Anda di halaman 1dari 5

Artikel Penelitian

Keluhan Nyeri Muskuloskeletal pada


Pekerja Industri di Kawasan Industri
Pulo Gadung Jakarta

Woro Riyadina, Frans X Suharyanto, Lusianawaty Tana

Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,


Departemen Kesehatan RI

Abstrak: Kelainan sistem muskuloskeletal merupakan penyebab utama dari nyeri menahun
dan kelainan fisik. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keluhan nyeri muskuloskeletal
pada pekerja di beberapa jenis industri serta hubungannya dengan faktor risiko. Penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional yang melibatkan
950 pekerja. Responden adalah pekerja di bagian produksi dari 7 jenis industri (garmen,
percetakan, kimia, spare part, makanan, baja dan konstruksi) di wilayah kawasan industri
Pulo Gadung Jakarta Timur pada tahun 2006. Pengumpulan data melalui metode wawancara
dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja industri bagian produksi
mayoritas berumur 20-39 tahun (33,9%), laki-laki (68,1%), pendidikan SMU (65,7%), status
kawin (78,3%), suku Jawa (59,1%) dan memiliki aktivitas fisik sedang selama bekerja (71,7%),
serta bekerja dalam posisi berdiri (61,9%). Pekerja industri yang mengalami keluhan nyeri
muskuloskeletal sebanyak 502 orang (52,8%) dan terbanyak pada jenis industri garmen
(65,2%), percetakan (63%) dan konstruksi (60%). Bagian tubuh yang sering mengalami nyeri
muskuloskeletal adalah kaki (22,7%), pinggang (17,1%) dan bahu (9,5%). Keluhan nyeri
berhubungan dengan faktor kondisi distres dengan OR 1,62 kali (95% CI 1,25-2,11), anemia
OR 1,56 kali (95% CI 1,07-2,28) dan posisi duduk berisiko 1,51 kali (95% CI: 1,15-1,96).
Proporsi keluhan nyeri muskuloskeletal pada pekerja industri di bagian produksi di kawasan
industri Pulo Gadung masih cukup tinggi. Perlu disusun model intervensi yang tepat untuk
mengurangi dan menghilangkan keluhan nyeri muskuloskeletal melalui perbaikan kesehatan
jiwa dan mental pekerja, perbaikan gizi dan ergonomi.
Kata kunci: nyeri, muskuloskeletal, pekerja, industri

8 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 1, Januari 2008


Keluhan Nyeri Muskuloskeletal pada Pekerja Industri

Musculoskeletal Pain among Industrial Workers in


Pulo Gadung Industrial Estate, Jakarta

Woro Riyadina, Frans X Suharyanto, Lusianawaty Tana

Biomedical and Pharmacy Research and Development Center


National Institute of Health Research and Development Ministry of Health

Abstract: Abnormalities of musculoskeletal system was the main cause of chronic and physical
pain. The objective of this study is to describe musculoskeletal pain among workers in many types
of industries related to the risk factors. The design was cross sectional that involved 950 workers.
The sample were workers in production division from seven types of industries (garment, print-
ing, chemical, spare parts, food, steel, and constructions) in Pulo Gadung Industrial Estate, East
Jakarta in 2006. Data collection was done by interview using questionnaires. The result of this
study showed that the majority of workers in the production division were as follows: age 20-39
years old (33.9 %), male (68.1%), education senior high school (65.7%), married (78.3%),
Javanese ethnics (59.1%), middle physical activity during work (71.7%) and standing position
during work (61.9%). Number of industrial workers who suffered musculoskeletal pain were 502
workers (52.8%) and the most three types of industry were garment (65.2%), printing (63%) and
constructions (60%). Parts of the body often suffered musculoskeletal pain were leg (22.7%),
back (17.1%) and shoulder (9.5%). Musculoskeletal pain was significantly related to the distress
condition with OR 1.62 times (95% CI 1.25-2.11), anemia OR 1.56 times (95% CI 1.07-2.28) and
the risk of sitting position 1.51 times (95% CI 1.15-1.96). The proportion of pain among
industrial workers of production division in Pulogadung Industrial Estate was still high. There-
fore, accurate intervention model to decrease and to cure musculoskeletal pain is needed to
improve mental health, nutrition and ergonomics of the workers.
Key words: pain, musculoskeletal, worker, industry

Pendahuluan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh


Di Indonesia pola penyebab kematian bergeser dari produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program
penyakit menular ke penyakit tidak menular. Pada tahun 1980, perlindungan tenaga kerja.3
69,49% kematian disebabkan penyakit menular PM dan tahun Tahun 2002 WHO melaporkan menempatkan risiko
2001 menurun menjadi 44,57, sedangkan kematian karena pekerjaan sebagai tingkat kesepuluh penyebab kematian dan
penyakit tak menular meningkat dari 25,41% menjadi 46,1% kesakitan. Hampir 25% DALY dan 699.000 kematian ber-
dan 48,53% pada tahun 2000. Penyebab utama kematian hubungan dengan factor risiko tersebut. WHO melaporkan
berdasarkan survei tersebut adalah penyakit sirkulasi bahwa faktor risiko secara global untuk sejumlah kesakitan
(26,4%), infeksi (22,9%), pernafasan (12,7%), neoplasma dan kematian termasuk 37% back pain, 16% hearing loss,
(6,0%) dan kecelakaan (5,6%).1 13% chronic obstructive lung disease, 11% asma, 10%
Masyarakat pekerja di Indonesia mengalami pening- cedera, 9% kanker paru, dan 2% leukemia.4
katan terus dari tahun ke tahun. Pada tahun 1995 jumlah Kelainan sistem muskuloskeletal merupakan penyebab
pekerja 88,5 juta dan pada tahun 2003 pekerja di Indonesia utama dari nyeri menahun dan kelainan fisik. Komponen sistem
berjumlah 100 316 000.2 Undang-undang Nomor 23 Tahun muskuloskeletal bisa mengalami robekan, cedera maupun
1992 tentang Kesehatan, pasal 23 mengenai kesehatan kerja peradangan. Penelitian yang melibatkan 800 orang dari 8
disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diseleng- sektor informal di tanah air menunjukkan hasil bahwa
garakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja gangguan muskuloskeletal dialami oleh 31,6 % petani kelapa
yang mempunyai risiko bahaya kesehatan yang besar bagi sawit di Riau, 21% perajin wayang kulit di Yogyakarta, 18%
pekerja agar dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan perajin Onyx di Jawa Barat, 16,4% penambang emas di

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 1, Januari 2008 9


Keluhan Nyeri Muskuloskeletal pada Pekerja Industri

Kalimantan Barat, 14,9% perajin sepatu di Bogor, dan 8% bergantian sehingga tidak menyebabkan gangguan produksi
perajin kuningan di Jawa Tengah. Perajin batu bata di di masing-masing perusahaan.
Lampung dan nelayan di DKI Jakarta adalah kelompok pekerja
yang paling banyak menderita gangguan muskuloskeletal, Karakteristik Responden
masing 76,7% dan 41,6%. Semua pekerja mengeluhkan nyeri Responden adalah para pekerja di bagian produksi dari
di punggung, bahu, dan pergelangan tangan.4 7 jenis industri yang sudah bekerja minimal selama 2 tahun.
Dalam rangka merencanakan dan mengembangkan pro- Karakteristik responden tercantum dalam tabel 1.
gram promosi kesehatan dan manajemen pelayanan
kesehatan di Indonesia, informasi besarnya masalah penyakit
dan berbagai faktor risikonya perlu diketahui. Tingginya Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden
prevalensi beberapa faktor risiko dapat menyebabkan
Variabel Jumlah responden Persentase
penurunan produktifitas kerja, sehingga akan mempunyai (n=950) (%)
dampak buruk terhadap sistem pemeliharaan kesehatan,
sumber daya dan perekonomian suatu negara. Untuk Umur
melengkapi data tentang gangguan atau keluhan nyeri pada 15 – 29 tahun 286 30,1
30 – 39 tahun 322 33,9
pekerja di sektor informal, perlu dilakukan survei untuk 40 – 49 tahun 263 27,7
mengetahui besaran masalah tentang keluhan nyeri pada >50 tahun 79 8,3
pekerja industri formal. Jenis Kelamin
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan Laki-laki 647 68,1
Perempuan 303 29,9
keluhan nyeri muskuloskeletal pada pekerja di beberapa jenis Tingkat Pendidikan
industri dan hubungan dengan faktor risikonya. Hasilnya Rendah (SD, SMP) 273 28,7
diharapkan dapat memberikan gambaran masalah gangguan Sedang (SMU) 624 65,7
keluhan nyeri muskuloskeletal di masing-masing jenis Tinggi (D3, PT) 53 5,6
Status Perkawinan
industri, sehingga bisa dilakukan tindakan preventif dan Belum Kawin 194 20,4
kuratif yang tepat. Kawin 744 78,3
Cerai 12 1,3
Metode Suku
Jawa 559 59,1
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan Sunda 143 15,1
rancangan penelitian cross-sectional. Populasi adalah Betawi 178 18,8
Batak 19 2,0
masyarakat pekerja industri dewasa laki-laki maupun
Minang 11 1,2
perempuan berusia kerja (15-55 tahun) di wilayah kawasan Lainnya 36 3,7
industri Pulo Gadung pada tahun 2006. Cara pengambilan Bekerja dengan aktivitas fisik
sampel dilakukan dengan simple random sampling dengan Ringan 269 28,3
Sedang 681 71,7
penghitungan besar sampel melalui dua pendekatan, yaitu
Posisi kerja
dengan menggunakan rumus estimasi proporsi dan estimasi Duduk 360 38,1
rerata6 sehingga diperoleh besar sampel sebanyak 950 Berdiri 585 61,9
orang.
Variabel yang diukur meliputi karakteristik responden,
jenis keluhan nyeri, bagian tubuh yang nyeri dan faktor- Tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi umur pekerja
faktor yang berhubungan dengan keluhan nyeri. industri tertinggi (33,9%) adalah 30-39 tahun diikuti oleh
Pengumpulan data dengan metode wawancara dengan kelompok umur 20-29 tahun (30%) dan umur 40-49 tahun
kuesioner. Data dianalisis dengan menghitung distribusi (27,7%). Kelompok umur tersebut menunjukkan usia produktif
frekuensi masing-masing variabel serta menentukan untuk seluruh jenis industri yang ikut dalam penelitian ini.
hubungan dan menghitung besarnya risiko. Pekerja industri mayoritas laki-laki sebanyak 647 orang
(68,1%) dan tingkat pendidikan didominasi oleh pendidikan
Hasil setingkat SMU yaitu 624 (65,7%) dan status perkawinan
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Agustus sebagian besar sudah kawin yaitu 744 orang (78,3%).
dan September 2006 dan mendapatkan 950 responden dari 7 Suku pekerja yang diperiksa sebagian besar adalah Jawa
perusahaan yang masing-masing mewakili jenis industri di sebanyak 559 orang (59,1%), Betawi 178 orang (18,8%) dan
kawasan industri Pulo Gadung Jakarta Timur. Pengambilan Sunda 143 orang (15,1%). Kebanyakan mempunyai aktifitas
sampling responden terpilih untuk masing-masing jenis fisik sedang yaitu 71,7% dengan pembagian klasifikasi
industri dilakukan secara proporsional. Waktu pengumpulan melakukan pekerjaan dengan posisi berdiri selama lebih dari
data dilakukan pada jam kerja dengan sistem bergilir atau 6 jam per hari. Posisi pekerja industri pada saat bekerja

10 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 1, Januari 2008


Keluhan Nyeri Muskuloskeletal pada Pekerja Industri

kebanyakan dalam sikap berdiri yaitu 585 orang (61,9%). Tabel 4. Proporsi Pekerja dengan Keluhan Nyeri Menurut
Jenis Industri
Keluhan Nyeri Jenis Industri Sering nyeri
Keluhan nyeri muskuloskeletal yang sering dirasakan Ya Tidak
n = 502 n = 447
responden ditunjukkan pada tabel 2.
n (%) n (%)

Tabel 2. Keluhan Nyeri Muskuloskeletal Garmen 86 65,2 46 34,8


Percetakan 43 63,0 20 37,0
Variabel Jumlah Prosentase Kimia Obat 109 52,9 97 47,1
(N = 950) responden (n) (%) Spare Part 105 49,1 109 50,9
Makanan 32 42,7 43 57,3
Sering nyeri muskuloskeletal Baja (workshop) 124 50,0 124 50,0
Ya 503 52,9 Konstruksi 12 60,0 8 40,0
Tidak 47 47,0

keluhan muskuloskeletal menunjukkan bahwa keluhan nyeri


Tabel 2 menggambarkan bahwa 52.9% responden sendi dialami oleh 66,9%, dengan nyeri lutut yang terbanyak
mengalami keluhan nyeri muskuloskeletal. Tingginya yaitu sebesar 26,6%.
proporsi pekerja yang mengalami gangguan keluhan nyeri Tiga peringkat terbesar proporsi bagian tubuh yang
tersebut memerlukan perhatian besar khususnya untuk mengalami cedera menurut jenis industrinya ditunjukkan pada
pencarian upaya untuk mengurangi dan menangani keluhan table 5.
tersebut.
Bagian tubuh yang mengalami keluhan nyeri mus-
Tabel 5. Urutan 3 Tertinggi untuk Proporsi Nyeri Menurut
kuloskeletal diperlihatkan pada tabel 3.
Jenis Industri

Jenis Industri Bagian tubuh yang nyeri (%)


Tabel 3. Bagian Tubuh yang Mengalami Nyeri Muskuloske-
letal Garmen Pinggang (22,7%), kaki (22,0%), leher (13,6%)
Percetakan Kaki (25,9%), leher (16,7%), bahu (16,7%)
Bagian tubuh Jumlah Prosentase Kimia Obat Kaki (27,7%), pinggang (14,6%), tangan (11,7%)
yang nyeri* responden (n) (%) Spare Part Kaki (20,0%), pinggang (15,9%), bahu (8,9%)
Makanan Kaki (25,3%), pinggang (18,7%), punggung (5,4%)
Kepala-leher-tengkuk 59 6,2 Baja Kaki (20,1%), pinggang (17,3%), tangan (8,4%)
Dada 19 2,0 Konstruksi Kaki (20,0%), pinggang (15,0%), bahu (15,0%)
Bahu 90 9,5
Punggung 47 4,9
Pinggang 162 17,1
Pinggul 16 1,7
Tangan 73 7,7 Tabel 5 menggambarkan bahwa masing-masing jenis
Kaki 216 22,7 industri mempunyai keluhan nyeri spesifik sesuai dengan
jenis pekerjaannya berhubungan dengan posisi yang
*Pekerja minimal merasakan minimal satu nyeri di bagian tubuhnya ergonomik atau tidak pada saat bekerja. Aspek tidak
dan pada umumnya lebih dari satu
ergonomis bisa pada posisi tubuh pekerja ataupun alat
kerjanya. Keluhan nyeri pada kaki merupakan akibat bekerja
Urutan bagian tubuh yang sering mengalami nyeri pada dengan posisi berdiri dalam jangka waktu yang lama. Keluhan
pekerja industri adalah bagian kaki (22,7%), pinggang (17,1%) nyeri pinggang biasanya dialami oleh pekerja dengan posisi
dan bahu (9,5%). Tingginya proporsi pekerja yang menga- duduk yang lama. Hasil ini berbeda dengan gangguan keluhan
lami nyeri muskuloskeletal tersebut menunjukkan bahwa nyeri muskuloskeletal yang dialami oleh pekerja sektor infor-
faktor ergonomi kerja baik dari segi posisi pekerja maupun mal (nelayan dan perajin batu bata), rata-rata semua pekerja
desain alatnya perlu segera dilakukan evaluasi dan perbaikan. mengeluhkan nyeri di punggung, bahu, dan pergelangan
Perbedaan proporsi pekerja yang merasakan keluhan tangan.4
nyeri berdasarkan jenis industrinya tercantum pada tabel 4.
Proporsi pekerja yang merasakan nyeri tertinggi terdapat Hubungan antara Faktor Risiko dengan keluhan nyeri
pada jenis industri garmen (65,2%), diikuti oleh industri Keluhan nyeri pada pekerja industri lebih kepada
percetakan (63%) dan industri konstruksi (60%). Tingginya keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh pekerja yang
angka proporsi pekerja yang mengalami nyeri akibat kerja berkaitan dengan otot (muskuloskeletal) akibat kerja.
perlu diperhitungkan karena hal ini dapat menimbulkan Hubungan antara faktor-faktor dengan keluhan nyeri
dampak terhadap produktivitas kerjanya. Menurut Andra,7 dijelaskan pada tabel 6.

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 1, Januari 2008 11


Keluhan Nyeri Muskuloskeletal pada Pekerja Industri

Tabel 6. Hubungan Antara Faktor Risiko dengan Keluhan Nyeri pada Pekerja Industri

Faktor risiko Keluhan nyeri OR 95% CI


Ya Tidak Total
N = 502 (52,8%) N = 447 (47,1%) N = 949 (100%)
n (%) n (%) n (%)

Umur (N=950)
>40 tahun 172 56,6 132 43,4 304 100 1,24 0,94-1,64
<40 yahun 330 51,2 315 48,8 645 100
Status Distres (N=950)
Ya 236 59,9 158 40,1 394 100 1,62 1,25-2,11
Tidak 266 47,9 289 52,1 555
Kolesterol total (N=949)
Tinggi 107 54,6 89 45,4 196 100 1,09 0,79-1,49
Rendah 395 52,5 358 47,5 753 100
Status Anemia (N=942)
Ya 82 62,1 50 37,9 132 100 1,56 1,07-2,28
Tidak 415 51,2 395 48,8 810
Olah raga (N=402)
Tidak rutin 164 46,9 186 53,1 350 87,1 0,82 0,46-0,146
Rutin 27 51,9 25 48,1 52 12,9
Aktivitas fisik (N=948)
Sedang 343 50,5 336 49,5 679 71,6 0,71 0,53-0,94
Ringan 159 59,1 110 40,9 269 28,4
Posisi kerja (N=945)
Duduk 213 59,2 147 40,8 360 38,1 1,51 1,15-1,96
Berdiri 287 49,1 298 50,9 585 61,9

Faktor yang berhubungan bermakna (p<0,05) dengan Daftar Pustaka


keluhan nyeri pada pekerja industri adalah kondisi distres, 1. Djaja S, Soemantri S, Miharja L, Setyowati T. Pola Sebab Kematian
status anemia dan posisi kerja. Pekerja dengan kondisi distres di Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Badan
berisiko 1,62 kali (95% CI: 1,25-2,11), anemia berisiko 1,56 kali Litbangkes Departemen Kesehatan RI. Jakarta; 1995
2. BPS. Data Proyeksi Angkatan Kerja Indonesia. 2003.
(95% CI: 1,25-2,11) dan posisi duduk berisiko 1,51 kali (95% 3. Depkes. Undang-undang Kesehatan RI tentang Kesehatan Kerja.
CI: 1,15-1,96) mengalami nyeri muskuloskeletal akibat kerja Jakarta; 1992.
dibandingkan dengan pekerja yang sehat. 4. Daniel. Prinsip Ergonomik Kurangi Gangguan Kesehatan Kerja.
Farmacia 2006 Jan; 5(6).
5. Pusat Kesehatan Pekerja. Depkes RI. Aspek K3 Dalam Akreditasi
Kesimpulan RS Hanya Sedikit Menyentuh Masalah Penyakit Akibat Kerja; 17
Proporsi keluhan nyeri pada pekerja industri di bagian Nov 2005; Jakarta.
produksi di kawasan industri Pulo Gadung masih cukup 6. Lwanga SKP, Lemeshow S. Sample size determination health
studies. A practical manual. WHO: Jeneva; 1991.
tinggi. Untuk itu perlu disusun model intervensi yang tepat 7. Andra. Gelar Hasil Penelitian Surveilens Beberapa Penyakit
untuk mengurangi dan menghilangkan keluhan nyeri Perkotaan di Lima Wilayah DKI Jakarta tahun 2006. Farmacia
muskuloskeletal melalui perbaikan kesehatan jiwa dan men- 2007 Feb;6(7):64.
tal pekerja, perbaikan gizi dan ergonomi. Langkah selanjutnya
perlu dilakukan pemeriksaan lebih detail keluhan nyeri
muskuloskeletal tersebut sehingga dapat diketahui penyebab HQ
yang pasti dan dapat dilakukan upaya perbaikan dan
pengendalian terhadap faktor risikonya.

12 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 1, Januari 2008

Anda mungkin juga menyukai