Anda di halaman 1dari 40

GAMBARAN PEMBERIAN

INSTRUKSI PASCA
EKSTRAKSI OLEH DOKTER
GIGI
DI KOTA MEDAN

DISUSUN OLEH :
DRG. DORTHA ROULI NADEAK
Nip. 19720224 200604 2 006

PUSKESMAS DESA BINJAI


DINAS KESEHATAN
KOTA MEDAN
2021
ABSTRAK

Ekstraksi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan


jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut da merupakan indikasi dari
sutu masalah yang dilakukan baik pada gigi yang bermasalah maupun gigi
yang sehat dengan tujuan tertentu. Tindakan ekstraksi memerlukan sikap
kooperatif dari pasien untuk mengikuti instruksi selama dan pasca tindakan
dengan tujuna meningkatkan kepuasan dan mengurangi komplikasi. Instruksi
pasca bedah yang diberikan kepada pasien dapat secara lisan maupun tulisan yang
mudah dipahami dan dipatuhi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran
instruksi oleh dokter gigi di praktek dokter gigi di Kota Medan dan mengetahui
apakah instruksi yang diberikan sudah sesuai dengan yang harus diketahui oleh
pasien. Ini merupakan penelitian deksripktif dengan metode survey. Metode yang
digunakan dalam pemilihan sampel adalah secara Simple Random Sampling
dimana menggunakan rumus dan pemilihan sampel yang dibutuhkan dipilih
secara undian dengan jumlah 100 dokter gigi di Kota Medan. Pengumpulan data
dilakukan dengan memberi kuestioner kepada dokter gigi di Kota Medan dan
menanyakan langsung berdasarkan pertanyaan yang sudah di susun. Analisis data pada
penelitian ini diperoleh dengan dihitung dalam benruk presentase. Penelitian ini
menunjukkan hasil 100% pada pentingnya diberikan instruksi pasca ekstraksi oleh dokter
gigi, 53% pada menggigit kasa sebagai instruksi yang tepat diberikan kepada pasien
setelah dilakukan ekstraksi, 41% pada dry socket dan perdarahan sebagai komplikasi
yang terjadi apabila instruksi tidak diberikan atau dijalankan pasien, 52% pada verbal dan
nonverbal sebagai jenis instruksi yang diberikan kepada pasien, 52% jawaban ya pada
pengkombinasian

i
jenis pemberian instruksi kepada pasien, 57,69% alasan responden menggunakan
pengkombinasian jenis instruksi kepada pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar dokter gigi telah mengkombinasikan pemberian instruksi secara verbal
dan nonverbal kepada pasien pasca ekstraksi.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan a

nugerah-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yan

g berjudul “ Gambaran Pemberian Instruksi Pasca Ekstraksi Oleh dokter gigi di

Kota Medan”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas penulisan kary

a ilmiah untuk prasyarat kenaikan pangkat.. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, baik dukungan

moril, materil dan sumbangsih pemikiran. Untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Kepal

a Puskesmas Desa Binjai serta teman sejawat di Puskesmas.yang telah membantu

penulis dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan makalah i

ni. Sekian dan terima kasih,

Medan, Maret 2021

Penulis,

Drg. Dortha Rouli Nadeak

iii
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3.Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.4.Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Ekstraksi ........................................................................................................ 4
2.1.1 Indikasi Ekstraksi ..................................................................................... 4
2.1.2 Kontraindikasi Ekstraksi ........................................................................... 6
2.2 Komplikasi Ekstraksi ................................................................................... 8
2.3 Instruksi Pasca Ekstraksi .............................................................................. 9
2.4 Instruksi ........................................................................................................ 11
2.4.1 Nonverbal ............................................................................................... 12
2.4.2 Verbal ..................................................................................................... 13
2.5 Kerangka Teori ............................................................................................. 15
2.6 Kerangka Konsep ......................................................................................... 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Peneltiian ............................................................................................. 17
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 17
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 17
3.4 Variabel dan Definisi Operasional ................................................................ 18
3.5 Alat dan Bahan Peneltian .............................................................................. 20
3.6 Prosedur Peneltiian ....................................................................................... 20
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ...................................................................... 21
3.8 Etika Penelitian ........................................................................................... 21

iv
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Pemberian Instruksi Pasca Ekstraksi................................................22
4.2 Instruksi yang Tepat untuk Diberikan kepada Pasien Setelah Dilakukan
Ekstraksi.............................................................................................................22
4.3 Komplikasi yang dapat Terjadi Apabila Instruksi Tidak Diberikan atau
Dilakukan oleh Pasien.......................................................................................23
4.4 Jenis Instruksi yang Diberikan kepada Pasien...................................................24
4.5 Kombinasi Jenis Pemberian Instruksi Kepada Pasien.......................................24
4.6 Alasan Penggunaan Kombinasi Jenis Pemberian Instruksi Pada Pasien..........25

BAB 5 PEMBAHASAN..........................................................................................26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan........................................................................................................28
6.2 Saran..................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

LAMPIRAN ........................................................................................................

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Pentingnya Instruksi Diberikan Pasca Ekstraksi Gigi oleh Dokter Gigi..........22
2. Instruksi yang Diberikan Kepada Pasien Setelah Dilakukan Ekstraksi...........23
3. Pengkombinasian Jenis Pemberian Instruksi Kepasa Pasien di Praktek
Dokter Gigi di Kota Medan..............................................................................24
4. Alasan Dokter Gigi Menggunakan Kombinasi Jenis Pemberian Instruksi
Kepada Pasien di Praktek Dokter Gigi Kota Medan........................................25

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pembangunan bidang kesehatan gigi dan mulut pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal oleh karena derajat kesehatan mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap sumber daya manusia.Upaya pemberian pelayanan
kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat umumnya berupa ekstraksi. Tindakan ekstraksi
merupakan hal yang sering dilakukan oleh seorang dokter gigi pada praktik sehari-hari.
Tindakan ini merupakan hal yang biasa dilakukan dengan prosedur rutin pada pasien,
oleh karena pencabutan gigi merupakan cara termudah dan terbaik untuk menghilangkan
sakit gigi apabila gigi tersebut tidak dapat dipertahankan lagi1
Ekstraksi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan
tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut dan merupakan indikasi dari suatu masalah.
ekstraksi paling banyak dilakukan karena karies, penyakit periodontal, supernumerary
teeth, gigi impaksi, gigi yang sudah tidak dapat lagi dilakukan perawatan endodontik, gigi
yang terlibat kista dan tumor, gigi yang terlibat fraktur rahang memerlukan tindakan
bedah2. Tindakan ekstraksi dapat dilakukan juga pada gigi sehat dengan tujuan
memperbaiki maloklusi, untuk alasan estetik, dan juga kepentingan perawatan
orthodontik atau prostodontik.
Tindakan ekstraksi merupakan hal yang sering dilakukan oleh seorang dokter
gigidimana memerlukan sikap kooperatif dari pasien untuk mengikuti instruksi selama
dan sesudah tindakan pencabutan gigi, khususnya mengikuti instruksi setelah ekstraksi.
Instruksi pasca bedah yang diberikan kepada pasien secara adekuat berperan penting
dalam meningkatkan kepuasan dan mengurangi komplikasi pasca tindakan seperti
instruksi penggunaan obat-obatan dan instruksi untuk menjaga luka di rumah. Instruksi
pasca tindakan ekstraksi dapat diberikan secara lisan ataupun tulisan. Instruksi secara
lisan yang diberikan harus mudah dipahami dan dipatuhi oleh pasien untuk meningkatkan
pemahaman dan kepatuhan pasien.3
Hasil penelitian Adebayo ET et aldi Nigeria pada tahun 2005 dilaksanakan pada
tiga kelompok. Sebanyak 184 pasien dari 225 yang mewakilkan 82% disajikan untuk
diperiksa setelah menerima salah satu dari tiga bentuk instruksi. Dari jumlah tersebut,
140 pasien di

1
kelompok A memberikan kepatuhan untuk tindak lanjut dari 93%, dibandingkan dengan
78 (52%) pada kelompok B dan 16 ( 64%) pada kelompok C.
Kelompok A diberikan instruksi secara lisan dan tulisan ,kelompok B diberikan
instruksi secara lisan dan kelompok C diberikan instruksi secara tulisan. Sebanyak 70%
pasien dari kelompok A ingat terhadap instruksi yang diberikan oleh dokter ,77% pasien
dari kelompok B ingat terhadap instruksi yang diberikan dan 62% pasien dari kelompok
C ingat terhadap instruksi yang diberikan.3
Hasil penelitian juaqin Alvira Gonzalez & Cosme Gay Escoda pada tahun 2012
di Barcelona menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik berdasarkan
tingkat sosial budaya dan usia. 43,5% pria tidak mengikuti instruksi disebabkan
kebanyakan dari pria mengkonsumsi alkohol pasca ekstraksi4.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai gambaran pemberian instruksi pasca ekstraksi oleh dokter gigi di
praktek dokter gigi di Kota Medan. Peneliti memilih praktek dokter gigi di Kota Medan
karena ingin mengetahui gambaran pemberian instruksi pasca ekstraksi oleh dokter gigi
di Kota Medan dan belum pernah dilakukan penelitian terkait.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarakan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran pemberian instruksi pasca ekstraksi oleh dokter
gigi di Kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian


Berikut ini merupakan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan:
1. Mengetahui gambaran instruksi oleh dokter gigi di praktek dokter gigi di
Kota Medan.
2. Mengetahui apakah instruksi yang diberikan sudah sesuai dengan yang
harus diketahui oleh pasien.

2
1.4 Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui apakah pemberian instruksi pasca pencabutan oleh
dokter gigi kepada pasien sudah dilakukan.
2. Dapat mengetahui apakah instruksi yang diberikan sudah sesuai untuk
menghindari komplikasi pasca ekstraksi

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekstraksi

Ekstraksi gigi adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan di bagian
bedah mulut dan maksilofasial.Ekstraksi gigi juga dapat menjadi bagian dari rencana
perawatan ortodontik atau prostodontik. Selain itu, tidak jarang bagi penderita kanker
yang akan menjalani terapi radiasi memiliki gigi yang harus di ekstraksi 6. Tindakan
ekstraksi gigi untuk beberapa kasus diperlukan peralatan pendukung yang lebih kengkap
sesuai dengan standard operasional untuk menghindari atau mengurangi komplikasi yang
terjadi pada pencabutan gigi. Anamnesa yang tepat mengenai riwayat gigi sebelum
ekstraksi, pemeriksaan klinis yang teliti serta pemeriksaan radiografi dapat membantu
dokter gigi dalam memperkirakan tingkat kesulitan dan komplikasi pada tindakan
ekstraksi gigi tersebut6. Edukasi pasca ekstraksi pasien membutuhkan instruksi yang
tepat dan baik untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan untuk menghindari
komplikasi pasca ekstraksi.

Beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan estraksi gigi salah satunya
dari teknik ekstraksi gigi yang perlu dilakukan berdasarkan ilmu pengetahuan dan
kemampuan dari dokter gigi tersebut. Walapun prosedur tindakan ekstraksi telah
dilakukan dengan baik dan benar, terkadang komplikasi tidak bisa dihindari 7. Oleh karena
itu, diperlukan persiapan dan prosedur pencabutan gigi yang sesuai standar.

2.1.1 Indikasi Ekstraksi

Perawatan gigi memiliki tujuan utama mempertahankan keberadaan gigi selama


mungkin di rongga mulut, namun terkadang tindakan ekstraksi gigi di indikasikan sebagai
tindakan terbaik untuk mencegah keadaan yang lebih buruk. Indikasi dan kontraindikasi
sebaiknya perlu diketahui sebelum tindakan ekstraksi. Sebelum melakukan tindakan
ekstraksi, seorang dokter gigi perlu mengetahui riwayat medis pasien berupa
pengobatan

4
yang sedang dilakukan dan juga riwayat ekstraksi gigi sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan
agar tindakan ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan aman.

Dibawah ini adalah beberapa indikasi dari ekstraksi gigi8,9:

a. Karies Parah
Merupakan alasan dilakukannya ekstraksi yang paling sering dan merupakan
alasan ekstraksi gigi karena karies yang parah sudah tidak bisa dikembalikan
atau dilakukannya tindakan restorasi
b. Nekrosis Pulpa
Berkaitan erat alasan untuk melakukan ekstraksi adalah adanya nekrosis
pulpa atau pulpitis ireversibel yang tidak di indikasikan untuk perawatan
endodontik. Dan tidak dapat diobati dengan teknik endodontik dasar. Dalam
situasi ini perawatan endodontik telah dilakukan namun gagal unutk
mengurangi rasa sakit.

c. Penyakit periodontal yang parah


Alasan umum kehilangan gigi adalah penyakit periodontal yang
komperhensif dan parah. Jika periodontitis parah selama beberapa waktu,
kehilangan tulang yang berlebihan dan mobilitas gigi permanen. Dalam
situasi ini gigi harus di ekstraksi.

d. Alasan Orthodontik
Pasien yang akan menjalani perawatan ortodontik dengan keadaan gigi
berjejal memerlukan tindakan ekstraksi gigi untuk memberikan ruang untuk
penyelarasan gigi. Gigi premolar pertama rahang atas dan bawah merupakan
gigi yang paling sering dilakukan ekstraksi.

e. Gigi Retak
Sebuah indikasi yang jelas untuk ekstraksi gigi adalah gigi yang retak atau
memiliki akar yang retak. Gigi retak biasanya menyakitkan dan tidak
terkendali. Prosedur restoratif tidak dapat membuat pasien gigi retak
meringankan rasa sakit gigi tersebut.

5
f. Tujuan Prostetik
Ekstraksi satu atau dua gigi dibenarkan jika membantu dalam desain yang lebih
baik atau stabilitas prothesa.

Gigi dengan fraktur akar


gigi dengan fraktur vertikal memperluas ke akar gigi tidak dapat diobati dengan
tindakan konservatif.

2.1.2 Kontraindikasi Ekstraksi

Semua kontraindikasi baik lokal maupun sistemik dapat menjadi relatif atau
mutlak (absolut) tergantung pada kondisi umum pasien. Ketika terdapat kontraindikasi,
perawatan ekstra perlu dilakukan sebelum pencabutan gigi untuk menghindari berbagai
resiko yang dapat terjadi pada pasien.

Berikut akan dijelaskan beberapa kontraindikasi ekstraksi gigi.9,10,11.

I. Kontraindikasi Sistemik

a. Diabetes dan Hipertensi

Biasanya pasien dengan masalah sistemik akan dibawah pengaruh kontrol


obat. Seperti pasien dengan hipertensi terkontrol dan diabetes dapat menjalani
ekstraksi. Namun, baik dilakukannya pemeriksan apakah didapati keadaan
gangguan pada pasien dan ekstraksi gigi dilakukan hanya setelah adanya
konfirmasi bahwa pasien tersebut aman untuk dilakukan tindakan atau
dibawah kendali.

b. Pasien Pada Terapi Steroid

Jika pasien memberikan riwayat terapi steroid, kemudian, dokter gigi harus
melakukan suatu tindakan tertentu, maka satu atau dua hari sebelum ekstraksi
gigi harus dihentikan dan dilanjutkan kembali satu atau dua hari pasca tindakan.
Kemudian, dosis harus dikurangkan secara bertahap, jika tidak pasien
menunjukkan krisis adrenal akibat stress.

6
c. Kehamilan

Klinisi harus mengetahui kemungkinan komplikasi obstetri selama tri semester


pertama dan terakhir. Oleh karena itu, jika memungkinkan ekstraksi dapat
dilakukan setelah pasien dikonsultasikan dan disetujui dokter kandungan yang
merawatnya untuk dilakukan tindakan.

II. Kontraindikasi Lokal

a. Penyakit Periapikal Terlokalisir

Jika pencabutan gigi telah dilakukan dan infeksi tersebar menyeluruh dan
tersebar secara sistemik, maka antibiotik harus diberikan sebelum pencabutan

b. Keberadaan Infeksi Oral.

Infeksi oral seperti vincent’s angina, herpetic gingivostomatitis, harus dirawat


terlebih dahulu. Setelah itu, dapat dilakukan pencabutan.

c. Perikoronitis akut

Perikoronitis harus dirawat terlebih dahulu, kemudian di ekstraksi gigi yang


terlibat. Jika tidak, infeksi bakteri bisa turun ke daerah kepala bagian bawah dan
leher.

d.Penyakit Ganas

Misalnya gigi yang berada di area tumor. Jika dicabut bisa menyebarkan sel dan
dengan demikian mempercepat proses metastatik.

e.Ekstraksi gigi pada pasien terapi radiasi

Ekstraksi gigi pada rahang yang sebelumnya diiradiasi dapat menyebabkan


osteoradionekrosis dan karena itu harus dilakukan dengan tindakan pencegahan
ekstra.

7
III. Kontraindikasi absolut

Setiap pasien yang ingin melakukan ekstraksi belum tentu tidak mempunyai
gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan komplikasi ekstraksi. Kontrol
kesehatan yang baik dapat meminimalisasi terjadinya komplikasi dan menjadikan
prosedur bedah yang aman. Setiap kondisi kesehatan yang tidak terkontrol baik
parah maupun akut termaksuk dalam kontraindikasi absolut. Kontraindikasi
absolut terbagi dua, yaitu sistemik dan lokal. Kontraindikasi absolut lokal yang
meliputi infeksi akut, gigi dengan lesi vaskular dan pertumbuhan gigi mengarah
keganasan. Apabila didapatkan keadaan-keadaan tersebut pada diri pasien yang
hendak dilakukan ekstraksi gigi, dokter gigi perlu menunda untuk melakukan
tindakan ekstraksi gigi. Pada pasien yang memiliki riwayat absolut dari suatu
penyakit sistemik merupakan suatu kontraindikasi untuk tindakan ekstraksi gigi
karena dapat mempersulit tindakan ekstraksi gigi pada pasien tersebut.

2.2 Komplikasi Ekstraksi

Komplikasi adalah kejadian tak terduga yang cenderung meningkat morbiditas,


diatas apa yang akan diharapkan dari prosedur operasi tertentu dalam keadaan normal,
terjadinya komplikasi tersebut mengarah ke fase yang berkepanjangan dalam pengobatan
yang rumit untuk pasien serta dokter. Komplikasi bisa bermacam macam dimulai dari
yang umum seperti dry socket dan fraktur akar serta dalam kasus yang serius seperti
perpindahan dari fragmen akar dalam sinus maksilaris13.

a. Fraktur akar
Fraktur akar didefinisikan sebagai fraktur yang melibatkan dentin,sementum dan
pulpa. Terdiri dari cedera 0,5-7% dari cedera yang mempengaruhi pertumbuhan gigi
permanen dan umumnya terjadi antara kelompok usia 11 sampai 20 tahun 14. Mekanisme
fraktur akar biasanya dampak frontal yang menciptakan zona kompresi labial dan lingual
kemudian zona stress yang dihasilkan kemudian menetukan bidang fraktur tersebut.
Fraktur akar yang melibatkan gigi permanen, terutama mempengaruhi daerah insisivus
sentral. Fraktur akar sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Penyebab dari
terjadinya fraktur akar adalah Karies gigi yang meluas bahkan kadang-kadang meliputi
akar gigi, dalam

8
keadaan demikian struktur gigi akan menjadi rapuh dan mudah fraktur, serta bisa juga
oleh gigi yang mempunyai kelainan akar misalnya akar gigi membengkok atau menyudut
pada ujungnya, akar gigi mengalami eksementosis (hipersementosis), berakar
supernumeran yang berarti kelainan dalam jumlah akar gigi.

b. Perdarahan
Perdarahan adalah risiko dalam prosedur bedah termasuk ekstraksi gigi. Hal ini
didapatkan hasil dari satu atau lebih penyebab.Hal ini penting untuk menyebutkan bahwa
dalam banyak kasus perdarahan merupakan suatu risiko ysng terjadi 15. Untuk mengatasi
hal ini maka pasien diberikan instruksi untuk menggigit tampon agar pendarahan tidak
terjadi secara terus-menerus.Perdarahan berlebihan mungkin merupakan komplikasi
ekstraksi gigi.

c.Pembengkakan
Pembengkakan di sekitar mulut, pipi, mata dan sisi wajah tidak jarang. Ini adalah
reaksi normal tubuh setelah dilakukan operasi. Pembengkakan tidak akan menjadi jelas
sampai hari setelah operasi dan tidak akan mencapai maksimum sampai hari pasca
operasi ketiga. Namun, pasien dapat di instruksikan untuk meminimalkan pembengkakan
dengan penggunaan langsung dari paket es dan tidur dengan kepala dalam posisi tinggi.
Kompres es tujuh puluh dua jam setelah operasi maupun tindakan pencabutan gigi ,
aplikasi panas lembab ke sisi wajah yang bermanfaat dalam mengurangi ukuran
pembengkakan. Jika mungkin tidur dengan kepala ditinggikan pada sudut 30 derajat
untuk tiga hari pertama

2.3 Instruksi Pasca Ekstraksi


Setelah dilakukannya ekstraksi pada satu gigi atau lebih, Pasien atau keluarga
harus diberikan instruksi yang lengkap dan jelas pasca ekstraksi tentang bagaimana
mereka mengontrol dan memperlakukan diri mereka setelah tindakan ekstraksi gigi
dilakukan. Dalam intruksi pasca ekstraksi juga harus dijelaskan bahwa terdapat
kemungkinan terjadinya komplikasi dan harus dijelaskan bagaimana fenomena ini terjadi.
Instruksi tersebut harus dijelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien.
Instruksi juga diberikan secara lisan dan tertulis agar mudah dipahami dan bisa dibaca
berulang oleh pasien tersebut dalam menjalankan instruksi tersebut serta dapat pula
disertakan nomor telefon dokter agar pasien dapat menghubungi dokter dalam keadaan
tertentu. Pemeliharaan pasca ekstraksi untuk mencegah komplikasi dan ketidaknyamanan
sangatlah penting. Tujuan pemeliharaan ini

9
adalah untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah atau meredakan rasa nyeri dan
pembengkakan. Instruksi pasca ekstraksi antara lain16,17,18,19:

a. Menggigit kasa
Dokter akan menginstruksikanmenggigit pada kapas kasa untuk memberikan
tekanan pada daerah ekstraksi. Ini membantu untuk mengontrol perdarahan
dan mirip dengan menempatkan tekanan pada luka di tangan untuk
menghentikan pendarahan.Terus menggigit kasa selama 1 sampai 2 jam.
Sesuatu yang umum untuk terjadinya beberapa perdarahan selama 1 sampai 2
hari. Setiap kali menyikat gigi, berkumur atau meludah, mungkin ada
beberapa kali terlihat warna merah muda dalam air liur anda. Hal ini normal
dan tidak menjadi perhatian. Kebanyakan perdarahan dikontrol dengan
menerapkan tekanan langsung pada luka dengan cara mengigit kasa.
b. Kumur kumur dan menyikat gigi
kumur kumur hanya penting setelah operasi . Pada hari pertama kumur
kumur dengan hati-hati. Hari-hari berikutnya kumur kumur mulut secara
menyeluruh pagi dan sore hari dengan larutan chlorhexidine 0,12% sampai
jahitan telah dibuka. Kumur kumur mulut setidaknya 1 menit dan kemudian
meludahkannya. Menyikat gigi di daerah non-dioperasikan harus dilakukan
dengan sikat gigi baru, yang telah dicelupkan dalam larutan chlorhexidine.
Pasta gigi biasa akan menetralisir efek chlorhexidine dan karena itu tidak
digunakan. Hal ini penting untuk menjaga mulut bersih.
c. Makanan
Pada hari pertama setelah dilakukan ekstraksi, makanan yang harus
dikonsumsi adalah makanan yang lembut dan tidak panas. Jangan makan
sampai anestesi telah benar benar hilang. Hindari mengunyah dengan sisi
dimana bertepatan dengan gigi yang baru dilakukan ekstraksi. Penting bahwa
makanan bergizi dan kaya vitamin untuk dikonsumsi setelah dilakukan
ekstraksi. Untuk Hari-hari berikutnya diet mungkin secara bertahap kembali
normal.
d. Merokok
Tembakau merupakan vasokonstriktor perifer yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka terutama luka di rongga mulut. Karbon monoksida dan
bahan kimia lainnya yang dihasilkan selama pembakaran dapat mengurangi
aliran darah

10
kapiler. Sebuah studi klinis telah menunjukkan bahwa satu batang rokok
mengurangi kecepatan darah perifer oleh 40% dalam satu jam. Mekanisme
yang merokok dapat mempengaruhi penyembuhan luka diketahui salah satu
penjelasan yang mungkin adalah zat dalam tembakau dan nikotin. substansi
rokok yang terdiri nikotin, cotinine, karbon monoksida dan hydrogen sianida
bersifat sitotoksik terhadap sel-sel yang terlibat dalam penyembuhan luka.
e. Mengkonsumsi obat-obatan
Setelah dilakukannya tindakan ekstraksi gigi, pasien harus diberi pengarahan
atau informasi mengenai cara mengkonsumsi obat setelah ekstraksi. Rasa
sakit dan sedikit tidak nyaman dapat terjadi setelah anastesi yang diberikan
hilang. Untuk mengurangi rasa sakit tersebut obat analgesik harus diberikan
dan diminum sebelum rasa tidak nyaman tersebut timbul.
f. Kontrol berkala
Pasien pasca ekstraksi diberi instruksi untuk melakukan kontrol berkala
untuk mengetahui kemajuan penyembuhan luka pasien pasca ekstraksi.
Kebanyakan pasien dijadwalkan untuk dilakukan kontrol setelah 5-7 hari
setelah prosedur. Tindak lanjut ini merupakan bagian penting dari perawatan
pasca ekstraksi dan membantu untuk memastikan kenyamanan anda dan
kesehatan selama pemulihan15,18.

2.4 Instruksi

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang


memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan
meningkatkan kontak dengan orang lain.Studi mengilustrasikan bahwa
perawatan dental meruapakan hubungan dua arah. Ini berarti dokter gigi dan
pasien berkontribusi pada hasil dari perawatan. Szasz dan Hollender
mendeskripsikan tiga tipe hubungan yang terjadi antara tenaga profesional dan
pasien. Yang pertama adalah activity-passivity, dimana profesional merupakan
kontrol aktif yang sepenuhnya dan pasien merupakan penerima pasif dari
perawatan. Dalam kedokteran gigi, hubungan seperti ini dapat terjadi ketika
pasien dalam anastesi umum. Tipe kedua dari hubungan ini adalah guidance-co-
operation, ketika professional menjadi pembimbing sedangkan pasien menjadi
rekan. Hal ini seperti situasi dimana dokter gigi merawat pasien dengan sadar,
dokter gigi akan

11
menginformasikan hal yang harus dilakukan atau instruksi dan pasien akan
setuju.tipe ketiga disebut mutual participation yang ditunjukkan secara jelas
dalam perawatan preventif dimana dokter gigi dan pasien membagi tanggung
jawab yang sama dalam menjaga kebersihan mulut20. Komunikasi dalam suatu
organisasi kesehatan dapat berupa tulisan dan atau komunikasi yang bersifat
verbal serta non- verbal.Cara ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk misalnya
komunikasi interpersonal yang melibatkan dua atau beberapa orang saja, atau
dalam bentuk pertemuan yang bisa melibatkan banyak orang. Pada komunikasi
interpersonal, komunikasi verbal dan non-verbal digunakan baik secara tersendiri,
atau sebagai pendukung dari komunikasi tulisan yang dilakukan.Sebagai contoh
seorang dokter yang telah menuliskan instruksi pengobatan, menjelaskan
instruksinya langsung terhadap pasien. Pada pertemuan apapun akan terjadi
komunikasi verbal dan non- verbal antar peserta pertemuan. Sangat penting bagi
hadirin untuk menguasai keterampilan komunikasi interpersonal agar pertemuan
dapat membuahkan hasil yang optimal20. Kini saatnya melihat dari segi
keuntungan bila hubungan antara pasien dan dokter didasarkan pada rasa hormat
dan kepercayaan. Kualitas dari hubungan dokter gigi dengan pasien memiliki
efek yang signifikan terhadap hasil perawatan. Keuntungan ketika hubungan
pasien dan dokter baik adalah22 :

 Pasien lebih mengingat dan mengikuti instruksi


 Pasien menunjukkan penurunan rasa cemas
 Pasien lebih sedikit menuntut

2.4.1 Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata
kata. Komunikasi nonverbal merupakan cara yang paling meyakinkan untuk
menyampaikan pesan kepadaorang lain. Instruksi atau kominukasi nonverbal
disampaikan oleh ekspresi wajah,gesture,penekanan suara dan jeda dalam
berbicara. Dalam pemberian instruksi teknik komunikasi ini dilakukan secara
tidak sadar.teknik ini sangat baik dipadukan dengan teknik komunikasi atau
instruksi verbal.
Komunikasi antar dokter dan pasien umumnya terjadi menggunakan
komunikasi nonverbal. Repsons pasien dapat dinilai atau dilihat melalui 55%
ekspesi wajah,38%

12
suara dan hanya 7% verbal. Komunikasi nonverbal merupakan cara kita
berkomunikasi dan terkadang menggantikan bahasa yang tertulis dan
dibicarakan22. Seperti yang dijelaskan diatas komunikasi nonverbal tidaklah
disadari dan biasanya kita menggunakan komunikasi tersebut bersamaan dengan
komunikasi verbal. komunikasi yang didukung oleh komunikasi nonverbal dapat
menyampaikan informasi kepada pasien secara lengkap dan pasien juga akan
lebih menerima informasi yang disampaikan oleh dokter gigi. Menurut beberapa
study komunikasi nonverbal dapat membangun hubungan emosional antara
pasien dengan dokter gigi setelah terbangunnya hubungan emosional tersebut
maka pasien akan lebih mendengarkan dan menuruti instruksi yang diberikan
oleh dokter gigi.

2.4.2 Verbal
Komunikasi verbal adalah jenis komunikasi yang paling lazim digunakan
dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat
waktu.Kata kata adalah alat atau symbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide
atau perasaan,membangkitkan respon emosional atau menguraikan objek,
observasi dan ingatan.Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk berespons secara langsung.
Bahasa verbal dapat lisan atau tertulis. Umumnya, lisan adalah proses yang
lebih spontan, sedangkan menulis cenderung lebih disengaja. Hasil ini adalah
bahwa lisan sering kurang tepat daripada menulis dan lebih longgar terstruktur
sintaksis. Orang lebih cenderung untuk menggunakan bahasa sehari-hari ketika
berkomunikasi melalui media seperti. Selain itu, lisan berlangsung secara real
time, sedangkan menulis dibatasi oleh waktu dan dapat ditinjau. lisan juga
terhubung, dalam fonem (satuan dasar suara) berbaur satu sama lain, sedangkan
menulis menggunakan unit diskrit (huruf)24. Dari uraian diatas, komunikasi di
bidang kesehatan terlebih dokter gigi juga menggunakan salah satu metode
tersebut. Dokter gigi dapat melakukan instruksi kepada pasien dengan metode
komunikasi verbal secara lisan maupun tertulis. Namun kedua cara ini memiliki
kelebihan dan kekurangan sebagai sarana pemberi informasi dan instruksi
terhadap pasien. Komunikasi verbal juga dapat membangun hubungan yang baik
antara pasien dengan dokter gigi. Hubungan yang baik ini didapati dengan cara
penyampaian lisan yang baik oleh dokter dan menggunakan bahasa sehari-hari
yang digunakan serta penulisan kembali suatu

13
instruksi penting terhadap pasien membuat pasien lebih mudah dalam
menjalankan instruksi dari dokter gigi tersebut. Dalam hal ini maka pasien
akan lebih mengerti dan tanggap serta kesalah pahaman antar dokter gigi dan
pasien dapat ditanggulangi dengan metode ini.

14
2.5. Kerangka Konsep

INDIKASI KONTRA INDIKASI

EKSTRAKSI

INSTRUKSI

KOMPLIKASI

15
2.6 Kerangka Konsep

1. Definisi
Pemberian
instruksipasca
instruksi pasca
Instruksi pasca ekstraksi gigi ekstraksi gigi
ekstraksi oleh
2. Metode penyampaian
dokter gigi di
instruksipasca
Kota Medan
ekstraksi gigi

16
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei untuk


mengetahui gambaran dari dokter gigi di Kota Medan mengenai pemberian instruksi
pasca dilakukannya ekstraksi gigi di praktek dokter gigi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di praktek dokter gigi yang berlokasi di Kota


Medan .Waktu penelitian dilakukan selama bulan Maret 2021 hingga selesai

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah para dokter gigi yang praktik di Kota Medan

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh dokter gigi yang berlokasi praktik di
Kota Medan dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode yang digunakan
dalam pemilihan sampel adalah secara Simple Random Sampling dimana menggunakan
rumus dan pemilihan sampel yang dibutuhkan dipilih secara undian.

Rumus :

n = Zα2.P.Q

d2

n = (1.96)2(0.3731)(0.6269) = 90 orang

(0.1)2

17
Keterangan :

d = Presisi mutlak (10%)

Z = Skor ditentukan derajat kepercayaan (confidence level)

adalah 95% = 1.96

P = Proporsi populasi kasus penelitian

sebelum ini (Haas dan Gaffen pada tahun

2007)

= 37.31%

Q = 1-P

n = Besarnya sampel

Hasil sampel minimal berdasarkan rumus Simple Random Sampling adalah 90


orang. Peneliti menggenapkan sampel menjadi 100 untuk menghindari sampel yang
terjadi drop out dan mudah untuk dianalisa.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

A. Pengetahuan instruksi Merupakan pengetahuan mengenasi definisi


instruksi , kegunaan instruksi dalam kedokteran
gigi, jenis-jenis instruksi yang digunakan, tindakan
medis apa yang memerlukan instruksi, waktu yang
sesuai untuk memberikan instruksi, komplikasi yang
dapat terjadi bila instruksi tidak dilakukan.

Suatu arahan, penjelasan atau perintah yang


diberikan oleh dokter gigi setelah dilakukannya
tindakan pencabutan gigi terhadap pasein.

18
Definisi Instrusksi pasca ekstraksi Instruksi pasca ekstraksi sesuatu yang perlu
diberikan atau digunakan dalam bidang kedokteran
gigi.

Verbal dan non verbal


Instruksi pasca ektraksi perlu
digunakan dalam bidang kedokteran
gigi

Pencabutan gigi, perawatan orthodonti, perawatan

bedah, restorasi gigi, perawatan endodontic


Jenis instruksi pasca ekstraksi yang
digunakan dalam kedokteran gigi

Tindakan medis yang perlu Setelah tindakan medis


menggunakan instruksi dalam
kedokteran gigi
Pendarahan, infeksi, rasa tidak nyaman,
penyembuhan yang lama.
Waktu yang sesuai diberikan instruksi

Komplikasi yang dapat terjadi pada


 Menggigit kasa
pasien apabila instruksi tidak
 Mengkonsumsi makanan bergizi dan
diberikan
bervitamin dan hindari makanan yang keras
dan panas
 Kumur-kumur mulut dengan hati-hati dan
Instruksi yang diberikan kepada
menyikat gigi di daerah bukan tempat
pasien
pencabutan

19
 Hindari merokok
 Informasikan cara mengkondumsi obat-
.
obatan setelah pencabutan gigi.

 Cara paling meyakinkan untuk


menyampaikan pesan/instruksi
 Membuat pasien lebih memahami dalam
pengerjaan instruksi
 Membangun hubungan emosional antara
dokter gigi dan pasien tersebut.

Alasan menggunakan instruksi


Nonverbal?  Komunikasi paling lazim dalam pelayanan
kesehatan
 Dapat diresponse secara langsung
 Penyampaian lisan yang baik membuat
pasien mudah untuk menjalankan instruksi
 Dapat juga membangun hubungan
emosional

Alasan menggunakan instruksi verbal


?

20
3.5 Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

 Alat tulis
 Kertas kuesioner

3.6 Prosedur Penelitian

1. Peneliti melakukan penelitian setelah mendapat persetujuan dari komisi

etik ( Health Research Ethical Committee of North Sumatera)

2. Peneliti memberi kuesioner kepada dokter gigi yang praktik di Kota Medan.

3. Responden mengisi kuesioner yang telah diberikan

4. Setelah data diperoleh maka dilakukan tabulasi data dengan mengelompokkan


data dalam table frekuensi dan melakukan codingdata.

5. Setelah itu, dilakukan pengolahan dan analisis data.

3.7 Pengelolaan dan Analisis Data

3.7.1 Pengelolaan Data

Pengelolaan data dari hasil yang didapatdari kuesioner dilakukan


secara komputerisasi menggunakan Microsoft Excel dan Microsoft
Word.

21
3.7.2 Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif yaitu data univarian dan dihitung dalam bentuk
persentase. Hasil dari data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk melihat
perbedaan penggunaan bahan anestesi lokal oleh dokter gigi di Kota Medan.

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup :

1. Lembar persetujuan ( informed consent)


Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian
menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta
menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal – hal yang berkaitan penelitian.

2. Ethical ClearencePeneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan


penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan berd berdasarkan
ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional.

22
BAB 4
HASIL PENELITIAN

Sampel yang didapat pada penelitian ini adalah dokter gigi yang
berpraktek di Kota Medan yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Didapatkan jumlah sampel sebanyak 100 orang.

4.1 Gambaran pemberian instruksi pasca ekstraksi


Pemberian instruksi setelah dilakukannya tindakan ekstraksi gigi terhadap
pasien merupakan tindakan yang penting dan harus dilakukan oleh seorang
dokter gigi terhadap pasiennya. Tindakan ini dapat mempengaruhi kesembuhan
dari pasien. Hasil penelitian menunjukkan dokter gigi menyebutkan bahwa
instruksi pasca ekstraksi merupakan tindakan yang penting. Dari 100 responden
yang mengisi kuesioner didapatkan data bahwa pentingnya diberikannya instruksi
pasca ekstrasi gigi terhadap pasien yang dilakukan di praktek dokter gigi di Kota
Medan adalah seperti terlampur pada tabel berikut.

Tabel 1. Pentingnya instruksi diberikan pasca ekstraksi gigi oleh dokter gigi

Jawaban Jumlah Persentase


Penting 100 100%
Tidak Penting - -

4.2 Instruksi yang tepat untuk diberikan kepada pasien setelah dilakukan
ekstraksi.
Hasil peneltian menunjukkan 100 responden memberikan jawaban untuk
instruksi yang tepat diberikan kepada pasien setelah dilakukan ekstraksi adalah seperti
terlampir pada tabel berikut.

23
Tabel 2. Instruksi yang diberikan kepada pasien setelah dilakukan ekstraksi

Jawaban Jumlah Persentase

Menggigit kasa 53 53%

Menghindari makanan yang keras 21 21%

Menghindari merokok 42 42%

Konsumsi obat yang diberikan 25 25%

4.3 Komplikasi yang dapat terjadi apabila instruksi tidak diberikan atau tidak
dilakukan pasien.

Komplikasi pasca pencabutan gigi merupakan suatu keadaan yang tidak


diinginkan danterjadi apabila seorang pasien tidak mematuhi atau melakukan instruksi
yang diberikan dokter setelah dilakukannya ekstraksi gigi. Hal ini juga dapat membuat
keadaan yang buruk bagi pasien. Data yang didapatkan pada hasil penelitian iniseperti
yang terlampir pada tabel berikut :

Diagram 1. Komplikasi yang terjadi apabila instruksi tidak diberikan atau tidak dijalankan
pasien

Dry socketPerdarahan
pembengkakanDry socket & Perdarahan Dry socket, Perdarahan, Pembengkakan
1%

32%
41%

4% 22%

24
4.4 Jenis instruksi yang diberikan kepada pasien.

Data untuk jenis instruksi yang diberikan atau digunakan kepada pasien adalah
seperti terlampir pada tabel berikut.

Diagram 2. Jenis instruksi yang diberikan kepada pasien di praktek dokter gigi di
Kota Medan.

0%

verbal & nonverbal 52% verbal 46%

nonverbal 2%

4.5 Kombinasi jenis pemberian instruksi kepada pasien.

Hasil penelitian menunjukkan 100 responden didapat data mengenai


dilakukannya pengkombinasian jenis pemberian instruksi kepada pasien adalah seperti
terlampir pada tabel berikut.

Tabel 3. Pengkombinasian jenis pemberian instruksi kepada pasien di praktek dokter gigi di
Kota Medan

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 52 52%

Tidak 48 48%

25
4.6 Alasan penggunaan kombinasi jenis pemberian instruksi kepada pasien.

Hasil penelitian dari 100 responden didapatkan data mengenai alasan responden
menggunakan pengkombinasian jenis pemberian instruksi kepada pasien adalah seperti
terlampir pada tabel berikut.

Tabel 4. Alasan dokter gigi menggunakan kombinasi jenis pemberian instruksi


kepada pasien di praktek dokter gigi Kota Medan.

Alasan Jumlah Persentase

Agar pasien lebih mudah mengingat instruksi 30 57,69%


yang diberikan

Agar mencegah terjadinya komplikasi 9 17,3%

Agar informasi yang diberikan lebih jelas 6 11,55%

Agar pasien mematuhi instruksi yang diberikan 7 13,4%

BAB 5
26
PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai gambaran pemberian instruksi pasca ekstraksi


gigi di praktik dokter gigi di Kota Medan yang dilakukan pada 100 orang
responden yaitu sebesar 100% berpendapat bahwa pemberian instruksi pasca
ekstraksi gigi merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh dokter gigi. Hal
ini merupakan suatu yang wajar, karena memberikan instruksi pasca ekstraksi gigi
adalah kewajiban dari dokter gigi. Perawatan kesehatan seperti tindakan ekstraksi gigi
yang hanya didasari diagnosa yang tepat, keahlian penanganan dan pemberian obat yang
benar saja tidak cukup, lebih dari itu dokter gigi juga berperan untuk menyampaikan
informasi dan pengetahuan kepada pasien demi tercapainya tujuan dari perawatan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa instruksi yang umum diberikan dokter
gigi kepada pasien pasca ekstraksi adalah menggigit kasa, menghindari rokok,
,menghindari makanan yang keras, dan konsumsi obat yang diberikan. Hal ini mungkin
disebabkan responden beranggapan bahwa 4 jenis instruksi ini adalah instruksi yang
paling penting disampaikan kepada pasien pasca dilakukannya ekstraksi gigi serta adanya
kombinasibeberapa instruksi yang sudah disebutkan diatas. Didapatkan data dari 100
orang responden dokter gigi yang praktik di Kota Medan, 32% menginstruksikan pasien
untuk menggigit kasa, 19% untuk menghindari merokok, 12% menghindari makanan
keras dan 4% konsumsi obat secara teratur.Hal ini berbeda dari penelitian yang dilakukan
oleh Setiawan et al terhadap 44 orang responden,dimana instruksi yang paling banyak
diberikan adalah konsumsi obat teratur 95,45%, menggigit kasa 86,36%, menghindari
makanan keras 50% dan menghindari rokok 6,81 %. Perbedaan hasil penelitian ini
dimungkinkan karena terdapat perbedaan pandangan dari masing-masing responden
mengenai instruksi yang perlu diberikan kepada pasien pasca ekstraksi gigi19.
Dari penelitian yang dilakukan pada praktik dokter gigi di Kota Medan diperoleh
hasil bahwa jenis komplikasi yang terjadi bila instruksi pasca ekstraksi tidak diberikan
adalah terjadinya dry socket dan perdarahan 41%, dry socket 32%, perdarahan 22%,
pembengkakan 4% dan kombinasi dari ketiganya 1%. Hal ini mungkin disebabkan karena
responden beranggapan bahwa ketiga komplikasi ini adalah jenis komplikasi yang paling
sering muncul pasca dilakukannya ekstraksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Chandra
HM yang

27
mengatakan bahwa dry socket, perdarahan dan pembengkakan merupakan komplikasi
pencabutan gigi yang sering terjadi20.
Pada penelitian ini dari 100 orang responden diperoleh bahwa 46% dokter gigi di
Kota Medan memberikan instruksi secara verbal, 2% memberikan instruksi secara
nonverbal, dan 52% memberikan instruksi dengan cara mengkombinasikan dua jenis
instruksi tersebut. Sebagian besar responden memilih jenis komunikasi verbal dan
kombinasi dari jenis verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal atau lisan merupakan jenis
komunikasi yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari serta dalam dunia
kesehatan, dan kombinasi komunikasi verbal dan nonverbal dipercaya lebih efektif dalam
pemberian instruksi pasca ekstraksi gigi.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa sebesar 52% dokter gigi di Kota Medan
memberikan kombinasi jenis instruksi verbal dan nonverbal dan 48% dokter gigi di Kota
Medan tidak melakukan kombinasi dalam pemberian instruksi pasca ekstraksi gigi
kepada pasien. Dalam hal ini kemungkinan responden merasakan bahwa kombinasi
antara instruksi verbal dan nonverbal lebih dipahami dan mudah untuk diingat oleh pasien
sehingga pasien lebih patuh terhadap instruksi dokter gigi dan tujuan akhir perawatan
tercapai. Hal ini sesuai dengan penelitian Shantipriya Reddy et al pada tahun 2012
mengenai daya ingat dan kepuasan pasien pasca ekstraksi gigi. Berdasarkan penelitian
tersebut kelompok yang diberikan kombinasi instruksi secara verbal dan nonverbal
memiliki daya ingat dan tingkat kepuasan yang lebih baik dibandingkan kelompok yang
hanya diberikan instruksi secara verbal saja21.
Penelitian pada praktek dokter gigi di Kota Medan, 57,69% responden
memberikan alasan agar pasien lebih mudah mengingat instruksi yang diberikan.,17,3 %
responden memberikan alasan agar mencegah terjadinya komplikasi, 11,55 memberikan
alasan agar informasi yang diberikan lebih jelas dan 13,4% agar pasien mematuhi
instruksi yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi pemberian instruksi
verbal dan nonverbal dipercaya dapat mencegah pasien dari lupa terhadap instruksi yang
diberikan., kemudian dapat mencegah terjadinya komplikasi dan proses penyembuhan
berjalan lebih cepat. Selain itu pemberian instruksi dengan cara kombinasi dilakukan agar
informasi yang diterima lebih jelas, sehingga pasien menjadi lebih patuh dalam mengikuti
instruksi yang diberikan dokter gigi pasca ekstraksi.

28
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemberian instruksi pasca ekstraksi gigi merupakan hal yang


penting untuk dilakukan oleh dokter gigi..
2. Instruksi yang umum diberikan dokter gigi kepada pasien pasca
ekstraksi adalah menginstruksikan pasien untuk menggigit kasa
32%, menghindari merokok 19%, menghindari makanan keras
12% dan konsumsi obat secara teratur 4%.
3. Jenis komplikasi yang terjadi bila instruksi pasca ekstraksi tidak
diberikan adalah terjadinya dry socket dan perdarahan 41%, dry
socket32%, perdarahan 22%, pembengkakan 4% dan kombinasi
dari ketiganya 1%.
4. Dokter gigi di Kota Medan yang memberikan instruksi secara
verbal adalah 46%, memberikan instruksi secara nonverbal 2%,
dan memberikan instruksi dengan cara mengkombinasikan
instruksi verbal dan nonverbal adalah 52%. Sebagian besar
responden memilih jenis komunikasi verbal dan kombinasi dari
jenis verbal dan nonverbal.
5. Dokter gigi di Kota Medan yang memberikan kombinasi jenis
instruksi verbal dan nonverbal adalah sebesar 52% dan yang tidak
melakukan kombinasi dalam pemberian instruksi pasca ekstraksi
gigi kepada pasien adalah sebesar 48%.
6. Alasan dokter gigi memberikan instruksi secara kombinasi agar
pasien lebih mudah mengingat instruksi yang diberikan adalah
sebanyak 57,69%, untuk mencegah terjadinya komplikasi sebanyak
17,3%, agar informasi yang diberikan lebih jelas sebanyak 11,55%
dan agar pasien mematuhi instruksi yang diberikan sebanyak
13,4%. Hal ini

29
menunjukkan bahwa kombinasi pemberian instruksi verbal dan
nonverbal dipercaya lebih efektif .

6.2 Saran

1. Diharapkan dokter gigi dapat memberikan instruksi pasca ekstraksi


secara lebih jelas dan lengkap agar pasien lebih memahami
instruksi yang diberikan.
2. Diharapkan dokter gigi dapat mengkombinasikan jenis instruksi
pasca ekstraksi secara verbal dan nonverbal agar pasien lebih
mudah ingat dan patuh terhadap instruksi sehingga proses
penyembuhan dapat berjalan dengan baik.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan
untuk dokter gigi di Kota Medan
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk
penelitian selanjutnya

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Feninlampir IJ, Mariati NW, Hutagalung B. Gambaran indikasi


pencabutan gigi dalam periode gigi bercampur pada siswa SMP Negeri 1
Lowongan. e- GIGI(eG).2014; Vol 2: 2.
2. Ngangi RS, Mariati NW, Hutagalung B. Gambaran pencabutan gigi di
balai pengobatan rumah sakit gigi dan mulut Universitas Sam
Ratulangi.2012:2
3. Adebayo ET, Dairo M. Patients compliance with instruction after oral
surgery in Nigeria. Journal of community medicine and primary health
care 2005;17(1).38-40.
4. Gonzales JA, Escoda EG. Compliance of postoperative instruction
following the surgical extraction of impacted lower third molars: A
randomized clinical trial. Journal oral surgery.2014:2-3
5. Kaweckyj N. Maxillofacial sugery basic for the dental team part II. 3
Agustus 2012. ( http://www.Dentalcare.com).( 7 SEP 2015)
6. Dwiastuti SAP. Dental extraction technique using difficulty. Jurnal
kesehatan gigi 2013;1(2):116.
7. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial
surgery. Missouri: Elsevier.2014: 116.
8. Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi:
Elsevier.2007: 213
9. Sanghai S, Chatarjee P. A concise textbook of oral and maxillofacial
surgery. New Delhi: Jaypee Publisher; 2009: 67,91
10. Datarkar AN. Exodontia practice. New Delhi: Jaypee Publisher; 2007: 32-4.
11. Malik NA. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Jaypee
Publisher; 2008: 133.
12. Venkateshwar GP, Padhye MN, Khosla AR. Complications of
Exodontia: A retrospective study. Indian Jounal of Dental Research 2011;
22(5): 634-636
13. Malhotra N, Kundabala M, Acharaya S. A review of root fractures:
Diagnosis, treatment and prognosis. Dent update 2011; 38 : 615-619

31
14. Kaspoglu et al. A textbook of advanced oral and maxillofacial
surgery.Croatia: Intech,2013:4-7.
15. Brkic CK, Banu GK, Hulya KB. Complications following surgery of
impacted teeth and management. (http://dx.doi.org/10.5772/53400) (10
Oktober 2015).
16. Massachussets general hospital. Harvard oral and maxillofacial surgery
associates. HarvardOMS.org.
17. Balaji SM. Tobacco smoking and surgical healing of oral tissues: A
review. IndianJ Dent Res 2008; 19; 344-6.
18. Basuki E. Komunkasi antar petugas kesehatan. Majalah kedokteran
Indonesia 2008; 58(9): 341-4.
19. Setiawan I, Mariati NW, Leman MA.Gambaran kepatuhan pasien
melaksanakan instruksi setelah pencabutan gigi di RSGM FK Unsrat.
Jurnal e-GIGI 2015; 3: 369.
20. Lnade R, Kepel BJ, Siagian KV. Gambaran factor risiko dan komplikasi
pencabutan gigi di RSGM PSPDG FK UnsraT. Jurnal e-GIGI 2015;
3:477.
21. Reddy S et al. Assesment of patient of rememberance and satisfaction of
post surgical instruction: verbal vs verbal and written instructions: A
clinical trial. J Dentistry 2012;2:247

32
33

Anda mungkin juga menyukai