INSTRUKSI PASCA
EKSTRAKSI OLEH DOKTER
GIGI
DI KOTA MEDAN
DISUSUN OLEH :
DRG. DORTHA ROULI NADEAK
Nip. 19720224 200604 2 006
i
jenis pemberian instruksi kepada pasien, 57,69% alasan responden menggunakan
pengkombinasian jenis instruksi kepada pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar dokter gigi telah mengkombinasikan pemberian instruksi secara verbal
dan nonverbal kepada pasien pasca ekstraksi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan a
Kota Medan”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas penulisan kary
makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, baik dukungan
moril, materil dan sumbangsih pemikiran. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Kepal
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan makalah i
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3.Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.4.Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
iv
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Pemberian Instruksi Pasca Ekstraksi................................................22
4.2 Instruksi yang Tepat untuk Diberikan kepada Pasien Setelah Dilakukan
Ekstraksi.............................................................................................................22
4.3 Komplikasi yang dapat Terjadi Apabila Instruksi Tidak Diberikan atau
Dilakukan oleh Pasien.......................................................................................23
4.4 Jenis Instruksi yang Diberikan kepada Pasien...................................................24
4.5 Kombinasi Jenis Pemberian Instruksi Kepada Pasien.......................................24
4.6 Alasan Penggunaan Kombinasi Jenis Pemberian Instruksi Pada Pasien..........25
BAB 5 PEMBAHASAN..........................................................................................26
LAMPIRAN ........................................................................................................
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pentingnya Instruksi Diberikan Pasca Ekstraksi Gigi oleh Dokter Gigi..........22
2. Instruksi yang Diberikan Kepada Pasien Setelah Dilakukan Ekstraksi...........23
3. Pengkombinasian Jenis Pemberian Instruksi Kepasa Pasien di Praktek
Dokter Gigi di Kota Medan..............................................................................24
4. Alasan Dokter Gigi Menggunakan Kombinasi Jenis Pemberian Instruksi
Kepada Pasien di Praktek Dokter Gigi Kota Medan........................................25
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
kelompok A memberikan kepatuhan untuk tindak lanjut dari 93%, dibandingkan dengan
78 (52%) pada kelompok B dan 16 ( 64%) pada kelompok C.
Kelompok A diberikan instruksi secara lisan dan tulisan ,kelompok B diberikan
instruksi secara lisan dan kelompok C diberikan instruksi secara tulisan. Sebanyak 70%
pasien dari kelompok A ingat terhadap instruksi yang diberikan oleh dokter ,77% pasien
dari kelompok B ingat terhadap instruksi yang diberikan dan 62% pasien dari kelompok
C ingat terhadap instruksi yang diberikan.3
Hasil penelitian juaqin Alvira Gonzalez & Cosme Gay Escoda pada tahun 2012
di Barcelona menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik berdasarkan
tingkat sosial budaya dan usia. 43,5% pria tidak mengikuti instruksi disebabkan
kebanyakan dari pria mengkonsumsi alkohol pasca ekstraksi4.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai gambaran pemberian instruksi pasca ekstraksi oleh dokter gigi di
praktek dokter gigi di Kota Medan. Peneliti memilih praktek dokter gigi di Kota Medan
karena ingin mengetahui gambaran pemberian instruksi pasca ekstraksi oleh dokter gigi
di Kota Medan dan belum pernah dilakukan penelitian terkait.
2
1.4 Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui apakah pemberian instruksi pasca pencabutan oleh
dokter gigi kepada pasien sudah dilakukan.
2. Dapat mengetahui apakah instruksi yang diberikan sudah sesuai untuk
menghindari komplikasi pasca ekstraksi
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekstraksi
Ekstraksi gigi adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan di bagian
bedah mulut dan maksilofasial.Ekstraksi gigi juga dapat menjadi bagian dari rencana
perawatan ortodontik atau prostodontik. Selain itu, tidak jarang bagi penderita kanker
yang akan menjalani terapi radiasi memiliki gigi yang harus di ekstraksi 6. Tindakan
ekstraksi gigi untuk beberapa kasus diperlukan peralatan pendukung yang lebih kengkap
sesuai dengan standard operasional untuk menghindari atau mengurangi komplikasi yang
terjadi pada pencabutan gigi. Anamnesa yang tepat mengenai riwayat gigi sebelum
ekstraksi, pemeriksaan klinis yang teliti serta pemeriksaan radiografi dapat membantu
dokter gigi dalam memperkirakan tingkat kesulitan dan komplikasi pada tindakan
ekstraksi gigi tersebut6. Edukasi pasca ekstraksi pasien membutuhkan instruksi yang
tepat dan baik untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan untuk menghindari
komplikasi pasca ekstraksi.
Beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan estraksi gigi salah satunya
dari teknik ekstraksi gigi yang perlu dilakukan berdasarkan ilmu pengetahuan dan
kemampuan dari dokter gigi tersebut. Walapun prosedur tindakan ekstraksi telah
dilakukan dengan baik dan benar, terkadang komplikasi tidak bisa dihindari 7. Oleh karena
itu, diperlukan persiapan dan prosedur pencabutan gigi yang sesuai standar.
4
yang sedang dilakukan dan juga riwayat ekstraksi gigi sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan
agar tindakan ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan aman.
a. Karies Parah
Merupakan alasan dilakukannya ekstraksi yang paling sering dan merupakan
alasan ekstraksi gigi karena karies yang parah sudah tidak bisa dikembalikan
atau dilakukannya tindakan restorasi
b. Nekrosis Pulpa
Berkaitan erat alasan untuk melakukan ekstraksi adalah adanya nekrosis
pulpa atau pulpitis ireversibel yang tidak di indikasikan untuk perawatan
endodontik. Dan tidak dapat diobati dengan teknik endodontik dasar. Dalam
situasi ini perawatan endodontik telah dilakukan namun gagal unutk
mengurangi rasa sakit.
d. Alasan Orthodontik
Pasien yang akan menjalani perawatan ortodontik dengan keadaan gigi
berjejal memerlukan tindakan ekstraksi gigi untuk memberikan ruang untuk
penyelarasan gigi. Gigi premolar pertama rahang atas dan bawah merupakan
gigi yang paling sering dilakukan ekstraksi.
e. Gigi Retak
Sebuah indikasi yang jelas untuk ekstraksi gigi adalah gigi yang retak atau
memiliki akar yang retak. Gigi retak biasanya menyakitkan dan tidak
terkendali. Prosedur restoratif tidak dapat membuat pasien gigi retak
meringankan rasa sakit gigi tersebut.
5
f. Tujuan Prostetik
Ekstraksi satu atau dua gigi dibenarkan jika membantu dalam desain yang lebih
baik atau stabilitas prothesa.
Semua kontraindikasi baik lokal maupun sistemik dapat menjadi relatif atau
mutlak (absolut) tergantung pada kondisi umum pasien. Ketika terdapat kontraindikasi,
perawatan ekstra perlu dilakukan sebelum pencabutan gigi untuk menghindari berbagai
resiko yang dapat terjadi pada pasien.
I. Kontraindikasi Sistemik
Jika pasien memberikan riwayat terapi steroid, kemudian, dokter gigi harus
melakukan suatu tindakan tertentu, maka satu atau dua hari sebelum ekstraksi
gigi harus dihentikan dan dilanjutkan kembali satu atau dua hari pasca tindakan.
Kemudian, dosis harus dikurangkan secara bertahap, jika tidak pasien
menunjukkan krisis adrenal akibat stress.
6
c. Kehamilan
Jika pencabutan gigi telah dilakukan dan infeksi tersebar menyeluruh dan
tersebar secara sistemik, maka antibiotik harus diberikan sebelum pencabutan
c. Perikoronitis akut
d.Penyakit Ganas
Misalnya gigi yang berada di area tumor. Jika dicabut bisa menyebarkan sel dan
dengan demikian mempercepat proses metastatik.
7
III. Kontraindikasi absolut
Setiap pasien yang ingin melakukan ekstraksi belum tentu tidak mempunyai
gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan komplikasi ekstraksi. Kontrol
kesehatan yang baik dapat meminimalisasi terjadinya komplikasi dan menjadikan
prosedur bedah yang aman. Setiap kondisi kesehatan yang tidak terkontrol baik
parah maupun akut termaksuk dalam kontraindikasi absolut. Kontraindikasi
absolut terbagi dua, yaitu sistemik dan lokal. Kontraindikasi absolut lokal yang
meliputi infeksi akut, gigi dengan lesi vaskular dan pertumbuhan gigi mengarah
keganasan. Apabila didapatkan keadaan-keadaan tersebut pada diri pasien yang
hendak dilakukan ekstraksi gigi, dokter gigi perlu menunda untuk melakukan
tindakan ekstraksi gigi. Pada pasien yang memiliki riwayat absolut dari suatu
penyakit sistemik merupakan suatu kontraindikasi untuk tindakan ekstraksi gigi
karena dapat mempersulit tindakan ekstraksi gigi pada pasien tersebut.
a. Fraktur akar
Fraktur akar didefinisikan sebagai fraktur yang melibatkan dentin,sementum dan
pulpa. Terdiri dari cedera 0,5-7% dari cedera yang mempengaruhi pertumbuhan gigi
permanen dan umumnya terjadi antara kelompok usia 11 sampai 20 tahun 14. Mekanisme
fraktur akar biasanya dampak frontal yang menciptakan zona kompresi labial dan lingual
kemudian zona stress yang dihasilkan kemudian menetukan bidang fraktur tersebut.
Fraktur akar yang melibatkan gigi permanen, terutama mempengaruhi daerah insisivus
sentral. Fraktur akar sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Penyebab dari
terjadinya fraktur akar adalah Karies gigi yang meluas bahkan kadang-kadang meliputi
akar gigi, dalam
8
keadaan demikian struktur gigi akan menjadi rapuh dan mudah fraktur, serta bisa juga
oleh gigi yang mempunyai kelainan akar misalnya akar gigi membengkok atau menyudut
pada ujungnya, akar gigi mengalami eksementosis (hipersementosis), berakar
supernumeran yang berarti kelainan dalam jumlah akar gigi.
b. Perdarahan
Perdarahan adalah risiko dalam prosedur bedah termasuk ekstraksi gigi. Hal ini
didapatkan hasil dari satu atau lebih penyebab.Hal ini penting untuk menyebutkan bahwa
dalam banyak kasus perdarahan merupakan suatu risiko ysng terjadi 15. Untuk mengatasi
hal ini maka pasien diberikan instruksi untuk menggigit tampon agar pendarahan tidak
terjadi secara terus-menerus.Perdarahan berlebihan mungkin merupakan komplikasi
ekstraksi gigi.
c.Pembengkakan
Pembengkakan di sekitar mulut, pipi, mata dan sisi wajah tidak jarang. Ini adalah
reaksi normal tubuh setelah dilakukan operasi. Pembengkakan tidak akan menjadi jelas
sampai hari setelah operasi dan tidak akan mencapai maksimum sampai hari pasca
operasi ketiga. Namun, pasien dapat di instruksikan untuk meminimalkan pembengkakan
dengan penggunaan langsung dari paket es dan tidur dengan kepala dalam posisi tinggi.
Kompres es tujuh puluh dua jam setelah operasi maupun tindakan pencabutan gigi ,
aplikasi panas lembab ke sisi wajah yang bermanfaat dalam mengurangi ukuran
pembengkakan. Jika mungkin tidur dengan kepala ditinggikan pada sudut 30 derajat
untuk tiga hari pertama
9
adalah untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah atau meredakan rasa nyeri dan
pembengkakan. Instruksi pasca ekstraksi antara lain16,17,18,19:
a. Menggigit kasa
Dokter akan menginstruksikanmenggigit pada kapas kasa untuk memberikan
tekanan pada daerah ekstraksi. Ini membantu untuk mengontrol perdarahan
dan mirip dengan menempatkan tekanan pada luka di tangan untuk
menghentikan pendarahan.Terus menggigit kasa selama 1 sampai 2 jam.
Sesuatu yang umum untuk terjadinya beberapa perdarahan selama 1 sampai 2
hari. Setiap kali menyikat gigi, berkumur atau meludah, mungkin ada
beberapa kali terlihat warna merah muda dalam air liur anda. Hal ini normal
dan tidak menjadi perhatian. Kebanyakan perdarahan dikontrol dengan
menerapkan tekanan langsung pada luka dengan cara mengigit kasa.
b. Kumur kumur dan menyikat gigi
kumur kumur hanya penting setelah operasi . Pada hari pertama kumur
kumur dengan hati-hati. Hari-hari berikutnya kumur kumur mulut secara
menyeluruh pagi dan sore hari dengan larutan chlorhexidine 0,12% sampai
jahitan telah dibuka. Kumur kumur mulut setidaknya 1 menit dan kemudian
meludahkannya. Menyikat gigi di daerah non-dioperasikan harus dilakukan
dengan sikat gigi baru, yang telah dicelupkan dalam larutan chlorhexidine.
Pasta gigi biasa akan menetralisir efek chlorhexidine dan karena itu tidak
digunakan. Hal ini penting untuk menjaga mulut bersih.
c. Makanan
Pada hari pertama setelah dilakukan ekstraksi, makanan yang harus
dikonsumsi adalah makanan yang lembut dan tidak panas. Jangan makan
sampai anestesi telah benar benar hilang. Hindari mengunyah dengan sisi
dimana bertepatan dengan gigi yang baru dilakukan ekstraksi. Penting bahwa
makanan bergizi dan kaya vitamin untuk dikonsumsi setelah dilakukan
ekstraksi. Untuk Hari-hari berikutnya diet mungkin secara bertahap kembali
normal.
d. Merokok
Tembakau merupakan vasokonstriktor perifer yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka terutama luka di rongga mulut. Karbon monoksida dan
bahan kimia lainnya yang dihasilkan selama pembakaran dapat mengurangi
aliran darah
10
kapiler. Sebuah studi klinis telah menunjukkan bahwa satu batang rokok
mengurangi kecepatan darah perifer oleh 40% dalam satu jam. Mekanisme
yang merokok dapat mempengaruhi penyembuhan luka diketahui salah satu
penjelasan yang mungkin adalah zat dalam tembakau dan nikotin. substansi
rokok yang terdiri nikotin, cotinine, karbon monoksida dan hydrogen sianida
bersifat sitotoksik terhadap sel-sel yang terlibat dalam penyembuhan luka.
e. Mengkonsumsi obat-obatan
Setelah dilakukannya tindakan ekstraksi gigi, pasien harus diberi pengarahan
atau informasi mengenai cara mengkonsumsi obat setelah ekstraksi. Rasa
sakit dan sedikit tidak nyaman dapat terjadi setelah anastesi yang diberikan
hilang. Untuk mengurangi rasa sakit tersebut obat analgesik harus diberikan
dan diminum sebelum rasa tidak nyaman tersebut timbul.
f. Kontrol berkala
Pasien pasca ekstraksi diberi instruksi untuk melakukan kontrol berkala
untuk mengetahui kemajuan penyembuhan luka pasien pasca ekstraksi.
Kebanyakan pasien dijadwalkan untuk dilakukan kontrol setelah 5-7 hari
setelah prosedur. Tindak lanjut ini merupakan bagian penting dari perawatan
pasca ekstraksi dan membantu untuk memastikan kenyamanan anda dan
kesehatan selama pemulihan15,18.
2.4 Instruksi
11
menginformasikan hal yang harus dilakukan atau instruksi dan pasien akan
setuju.tipe ketiga disebut mutual participation yang ditunjukkan secara jelas
dalam perawatan preventif dimana dokter gigi dan pasien membagi tanggung
jawab yang sama dalam menjaga kebersihan mulut20. Komunikasi dalam suatu
organisasi kesehatan dapat berupa tulisan dan atau komunikasi yang bersifat
verbal serta non- verbal.Cara ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk misalnya
komunikasi interpersonal yang melibatkan dua atau beberapa orang saja, atau
dalam bentuk pertemuan yang bisa melibatkan banyak orang. Pada komunikasi
interpersonal, komunikasi verbal dan non-verbal digunakan baik secara tersendiri,
atau sebagai pendukung dari komunikasi tulisan yang dilakukan.Sebagai contoh
seorang dokter yang telah menuliskan instruksi pengobatan, menjelaskan
instruksinya langsung terhadap pasien. Pada pertemuan apapun akan terjadi
komunikasi verbal dan non- verbal antar peserta pertemuan. Sangat penting bagi
hadirin untuk menguasai keterampilan komunikasi interpersonal agar pertemuan
dapat membuahkan hasil yang optimal20. Kini saatnya melihat dari segi
keuntungan bila hubungan antara pasien dan dokter didasarkan pada rasa hormat
dan kepercayaan. Kualitas dari hubungan dokter gigi dengan pasien memiliki
efek yang signifikan terhadap hasil perawatan. Keuntungan ketika hubungan
pasien dan dokter baik adalah22 :
2.4.1 Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata
kata. Komunikasi nonverbal merupakan cara yang paling meyakinkan untuk
menyampaikan pesan kepadaorang lain. Instruksi atau kominukasi nonverbal
disampaikan oleh ekspresi wajah,gesture,penekanan suara dan jeda dalam
berbicara. Dalam pemberian instruksi teknik komunikasi ini dilakukan secara
tidak sadar.teknik ini sangat baik dipadukan dengan teknik komunikasi atau
instruksi verbal.
Komunikasi antar dokter dan pasien umumnya terjadi menggunakan
komunikasi nonverbal. Repsons pasien dapat dinilai atau dilihat melalui 55%
ekspesi wajah,38%
12
suara dan hanya 7% verbal. Komunikasi nonverbal merupakan cara kita
berkomunikasi dan terkadang menggantikan bahasa yang tertulis dan
dibicarakan22. Seperti yang dijelaskan diatas komunikasi nonverbal tidaklah
disadari dan biasanya kita menggunakan komunikasi tersebut bersamaan dengan
komunikasi verbal. komunikasi yang didukung oleh komunikasi nonverbal dapat
menyampaikan informasi kepada pasien secara lengkap dan pasien juga akan
lebih menerima informasi yang disampaikan oleh dokter gigi. Menurut beberapa
study komunikasi nonverbal dapat membangun hubungan emosional antara
pasien dengan dokter gigi setelah terbangunnya hubungan emosional tersebut
maka pasien akan lebih mendengarkan dan menuruti instruksi yang diberikan
oleh dokter gigi.
2.4.2 Verbal
Komunikasi verbal adalah jenis komunikasi yang paling lazim digunakan
dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat
waktu.Kata kata adalah alat atau symbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide
atau perasaan,membangkitkan respon emosional atau menguraikan objek,
observasi dan ingatan.Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk berespons secara langsung.
Bahasa verbal dapat lisan atau tertulis. Umumnya, lisan adalah proses yang
lebih spontan, sedangkan menulis cenderung lebih disengaja. Hasil ini adalah
bahwa lisan sering kurang tepat daripada menulis dan lebih longgar terstruktur
sintaksis. Orang lebih cenderung untuk menggunakan bahasa sehari-hari ketika
berkomunikasi melalui media seperti. Selain itu, lisan berlangsung secara real
time, sedangkan menulis dibatasi oleh waktu dan dapat ditinjau. lisan juga
terhubung, dalam fonem (satuan dasar suara) berbaur satu sama lain, sedangkan
menulis menggunakan unit diskrit (huruf)24. Dari uraian diatas, komunikasi di
bidang kesehatan terlebih dokter gigi juga menggunakan salah satu metode
tersebut. Dokter gigi dapat melakukan instruksi kepada pasien dengan metode
komunikasi verbal secara lisan maupun tertulis. Namun kedua cara ini memiliki
kelebihan dan kekurangan sebagai sarana pemberi informasi dan instruksi
terhadap pasien. Komunikasi verbal juga dapat membangun hubungan yang baik
antara pasien dengan dokter gigi. Hubungan yang baik ini didapati dengan cara
penyampaian lisan yang baik oleh dokter dan menggunakan bahasa sehari-hari
yang digunakan serta penulisan kembali suatu
13
instruksi penting terhadap pasien membuat pasien lebih mudah dalam
menjalankan instruksi dari dokter gigi tersebut. Dalam hal ini maka pasien
akan lebih mengerti dan tanggap serta kesalah pahaman antar dokter gigi dan
pasien dapat ditanggulangi dengan metode ini.
14
2.5. Kerangka Konsep
EKSTRAKSI
INSTRUKSI
KOMPLIKASI
15
2.6 Kerangka Konsep
1. Definisi
Pemberian
instruksipasca
instruksi pasca
Instruksi pasca ekstraksi gigi ekstraksi gigi
ekstraksi oleh
2. Metode penyampaian
dokter gigi di
instruksipasca
Kota Medan
ekstraksi gigi
16
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah para dokter gigi yang praktik di Kota Medan
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh dokter gigi yang berlokasi praktik di
Kota Medan dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode yang digunakan
dalam pemilihan sampel adalah secara Simple Random Sampling dimana menggunakan
rumus dan pemilihan sampel yang dibutuhkan dipilih secara undian.
Rumus :
n = Zα2.P.Q
d2
n = (1.96)2(0.3731)(0.6269) = 90 orang
(0.1)2
17
Keterangan :
2007)
= 37.31%
Q = 1-P
n = Besarnya sampel
18
Definisi Instrusksi pasca ekstraksi Instruksi pasca ekstraksi sesuatu yang perlu
diberikan atau digunakan dalam bidang kedokteran
gigi.
19
Hindari merokok
Informasikan cara mengkondumsi obat-
.
obatan setelah pencabutan gigi.
20
3.5 Alat Penelitian
Alat tulis
Kertas kuesioner
2. Peneliti memberi kuesioner kepada dokter gigi yang praktik di Kota Medan.
21
3.7.2 Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif yaitu data univarian dan dihitung dalam bentuk
persentase. Hasil dari data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk melihat
perbedaan penggunaan bahan anestesi lokal oleh dokter gigi di Kota Medan.
22
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sampel yang didapat pada penelitian ini adalah dokter gigi yang
berpraktek di Kota Medan yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Didapatkan jumlah sampel sebanyak 100 orang.
Tabel 1. Pentingnya instruksi diberikan pasca ekstraksi gigi oleh dokter gigi
4.2 Instruksi yang tepat untuk diberikan kepada pasien setelah dilakukan
ekstraksi.
Hasil peneltian menunjukkan 100 responden memberikan jawaban untuk
instruksi yang tepat diberikan kepada pasien setelah dilakukan ekstraksi adalah seperti
terlampir pada tabel berikut.
23
Tabel 2. Instruksi yang diberikan kepada pasien setelah dilakukan ekstraksi
4.3 Komplikasi yang dapat terjadi apabila instruksi tidak diberikan atau tidak
dilakukan pasien.
Diagram 1. Komplikasi yang terjadi apabila instruksi tidak diberikan atau tidak dijalankan
pasien
Dry socketPerdarahan
pembengkakanDry socket & Perdarahan Dry socket, Perdarahan, Pembengkakan
1%
32%
41%
4% 22%
24
4.4 Jenis instruksi yang diberikan kepada pasien.
Data untuk jenis instruksi yang diberikan atau digunakan kepada pasien adalah
seperti terlampir pada tabel berikut.
Diagram 2. Jenis instruksi yang diberikan kepada pasien di praktek dokter gigi di
Kota Medan.
0%
nonverbal 2%
Tabel 3. Pengkombinasian jenis pemberian instruksi kepada pasien di praktek dokter gigi di
Kota Medan
Ya 52 52%
Tidak 48 48%
25
4.6 Alasan penggunaan kombinasi jenis pemberian instruksi kepada pasien.
Hasil penelitian dari 100 responden didapatkan data mengenai alasan responden
menggunakan pengkombinasian jenis pemberian instruksi kepada pasien adalah seperti
terlampir pada tabel berikut.
BAB 5
26
PEMBAHASAN
27
mengatakan bahwa dry socket, perdarahan dan pembengkakan merupakan komplikasi
pencabutan gigi yang sering terjadi20.
Pada penelitian ini dari 100 orang responden diperoleh bahwa 46% dokter gigi di
Kota Medan memberikan instruksi secara verbal, 2% memberikan instruksi secara
nonverbal, dan 52% memberikan instruksi dengan cara mengkombinasikan dua jenis
instruksi tersebut. Sebagian besar responden memilih jenis komunikasi verbal dan
kombinasi dari jenis verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal atau lisan merupakan jenis
komunikasi yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari serta dalam dunia
kesehatan, dan kombinasi komunikasi verbal dan nonverbal dipercaya lebih efektif dalam
pemberian instruksi pasca ekstraksi gigi.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa sebesar 52% dokter gigi di Kota Medan
memberikan kombinasi jenis instruksi verbal dan nonverbal dan 48% dokter gigi di Kota
Medan tidak melakukan kombinasi dalam pemberian instruksi pasca ekstraksi gigi
kepada pasien. Dalam hal ini kemungkinan responden merasakan bahwa kombinasi
antara instruksi verbal dan nonverbal lebih dipahami dan mudah untuk diingat oleh pasien
sehingga pasien lebih patuh terhadap instruksi dokter gigi dan tujuan akhir perawatan
tercapai. Hal ini sesuai dengan penelitian Shantipriya Reddy et al pada tahun 2012
mengenai daya ingat dan kepuasan pasien pasca ekstraksi gigi. Berdasarkan penelitian
tersebut kelompok yang diberikan kombinasi instruksi secara verbal dan nonverbal
memiliki daya ingat dan tingkat kepuasan yang lebih baik dibandingkan kelompok yang
hanya diberikan instruksi secara verbal saja21.
Penelitian pada praktek dokter gigi di Kota Medan, 57,69% responden
memberikan alasan agar pasien lebih mudah mengingat instruksi yang diberikan.,17,3 %
responden memberikan alasan agar mencegah terjadinya komplikasi, 11,55 memberikan
alasan agar informasi yang diberikan lebih jelas dan 13,4% agar pasien mematuhi
instruksi yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi pemberian instruksi
verbal dan nonverbal dipercaya dapat mencegah pasien dari lupa terhadap instruksi yang
diberikan., kemudian dapat mencegah terjadinya komplikasi dan proses penyembuhan
berjalan lebih cepat. Selain itu pemberian instruksi dengan cara kombinasi dilakukan agar
informasi yang diterima lebih jelas, sehingga pasien menjadi lebih patuh dalam mengikuti
instruksi yang diberikan dokter gigi pasca ekstraksi.
28
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
29
menunjukkan bahwa kombinasi pemberian instruksi verbal dan
nonverbal dipercaya lebih efektif .
6.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
31
14. Kaspoglu et al. A textbook of advanced oral and maxillofacial
surgery.Croatia: Intech,2013:4-7.
15. Brkic CK, Banu GK, Hulya KB. Complications following surgery of
impacted teeth and management. (http://dx.doi.org/10.5772/53400) (10
Oktober 2015).
16. Massachussets general hospital. Harvard oral and maxillofacial surgery
associates. HarvardOMS.org.
17. Balaji SM. Tobacco smoking and surgical healing of oral tissues: A
review. IndianJ Dent Res 2008; 19; 344-6.
18. Basuki E. Komunkasi antar petugas kesehatan. Majalah kedokteran
Indonesia 2008; 58(9): 341-4.
19. Setiawan I, Mariati NW, Leman MA.Gambaran kepatuhan pasien
melaksanakan instruksi setelah pencabutan gigi di RSGM FK Unsrat.
Jurnal e-GIGI 2015; 3: 369.
20. Lnade R, Kepel BJ, Siagian KV. Gambaran factor risiko dan komplikasi
pencabutan gigi di RSGM PSPDG FK UnsraT. Jurnal e-GIGI 2015;
3:477.
21. Reddy S et al. Assesment of patient of rememberance and satisfaction of
post surgical instruction: verbal vs verbal and written instructions: A
clinical trial. J Dentistry 2012;2:247
32
33