Anda di halaman 1dari 16

PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN

DI LAYANAN KESEHATAN

SIJARIEMAS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

1. FITRIANA RESTU UTAMI


2. MARTINA
3. ENDAH KUSUMANINGTYAS
4. LIA NURFITRI

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJAN TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu
dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Selain itu, untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang
dilakukan melalui sistem informasi dan melalui lintas sektor.

Sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 19 Tahun 2016, Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT) adalah suatu mekanisme pelayanan korban/pasien gawat darurat yang
terintegrasi dan berbasis call center menggunakan kode akses telekomunikasi dengan
melibatkan masyarakat. SPGDT bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kegawatdaruratan dan mempercepat waktu penanganan korban/pasien
gawat darurat sehingga dapat menurunkan angka kematian serta kecacatan. SPGDT
memegang peran penting dalam pelayanan masyarakat di tingkat kabupaten/kota,
provinsi, maupun nasional.

Penyelenggaraan SPGDT terdiri atas sistem komunikasi gawat darurat, sistem


penanganan korban/pasien gawat darurat, dan sistem transportasi gawat darurat.
Ketiga sistem tersebut harus saling terintegrasi satu sama lain. Masyarakat yang
mengetahui dan mengalami kegawatdaruratan dapat melaporkan dan/atau meminta
bantuan melalui Call Center. Operator Call Center memiliki tugas menerima,
menjawab panggilan, memverifikasi laporan kejadian gawat darurat;
mengoperasikan komputer dan aplikasi sistem informasi untuk mencatat informasi
panggilan darurat dari masyarakat.

Penyelenggaraan SPGDT melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang


merupakan jejaring PSC yang menyelenggarakan SPGDT. Oleh karena ittu,
mekanisme komunikasi dan kolaborasi rujukan antarfasilitas pelayanan kesehatan
dalam jejaring memiliki peranan sangat penting dalam SPGDT. Tantangan sistem
rujukan antara lain permasalahan keterlambatan dan kendala komunikasi-koordinasi
antara perujuk dengan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan. Dengan komunikasi
dan koordinasi yang baik maka fasilitas kesehatan rujukan menjadi lebih siap
menerima pasien, rujukan lebih terarah, pasien sudah distabilisasi sebelum dirujuk,
serta ada kolaborasi antara perujuk dengan fasilitas rujukan.

PSC (Public Safety Center) atau Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu


adalah pusat pelayanan di kabupaten/kota yang menjamin kebutuhan masyarakat
dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegawatdaruratan. PSC merupakan ujung
tombak pelayanan untuk mendapatkan respon cepat dalam penyelenggaraan SPGDT.
Dalam menyelenggarakan PSC di kabupaten/kota, diperlukan sistem informasi dan
komunikasi yang memadai dengan dukungan teknologi informasi yang mudah
diakses dalam jejaring rujukan. Sistem informasi dan komunikasi jejaring
rujukan pelayanan kesehatan ini harus berfungsi secara terintegrasi melibatkan
fasilitas pelayanan kesehatan primer, fasilitas pelayanan kesehatan rujukan, serta
Dinas Kesehatan.

B. Definisi sijariemas
SIJARIEMAS (Sistem Informasi Jejaring Rujukan Expanding Maternal and
Newborn Survival) yaitu suatu Sistem informasi dan komunikasi timbal balik
dengan menggunakan pesan singkat elektronik (SMS Gateway) dan Internet antara
petugas pelayanan kesehatan dasar (Bidan Praktek Mandiri, bidan/dokter Puskesmas
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergesi Dasar), bidan/dokter Puskesmas
Non-PONED, bidan Rumah Bersalin) dengan rumah sakit dalam jejaring rujukan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal/PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergesi Komprehensif). Petugas Pelayanan Kesehatan adalah staf fasilitas
kesehatan yang memberikan layanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Petugas
Pelayanan Kesehatan termasuk Bidan Desa, Bidan Puskesmas BPS (Bidan Praktek
Swasta) dan DPS (Dokter Praktek Swasta). Rumah Sakit Rujukan adalah rumah
sakit yang siap memberikan layanan 24 jam layanan rujukan ibu dan bayi baru lahir.
Operator SIJARIEMAS adalah staf di Rumah Sakit Rujukan yang bertanggung
jawab dan atau diberi tuhas menjawab dan mengelola informasi rujukan melalui
SIJARIEMAS. Pasien harus dirujuk apabila penatalaksanaannya sudah tidak lagi
menjadi kewenangan bagi fasilitas kesehatan yang bersangkutan. Petugas
kesehatan/Dokter/Bidan harus melakukan stabilisasi pasien terlebih dahulu sebelum
merujuk pasiennya. Semua pasien maternal dan neonatal yang merupakan pasien
gawat darurat harus mendapat pertolongan segera.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terlaksananya komunikasi untuk meningkatkan akurasi informasi,
kelengkapan data dan mempercepat penyampaian informasi rujukan pasien gawat
darurat meternal neonatal ke rumah sakit rujukan ibu hamil dan bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan waktu respon penanganan terhadap pasien gawat darurat
maternal dan neonatal.
2) Memperoleh informasi rujukan yang lengkap dan akurat secara mudah dan
cepat.
3) Menerapkan pertukaran informasi rujukan gawatdarurat maternal dan
neonatal sesuai kondisi rumah sakit rujukan dalam jejaring.
4) Meningkatkan kualitas layanan maternal dan neonatal di fasilitas kesehatan.
5) Tersedianya aplikasi sistem informasi dan komunikasi rujukan yang dapat
memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pelaporan kejadian gawat
darurat, koordinasi dalam pemberian pertolongan korban kegawatdaruratan,
dan komunikasi rujukan gawat-darurat antar fasiltas pelayanan kesehatan.
6) Tersedianya aplikasi komputer berbasis web dan mobile yang dapat diakses
secara cepat dan mudah oleh petugas yang terlibat dalam pemantauan
wilayah setempat kesehatan ibu dan anak untuk pengumpulan, pencatatan,
dan pengolahan data kesehatan ibu dan anak secara elektronik
7) Tersedianya aplikasi pengingat dan edukasi mengenai kesehatan kehamilan,
nifas, dan tumbuhkembang bayi yang dapat diakses melalui telepon genggam
oleh ibu hamil dan keluarganya
8) Tersedianya dashboard real time dalam pelayanan pelaporan dan penanganan
korban kegawatdaruratan, rujukan kegawatdaruratan, pemantauan kesehatan
ibu dan anak, dan rujukan terencana.
9) Tersedianya basis data, informasi, dan laporan yang dapat diakses secara
cepat untuk kepentingan evaluasi, perencanaan, dan pengambilan keputusan
untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
D. MANFAAT

1. Proses pelaporan kejadian kegawatdaruratan di masyarakat dapat terpantau


guna meminimalisir jumlah kematian dan kecacatan pada korban kejadian
kegawatdaruratan.
2. Meningkatkan kualitas dan intensitas komunikasi dan koordinasi penanganan
korban kegawatdaruratan dan proses rujukan korban gawat-darurat.
3. Mencegah terjadinya multiple referral dan meminimalisir keterlambatan
penanganan pasien rujukan gawat-darurat, serta meningkatkan kesiapan rumah
sakit rujukan dalam menerima dan melakukan pelayanan pasien rujukan gawat-
darurat;
4. Membangun komunikasi, kolaborasi, dan rujukan ilmu antara bidan di desa,
tenaga kesehatan di Puskesmas, dan tenaga kesehatan di rumah sakit sehingga
terjadi hubungan yang sinergis antara petugas kesehatan di fasilitas kesehatan
dalam jejaring rujukan
5. Mempermudah pemilahan dan pelacakan data ibu hamil dalam proses
monitoring ibu hamil di wilayah desa, kecamatan/puskesmas, atau kabupaten;
6. Meminimalisir jumlah ibu hamil dan bayi yang mengalami kegawatdaruratan
yang dapat menyebabkan kematian ibu, bayi, dan balita
7. Memudahkan komunikasi dan koordinasi penanganan rujukan terencana dan
meningkatkan kesiapan pihak rumah sakit rujukan dalam menerima dan
melakukan pelayanan rujukan terencana;
8. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan ibu hamil beserta
keluarganya mengenai kesehatan kehamilan, persalinan, nifas, tumbuh-
kembang bayi, dan pengetahuan lain terkait kesehatan ibu dan anak.
Skema Komunikasi Sistem Informasi Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

E. PROSEDUR

1. Status kegawatdaruratan pasien dikomunikasikan oleh Bidan Perujuk kepada


Dokter Puskesmas. Kasus gawat darurat yang tidak bisa ditangani di tempat
pelayanan kesehatan dasar segera dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi.
2. Informasi rujukan kegawatdaruratan segera dikirim oleh Bidan Perujuk atau
Petugas Pelayanan Kesehatan yang sudah terdaftar pada database aplikasi
SIJARIEMAS melalui SMS Gateway (pesan singkat) ke nomor pusat SMS
SIJARIEMAS Kabupaten/Kota tersebut dengan nomor dengan nomor telepon
yang telah ditentukan dengan format berikut:

Rujukan Gawat-darurat Ibu Hamil:


r#kode praktek#nama ibu#umur#nama suami#asuransi#golongan
darah#transportasi#diagnosa#tindakan prarujukan

Rujukan Gawat-darurat Bayi:


rb#kdoe praktek#nama ibu#umur#nama suami#asuransi#golongan
darah#transportasi#diagnosa#tindakan prarujukan

dalam keadaan darurat bisa menggunakan layanan telepon langsung ke nomor


SIJARIEMAS tersebut diatas/hotline.

3. Apabila dalam waktu maksimal 5 menit petugas kesehatan yang merujuk


(selanjutnya disebut Petugas Kesehatan Perujuk) tidak mendapat SMS
pemberitahuan secara otomatis mengenai lokasi rumah sakit rujukan, maka
Petugas Kesehatan Perujuk wajib melakukan panggilan telepon ke IGD
rumah sakit rujukan, sesuai dengan nomor hotline masing-masing rumah
sakit.
4. Apabila tidak berhasil melakukan panggilan telepon ke IGD Rumah Sakit
Rujukan, maka Bidan Perujuk segera mengirim pasien ke rumah sakit rujukan
prioritas pertama.
5. Petugas IGD Rumah Sakit Rujukan yang menerima informasi rujukan segera
meneruskan informasi rujukan tersebut baik secara elektronik atau manual
kepada dokter Jaga IGD, bila mana diperlukan selanjutnya di konsultasikan
kepada Dokter Spesialis untuk mendapatkan saran umpan balik.
6. Dokter Jaga IGD Rumah Sakit Rujukan wajib mengirimkan umpan balik
mengenai tindak lanjut (advisi) penanganan pasien tersebut melalui formulir
SIJARIEMAS dalam waktu maksimal 5 menit. Umpan balik yang dikirimkan
berisi informasi tata laksana stabilisasi yang disarankan dan atau konfirmasi
terkait kesiapan menerima rujukan gawat darurat.

a. Petugas IGD Rumah Sakit Rujukan yang membantu dokter jaga wajib
melakukan         komunikasi dengan Bidan Perujuk guna mendapat
informasi lebih rinci terkait jenis dan status komplikasi pasien beserta
arahan penanganan stabilisasi yang dibutuhkan sampai pasien dan Bidan
perujuk sampai di rumah sakit tujuan rujukan.
b. Bidan perujuk berkewajiban untuk terus melakukan komunikasi
dengan Petugas IGD PONEK/IGD sepanjang perjalanan menuju RS
rujukan.

7. Petugas IGD Rumah Sakit Rujukan melakukan koordinasi dengan unit terkait
di Rumah Sakit untuk memastikan kesiapan dalam menerima pasien rujukan
gawat darurat.
8. Petugas IGD Rumah Sakit Rujukan menerima, melakukan tindakan
penanganan pasien dan mencatat status penanganan pasien dengan aplikasi
SIJARIEMAS. Setelah selesai penanganan pasien, Petugas IGD PONEK/IGD
mencatat resume medis tindakan penanganan yang dilakukan di IGD sesuai
standar kelengkapan rekam medis.
9. Petugas Bagian Perawatan Rumah SAkit Rujukan melakukan tindakan
perawatan pasien. Operator SIJARIEMAS mencatat status perawatan pasien
dengan aplikasi SIJARIEMAS. Setelah selesai perawatan pasien, Operator
SIJARIEMAS mencatat resume medis tindakan perawatan yang dilakukan
sesuai standar kelengkapan rekam medis.
10. Petugas Bagian Perawatan atau Operator SIJARIEMAS Rumah Sakit
Rujukan mencatat rujukan balik di formulir yang disediakan pada aplikasi
SIJARIEMAS.
11. Bidan perujuk melakukan perawatan tindak lanjut pasca perawatan di rumah
sakit kepada pasien yang telah selesai perawatan sesuai arahan rujukan balik.

Unit Terkait Alur Rujukan

1. Bidan Praktek Mandiri (BPM)


2. Puskesmas PONED.
3. Puskesmas Non-PONED.
4. Klinik Bersalin.
5. Rumah Sakit.
6. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

F. JARINGAN SIJARIEMAS
Aplikasi SijariEMAS sudah digunakan di sejumlah kabupaten/kota seperti
tercantum dalam daftar di bawah ini. Jumlah kabupaten/kota yang menggunakan
kemungkinan besar akan bertambah seiring kebutuhan akan sistem informasi dan
komunikasi rujukan yang memadai di kabupaten/kota lain.
1. Provinsi Sumatera Utara
a) Kabupaten Asahan
b) Kabupaten Deli Serdang
c) Kabupaten Langkat
d) Kabupaten Labuhan Batu
e) Kabupaten Madina
f) Kabupaten Pakpak Bharat
2. Provinsi Bengkulu
a) Kabupaten Lebong
3. Provinsi Banten
a) Kota Cilegon
b) Kabupaten Lebak
c) Kabupaten Serang
d) Kota Serang
e) Kabupaten Tangerang
f) Kota Tangerang
4. Provinsi Jawa Barat
a) Kabupaten Bandung
b) Kabupaten Bogor
c) Kota Bogor
d) Kabupaten Cirebon
e) Kabupaten Indramayu
f) Kabupaten Karawang
g) Kabupaten Majalengka
5. Provinsi Jawa Tengah
a) Kabupaten Banyumas
b) Kabupaten Brebes
c) Kabupaten Cilacap
d) Kabupaten Grobogan
e) Kabupaten Kudus
f) Kabupaten Pekalongan
g) Kota Semarang
h) Kabupaten Tegal
6. Provinsi Jawa Timur
a) Kabupaten Blitar
b) Kabupaten Jombang
c) Kabupaten Malang
d) Kabupaten Nganjuk
e) Kabupaten Pasuruan
f) Kabupaten Sidoarjo
g) Kabupaten Tuban
7. Provinsi Kalimantan Selatan
a) Kabupaten Kotawaringin Timur
8. Provinsi Sulawesi Selatan
a) Kabupaten Bone
b) Kabupaten Bulukumba
c) Kabupaten Gowa
d) Kabupaten Luwu Timur
e) Kabupaten Maros
f) Kota Makassar
g) Kota Parepare
h) Kabupaten Pinrang
i) Kabupaten Takalar
j) Kabupaten Wajo

G. PEMBIAYAAN SIJARIEMAS
Salah satu kekurangan dari sijariemas adanya besarnya biaya operasional.
Kebutuhan biaya untuk imlementasi SijariEMAS antara lain mencakup pembiayaan
untuk operasionalisasi perangkat lunak, pelatihan, promosi/sosialisasi, kegiatan
monitoring, dan evaluasi.

Operasionalisasi Perangkat Lunak


1. Biaya Operasional Server Aplikasi Web
2. Biaya Operasional Server Aplikasi Mobile
3. Biaya SMS Gateway
4. Biaya WhatsApp Gateway
5. Biaya Pelatihan
6. Biaya Cetak Buku Panduan
7. Honorarium Pelatih/Fasilitator
8. Konsumsi & Akomodasi
9. Promosi/Sosialisasi
10. Biaya Kegiatan Peluncuran
11. Biaya Cetak Media Promosi: brosur, leaflet, spanduk, dll.
12. Biaya Kegiatan Pelatihan/Sosialisasi Lanjutan
13. Biaya Monitoring dan Evaluasi
14. Biaya Kunjungan Monitoring
15. Biaya Monitoring Jarak Jauh (Petugas Call Center)
16. Biaya Pertemuan Evaluasi

H. TAMPILAN LAYAR SIJARIEMAS


1. Tampilan depan
Tampilan awal sijariemas berisi jendela untu memasukan username dan
password yang dimiliki setiap rumah sakit. Setelah berhasil log in tampilan
sijari emas akan langsung menuju ke rujukan IGD

2. Layar IGD

Tampilan Layar IGD berisi status petugas medis dan paramedis yang
berjaga pada hari itu, serta rekapan rujukan yang masuk.

3. Rujukan IGD

Tampilan layar rujukan IGD ialah tampilan utama dalam aplikasi ini,
rujukan yang masuk di sistem akan membunyikan alarm dan memunculkan
rujukan yang dikirim oleh fasilitas kesehatan lain atau yang lebih rendah,
terdapat maksimal respon time yaitu 10 menit dalam memberikan jawaban
status rujukan di terima di fasilitas kesehatan tersebut atau ditolak sesuai
dengan instruksi Dokter penanggungjawab.

4. Data rujukan

Tampilan data rujukan merupakan tampilan dari semua data rujukan masuk
baik pasien tersebut diterima ataupun ditolak.

5. Input rujukan
Tampilan input rujukan dapat digunakan untuk menginput pasien rujukan
sijariemas yang datang di fasilitas kesehatan tersebut.

6. Direktori RS

Tampilan layar Direktori RS berisi data ketersediaan bed atau tempat tidur
pasien, alat – alat di fasilitas ksehatan, status ketersediaan petugas medis
danparamedis, stok persediaan darah dan pelayanan ambulance.

7. Pesan masuk

Tampilan layar Pesan masuk digunakan untuk komunikasi dua arah antara
fasilitas kesehatan perujuk dengan fasilitas kesehatan yang dituju.
8. Ganti Password

Tampilan layar Ganti password berisi jendela untuk mengganti password


dengan cara memasukan password lama dan password baru lalu klik
simpan.

9. Log Out

Tampilan Log out digunakan untuk menutup jendela aplikasi sijariemas.

Anda mungkin juga menyukai