Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGAMA ISLAM

“ORAL HYGIENE DALAM PERSPEKTIF ISLAM”

DOSEN PEMBIMBING
dr. Ahmad Husairi, M. Imun

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6

Jamilatun Nisa 1911111120007


Yopy Prasetya Triaji 1911111210006
Siti Musrifatutazkiyah 1911111220018
Muhammad Dinil Fajr 1911111310035
Aurelia Marsha Denta Oktavia 1911111320009
Amilia Ariyani 1911111320032
Eta Maulida Shalehah 1911111320038

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan
yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan
makalah tentang “Oral Hygiene dalam perspektif Islam.”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-
banyaknya untuk dr. Ahmad Husairi, M. Imun selaku dosen mata kuliah Agama
Islam yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh
supaya makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam semua kalnagan
khususnya di bidang kedokteran gigi.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.Di akhir kami
berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Banjarmasin, 18 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................... 2
1.4 Manfaat Makalah ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
2.1 Definisi Oral Hygiene ...................................................................... 3
2.2 Oral Hygiene Dalam Perspektif Islam ............................................. 3
2.3 Tujuan Oral Hygiene ........................................................................ 5
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Oral Hygiene...................................... 6
2.5 Faktor Resiko Masalah Oral Hygiene .............................................. 6
BAB III PENUTUP .................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu masalah terbesar dan umum yang dihadapi penduduk
Indonesia sama halnya dengan negara berkembang lainnya di bidang kesehatan
adalah kesehatan rongga mulut. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian tidak
terpisahkan dengan kesehatan pada sistem organ tubuh lainnya, hal ini terjadi
karena rongga mulut adalah “front office” dari tubuh. Rongga mulut menjadi
organ pertama sistem pencernaan atau pintu gerbang masuknya makanan dan
minuman yang berfungsi sebagai nutrisi dalam tubuh manusia . Sehingga tidak
aneh jika dikatakan rongga mulut yang bersih turut mempengaruhi kualitas hidup
manusia secara keseluruhan (oral-health related quality of life) (Harpindo, 2017).
Pada umumnya, sebagian besar masyarakat Indonesia belum benar-benar
memiliki paradigma yang tepat terkait kesehatan rongga mulut. Masyarakat
cenderung masih menganggap remeh hal tersebut dikarenakan kurangnya rasa
kepedulian mereka akan pentingnya menjaga kesehatan rongga mulut. Hal ini
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang menunjukan
kondisi kesehatan gigi masyarakat Indonesia cenderung tidak baik. Dari hasil
survei kesehatan yang melibatkan 2.132 dokter gigi itu didapat 57,6% penduduk
Indonesia mengakui mengalami masalah gigi dan mulut dan hanya 10,2% yang
mendapat penanganan medis gigi (Riskesdas, 2018)
Rendahnya upaya masyarakat dalam memanfaatkan layanan medis juga
menjadi salah satu faktor utama tingginya masalah kesehatan rongga mulut di
Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 tingkat
“permintaan seseorang yang menderita sakit gigi untuk mendapatkan pelayanan
medis “Effective Medical Demand” (EMD) hanya sebesar 8.1%. Padahal untuk
dapat memperoleh derajat kesehatan rongga mulut yang optimal dibutuhkan upaya
kesehatan gigi yang berkelanjutan yaitu kita berusaha untuk mencari solusi
(pengobatan) yang terbaik misalnya dengan pergi ke dokter gigi untuk mencari
pengobatan layak apabila terjadi keterbatasan biaya perawatan gigi yang mahal
dan puskesmas yang sangat terbatas (Riskesdas, 2013).
Salah satu cara untuk mengatasi tingginya masalah kesehatan rongga
mulut di Indonesia adalah dengan memperhatikan pola sikap atau perilaku
masyarakat terkait perawatan kesehatan rongga mulut (Oral Hygiene). Dalam
dunia medis, oral hygiene itu sangat penting mengingat peran dan fungsi rongga
mulut pada tubuh yang sangat penting. Bukan hanya itu saja, pada bidang
agamapun juga demikian, salah satunya yaitu pada agama islam. Islam adalah
agama yang sangat menganjurkan menjaga kesehatan rongga mulut. Hal ini
dibuktikan dengan sikap Rasulullah Shallallahu‘alaihi Wasallam yang sangat

1
2

memperhatikan kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan latar


belakang inilah yang menjadikan penulis tertarik membuat makalah mengenai
oral hygiene dalam perspektif Islam untuk mengulas lebih jauh mengenai
pentingnya oral hygiene dalam pandangan islam (Harpindo, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka di dapatkan
rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa definisi oral hygiene?
b. Apa faktor yang mempengaruhi oral hygiene?
c. Apa faktor resiko masalah oral hygiene?
d. Apa tujuan oral hygiene?
e. Bagaimana oral hygiene dalam perspektif islam?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat
didapatkan tujuan penulisan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui definisi Oral Hygyiene.
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi oral hygiene.
c. Untuk mengetahui faktor resiko masalah oral hygiene.
d. Untuk mengetahui tujuan oral hygiene.
e. Untuk mengetahui oral higyene dalam perspektif islam.

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat
didapatkan manfaat penulisan sebagai berikut:
a. Diketahuinya definisi Oral Hygyiene.
b. Diketahuinya faktor yang mempengaruhi oral hygiene.
c. Diketahuinya faktor resiko masalah oral hygiene.
d. Diketahuinnya tujuan oral hygiene.
e. Diketahuinya oral higyene dalam pespektif islam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Oral Hygiene


Menurut KBBI, oral merupakan sesuatu yang berhubungan dengan
mulut. Sedangkan hygiene, diartikan sebagai hal yang berkenaan dengan atau
sesuai dengan ilmu kesehatan, bersih, dan bebas penyakit. Secara etimologi,
hygiene berasal dari Yunani yang berarti sebagai ilmu untuk membentuk dan
menjaga kesehatan. Sejarahnya, kata hygiene diambil dari nama Dewi Yunani,
‘Hygea’, yang melambangkan dewi pencegah penyakit.
Menurut WHO, kebersihan gigi dan mulut atau oral hygiene merupakan
suatu keadaan terbebas dari nyeri pada mulut, wajah, infeksi dan luka pada mulut,
penyakit periodontal, kerusakan gigi, kehilangan gigi serta gangguan-gangguan
yang membatasi kapasitas individu dalam menggigit, mengunyah, tersenyum,
berbicara dan kepercayaan diri. Oral hygiene penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan tubuh secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan
termasuk fungsi mengunyah, berbicara, dan rasa percaya diri. Namun, mayoritas
masyarakat tidak menyadari awal mula timbulnya penyakit gigi dan mulut yang
bersumber dari kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh.
Oral hygiene adalah tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan
mulut, gigi dan gusi. Oral hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk menjaga
kontinuitas bibir, lidah dan mukosa mulut, mencegah infeksi dan melembabkan
membran mulut dan bibir. Sedangkan menurut Hidayat dan Uliyah, oral hygiene
merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
dihospitalisasi. Tindakan ini dapat dilakukan oleh pasien yang sadar secara
mandiri atau dengan bantuan perawat. Untuk pasien yang tidak mampu
mempertahankan kebersihan mulut dan gigi secara mandiri harus dipantau
sepenuhnya oleh perawat. Menurut Perry, pemberian asuhan keperawatan untuk
membersihkan mulut pasien sedikitnya dua kali sehari (Manurung, 2017).

2.2 Oral Hygiene dalam Perspektif Islam


Menjaga kebersihan mulut merupakan keniscayaan yang tidak dapat
ditawa-tawar lagi. Bukan cuma untuk mencegah sakit gigi ataupun bau nafas yang
kurang sedap, melainkan lebih dari itu, kebersihan merupakan anjuran agama
islam. Islam menyadari bahwa mulut merupakan pintu masuk berbagai penyakit
yang bersumber dari makanan yang kita makan setiap hari. Gigi dan mulut adalah
awal mula segala pencernaan, karena itulah gigi sangat berhubungan dengan
organ tubuh lainnya. Tidak banyak orang menyadari sakit gigi bisa memicu
timbulnya penyakit lain yang berbahaya. Sebagai umat muslim diharapkan
mempunyai perilaku kesehatan yang baik karena dalam Islam terdapat hadits yang
menganjurkan agar umatnya senantiasa mengamalkan kebersihan, tidak hanya
kebersihan pribadi tetapi juga kebersihan lingkungan yang akan membentuk

3
4

kehidupan sejahtera lahir dan bathin. Banyak ayat dalam al-Qur’ān yang
menyampaikan tentang cara untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, antara lain
seperti disebut dalam surat Al-Baqarah (2; 222) yang mengingatkan manusia agar
selalu menjaga kebersihan dan kesucian. Adapun bunyi Surat al Baqarah (2; 222) :

‫ب الْ ُم ت َطَ هِ ِر ي َن‬


ُّ ‫ب ال ت َّ َّو ا ب ِ ي َن َو ي ُ ِح‬ َّ ‫إ ِ َّن‬
ُّ ‫َّللا َ ي ُ ِح‬
Artinya :
“Sesungguhnya Allah mengasihi orang yang banyak bertaubat dan mengasihi
mengasihi orang-orang yang senantiasa menyucikan diri”.
Kebersihan jasmani berarti bebas dari kotoran ataupun penyakit termasuk
penyakit rongga mulut/gigi. Pada umumnya orang akan merasa malu bila terlihat
kotor jasmaninya, dibandingkan dengan kebersihan rohaninya. Kebersihan
jasmani akan terlihat kasat mata sehingga akan dianggap sebagai orang yang tidak
memperhatikan kebersihan dirinya, sedangkan untuk kebersihan rohani tidak ada
orang lain yang tahu selain diri sendiri. Oleh karena itu, biasanya manusia lebih
mementingkan kebersihan jasmani, walaupun sebenarnya keduanya merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai manusia yang bertakwa seharusnya
kita melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa ta’ala, yaitu
dengan selalu menjaga kebersihan jasmani maupun rohani dimanapun kita berada.
Salah satu bentuk manifestasi dari ayat al-Quran yang menyangkut tentang
kebersihan adalah hadits riwayat Muslim yang dalam kehidupan terkenal dengan
ungkapan “Kebersihan adalah sebagian dari Iman“ (Nismal, 2017).
Dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut, pada masa hidupnya
Rasulullah menggunakan siwak sebagai alat untuk membersihkan mulut dan
giginya dengan tujuan untuk pencegahan terhadap terjadinya penyakit gigi serta
menyegarkan rongga mulut. Sejarah ini membuat kesan bahwa penggunaan siwak
merupakan tradisi membersihkan gigi dan rongga mulut menurut Islam.
Kemudian diperkuat oleh sunnah beliau untuk menggunakan siwak sebelum
melakukan ibadah (sebelum shalat, membaca al-Qur’an). Sebagaimana
disebutkan di atas bahwa menjaga kesehatan gigi dan mulut akan sangat
menentukan kualitas hidup manusia, di dalam Islam pun telah ditunjukkan adanya
perintah ataupun anjuran Nabi Muhammad Shallallu‘alaihi Wasallam yang
berhubungan dengan kesehatan dan kebersihan gigi. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu‘alaihi Wasallam bersabda:

ِ ‫علَى أ ُ َّمتِي ََل َ َم ْرت ُ ُه ْم ِبالس َِو‬


َ ‫اك َم َع ُك ِل‬
‫صالَة‬ ُ َ ‫لَ ْو ََل أ َ ْن أ‬
َ ‫ش َّق‬
Artinya:
“Sekiranya arahanku tidak memberatkan umat mukmin ,niscaya aku akan
memerintahkan mereka untuk bersiwak/ menggosok gigi setiap kali mereka akan
mendirikan shalat”(HR Bukhari dan Muslim).
Perintah ini menunjukkan bagaimana Nabi sangat memperhatikan kebersihan
(gigi khususnya) sewaktu akan berkomunikasi dengan Allah Subhanahu Wa
5

ta’ala. Shalat adalah ibadah wajib yang dilakukan 5 (lima) kali sehari, dengan
demikian kebersihan gigi akan terjaga sepanjang hari dan dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya penyakit gigi. Hal ini menunjukkan, bahwa Rasulullah
adalah tauladan bagi umat Islam yang mengajarkan manusia untuk memelihara
kesehatan gigi. Pada kenyataannya setelah diteliti ternyata siwak mempunyai
keunggulan sebagai alat pembersih gigi yang baik hingga saat ini. Hadits di atas
menegaskan betapa pentingnya manusia menjaga kebersihan (gigi) demi
menghindarkan dari berbagai penyakit, namun ada kekhawatiran Nabi
Shallallu‘alaihi Wasallam bahwa hadits ini akan memberatkan umat Islam
sehingga beliau tidak mewajibkannya walaupun dalam kehidupan sehari-hari
beliau menggosok gigi beberapa kali. Para sahabat menggambarkan keadaan gigi
Nabi Shallallu‘alaihi Wasallam adalah giginya teratur rapi, walaupun agak
jarang tetapi selalu bersih berkilau. Dengan penghayatan dan pengamalan nilai-
nilai agama Islam dalam perilaku sehari-hari secara tidak disadari merupakan
upaya pencegahan penyakit menjaga kesehatan rongga mulut (Budiarti, 2014).
Disamping itu, dalam Islam mengajarkan untuk selalu menjaga
kebersihan diri dengan rutin untuk mandi dan berwudhu. Berwudhu sebelum
melakukan setiap kegiatan yang bermanfaat dan sebelum berbicara kepada orang
lain merupakan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu‘alaihi
Wasallam. Dalam metode berwudhu yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
Shallallahu‘alaihi Wasallam dimana di dalam praktiknya pada bagian yaitu
berkumur 3 kali menunjukkan suatu proses pembilasan pembersihan rongga
mulut. Bahkan sewaktu Nabi Muhammad Shallallu‘alaihi Wasallam selesai
makan, beliau memerintahkan para sahabatnya untuk mencuci mulut mereka saat
setelah memakan makanan yang mengandung zat lemak yang tinggi seperti susu
dan gula (Sawiq). Apabila zat ini terlalu lama berada di dalam rongga mulut,
maka dapat menyebabkan munculnya bau mulut (halitosis) dan karies gigi yang
termasuk salah satu akibat apabila tidak menjaga kebersihan Oral Hygiene
dengan baik. Proses pembilasan mulut ini dianggap sebagai suatu perilaku yang
sangat penting untuk diterapkan. Praktek berwudhu ini sangat penting
dikarenakan dapat menggugurkan dosa-dosa dan membuat umat Islam lebih
dekat kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala (Owens et al., 2015).

2.3 Tujuan Oral Hygiene


Oral Hygiene dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting, beberapa
masalah mulut dan gigi bisa terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan mulut
dan gigi. Kesadaran menjaga oral hygiene sangat perlu dan merupakan obat
pencegah terjadinya masalah gigi dan mulut yang paling manjur.Adapun tujuan
dari oral hygiene adalah sebagai berikut (Manurung, 2017):
a. Untuk membersihkan dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi.
b. Menjaga kontinuitas bibir, lidah dan mukosa mulut.
c. Mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut.
6

d. Mencegah terjadinya infeksi rongga mulut.


e. Melembabkan membran mulut dan bibir.
f. Mempertinggi daya tahan tubuh

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Oral Hygiene


Sebagian besar masyarakat masih banyak meremehkan akan pentingnya
kesehatan oral hygiene gigi dan mulut karena kurangnya rasa peduli dan kemauan
dalam diri mereka dan kesadaran untuk selalu melakukan kebersihan oral hygiene
(gigi dan mulut). Dalam melakukan kebersihan oral hygiene (gigi dan mulut)
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Sherlyta et al., 2017):
a. Pengetahuan akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut
b. Kebiasaan atau perilaku
c. Praktik dan status sosial ekonomi
d. Kondisi fisik
e. Pilihan pribadi

2.5 Faktor Resiko Masalah Oral Hygiene


a. Karies gigi
Karies gigi merupakan masalah penyakit mulut yang umum. Karies
adalah suatu penyakit jaringan keras, yaitu email, dentin, dan sementum yang
disebabkan oleh aktivias suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
difermentasikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Perkembangan lubang
merupakan proses patologi yang melibatkan kerusakan email gigi dikarenakan
kekurangan kalsium. Adapun etiologi penyebab karies, diantaranya (Bakar, 2012).

Host

Substrat Karies Waktu

Mikro-
organisme
7

1. Host, merupakan faktor penyebab karies yang diakibatkan karena adanya


bentuk permukaan morfologi gigi.
2. Waktu, yaitu akibat adanya penurunan pH di dalam mulut dengan waktu
tertentu akan mengakibatkan demineralisasi pada permukaan gigi.
3. Mikroorganisme, yaitu bakteri penyebab karies gigi. Diantaranya
Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp.
4. Substrat, yaitu berupa karbohidrat yang mengandung sukrosa dan glukosa.
Sukrosa dan glukosa adalah jenis makanan yang dapat difermentasikan
oleh bakteri, sehingga menjadi asam dan menyebabkan terjadinya karies
gigi.
b. Penyakit periodontal
Penyakit periodental adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti
peradangan membran periodontal. Mekanisme pembentukkan penyakit ini
pertama kalinya adalah terbentuknya plak sehingga semakin banyak terbentuk
asam oleh bakteri berupa enzim dan kondisi asam. Hal ini juga menyebabkan
epithel cekat lepas dan bermigrasi ke apika. Bakteri masuk ke epitel gingiva dan
jaringan periodontal yang lebih dalam menyebabkan respon inflamasi sehingga
serabut kolagn rusak dan terjadi pembentukkan jaringan granulasi. Bila terjadi
perluasan inflamasi maka menyebabkan kerusakan tulang alveolar (Bakar, 2012).
c. Plak
Plak gigi adalah deposit lunak yang terdiri dari berbagai macam
mikroorganisme pada permukaan gigi yang berada pada satu polimer matriks
bakteri dan saliva (Fatikarini et al., 2011).
d. Halitosis
Halitosis adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan
bau nafas tidak sedap yang berasal dari rongga mulut yang dapat terjadi secara
fisiologis dan patologis. Halitosis disebut juga fetor ex ore, fetor oriatau oral
malodormerupakan istilah umum untuk menunjukkan bau nafas yang tidak
sedap,penyebabnya dapat berasal dari rongga mulut dan diluar rongga mulut yang
mempunyai komplikasi kesehatan dan social (Irianti, 2015).

e. Stomatitis
Stomatitis adalah suatu kondisi peradangan pada mulut karena kontak
dengan pengiritasi, defisiensi vitamin, atau infeksi. Stomatitis yang meupakan
komplikasi mukosa dapat meningkatkan risiko infeksi sistemik dan secara
signifikan mempengaruhi kualitas hidup dan biaya perawatan. Perawatan mulut
selama perawatan sangat penting untuk mencegah pengembangan stomatitis.
Meskipun stomatitis jarang mengancam jiwa, stomatitis mengganggu sebagian
besar pengobatan kanker. Kemajuan dalam pencegahan dan manajemen stomatitis
secara signifikan akan meningkatkan kualitas hidup pasien (Kato et al., 2017).
8

f. Glossitis
Geographic tongue atau benign migratory Geographic tongue atau benign
migratory glossitis atau erythema migrains adalah suatu lesi inflamasi pada lidah
yang bersifat jinak dan tidak memiliki kecenderungan berubah menjadi ganas.
Kelainan ini sesuai dengan namanya, terjadi pada lidah khususnya pada bagian
dorsum atau pada bagian lateral lidah. Lesi pada GT bersifat asimptomatik karena
terdapat atrofi papilla atau depapilasi dari papilla filiformis yang mampu
mengubah sensasi (Pinasthika et al., 2018).
g. Gingivitis
Gingivitis adalah peradangan gusi biasanya akibat hygiene mulut yang
buruk atau defisiensi vitamin. Dapat terjadi pada interdental papil, tepi gusi, gusi
cekat, atau kombinasinya. Gingivitis ditandai adanya perubahan warna gusi
menjadi lebih merah atau pucat, mudah berdarah, gusi membengkak sehingga
permukaannya mengkilat dan licin, konsistensi lunak, terasa tidak nyaman, dan
dapat disertai halitosis. Perawatan gingivitis adalah dengan menghilangkan faktor
penyebabnya yaitu bakteri plak dengan cara skeling, Root Planing, kuretase,
disertai instruksi pemeliharaan kebersihan mulut (Usri et al., 2009).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Oral hygiene adalah tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan
mulut, gigi dan gusi. Menurut WHO, kebersihan gigi dan mulut atau oral hygiene
merupakan suatu keadaan terbebas dari nyeri pada mulut, wajah, infeksi dan luka
pada mulut, penyakit periodontal, kerusakan gigi, kehilangan gigi serta gangguan-
gangguan yang membatasi kapasitas individu dalam menggigit, mengunyah,
tersenyum, berbicara dan kepercayaan diri. Oral Hygiene bertujuan untuk
membersihkan dan menyegarkan rongga mulut (mulut, gigi dan gusi), menjaga
kontinuitas bibir, lidah dan mukosa mulut, mencegah penyakit yang penularannya
melalui mulut, mencegah terjadinya infeksi rongga mulut, melembabkan
membran mulut dan bibir dan mempertinggi daya tahan tubuh. Faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam melakukan oral hygiene terdiri dari lima faktor,
yaitu pengetahuan akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, kebiasaan
atau perilaku, praktik dan status sosial ekonomi, kondisi fisik dan karena pilihan
pribadi. Tidak melakukan oral hygiene dapat menyebab potensi terkena penyakit
gigi dan mulut semakin tinggi seperti, keries gigi, penyakit periodontal, plak,
halitosis, keilosis, stomatitis, glossitis dan gingivitis.

3.2 Saran
Menjaga kebersihan mulut merupakan keniscayaan yang tidak dapat
ditawa-tawar lagi. Bukan cuma untuk mencegah sakit gigi ataupun bau nafas yang
kurang sedap, melainkan lebih dari itu, kebersihan merupakan anjuran agama
islam. Islam menyadari bahwa mulut merupakan pintu masuk berbagai penyakit
yang bersumber dari makanan yang kita makan setiap hari. Sebagai umat muslim
diharapkan mempunyai perilaku kesehatan yang baik karena dalam Islam terdapat
hadits yang menganjurkan agar umatnya senantiasa mengamalkan kebersihan,
tidak hanya kebersihan pribadi tetapi juga kebersihan lingkungan yang akan
membentuk kehidupan sejahtera lahir dan bathin. Oleh karena itu, mari mulai dari
sekarang kita membiasakan diri kita untuk selalu menjaga kebersihan khususnya
kebersihan rongga mulut, karena kebersihan dan kesehatan rongga mulut
merupakan salah satu penentu kualitas hidup manusia.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bakar A. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Edisi 2. Yogyakarta: CV. Quantum


Sinergis Media.

Budiarti R. 2014. Tingkat Keimanan Islam dan Status Karies Gigi Santri. Jurnal
Health Quality; 5(1): 1-66

Fatikarini I, Handajani Juni. 2011. Pengunyahan Permen Karet Gula dan Xylitol
Menurunkan Pembentukan Plak Gigi. Maj Ked Gi; 18(1): 11-14.

Irianti R. 2015. Gambaran Pengetahuan Tentang Halitosis Pada Buruh Di


Pelabuhan Manado. Jurnal e-GiGi (eG); 3(1): 1-7

Kato S, Sato A, Matsuda N, Suzuki H, Ujiie M, Sato S, Miyazaki H, Kodama T


dan Satoh H. 2017. Management of afatinib-induced stomatitis.
Molecular and Clinical Oncology. 6(4); 603-605.

Manurung N. 2017. Hubungan Pelaksanaan Oral Hygiene dengan Kejadian


Infeksi Rongga Mulut pada Pasien dengan Penurunan Kesadaran di RSU
Imelda Pekerja Indonesia Medan. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda;
3(2) : 1-6.

Nismal H. 2017. Islam dan Kesehatan Gigi: Pustaka Al-Kautsar.

Owens J, Sami W. 2015. The Role of the Qur’an and Sunnah in Oral Health
Journal Relig Health; 55(6): 1954–1967.

Pinasthika PA, Mashartini A, Eidy R. 2018. Prevalensi dan Distribusi Penderita


Geographic Tongue pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember Angkatan 2014 – 2016. e-Jurnal Pustaka Kesehatan;
6(1): 186-191.

Sherlyta M, Wardani R, Susilawati S. 2017. Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut


Siswa Sekolah Dasar Negeri di Desa Tertinggal Kabupaten Bandung. J
Ked Gi Unpad; 29(1): 69-76.

Usri K, Riyanti E, Dewi TS, Aripin D, Rusminah N, Arwana AJ, Syiarudin I.


2009. Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut. Bandung: LSKI
(Lembaga Studi Kesehatan Indonesia).

Anda mungkin juga menyukai