Konsentrasi
Manajemen Pemasaran
Diajukan oleh:
Rini Setianingsi S Noho
NPM. 02041911105
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2021
1) PROPOSAL MAGANG MEMBANGUN DESA
Diajukan oleh
NPM. 02041911105
KOMISI PEMBIMBING
Secara umum, kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara kinerja produk dengan hasil yang diinginkan
(Kotler, 2005). Jika kinerja memenuhi harapan, maka pelanggan akan puas. Jika kinerja
melebihi harapan, makapelanggan akan merasa amat puas. Sedangkan Jacobalis
(dalam Suryo Supraptono, 1998) menyatakan bahwa kepuasan adalah rasa lega atau
senang karena harapan tentang sesuatu terpenuhi. Berdasar dua pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja yang dirasakan dengan harapan. Sedangkan kepuasan
masyarakat adalah pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur
penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan
kebutuhannya (Kepmen PAN nomor 25 tahun 2004).
Kata kepuasan ( satisfactioans ) berasal dari kata “ Statis “ ( artinya cukup baik,
memadai), dan “ Facio “ ( melakukan atau membuat ), kepuasan konsumen merupakan
tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan (kinerja atau hasil) yang
dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Konsumen dapat mengalami salah satu
dari tiga tingkat kepuasan umum yaitu kalau kinerja di bawah harapan, konsumen akan
merasa kecewa tetapi jika kinerja sesuai dengan harapan pelanggan akan merasa puas
dan apa bila kinerja bisa melebihi harapan maka pelanggan akan merasakan sangat
puas senang atau gembira, menurut Kotler yang dikutip kembali oleh Fandy Tjiptono
(2012:312) kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia persepsikan dibandingkan dengan
harapannya.
Pelayanan adalah kegiatan pemberian jasa dari sutau pihak kepada pihak
lainnya. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah,
adil cepat dan dengan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan
bagi yang menerimanya (Hasibuan, 2005:152). Kasmir (2005:15), mengatakan bahwa
“Pelayanan diberikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi
untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah”. Tindakan tersebut
dapat dilakukan melalui cara langsung berhadapan dengan pelanggan atau
menempatkan sesuatu dimana pelanggan atau nasabah sudah tahu tempat atau
pelayanan secara tidak langsung. Tindakan tersebut dilakukan guna memenuhi
keinginan pelanggan akan sesuatu produk atau jasa yang mereka butuhkan.
Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh
semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah
dimengerti.
Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan
harapan masyarakat.
Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek
apapun, khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain.
Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek
keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan.
2.1.2 Indeks Kepuasan Masyarakat
Tujuan utama penyedia jasa adalah memberikan kepuasan kepada pelangang
meskipun demikian, tidaklah mudah untuk mewujudkan kepuasan pelanggan secara
menyeluruh. Apalagi pelanggan yang dihadapi penyedia jasa pada saat ini adalah pelanggan
yang semakin terdidik dan menyadari akan hak-haknya. Oleh karena itu walaupun tidak mudah
untuk mewujudkan kepuasan pelanggan secara total, tentu saja penyedia jasa harus berusaha
meminimalkan ketidakpuasan pelanggan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh
penyedia jasa untuk meminimalkan ketidakpuasan pelanggan adalah dengan cara mengadakan
pengukuran terhadap indeks kepuasan pengguna jasa (masyarakat) yang dapat dijadikan
pedoman bagi penyedia jasa untuk melakukan perbaikan-perbaikan pelayanan sesuai dengan
harapan dan kebutuhan masyarakat.
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan
masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat
masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik
dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Mengingat fungsi utama
pemerintah adalah melayani masyarakat maka pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan
kualitas pelayanan. Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat
kepuasan penerima pelayanan. Kepuasan penerima pelayanan dicapai apabila penerima
pelayanan memperoleh pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan. Salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik adalah perlu disusun IKM sebagai tolok
ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan. Di samping itu data IKM dapat menjadi bahan
penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perlu perbaikan dan menjadi pendorong setiap
unit penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.
Dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan dari Indeks Kepuasan Masyarakat
sebagai tolok ukur keberhasilan pelayanan dan dapat digunakan sebagai gambaran tentang
kinerja pelayanan instansi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
karena sejatinya adanya Negara adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat. Kerena itu
untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan secara berkala sebagai bahan untuk
menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik selanjutnya
2.1.3 Tujuan Pemberian Kepuasan pada Masyarakat
Setiap layanan yang diberikan, senantias berorientasi pada tujuan member kepuasan
kepada masyarakat. Menurut Purnama (2012:208), bahwa kepuasan seseorang dapat terlihat
dari tingkat penerimaan layanan yang didapatkan. Tanda dari kepuasan tersebut diidentifikasi
sebagai berikut :
Senang atau kecewa atas perlakuan atau pelayanan yang telah diterima atau diberikan.
Mengeluh atau mengharap atas perlakuan yang semestinya harus diterima atau
diperoleh.
Tidak membenarkan atau menyetujui sesuatu yang bertautan dengan kepentingannya.
Menghendaki pemenuhan kebutuhan dan keinginan atas berbagai pelayanan yang
diterima.Keempat tanda tersebut dapat berbeda-beda sesuai dengan bentuk pelayanan
jasa yang diterima.
2.1.4 Tingkat Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat terhadap organisasi publik sangat penting karena adanya
hubungan kepercayaan masyarakat. Menurut Harbani Pasolong (2010: 221-222), “Semakin
baik kepemerintahan dan kualitas pelayanan yang diberikan, maka semakin tinggi kepercayaan
masyarakat (high trust)”. Kepercayaan masyarakat akansemakin tinggi apabila masyarakat
mendapatkan pelayanan yang baik dan merasa terpuaskan akan pelayanan tersebut.
KEPMENPAN Nomor 63 tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan
Publik menyebutkan bahwa, “Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh
tingkat kepuasan penerima pelayanan.Kepuasan pelayanan dicapai apabila penerima
pelayanan memperoleh pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan”. Oleh
karena itu, setiap penyelenggara pelayanan secara berkala melakukan survei Indeks Kepuasan
Masyarakat.
2.1.5 Unsur-unsur kepuasan masyarakat
Menurut Kepmen PAN Nomor 16 tahun 2014, ada beberapa dimensi yang menjelaskan kinerja
pegawai pelayanan publik. Dari peraturan tersebut, ada 14 hal yang berkaitan dengan
kepuasan masyarakat dari kualitas pelayanan yang dilakukan oleh pegawai/petugas pelayanan,
yaitu:
Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan Sasaran
Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara
mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh
masyarakat yang meminta pelayanan
Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan dan
kepastian mengenai, Prosedur/tata cara pelayanan, Persyaratan pelayanan, baik
persyaratan teknis maupun persyaratan administratif, Unit kerja dan atau pejabat yang
berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan, Rincian biaya/tarif
pelayanan dan tata cara pembayarannya, dan Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/pejabat
penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta
hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara
terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun
tidak diminta
Efisiensi, mengandung arti Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal
berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap
memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang
berkaitan dan Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses
pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan
persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.
Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan;
Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa yang
menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani
Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan
aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa mengalami tumbuh kembang.
istilah pubik berasal dari bahasa Inggris public yang berarti umum, masyarakat,
negara. Berdasarkan pengertian pelayanan dan publik di atas, pelayanan publik dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang menguntungkan dalam masyarakat yang
menawarkan kepuasan dan hasilnya tidak terikat pada suatu produk tertentu.
2.2.2 pengertian kualitas pelayanan
kualitas pelayanan merupakan Kepuasan pelanggan atas layanan, kinerja
pelayanan dan kualitas pelayanan saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Kualitas
pelayanan akan menentukan seberapa besar kepuasan pelanggan dan mencerminkan kinerja
dari pelayanan. Berikut adalah pendagan dari beberapa para ahli
Goetsch dan Davis (Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, 2003: 4), menyebutkan
bahwa kualitas merupakan “Suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan”. Konsep kualitas meliputi usaha memenuhi harapan pelanggan,
mencangkup produk jasa, mausia, proses dan lingkungan. Selain itu kualitas
merupakan kondisi yang selalu berubah, misalnya apa yang dianggap
berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang.
Vincent Gaspersz (2011: 6) menyebutkan bahwa ”Ada dua definisi dari kualitas
yaitu definisi konvensional dan strategik. Definisi konvensional dari kualitas
menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti kinerja
(performance), keandalan (reliability), kemudahan dalam penggunaan (ease of
use), estetika (esthetics), dan sebagainya. Sedangkan definisi kualitas dari segi
strategik adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi kebutuhan pelanggan
(meeting the needs of costumeers)”.
Kasmir (2005: 15), mengatakan bahwa “Pelayanan diberikan sebagai tindakan
atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada
pelanggan atau nasabah”. Tindakan tersebut dapat dilakukan melalui cara
langsung berhadapan dengan pelanggan atau menempatkan sesuatu dimana
pelanggan atau nasabah sudah tahu tempat atau pelayanan secara tidak
langsung. Tindakan tersebut dilakukan guna memenuhi keinginan pelanggan
akan sesuatu produk atau jasa yang mereka butuhkan.
Gronroos (Ratminto dan Atik Septi Winarsih, 2005: 2) mendefinisikan pelayan
sebagai berikut ”Pelayanan adalah suatu aktivitas yang bersifat tidak kasat mata
(tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara
konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan
pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan
konsumen/pelanggan”
Lovelock dalam Fandy Tjiptono (2004: 59), menyebutkan “Kualitas pelayanan
merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi harapan pelanggan”.
Fandy Tjiptono (2004: 121) menyebutkan Ada dua faktor utama yang
mempengaruhi kualitas jasa yaitu jasa yang diharapkan (expected service) dan
jasa yang dirasakan atau dipersepsikan (perceived service). Apabila perceived
service sesuai dengan expected service, maka kualitas jasa yang bersangkutan
dipersepsikan baik atau positif. Sebaliknya jika perceived service lebih jelek
dibandingkan expected service, maka kualitas jasa dipersepsikan negatif atau
tidak baik.
Berdasarkan beberapa pengertian dan penjelasan mengenai kualitas dan pelayanan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu kondisi yang berhubungan
dengan seberapa jauh pihak penyedia jasa yang dapat memberikan pelayanan yang sesuai
dengan harapan pelanggannya. Berdasarkan kaitannya dengan kantor Desa Amasing Kota
Utara, pihak kantor sebagai penyedia jasa pelayanan diharapkan dapat memberikan pelayanan
yang menyenangkan dan nyaman bagi masyarakat.
2.2.3 Manfaat Kualitas Pelayanan
Seiring dengan berkembangnya era globalisasi, tuntutan masyarakat terhadap peningkatan
kualitas pelayanan publik semakin dirasakan penting karena masyarakat semakin kritis
terhadap produk jasa yang diperolehnya. Kualitas pelayanan akan berpengaruh terhadap
kepuasan pelanggan terhadap layanan yang diberikan. Kaitannya dengan pelayanan publik,
kualitas pelayanan merupakan indikator penting yang dapat menentukan keberhasilan
pemenuhan aspek-aspek pelayanan publik. Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2005: 115)
menyebutkan bahwa terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh sebuah perusahaan
dengan adanya kualitas pelayanan, yaitu: