I PENDAHULUAN
1.1 Judul
karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, serta merupakan komoditas ekspor.
Salah satunya jenis ikan kerapu adalah ikan kerapu kertang. Kerapu kertang
(Epinephelus lanceolatus) atau sering juga disebut kerapu naga (king grouper)
merupakan salah satu jenis kerapu yang memiliki keunggulan dengan ukurannya
yang besar (sampai di atas 90 kg) dengan pertumbuhan yang cepat serta nilai
ikan kerapu jantan, mengingat ikan kerapu kertang merupakan ikan hermaprodit
pemanfaatan induk ikan jantan yang berkualitas perlu untuk dilakukan. Salah satu
interval waktu produksi sperma yang pendek dengan jumlah yang banyak.
saat tanpa menunggu induk jantan matang gonad kembali (Kurniawan dkk.,
2013).
hidup sel tanpa mematikan fungsi sel, dimana proses hidup dapat berlanjut setelah
adalah ekstender yang digunakan (Toelihere, 1993). Pengencer yang baik akan
sebagai sumber energi yang cukup untuk mempertahankan hidup sperma dari
sumber energi yang berasal dari karbohidrat merupakan salah satu prasyarat untuk
pengencer semen yang baik. Terdapat tiga jenis karbohidrat yang mudah didapat
dan sering digunakan sebagai sumber energi bagi sperma dalam berbagai jenis
penelitian, yaitu glukosa, fruktosa dan sukrosa (Salisbury dan VanDemark, 1985).
ekstender akan berdampak pada kualitas semen beku yang dihasilkan. Terutama
terhadap motilitas sperma dan persentase sperma hidup. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian terhadap jenis ekstender terbaik yang dapat digunakan dalam
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
II TINJAUAN PUSTAKA
genetik, salah satunya sperma dengan membekukan pada suhu sangat rendah
hingga -196˚C dengan nitrogen cair (Dey, 2016). Kriopreservasi sperma ikan
padasuhu -104˚C dengan meletakkan straw pada uap nitrogen cair sekitar 3 cm
yaitu gliserol atau Dimethyl sulphoxide (Francis et al., 2013). Konsentrasi gliserol
(Francisetal.,2013).
dari kriopreservasi secara umum adalah (1) bahan atau materi dapat disimpan
dalam waktu tidak terbatas; (2) dapat dikoleksi setiapsaat; (3) dapat digunakan
kapan saja bila dibutuhkan; (4) melestarikan plasma nutfah yang mendekati
5
(6) tidak membutuhkan ruangan yang besar karena tabung nitrogen cair cukup
memadai untuk menyimpan bahan dalam ragam danjumlah yang banyak; dan (7)
kekurangannya adalah (1) biaya pelaksanaan cukup mahal; (2) memerlukan tenaga
yang terampil dan berpengalaman; (3) nitrogen cair perlu tersedia secara kontinyu;
dan (4) hanya semen yang berkualitas baik yang dapat dan layak dibekukan
(Toelihere, 1985).
teknik ini, suhu diturunkan secara bertahap dengan mesin pendingin yang dapat
pembekuan dua tahap. Teknik pembekuan dua tahap meliputi inkubasi sel dalam
1oC/menit hingga suhu -35oC, lalu pembekuan dalam nitrogen cair dan thawing
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Serranidae
SubFamili : Epinephelinae
Genus : Epinephelus
Spesies : Epinephelus lanceolatus
2.2.2 Morfologi
Serranidae, sub famili Ephinephelinae, yang terdiri atas 15 genera dan mencakup
warna tubuh abu-abu kehitaman dengan 4 garis melintang yang kurang begitu
jelas (samar-samar), semua sirip (pektoral, anal, ventral, dorsal dan caudal)
dengan dasar berwarna kuning dilengkapi dengan bintik-bintik hitam, bintik juga
banyak tersebar dikepala dan didekat sirip pectoral dengan jumlah yang berlainan
pada setiap individu, sirip punggung semakin melebar kearah belakang, sirip
punggung menyatu yang terdiri atas 11 jari-jari keras dan 15 jari-jari lunak, sirip
pectoral terdiri atas 17 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras dan
5 jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak,
7
sedangkan sirip caudal terdiri 13 jari-jar lunak. Bentuk ekor rounded, bentuk
mulut lebar (bibir bawah lebih panjang dari bibir atas). Heemstra dan Randal,
Pada umumnya ikan Kerapu bersifat soliter tetapi pada saat akan memijah
sebelum bulan purnama pada malam hari. Dari hasil pengamatan di wilayah
perairan Indonesia, musim-musim pemijahan ikan kerapu terjadi pada bulan Juni-
dan Irian Jaya (Sugama, 2001). Ikan kerapu umumnya bersifat hermaprodit
protogini yaitu akan mengalami perubahan jenis kelamin dari betina ke jantan
setelah melewati ukuran tertentu. Sedangkan untuk induk kerapu kertang, sampai
saat ini belum ada literatur yang menginformasikan tentang ukuran berapa induk
Sulawesi Selatan. Salah satu indikator adanya ikan kerapu adalah perairan karang.
Indonesia memiliki perairan karang yang cukup luas sehingga potensi sumber
daya ikan kerapu sangat besar. Siklus hidup ikan kerapu muda hidup di perairan
karang pantai dengan kedalaman 0,5-3 meter, selanjutnya menginjak masa dewasa
beruaya keperairan yang lebih dalam antara 7,0-40 meter. Telur dan larva bersifat
dan Mulyadi.1989)
salinitas berkisar 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih dari 3,5 ppm dan ph
antara 7,8-8,0. Perairan dengan kondisi tersebut pada ummumnya terdapat pada
cumi- cumi dan hewan-hewan kecil lainnya. Ikan kerapu dikenal sebagai pemakan
hewan/daging atau karnivor yang rakus. Berdasarkan pengamatan isi perut kerapu
oleh golongan krustase (udang-udangan dan kepiting) sebanyak 83% dan ikan-
ikanan sebesar 17%. Namun, semakin besar ukuran kerapu, komposisi isi
dijumpai dalam isi perut kerapu adalah jenis udang krosok (parapeneussp), udang
9
dari kelompok ikan- ikanan yang ditemui pada umumnya adalah ikan teri
(stelopterus sp), beronang (siganus sp), tembang (sardinella sp), belanak (mugil
sp), jenaha (lutjanus sp), sotong (sepia sp), gurita (octopus sp), dan cumi-cumi
(loligo sp) dalam jumlah kecil. Karena itu, kandungan protein dalam makanan
2.2.4 Reproduksi
dibuaholehi sperma. Fenomena perubahan jenis kelamin pada kerapu sangat erat
berjalan dari fase betina ke fase jantan. Perubahan kelamin ini dipengaruhi ukuran,
2.3Krioprotektan
mengandung bahanyang bekerja melindungi sel pada saat pembekuan juga harus
mempunyai bobot molekul yang kecil agar lebihmudah dan cepat penetrasi ke
pada saatkriopreservasi selain dari cara kerjanya, jugadipengaruhi oleh jenis dan
DMSO adalah campuran organosulfur dengan rumus kimia (CH 3)2SO dan
memiliki berat molekul sebesar 78,13. DMSO merupakan pelarut polar aprotic
sel untuk mencegah kematian sel selama proses pembekuan. Prinsip kerja DMSO
dalam pembekuan sperma yaitu molekul-molekul DMSO yang kecil akan masuk
kedalam sel spermatozoa untuk menggantikan air dalam sel spermatozoa. Kristal
es yang terbentuk dalam medium pengencer pada waktu pembekuan dapat dicegah
2.4Ekstender
Fungsi dari ekstender sendiri ialah sebagai pelindung sel sperma terhadap kejutan
dapat dipertahankan (Barozha, 2015). Fungsi lain dari ekstender yaitu merupakan
sehingga dapat digunakan untuk inseminasi buatan dan memproteksi sel sperma
2.4.1 Sukrosa
sebagai krioprotektan non penetrating atau ekstender yang tahan terhadap tekanan
osmotik untuk mengontrol peningkatan volume sel dan membatasi gerakan air
kejutan dingin akibat proses penyimpanan pada suhu rendah dan sebagai sumber
2.4.2 Fruktosa
1993).
merupakan turunan dari sukrosa yang lebih mudah dan cepat diolah oleh
diamati dari pergerakan sperma yang progresif (Yumte dkk., 2013). Motilitas
spermatozoa bersumber dari energi pada bagian ekor yang terdiri dari dua bagian
ujung (end piece). Bagian pangkal sperma terdapat mitokondria yang berfungsi
MenurutYumtedkk.(2013)motilitasspermatozoaberasaldarienergihasil
yang dihasilkan bagian ujung yang digunakan sperma untuk bergerak. Motilitas
spermatozoaberkaitandenganviabilitaskarenapersentasemotilitasyangrendah
akanmenghasilkanviabilitasrendah.MenurutIslamdanAkhter(2011)lamahidup
ataulamapergerakanspermatozoapadaikansebagianbesarselama30detikhingga
13
beberapa menit. Menurut Condro dkk. (2012) sperma segar pada ikan komet
memiliki lama gerak selama 215 detik. Menurut Akcay et al. (2004) rata-rata
lama pergerakan spermatozoa segar pada mirror carp yaitu 540 detik sedangkan
spermatozoauntukpenyimpananadalah70%(Rustidja,2000).Kemampuanhidup dari
keasamandarispermajugaakanmempengaruhiviabilitaskarenapHyangsemakin
tinggi atau semakin rendah dari pH normal akan meyebabkan spermatozoa lebih
mengakibatkan kematian (Ariantie dkk., 2013). Spermatozoa yang telah mati akan
sehingga zat warna masuk ke dalam sel. Sedangkan spermatozoa yang hidup tidak
2.7Spermatogenesis
mitosisuntukmenghasilkanspermatositprimer(2n).Spermatositprimerkemudian
mengalamimeiosisIsehinggamenghasilkanspermatositsekunder(n).Spermatosit
padatahapspermiogenesis(Ibtishametal.,2017).Pembentukanspermatozoapada
gambar 2.2.
cells, dan memelihara sel Leydig (Hasbi dan Gustina, 2018). Hormon testosteron
juga berperan dalam mengontrol sifat seks sekunder dan aktivitas kelenjar
15
reproduksi asesori (Zahavi dan Perrel, 2011). Hormon Luteinizing Hormone (LH)
Sperma ikan mas diperoleh dari induk jantan ikan mas yang telah matang
gonad.Caramengambilspermaikankerapuyaitudenganmetodestripping.Stripping
merupakan cara pengambilan sperma dengan megurut bagian perut ke arah lubang
Strippingdilakukandengancaramenutupitubuhikanmasjantandengankain,
namun pada bagaian perut dan lubang genital dibiarkan terbuka, kemudian bagian
perutdiurutkearahlubanggenitaldanspermayangkeluarditampungdalamwadah (Aziz
2.9Morfologi SpermaIkan
nukleus.Ukurankepalaspermapadaikanrelatiflebihkecilyaitu2-4µ.Mid-piece pada
mitokondria yang berfungsi untuk metabolisme sperma (Islam dan Akhter, 2011).
sperma ke dalam sel telur saat fertilisasi. Panjang dari ekor sperma bervariasi
tergantung pada spesies dan mengandung aksonem (Islam and Akhter, 2011).
Menurut Gusrina (2008) bentuk dan ukuran sperma setiap spesies berbeda namun
masih memiliki struktur morfologi yang sama. Kepala sperma secara umum
berbentuk oval atau bulat. Morfologi sperma dapat dilihat pada gambar 2.3.
dengan bentuk sperma tanpa kepala, kepala tanpa ekor, ekor melingkar, kepala
salah satunya sperma dengan membekukan pada suhu sangat rendah (-196 ˚C)
oleh beberapa faktor yaitu kualitas sperma, bahan pengencer (ekstender) dan
pembekuan. DMSO memiliki kemampuan yang cepat untuk penetrasi kedalam sel
pada saat equilibrasi dan meninggalkan sel pada saat thawing sehingga banyak
digunakan yaitu sukrosa dan fruktosa yang berfungsi sebagai sumber energy untuk
Kriopreservasi
Pembekuan
Penurunan
suhu sangat Konvensional Vitrifikasi
rendah
Membutuhkan waktu
Meminimalisir kerusakan sel lebih lama untuk
menghasilkan energi
Mempertahankan fungsi
fisiologis, biologis, dan Sukrosa 2% dapat
morfologi sel menghasilkan energi 76
ATP
Diamati
Tidak dimati
3.2 Hipotesis
lanceolatus).
IV METODOLOGI PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah bak plastik,
kain lap, gelas ukur, tabung reaksi, spuit, pipet, mikroskop, pH meter, stirer
microtube, mini straw, tabung nitrogen cair, diluter, dan lemari pendingin..
jantan ikan kerapu kertang matang gonad, sperma ikan kerapu kertang, nitrogen
cair, DMSO, sukrosa, fruktosa, tris, dry ice, streptomycin, penicillin, NaCl, dan
aquadest.
dan 4 kali ulangan. Rumus yang digunakan untuk menentukan ulangan penelitian
t (n-1) > 15
Keterangan :
t = Total perlakuan ; n = Jumlah ulangan
variasi tertentu yang ditentukan oleh peneliti dalam mempelajari dan mencari
1. Variabel Bebas
kriopreservasi sperma.
2. Variable Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
berupa motilitas dan viabilitas spermatozoa ikan kerapu kertang yang telah
dilakukan kriopreservasi.
kerapu kertang jantan dengan kain, namun pada bagian perut dan lubang genital
dibiarkan terbuka, lalu mengurut secara perlahan pada daerah perut persis didepan
papila alat kelamin dan kearah lubang genital sampai keluar cairan sperma ikan
yang berwarna putih untuk ditampung dalam wadah. Kualitas sperma yang baik
untuk fertilisasi yaitu sperma yang memiliki keutuhan membran plasma, viabilitas
tinggi serta motilitas yang progresif (Taofik,2012). Sperma ikan hasil stripping di
tampung dalam wadah yang kering dan steril lalu dilakukan pemeriksaan secara
ekstender A dan B yang dibuat masing-masing dalam 9 ml. Larutan A terdiri dari
23
tinggi. Larutan eksteder terdiri dari 2 jenis yaitu larutan A dan larutan B. Sperma
perlakuan (P0, P1 dan P2). Setelah itu, dilakukan pemeriksaan motilitas dan
dilakukan filling and sealing spermatozoa kedalam mini straw berukuran 0.25 ml.
dilakukan pada suhu ruang (Dalimunthe dkk, 2017) dan diinkubasi selama 30
menit pada suhu 22°C. Kemudian dimasukkan ke dalam kulkas dengan suhu 4 oC,
selama 10 menit dan pada suhu -6°Cselama 15 menit, selanjutnya seluruh straw
pada suhu kurang lebih -140°C selama 10 menit (Bozkurt et al., 2016) Setelah itu,
sampel disimpan ke dalam nitrogen cair pada suhu -196°C selama interval waktu
24 jam.
4.4.7 Thawing
2012). Thawing dilakukan dengan mengambil sperma beku dalam mini straw dari
kontainer nitrogen cair dan pengambilan dilakukan secara satu per satu dengan
menggunakan pinset.
Sperma dihitung motil jika bisa bergerak dengan progresif. Sperma yang tidak
bergerak atau hanya bergerak berputar ditempat dihitung sebagai sperma yang
mati. Skor yang diberikan mengacu pada metode dari McMaster (1992).
Kriteria Skor
Perhitungan waktu dihentikan saat persentase sperma motil progresif turun pada
25
ambang 30% untuk meminimalisir bias, hal ini sama dengan metode yang
terdapat hasil yang signifikan maka perhitungan dilanjutkan dengan uji jarak
dilakukan untuk mengetahui perlakuan terbaik dan terendah serta perbedaan nyata
Persiapan Penelitian
Ekstender A Ekstender B
Sperma + Ekstender A
Di dalam cool room
Parameter penelitian
Motilitas & Viabilitas
Di dalam cool room
Analisa data
Di dalam
cool room
Kesimpulan
Di dalam
cool room
27
DAFTAR PUSTAKA
Kordi K., M.G.H. 2010 Budidaya ikan Laut di Keramba Jaring Apung. Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Kostaman, T. dan Setioko. 2011. Perkembangan Penelitian Teknik Kriopreservasi
untuk Penyimpanan Semen Unggas. Wartazoa Vol. 21 No. 3.
Kuiri-Hannien, T., R. Seuri., E. Tyravainen., U. Turpeinen., E. Hamalainen., U. H.
Stenman., L. Dunke and U. Sankilampi. 2011. Increased Activity of The
Hypothalamic- Pituitary- Testicular Axis in Infancy Results in Increased
Androgen Action in Premature Boys. J. Clin Endrocinil Metab, 96 :98-
105.
Kurniawan, I. Y., F. Basuki dan T. Susilowati. 2013. Penambahan Air Kelapa Dan
Gliserol Pada Penyimpanan Sperma Terhadap Motilitas Dan Fertilitas
Spermatozoa Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.). Journal of Aquaculture
Management and Technology, 2 (1) : 51-65.
Mariskha P. R, Dan N. Abdulgani. 2012. Aspek Reproduksi Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus Sexfasciatus) Di Perairan Glondonggede Tuban. Jurnal Sains
Dan Seni Its Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) Issn: 2301-928x.
Marques, S., Godinho, H.P. 204. Short-term Cold Storage of Sperm from Six
Neotropical Characiformes Fishes. Brazilian Archives of Biology and
Technology. Vol 47 : 799-804.
McMaster, M.E., Portt, C.B., Munkittrick, K.R., Dixon, D.G. 1992. Milt
characteristics, reproductive performance, and larval survival and
development of white sucke rexposed to bleached kraft mill effluent.
Ecotox. Environ. Saf. 23,103117.
Murgas, L. D. S., D. O. F. Viviane., D. S. A. Estefania., R. F. Monica., A. D. J. P.
Daniella and F. S. D. C. Aline. 2014. Cryopreservation of Sperm in
Brazilian Migratory Freshwater Fish. InTech Open: 59-71.
Nurcholis., R. A. Arifiantii., M. Yamin. 2016. Kriopreservasi Semen Domba
Garut Menggunakan Tris Kuning Telur yang Disuplementasi Omega- 3
Minyak Ikan Salmon. Jurnal Veteriner, 17(2): 309-315.
Salisbury, G.W., N.L Vandenmark., dan R. Djanuar. 1985. Fisiologi Reproduksi
dan Inseminasi Buatan pada Sapi. UGM Press. Jogjakarta.
Subyakto, S. dan S. Cahyaningsih. 2003. Pembenihan Kerapu Skala Rumah
Tangga. PT Agromedia Pustaka. Depok.
Yumte,K.,B.WantouwandE.D.Queljoe.2013.PerbedaanMotilitasSpermatozoa Sapi
Jantan (Frisian holstein) Setelah Pemberian Cairan Kristaloid – Ringer
Laktat. Jurnal e-Biomedik (eBM), 1(1):184-189.
Zahavi, A and M. Perrel. 2011. The Information Encodes by The Sex Steroid
Hormones Testosterone and Estrogen: a Hypothesis. Journal of Theoretic
Biology, 280: 146-149.