PENDAHULUAN
Dewasa ini telah banyak dilakukan penelitian dengan metode genome editing,
Ide mengenai genom (gen) editing memang bukan konsep yang baru. Para ilmuan
telah berusaha untuk mencari teknik tersebut sejak tahun 80an. dalam menghasilkan
organisme rekombinan, Setidaknya ada tiga macam teknik yang telah ditemukan
Repeats (CRISPR). Namun metode zinc finger nucleases (ZFNs) dan Transcription
untuk diterapkan secara luas. Sedang teknik Clustered Regularly Interspaced Short
Polindromic Repeats (CRISPR) biayanya lebih murah dan dapat diterapkan secara
lebih luas.
Pada dasarnya semua teknik genom editing memiliki konsep yang sama yaitu
memanfaatkan fungsi enzin nuklease untuk memotong DNA target. Namun teknik
CRISPR memiliki keunikan tersendiri. Teknik ini mengadopsi cara kerja sel prokariot
dalam mempertahankan diri dari serangan virus. Secara seluler, sel prokariot yang
menghancurkan materi genetik virus. Terdapat dua molekul yang berperan pada
sistem imun prokariot yang saat ini dikembangkan dalam teknik CRISPR yaitu
gRNA (g: guide) dan enzim nuklease. Molekul gRNA merupakan RNA yang
endonuklease. Enzim nuklease dikodekan dari gen yang dinamakan Cas. Kolaborasi
antara gRNA dan Cas menghasilkan pemotongan yang sangat spesifik karena kerja
enzin Cas akan dipandu oleh gRNA. Sander and Joung. 2014. CRISPR-Cas systems
for editing, regulating and targeting genomes. Nat Biotechnol, 32: 347 – 355.
manusia, mencit, zebrafish, lalat buah, dan khamir, juga bakteri. Pada tahun 2013,
diterapkannya CRISPR pada DNA genom tanaman, baik dikotil maupun monokotil,
yaitu Arabidopsis, tembakau, padi, gandum, dan sorgum. Tim penelitian Jiang dkk.
(2013), sebagai contoh, menerapkan CRISPR pada protoplas padi. Sejak teknik ini
biomedical yang sangat terbantu dengan hadirnya teknik tersebut. Peneliti MIT
menggunakan CRISPR pada tikus untuk memperbaiki mutasi yang berkaitan dengan
telah digunakan dalam rekayasa genetik pada embrio manusia. Jiang, W., Zhou, H.,
Bi, H., Fromm, M., Yang, B., and Weeks, D.P. 2013. Demonstration of
system in medaka” pada tahun 2014 yang dilakukan oleh Satoshi Ansai and Masato
Kinoshita dengan memakai metode genome editing dengan teknik Clustered regularly
kemampuan CRISPR untuk mengedit genom pada embrio ikan medaka Oryzias
medaka Oryzias latipes.
Embrio ikan medaka digunakan pada beberapa penelitian karena embrio ikan
medaka memiliki warna embrio yang transparan sehingga lebih memudahkan dalam
pengamatannya, selain itu embrio ikan medaka lebih resisten terhadap senyawa asing
yang masuk kedalamnya jika dibandingkan embrio vertebrata lain. MEDaka bukunya
inoshita dr umrah.
Oleh karena itu dalam penelitian ini, kami menggunakan sampel embrio ikan
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember – Januari 2015. Sampel
didapatkan di Pusat Studi Medaka yang berlokasi di lt. 5 Gedung Pusat Kegiatan
TINJAUAN PUSTAKA
Famili Adrianichthyidae adalah kelompok kecil ikan asli Asia, terdiri atas
empat genus (Rosen dan Parenti, 1981), namun pada tahun 2008 direvisi kembali
menjadi dua genus (Parenti, 2008), yaitu Oryzias dengan 33 species dan
Adrianichthyidae pada umumnya hidup di air tawar, seperti selokan, kolam, kanal,
sawah dan danau, tapi beberapa species ditemukan di air payau dan disepanjang
medaka jawa (Oryzias javanicus) yang dikenal dengan nama lokal seperti ikan beras,
ikan menasi, ikan lampu, ikan seliding dan banyak lagi. Ikan Medaka adalah ikan air
tawar yang berukuran 3-4 cm, fertilisasi dan perkembangan telurnya terjadi secara
eksternal, telur dan embrionya transparan . secara umum ikan Medaka memiliki
toleransi dan pola adaptasi terhadap kisaran salinitas dan temperature tertentu, sangat
mudah untuk berkembang biak dan memiliki resistensi yang tinggi terhadap penyakit
Ikan Medaka jantan dan betina dapat dibedakan dengan adanya beberapa
perbedaan, yakni bentuk tubuh, sirip, dan urinogenital papilla (Iwamatsu et al, 1982).
Waktu pemijahan berkaitan erat dengan siklus cahaya, antara 30-50 telur dihasilkan
setiap waktu pemijahan, dan produksi telur dapat mencapai 3000 telur selama musim
Ikan Oryzias atau ricefish adalah indikator potensial dan spesies model
penelitian telah memberitahukan dengan detail tentang catatan spesies ikan medaka,
fisiologis, morfologis, distribusi dan informasi genom (Ismail and Yusof, 2011).
Oryzias latipes (medaka jepang) yang sudah menjadi hewan percobaan dalam
berbagai disiplin ilmu biologis seperti toksikologi, biokimia, fisiologi, serta filogeni
(Ismail and Yusof, 2011). Dibandingkan dengan Oryzias latipes, ikan medaka lainnya
terutama dari perairan Indonesia juga memiliki potensi yang sama dan mungkin
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Beloniformes
Family : Adrianichthyidae
Genus : Oryzias
adding nucleotides to the genome. This process is accomplished through the use of engineered
nucleases that can make a double stranded “cut” or a single stranded “nick” in an organism’s
DNA. These sites are altered and then repaired by homologous recombination or non-homologous
end joining. This type of genetic engineering is useful for a number of applications, including
animals.Editing genom adalah proses mengedit DNA organisme dengan mengubah, menghapus
atau menambahkan nukleotida ke genom. Proses ini dilakukan melalui penggunaan Enzim
nuclease yang dapat memotong DNA (Double stranded) nucleases rekayasa yang dapat
membuat double stranded "cut" atau tunggal terdampar "nick" dalam DNA organisme. Situs-situs
tersebut diubah dan kemudian diperbaiki oleh rekombinasi homolog atau non-homolog end
bergabung. Jenis rekayasa genetika berguna untuk sejumlah aplikasi, termasuk mutasi gen yang
ditargetkan, kromosom penataan ulang, dan penciptaan hewan transgenik. Esvelt, KM.; Wang,
HH. (2013). "Genome-scale engineering for systems and synthetic biology.". Mol Syst Biol 9 (1):
641. doi:10.1038/msb.2012.66. PMC 3564264. PMID 23340847.
CRISPR sequences were first discovered in 1987 in Escherichia coli. They were observed in other
bacterial species and in archaea in 2002. It was first suggested that CRISPR sequences are part
of an immune system in 2005. This was due to the discovery of homology between spacer
sequences and viral and plasmid DNA. Much has been learned about the function of cas proteins
by disabling cas genes. For example, disabling the cas7 gene disrupts the cell’s ability to
incorporate new spacers. Disabling the csn1-like gene causes a loss of resistance against
phages, even if the relevant spacers are present. This shows that cas genes are necessary for
immunity in addition to CRISPR sequences (Horvath and Barrangou. 2010)Urutan CRISPR
pertama kali ditemukan pada tahun 1987 di Escherichia coli. Urutan tersebut diamati pada spesies
bakteri lain dan di kelompok archaea pada tahun 2002. Ini pertama kali menyarankan bahwa
urutan CRISPR merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh pada tahun 2005. Hal ini
disebabkan penemuan homologi antara urutan spacer dan DNA virus dan plasmid. Banyak yang
telah belajar tentang fungsi protein cas dengan menonaktifkan gen cas. Misalnya, menonaktifkan
gen cas7 mengganggu kemampuan sel untuk menggabungkan spacer baru. Menonaktifkan gen
csn1 seperti menyebabkan hilangnya perlawanan terhadap fag, bahkan jika spacer yang relevan
yang hadir. Hal ini menunjukkan bahwa gen cas diperlukan untuk kekebalan selain urutan
CRISPR (Horvath dan Barrangou. 2010)
5. Sprink T, Metje J, Hartung F (2015) Plant genome editing by novel tools: TALEN and other
sequence specific nucleases. Current Opinion in Biotechnology 32: 47-53.
transgenesis (Takagi et al., 1994; Volckaert et al., 1994; Hamada et al., 1998;
Alimuddin et al., 2003; Kato et al., 2007). Konstruksi DNA diintroduksikan ke dalam
sel embrio ikan dengan menggunakan jarum injeksi berukuran sangat kecil.
telur yang telah dibuahi. Meskipun injeksi dengan jumlah copy DNA yang tinggi
meningkatkan integrasi transgen (DNA yang ditranfer), tetapi hal itu meningkatkan
resiko kematian pada embrio. Integrasi transgen pada DNA inang umumnya tidak
terjadi pada fase satu sel, sehingga tidak semua sel ikan membawa transgen (mozaik)
(Zbikwoska 2003)
tipe penyangga injeksi yang digunakan, bentuk dari DNA, konsentrasi suntikan dan
atau keberhasilan pasca injeksi misalnya laju kematian yang bervariasi dari satu telur
salmonid pasca injeksiyang berkisar antara 30-95% (Fletcher & Davids 1991). Pada
spesies lain, tingkat kelangsungan hidup dilaporkan oleh Dunhamet al. (1992) pada
sekitar 33%. Beberapa penelitian terdahulu telah menguji pengaruh waktu injeksi
hidup telur.
BAB III
METODE PENELITIAN
cawan petri, needle holder. tabung eppendorf steril 1,5 ml, microwave, gelas
sgRNA, Enzim Endonuklease, 30 ml gel agarosa 2%, 15 ml air keran, plester vinyl,
Selanjutnya dipanaskan pada oven hingga mendidih, Kemudian dengan kondisi yang
hangat, tuang larutan gel agarosa kedalam cawan petri secara merata dan hati-hati
agar tidak terbentuk gelembung. Setelah gel agarosa dalam kondisi semi padat
dengan tip panjang (tip loading) dibagian ujungnya dan kemudian dimasukkan ke
dalam jarum mikroinjeksi, Ukuran bukaan mulut jarum mikroinjeksi adalah sekitar 5-
jarum minyak mineral yang telah dipasang pada needle holder. Jarum minyak mineral
dilepas dan jarum mikroinjeksi yang telah berisi larutan DNA dan minyak mineral
hati ke dalam cekungan gel agarosa menggunakan pipet. Posisi telur diatur
dilakukan pada 50 sampel embrio dari induk yang berada di akuarium secara acak.
Telur-telur yang telah diinjeksi dipindahkan ke dalam akuarium inkubasi. Suhu air
akuarium inkubasi adalah 24 ± 10C. Setiap hari, telur yang tidak dibuahi atau
Parameter yang diamati yaitu perubahan warna pada embrio Ikan Medaka dan