Anda di halaman 1dari 17

Judul artikel jurnal : Peran Efikasi Diri dan

Dukungan Keluarga dalam


Menstabilkan Tekanan Darah
Pasien Hipertensi
Nama Penulis jurnal : Erni Tri Indarti,
Oktaffrastya Widhamurti,
Remita Yuli Kusumaningrum
Dipublish oleh :International Journal of Nursing
and Midwifery Science (IJNMS) / Jurnal Internasional Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan (IJNMS)
Nomer volume jurnal : Volume 4
Nomer Issue Jurnal : E – ISSN : 2686 – 2123
P – ISSN : 2686 - 0538
Tanggal Publikasi : Desember 2020
Jumlah halaman jurnal : 211-217 ( 7 Halaman)

Abstrak : Hipertensi merupakan masalah kesehatan


bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Upaya
untuk menurunkan angka kejadian hipertensi dan
pengendalian tekanan darah adalah dengan mengubah
pola hidup sehat dan dalam mengkonsumsi. Untuk

1
mewujudkan pola hidup dan perilaku sehat penderita
hipertensi diperlukan self-efficacy dan dukungan
keluarga serta kerjasama pelayanan kesehatan dengan
pihak, keluarga, dan masyarakat. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui apakah efikasi diri dan dukungan
keluarga dalam menstabilkan tekanan darah pasien
hipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian pra
eksperimen dengan pendekatan desain One-Group
Pre-Post test design. Penelitian dilakukan pada 50
orang dengan teknik proportional stratified random
sampling di Desa Ketawang Kecamatan Gondang
selama 8 minggu. Pengukuran tekanan darah
dilakukan dengan Spignomanometer merk Onemed
yang diberikan sebelum dan sesudah pasien diberikan
konseling efikasi diri dan dukungan keluarga. Data
dianalisis dengan uji SPSS 21 Wilcoxon. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p value 0,000 untuk sistole
dan diatole sehingga terdapat arti bahwa efikasi diri
konseling dan dukungan keluarga menstabilkan
tekanan darah pasien hipertensi. Efikasi diri konseling
dan dukungan keluarga menstabilkan tekanan darah
bagi pasien hipertensi, sehingga perlu dikembangkan
untuk mengurangi komplikasi hipertensi.
Kata kunci: Efikasi diri, Dukungan keluarga, Tekanan
darah, Hipertensi.

2
Pengenalan:
Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama
masyarakat di Indonesia. Angka kejadian hipertensi di
Indonesia sebesar 8,4% dari jumlah penduduk, 69,5%
berusia > 75 tahun, 8,8% mengkonsumsi obat-obatan,
32,3% tidak rutin mengkonsumsi obat dengan alasan
sudah merasa sehat sehingga cenderung menderita
hipertensi berat. karena tidak berusaha
menghindarinya dan tidak mengetahui faktor risikonya
(Kesehatan, 2018).
Upaya untuk menurunkan angka kejadian
hipertensi dan pengendalian tekanan darah penderita
hipertensi adalah dengan menjalani pola hidup sehat
seperti dengan mengurangi konsumsi rokok. , tidak
mengkonsumsi makanan yang menjadi faktor
penyebab terjadinya hipertensi, menghindari minuman
beralkohol, menghilangkan stres dan melakukan
olahraga secara teratur serta disiplin dalam minum
obat (Svetkey, et al., 2009).
Menurunkan tekanan darah dengan nilai optimal
dan mengendalikan terjadinya komplikasi merupakan
prioritas utama pelayanan kesehatan masyarakat.
efikasi diri seseorang akan mempengaruhi manajemen
perawatan diri. Self care management penderita

3
hipertensi merupakan kemampuan internal
mempertahankan perilaku efektif dengan penggunaan
obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter, mengikuti
diet dan olahraga, mengontrol secara teratur dan
menjaga koping emosional dengan penyakitnya (Kate
R, 2003).
Self-efficacy mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk melakukan tindakan pencegahan dan
penanganan penyakit. Jika self efficacy dikembangkan
pada penderita hipertensi, akan tumbuh rasa percaya
diri untuk dapat mematuhi program penatalaksanaan
hipertensi sehingga lansia hipertensi dapat mengontrol
tekanan darahnya (Alwisol, 2006).
Keluarga merupakan support system utama yang
memberikan asuhan langsung kepada anggota
keluarga lainnya baik yang sehat maupun yang sehat.
Saya akan. Bentuk dukungan keluarga meliputi
dukungan informasional, penilaian, instrumental dan
emosional. Dukungan penilaian berupa pemberian
dukungan, penghargaan dan perhatian bahkan
pengawasan terhadap suatu terapi yang dilakukan
terhadap pasien dengan anggota keluarga. Dukungan
emosional diwujudkan dalam bentuk kasih sayang,
kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengar
(Amila, 2018).

4
Keluarga yang peduli terhadap anggota
keluarganya yang menderita hipertensi, akan
memperhatikan pemberian makan, mengajak olahraga
bersama, menemani dan mengingatkan. untuk rutin
memeriksakan tekanan darahnya. Dukungan yang
diberikan oleh anggota keluarga menunjukkan
kepedulian dan perhatian keluarga sehingga pasien
hipertensi akan termotivasi untuk menjalani
pengobatan yang baik dan benar (Rottie & Colling,
2017).
Untuk mewujudkan pola hidup dan perilaku yang
sehat, penderita hipertensi dituntut memiliki self
efficacy dan dukungan dari keluarga serta kerjasama
pelayanan kesehatan dengan pihak lain yang
melibatkan berbagai elemen, termasuk keluarga dan
masyarakat. Meningkatkan pemahaman tentang
pentingnya efikasi diri dan keluarga dalam
memberikan dukungan sosial terhadap anggota
keluarga yang mengalami hipertensi dengan
pemberian konseling klien dan keluarga. konseling
adalah suatu proses bantuan pemecahan masalah agar
klien dapat menyesuaikan diri secara efektif dengan
dirinya sendiri dan dengan lingkungannya (Amila,
2018).

5
Konseling mempengaruhi perubahan perilaku
individu yang bermanfaat bagi dirinya. Pemberian
konseling lebih baik diberikan modul atau manual
(Priyanto, 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah efikasi diri dan dukungan
keluarga dapat menstabilkan kualitas hidup pasien
hipertensi.
Materi dan Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian pra
eksperimen dengan pendekatan desain One-Group
Pre-Post test design. Penelitian di Desa Ketawang
Kecamatan Gondang selama 8 minggu pada tanggal
11 April – 6 Juni 2020. Batasan dalam penelitian ini
adalah penderita hipertensi primer dan tinggal bersama
keluarga inti.
Populasi penelitian ini adalah 110 penderita
hipertensi yang tersebar di 3 daerah. dusun, di Desa
Ketawang. Sampel penelitian terdiri dari 50 penderita
hipertensi di Desa Ketawang Kecamatan Gondang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
proportional stratified random sampling dengan
kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan oleh
peneliti untuk mendapatkan jumlah sampel dari setiap

6
dusun, kemudian dilakukan simple random sampling
setiap dusun.
Intervensi penelitian ini setiap responden
mendapatkan penyuluhan dan modul. tentang efikasi
diri dan dukungan keluarga. Monitoring dilakukan
setiap minggu dengan mengunjungi responden dan
pengukuran tekanan darah di rumah responden.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
lembar observasi pengukuran tekanan darah.
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan
Spignomanometer merk Onemed yang diberikan
sebelum dan sesudah pasien diberikan efikasi diri dan
dukungan keluarga. Data dianalisis menggunakan
SPSS 21 dengan ji Wilcoxon karena skala distribusi
data tidak normal.
Masalah etik dalam penelitian keperawatan
merupakan masalah yang kritis, karena dalam
penelitian keperawatan berkaitan dengan manusia.
Etika yang harus diperhatikan adalah informe consent,
otonomi, confidelity, beneficient, non-maleficient,
justice dan fidelity. Etika penelitian dilaksanakan di
komite etik penelitian kesehatan Lembaga Ilmu
Kesehatan STRADA Indonesia.

7
Hasil: Karakteristik responden meliputi umur, jenis
kelamin, pendidikan, profesi, lama menderita dan
tinggal bersama. Analisis Univariat untuk mengetahui
hubungan karakteristik responden dengan tekanan
darah sistole dan diastole.
Berdasarkan tabel 1, penderita hipertensi yang
diteliti dengan rentang usia 66-70 tahun sebanyak 13
responden (26%). Hampir seluruh responden adalah
perempuan sebanyak 44 responden (88%) dan SD
sebanyak 46 responden (92%). Penderita hipertensi
terbanyak bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak
23 responden (46%), lama menderita 0-1 tahun
sebanyak 14 responden (28%) dan tinggal serumah
dengan suami sebanyak 22 responden (44%).
Tabel 1. Karakteristik responden (n=50)
Variabel n % Nilai Nilai Diastol
Sistol
Usia
50-55 Th 6 12,0 0,378 0,402
56-60 Th 9 18,0
61-65 Th 10 20,0
66-70 Th 13 26,0
71-75 Th 6 12,0
76-80 Th 6 12,0

8
Jenis Kelamin
Laki –laki 6 12,0 0,359 0,464
Perempuan 44 88,0
Pendidikan
Tidak Sekolah 0 0 0,995 0,820
SD 46 92,0
SMP 3 6,0
SMA 1 2,0
Profesi
IRT 23 46,0 0,855 0,614
Petani 21 42,0
Pedagang 3 6,0
Tidak Bekerja 1 2,0
Dsb 2 4,0
Jangka Waktu
0-1 Th 14 28,0 0,044 0,551
1-2 Th 12 24,0
2-3 Th 9 18,0
3-4 Th 9 18,0
>4 Th 6 12,0
Tinggal
Bersama
Suami 22 44,0 0,444 0,014
Istri 4 8,0
Anak 14 28,0
Cucu 7 14,0
Dsb 3 6,0

9
Tabel 2. Tekanan Darah Pra dan Pasca Efikasi Diri
dan Dukungan Keluarga (n=50)
Tekanan Darah n Median Min Max Nilai-P
(Pra) Sistole 50 140 130 200 0,000
(Pasca) Sistole 135 135 170
(Pra) Diastol 50 90 70 110 0,000
(Pasca) Diastol 80 70 90

Diskusi: Para penderita hipertensi yang diteliti


berkisar antara 66-70 tahun. Penelitian ini sesuai
dengan penelitian Gadi yang menyatakan bahwa
hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Mayoritas penderita hipertensi berusia > 65 tahun
sebesar 65%. Hal ini disebabkan bertambahnya usia
struktur pembuluh darah besar, lumen menyempit dan
dinding pembuluh darah menjadi kaku dan menebal,
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah
sistolik (Gadi, 2017).
Hampir semua responden berjenis kelamin
perempuan. Menurut penelitian Suryani, penderita
hipertensi sebagian besar (52,4%) adalah perempuan.
Wanita yang mengalami menopause akan memiliki
risiko lebih tinggi terkena hipertensi (Suryani, 2018).
Perubahan hormonal yang terjadi pada wanita
menopause merupakan faktor penyebab utama. Wanita

10
yang mengalami menopause memiliki kadar estrogen
yang lebih rendah dan kadar high density lipoprotein
yang lebih rendah (Lumbantobing, 2008).
Sebagian besar penderita hipertensi bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Wanita yang tidak bekerja
atau hanya sebagai ibu rumah tangga berisiko lebih
tinggi menderita hipertensi dibandingkan wanita yang
bekerja. Hal ini mungkin disebabkan karena
kurangnya aktivitas yang dilakukan oleh ibu rumah
tangga. Dengan banyaknya ibu rumah tangga yang
sibuk, mereka merasa tidak punya waktu untuk
berolahraga yang menyebabkan kurangnya aktivitas
fisik sehingga berisiko menderita hipertensi karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang
yang tidak mendapatkan aktivitas fisik yang cukup
juga cenderung memiliki detak jantung yang lebih
tinggi, sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih
keras di setiap kontraksi. Semakin keras dan sering
otot jantung harus memompa, semakin banyak tekanan
ditempatkan pada arteri. Peningkatan tekanan darah
akibat aktivitas yang tidak adekuat akan menimbulkan
komplikasi seperti penyakit jantung koroner,
gangguan fungsi ginjal, stroke (Anggara & Prayitno,
2013).

11
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan dengan penelitian Suryani. Lama
menderita hipertensi > 3 tahun. Semakin lama
menderita hipertensi akan meningkatkan terjadinya
komplikasi yaitu ginjal berupa nefrosklerosis yang
merupakan akibat langsung dari iskemia akibat
penyempitan pembuluh darah intrarenal (Suryani,
2018).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Gadi. Kebanyakan dari mereka tinggal bersama
suaminya. Keluarga memelihara support system yang
baik untuk mengontrol pola hidup, sehingga tekanan
darah terkontrol (Gadi, 2017).
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perubahan
nilai tekanan darah sebelum dan sesudah efikasi diri
dan dukungan keluarga diberikan dalam 8 minggu.
Penelitian Suryani, menyatakan bahwa konseling
keluarga efektif terhadap stabilisasi tekanan darah
pasien hipertensi (Suryani, 2018). Berdasarkan
penelitian Gadi, terdapat pengaruh efikasi diri
terhadap pengendalian tekanan darah pada pasien
hipertensi. Salah satu faktor yang mendukung
keberhasilan pengelolaan hipertensi adalah
pengendalian tekanan darah. Salah satu faktor yang

12
mempengaruhi kontrol tekanan darah secara teratur
adalah efikasi diri (Gadi, 2017).
Hasil penelitian Farida dan Susmadi, ada
pengaruh self efficacy training terhadap tekanan darah
sistolik (0,01) tetapi tidak berpengaruh terhadap
diastolik (0,07). Pelatihan efikasi diri pada lansia
hipertensi dibangun dengan 4 komponen yaitu
kognitif, motivasional, efektif dan seleksi.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pelatihan
digunakan oleh lansia hipertensi untuk mematuhi
manajemen program. Sehingga dalam waktu 3-4 bulan
berikutnya tekanan darah sudah bisa terkontrol.
Tekanan diastolik tidak berubah hal ini terjadi karena
pengukuran tekanan diastolik diberikan pada saat
jantung rileks, sedangkan pada lansia organ jantung
termasuk pembuluh darah sudah mengalami
kekakuan/kurang elastis sehingga pada akhir kontraksi
jantung tidak terjadi. bisa rilkes sempurna. Akibatnya
saat diukur tekanan darah sistolik tetap tinggi/di atas
batas normal (Farida & Susmadi, 2019).
Penelitian Amila, juga menunjukkan ada
hubungan antara efikasi diri dengan gaya hidup
penderita hipertensi. Efikasi diri dapat meningkatkan
dukungan dan motivasi diri terhadap gaya hidup sehat
sehingga mengurangi terjadinya komplikasi (Amila,

13
2018). Hasil penelitian Setyorini menunjukkan ada
hubungan antara perawatan diri dengan manajemen
efikasi diri pada penderita hipertensi. Self-efficacy
sangat dibutuhkan oleh penderita hipertensi untuk
membuat dirinya termotivasi untuk mendapatkan
derajat kesehatan yang lebih baik melalui kepercayaan
dalam pengelolaan perawatan diri. Manajemen
perawatan diri yang efektif akan mengurangi
terjadinya komplikasi, meningkatkan kepuasan,
meningkatkan kepercayaan diri, dan menstabilkan
tekanan darah penderita hipertensi (Setyorini, 2018).
Menurut penelitian Bisnu, terdapat hubungan
antara dukungan keluarga dengan derajat hipertensi.
Dukungan keluarga merupakan bentuk perilaku
pelayanan yang dilakukan oleh keluarga berupa
dukungan emosional, apresiasi/penilaian,
informasional dan instrumental (Bisnu, Kepel, &
Mulyadi, 2017). Menyarankan bahwa keluarga adalah
tempat yang aman dan damai untuk membantu
pemulihan dari penyakit. Hal ini terjadi karena tidak
mungkin seseorang memenuhi kebutuhan fisik atau
psikisnya seorang diri. Individu membutuhkan
dukungan sosial yang salah satunya berasal dari
keluarga (Sinaga, 2015).

14
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rottie and Colling, tentang
Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan
Minum Obat Pada Pasien Hipertensi. Keluarga yang
peduli terhadap anggota keluarganya yang menderita
hipertensi, akan memperhatikan pemberian makan,
mengajak olahraga bersama, mendampingi dan
mengingatkan untuk rutin memeriksakan tekanan
darah. Dukungan yang diberikan oleh anggota
keluarga menunjukkan kepedulian dan kepedulian
keluarga sehingga pasien hipertensi akan termotivasi
untuk menjalani pengobatan yang baik dan benar
(Rottie & Colling, 2017).
Dukungan keluarga dibutuhkan oleh pasien
hipertensi yang membutuhkan pengobatan yang lama
dan berkesinambungan. Hal ini didukung oleh banyak
teori yang telah menjelaskan tentang fungsi keluarga,
salah satunya dalam bidang kesehatan, dimana telah
dijelaskan bahwa jika ada anggota keluarga yang sakit
maka keluarga harus segera mengetahui masalah
kesehatannya, memutuskan tindakan apa yang harus
dilakukan. diberikan dan menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada (Ningrum & Hendarsih, 2012).
Teori model promosi kesehatan menjelaskan
bahwa efikasi diri seseorang akan mempengaruhi

15
perilaku dan komitmen dalam melakukan sesuatu.
Efikasi diri penderita penyakit kronis yang tinggi akan
meningkatkan harapan akan tujuan yang besar dan
jelas. Penderita hipertensi akan patuh dan mengelola
hipertensi dengan baik jika memiliki keyakinan bahwa
penatalaksanaan membuat kondisinya stabil dan
meminimalkan komplikasi. Penderita hipertensi
memerlukan perubahan perilaku untuk mengontrol
tekanan darah. Perubahan perilaku ini membutuhkan
efikasi diri. Self-efficacy adalah keyakinan pasien
terhadap aktivitas dan bahwa pasien berperilaku sesuai
dengan harapan yang diinginkan. Self-efficacy
mempengaruhi perubahan perilaku dengan
mempengaruhi cara berpikir, memotivasi, dan
bertindak (Bandura, 2006).
Penatalaksanaan hipertensi seumur hidup
membuat orang merasa kehilangan motivasi diri,
bahkan menimbulkan depresi dan ketidaktaatan.
Efikasi diri dan dukungan keluarga merupakan
komponen yang sangat penting bagi penderita
hipertensi dalam melakukan pola hidup sehat.
Dukungan keluarga tinggi tetapi jika efikasi diri tidak
terbentuk maka penderita hipertensi tidak akan patuh
dan sebaliknya. Kepatuhan gaya hidup sehat
meminimalkan komplikasi dan meningkatkan kualitas

16
hidup pasien hipertensi. Efikasi diri yang tinggi masih
memerlukan dukungan keluarga untuk menjalankan
segala aktivitas sehari-hari penderita dalam melakukan
perawatan diri, salah satunya dengan meningkatkan
kualitas hidupnya. Efikasi diri dan dukungan keluarga
mampu melakukan perawatan secara optimal.
Kesimpulan: Efikasi diri tidak dapat optimal tanpa
pendampingan dukungan keluarga. Konseling self-
efficacy dan dukungan keluarga menstabilkan tekanan
darah pasien hipertensi

17

Anda mungkin juga menyukai