Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DIGITAL

ENCODER DAN DECODER

Disusun oleh :

Nama : Maharani Rizky Pratiwi

Nim : A1C318026

LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
I. Judul : Encoder dan Decoder
II. Tujuan :
1. Memahami pengertian dari enkoder dan dekoder.
2. Mampu membedakan enkoder dan dekoder.
3. Dapat merangkai Rangkain Decoder 2 to 4
4. Dapat merangkai Rangkain Encoder 4 to
III. Landasan Teori

Menurut Prasetio (2017:18-19), encoder adalah suatu rangkaian kombinasi yang


menerima m saluran masukan dan menghasilkan suatu sandi biner dengan n saluran
keluaran, dengan syarat m ≤ 2. Gambar rangkaian encoder dengan empat saluran
masukan dan dua saluran keluaran ditunjukkan dalam gambar dibawah. Tabel 2.8
menunjukkan tabel kebenaran dari rangkaian tersebut.

Tabel 2.8 Tabel kebenaran encoder

INPUT OUTPUT
A1 A2 A3 A4 D1 D0
1 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 1
0 0 1 0 1 0
0 0 0 1 1 1
Persamaan Boolean :

D0 = A2+ A4

D1 = A3 + A4
Sedangkan decoder merupakan kebalikan dari encoder. Decoder adalah suatu
rangkaian kombinasi yang mengubah suatu sandi biner dengan n variabel masukan
menjadi m saluran keluaran. Dengan syarat m ≤ 2.

Tabel kebenaran dekoder

INPUT OUTPUT
A1 A0 D3 D2 D1 D0
0 0 1 0 0 0
0 1 0 1 0 0
1 0 0 0 1 0
1 1 0 0 0 1

Suatu decoder merupakan suatu rangkaian kombinasi yang mengubah suatu


sandi biner dengan n variabel masukan menjadi m saluran keluaran, satu untuk setiap
unsur informasi diskrit. Tinjau suatu rangkaian decoder biner ke octal. Tiga masukan
(x,y,z) mewakili suatu bilangan biner dengan tiga bit. Delapan keluarannya (D 0 sampai
D7) mewakili angka-angka octal dari 0 sampai dengan 7. Dekorder terdiri dari
sekelompok gerbang-gerbang AND yang menyandikan bilangan-bilangan biner
masukannya. Rangkaian itu mencatu keluaran sebanyak kombinasi bilangan biner yang
mungkin terjadi(Mismail,2011:609).

Rangkaian decoder mempunyai sifat yang berkebalikan dengan encoder, yaitu


mengubah kode biner menjadi sinyal diskrit. Syarat prancangan sebuah decoder adalah
m <= 2 dimana m adalah kombinasi keluaran dan n adalah jumlah bit masukan. Satu
kombinasi masukan hanya dapat mewakili satu kombinasi keluaran. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel keluaran bebas tapi harus tetap memperhatikan unsur
efisiensi rangkaian. Decoder dapat dibentuk dari susunan gerbang logika dasar atau
menggunakan IC seperti 74LS48, 74LS154 dsb. Kebalikan dari decoder adalah
encoder. Encoder adalah rangkaian yang memiliki fungsi berkebalikan dengan
decoder. Encoder berfungsi sebagai rangkaian untuk mengkodekan data input menjadi
dua bilangan dengan format tertentu. Encoder akan mengkodekan setiap jalur input
yang aktif menjadi kode bilangan biner (Sinduningrum, 2019:230-231).

One type of encoder and decoder ia CRC 15. CRC implementations for CRC
encoders and decoders are presented in various publications, but no implementations
has been made for CAN applications using CRC-15. Also, CRC-15 design that includes
significant procedures in achieving an appropriate software utilizations to hardware are
not been realized. In addition, no DSP algorithms such as pipelining, utilization and
retiming has been deployed for CRC-15 (Juan, 2015 : 14).

The infrared signal is easily affected and interfered by sunlight or fluorescent


light, if the transmitter directly sends data by the infrared signal under no further
processes, and thus the infrared receiver cannot read correct data. Therefore, the data
encoding/decoding and modulation/demodulation are necessary for the infrared
communication.. As for encoding and decoding in the infrared data communication,
most of encoders define data bit '0' or 1' according to a given pulse width shown in Fig,
and then construct a message word including a series of address bits and data bits. The
decoder can decode this message word obtained at receiving end (Huang, 2019:155).

Ketiga teknik pengolahan data tersebut dapat diaplikasikan pada sisi pengirim
data (encoder) dan pada sisi penerima data (decoder). Pada sistem satelit, Payload Data
Handling (PDH) melakukan fungsi encoder yaitu melakukan proses kompresi, enkripsi
dan encoding untuk data yang akan ditransmisikan, sedangkan sisi ruas bumi akan
melakukan proses decoding, dekripsi dan dekompresi untuk data yang diterima.
Konsep utama dari teknik encoding paralel adalah dengan membagi beban proses
perhitungan data parity kepada beberapa modul encoder sehingga secara keseluruhan
akan mempercepat proses encoding. Format data dan skema encoding yang digunakan
dalam penelitian ini sama seperti pada sistem PDH sebelumnya yaitu berdasarkan
rekomendasi CCSDS. Untuk menghasilkan encoder dengan kinerja yang optimal maka
dibutuhkan sebuah modul perkalian dalam Galois Field yang hanya membutuhkan
gerbang logika primitif yaitu gerbang AND, OR, NOT atau XOR (Hakim, 2014 : 117-
121)

Encoder-decoder berbasis angka sembilan telah dilakukan penelitian awal pada


model transformasi digital dengan metode encoder-decoder perkalian angka Sembilan
dalam bentuk model transmisi informasi digital. Pengkodean kanal yang menggunakan
encoder-decoder berbasis angka sembilan merupakan hasil pendekatan secara
matematis untuk mendapatkan kode-kode biner. Kode yang diusulkan dapat menjadi
salah satu kode yang baru dari keluarga kode Hamming dan kode Reed Solomon.
Namun demikian, proses pembangkitan kode dan pengkodean serta pendekodean kode
berbasis angka Sembilan berbeda dengan kodekode tersebut. Kode angka Sembilan
dimulai dari pendekatan matematis kemudian dirancang ke dalam model encoder-
decoder untuk sistem transmisi informasi digital. Usulan ini merupakan salah satu
alternative baru untuk encoder-decoder pada sistem komunikasi digital (Yuhanda, 2015
: 164-165).

Menurut Putrada (2016:26-29) PDU Enkoder dan Dekoder merupakan bagian


dari MAC Layer pada WiMAX yang bertugas membentuk data yang akan dikirim dan
telah diterima. PDU Enkoder dan Dekoder merupakan bagian integral dari WiMAX
dan tanpanya WiMAX tidak dapat berjalan. Analisis Kebutuhan dari perangkat lunak
PDU Enkoder adalah:

1) PDU Enkoder dapat melakukan proses Packing


2) PDU Enkoder dapat melakukan proses Fragmentation
3) PDU Enkoder dapat melakukan proses Enkoding MAC PDU Header
4) PDU Enkoder dapat melakukan proses Kalkulasi CRC
Analisis Kebutuhan dari perangkat lunak PDU Dekoder adalah:

1) PDU Dekoder dapat melakukan proses Error Checking


2) PDU Dekoder dapat melakukan proses Reassembly
3) PDU Dekoder dapat melakukan proses Unpacking

Pada berkembang sangat pesat sekarang ini perlu dihasilkan sistem komunikasi
yang handal. Kesalahan yang disebabkan oleh noise maupun interferensi ketika data/bit
melewati media transmisi harus dikurangi. Untuk itu perlu diterapkan suatu algoritma
pengkodean yang dapat mendeteksi (error detection) sekaligus memperbaiki kesalahan
bit (error corection). Kode BCH merupakan salah satu metode pendeteksi dan
pengoreksi error yang terjadi secara acak, yang mampu mengoreksi beberapa kesalahan
(multiple error) sekaligus dan merupakan pengembangan dari metode kode Hamming
(Sutarto, 2014 : 29).

Kode Hamming merupakan salah satu jenis error correcting code yang sederhana,
kode Hamming banyak digunakan pada berbagai peralatan elektronik. Didalam
TMS320C6416 dibangun encoder dan decoder. Kemudian encoder dan decoder ini
dievaluasi dengan mengubah-ubah sinyal yang diterima oleh penerima,artinya sama
dengan berubahnya Eb/No, kode ini mampu mengurangi kesalahan. Bit steam dari
sumber data yang masuk ke encoder dikodekan dengan menggunakan suatu generator.
Encoder kode Hamming akan menghasikan n bit output codeword yang terdiri dari k
bit informasi dan m bit parity. Pada proses encoding kode Hamming, n bit output
codeword dihasilkan dengan mengalikan k bit matriks informasi dengan generator
matriks yang mempunyai ukuran matriks n x k. Fungsi dari sebuah dekoder kode
Hamming adalah untuk mendeteksi kesalahan syndrome error dan juga untuk
memperbaiki kesalahan yang timbul pada syndrome error (Wismal, 2014:40-41).

IV. Alat dan Bahan


1. Power Supply.
2. Jumper.
3. Kabel Secukupnya.
4. LED.
5. IC-TTL 7404, 7432, 7408.
6. Breadboard

V. Prosedur Percobaan
1. Decorder 2 to 4
a. Pastikan catu daya dalam posisi OFF. Pasangkan IC TTL 7404 (NOT) dan
7408 (AND) pada projectboard. Pasangkan kabel untuk memberi catu daya pada
IC tersebut.
b. Susun rangkaian seperti pada gambar. Sinyal-sinyal masukan dihubungkan
dengan saklar-saklar masukan, dan sinyal-sinyal keluaran dengan peraga LED

c. Variasikan nilai masukan I0 dan I1 berurutan seperti yang tertera pada tabel,
dan amati keluarannya. Tuliskan hasil pengamatan pada tabel yang telah
disediakan.

I0 I1 D0 D1 D2 D3
0 0

0 1

1 0

1 1

2. Encoder 4 to 2
d. Pastikan catu daya dalam posisi OFF. Pasangkan IC TTL 7432 (OR) pada
projectboard. Pasangkan kabel untuk memberi catu daya pada IC tersebut.
e. Susun rangkaian seperti pada gambar. Sinyal-sinyal masukan dihubungkan
dengan saklar-saklar masukan, dan sinyal-sinyal keluaran dengan peraga LED.

f. Variasikan nilai masukan A3 , A2, A1 dan A0 berurutan seperti yang tertera


pada tabel, dan amati keluarannya. Tuliskan hasil pengamatan pada tabel yang
telah disediakan.

A3 A2 A1 A0 Y1 Y2

0 0

0 1

1 0

1 1

VI. Hasil Data


6.1 Decoder 2 to 4
I0 I1 D0 D1 D2 D3
0 0 1 0 0 0

0 1 0 1 0 0

1 0 0 0 1 0

1 1 0 0 0 1
6.2 Encoder 4 to 2
A3 A2 A1 A0 Y1 Y2

0 0 0 1 0 0

0 1 0 0 0 1

1 0 0 0 1 0

0 0 0 0 0 0

1 1 1 1 1 1

VII. Pembahasan

Encoder adalah suatu rangkaian kombinasi yang menerima m saluran masukan


dan menghasilkan suatu sandi biner dengan n saluran keluaran, dengan syarat m ≤ 2
atau Encoder adalah rangkaian logika kombinasional yang berfungsi untuk mengubah
atau mengkodekan suatu sinyal masukan diskrit menjadi keluaran kode biner. Encoder
disusun dari gerbang-gerbang logika yang menghasilkan keluaran biner sebagai hasil
tanggapan adanya dua atau lebih variabel masukan. Sedangkan decoder merupakan
kebalikan dari encoder, decoder adalah suatu rangkaian kombinasi yang mengubah
suatu sandi biner dengan n variabel masukan menjadi m saluran keluaran dengan syarat
m ≤ 2.

Pertama, kami melakukan percobaan decoder 2 to 4 dengan menggunakan IC


TTL 7404 (NOT) dan 7408 (AND). Dari percobaan yang telah kami lakukan diperoleh
hasil yaitu, ketika logika masukan I0 = 0 dan I1 = 0 selector akan memilih jalur output
pertama sebagai keluaran , maka keluaran dari gerbang Y0 menghasilkan led yang
keluarannya menyala. Ketika logika masukan I0 = 0 dan I1 = 1 selector akan memilih
jalur output kedua sebagai keluaran ,maka keluaran dari gerbang Y1 menghasilkan led
yang keluarannya menyala. Ketika logika masukan I0 = 1 dan I1 = 0 selector akan
memilih jalur output kedua sebagai keluaran ,maka keluaran dari gerbang Y2
menghasilkan led yang keluarannya menyala. Ketika logika masukan I0 = 1 dan I1 = 1
selector akan memilih jalur output kedua sebagai keluaran ,maka keluaran dari gerbang
Y3 menghasilkan led yang keluarannya menyala. Hasil yang kami peroleh sesuai
dengan tabel kebenaran. Fungsi Decoder adalah untuk memudahkan kita dalam
menyalakan seven segmen. Output dari decoder maksimum adalah 2n.
Selanjutnya kami melakukan percobaan encoder 4 to 2 dengan menggunakan IC
TTL 7432 (OR). Dari percobaan yang kami lakukan diperoleh hasil yaitu, ketika logika
masukan A3 = 0 A2 = 0 A1 = 0 A0 = 1 maka keluaran dari output Y1 dan Y2 sama
dengan 0 artinya LED tidak menyala. Ketika logika masukan A3 = 0 A2 = 0 A1 = 1 A0
= 0 maka selector akan memilih jalur output kedua sebagai keluaran ,maka keluaran
dari gerbang Y2 menghasilkan led yang keluarannya menyala. Ketika logika masukan
A3 = 0 A2 = 1 A1 = 0 A0 = 0 maka selector akan memilih jalur output pertama sebagai
keluaran ,maka keluaran dari gerbang Y1 menghasilkan led yang keluarannya menyala.
Ketika logika masukan A3 = 1 A2 = 0 A1 = 0 A0 = 0, maka keluaran dari gerbang Y1
dan Y2 menghasilkan led yang keluarannya menyala. Ketika logika masukan A3 = 0
A2 = 0 A1 = 0 A0 = 0, maka keluaran dari gerbang Y1 dan Y2 menghasilkan led yang
tidak menyala. Ketika logika masukan A3 = 1 A2 = 1 A1 = 1 A0 = 1, maka keluaran
dari gerbang Y1 dan Y2 menghasilkan led yang keluarannya menyala, hasil yang kami
peroleh sesuai dengan tabel kebenaran.
Encoder berfungsi sebagai rangakain untuk mengkodekan data input mejadi data
bilangan dengan format tertentu. Encoder dalam rangkaian digital adalah rangkaian
kombinasi gerbang digital yang memiliki input banyak dalam bentuk line input dan
memiliki output sedikit dalam format bilangan biner. Encoder akan mengkodekan
setiap jalur input yang aktif menjadi kode bilangan biner.
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Encoder adalah suatu piranti yang dapat mengubah suatu sistem (bilangan
decimal, contohya) yang terdapat pada bagian masukan, menjadi sistem
bilangan biner yang terdapat pada bagian keluarannya. adalah suatu piranti
yang dapat mengubah suatu bilangan biner yang terdapat pada bagian
masukan, menjadi sistem bilangan lainnya (decimal, contohnya) yang
terdapat pada bagian keluarannya
2. Encoder dalam proses perubahannya disebut Encoding (penyandian atau
pengkodean). Sedangkan decoder dalam prosesnya disebut pengurai sandi
(kode) atau pengdekode sandi atau pengawa sandi.
3. Rangkaian encoder 4 to 2 menggunakan IC OR atau kodenya yaitu 74LS32.
Untuk inputnya menggunakan logictate dan outputnya menggunakan LED.
4. Rangkaian decoder 2 to 4 menggunakan IC AND (74LS08) dan IC NOT
(74LS04). Inputnya yaitu IC AND dan logicstate. Sedangkan outputnya yaitu
IC NOT dan LED.
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Patria Rachman., Rahman, Abdul., Amin,Deddy El., dkk. (2014).


Implementasi Encoder Reed-Solomon Pada Fpga Berbasis CCSDS. Jurnal
Teknologi Dirgantara. Vol. 12 (2), 116-127. ISSN: 2337-3539

Huang, Chiou-Jye., Chen, Hsin-Chuan., Lu, Kai-Hung. (2019). An Infrared-Based


Parking System Using Non-Processor OBU Device. Journal of Computers.
Vol.30 (1), 153-165

Juan, Ronnie O Serfa., Kim, Hi Seok. (2015). Utilization of high-speed DSP algorithms
of cyclic redundancy checking (CRC-15) Encoder and Decoder for controller
area network. Jurnal Teknologi. Vol

Mismail, Budiono. 2011. Dasar Teknik Elektro Elektronika. Malang : UB Press

Putrada, Aji Gautama. (2016). Pengembangan dan Analisa Enkoder dan Dekoder
Protocol Data Unit (PDU) pada Wireless interoperable Microwave Access
(WIMAX). Journal on Computing. Vol. 1(1), 25-36. ISSN 2460-9056

Prasetio, B.H., Maulana, Rizal., Syauqy, Dahnial. 2017. Desain Sistem Digital
menggunakan FPGA dan VDGL : Teori dan Aplikasi. Malang: UB Press

Sinduningrum, Estu. 2019. Rangkaian Digital dan Gelombang. Yogyakarta :


Deepublish

Sutarto, Mohammad., Suwadi, MT., Suryani, Titiek. (2014). Implementasi Encoder


dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T. JURNAL TEKNIK
POMITS. Vol. 3(1), 29-34. ISSN: 2337-3539

Wismal, Anggy K.D., Suwadi., Suryani, Titiek. (2014). Implementasi Encoder dan
Decoder Hamming pada DSK TMS320C6416T. JURNAL TEKNIK POMITS.
Vol. 3(1), 40-45. ISSN: 2337-3539

Yuhanda, Bobby., Nasaruddin., Syahrial. (2015). Desain dan Simulasi Encoder-


Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital. Jurnal
Buana Informatika. Vol. 6 (3), 163-17
LAMPIRAN

1. Percobaan Encoder 4 to 2

2. Percobaan Decoder 2 to 4

Anda mungkin juga menyukai