METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1) Populasi
Menurut Sugiyono (2009) Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas, obyek atau subyek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan
populasi tersebut, maka populasi penelitian adalah Pengguna e-
commerce Shopee di seluruh dunia.
2) Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012:118). Pengambilan
sampel dilakukan dengan pertimbangan bahwa populasi yang ada
sangat besar jumlahnya, sehingga tidak memungkinkan untuk
meneliti seluruh populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan nonprobability
sampling, dimana tidak memberi peluang/kesempatan yang sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel.
Jenis nonprobability sampling yang digunakan adalah jenis
purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:124). Adapun Kriteria
responden yang diambil peneliti sebagai sampel adalah :
a. Pengguna e-commerce Shopee di Indonesia.
b. Pengguna yang telah memiliki akun Shopee PayLater minimal
dalam tiga bulan terakhir, terhitung pada saat mengisi kuisioner.
c. Pengguna e-commerce Shopee dengan usia minimal 17 tahun.
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
pendapat dari Hair (2010), ukuran sampel yang ideal dan
representative tergantung pada jumlah item pertanyaan pada
indikator penelitian dikalikan 5-10.
E. Instrumen Penelitian
F. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa
variabel yang diukur memang benar-benar variabel yang hendak
diteliti oleh peneliti (Cooper dan Schindler, dalam Zulganef, 2006).
Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur
penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji validitas adalah
uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang
digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009)
menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah,
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Dalam pengujian validitas terhadap kuesioner, dibedakan menjadi
2, yaitu validitas faktor dan validitas item.
Pengukuran validitas faktor ini dengan cara
mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu
faktor) dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor). Validitas
item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap
item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara
mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Di
samping itu, konsep validitas tes dapat dibedakan atas tiga macam
yaitu validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct
validity), dan validitas empiris atau validitas kriteria. Validitas isi
mendasarkan pada analisis logika, tidak merupakan suatu koefisien
validitas yang dihitung secara statistika. Untuk menentukan
validitas konstruk dilakukan proses penelaahan teoretik dari suatu
konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan
konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada
penjabaran dan penulisan butir-butir instrumen. Sedangkan
validitas empiris diperoleh melalui hasil uji coba tes kepada
responden yang setara dengan responden yang akan dievaluasi atau
diteliti.
2. Uji Reliabilitas
Sugiharto dan Situnjak (2006) menyatakan bahwa
reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen yang
digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang
digunakan dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan
mampu mengungkap informasi yang sebenarnya dilapangan.
Ghozali (2009) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah
atau konstruk. Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat
stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang
memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat
menghasilkan data yang reliabel. Tinggi rendahnya reliabilitas,
secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut nilai
koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan
nilai rxx mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas
yang dianggap sudah cukup memuaskan jika ≥ 0.700.
Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan
rumus Alpha Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk
angket dan skala bertingkat. Jika nilai alpha > 0.7 artinya
reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha
> 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes
secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula
yang memaknakannya jika alpha > 0.90 maka reliabilitas
sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90 maka reliabilitas tinggi.
Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha < 0.50
maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau
beberapa item tidak reliabel.
2) Uji Multikolinearitas
Ghozali (2013:105), menyatakan bahwa “Uji
multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen).” Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi antar variabel independen. Apabila variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang
nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan
nol. Ghozali (2013:105), menyatakan bahwa untuk mendeteksi
ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi
adalah sebagai berikut:
-Nilai R 2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel
independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi
variabel dependen.
-Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen.
Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya diatas 0,90), maka hal ini mengindikasikan adanya
multikolinieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar
variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinieritas.
Multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya efek
kombinasi dua atau lebih variabel independen.
-Multikolinieritas dapat juga dilihat dari: a) tolerance value dan
lawannya b) variance tolerance factor (VIF). Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena
VIF = 1/tolerance).
3) Uji Heteroskedasitas
Ghozali (2013:139), menyatakan bahwa “Uji
heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika tidak tetap maka disebut
heterokedastisitas.” Ghozali (2013:108), menyatakan bahwa
terdapat beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas, yaitu melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID, dan deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual
(Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.
4) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu
korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan
dengan pengamatan lain pada model regresi. Menurut Jonathan
Sarwono (2012:28) terjadi autokorelasi jika durbin watson
sebesar < 1 dan > 3. Dari nilai-nilai di atas, diketahui bahwa
nilai dw (1,482) < 3. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
autokorelasi baik autokorelasi positif maupun autokorelasi
negatif dalam model.
Keterangan:
Υ = Struktur Modal
b0 = Bilangan konstanta
b1, b2, = Koefisien Regresi
X1 = Beban Pajak Kini
X2 = Non Debt Tax Shield
e = Epsilon (pengaruh faktor lain)
4. Uji Hipotesis
1) Uji t
Menurut Ghozali (2013:98) uji t digunakan untuk menguji
hipotesis secara parsial guna menunjukkan pengaruh tiap
variabel independen secara individu terhadap variabel
dependen. Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan untuk melihat
apakah masing-masing variabel independen secara parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu struktur modal.
Cara mendeteksi pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen adalah dengan melihat tabel coefficients
dapat dilihat dari koefisien regresi dan hubungan antara
variabel tersebut. Jika tanda (-) maka variabel independen
berpengaruh negatif terhadap variabel dependen dan jika tidak
ada tanda (-) maka variabel independen berpengaruh positif
terhadap variabel dependen. Sedangkan pada kolom “sig”
adalah untuk melihat signifikansinya. Jika nilainya kurang dari
α = 5% (0,05) maka dapat dikatakan variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika
nilainya kurang dari α = 10% (0,10) maka dapat dikatakan
variabel independen berpengaruh sangat signifikan terhadap
variabel dependen
2) Uji F
Menurut Ghozali (2013:98), Uji F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Uji F
dilakukan untuk melakukan uji terhadap hipotesis, maka harus
ada kriteria pengujian yang ditetapkan. Kriteria pengujian
ditetapkan dengan membandingkan nilai t atau F hitung dengan
t atau F tabel dengan menggunakan tabel harga kritis t tabe dan
F tabel dengan tingkat signifikansi yang telah ditentukan tadi
sebesar 0,05 (α = 0,05). Pada pengujian secara simultan akan
diuji pengaruh kedua variabel independen secara bersama-
sama terhadap variabel dependen.