3. Asidifikasi : hujan asam, diduga akan menyebabkan suatu kondisi yang disebut
asidosis. Asidosis ialah meningkatnya, atau tepatnya, turunnya nilai pH pada plasma
darah. Gejala asidosis terjadi ketika pH plasma darah turun < 7,35 (namun tergantung
dari spesies). Asidemia ialah gejala yang ditimbulkan oleh peristiwa asidosis, ialah
kondisi melemahnya sistem kekebalan tubuh (imunitas) dan terganggunya proses
metabolisme tubuh pada sebagian besar organisme akuatik. Gejala lainnya ialah
menurunnya kapasitas reproduksi.
4. Penangkapan Berlebih : Penangkapan berlebih (over-exploitation), didefinisikan
sebagai pengambilan sumber daya hayati laut (ikan) pada laju yang melebihi
kemampuan sumber daya untuk melakukan pemulihan secara alami. Indikasi awal
penangkapan berlebih ialah berkurangnya stok populasi, dan akhirnya, hasil
tangkapan nelayan. Indikasi lainnya ialah pada semakin kecilnya ukuran ikan yang
tertangkap oleh nelayan. Penangkapan berlebih, jelas akan merugikan nelayan dan
masyarakat karena potensi sumber daya yang bisa dimanfaatkan akan semakin
menurun.
5. Penangkapan Destruktif : Penangkapan destruktif ialah jenis kegiatan pengambilan
ikan dengan cara atau metode yang berdampak negatif pada populasi ikan dan habitat
atau lingkungan tempat tinggal ikan. Penangkapan destruktif disebut juga dengan
istilah penangkapan tidak ramah lingkungan, Unfriendly Fishing Methods. Peledak
(bom ikan, dinamit) dan racun ikan (potasium sianida, tuba, akar bore, deris) ialah dua
jenis metode penangkapan di Indonesia yang sangat terkenal, tergolong dalam metode
destruktif. Trawl atau pukat hariamau juga termasuk dalam kategori alat destruktif
bersama penangkapan dengan menggunakan strum listrik, electro-fishing. Dampak
dari penangkapan destruktif dibedakan dalam dua kategori, ialah: tertangkapnya ikan
non-target dan menyebabkan hasil sampling (by-catch), dan kerusakan kolateral.
Trawl dan electrofishing sering kali atau hampir selalu menghasilkan by-catch yang
sering kali tidak bermanfaat secara ekonomis dan terpaksa harus dibuang oleh nelayan
2.Bagaimana mewujudkan Krustacea berkelanjutan?
2) Melakukan pemantauan dan evaluasi implementasi hasil pengkajian stok krustasea dan
penerapannya dalam pengelolaan krustasea;
5) Melakukan pengembangan riset aplikasi sertifikasi ekolabel dalam penilaian status stok,
dampak terhadap perikanan dan lingkungan, dan kriteria sistem pengelolaan perikanan dan
krustasea;
Jika strategi di atas sudah dilaksanakan, stok krustasea yang tersisa di alam sekarang, bukan
saja bisa diselamatkan, tetapi juga akan bertambah. Jika sudah begitu, nelayan yang mencari
ikan akan mendapatkan manfaatnya. Kesejahteraan bisa kembali diraih mereka.