Anda di halaman 1dari 2

POINTER PERTEMUAN

SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU SEHARI-HARI (SPGDTs)

BOGOR - JUMAT, 9 MEI 2014

 Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan sehari-hari adalah hak asasi manusia/ hak setiap
orang dan merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh semua orang. Pemerintah dan
segenap masyarakat bertanggungjawab dalam memelihara dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Pemerintah merupakan fasilitator dan pembina, dengan tujuan
melindungi masyarakat dalam keadaan darurat dan dalam situasi bencana maupun
dampak akibat terjadinya bencana, sehingga tercipta perilaku masyarakat dan lingkungan
di sekitarnya untuk situasi sehat dan aman yang berorientasi pada paradigma sehat. Untuk
mewujudkan masyarakat sehat dan aman dilakukan kerjasama lintas sector dan program,
pengembangan standar operasional dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan
optimalisasi pemanfaatan kemampuan dan fasilitas pelayanan kesehatan pra rumah sakit
dan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Daerah Kab/Kota, RS Provinsi dan RS vertikal
milik pemerintah atau antar rumah sakit serta seluruh unit pelayanan kesehatan di Jawa
Barat.
 Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) adalah sistem yang diadakan
untuk membangun respon masyarakat pada pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat
melalui pusat pelayanan terpadu Public Safety Center (PSC) atau Call Center, potensi
penyiagaan fasilitas kesehatan dan peran masyarakat dalam menghadapi kondisi gawat
darurat, yang dapat diterapkan pada seluruh lapisan masyarakat.
 Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Sehari-hari (SPGDT-S) merupakan suatu sistem
yang terdiri dari komponen : PRA RS – RS – INTER RS, Komunikasi dan Transportasi,
SDM Kesehatan dan Multi Sektor (Polisi, Damkar, Dishub dll). Tujuan dibentuknya
SPGDT-S adalah memenuhi kebutuhan masyarakat yang memerlukan “ pertolongan yang
cepat dan tepat “ dalam hal pelayanan kesehatan, dan memberi kemudahan akses
masyarakat meminta pertolongan kesehatan, konsultasi kesehatan dan informasi yang
berhubungan dengan kesehatan. Selain itu pelayanan kesehatan yang memerlukan
rujukan didalam penyelenggaraannya, harus dilakukan secara berjenjang serta mengikuti
kaidah fungsi pola rujukan. Untuk itu perlu dilakukan pemetaan kemampuan pelayanan
rumah sakit untuk memenuhi salah satu kewajiban rumah sakit yaitu melaksanakan
system rujukan (pasal 29 UU RS 2009 tentang kewajiban rumah sakit). Dalam
melaksanakan rujukannya ini, rumah sakit diharapkan membentuk jejaring dengan rumah
sakit lain. Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban merujuk pasien yang memerlukan
pelayanan di luar kemampuan pelayanan rumah sakit tersebut (Pasal 42 UU RS tentang
sistem rujukan).
 Call Center sebagai bagian dari SPGDT-S diharapkan dapat membantu pelaksanaan
sistem rujukan kegawatdaruratan di Jawa Barat.
 Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah meluncurkan sistem penanggulangan gawat darurat
terpadu (SPGDT) di Jawa Barat pada tanggal 11 Juli 2012 yang diawali pelaksanaannya
di 5 Kab/Kota yaitu Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat dan Kabupaten Sumedang. Selanjutnya akan diterapkan ke
Kabupaten/Kota lainnya di seluruh Jawa Barat. Kelima Kabupaten/Kota model ini, akan
melaksanakan jejaring dalam melakukan rujukan pasien dan saling berkoordinasi melalui
call center. Call center Jawa Barat dengan nomor 4261000 sudah dibentuk di Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Masing-masing petugas kesehatan dari berbagai rumah
sakit baik pemerintah maupun swasta secara bergantian bertugas jaga di call center. Para
petugas call center bertugas menerima laporan dari masyarakat tentang kegawatdarurat
sehari-hari dan akan dikoordinasikan ke rumah sakit terdekat dengan masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
 Pada tanggal 13 September 2012 melalui Surat Menteri Komunikasi Informatika Nomor
486/M.KOMINFO/09/2012 menetapkan kode akses panggilan darurat 119 sebagai Call
Center yang berlaku secara nasional, sehingga masyarakat Indonesia dimana saja dapat
mengakses langsung 119 (tanpa kode area) secara gratis.
 Kementerian Kesehatan pada tanggal 20 Februari 2014 mengundang Kepala Dinas
Kesehatan dan Direktur RS di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang
dan Bekasi) untuk membahasa tentang pembentukan Call Center Nasional 119. Dari hasil
pertemuan tersebut disepakati bahwa 119 menjadi nomor kegawatdaruratan pusat dengan
menggunakan sarana parasarana yang sudah ada di Call Center DKI Jakarta. Dan
direncanakan Juni 2014 akan dilaunching tentang penggunaan Call Center 119 sebagai
nomor kegawatdaruratan pusat, dimana setiap telepon yang masuk ke 119 akan diterima
di DKI Jakarta dan selanjutnya difilter dan diberikan informasi tentang RS terdekat
dengan wilayah penelepon untuk memperoleh pelayanan gawat darurat.
 Sebagai tindaklanjutnya, Dinas Kesehatan Provinsin Jawa Barat sudah melaksankan
pertemuan koordinasi pelaksanaan SPGDT di Wilayah Bandung Raya pada hari rabu
tanggal 16 April 2014 dengan mengundang RS di Wilayah Kota Bandung, Kb. Bandung,
Kab Bandung Barat, Kota Cimahi dan Kab. Sumedang. Selanjutnya akan dilaksanakan di
2 wilayah lainnya yaitu Bodebek dan Purwasuka.
 Diharapkan dari pertemuan ini dapat meningkatkan koordinasi antara lintas program dan
lintas sector dalam pelaksanaan SPGDT dan diharapkan dapat membentuk Call Center
SPGDT di wilayah Bogor, Depok dan Bekasi.

Anda mungkin juga menyukai