Anda di halaman 1dari 27

Bab 2:

PERSPEKTIF MIKRO
PERILAKU ORGANISASI

S. Sedu Kemie, S.S., M.M.


Berbagai Ekspresi dalam Dunia Kerja
Skema Bab 2

1. Karakteristik 2. Kemampuan 3. Persepsi: 4. Kepribadian:


Biografi: Individu: • Faktor yang • Indikator Tipe
• Usia • Kemampuan mempengaruhi Myers-Briggs
• Jenis Kelamin Intelektual Persepsi Teori (MBTI)
• Status • Kemampuan • Teori Atribusi • Model Lima
Perkawinan Fisik Besar
• Masa Kerja

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-3
1. Apa itu ”Karakteristik Biografi”? (1)
• Perilaku Organisasi dibentuk oleh perilaku individual para anggota organisasi yang meliputi
karakteristik individu, keperibadian, serta pembelajaran.
• Yang paling mudah dianalisis atau dinilai adalah “Karakteristik Biografi”nya:, meliputi: Usia,
Jenis Kelamin, Status Perkawinan, & Masa Kerja, untuk dihubungkan dengan produktivitas
kerjanya:
1. Faktor Usia:
a. Sudah menjadi kepercayaan yang umum bahwa penurunan produktivitas kerja
seseorang terjadi seiring dengan usianya yang semakin bertambah.
b. Adanya realitas bahwa angkatan kerja semakin tua/menua (workforce is aging).
c. Adanya peraturan perundang-undangan yang menyatakan usia pensiun. Ini
menunjukkan bahwa rentang usia tertentu sudah dianggap tidak produktif lagi.
Semua ini memang perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Fokus perhatiannya adalah
dampak apakah yang ditimbulkan oleh faktor usia: produktivitas kerja, loyalitas, tingkat
absensi, penggantian karyawan (replacement), atau kepuasan kerja.

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-4
1. Apa itu ”Karakteristik Biografi”? (2)
2. Faktor Jenis Kelamin (gender):
• Robbins (2000) memberikan gambaran tentang adanya penelitian yang ditinjau ulang,
dimana hasilnya menyatakan adanya perbedaan yang sangat tipis/sedikit antara
kinerja wanita dibandingkan dengan pria.
• Berdasarkan studi secara psikologis dijumpai bahwa wanita lebih mematuhi otoritas,
sementara pria lebih agresif dan lebih memiliki ekspektasi.
• Pada dasarnya wanita maupun pria sama-sama memiliki kemampuan dalam hal
memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi,
sosialilitas, ataupun kemampuan belajar.
• Namun, perlu pembuktian apakah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat absensi
maupun”turn over” antara karyawan wanita dan pria.

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-5
1. Apa itu ”Karakteristik Biografi”? (3)
3. Faktor Status Perkawinan:
• Meski tidak penelitian yang dilakukan untuk menarik kesimpulan, dikatakan bahwa
karyawan yang menikah lebih sedikit tingkat absensinya dibandingkan dengan
karyawan yang belum/tidak menikah.
• Secara logis, seseorang yang telah menikah akan lebih mempunyai tanggung jawab
sehingga mereka akan lebih mantap dan teratur dalam pekerjaannya. Namun demikian
tetap perlu informasi lebih lanjut tentang hubungan ini.

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-6
1. Apa itu ”Karakteristik Biografi”? (4)
4. Faktor Masa Kerja:
• Faktor terakhir yang menyangkut masalah produktivitas adalah faktor masa kerja.
Riset/studi terdahulu menyatakan bahwa senioritas, yang diperoleh seseorang dari
pengalaman kerjanya, sangat berhubungan erat dengan tingkat produktivitas.
• Orang-orang yang mempunyai pengalaman/masa kerja lebih lama akan lebih produktif
dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang yunior. Bukti juga menunjukkan bahwa
senioritas berkaitan secara negatif dengan ketidakhadiran.
• Masa kerja juga disebutkan sebagai variabel yang andal dalam menjelaskan “turn
over” karyawan.

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-7
2. Apa itu ”Kemampuan Individu”? (1)
• Menurut George & Jones, KEMAMPUAN adalah kapasitas mental maupun fisik untuk
mengerjakan sesuatu.
• Konsep “kemampuan”, yang meliputi: kemampuan kognitif dan kemampuan fisikal perlu
dipelajari dan sangat penting implikasinya untuk memahami dan mengelola perilaku
orang dalam organisasi.
• Faktor nature (dari keturunan orang tua) dan Faktor nurture (dari pendidikan &
pengalaman) merupakan determinan dari kemampuan kognitif maupun fisikal. Bagi para
manajer, pengetahuan tentang kemampuan seseorang dapat diperoleh pada saat
melakukan seleksi, penempatan, maupun pelatihan.
• Menurut Robbins, KEMAMPUAN adalah kapasitas yang dimiliki individu untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaannya.
• Kemampuan dalam hal ini dibedakan menjadi kemampuan intelektual dan fisikal.
• “Kemampuan Intelektual” diartikan sebagai kemampuan yang dibutuhkan untuk
mengerjakan aktivitas-aktivitas mental.

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-8
2. Apa itu ”Kemampuan Individu”? (2)
• Robbins menyatakan bahwa ada 7 dimensi yang sering digunakan untuk menyusun
kecakapan intelektual, yaitu:
1. Number aptitude (bakat terhadap angka),
2. Verbal comprehensien (pemahaman verbal),
3. Perceptual speed (kecepatan persepsi),
4. Inductive reasoning (penalaran induktif),
5. Deductive reasoning (penalaran deduktif),
6. Spatial visualization (visualisasi spasial), dan
7. Memory (memori).

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-9
2. Apa itu ”Kemampuan Individu”? (3)
• Sedangkan Kemampuan Fisik disebutkan sebagai kemampuan yang dibutuhkan guna
melakukan tugas-tugas yang memerlukan stamina, kecekatan, kekuatan, serta
keterampilan yang similar.
• Disamping itu Robbins menyajikan tentang “basic physical abilities” yang terdiri atas 3
faktor yang masing-masing dirinci sebagai berikut:
1. Strength Factor yang meliputi: dynamic, strength, trunk strength, static strength,
explosive strength.
2. Flexibility Factor yang meliputi: extent flexibility dan dynamic flexibility.
3. Other Factors yang meliputi: body coordination, balance, dan stamina.
• Kemampuan intelektual & fisik selalu dihubungkan dengan jenis pekerjaan, sehingga
dengan konsep ini mempelajari perilaku organisasi kita mampu melihat & memprediksi
perilaku orang-orang ketika bekerja.
• Kesimpulan: disinilah upaya mencari kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan
untuk mencapai efektivitas organisasi. Bila ada kesesuaian pekerjaan dengan
kemampuan maka kinerja karyawan akan meningkat.
Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as
Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-10
3. Apa itu ”PERSEPSI”? (1)
• Persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan
menginterprestasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan
mereka.
• Artinya: masing-masing individu dapat melihat hal yang sama tapi memahaminya
berbeda.
• Jadi, sebenarnya kita itu tidak mampu melihat “realitas”, kita hanya
mengintepretasikan, tapi menganggap hal itu “realitas”.

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-11
Apa itu ”PERSEPSI”? (2)

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-12
a. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi “PERSEPSI”

• Bagaimana dapat dijelaskan: seorang individu memiliki pemahaman yang berbeda


pada hal yang sama?
• Faktor-faktor yang mempengaruhi PERSEPSI adalah
1. Orang yang mempersepsikan,
2. Objek atau sasaran yang dipersepsikan,
3. Konteks dimana persepsi itu dibuat.

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-13
a. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi “PERSEPSI”

Sikap,
ORANG/SUBJEK Kepribadian,
KARAKTERISTIK
Motif,
PERSEPSI yang INDIVIDU
Kepentingan,
mempersepsikan yang melihat
Pengalaman
masa lalu

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-14
a. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi “PERSEPSI”

Lokasi,
Cahaya,
PERSEPSI KONTEKS OBJEK Panas, dll
(Faktor-faktor
Situasional)

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-15
b. Teori ”ATRIBUSI” (1)
• Teori Atribusi mau mengatakan bahwa perbedaan penilaian kita terhadap individu
tergantung pada atribut yang kita berikan karena perilaku tertentu.
• Pada dasarnya, teori ini mau menunjukan bahwa ketika kita mengobservasi perilaku
seseorang, kita berusaha untuk menentukan apakah penilaian ini disebabkan oleh “faktor
internal atau eksternal”.
• Penentuan tersebut tergantung pada 3 faktor:
(1) Kekhasan tertentu,
(2) Kesepakatan bersama, &
(3) Konsistensi.

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-16
b. Teori ”ATRIBUSI” (2)
• Kita perjelas lebih dahulu: Apa perbedaan antara “penyebab internal dan eksternal?”,
kemudian kita uraikan masing-masing faktor penentu tersebut.
• Perilaku yang disebabkan “faktor internal” adalah perilaku yang berada dibawah kendali
perilaku individu. Contoh: “Jika salah satu karyawan anda terlambat datang ke tempat
kerja, anda mungkin akan menghubungkan keterlambatannya dengan pestanya yang
hingga larut malam, dan ia bangun kesiangan”. Hal ini merupakan interpretasi internal.
• Perilaku yang disebabkan oleh ”faktor eksternal” dihasilkan oleh penyebab dari luar; yaitu
perilaku seseorang dilihat sebagai akibat dari tekanan situasi. Contoh: “Seorang karyawan
terlambat datang ke tempat kerja karena terjadi kecelakaan yang menyebabkan macet,
sehingga ia datang terlambat.”.

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-17
b. Teori ”ATRIBUSI” (3)
• Perilaku yang disebabkan oleh faktor eksternal dihasilkan oleh penyebab dari luar, yaitu
perilaku seseorang dilihat sebagai akibat dari tekanan situasi. Jika anda menghubungkan
keterlambatannya dengan kecelakaan mobil yang membuat kemacetan jalan yang bisa ia
lewati, maka anda sedang membuat suatu atribusi eksternal.
• Sebagai pengamat, kita memiliki kecenderungan untuk mengasumsikan bahwa perilaku
orang lain dikendalikan secara internal. Sementara kita cenderung membesar-besarkan
penyebab, dimana perilaku kita sendiri ditentukan secara eksternal. Tetapi hal ini tidak
merupakan suatu generalisasi. Masih banyak sekali distorsi (bias) dalam artribusi, yang
tergantung pada konsistensi dari tindakan-tindakan tersebut.
• “Kekhasan” mengacu pada apakah seseorang individu memperlihatkan perilaku yang
berbeda dalam situasi berbeda. Apakah karyawan yang datang terlambat pada hari ini
juga merupakan sumber keluhan bagi rekan kerjanya karena menjadi “penyia-nyia
waktu”? Sebenarnya yang ingin kita ketahui adalah apakah perilaku terlambat tersebut
merupakan suatu kebiasaan. Jika tidak, pengamat akan menilai perilaku tersebut sebagai
atribusi eksternal. Namun, jika tindakan ini merupakan kebiasaan, pengamat akan menilai
sebagai atribusi internal.

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-18
b. Teori ”ATRIBUSI” (4)
• Bila setiap orang yang dihadapkan pada situasi yang sama merespons dengan cara yang sama, kita
dapat mengatakan bahwa perilaku tersebut memperlihatkan suatu “kesepakatan bersama”.
• Perilaku karyawan yang terlambat itu akan memenuhi kriteria ini jika semua karyawan yang
mengambil rute yang sama ketempat kerja juga datang terlambat. Dari sudut pandang atribusi, jika
kesepakatan bersama tersebut tinggi anda diharapkan untuk memberikan atribusi eksternal pada
keterlambatan karyawan tersebut. Namun, jika karyawan lain yang mengambil rute yang sama bisa
datang ke tempat kerja dengan tepat waktu, kesimpulan anda bagi penyebab keterlambatan itu
menjadi internal.
• Semakin biasa perilaku dilakukan, pengamat cenderung menghubungkan perilaku ini dengan
penyebab internal. Ini yang disebut dengan “Konsistensi”.
• Contoh lain: Setiap perilaku yang sama tidak dipahami dengan cara yang sama. Kita melihat suatu
tindakan dan menilainya dalam konteks situasinya. Jika anda mempunyai reputasi yang bagus
sebagai mahasiswa namun gagal dalam satu tes mata pelajaran, dosen kemungkinan tidak akan
memperdulikan ujian yang buruk itu. Mengapa? Dia akan menghubungkan penyebab hasil yang
tidak biasa ini dengan kondisi eksternal.
• Sebaliknya, pengajar tidak mungkin mengabaikan skor tes yang rendah dari mahasiswa yang
memiliki catatan kinerja buruk, sehingga pengajar itu melihatnya sebagai kondisi internal.

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-19
b. Teori ”ATRIBUSI” (5)

ATRIBUT
Faktor Internal Faktor Eksternal

Kesepakatan
Kekhasan Konsistensi
Bersama

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-20
3. Apa itu ”PERSEPSI”? (2) - Kesimpulan
• Persepsi adalah proses memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus
lingkungan. Proses ini terjadi karena setiap saat panca indra kita dihadapkan pada begitu banyak
stimulus. Akan tetapi tidak semua stimulus kita perhatikan karena dapat menyebabkan kebingungan.
• Ada faktor-faktor yang mempengaruhi proses perhatian terhadap stimulus lingkungan, yaitu:
1. Ukuran. Semakin besar ukuran suatu objek secara fisik, semakin besar kemungkinannya obyek
tersebut dipersepsikan.
2. Intensitas. Semakin besar intensitas stimulus, semakin besar kemungkinannya diperhatikan. Suara
yang keras misalnya, akan lebih diperhatikan daripada suara yang lembut.
3. Frekuensi. Semakin sering frekuensi stimulus disampaikan, semakin besar kemungkinnannya
diperhatikan. Prinsip pengulangan ini dipergunakan dalam periklanan untuk menarik pihak
konsumen.
4. Kontras. Stimulus yang kontras atau mencolok dengan lingkungan sekelilingnya kemungkinan akan
diperhatikan daripada stimulus yang sama dengan lingkungannya.
5. Gerakan. Stimulus yang bergerak lebih diperhatikan daripada stimulus yang tetap atau tidak
bergerak.
6. Perubahan. Stimulus yang berubah-ubah akan lebih diperhatikan daripada yang tidak. Lampu yang
nyalanya klap-klip akan lebih diperhatikan dari pada lampu biasa.
7. Baru & Unik. Stimulus yang baru dan unik akan lebih cepat mendapatkan perhatian dari pada yang
sudah biasa dilihat. Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as
Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall
Prentice Hall 10-21
4. Apa itu ”KEPRIBADIAN”? (1)
• Beberapa orang bersifat pendiam dan pasif, yang lain bersifat ceria dan agresif. Ketika kita
menggambarkan orang dari karakteristiknya, kita sedang mengkategorikan mereka dari
sifat-sifat kepribadian. Oleh karena itu, kepribadian (personality) individu merupakan
kombinasi sifat-sifat psikologis untuk mengklasifikasikan orang tersebut.
• Para ahli psikologi telah mempelajari sifat-sifat kepribadian secara mendalam, dan
mengidentifikasi 16 sifat kepribadian utama.
• Perhatikan: setiap sifat merupakan bipolar; artinya masing-masing memiliki dua titik
ekstrem (penyendiri lawannya peramah).
• Ke-16 sifat yang ditemui secara umum tersebut adalah sumber perilaku yang tetap dan
konstan, yang memungkinkan peramalan perilaku individu dengan mengukur karakteristik
situasi mereka.

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-22
4. Apa itu ”KEPRIBADIAN”? (2)
16 Sifat Kepribadian Utama
Penyendiri vs Peramah
Kecerdasan rendah vs Kecerdasan tinggi
Dipengaruhi oleh kecerdasan vs Stabil secara emosional
Pengikut vs Dominan
Serius vs Santai
Berani mengambil resiko vs Bijaksana/penuh pertimbangan
Pemalu vs Petualang
Keras hati vs Peka
Mudah percaya vs Pencuriga
Praktis vs Imajinatif
Blak-blakan vs tersembunyi
Percaya diri vs Mudah cemas
Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as
Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-23
3. Apa itu ”KEPRIBADIAN”? (3)
16 Sifat Kepribadian Utama
konservatif vs Suka mencoba
Tergantung pada kelompok vs Mandiri
Tidak terkendali vs Terkendali
Rileks vs Tegang

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-24
a. MBTI (Myers-Briggs Type Indicator)
• Salah satu kerangka kepribadian yang paling sering digunakan dinamakan dengan
Indikator Tipe Myers-Briggs (MBTI). Indikator ini merupakan tes kepribadian dengan 100
pertanyaan yang menanyakan “bagaimana biasanya seseorang merasa atau bertindak
dalam situasi-situasi tertentu”.
• Berdasarkan jawaban masing-masing individu pada tes tersebut, mereka diklasifikasikan
dalam kelompok:
a. Ekstrovert atau Interovert (E atau I),
b. Indrawi (sensing) atau Intuitif (intuitive) - (S atau N),
c. Pemikir (thinking) atau Perasa (feeling) - (T atu F),
d. Pengertian (perceive) atau Penilai (judging) - (P atau J).
• Klasifikasi-klasifikasi ini kemudian dikombinasikan ke dalam 16 tipe kepribadian (bukan
sifat kepribadian).
• Agar lebih jelas lagi, mari kita lihat tipe-tipe kepribadian itu satu persatu (terlampir).

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-25
b. Model 5 Besar (Big Five Personality)

• Sementara MBTI tidak memiliki bukti pendukung yang valid, hal itu tidak terjadi pada
model kepribadian lima faktor yang lebih umum disebut dengan “Lima Besar”.
• Dewasa ini, sebuah badan riset terkemuka meyakini bahwa ada lima dimensi kepribadian
dasar yang mendasari semua dimensi lainnya. Faktor lima besar tersebut adalah:
1. Ke-ekstrovert-an: Suka bergaul, banyak bicara, asertif.
2. Keramahtamahan: Baik hati, kooperatif, dan dapat dipercaya.
3. Kehati-hatian: Bertanggung jawab, dapat diandalkan, tekun, dan berorientasi pada
prestasi.
4. Kestabilan emosional: Tenang, antusias, dan sanggup (positif) menghadapi
ketegangan, kegelisahan, kemurungan, dan ketidak amanan (negatif).
5. Keterbukaan terhadap pengalaman: Imajinatif, sensitif secara artistik, dan cerdas.

Copyright © 2012 Pearson Education, Inc. Publishing as


Management, Eleventh Edition by Stephen P. Robbins & Mary Coulter
Prentice Hall ©2012 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall 10-26

Anda mungkin juga menyukai