Anda di halaman 1dari 23

2.

DASAR TEORI

2.1. RFID ( Radio Frekuensi Identification )

2.1.1. Pengenalan
Radio Frekuensi Identification (RFID) adalah suatu sistem identifikasi
yang menggunakan gelombang radio. Sistem RFID sendiri umumnya terdiri dari
dua bagian besar component, yaitu :
o Transponders yang ditempelkan pada barang (yang akan diberi label).
o Readers (biasa dikenal sebagai sensor RFID), yang digunakan untuk
membaca identitas dari transponders.

Gambar 2.1. Sistem RFID


Sumber : www.elateceurope.com
Secara umum sistem RFID bekerja sebagai berikut : sensor RFID
memberikan supply dan sinyal trigger pada tag (yang biasa dikenal sebagai
transponders). Koil pada sensor RFID akan memancarkan medan magnet dengan
frekuensi yang konstan. Koil pada tag menerima energy yang dipancarkan oleh
sensor RFID. Energy tersebut digunakan sebagai supply dan sinyal trigger
tersebut akan mengaktifkan tag (yang secara otomatis akan memancarkan
sequential data melalui koil pada tag). Data tersebut merupakan ID yang telah
dimodulasi sesuai dengan tag tersebut. Informasi tersebut akan diterima oleh
sensor RFID dan kemudian di-encoding sehingga sensor akan mendapatkan ID
dari tag tersebut.

5
6

Ada 2 macam tag yang beredar di pasaran, yaitu passive tag dan read-
write tag. Pada passive tag, data ID tersebut merupakan data bawaan dari pabrik
sehingga tidak dapat diubah. Sedangkan pada read-write tag, data ID- nya dapat
diubah sesuai kemauan pengguna. Hal ini berlaku pula untuk sensor RFID, ada
sensor yang hanya dapat membaca ID dari tag, dan ada pula sensor yang dapat
membaca dan menulisi tag dengan data ID.
Mekanisme yang terjadi pada tag dan sensor dapat dilihat pada gambar
di bawah ini :

Gambar 2.2. Induksi Tag dan Reader


Sumber : www.atmel.com
Proses transfer energi antara tag dan sensor dapat diasumsikan seperti
proses induksi yang terjadi pada transformator, dengan koil pada sensor sebagai
kumparan primer dan koil pada tag sebagai kumparan sekunder. Sensor
memancarkan gelombang dengan frekuensi yang konstan melalui koil yang
dimilikinya. Dengan adanya gelombang tersebut maka timbul medan magnet di
sekitar koil sensor. Medan magnet tersebut akan menginduksi koil yang dimiliki
tag. Karena gelombang yang dipancarkan oleh sensor adalah gelombang AC maka
medan magnet yang terjadi yang terjadi di sekitar koil sensor juga berubah-ubah
besarnya. Dengan medan magnet yang berubah-ubah tersebut, maka pada
koil (tag) timbul medan listrik. Medan listrik ini nantinya akan digunakan sebagai
7

supply bagi mikrokontroler yang terdapat pada tag untuk memancarkan kode ID
yang terdapat pada tag tersebut. Gambar 2.3. memperlihatkan blok diagram yang
terdapat di dalam tag.

Koil Interface

Controller

Memory
Gambar 2.3. Blok Diagram Tag
Sumber : www.atmel.com
Pada tag secara umum terdapat 3 bagian utama yaitu koil interface,
controller dan memory. Koil Interface berfungsi mengubah data dari bentuk
analog menjadi data digital ataupuan sebaliknya sehingga mampu diolah oleh
controller. Pada saat koil (tag) terinduksi, timbul sumber listrik yang mampu
untuk men- supply controller dan memory. Dengan energi listrik tersebut maka
controller dapat membaca ID yang terdapat pada memory. Kemudian data tersebut
diubah dari bentuk digital ke analog (dalam koil interface), lalu dipancarkan
melalui koil. Di dalam tag tidak terdapat sumber energi, sehingga tag baru dapat
beroperasi ketika terdapat energi listrik yang timbul akibat induksi pada koil.
Pada sensor secara umum blok diagramnya hampir sama dengan blok
diagram pada tag, hanya saja blok diagram sensor membutuhkan supply,
mengingat sensor harus memancarkan gelombang terus menerus untuk
menginduksi koil (tag) yang didekatkan pada sensor. Kemudian sensor dapat
menerima data yang dikirimkan oleh tag.
8

2.1.2. ID – 10

Gambar 2.4. ID – 10 dan Tag


ID – 10 merupakan salah satu tipe sensor RFID yang kecil, dan telah
memiliki internal antenna. Pembahasan mengenasi ID – 10 ini bersumber pada
www.elateceurope.com. Data yang digunakan adalah data untuk ID – 12, karena
ID – 10 ini di luar negeri telah digantikan oleh ID – 12. Secara keseluruhan
karakteristik dari ID – 10 sama dengan ID – 12, hanya pada ID – 12 terdapat
tambahan magnetic emulation pin. Sensor ID - 10 ini dengan internal antenna-
nya, mampu mendeteksi tag pada jarak kurang lebih sekitar 10 cm. ID – 10 di sini
hanya mampu berfungsi sebagai reader, ia tidak dilengkapi dengan kemampuan
untuk menulisi ID pada read-write tag. Sensor ini mampu mengenali tag tipe
EM4001 atau sejenisnya.
ID – 10 (saat membaca tag) mengeluarkan gelombang dengan frekuensi
125 Khz. Format data yang dihasilkan dapat dipilih dalam bentuk ASCII ataupun
Wiegand 26. Data ASCII berbentuk serial dengan baud rate 9600 bps, 8 bit
data, none parity.
9

2.1.2.1. Operational dan Physical Characteristic

Tabel 2.1. Tabel Operational dan Physical Characteristic

Parameter ID – 10
Read Range +12 cm
Dimensions 26 mm x 25 mm x 7 mm
Frequency 125 Khz
Card Format EM 4001 or compatibel
Encoding Manchaster 64 bit, modulus 64
Power Requirements 5V DC, 30 mA nominal
Voltage Supply Range 4.6 V – 5.4 V
Operating Temperature -10 °C - 50 °C

2.1.2.2. Konfigurasi Pin

Tabel 2.2. Tabel Konfigurasi Pin

Pin Description ASCII Wiegand


No. 26
1 Zero Volts GND GND
2 Strap to 5V Reset Bar Reset Bar
3 To External Antenna Antenna Antenna
And Tuning Capacitor
4 To External Antenna Antenna Antenna
5 Format Selector (+/-) Strap to GND Strap to 5V
6 Data 1 CMOS One Output
7 Data 0 TTL Data Zero Output
8 3.1 kHz Logic Beeper/LED Beeper/LED
9 DC Voltage Supply 5V 5V
10

Gambar 2.5. Pin ID - 10

2.1.2.3. Data Format


Ada 2 macam format data yang dapat dipilih pada ID – 10 yaitu data
ASCII dan Wiegand 26 Bit 1 mS/50 uS. Pemilihan format data ini ditentukan oleh
pin format selector (+/-). Apabila format selector mendapat logic ‘1’ maka format
data yang dipilih adalah adalah Wiegand 26 Bit (1 mS/50 uS), sedangkan jika pin
format selector mendapat logic ‘0’ maka format data yang dipilih adalah ASCII.
o Output Format – Serial ASCII 9600,8,1

Tabel 2.3. Format Data ASCII

Checksum adalah hasil dari ‘exclusive OR’ dari 5 binary data bytes ( 10 ASCII
data characters). Checksum terdiri dari 2 bytes, yaitu checksum data ID ganjil dan
checksum data ID genap. Data checksum yang pertama merupakan hasil checksum
dari data ID ganjil dan data checksum yang kedua merupakan hasil checksum dari
data ID genap. Penghitungan XOR dilakukan pada kode ASCII nya.
Contoh:
Data output dari sensor RFID
02H 31H 38H 30H 30H 38H 41H 35H 36H 42H 44H 37H 39H 0DH 0AH 03H
11

Data RFID dalam bentuk ASCII


1 8 0 0 8 A 5 6 B D 7 9
o Mencari XOR data ganjil
Ada 5 buah yaitu 1 0 8 5 B
00000001 1H
00000000 XOR 0H
00000001
00001000 XOR 8H
00001001
00000101 XOR 5H
00001100
00001011 XOR BH
00000111
Hasil checksum data ganjil adalah 7. Angka 7 merupakan ASCII dengan
kode 37H.
o Mencari XOR data genap
Ada 5 buah data yaitu 8 0 A 6 D
00001000 8H
00000000 XOR 0H
00001000
00001010 XOR AH
00000010
00000110 XOR 6H
00000100
00001101 XOR DH
00001001
Hasil checksum data genap adalah 9. Angka 9 merupakan ASCII dengan
kode 39H.
Hasil perhitungan di atas sesuai dengan data yang dikirimkan oleh sensor RFID,
yaitu 7 untuk checksum ganjil dan 9 untuk checksum genap.
12

o Output Format-Wiegand 26

Tabel 2.4. Format Data Wiegand 26 Bit

P = Parity Start Bit dan Stop Bit

2.1.3. Beberapa Kegunaan RFID


Berikut ini adalah beberapa contoh aplikasi dari RFID
o Access Control
o Airline Baggage ID
o Automotive
o Document Tracking
o Express Parcel ID
o Livestock ID
o Logistics/ Supply Chain
o Wireless Commerce
o Product Authentication
o Sports Timing
o Ticketing

2.2. Sistem Alarm Mobil


Sistem alarm mobil standar yang ada sekarang ini, telah memiliki
beberapa fungsi standar. Fungsi-fungsi standar tersebut antara lain :
o Fasilitas arming the alarm, artinya ketika tombol ini ditekan maka door
locks akan otomatis terkunci dan alarm secara otomatis aktif.
o Fasilitas disarming the alarm, artinya ketika tombol ini ditekan maka door
locks akan otomatis unlock dan alarm secara otomatis nonaktif.
o Silent alarm mode artinya alarm dapat di-arming maupun disarming tanpa
menyalakan parking lamp dan sirine.
o Fasilitas car panic untuk menyalakan sirine dan parking lamp digunakan
untuk car search.
13

2.2.1. Alarm IPF 2900


Alarm dengan merk IPF ini merupakan alarm kelas menengah yang
memiliki fasilitas standar antara lain:
o Arming the alarm
Ø Sirine akan bunyi sekali dan parking lamp akan menyala sekali.
Ø Jika dilengkapi dengan central lock, maka doors lock akan terkunci secara
otomatis.
Ø Jika pintu terbuka maka alarm akan aktif setelah 15 detik.
Ø Tekan terus selama 5 detik untuk silent arming/disarming dan ulangi
untuk kembali ke normal mode.
o Disarming the alarm
Ø Sirine akan bunyi 2 kali dan parking lamp akan menyala sebanyak 3 kali.
Ø Door lock akan unlock secara otomatis dengan syarat telah dilengkapi
dengan central lock.
Ø Alarm akan otomatis disarm dan kembali ke normal status.
o Silent alarm mode
Ø Jika alarm ter-trigger maka parking lamp akan menyala tetapi sirine tidak
akan berbunyi.
Ø Jika pintu terbuka maka alarm akan aktif setelah 15 detik.
Ø Tekan tombol untuk kembali ke normal mode.
o Panic,car search
Ø Sirine akan berbunyi dan parking lamp akan menyala selama 20 detik
(armed) atau sirine tidak berbunyi tetapi parking lamp menyala selama 20
detik (silent armed).
Ø Setelah itu alarm akan kembali ke normal status-nya (armed/disarmed).
Selain fasilitas standar tersebut alarm ini juga memiliki beberapa fasilitas
optional, antara lain:
o Shock sensor, bila mobil terkena goncangan dengan keras maka akan
men-trigger alarm.
o Ketika mobil di-starter maka door locks akan otomatis terkunci tetapi hal
ini tidak membuat alarm pada kondisi armed.
14

o Jika tidak ada orang memasuki mobil setelah 20 detik setelah sistem
disarmed maka door lock akan otomatis terkunci kembali dan alarm
kembali pada kondisi armed.
o Door lock secara otomatis akan unlock saat kunci berada pada kondisi
ignition.

2.2.2. Sistem Alarm Mobil

Remote Alarm

Receiver Aktuator Relay


Gelombang Mikrokontroler Pengontrol Sirine,
Radio Lamp, Door Lock,
Dari Remote Unlock
Gambar 2.6. Sistem Umum Alarm Mobil
Secara umum bagan dari sistem alarm mobil dapat dilihat pada
gambar 2.6. Pada blok receiver berupa rangkaian penerima gelombang radio yang
ditransmisikan oleh remote. Dari rangkaian penerima gelombang radio tersebut
data analog akan diubah menjadi data digital sehingga data tersebut dapat diolah
oleh mikrokontroler, kemudian mikrokontroler akan memberikan reaksi. Bagian
aktuator diisi oleh relay yang menjembatani antara mikrokontroler (tegangan
TTL) dan sistem kelistrikan mobil (tegangan 12 V).

2.3. Mikrokontroler AT89C52


Mikrokontroler AT89C52 merupakan mikrokontroler CMOS 8 bit yang
low-power, berkemampuan bagus, dan memiliki 8 KBytes Flash programmable
and erasable read only memory (PEROM). Pembahasan mengenai keluarga
Mcs-51 bersumber pada Atmel Corporation Microcontroler Databook.
Mikrokontroler AT89C52 ini juga memiliki beberapa fasilitas lain
seperti: 256 bytes RAM, 32 jalur I/0, tiga buah 16 bit timer/counters, 6 buah
15

vector interrupt, full duplex serial port, osilator internal. Selain itu AT89C52 juga
memiliki fasilitas power saving modes yang dikontrol secara software. Mode
tersebut adalah :
o Idle mode. Pada mode ini, kebutuhan arus menurun hingga sekitar 15 %
dibandingkan saat CPU beroperasi penuh.
o Power down mode. Pada mode ini, kebutuhan arus supply menurun hingga
kurang dari 15 µA bahkan dapat mencapai 6 µA.
Dengan bahasa standar MCS-51 instruction set, logic TTL dan
keefektifan biaya yang dibutuhkan, membuat AT89C52 banyak digunakan dalam
praktek sehari – hari maupun pada industri.

2.3.1. Konfigurasi Pin

Gambar 2.7. Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89C52

2.3.2. Deskripsi Pin


o VCC
Pin 40 adalah supply tegangan 5 V bagi IC.
o GND
Pin 20 adalah supply tegangan 0 V bagi IC.
16

o Port0
Port 0 adalah 8-bit I/O port dua arah yang open-drain. Ketika logic ‘1’
dituliskan ke pin port 0, pin itu dapat digunakan sebagai input yang
berimpedansi tinggi.
Port 0 dapat juga dikonfigurasikan sebagai multiplexer antara
address/data ketika digunakan untuk mengakses external memory . Pada
mode ini port 0 memiliki internal pull-up.
o Port1
Port 1 adalah I/O port 8 bit dua arah dengan internal pull-up.
o Port2
Port 2 adalah I/O port 8 bit dua arah dengan internal pull-up. Port ini
mengeluarkan high-order address bytes selama pengaksesan external
memory.
o Port3
Port 3 adalah I/O port 8 bit dua arah dengan internal pull-up.
Port 3 juga memiliki fungsi – fungsi khusus sbb:

Tabel 2.5. Fungsi Alternatif dari Port 3

Port Pin Fungsi Alternatif

P3.0 RXD (serial input port)


P3.1 TXD (Serial output port)

P3.2 INT0 (External interrupt 0)


P3.3 INT1(External interrupt 1)
P3.4 T0 (Timer 0 external input)

P3.5 T1 (Timer 1 external input)


WR (External data memory write
P3.6 strobe)
Rd (External data memory read
P3.7 strobe)
17

o RST
Merupakan input reset. Semua input dan output akan di-reset menjadi ’1’
(logic high), bila pin reset bernilai high selama 2 cycle machine(saat
osilator aktif), maka akan terjadi reset device.
o ALE/PROG
Address Latch Enable (ALE) mengeluarkan pulsa yang berguna untuk
menahan sementara (latch) low address bit pada saat pengaksesan external
memory.
ALE (pada pengoperasian normal) mengeluarkan pulsa konstan sebesar
1/6 dari frekuensi oscillator, dan dapat digunakan untuk keperluan
external timing/clocking
o PSEN
Program Strobe Enable adalah sinyal read untuk external program
memory.
o EA/VPP
External Access Enable digunakan untuk memilih program memory(yang
digunakan). Internal dilanjutkan external atau external saja.
o XTAL1
Merupakan pin input untuk inverting oscillator amplifier dan input untuk
internal clock operating circuit.
o XTAL2
Output dari inverting oscillator amplifier.

2.3.3. Karakteristik Oscillator


XTAL1 dan XTAL2 adalah input dan output yang dapat berfungsi
sebagai on-chip oscillator dengan menambahkan kristal quartz ataupun resonator
keramik. Untuk konfigurasinya dapat dilihat pada gambar 2.3.3.1.
Untuk nilai C1 dan C2 adalah 30 ρF ± 10 ρF dengan menggunakan
kristal, sedangkan untuk resonator keramik, maka nilai C1 dan C2 adalah 40 ρF ±
10 ρF.
18

Konfigurasi Oscillator Konfigurasi Oscillator


Menggunakan Kristal Menggunakan External
Oscillator Signal

Gambar 2.8. Konfigurasi Oscillator


Untuk pengoperasian dengan menggunakan external clock, XTAL 2
dibiarkan tidak terhubung. Pada gambar 2.8. tampak konfigurasi pemasangan
osilator.

2.3.4. Data Memory

Gambar 2.9. AT89C52 Data Memory


19

AT89C52 memiliki kemampuan untuk mengakses external address


hingga 64 Kbytes. Selain itu ia juga memiliki 256 bytes internal RAM dan
beberapa Special Function Registers (SFRs). Konfigurasi ini dapat dilihat pada
gambar 2.9.
Pada gambar tersebut, SFRs dan indirect address RAM memiliki
address yang sama yaitu 80H hingga FFH. Sebenarnya secara physical, kedua
address tersebut terpisah dan memiliki cara pengaksesan yang berbeda. Bagian
SFRs diakses dengan menggunakan perintah direct addressing. Contoh :
MOV 80H,#0AAH
Perintah tersebut mengisi alamat 80H pada SFRs dengan AAH.
Sedangkan untuk pengaksesan internal RAM menggunakan perintah indirect
addressing. Contoh :
MOV R0,#80H
MOV @ R0,#0BBH
Perintah tersebut mengisi alamat 80H pada RAM dengan 0BBH.
Pengaksesan internal RAM pada alamat 00H hingga 7FH dapat menggunakan
perintah indirect addressing maupun direct addressing.

2.3.5. Special Function Register (SFRs)


SFRs merupakan memory yang mengatur fungsi-fungsi khusus dari
mikrokontroler. Berikut ini merupakan penjelasan beberapa SFRs

Tabel 2.6. PSW: Program Status Word ( Bit Addressable )


CY AC F0 RS1 RS0 OV - P

CY PSW.7 Carry flag.


AC PSW.6 Auxiliary carry flag.
F0 PSW.5 Flag 0 digunakan untuk user.
RS1 PSW.4 Register Bank selector bit 1.
RS0 PSW.3 Register Bank selector bit 0.
OV PSW.2 Overflow flag.
— PSW.1
P PSW.0 Parity flag.
20

Tabel 2.7. PCON: Power Control Register ( Not Bit Addressable )


SMOD - - - GF1 GF0 PD IDL

SMOD Double baudrate. Jika bernilai ‘1’ maka baudrate yang


dibentuk akan menjadi 2 kalinya
GF1 General purpose flag bit
GF0 General purpose flag bit
PD Power Down bit. Jika bernilai ‘1’ maka CPU beroperasi
pada mode power down
IDL Idle Mode bit. Jika bernilai ‘1’ maka CPU beroperasi pada
mode idle

Tabel 2.8. Interupt Enable Register ( Bit Addressable )


EA - ET2 ES ET1 EX1 ET0 EX0

EA IE.7 Enable semua interrupt. Jika EA = ‘0’, tidak ada


interrupt yang jalan. jika EA = ‘1’, jalan tidaknya
interrupt tergantung pada enable tiap interrupt.
— IE.6
ET2 IE.5 Enable Timer 2 overflow atau capture interrupt.
ES IE.4 Enable serial port interrupt.
ET1 IE.3 Enable Timer 1 overflow interrupt.
EX1 IE.2 Enable External Interrupt 1.
ET0 IE. 1 Enable Timer 0 overflow interrupt.
EX0 IE.0 Enable External Interrupt 0.

Tabel 2.9. Timer/Counter Control Register ( Bit Addressable )


TF1 TR1 TF0 TR0 IE1 IT1 IE0 IT0

TF1 TCON. 7 Timer 1 overflow flag.


TR1 TCON. 6 Timer 1 run control bit.
TF0 TCON. 5 Timer 0 overflow flag.
TR0 TCON. 4 Timer 0 run control bit.
IE1 TCON. 3 External Interrupt 1 edge flag.
IT1 TCON. 2 Interrupt 1 type control bit.
IE0 TCON. 1 External Interrupt 0 edge flag.
IT0 TCON. 0 Interrupt 0 type control bit.
21

Tabel 2.10. Timer/Counter Mode Control Register (Not Bit Addressable)


Timer 1 Timer 0
GATE C/T M1 M0 GATE C/T M1 M0

GATE Jika GATE = ‘1’ TIMER/COUNTERx jalan jika pin


INTx berlogika high (hardwarecontrol). Jika GATE
= 0, TIMER/COUNTERx jalan jika TRx = ‘1’
(software control).
C/T Selektor Timer atau Counter.
M1 Mode selector bit.
M0 Mode selector bit.

Tabel 2.11. Timer Operating Mode

M1 M0 Operating Mode
0 0 0 13-bit Timer
0 1 1 16-bit Timer/Counter
1 0 2 8-bit Auto-Reload Timer/Counter
1 1 3 Split Timer Mode : (Timer0) TL0 is an 8-bit
Timer/Counter controlled by the standard Timer0 control
bits, TH0 is an 8-bit Timer and is controlled by Timer1
control bits
1 1 3 (Timer 1) Timer/Counter 1 stopped

Tabel 2.12. SCON : Serial Port Control Register (Bit Addressable)


SM0 SM1 SM2 REN TB8 RB8 TI RI

SM0 SCON. 7 Serial Port mode specifier.


SM1 SCON. 6 Serial Port mode specifier.
SM2 SCON. 5 Enable komunikasi multiprocessor
REN SCON. 4 Enable/Disable reception.
TB8 SCON. 3 Bit ke-9 yang akan di-transmit
RB8 SCON. 2 Bit ke-9 yang di-receive
TI SCON. 1 Transmit interrupt flag.
RI SCON. 0 Receive interrupt flag.
22

Tabel 2.13. Serial Operating Mode

SM0 SM1 Mode Description Baudrate

0 0 0 SHIFT REGISTER Fosc/12


0 1 1 8-Bit UART Variable
1 0 2 9-Bit UART Fosc/64 OR Fosc/32
1 1 3 9-Bit UART Variable

2.4. Mikrokontroler AT 89C2051


Mikrokontroler AT89C2051 merupakan mikrokontroler CMOS 8 bit
yang low-power, berkemampuan bagus, dan memiliki 2K Byte Flash
programmable and erasable read only memory (PEROM). Mikrokontroler ini
memiliki banyak kesamaan dengan AT89C52 hanya saja karena ukurannya yang
kecil, ia hanya dilengkapi dengan 2 port I/O yaitu port 3 dan port 1. Hal itu
menyebabkan mikrokontroler ini juga tidak dapat digunakan untuk mengakses
external program memory maupun external data memory.
Mikrokontroler ini juga memiliki beberapa fasilitas lain yang dimiliki
oleh AT89C52 seperti 128 bytes RAM, 15 jalur I/0, dua buah 16 bit
timer/counters, 5 buah vector interrupt, full duplex serial port, osilator internal.
Internal RAM yang dimiliki oleh AT89C2051 hanya 128 bytes, sehingga pada
address 80H hingga FFH hanya digunakan oleh SFRs. Fasilitas yang dimiliki
AT89C2051 secara keseluruhan hampir sama dengan fasilitas yang dimiliki
AT89C52 ,hanya karena port I/O yang dimiliki hanya 2 buah, sehingga terdapat
beberapa keterbatasan. AT89C2051 memiliki sebuah fasilitas yang tidak dimiliki
oleh AT89C52 yaitu fasilitas analog comparator dengan input pada P1.0
dan P1.1.
23

2.4.1. Konfigurasi Pin

Gambar 2.10. Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89C2051


Deskripsi pin pada AT89C2051 hampir sama dengan yang dimiliki oleh
AT89C52 hanya saja ada beberapa pin khusus yang ada pada AT89C2051 yaitu
pin P1.1 dan P1.0.
Port 1 adalah 8-bit I/O port dua arah yang open-drain. Port 1.2 hingga
port 1.7 dilengkapi oleh internal pull up. P1.0 dan P1.1 membutuhkan external
pull up. P1.0 merupakan input positif dari analog komparator sedangkan P1.1
merupakan input negatif dari analog komparator. Port 1 memiliki sink current
20 mA. Pada saat logic 1 di-output-kan pada port 1, maka dia bertindak sebagai
input.
Perbedaan yang lain adalah pada AT89C2051 pin P3.6 tidak keluar,
karena P3.6 terhubung secara hard-wired dengan output dari analog komparator.
Port 3 memiliki sink currrent 20 mA. Fungsi alternatif dari port 3 juga hampir
sama dengan yang dimiliki oleh AT89C2051, hanya pin P3.6 tidak keluar dan
P3.7 juga tidak memiliki fungsi RD. Oleh karena itu pula AT89C2051 tidak
memiliki kemampuan untuk mengakses external data memory dan external
program memory. Fungsi-fungsi alternatif port 3 pada AT89C2051 dapat dilihat
pada tabel 2.14. Dari tabel terlihat bahwa fungsi yang dimiliki tidak berbeda jauh
dengan yang dimiliki oleh AT89C52.
24

Tabel 2.14. Fungsi Alternatif dari Port 3

Port Pin Fungsi Alternatif

P3.0 RXD (serial input port)


P3.1 TXD (Serial output port)

P3.2 INT0 (External interrupt 0)


P3.3 INT1(External interrupt 1)
P3.4 T0 (Timer 0 external input)

P3.5 T1 (Timer 1 external input)

Begitu pula dengan konfigurasi dari osilator dari AT89C2051 juga sama
dengan konfigurasi osilator dari AT89C52. Penjelasan mengenai osilator dapat
dilihat pada subbab 2.3.3 dalam bagian pembahasan karakteristik osilator
AT89C52.

2.5. EEPROM AT28C64


AT28C64 merupakan Electrical Erasable and Programable Read Only
Memory dengan kapasitas sebanyak 8 Kbytes. Konfigurasi pin AT28C64 dapat
dilihat pada gambar di bawah ini, dan penjelasannya dapat dilihat pada tabel 2.15.

Gambar 2.11. AT28C64


Sumber : www.atmel.com
25

Tabel 2.15. Konfigurasi Pin

Pin Name Function


A0 – A12 Addresses
CE Chip Enable
OE Output Enable
WE Write Enable
I/O0-I/O7 Data Inputs/Outputs
RDY/BUSY Ready/Busy Output
NC No Connect
Sumber : www.atmel.com
AT28C64 memiliki fasilitas write protection untuk mencegah penulisan yang
tidak diinginkan, dengan cara :
o VCC sense, jika VCC berada di bawah 3,8 V maka proses write diabaikan.
o VCC power on delay, proses write diabaikan hingga 5 ms setelah VCC
mencapai 3,8 V pada saat pertama kali menyala.
o Write inhibit, proses write diabaikan jika pin OE low, pin CE high atau pin
WE high

2.6. Liquid Crystal Display(LCD)

2.6.1. Deskripsi Pin


VSS Supply tegangan 0V (GND) untuk LCD
VCC Supply tegangan 5V untuk LCD

Vee Supply untuk kontras LCD


Rs Input LCD High : data Low : instruction
R/W Read atau Write High : read Low : write
E Input sinyal enable (falling edge transition signal)
DB0 - DB7 Data bus
V+BL Supply tegangan untuk backlight (4 – 4.2V, 50 – 200 mA)
V-BL Supply tegangan untuk backlight 0V (GND)
26

2.6.2. Daftar Perintah


Tabel 2.16. Daftar Perintah LCD

Kode

Perintah Fungsi

RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0

Menghapus LCD dan


1. Display Clear 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 mengembalokan cursor
ke posisi semula
Menngembalikan cursor
2. Cursor Home 0 0 0 0 0 0 0 0 1 *
ke posisi semula

Mengatur arah
3. Entry Mode Set 0 0 0 0 0 0 0 1 I/D S
pergerakan cursor
ON/OFF semua
4. Display ON/OFF 0 0 0 0 0 0 1 D C B display(D), cursor(C),
blink(B)
Menggerakkan cursor
5. Cursor/Display Shift 0 0 0 0 0 1 S/C R/L * *
dan menggeser display

Menentukan panjang
6. Function Set 0 0 0 0 1 DL 1 * * *
data

Mengaktifkan alamat
7. CG RAM Address Set 0 0 0 1 Acg Acg Acg Acg Acg Acg
CG RAM

Mengaktifkan alamat
8. DD RAM Address Set 0 0 1 ADD ADD ADD ADD ADD ADD ADD
DD RAM
9. BF/Address Read 0 1 BF AC AC AC AC AC AC AC Membaca BF dan AC
10. Data write to CG Menulis data pada CG
1 0 Data Data Data Data Data Data Data Data
RAM or DD RAM RAM atau DD RAM
11. Data read from CG Membaca data dari CG
1 1 Data Data Data Data Data Data Data Data
RAM or DD RAM RAM atau DD RAM

∗: invalid bit
Acg : CG RAM address
ADD : DD RAM address
I/D = 0 : Increment I/D = 1 : Decrement
S = 1 : Display shift S = 0 : No display shift
D = 1 : Display ON D = 0 : Display OFF
C = 1 : Cursor ON C = 0 : Cursor OFF
B = 1 : Blink ON B = 0 : Blink OFF
S/C = 1 : Display shift S/C = 0 : Cursor movement
R/L = 1 : Right shift R/L = 0 : Left shift
DL = 1 : 8 bits DL = 0 : 4 bits
BF = 1 : Internal operation in progress
BF = 0 : Instruction can be accepted
27

2.7. Transistor FCS9012 dan FCS9013


Transistor jenis PNP FCS9012 dan NPN FCS9013 adalah transistor
komersial yang umum digunakan untuk keperluan switching dan penguat
sederhana. Keuntungan dalam penggunaan dua transistor ini adalah jenisnya
umum, sehingga mudah ditemukan di pasar, praktis (bentuknya relatif kecil),
penguatan relatif besar, dan harganya relatif murah. Transistor FCS9012 dan
FCS9013 memiliki karakteristik yang sama, hanya berbeda di jenis polaritas-nya.
Karakteristik kedua transistor itu dapat dilihat pada tabel 2.17.

Tabel 2.17. Spesifikasi Transistor FCS9012 dan FCS9013

Fisik Kaki VCB VCE VEB IC PTOT HFE HFE Bias Kegunaan

TO92 L14 25V 25V 3V 400mA 400mWF 200 50mA AMG

Sumber : Tower’s International Transistor Selector: W Foulsham & Co Ltd, 1996

Keterangan:
o Bentuk TO92, dengan urutan kaki L14 adalah suatu bentuk transistor yang
sesuai dengan standar, seperti gambar di bawah ini:

Gambar 2.12. Transistor FCS9012 dan FCS9013

o AMG merupakan singkatan dari Audio, Medium, General, dimana:


Ø Audio: frekuensi yang digunakan pada level Audio (20Hz – 20KHz).
Ø Medium: Arus sedang.
Ø General: untuk kegunaan umum.

Anda mungkin juga menyukai