DISUSUN OLEH :
DINAS KESEHATAN
KOTA MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan a
g berjudul “ halitosis”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas penulis
bahwa makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, baik du
kungan moril, materil dan sumbangsih pemikiran. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan,
Kepala Puskesmas Desa Binjai serta teman sejawat di Puskesmas.yang telah mem
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan makalah i
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………….…………i
DAFTAR ISI…………………………………………………….…….………….ii
ABSTRAK………………………….…………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………….……………..1
2.6 Diagnosis……………………………………………………..……………19
3.2 Terapi……………………………………………………….….………....26
BAB IV Kesimpulan…………………………………………….……………….31
ii
ABSTRAK
Halitosis adalah bau nafas yang tidak enak, tidak menyenangkan dan menusuk hidung.
merupakan faktor umum penyebab halitosis. Dalam penanganan kasus ini, pasien
dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam. Faktor lokal penyebab halitosis adalah
penyebab dari dalam mulut, misalnya: kebersihan mulut yang kurang terjaga, karies
gigi, gangren pulpa, gangren radiks, periodontitis, gingivitis, kalkulus, abses, impacted,
dan lain-lain.
PENDAHULUAN
Sebagian besar pasien yang berkunjung ke klinik gigi dan mulut keluhan
utamanya adalah gigi terasa sakit, karies gigi, abses pada gusi atau pipi, mulut terasa
kotor karena ada karang gigi atau kalkulus, dan sebagainya. Hanya sebagian kecil yang
mengeluhkan bau mulut atau halitosis. Halitosis memang bukan merupakan penyakit,
jadi tidak menimbulkan keluhan sakit, sehingga hanya sebagian kecil pasien yang
menyadarinya dan beranggapan bahwa dibiarkan juga tidak apa-apa atau tidak perlu
dipermasalahkan dan tidak perlu ditangani. Anggapan tersebut kurang tepat karena
sebenarnya halitosis bisa berdampak sosial yang cukup besar yang bisa mempengaruhi
citra seseorang. Biasanya orang akan menghindar atau menutup hidung bila berbiacara
Halitosis atau bau mulut adalah bau nafas yang tidak enak atau tidak sedap,
tidak menyenangkan dan menusuk hidung .Keadaan halitosis dapat menjadi tanda
adanya suatu penyakit tertentu, antara lain diabetes mellitus, gangguan pencernaan,
kanker lambung, kelainan darah, penyakit lever dan lainlain. Penyakit-penyakit tersebut
adalah sebagai penyebab halitosis ditinjau dari faktor umum. Penyebab lokal adalah
penyebab dari dalam mulut, antara lain kebersihan mulut yang jelek karena adanya plak
dan kalkulus, adanya karies gigi, abses, impaksi gigi, infeksi gusi atau gingivitis,
penyakit periodontal atau periodontitis dan lain-lain. Beberapa kebiasaan buruk juga
berbau tajam radang penyangga gigi dan bau mulut yang dikenal dengan halitosis atau
1
oral malodor. Halitosis adalah suatu kecacatan sosial yang serius bagi penderitanya
Kesehatan mulut dan kesehatan umum saling berhubungan, karena kesehatan gigi dan
Pada dasarnya halitosis adalah masalah semua orang yang kebanyakan tidak
menyadari bahwa dirinya memiliki masalah bau mulut. Tingkat keparahan halitosis
yang berbeda, ada yang mempunyai halitosis ringan sehingga sama sekali tidak
berat sangat mengganggu orang lain sehingga dapat mempengaruhi rasa percaya diri.
Halitosis merupakan keluhan yang umum dan populer dikenal sebagai nafas yang
berbau menyengat, seperti nafas bau sementara termasuk sesudah makan sesuatu,
seperti bawang putih atau bawang merah dan beberapa obatobatan, seperti paraldehyde
(Djaya, 2000). Munculnya bau tidak sedap tersebut disebabkan oleh beberapa hal,
namun yang paling sering adalah adanya masalah pada organ pencernaan serta kondisi
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah adalah apakah
penyebab halitosis?
2
1.3 Tujuan Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Halitosis atau bau mulut adalah bau nafas yang tidak enak, tidak menyenangkan
dan menusuk hidung. Pada banyak kasus, umumnya bau mulut dapat diatasi dengan
menjaga kebersihan mulut. Namun apabila cara tersebut tidak dapat mengatasi masalah
ini, maka perlu konsultasi dengan dokter gigi untuk mengetahui kondisi serius yang
Rasinta Tarigan (1992), bau mulut merupakan keadaan yang sangat tidak
akan menjauhi atau menutup hidung waktu penderita halitosis berbicara dekat
dengannnya. Halitosis bersumber dari daerah mulut atau hidung yang menghasilkan bau
yang mengganggu. Kondisi halitosis yang kronis tidak dapat dihilangkan hanya dengan
tindakan pembersihan biasa seperti sikat gigi dan flossing. Keluhan halitosis tidak
Pada kebanyakan kasus (85%-90%), bau mulut atau halitosis dimulai dari mulut
sendiri. Lokasi dari mulut yang paling umum yang berhubungan dengan halitosis adalah
lidah. Bakteri di lidah menghasilkan senyawa – senyawa bau busuk dan asam lemak,
dan ini dilaporkan berhubungan dengan 80% - 90% dari seluruh kasus bau mulut.5
Dallas, melaporkan hasil temuan mereka bahwa, bakteri penyebab bau mulut adalah
4
Solobacterium moorei. Rongga mulut berisikan jutaan bakteri anaerob yang mengolah
Proses penguraian protein tersebut menghasilkan bau. Penyebab paling mendasar dari
nafas bau adalah adanya lapisan yang menutupi permukaan bagian belakang lidah.
Lebih tepatnya nafas bau disebabkan oleh bakteri yang hidup di lapisan tersebut.
Nilai pH dalam rongga mulut umumnya 6,5. Bila nilai tersebut bertambah banyak atau
mengandung materi lain maka, akan berubah menjadi alkali dan menimbulkan bau
busuk, apalagi nilai pH mencapai 7,2 ke atas, akan lebih mendorong pertumbuhan
busuk. Terlebih bila yang dilepaskan sulfida yang mudah menguap maka, bau mulut
akan lebih tidak menyedapkan. Selain itu ketika mulut kering atau kurang melakukan
Cara sederhana untuk membedakan penyebab dari rongga mulut atau bukan
adalah membandingkan bau yang keluar dari mulut atau hidung. Biasanya orang-orang
yang mempunyai kebersihan mulut yang baik, susunan gigi yang baik dan jaringan
periodontal yang sehat maka penyebab utama halitosis pada dirinya kemungkinan
berasal dari bagian dorsum lidah atau celah antara gigi dan jaringan periodontal.1
faktor lokal dan ekstraoral atau faktor sistemik. Dalam rongga mulut, bau mulut
soket gigi yang terinfeksi, sisa darah post bedah, debri yang melekat pada bahan alat
5
Secara normal, rongga mulut merupakan tempat hidup yang baik bagi banyak
spesies baik bakteri, jamur, maupun virus, namun pada pasien halitosis intraoral, lebih
banyak ditemukan variasi bakteri dari kokobasilus batang gram negatif dan batang gram
positif.7
laringitis, tonsilitis dan tonsiloliths. Selain itu, penggunaan obat-obatan seperti kloral
hidrat, isorbid dinitrat, dimetil sulfoksida, dilsulfiram, bahan pada sistem respiratorius
atau gastrointestinal, gagal organ hepar atau renal, dan gangguan sitotoksik, paraldehid,
dan triamteren serta penyakit sistemik seperti diabetes melitus, ginjal, infeksi paru dan
saluran pernafasan, radang sinus, bronkhitis kronis, gangguan saluran pencernaan serta
penyakit metabolik trimetilamin juga berperan dalam timbulnya halitosis. Selain faktor
penyebab intraoral dan ekstraoral ada juga factor resiko seperti tembakau, alkohol,
mulut kering, diet, makanan dan minuman, obat-obatan dan gigi tiruan.7
berpotensi menimbulkan bau mulut seperti jengkol, durian, petai dan sebagainya. Bau
mulut selain disebabkan oleh bakteri penyebab bau mulut juga disebabkan oleh sisa-sisa
makanan yang tertinggal di dalam mulut. Hampir 90% penyebab bau mulut adalah
bakteri penghasil sulfur yang tinggal di bagian belakang mulut, hal ini erat kaitannya
dengan kebersihan mulut yang tidak terjaga sehingga menyebabkan gigi berlubang,
Penyebab bau mulut bisa berasal dari mulut yang kotor, penyebab mulut yang
kotor berasal dari makanan yang dimakan ataupun bakteri yang ada di dalamnya.
sebagainya, jika tidak dibersihkan dengan baik, maka bakteri itu akan berkembang biak.
6
Selain itu kondisi mulut yang kering dapat menjadi penyebab nafas tidak sedap atau bau
mulut. Radang gusi dapat menyebabkan bakteri berkembang, namun mulut kering lebih
sering menjadi penyebab utama bau mulut, karena menjadi lahan yang potensial bagi
berkembangnya bakteri. Bau mulut juga bisa diakibatkan oleh mengkonsumsi makanan
yang berbau menyengat, karena dapat menyebabkan keluarnya aroma nafas tidak sedap
dari mulut, seperti bawang, alkohol dan tembakau. Penyebab bau mulut pada beberapa
kondisi dapat menjadi pertanda penyakit yang lebih serius. Penyakit yang paling umum
menyebabkan nafas tak sedap adalah diabetes atau GERD (Gastro Esophageal Reflux
Diaseas) yang terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan sehingga
menyebabkan ketidaknyamanan 7
Penyakit yang paling umum menyebabkab napas tak sedap dapat menjadi
pertanda penyakit yang lebih serius, seperti penyakit diabeter atau GERD (gastro
esophageal reflux disease). Diabeter juga dapat menyebabkan ketosis. Napas tak sedap
yang dihasilkan kerap menjadi gejala pertama yang digunakan untuk mendiagnosis
penyakit ini, kemungkinan lain walaupun lebih kecil adalah penyakit ginjal atau hati.
napas tak sedap. Sala satu cara alternif yang murah meriah dan gampang adalah dengan
rutin menyantap daun kemangi segar sebagai lalapan karena daun kemangi telah
terbukti dapat mengurangi bau mulut (Putra 2012), selain itu kandungan flavonoid nya
yang berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari
mikroorganisme5
penyebab bau mulut. Di dalam mulut normal diperkirakan rata-rata terdapat sekitar 400
macam bakteri dengan berbagai tipe (Praminingrat, 2012). Penyebab bau mulut,
meskipun belum diketahui dengan jelas kebanyakan dari bau tersebut berasal dari sisa
7
makanan di dalam mulut. Masalah akan muncul bila sebagian bakteri berkembang biak
atau bahkan bermutasi secara besar-besaran. Kebanyakan dari bakteri ini bermukim di
leher gigi bersatu dengan plak dan karang gigi, juga di balik lidah karena daerah
tersebut merupakan daerah yang aman dari kegiatan mulut sehari-hari. Bakteri tersebut
memproduksi toxin atau racun, dengan cara menguraikan sisa makanan dan sel-sel mati
yang terdapat di dalam mulut. Racun inilah yang menyebabkan bau mulut pada saat
bernafas karena hasil metabolisme proses anaerob pada saat penguraian sisa makanan
pengetahuan saat ini. Terlebih lagi keadaan perekonomian Indonesia saat ini yang
mengakibatkan harga obat-obatan relatif mahal. Salah satu tanaman obat yang sering
masyarakat sebagai sayur atau lalap. Selain sebagai lalapan, kemangi juga mempunyai
khasiat mengatasi bau mulut dan badan, badan lesu serta panas dalam. Selain itu,
tanaman ini juga digunakan sebagai peluruh haid dan peluruh ASI. Penelitian tentang
khasiat daun kemangi sebagai antibakteri telah dilakukan, ekstrak etanol daun kemangi
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya dan hasil alam. Salah satu
sumber daya alam yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah kemangi. Kemangi
yang berasal dari spesies ocimum basilicum tidak asing lagi bagi kita dan sering kita
terhadap halitosis yaitu berupa kandungan Minyak atsiri, flavonoid dan eugenol 7
8
Sejak zaman dahulu, kemangi disuling untuk diambil sari minyak atsirinya.
menggolongkan minyak kemangi sebagai atsiri yang berarti aroma kemangi segera
hilang setelah 24 jam dioleskan ke tubuh. Perbandingan minyak atsiri kategori sedang
akan hilang aromanya setelah 3 hari dioleskan, sedangkan minyak atsiri ketegori
antimikroba. Minyak atsiri dibagi menjadi dua komponen, yaitu komponen hidrokarbon
dan komponen hidrokarbon teroksigenasi atau fenol. Fenol memiliki sifat antimikroba
sangat kuat. Minyak atsiri dapat mencegah pertumbuhan mikroba penyebab penyakit,
seperti staphylococcus aureus, salmonella enteritidis, dan escherichia coli. Minyak atsiri
juga dapat menangkal infeksi akibat virus basillus subtilis, salmonella paratyphi, dan
proteus vulgaris. Flavonoid dan Eugenol berperan sebagai antioksidan, yang dapat
menetralkan radikal bebas, menetralkan kolesterol dan bersifat antikanker. Senyawa ini
juga bersifat antimikroba yang mampu mencegah masuknya bakteri, virus, atau jamur
dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme (Insani, 2010).. Selain itu, flavonoid
merupakan setiap kelompok seyawa yang mengandung inti aromatik khusus dan secara
luas tersebar pada tanaman tingkat tinggi,sering dalam bentuk pigmen. Sedangkan
Eugenol merupakan analgesia dental dan antiseptik yang diperoleh dari kemangi atau
kemangi diantaranya menghilangkan bau badan dan bau mulut, anastesi, antihepatitis,
9
estrogen, menguatkan hepar, merangsang ASI, melebarkan pembuluh darah,
sebagai lalapan pada waktu makan untuk menghilangkan bau mulut mengkonsumsi
daun kemangi paling sedikit 10 lembar setiap hari, maka masalah bau mulut dan bau
badan akan berangsur-angsur menghilang, namun bagi yang tidak terlalu menyukai
aroma dan rasa kemangi dapat meminum air rebusan daun kemangi yang dicampur
dengan madu, gula merah atau gula jawa (Cahyani, 2014). Cara ini masih kurang efektif
karena hanya dapat digunakan pada makanan tertentu dan penggunaan kemangi sebagai
obat tradisional secara turun temurun yang telah dikenal oleh masyarakat dan telah
didukung oleh data preklinik, namun perlu diingat bahwa obat bahan alam yang
dianggap aman oleh masyarakat juga perlu diwaspadai, karena setiap bahan atau zat
memiliki potensi bersifat toksik tergantung takarannya dalam tubuh serta sulitnya
Kemangi dan tanaman sejenisnya yaitu selasih atau basil (ocimum basilicum)
memiliki sejarah yang menarik, tanaman jenis ini pernah menjadi tanaman kerajaan di
Prancis dan Italia. Banyak negara lainnya yang juga memanfaatkan tanaman ini sebagai
Amerika dan Eropa. Terlepas dari pembuktian secara ilmiah, kemangi dan selasih
secara empiris telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai macam
tanaman dengan bunga berbibir. Nama genus kemangi adalah ocimum yang berarti
tanaman beraroma. Aroma khas tersebut muncul dari daunnya, kemangi berkerabat
dekat dengan tanaman selasih (Ocimun Sancium), daun mint (Mentha Arvensis), dan
10
daun bangunbangun alias daun jinten (Coleus Amboinicus). Kerabat yang paling dekat
kemangi dikelompokkan dalam kelompok basil semak atau bush basil (Johani, 2008).
Aroma khasnya berasal dari kandungan yang tinggi pada daun dan bunganya.
permen herbal dari ekstrak daun kemangi memiliki daya hambat terhadap Streptococcus
viridans yang jauh lebih baik daripada permen di pasaran. Untuk karakteristik kadar
serat, air dan abu, semua sampel sesuai dengan spesifikasi standar nasional indonesia
timbulnya bau mulut. Hasil penelitiannya diperoleh bahwa varian permen herbal dari
secara maksimal adalah permen herbal dengan konsentrasi ekstrak daun kemangi 75 %,
tetapi secara umum semua varian permen herbal dari ekstrak daun kemangi memiliki
zona hambat yang lebih tinggi dari pada zona hambat permen yang ada di pasaran.
Cara lain mengatasi dan menanggulangi masalah bau mulut atau nafas tak sedap
ialah menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menggosok gigi minimal 2 kali dalam
sehari yaitu pada saat pagi hari sesudah sarapan dan malam hari sebelum tidur, selain
itu pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut dapat dibantu dengan Dental Floss (benang
gigi) untuk membersihkan kotoran di sela-sela permuaan gigi. Umumnya setiap orang
menggunakan pengharum atau penyegar nafas untuk menghilangkan bau mulut pada
saatsaat mendesak, namun ini bukan penyembuh dan sifatnya hanya sementara.
Menjaga kelembaban mulut merupakan cara terbaik untuk mengembalikan air ludah
dengan meminum banyak air atau cairan, karena untuk mencegah timbulnya mulut
11
cara terbaik untuk mencegah nafas tak sedap akibat makanan. Memperbanyak asupan
karbohidrat merupakan salah satu untuk menghindari ketosis yang menyebabkan aroma
nafas tak sedap. Mengunjugi dokter apabila berbagai cara sudah dicoba, tetapi nafas tak
sedap tetap beraroma tidak sedap, mungkin aroma nafas tak sedap merupakan gejala
Mulut dapat bersumber dari intraoral, dan bau mulut juga dapat berasal dari faktor
ekstraoral termasuk faktor sistemik, namun 90% dari semua bau mulut berasal dari
mulut itu sendiri. Faktor lokal bau mulut dapat berasal dari lidah dan sulkus gingiva,
termasuk retensi makanan yang dapat menghasilkan bau pada permukaan gigi atau di
dehidrasi, karies, gigi tiruan, merokok, dan penyembuhan luka bedah atau ekstraksi.
Sumber ekstraoral yang dapat menimbulkan bau mulut antara lain berasal dari berbagai
infeksi atau lesi traktus respiratorius seperti bronkhitis, pneumonia, bronkhiektasis, dan
lain-lain serta bau yang diekskresikan melalui paru-paru dari substansi aromatik dalam
aliran darah, seperti metabolit dari makanan dan produk metabolisme sel.
Napas dari peminum alkohol, bau aseton dari penderita diabetes, dan napas
uremik yang menyertai disfungsi ginjal merupakan contoh dari bau mulut yang terjadi
karena faktor ekstraoral.1,4,6 Daerah pada hidung atau nasopharynx perlu diperhatikan
pula karena udara juga melalui daerah ini. Bau mulut dapat bersumber dari tempat ini
maksilaris misalnya sinusitis kronis, adanya penyakit infeksi pada tonsil, kelenjar
adenoid, larynxitis dan pharynxitis merupakan penyebab bau mulut yang bersumber
12
2.3 Mekanisme Terjadinya Bau Mulut
Bau mulut ditimbulkan oleh komponenkomponen yang bau dalam udara nafas
atau udara dalam mulut. Walaupun lebih dari 200 komponen yang mudah menguap
dapat ditemukan pada manusia, hanya komponen sulfur yang mudah menguap yaitu
volatile sulfur compound yang memiliki korelasi antara konsentrasi dan nilai
terhadap bau mulut merupakan senyawa sulfur yang mudah menguap serta berbau tidak
sedap. Zat ini mengandung hidrogen sulfida (H2S), metil merkaptan (CH3SH) dan
dimetil sulfida ((CH3)2S) yang merupakan produk bakteri atau flora normal rongga
mulut. Zat-zat tersebut selalu dihasilkan dalam proses metabolisme dari bakteri atau
flora normal rongga mulut. Jadi volatile sulfur compound dalam keadaan normal pasti
ada pada rongga mulut semua orang. Bau mulut akan menjadi masalah ketika terjadi
peningkatan kadar volatile sulfur compound di dalam mulut, yakni ketika ada
peningkatan aktivitas bakteri anaerob di dalam mulut yang menyebabkan bau dari
volatile sulfur compound ini akan tercium oleh indera penciuman. Peningkatan
aktivitas itu bisa karena rendahnya kadar oksigen di dalam rongga mulut yaitu saat
produksi saliva atau air liur menurun, selain itu dapat karena adanya karang gigi atau
karies.2 Volatile sulfur compound merupakan hasil produksi bakteri anaerob yang
bereaksi dengan protein-protein yang ada, protein di dalam mulut dapat diperoleh dari
sisa-sisa makanan yang mengandung protein, sel-sel darah yang telah mati, bakteri
yang mati ataupun sel-sel epitel yang terkelupas dari mukosa mulut. Selain itu di dalam
saliva sendiri terdapat substrat yang mengandung protein. Terdapat 3 asam amino
13
a) Oral hygiene yang buruk
Penyebab bau mulut yang utama adalah buruknya kebersihan mulut dan penyakit
ANUG, periodontitis dapat menimbulkan bau busuk yang tajam. Produksi VSC
dalam saliva meningkat pada gingiva yang mengalami inflamasi dan sebaliknuya
c) Tembakau (Nikotin)
Kebanyakan orang yang tidak merokok bisa mengetahui seseorang atau bukan dari
bau mulutnya yang khas.Satu-satunya cara untuk menghilangkan bau mulut ini
Makanan berbau tajam seperti bawang putih,telur,jengkol atau makanan pedas akan
diubah secara kimia dan kemudian masuk kedalam aliran darah dan dibawa ke
paru-paru.Udara diparu-paru dikeluarkan dan bau mulut akan keluar sampai tubuh
yang disebabkan makanan atau minuman hanya bersifat sementara dan mudah di
e) Gigi tiruan
14
Pemakaian gigi tiruan dari logam dan vulganit lebih sering menimbulkan bau dari
pada yag terbuat dari akrilik,kecuali gigi tiruan akrilik tidak dipelihara dengan baik.
Pada individu yang mempunyai saliva sedikit (mulut kering) akan mengeluarkan
histamin dapat menyebabkan xerostomia yang ditandai dengan mulut kering, saliva
h) Penyebab lain
Banyak orang yang mengeluarkan bau nafas yang tidak sedap pagi setelah tidur
semalaman.Hal ini sesuatu yang normal terjadi oleh karena mulut cemderung
VSC adalah komponen penting penyebab bau mulut yang terbentuk akibat gas
berbau yang keluar dari rongga mulut misalnya seperti hydrogen sulfide (H2S),
metil merkaptan (CH3SH), dan dimetil sulfide (CH3)2S. H2S dan CH3SH dapat
mulut.1,2,5
15
Secara umum halitosis dibedakan atas 3 tipe yaitu :
Halitosis ini adalah halitosis sejati atau sebenarnya. Halitosis tipe ini dibedakan
lagi atas halitosis fisiologis dan patologis. Halitosis fisiologis sering disebut
halitosis transien atau sementara. Bau tidak sedap yang ditimbulkan akibat proses
pembusukan makanan pada rongga mulut terutama berasal dari bagian posterior
dorsum lidah, terbatas dan tidak menghambat penderita untuk beraktivitas secara
normal dan tidak memerlukan terapi khusus. Halitosis patologis bersifat permanen,
halitosis type ini harus dirawat dan perawatannya bergantung pada sumber bau
mulut itu sendiri. Sumber penyebab halitosis patologis dibedakan atas intra oral
2. Halitosis Pseudo
Halitosis ini disebut halitosis palsu yaitu halitosis yang sebenarnya tidak terjadi
3. Halitopobia
halitosis pseudo, penderita masih tetap merasa mulutnya berbau maka orang
Terdapat tiga metode utama dalam mengukur bau mulut, yaitu pengukuran
organoleptik, uji pada pasien dinilai berdasarkan persepsi pemeriksa terhadap bau
untuk mengukur bau mulut karena pengukuran ini spesifik terhadap volatile sulfur
16
compound yang merupakan penyebab utama bau mulut, namun peralatannya
misalnya halimeter, dapat menganalisis kandungan sulfur total dari udara mulut
pasien.
Chromatograph (GC)) dianggap sebagai alat ukur bau mulut yang dapat
diandalkan. Akhirakhir ini, dikembangkan suatu alat kromatograf gas (GC) yang
sederhana, praktis dan dilengkapi dengan indium oxide semiconductor gas sensor
udara rongga mulut. Alat ini dapat memenuhi harapan para praktisi kedokteran
yang rendah. Sebagai tambahan, alat ini dapat mengukur konsentrasi gas
individual dari volatile sulfur compounds (VSC) dalam ukuran part per billion
(ppb) dan ng/10 ml. Kemampuan tersebut dapat memudahkan kita untuk
membedakan bau mulut patologis dan bau mulut fisiologis. Alat ini juga mudah
Mulut), Graduate School of Medical and Dental Science University of Niigata, dan
GC-SCS Oral Chroma merupakan kromatograf gas (GC) yang praktis dan
sederhana, dan dilengkapi dengan semiconductor gas sensor (SCS) yang baru
17
untuk hidrogen sulfida (H2S), methyl mercaptan (CH3SH), dan dimethyl sulfide
((CH3)2S). Alat GC-SCS ini dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi gas-
gas volatile sulfur compound (VSC) individual seperti hidrogen sulfida (H2S),
Rasio dari masing-masing komponen sangat penting dalam diagnosis bau mulut.
Hanada dkk pada tahun 2003 dan Murata dkk pada tahun 2006 melaporkan bahwa
volatile sulfur compound (VSC) individual, dan sedikit sekali terpengaruh oleh
bahan-bahan mudah menguap lainnya seperti acetone dan ethanol. Alat ini dapat
mendeteksi bau mulut dalam konsentrasi volatile sulfur compound (VSC) yang
yang biasa dilakukan sehari-hari, berhenti menggunakan obat kumur dan penyegar
dalam rongga mulut sedalam 5 cm di antara gigi-gigi anterior atas dan bawah, dan
diminta untuk menghirup nafas panjang sembari tetap menutup mulut dan bernafas
lewat hidung selama 30 detik. Setelah 30 detik berlalu, batang plunger pada
mengaspirasi 1 ml udara rongga mulut, jarum dipasang kembali pada semprit dan
18
sampel mulai disemprotkan sebanyak 0,5 ml. Akhirnya, sisa sampel udara rongga
mulut diinjeksikan ke dalam bagian dari alat yang disebut injection port pada GC-
program yang akan memproses analisis hasil pengukuran yang didapatkan dari
GC-SCS. Pengatur data ini akan secara otomatis memproses nilai pengukuran data
dan akan ditampilkan pada layar komputer. Hasil akan tampak dalam bentuk
grafik, kurva, dan numerik yang meliputi tiga gas utama, hidrogen sulfida (H2S),
methyl mercaptan (CH3SH), dan dimethyl sulfide ((CH3)2S) dalam unit ng/10 ml
dan part per billion (ppb). Pemprosesan data dapat memberikan tampilan grafis
yang membantu dalam analisis data. Sebagai tambahan, tampilan grafis dapat
digunakan oleh para klinisi untuk berkomunikasi dan memberikan edukasi kepada
2.6. Diagnosis
A. Pengujian Organoleptik
seperti ini telah menjadi pilihan yang sering digunakan peneliti gigi.
19
tidak benar – benar obejektif. Selain itu faktor- faktor lain diluar nafas bau
kopi, teh, jus, produk tembakau, dan kosmetik beraroma oleh subjek sebelum
organoleptik ini tidak bisa mengukur tingkat lemah, kuat atau rata – rata
halitosis.5
keilmuan. Gas kromatografi juga telah dipakai dokter gigi untuk studi halitosis
dan dapat mengkuantifikasi tingkat yang tepat dari berbagai senyawa yang ada
dalam nafas seseorang. Gas kromatografi ini dianggap sebagai gold standard
atau cara terbaik untuk pengukuran halitosis. Namun belum secara luas
setiap pengukuran nafas. Oral Chroma merupakan salah satu pengukuran gas
pengukuran gas chromatografi konvensional oleh karena alat ini bisa mengenali
tiga jenis gas VSC penyebab halitosis seperti hydrogen sulfida, metil
C. Halimeter
20
Halimeter adalah suatu monitor khusus senyawa sulfida, yang bisa
mengkuantifikasi aspek tertentu dari nafas seseorang. Alat ini pertama kali
diperkenalkan tahun 1991 untuk mengukur tingkat gas sulfida, seperti hidrogen
sulfida dan metil merkaptan, yang disebut sebagai senyawa - senyawa belerang
murah.1,5,8
21
BAB III
PEMBAHASAN
kelainan dalam mulut,umumnya terjadi akibat sisa-sisa makanan yang membusuk oleh
bakteri karena kebersihan mulut yang buruk.Keadaan ini dapat di perburuk oleh factor
susunan gigi yang tidak teratur seperti misalnya gigi berjejal. Pada keadaan ini halitosis
bisa dikurangi atau dihilangkan sama sekali yaitu menjaga kebersihan mulut dengan
menggunakan obat kumur. Cara mengatasi halitosis sebenarnya sudah diketahui sejak
dengan cairan rempah dan anggur untuk mengurangi bau mulut ini.pengobatan lain
adalah mengunyah tembakau (Irak),biji lada atau peppercorns (the thalmut) dan parsley
(italia).1
1. Ingat berkumur setelah makan, menggosok gigi selama tiga menit setelah makan,
perhatikan kebersihan gigi palsu dan dilepas waktu tidur. Jaga selalu kebersihan rongga
2. Jangan makan terlalu kenyang, apalagi makan malam, dan dianjurkan makan
hidangan yang agak tawar dan tidak terlalu berminyak, jangan makan kudapan
22
4. Orang setengah baya dan lanjut usia dianjurkan banyak mengkonsumsi buah-buahan
5. Setiap pagi minum segelas air hangat ditambah sedikit garam dalam keadaan perut
kosong, berfungsi untuk mengatur fungsi lambung, ini juga dapat mengurangi
timbulnya halitosis.
6. Minum yogurt atau teh. Yogurt tanpa gula dapat mengurangi senyawa penyebab
halitosis. Senyawa yang terkandung dalam teh yaitu catechin dalam the hijau maupun
7. Mengulum permen vitamin C atau permen karet, menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluorin atau obat tradisional Tiongkok dan mengunyah daun teh juga dapat
menghilangkan halitosis.
8. Menyikat gigi dan bersihkan sela-sela gigi memakai odol dioksida klor (hindari
9. Menggunakan benang gigi. Sebaiknya benang gigi digunakan satu kali atau dua kali
11. Membersihkan lidah (mengikis lidah/ menyikat lidah dengan sikat gigi) untuk
penyebab halitosis lebih sering dijumpai pada orang yang merokok daripada orang yang
tidak merokok.
23
13. Diet seimbang. Makanan yang mengandung gula menjadi tempat bakteri
16. Lakukan pengobatan pada penyakit primer, seperti: radang gusi, radang lambung,
dikategorisasikan menjadi lima kelas dalam rangka untuk menyediakan panduan dalam
merawat pasien bau mulut. TN-1 merupakan penjelasan pada pasien mengenai bau
mulut dan instruksi oral hygiene, TN-2 berupa oral prophylaxis, pembersihan secara
profesional, dan perawatan untuk penyakit mulut khususnya penyakit periodontal, TN-3
berupa rujukan ke dokter umum atau dokter spesialis, TN-4 berupa penjelasan data
pemeriksaan, instruksi profesional lebih lanjut dan pendidikan, dan TN-5 berupa
untuk bau mulut fisiologis dapat berupa TN-1, untuk bau mulut patologis oral dapat
berupa TN-1 dan TN-2, dan untuk pseudo-bau mulut dapat berupa TN-1 dan TN4 yang
merupakan tanggung jawab dokter gigi, perawatan bau mulut patologis ekstraoral dapat
berupa TN-3, untuk perawatan halitophobia dapat berupa TN-5 harus ditangani oleh
Umumnya bau mulut disebabkan karena VSC yang dihasilkan oleh bakteri
anaerob, maka langkah yang penting adalah meminimalisir jumlah makanan yang
24
tersedia untuk bakteri ini, meminimalisir jumlah total bakteri yang ada, meminimalisir
tersedianya lingkungan yang cocok bagi bakteri ini untuk hidup, dan menggunakan
produk yang dapat menetralisir bau mulut yang disebabkan oleh VSC.
Tips untuk mengurangi bau mulut yang bisa dilakukan oleh pasien adalah
menjaga kebersihan rongga mulut khususnya setelah makan makanan tinggi protein,
berkunjung ke dokter gigi untuk melakukan perawatan atau pemeriksaan gigi dan gusi,
11 minum banyak air putih, 11,12 sering berkumur-kumur dengan air11 , membersihkan
lidah dengan sikat gigi, sikat lidah atau skrap lidah (tongue scraper), berkumur-kumur
mengunyah sesuatu, bisa permen karet, cengkih atau permen pengharum nafas, tapi
pastikan bebas gula. Saliva mempunyai efek membersihkan dan melarutkan bakteri dan
produknya yang menyebabkan bau mulut, 11 dan berkunjung ke dokter umum untuk
memeriksa kesehatan umum yang bisa menyebabkan bau mulut.13 Cara menangani bau
mulut adalah pastikan diagnosis, identifikasi dan eliminasi faktor predisposisi dan faktor
yang memodifikasi, identifikasi faktor kesehatan umum yang mempengaruhi dan rujuk
Setelah diagnosis yang pasti telah dibuat, dilakukan perawatan yang meliputi instruksi
oral hygiene yang meliputi menyikat gigi, teknik flossing dan pembersihan gigi tiruan,
pendekatan mekanik meliputi scaling dan root planing dari poket periodontal dan akar
gigi dan membersihkan lidah, pendekatan kimia menggunakan obat kumur, nasehat
mengenai diet untuk membersihkan mulut setelah makan atau minum produk makanan
atau minuman seperti ikan, daging, bawang putih, bawang merah, kopi dan merokok,
3.2 Terapi
25
Untuk mengatasi halitosis intraoral, dapat dilakukan kontrol terhadap kebersihan
mulut, kesehatan jaringan lunak dan keras mulut faktor-faktor pendukung timbulnya
halitosis, penggunaan bakteri lain untuk menekan bakteri anaerob gram negatif, dan
mekanis dengan cara penyikatan lidah dan gigi, dan 2) kimiawi melalui penggunaan
obat kumur, pasta gigi, permen karet; dan sistemik kontrol diet dan terapi biologis
dengan menggunakan probiotik. Pembersihan gigi dan mulut secara mekanis bertujuan
untuk mengurangi jumlah mikroba patogen dari biofilm dan tongue coating, sehingga
pembentukkan karies dihambat, kadar halitosis menjadi rendah dan risiko penyakit
memberikan hasil yang baik terhadap timbulnya halitosis.21 Bahan lain yang juga dapat
memperbaiki kondisi halitosis antara lain zinc chloride dan sodium chloride22, TCF
halitosis oral, ditandai dengan penurunan kadar komponen sulfur volatil dan
organoleptik.1 Contohnya, pada pasien dengan gigi tiruan, penyikatan gigi tiruan saja
ternyata tidak dapat mengurangi halitosis, tetapi penyikatan gigi yang disertai
perendaman gigi tiruan dalam larutan antiseptik, ternyata jauh lebih efektif.27 Dahulu
permen karet sering digunakan untuk menghilangkan bau mulut, tetapi ternyata permen
karet tidak bergula justru akan meningkatkan kadar metil merkaptan.21 Rasa mint
dalam permen, tidak menurunkan konsentrasi metil merkaptan, tetapi hanya menutupi
26
Modifikasi faktor pendukung timbulnya halitosis, dapat dilakukan dengan
mengurangi diet protein. Adanya keseimbangan diet protein dan karbohidrat akan
mengurangi pembentukan bahan odor. Daging yang masih berdarah, daging ikan, susu
terbentuk akan meningkat pula. Makanan yang banyak mengandung mineral sulfat, juga
mengandung bahan odor dianginkan pada udara kering maka akan mengurangi jumlah
normal maupun patogen, dirancang untuk tidak lagi menimbulkan kondisi patogen bagi
tubuh. Bakteri ini dapat menjadi probiotik. Penggunaan probiotik sudah lama dilakukan
pada kondisi sistemik, tetapi untuk rongga mulut, hal ini masih relatif baru.
Probiotik
Probiotik pertama kali digunakan dalam bidang kedokteran, sebagai terapi atau
pencegahan terhadap diare akibat antibiotik. Terapi antibiotik biasanya akan membunuh
bakteri penyebab penyakit dan bakteri normal. Bakteri normal intestinal berfungsi
mendominasi gastrointestinal dengan cepat jika kompetitor (bakteri yang dihambat oleh
27
Berdasarkan definisi WHO, probiotik adalah mikroorganisme hidup yang jika
diberikan dalam jumlah tertentu dapat. Hal ini yang membedakannya dengan
mungkin dilakukan, karena penyebab halitosis sendiri bersifat kompleks dan masih
banyak bakteri dalam rongga mulut penyebab halitosis yang belum ditemukan hingga
kini.8 Oleh karena itu, diajukan alternatif lain dengan menggunakan bakteri non-virulen
bagi host.29 Dalam saluran pencernaan, penggunaan prebiotik dan probiotik ditujukan
dalam usus dan memodulasi sistem imun host.30 Dahulu diduga bahwa efek positif dari
toleransi probiotik adalah meregulasi respon imun terhadap fragmen makanan potensial
manusia telah mengkonsumsi bakteri asam laktik dalam bentuk makanan maupun
penemuan probiotik baru, seperti bakteri dari mukosa intestinal yang digunakan pada
mukosa oral. Bakteri laktobasilus dari intestinal ini pernah dicoba digunakan untuk
probiotik oral, tetapi nampaknya kurang memberikan efek positif daripada bakteri yang
diisolasi langsung dari mikrobiota oral.1 Kandidat probiotik oral ini diharapkan dapat
28
bertahan dalam kondisi ekosistem oral. Bakteri normal mulut yang telah dicoba
Streptococcus salivarius.
baik, dapat menempati lingkungan biofilm dengan jumlah dominan pada lidah. Bakteri
ini dapat menghasilkan sangat sedikit komponen sulfur volatil dan tidak berimplikasi
terhadap karies gigi maupun penyakit infeksius lainnya. Strain bakteri ini hampir
sudah banyak digunakan dalam industri makanan. Jadi, S. salivarius dipilih menjadi
probiotik karena karakteristik bakteri berupa bakteriosin yang dihasilkan akan menetap
dalam rongga mulut, dapat ber-adhesi pada berbagai sel dalam mulut, dapat dibekukan
dan disimpan, menghasilkan bakteriosin tipe lantibiotik yang poten terhadap bakteri
gram positif.
normal (seperti laktobasilus) untuk rongga mulut, tetapi nampaknya bakteri yang
diisolasi dari dalam rongga mulut lebih dapat bermanfaat daripada bakteri intestinal.1
Tidak semua probiotik dapat mengisi populasi mikrobial dalam rongga mulut, karena
setiap strain bakteri memiliki afinitas terhadap jaringan tertentu.1 Selain itu, bakteri
digunakan sebagai terapi preventif untuk karies gigi, Candidam albicans dan halitosis.
29
Probiotik telah banyak digunakan sebagai terapi preventif terhadap karies gigi.
pembentukkan biofilm plak gigi.1 Begitu pula dengan probiotik laktobasilus yang
bakteri normal yang ditemukan pada individu sehat.8 Streptococcus salivarius K12
merupakan prototipe dari strain S. salivarius yang mempunyai efek inhibisi tinggi
salivaricin B atau SboB) sehingga dapat digunakan untuk pencegahan dan terapi
S. salivarius K12 tidak dapat menghambat semua spesies yang berperan dalam
halitosis, terutama koloni berpigmen hitam (beberapa spesies Prevotella) dalam sampel
pada akhirnya menurunkan kadar komponen sulfur volatil.37 Mekanisme yang diduga
mukosa mulut, karena secara in vitro, S. salivarius tidak dapat menghambat semua
spesies yang menjadi penyebab halitosis intraoral, yaitu P. gingivalis dan P. intermedia.
30
Produksi salivaricin A dalam saliva, sangat bervariasi antar individu dan untuk
K12 per mililiter saliva sebanyak 8 x 105 sampai 6,7 x 107 CFU per ml.36 Kondisi ini
juga dipengaruhi oleh laju aliran saliva yang dapat mendilusi salivaricin A. S. salivarius
K12 selain dapat digunakan sebagai terapi halitosis, juga dapat digunakan sebagai terapi
Penelitian klinis pada pasien halitosis yang diberikan obat kumur klorheksidin
dan probiotik lozenges strain K12, memperlihatkan bahwa 8 dari 13 pasien mengalami
perbaikan kadar komponen sulfur volatil dalam 2 minggu. Sebagai pilihan terapi
halitosis, S. salivarius K12 tidak dapat digunakan secara tunggal, namun harus
halitosis dapat disingkirkan dan selanjutnya populasi bakteri mulut akan digantikan
mekanis dan kimiawi dalam rongga mulut. Saat kini, S. salivarius K12 sudah banyak
ditemukan dalam pasaran dan dikemas dalam bentuk bubuk38, lozenges39,40, dan
permen.7
BAB IV
KESIMPULAN
31
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan halitosis atau bau mulut dapat
mengidap semua orang. Pada dasarnya halitosis adalah masalah semua orang yang
kebanyakan tidak menyadari bahwa dirinya memiliki masalah bau mulut. Tingkat
keparahan halitosis yang berbeda, ada yang mempunyai halitosis ringan sehingga sama
kondisi halitosis berat sangat mengganggu orang lain sehingga dapat mempengaruhi
rasa percaya diri. Sumber utama halitosis adalah di dalam mulut, yaitu adanya senyawa-
senyawa belerang yang mudah menguap atau volatile sulphur compounds (VSC’s).
Senyawa ini dihasilkan dari proses penguraian protein oleh bakteri anaerob, khususnya
pada permukaan lidah bagian belakang. Oral hygiene yang buruk, penyakit periodontal
dan karies gigi, nikotin dari orang yang merokok, makanan dan minuman yang tajam,
gigi tiruan dari logam, xerostomia dan lain-lain merupakan faktor penyebab halitosis.
Salah satu metode dalam mengukur bau mulut dapat menggunakan oral chroma
merupakan kromatograf gas yang praktis dan sederhana, dapat memberikan sensitivitas
tinggi untuk volatile sulfur compound, dengan komponen hydrogen sulfida, metil
merkaptan, dan dimetl sulfida. Pencegahan dan pengobatan halitosis dapat dilakukan
dengan cara menyikat gigi menggunakan pasta yang mengandung flour, membersihkan
lidah minimal satu kali sehari, menggunakan benang gigi setelah menyikat gigi,
Diet yang seimbang dan minum yogurt atau teh dan melakukan pengobatan pada
penyakit primer, seperti: radang gusi, radang lambung, kencing manis, dan sebagainya.7
32
DAFTAR PUSTAKA
33
1. Pitauli S, Hamada T, ed revisi. Menuju Gigi dan Mulut Sehat Pencegahan Dan Pemelih
2. Dipoyona H.M. Pengaruh Bahan Dasar Gigi Tiruan Sebagian Terhadap Kadar Halitosis
(Kajian Terhadap Gts Resin Akrilik dan Termoplastik Nilon Terhadap Kadar Methylm
ercaptan dan Dimethyl Mercaptan). In : Proceeding Book. Editor FKG UGM. The Inte
3. Robbihi HI. Kajian Manfaat Kemangi (Ocium Basilicum) Terhadap Halitosis. ARSA
5. Ratmini NK. Bau Mulut ( Halitosis ). Jurnal Kesehatan Gigi 2017 Feb;5(1):25-29
6. Adnyani N, Artawa IB. Pengaruh Penyakit Gigi dan Mulut Terhadap Halitosis. Jurnal K
7. Gunardi I, Wimardhani YS. Oral Probiotik : Pendekatan Baru Terapi Halitosis. Indonesi
8. Wijayanti YR. Metode Mengatasi Bau Mulut. Jurnal Cakradonya Dent. 2014;6(1):619-
677
34