Besaran proporsi respons yang dihasilkan dari
penelitian maupun pada periode yang akan datang, sehingga dapat digunakan
untuk forecasting.
Response
Variable Impulse Variable
and
Forecast Ln_M2 YO Ln_DPK NPL RKI
Horizon
1 0 0 0 0 0
2 0.004229 0.006566 0.000509 0.009794 0.00179
3 0.003312 0.010887 0.000422 0.012363 0.002533
4 0.002754 0.013625 0.000372 0.015712 0.002947
5 0.002662 0.01464 0.000344 0.019361 0.003323
6 0.002946 0.014529 0.000359 0.023606 0.003724
7 0.003525 0.013879 0.000368 0.028055 0.004186
8 0.004259 0.013272 0.000353 0.032551 0.00473
Sumber: Hasil estimasi menggunakan Stata 13.
seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh variabel jumlah uang beredar (M2),
yield obligasi, dana pihak ketiga, non-performing loans kredit investasi, dan suku
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pada awal periode variabel jumlah uang
beredar (M2), yield obligasi, dana pihak ketiga, non-performing loans kredit
investasi, dan suku bunga kredit investasi belum memberikan kontribusi terhadap
bahwa diduga terdapat pengaruh positif antara variabel jumlah uang beredar (M2),
dana pihak ketiga terhadap kredit investasi adalah terbukti. Hal tersebut dapat
ditunjukkan dari shock jumlah uang beredar (M2) dan shock dana pihak ketiga
yang direspons secara positif oleh kredit investasi, meskipun pada periode awal
shock dana pihak ketiga direspons secara negatif karena adanya lag.
tersebut dapat ditunjukkan dari shock yield obligasi dan shock suku bunga kredit
yang direspons secara negatif oleh kredit investasi, meski pada periode awal
hingga periode keempat shock yield obligasi menunjukkan respons positif karena
4.4 Pembahasan
beredar (M2), yield obligasi, dana pihak ketiga, non-performing loans kredit
investasi, dan suku bunga kredit investasi terhadap kredit investasi menunjukkan
bahwa shock variabel jumlah uang beredar (M2), dana pihak ketiga, non-
sedangkan shock variabel yield obligasi dan suku bunga kredit investasi direspons
teori Bank Lending Channel yang menjelaskan bahwa dengan kebijakan moneter
khususnya dalam penelitian ini adalah kredit investasi. Hasil penelitian ini
disalurkan.
Respons positif kredit investasi terhadap shock variabel dana pihak ketiga
meningkatkan kredit investasi. Semakin tinggi dana pihak ketiga yang berhasil
investasi yang disalurkan. Hal ini sejalan dengan fungsi bank sebagai perantara
dana dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dalam bentuk tabungan,
bentuk kredit.
disalurkan. Hal tersebut bertolak belakang dengan teori yang ada, dimana semakin
kredit investasi yang akan ditanggung oleh pihak bank, sehingga perbankan akan
meningkatkan cadangan dana yang lebih besar, sehingga kredit investasi yang
ini, respons yang diberikan kredit investasi terhadap non-performing loans kredit
investasi justru mengalami peningkatan. Hal ini dapat dijelaskan karena tingkat
non-performing loans kredit investasi masih berada pada batas aman, yakni
kredit investasi.
penurunan kredit investasi. Meski pada awal periode hingga periode keenam
bentuk kredit. Baik karena faktor tingkat profitabilas yang lebih tinggi, maupun
tingkat risiko obligasi yang relatif rendah. Karena selain sebagai lembaga
perantara keuangan, bank memiliki tujuan lain, yakni untuk mencari keuntungan.
berkontribusi dalam penurunan kredit invetasi. Hal ini berkaitan dengan The
loanable funds tinggi. Dalam penelitian ini, dengan peningkatan tingkat suku
bunga kredit investasi oleh pihak perbankan akan menyebabkan para pelaku usaha
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada skripsi ini, maka simpulan yang dapat
1. Jumlah uang beredar (M2), dana pihak ketiga, dan non-performing loans kredit
dimana shock variabel jumlah uang beredar (M2), dana pihak ketiga, dan non-
performing loans kredit investasi direspons secara positif oleh kredit investasi.
2. Yield obligasi, dalam penelitian ini menggunakan yield obligasi tenor 5 tahun,
impulse response, dimana shock variabel yield obligasi dan suku bunga kredit
5.2 Saran
uang b eredar ( M2) da n dana pi hak ke tiga agar pe nyaluran k redit i nvestasi
kepada bank umum untuk membatasi pembelian obligasi, sehingga dana dapat
tidak menaikkan tingkat suku bunga kredit investasi supaya tidak terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Juda, dkk. 2001. Credit Crunch di Indonesia Setelah Krisis : Fakta,
Penyebab dan Implikasi Kebijakan. Direktorat Riset Ekonomi dan
Kebijakan Moneter Bank Indonesia : 1-124.
Arthesa, A. dan E. Handiman. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.
Jakarta: Gramedia
Bernanke, B. dan M. Gertler. 1995. Inside The Black Box : The Credit Channel of
Monetary Policy Transmission.
Darmawan, Komang. 2004. Analisis Rasio - Rasio Bank. Jakarta: Info bank
Ditria, Yoda, Jenni Vivian dan Indra Wijaya. 2008. Pengaruh Tingkat Suku
Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan Jumlah Ekspor terhadap Tingkat Kredit
Perbankan. Journal of Applied Finance and Accounting. Vol.1 No.1.
Enders, Walter. 2003. Applied Econometric Time Series. Edisi kedua. New York:
John Wiley & Sons, Inc.
Kahn, George A. 1991. Does More Money Mean More Bank Loans ?. Economic
review. Federal Reserve Bank of Kansas City.
Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Lampiran 1
1. KREDIT INVESTASI
. dfuller ln_ki
Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value
2. M2
. dfuller ln_m2
Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value
3. YIELD OBLIGASI
. dfuller yo
Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value
Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value
Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value
Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value
Lampiran 2
1. KREDIT INVESTASI
. dfuller d.ln_ki
Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value
2. M2
. dfuller d.ln_m2
Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value
3. YIELD OBLIGASI
. dfuller d.yo
Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value
Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value
Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value
Interpolated Dickey-Fuller
Test 1% Critical 5% Critical 10% Critical
Statistic Value Value Value
Lampiran 3
Selection-order criteria
Sample: 2013m5 - 2017m12 Number of obs = 56
Lampiran 4
5%
maximum trace critical
rank parms LL eigenvalue statistic value
0 42 671.85023 . 101.4370 94.15
1 53 687.97237 0.42646 69.1927 68.52
2 62 701.9326 0.38207 41.2723* 47.21
3 69 712.75859 0.31155 19.6203 29.68
4 74 720.78633 0.24181 3.5648 15.41
5 77 722.54635 0.05889 0.0448 3.76
6 78 722.56873 0.00077
Lampiran 5
D_ln_ki
_ce1
L1. .0173725 .0342127 0.51 0.612 -.0496832 .0844282
_ce2
L1. -.0515355 .3717534 -0.14 0.890 -.7801587 .6770877
D_ln_m2
_ce1
L1. .0971344 .0194118 5.00 0.000 .059088 .1351808
_ce2
L1. -1.069773 .2109274 -5.07 0.000 -1.483183 -.6563628
D_yo
_ce1
L1. 1.599996 .9493829 1.69 0.092 -.26076 3.460752
_ce2
L1. -16.82111 10.31594 -1.63 0.103 -37.03998 3.397756
D_ln_dpk
_ce1
L1. .0442646 .0209434 2.11 0.035 .0032164 .0853129
_ce2
L1. -.4769472 .2275696 -2.10 0.036 -.9229754 -.0309189
D_npl
_ce1
L1. -.213434 .291133 -0.73 0.463 -.7840442 .3571762
_ce2
L1. 3.143178 3.163434 0.99 0.320 -3.057039 9.343396
D_rki
_ce1
L1. .4650633 .1013589 4.59 0.000 .2664036 .663723
_ce2
L1. -3.570631 1.10136 -3.24 0.001 -5.729256 -1.412006
Lampiran 6
.5
-.5
-1
0 2 4 6 8
step
95% CI impulse response function (irf)
Graphs by irfname, impulse variable, and response variable
0 0 0 0
1 -.028387 -.739461 .682687
2 .032042 -.897414 .961499
3 .082964 -.9228 1.08873
4 .09063 -.888747 1.07001
5 .108651 -.839611 1.05691
6 .135341 -.818279 1.08896
7 .16789 -.814943 1.15072
8 .200083 -.82102 1.22118
.01
-.01
0 2 4 6 8
step
95% CI impulse response function (irf)
Graphs by irfname, impulse variable, and response variable
0 0 0 0
1 .004721 -.005869 .015312
2 .005348 -.007763 .018459
3 .00494 -.009929 .019808
4 .003822 -.0118 .019444
5 .00243 -.012971 .017831
6 .000956 -.013557 .01547
7 -.000435 -.013738 .012868
8 -.001644 -.013731 .010444
-1
-2
0 2 4 6 8
step
95% CI impulse response function (irf)
Graphs by irfname, impulse variable, and response variable
0 0 0 0
1 -.03008 -.718102 .657942
2 .021017 -.944029 .986063
3 .03582 -1.06979 1.14143
4 .085123 -1.09461 1.26486
5 .106181 -1.1616 1.37396
6 .1032 -1.28898 1.49538
7 .079747 -1.44744 1.60694
8 .047113 -1.61086 1.70508
.05
-.05
0 2 4 6 8
step
95% CI impulse response function (irf)
Graphs by irfname, impulse variable, and response variable
0 0 0 0
1 .01995 -.014166 .054065
2 .017061 -.019857 .053979
3 .019074 -.026807 .064955
4 .020218 -.032838 .073274
5 .021679 -.038052 .08141
6 .022395 -.042928 .087717
7 .022807 -.046906 .092519
8 .022929 -.050243 .096101
-.1
0 2 4 6 8
step
95% CI impulse response function (irf)
Graphs by irfname, impulse variable, and response variable
0 0 0 0
1 -.020874 -.10472 .062971
2 -.020191 -.124103 .083721
3 -.018411 -.112268 .075446
4 -.017971 -.104601 .068659
5 -.018076 -.099238 .063085
6 -.018797 -.095346 .057752
7 -.019984 -.093877 .053909
8 -.021436 -.09464 .051768
Lampiran 7
0 0 0 0
1 0 0 0
2 .004229 -.018808 .027266
3 .003312 -.017573 .024196
4 .002754 -.013976 .019484
5 .002662 -.009322 .014646
6 .002946 -.009276 .015168
7 .003525 -.016881 .02393
8 .004259 -.028081 .036598
0 0 0 0
1 0 0 0
2 .006566 -.022377 .035509
3 .010887 -.037447 .059221
4 .013625 -.05133 .07858
5 .01464 -.062153 .091433
6 .014529 -.06805 .097107
7 .013879 -.068568 .096326
8 .013272 -.064575 .091119
0 0 0 0
1 0 0 0
2 .000509 -.007061 .00808
3 .000422 -.007369 .008214
4 .000372 -.00765 .008394
5 .000344 -.005627 .006314
6 .000359 -.004459 .005177
7 .000368 -.00533 .006066
8 .000353 -.005593 .006299
0 0 0 0
1 0 0 0
2 .000509 -.007061 .00808
3 .000422 -.007369 .008214
4 .000372 -.00765 .008394
5 .000344 -.005627 .006314
6 .000359 -.004459 .005177
7 .000368 -.00533 .006066
8 .000353 -.005593 .006299
0 0 0 0
1 0 0 0
2 .00179 -.012598 .016178
3 .002533 -.020258 .025325
4 .002947 -.024352 .030246
5 .003323 -.027414 .03406
6 .003724 -.030091 .037538
7 .004186 -.032584 .040956
8 .00473 -.035041 .044501