Anda di halaman 1dari 24

1

Rencana Kerja dan Syarat

SMKN . . . . . . . . . . . .

KABUPATEN . . . . . . . .
PROVINSI . . . . . . . . .

Perencana Kepala Sekolah

........... . . . . . . . . . . . . .. . . .
2

a. Bahan bangunan

1. Pasir Urug atau Timbunan

Kegunaan:
 Pasir urug digunakan sebagai bahan pengisi dan dudukan suatu
komponen struktur bangunan, antara lain: pasangan pondasi batu
kali, bahan penutup lantai, dan buis beton untuk saluran air.
 Berfungsi sebagai bahan pengering/pematus (drainase).
 Sebagai bahan penambah kestabilan konstruksi.
Jenis pasir yang digunakan: Pasir berkualitas sedang atau pasir oplosan.
2. Pasir Pasang

Kegunaan:
Digunakan untuk bahan campuran spesi/adukan pasangan, baik
pasangan pondasi batu kali maupun dinding bata, dan plesteran
dinding.
Jenis pasir yang digunakan:
 Pasir sungai, yaitu pasir yang diambil dari dasar sungai. Memiliki
ciri-ciri butiran keras dan bersisi tajam. Jenis pasir ini sangat baik
terutama untuk bahan campuran spesi/adukan untuk pekerjaan
pasangan.
 Pasir gunung, yang diperoleh dari hasil galian. Memiliki ciri-ciri
butiran kasar dan tidak terlalu keras, sisi-sisinya tidak terlalu tajam.
Jenis pasir ini sangat baik terutama untuk pekerjaan plesteran.
 Untuk dipergunakan pasir pasang harus diayak dahulu.
 Disarankan pasir harus bersih dari butiran tanah liat maupun
kotoran organik lain yang dapat menurunkan kualitas pekerjaan.
3. Pasir Cor

Kegunaan : Digunakan untuk bahan campuran pembuatan struktur


beton.
Jenis pasir yang digunakan:
 Pasir yang memiliki butiran keras dan bersisi tajam. Butirannya lebih
besar dari butiran pasir pasang.
3

 Apabila digenggam dalam keadaan basah tidak lengket di tangan


karena jenis pasir ini memiliki kadar lumpur sangat kecil.
 Umumnya berwarna lebih hitam dibandingkan jenis pasir yang
lainnya.
4. Batu belah

Kegunaan:
 Digunakan sebagai bahan utama pondasi, baik aanstamping
(pasangan batu kosong) maupun pasangan pondasi batu dengan
pengikat spesi.
Jenis batu yang digunakan:
 Batu kali yang dibelah dengan ukuran sesuai kebutuhan
(berdiamater ± 25 cm). Jenis batu ini paling baik digunakan untuk
pekerjaan pondasi karena apabila tertanam dalam tanah
kekuatannya relative tidak berubah.
 Dipersyaratkan batu yang akan digunakan tidak berbentuk bundar
(bersisi tumpul). Oleh karena itu harus dibelah.
 Disarankan batu kali yang akan digunakan harus bersih dari kotoran
yang dapat menurunkan kualitas pekerjaan

5. Kerikil/split

Kegunaan:
 Digunakan untuk bahan campuran pembuatan struktur beton
 Untuk membantu meningkatkan kekuatan tanah.
Jenis kerikil/split yang digunakan:
 Kerikil/split berasal dari batu alam dipecah (manual/masinal).
 Untuk bahan campuran pekerjaan beton (sloof, kolom, dan balok)
digunakan kerikil ø 0,5 cm s/d 2 cm
 Untuk pekerjaan beton yang lain (plat, rabat) dapat digunakan
kerikil/split dengan butiran lebih besar, yaitu ø 3 cm s/d 5 cm.
Dipersyaratkan kandungan Lumpur sesedikit mungkin.
6. Batu Bata

Kegunaan:
 Digunakan bahan utama pasangan dinding bata.
 Bisa digunakan untuk pondasi pada konstruksi yang bersifat ringan.
Jenis bata yang digunakan:
4

 Terbuat dari tanah liat dicetak dan dibakar cukup matang (berwarna
merah kehitaman).
 Terbuat dari batuan putih (alam).
 Terbuat dari tanah padas/keras (alam).
 Berbentuk prisma segi empat panjang dengan ukuran standar
setempat.
 Cukup padat dan tidak banyak porous (berpori besar).
 Memiliki rusuk-rusuk yang siku-siku dan tajam.
 Memiliki bidang datar dengan permukaan kasar dan tidak
menunjukkan tanda-tanda retak dan mudah patah.
 Bata cetak (batako) hanya digunakan untuk pekerjaan dinding yang
berfungsi sebagai partisi (bukan pemikul beban).
7. Semen Portland (PC)

Kegunaan:
 Sebagai bahan perekat spesi maupun adonan beton).
Jenis semen yang digunakan:
 Semen produksi pabrik dengan tipe sesuai kebutuhan.
 Jika menggunakan semen curah, harus memiliki tempat dan alat
penyimpan standar sehingga semen tidak mengeras sebelum
digunakan.
8. Air

Kegunaan:
 Sebagai bahan utama pelarut campuran/adukan spesi dan beton.
Jenis air yang digunakan:
 Air bersih, tidak mengandung kotoran organik ataupun kimia.
 Air laut, air selokan, dan air limbah industri tidak diperkenankan
dipergunakan untuk pekerjaan beton.
9. Kayu

Kegunaan:
 Digunakan sebagai bahan konstruksi (Kap: kuda-kuda, nok, gording,
usuk dan reng, balok tembok).
 Digunakan sebagai bahan kusen dan daun pintu/jendela.
 Digunakan sebagai bahan perabot.
 Digunakan untuk pondasi tiang pancang.
 Digunakan untuk struktur dan dinding bangunan kayu.
5

 Digunakan untuk lantai bangunan kayu.


 Digunakan untuk cetakan/acuan atau bekisting.
Jenis kayu yang digunakan:
 Untuk pondasi tiang pancang, minimal jenis kayu besi atau yang
setara (kelas kuat I, kelas awet I).
 Untuk struktur bangunan atau struktur kap, minimal kayu kelas
kuat II, seperti kamper, keruing yang berasal dari Kalimantan atau
kayu lokal dengan kualitas setara.
 Memiliki tingkat kekeringan yang cukup sehingga tidak mudah
berubah bentuk yang dapat mengakibatkan menurunya kualitas
pekerjaan.
 Seyogyanya digunakan kayu mutu A (lurus, tidak banyak memiliki
cacat kayu seperti: mata kayu, retak, dsb).
 Untuk pekerjaan bekisting dapat digunkan kayu papan lunak (kayu
kelas III) atau multiplek.
10. Besi Beton

Kegunaan:
 Digunakan untuk tulangan pada pekerjaan beton bertulang.
 Digunakan sebagai angkur pada pemasangan kusen..
Jenis besi yang digunakan:
Besi standar untuk beton bertulang (SII), ukuran diameter penuh/tepat.
11. Cat Dinding

Jenis cat yang digunakan:


 Halus, rata dan tidak luntur apabila terkena air (dapat dilap dengan
lap basah).
 Untuk bagian luar yang langsung berhubungan dengan cuaca
(matahari dan hujan), digunakan jenis cat yang tahan terhadap
perubahan cuaca (weathershield).
 Disarankan sebelum pengecatan, dinding dilapisi plamir dengan
kualitas baik sehingga cat tidak mudah mengelupas atau luntur.
12. Cat Kayu/Besi

Jenis cat yang digunakan:


 Halus, rata dan berwarna cerah (tidak kusam).
 Tahan terhadap perubahan cuaca (tidak mudah mengelupas akibat
perubahan cuaca).
6

 Cepat kering dan tidak luntur.


 Disarankan permukaan bidang yang akan dicat dilapisi plamir
berkualitas baik sehingga cat tidak mudah mengelupas atau kusam
13. Politur Kayu

Jenis politur yang digunakan:


 Halus, rata, cepat kering dan tidak mudah luntur atau warna pudar.
 Sebelum dipolitur, permukaan kayu harus diratakan dengan
menggunakan dempul kayu.
14. Vernis

Digunakan sebagai bahan finishing setelah dipolitur sehingga lebih


mengkilat dan tahan terhadap cuaca ataupun goresan
15. Penutup atap

Jenis penutup atap yang digunakan:


 Genteng, seng gelombang, atau jenis penutup atap yang lain.
 Masing-masing jenis penutup atap harus memiliki ukuran yang
sama, tidak retak yang menyebabkan bocor atau rembesan air, tidak
mudah pecah dan cukup kuat menahan injakan kaki pada saat
dikerjakan/dipasang, dan tidak mudah berjamur/lumut.
16. Penutup Lantai

Jenis penutup lantai yang digunakan:


 Keramik, tegel, atau jenis penutup lantai lainnya yang memiliki
kualitas setara, papan kayu.
 Dipakai kualitas No. 1/kw-1/kw-A (memiliki ukuran yang
seragam/sama, sudut-sudutnya siku/presisi, permukaan bidang
datar/tidak baling).
17. Kaca

Jenis kaca yang digunakan:


 Kaca dengan ketebalan 5 mm, berwarna bening atau jenis reyband
(maks 40%) satu sisi, permukaan bidang rata/tidak bergelombang).
7

B. RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)

Pelaksanaan SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) Sektor Hospitality ini


dilaksanakan secara swakelola oleh Panitia SMK Pusat Keunggulan (SMK
PK) Sektor Hospitality, maka memerlukan dokumen perencanaan sebagai
acuan dalam pelaksanaan pekerjaan. Persyaratan teknis bangunan gedung
harus tertuang lengkap dan jelas pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) yang memuat:
1. Persyaratan umum dan lingkup pekerjaan

Lingkup pekerjaan SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) Sektor Hospitality


antara lain meliputi:
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Galian dan Urugan
c. Pekerjaan Pondasi
d. Pekerjaan Beton
e. Pekerjaan Rangka Atap dan Penutup Atap
f. Pekerjaan Pasangan Dinding dan Plesteran
g. Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela
h. Pekerjaan Penggantung, Pengunci dan Kaca
i. Pekerjaan Langit-langit/Plafon
j. Pekerjaan Lantai
k. Pekerjaan Pengecatan/Politur
l. Pekerjaan Instalasi Listrik
m. Pekerjaan Finishing
n. Pengadaan Meubelair
2. Syarat-syarat administrasi
Syarat-syarat administrasi menjelaskan tentang tatacara proses
administrasi yang harus dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan yang
terdiri dari:
a. Jangka waktu pelaksanaan
b. tanggal waktu pelaksanaan
c. tanggal penyerahan pekerjaan
d. syarat-syarat pembayaran
3. Persyaratan Teknis
Bangunan sekolah adalah salah satu fasilitas umum yang harus
memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Untuk memenuhi persyaratan
tersebut, dalam pelaksanaan SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) Sektor
Hospitality harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Pedoman SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) Sektor Hospitality
Program SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) Sektor Hospitality
mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan Program SMK Pusat
Keunggulan (SMK PK) Sektor Hospitality, dan Pedoman Teknis Rumah
dan Bangunan Gedung Tahan Gempa, Metode dan Cara Perbaikan
Konstruksi yang dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya tahun 2006.
b. Pedoman pekerjaan dan pemakaian bahan
Peraturan teknis bangunan yang digunakan dalam SMK Pusat
8

Keunggulan (SMK PK) Sektor Hospitality adalah peraturan-peraturan


tersebut di bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya:
1) Tatacara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung,
SNI-03-1727-1989;
2) Petunjuk Perencanaan Penanggulangan Longsoran SNI 03-1962-
1990;
3) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-2000;
4) Pedoman Plumbing Indonesia (PPI), SNI 03-6481-2000;
5) Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
SNI 03-2847-2002;
6) Tatacara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung
SNI 03-1729-2002;
7) Peraturan Perencanaan Kayu Struktur SNI-T-02-2003;
8) Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-1726-2003;
9) Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga
Kerja; dan
10) Peraturan dan ketentuan lain yang berlaku di wilayah Indonesia.

c. Pelaksanaan Pekerjaan

1) Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan pada intinya adalah kegiatan
mengkoordinasikan dan menyiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan keseluruhan pekerjaan SMK Pusat Keunggulan
(SMK PK) Sektor Hospitality.
Pekerjaan persiapan antara lain adalah:
a) Pembersihan lahan; meliputi penebangan pohon, pembuangan
sampah dan hal-hal yang tidak diperlukan untuk pekerjaan.
b) Pengukuran lahan; meliputi penentuan batas lokasi,
kemiringan tanah.
c) Penyediaan air kerja: dilakukan untuk menyediakan air untuk
pelaksanaan pekerjaan.
d) Mempersiapkan los/area kerja untuk fabrikasi komponen (mis:
kusen, pintu, rangka besi/baja, dll).
e) Membuat atau menentukan ruang untuk gudang sebagai
tempat penyimpanan bahan material dan peralatan kerja.
f) Melakukan pengukuran dan pemasangan bouwplank (rambu-
rambu) jika ada pekerjaan ini.
g) Mempersiapkan format-format untuk mengendalikan,
mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan pekerjaan.
h) Mempersiapkan gambar kerja, RAB, dan jadwal kerja.
i) Membuat dokumentasi pekerjaan mulai tahap awal sampai
akhir, baik keseluruhan hasil pelaksanaan pekerjaan maupun
setiap jenis/masing-masing bagian pekerjaan.

2) Pekerjaan Galian dan Urugan Tanah


Meliputi penggalian tanah untuk pondasi batu kali/batu belah
dan atau pondasi beton dan pekerjaan lain yang memerlukan
penggalian tanah, dan pengurugan kembali galian di sisi
pondasi.
Penggalian untuk pondasi dilakukan sampai kedalaman
9

mencapai lapisan tanah cadas/keras atau sekurang-kurangnya


sesuai dengan gambar rencana kerja yang dibuat.
Pengurugan kembali galian yang tebalnya lebih dari 20 cm harus
dilaksanakan selapis demi selapis (setiap ±10 cm) dan setiap
lapisan harus di padatkan menggunakan mesin pemadat
(Compactor) atau dikerjakan secara manual sehingga tidak terjadi
penurunan tanah yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
pondasi, seperti pondasi patah/putus, pondasi menggantung
ataupun kerusakan pada lantai bangunan. Jika ada pengurugan
lain selain pengurugan pada pondasi, seperti pengurugan lantai,
dilakukan seperti halnya pengurugan untuk pondasi (ada proses
pemadatan)

3) Pekerjaan Pondasi
Sebelum membuat pondasi, yang perlu mendapat perhatian yaitu
apakah tanah tempat pondasi tersebut akan dibuat merupakan
tanah keras, tanah basah, atau tanah berawa.
Apabila tanah akan digunakan untuk pasangan batu kali, maka
tanah yang kurang baik setelah digali pada kedalaman tertentu
perlu dilakukan perbaikan dengan cara mengurug dengan sirtu
(pasir batu) hingga cukup memenuhi kekerasan.
a) Pondasi Batu Kali
Pondasi batu kali dipasang untuk mendukung struktur
bangunan maupun dinding. Pondasi harus kedap air, artinya
tidak dapat ditembus resapan air dan tidak meneruskan uap
lembab ke bagian bangunan yang terletak di atasnya serta tahan
terhadap unsur tanah agresip.
(1) Lingkup Pekerjaan
Membongkar sebagian atau seluruh pondasi yang sudah ada
yang akan diganti dengan pondasi baru, pemasangan profil
pondasi, galian tanah dan urugan tanah, pekerjaan anti
rayap (untuk daerah yang banyak rayap), dan pembuatan
pondasi baru.
(2) Bahan yang digunakan adalah batu kali atau batu belah
ukuran antara 10 cm s/d 20 cm, pasir pasang/cor dan
semen/PC.
(3) Penjelasan pekerjaan:
 Menyiapkan lantai kerja dari pasir dengan tebal ± 5-10 cm,
kemudian menyemprotkan anti rayap (jika diperlukan).
 Menghamparkan atau meletakkan batu kosong
(aanstamping) dengan posisi berdiri bagian meruncing
berada di bawah, dan berdiameter antara 20-25 cm.
 Membuat pasangan batu kali di atas aanstamping dengan
menggunakan adukan spesi 1PC:4Ps.
 Pada lokasi yang tidak ditemukan tanah keras, maka
dapat dibantu/diperkuat dengan cara memasang cerucuk
kayu atau bambu yang dipasang/dimasukan sampai
mencapai tanah keras.
b) Pondasi Beton Bertulang (foot plat)
Pondasi beton yang dimaksud adalah pondasi dari bahan dasar
beton yang dibuat untuk memperbaiki/meningkatkan kekuatan
10

pondasi, terutama jika akan ada ruang yang dibangun di atas


bangunan yang sudah ada sebelumnya tetapi pondasi
sebelumnya tidak dipersiapkan untuk bangunan bertingkat.
Pondasi beton biasanya dibuat pada bagian-bagian tertentu yang
diperlukan untuk penguatan, seperti pada bagian struktur
kolom.
Pondasi beton tidak harus dibuat jika keadaan pondasi dari
bangunan yang ada sudah baik, kuat, stabil dan atau bangunan
tidak digunakan untuk ditingkatkan (untuk menumpu lantai 2).
Pondasi beton yang dibuat harus memenuhi ketentuan mutu
beton K 175 atau dengan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr dengan
syarat dan ketentuan pelaksanaan seperti pada pekerjaan beton.
(1) Lingkup Pekerjaan:
Pekerjaan galian dan urugan tanah, pekerjaan anti rayap
(untuk daerah yang banyak rayap) dan pembuatan pondasi.
(2) Bahan yang digunakan, PC/Semen, pasir beton (Ps),
kerikil/split (Kr), besi beton dan kawat bendrat.
(3) Penjelasan pekerjaan:
 Menyiapkan lantai kerja dari spesi 1 PC: 5 Ps setebal ± 5
cm.
 Meletakkan rangkaian besi beton dengan ukuran baja
tulangan minimal 12 mm untuk tulangan utama dan 8
mm untuk begel.
 Cor rangkaian besi beton untuk pondasi dengan
campuran 1 PC: 2 Ps: 3 Kr.
 Pada lokasi yang tidak ditemukan tanah keras, maka
dapat dibantu/diperkuat dengan cara memasang cerucuk
kayu atau bambu yang dipasang/dimasukan/
ditancapkan sampai mencapai tanah keras.

c) Pondasi tiang pancang kayu menggunakan material jenis kayu


besi atau setara (kelas kuat I, kelas awet I).

Pada lokasi yang tidak ditemukan tanah keras, maka dapat


dibantu/diperkuat dengan cara memasang cerucuk kayu atau
bambu yang dipasang/dimasukan sampai mencapai daya
dukung pondasi yang cukup.

4) Pekerjaan Beton
Pekerjaan beton meliputi sloof, kolom, balok, ringbalk dan plat
lantai (jika ada pekerjaan plat), dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan teknis yang berlaku dengan mempertimbangkan faktor
keamanan terhadap gempa. Untuk beton struktural maupun non
struktural seperti kolom praktis setidak-tidaknya dibuat dengan
mutu beton minimal K 175 atau dengan campuran 1 PC : 2 Ps : 3
Kr dan baja tulangan U 24, dengan ukuran besi tulangan, jumlah
dan jarak pasang sesuai ketentuan yang diatur dalam SK SNI T-
15.1991.03 dan PBI 1971. Untuk beton rabat dapat menggunakan
campuran 1 PC : 3 Ps : 5 Kr.
a) Lingkup Pekerjaan:
Pekerjaan bekisting, pembesian, pengecoran
11

b) Bahan yang digunakan, kayu bekisting, PC/semen, pasir beton,


besi beton dan kawat bendrat. Bekisting dibuat dari kayu kelas
III dengan ketebalan papan minimal 2 cm atau multiplek 9 mm,
dengan balok-balok penahan dari kayu ukuran 4/6 cm atau
5/7 cm dan tiang penyangga dari kayu.
c) Penjelasan Pekerjaan:
(1) Pekerjaan papan bekisting
 Bekisting dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran
sloof, balok dan kolom sesuai gambar perencanaan.
Bekesting dibuat secara kokoh agar bentuk sloof, balok
dan kolom tidak berubah dan tetap pada kedudukannya
pada saat di cor.
 Sebelum pengecoran, permukaan bekisting harus bebas
dari kotoran (misalnya: serbuk gergaji, potongan kayu,
tanah dsb). Permukaan dalam bekisting sebaiknya
dilapisi pelumas agar bekisting mudah dibongkar tanpa
merusak permukaan beton.
 Setelah pengecoran, proses pengerasan beton tidak boleh
terganggu dari benturan benda keras selama minimal
3x24 jam.
 Pembongkaran bekisting hanya dapat dilakukan setelah
beton mencapai kekerasan tertentu. Pembongkaran
bekisting kolom dapat dilakukan setelah beton mencapai
waktu 3 sampai 7 hari. Sedangkan untuk pembongkaran
bekisting balok dan plat lantai dapat dilakukan setelah
beton mencapai waktu 21 sampai 28 hari.
(2) Pekerjaan Pembesian
 Perakitan besi tulangan sesuai dengan gambar
 diameter tulangan, jumlah dan jarak pasang sesuai
ketentuan yang diatur dalam SNI 2847:2013.
 Tulangan beton harus diikat dengan kawat beton
(bendraat) untuk menjaga ketebalan selimut beton maka
antara tulangan dan bekisting dipasang beton tahu
(decking) tebal ± 2 cm.
 Setiap sambungan konstruksi (stek) yang direncanakan
untuk dilanjutkan, maka pembesiannya harus dilebihkan
minimal 40 x d (bentangan).
(3) Pekerjaan Pengecoran
 Pengecoran beton struktural disarankan menggunakan
mesin pengaduk (molen) atau beton readymix, sedangkan
beton non struktural dapat dilakukan secara manual.
Dengan mutu beton sesuai ketentuan.
 Jika secara manual, harus dilakukan dalam wadah
pengadukan, tidak boleh langsung di atas tanah.
 Sebelum pengecoran, bekisting harus dibersihkan dan
disiram air bersih terlebih dahulu. Kekentalan beton
harus diawasi.
 Pengecoran harus merata, dan cukup padat dengan cara
menggunakan penggetar (vibrator) atau memukul bagian
luar begesting 5 s.d 10 kali agar beton dapat mengisi
setiap bagian dari rangka.
 Jika terjadi pemberhentian pengecoran pada balok dan
lantai maka harus berhenti pada jarak 1/5 bentang dan
dapat dilanjutkan jika sudah diberi pasta semen (air
semen) pada bagian permukaan yang akan dilanjutkan.
12

Untuk bangunan yang akan dijadikan bertingkat, maka pekerjaan


konstruksi beton ruang kelas di lantai 1 yang
direhabilitasi/dibangun, yang meliputi pondasi, sloof, kolom, balok,
plat dak beton dan tangga harus memenuhi persyaratan dan
ketentuan konstruksi untuk bangunan bertingkat baik diameter
tulangan, jumlah dan jarak pasangnya, serta tingkat kekuatan beton,
sesuai ketentuan pekerjaan beton bangunan bertingkat sebagaimana
diatur dalam SNI 2847:2013. Perencanaan struktur beton untuk
bangunan tersebut harus disertai bukti tertulis penghitungan
struktur yang ditandatangani oleh ahli struktur.
Demikian juga untuk rencana pembangunan ruang kelas baru pada
lantai 2, kondisi ruang kelas pada lantai 1 harus sudah memenuhi
persyaratan dan ketentuan konstruksi untuk bangunan bertingkat.
Diameter tulangan, jumlah dan jarak pasangnya harus sesuai
ketentuan pekerjaan beton bangunan bertingkat sebagaimana yang
diatur dalam SNI 2847:2013, baik untuk pondasi, sloof, kolom,
balok, plat dak.
Untuk mendukung kestabilan bangunan terhadap gempa, perlu
dibuat pondasi setempat dari beton (foot plat) dengan dimensi dan
ketebalan sesuai dengan kebutuhan, selain itu menggunakan
pengkaku sendi yang diletakkan pada pertemuan sloof dan kolom,
antara kolom dan ring balok, dan pengikat antar sloof. Pengkaku
sendi menggunakan besi panjang 40 cm dengan diameter besi Ø 12
mm dan pengikat sloof panjang siku-siku minimal 1 meter.

5) Pekerjaan Pasangan Dinding dan Plesteran


Dinding pada umumnya terbuat dari pasangan batu bata, namun
pada daerah tertentu dimungkinkan dapat dibuat dari bahan lain
yang terdapat di sekitar lokasi pelaksanaan, misalnya dari papan
kayu atau bahan yang lainnya (misalnya batako, hollow block, dll).
Pada dasarnya apapun bahan/material yang digunakan untuk
pembuatan dinding semaksimal mungkin dapat memberikan rasa
aman dan nyaman bagi pengguna ruang tersebut. Disamping itu
karena bangunan tersebut digunakan untuk kegiatan belajar,
maka hendaknya diupayakan dinding dapat meredam suara
sehingga tidak menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu
aktifitas pada masing-masing ruang kelas.
a) Lingkup Pekerjaan; pasangan dinding, plesteran dinding dan
acian
b) Bahan yang digunakan; batu bata atau bahan dinding lainnya
yang banyak terdapat di sekitar lokasi (misalnya: papan, batako
dll), pasir pasang, dan PC/semen.
c) Penjelasan pekerjaan;
 Pekerjaan pasangan batu bata untuk dinding disesuaikan
dengan kebutuhan. Dimulai dari sloof sampai dengan setinggi
30 cm dari permukaan lantai, pasangan dinding ruang kelas
dan dinding lain yang berhubungan langsung dengan air
harus menggunakan spesi kedap air (trasraam) campuran 1
pc : 3 ps.
 Pasangan dinding biasa menggunakan spesi 1 PC: 6 Psr atau
campuran 1 Pc: 3 Kp: 10 Psr.
13

 Batu bata sebelum dipasang harus dibasahi sampai jenuh


sehingga dapat melekat dengan sempurna.
 Batu bata pecah terpasang tidak lebih dari 20 % dari jumlah
batu utuh terpasang.
 Pasangan dinding bata dilaksanakan dengan hubungan
verband siar/nat masing-masing lapisan tidak saling bertemu,
tegak lurus, siku dan rata.
 Ketinggian perhari dalam pemasangan dinding bata adalah
1,5 m, untuk menjaga kekuatan.
 Bidang dinding yang luasnya lebih besar dari 12 m2 harus
ditambahkan kolom praktis.
 Bagian dinding yang berhubungan dengan pekerjaan beton
kolom diberi penguat stek besi beton Ø 10 mm jarak 50 cm,
yang ditanam lebih dahulu pada bagian pekerjaan beton.
 Pekerjaan plesteran trasram (kedap air) dengan campuran 1
pc : 3 ps harus dilakukan pada dinding ruangan setinggi 30
cm dari permukaan lantai, pada kaki bangunan atau dinding
lainnya yang berhubungan langsung dengan air, benangan
sudut tembok dan sudut beton.
 Komposisi campuran spesi untuk pasangan dan plesteran
biasa digunakan spesi dengan campuran 1 PC : 6 Ps atau
campuran 1PC : 3 Kp : 10 Ps.
 Seluruh permukaan yang akan diplester harus dibasahi
dengan air bersih, baru kemudian di plester dengan rata,
halus dan merupakan satu bidang tegak lurus dan siku.
 Pada bagian luar diberi lapisan acian dengan rata dan halus
sehingga bebas dari keretakkan ataupun cacat-cacat lainnya.
Apabila dinding bangunan dibuat dari papan kayu, maka papan–
papan kayu tersebut harus disusun dengan rapi, rapat dan kuat
sehingga dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pemakai
ruang tersebut serta dapat mengurangi kebisingan atau gangguan
suara sehingga aktivitas pada masing-masing ruang kelas tidak
saling mengganggu.
Jika menggunakan bahan dari kayu, dipilih kayu minimal kelas
kuat II dan diupayakan kayu tersebut dilindungi dari
kemungkinan gangguan hama perusak kayu. Dalam hal ini
banyak cara yang dapat dilakukan, misalnya dengan cara
pencelupan, pengolesan bahan anti rayap dan sebagainya.

6) Pekerjaan Rangka Atap dan Penutup Atap


Pekerjaan atap meliputi pembuatan dan pemasangan rangka atap
(kuda-kuda, nok, gording, usuk dan reng, balok tembok dan
lisplank) dan penutup atap.
a) Pekerjaan rangka atap kuda-
kuda kayu
(1) Lingkup Pekerjaan; pekerjaan rangka atap kuda-kuda kayu,
dan pekerjaan lapisan anti rayap/perusak hama.
(2) Bahan yang digunakan;
Kayu dengan kelas kuat II dan diberi lapisan anti rayap
/perusak hama kayu, paku, dan begel. Ukuran kayu yang
digunakan untuk kuda-kuda umumnya 8/12 cm atau 8/15
14

cm yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk usuk


umumnya digunakan kayu berukuran 5/7 cm dan untuk
reng dapat digunakan kayu ukuran 2/3 cm atau 3/4 cm
(Gambar 7).
(3) Penjelasan pekerjaan;
 Kayu yang digunakan untuk rangka atap sebelumnya
harus diawetkan terlebih dahulu, dengan cara diberi obat
anti rayap.
 Karena lebar ruangan 7 m sedangkan kayu yang ada di
pasaran pada umumnya ukuran panjang 4 m, maka
diperlukan sambungan pada rangka kuda-kuda, balok
bubungan/nok, maupun gording.
 Untuk penyambungan rangka kuda-kuda kayu, yang
harus diperhatikan adalah arah gaya yang terjadi pada
masing-masing batang rangka tersebut. Gaya yang terjadi
berupa gaya tekan dan gaya tarik. Pada batang yang
menerima gaya tekan, dapat dibuat sambungan lubang
dan pen sedangkan batang yang menerima gaya tarik,
sambungan dapat berbentuk sambungan bibir miring
berkait. Untuk perkuatan pada sambungan kayu
dipasang plat besi (beugel) dan dibaut.
 Pemasangan usuk dan reng hendaknya pada jarak yang
sesuai dengan kebutuhan. Masing-masing jenis penutup
atap memiliki ukuran yang berbeda sehingga
penggunaan ukuran kayu, baik kuda-kuda, nok dan
gording serta jarak usuk dan reng harus menyesuaikan.

b) Pekerjaan rangka atap kuda-


kuda baja
(1) Lingkup pekerjaan; perakitan kuda-kuda baja
(2) Bahan yang digunakan; baja dengan mutu baja BJ37 yang
diberi lapisan pelindung anti karat, atau baja ringan dengan
mutu baja yang sesuai dengan ketentuan persyaratan
konstruksi yang berlaku dan dijamin oleh produsen
(3) Penjelasan pekerjaan;
 Sambungan kuda-kuda baja dapat menggunakan las atau
baut. Khusus untuk baja ringan bahan sambungan seperti
yang sudah disyaratkan oleh produsen.
 Jika menggunakan kuda-kuda baja harus dilakukan
pengecatan anti karat dulu pada seluruh permukan baja
yang digunakan untuk melindungi dari karat/korosi.
 Jika menggunakan baja ringan (truss), maka baja yang
digunakan harus berasal dan dikerjakan oleh pabrikan
yang telah memiliki lisensi dan garansi yang pasti dan
jelas.
c) Pekerjaan Penutup Atap
(1) Lingkup Pekerjaan; pemasangan atap
(2) Bahan yang digunakan; bahan penutup menggunakan
bahan yang tersedia dan mudah diperoleh antara lain
genteng tanah liat, seng, sirap, genteng metal dan bahan lain
yang setara.
(3) Penjelasan Pekerjaan;
15

 Pemasangan penutup atap genteng tanah liat disusun


dengan rapi dan bertumpu pada reng
 Bubungan dipasang dengan bahan yang sama dan
tersusun rapi
 Apabila menggunakan bahan penutup atap selain genting
tanah liat maka pemasangan dilakukan sesuai dengan
spesifikasi pabrik atau bahan.
 Bubungan dipasang dengan bahan yang sama dengan
jenis penutup atap.
 Untuk penutup atap dari genteng atau sirap kemiringan
dibuat ≥ 35o-45o sedang atap seng ≥20o-30o
 Pemasangan penutup atap harus rapi dan memenuhi
syarat-syarat sehingga tidak berakibat bocor. Jika terjadi
kebocoran setelah pemasangan maka bagian yang bocor
tersebut harus dibongkar dan dipasang/diganti baru.

7) Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela

Pekerjaan kusen, daun pintu dan jendela meliputi membuat dan


memasang dengan bentuk dan ukuran sesuai gambar rencana.
Jumlah dan tata letak pintu, jendela dan ventilasi disesuaikan
dengan kebutuhan cahaya dan aliran udara yang baik, yaitu
dengan memasang ventilasi silang.
Terkait dengan penerangan dan penghawaan alami bangunan yang
harus digunakan secara optimal maka desain dan peletakan kusen
pintu dan jendela serta ventilasi harus sedemikian sehingga
cahaya dapat masuk secara optimal dan merata ke seluruh ruang
kelas dan proses penggantian udara dalam ruangan terjadi secara
silang (sistem penghawaan silang/cross ventilation). Desain jendela
dan ventilasi hendaknya dibuat sesederhana mungkin sehingga
mudah dibersihkan, menggunakan material bening (tembus
pandang).
Untuk memperoleh penerangan alami bangunan yang cukup baik
disyaratkan luas jendela minimal 20% dari luas lantai, sedangkan
luas ventilasi disyaratkan 6% sampai dengan 10% dari luas lantai
agar dapat diperoleh sirkulasi udara yang cukup baik.
Desain jendela, ketinggian ambang bawah jendela pada sisi selasar
bangunan harus dibuat/dipasang pada ketinggian tertentu dari
muka lantai ruang kelas agar siswa tidak kehilangan konsentrasi
(siswa tidak dapat melihat keluar ruang ketika duduk dibangku),
Sedangkan ketinggian ambang bawah jendela pada sisi dinding
yang tidak berbatasan dengan selasar dibuat/dipasang untuk
memungkinkan ruang kelas mendapatkan intensitas cahaya lebih
banyak.
Tata letak pintu harus mempertimbangkan arah intensitas cahaya
yang paling tinggi yang masuk ke dalam ruang kelas.
Daun pintu dibuat panil dengan tebal slimaran 4 cm (bahan dasar
kayu 4/12 atau 4/15 sebelum diketam/dihaluskan) dan isian
panil tebal 3 cm (bahan dasar kayu 3/10, 3/15, 3/25 atau 3/30
sebelum diketam/dihaluskan) dengan lebar minimal 90 cm untuk
pintu berdaun tunggal (satu) dan minimal 75 cm untuk pintu
berdaun ganda (dua), tinggi minimal 200 cm.
16

a) Lingkup pekerjaan; pembuatan dan pemasangan kusen, daun


pintu, daun jendela.
b) Bahan yang digunakan; kayu dengan kelas kuat dan kelas awet
II dan tidak cacat serta kering dan cukup tua, kaca.
c) Lingkup pekerjaan;
(1) Kusen:
 Kayu harus utuh dan tidak cacat, dilindung/dihindari dari
hujan dan pekerjaan lain yang akan menyebabkan cacat.
 Sambungan-sambungan kayu, baik untuk kusen maupun
untuk daun pintu dan jendela dibuat sambungan lubang
dan pen dan dikunci dengan nagel (pantek/pen)
 Bekas pemakuan harus ditutup dengan bahan penutup
(dempul kayu) agar rapi dan hindari terlalu banyak
pemakuan pada permukaan kayu.
 Ambang batas bawah jendela pada dinding dibagian sisi
selasar harus dipasang pada ketinggian yang tidak
memungkinkan konsentrasi belajar dalam ruangan
terganggu karena dapat melihat keluar.
 Pada sisi lain ambang batas bawah jendela dipasang pada
ketinggian yang memungkinkan pencahayaan yang lebih
besar.
 Untuk memperoleh ikatan yang kuat terhadap dinding,
kusen pintu harus diberi angkur dari besi 10 mm
sebanyak yang diperlukan (minimal 6 angkur, 3 dipasang
pada tiang kusen di sekitar engsel pintu dan 3 lagi di tiang
kusen seberangnya).

(2) Pekerjaan daun pintu dan jendela


 Sebelum pemasangan, daun pintu dan jendela harus
disimpan pada ruang dengan sirkulasi udara baik, tidak
terkena cahaya langsung dan terlindung dari kerusakan
dan kelembaban.
 Semua kayu harus diserut halus, rata, lurus dan siku
sudutnya.
 Harus memperhatikan sambungan siku/sudut untuk
rangka kayu dan penguat lainnya sehingga kekuatannya
terjamin.
 Seluruh daun pintu dari papan kayu panil/solid, kecuali
untuk ruangan kamar mandi.
 Daun jendela dapat dibuka keluar dengan pemasangan
engsel dibagian ambang atas..
 Sambungan-sambungan kayu, baik untuk kusen maupun
untuk daun pintu dan jendela dibuat sambungan lubang
dan pen dan dikunci dengan nagel (pantek/pen) sehingga
diperoleh sambungan yang kuat.
Semua pekerjaan kayu yang dicat, sebaiknya dimeni dan diplamir
terlebih dahulu. Pengecatan dilakukan dengan pelapisan lebih dari
satu kali sehingga diperoleh hasil yang baik, rapi, halus dan rata.
17

8) Pekerjaan Penggantung, Pengunci, dan Kaca

Pekerjaan ini meliputi pemasangan engsel, grendel, pengunci


untuk pintu dan jendela, serta hak angin untuk jendela,
pemasangan kaca pada daun jendela serta penyetelan daun pintu
dan jendela.
a) Lingkup pekerjaan; pemasangan engsel, handle, grendel, hak
angin, pengunci, pengggantung, pemasangan kaca.
b) Bahan yang digunakan; engsel, handle, hak angin, pengunci,
kaca. Semua bahan yang digunakan minimal harus memenuhi
syarat kekuatan dan awet sehingga dapat menahan beban dan
berfungsi dalam waktu cukup lama.
c) Penjelasan pekerjaan:
 Setiap daun pintu dipasang 3 (tiga) buah engsel 5 inch,
dipasang 30 cm dari tepi atas dan bawah, dan 1 buah
dipasang di tengah.
 Daun jendela dipasang 2 (dua) buah engsel di ambang atas,
membuka keluar.
 Pada daun pintu dipasang pengunci lengkap dengan
handelnya (kunci tanam) dipasang setinggi 100 cm dari
lantai atau sesuai gambar.
 Pada daun jendela dipasang grendel dan hak angin.
 Kaca yang digunakan/dipasang harus memiliki permukaan
yang halus dan rata dengan tebal 5 mm. Dipasang dengan
rapi.
 Pemasangan engsel, handle, kunci, hak angin dan kaca
setelah pengecatan dilakukan.
 Sekrup-sekrup harus cocok dengan barang yang dipasang,
tidak boleh memukul sekrup, cara memasang harus dengan
diputar. Sekrup yang rusak harus diganti.

9) Pekerjaan Langit-langit (Plafon)

Pekerjaan langit-langit meliputi pemasangan rangka dan penutup


plafon. Tinggi langit-langit/penutup plafon ruang kelas minimal
3,5 m dari permukaan lantai, agar dicapai kenyamanan ruangan.
a) Lingkup pekerjaan; pemasangan rangka plafon dan penutup
plafon.
b) Bahan yang digunakan; kayu minimal kelas kuat III dengan
ukuran 6/10, 5/7, eternit/GRC datar, kayu lapis/ tripleks/
multipleks minimal 3 mm atau bahan lain yang tersedia
dilokasi dengan kualitas baik sehingga keawetannya cukup
lama.
c) Penjelasan pekerjaan:
 Saat memasang rangka kayu harus memperhatikan rencana
tata letak lampu dan bentuk rumah lampu.
 Rangka kayu menggunakan kayu kelas kuat III, yang diberi
pelindung hama perusak kayu dan diketam halus pada
bagian bawah.
18

 Jika menggunakan rangka aluminium, dipasang dengan


bahan-bahan penunjang yang sesuai dengan rangka
aluminium.
 Rangka plafon kayu menggunakan ukuran 5/7 dan setiap
mencapai luasan 9 m2 dipasang balok penggantung plafon
ukuran 6/10 untuk menahan beban pekerja instalasi dan
perawatan atap maupun plafon, serta mencegah penurunan
plafon akibat berat sendiri plafon.
 Penutup plafon dapat menggunakan eternit/asbes datar,
kayu lapis dengan ketebalan, atau bahan lain yang tersedia
di sekitar lokasi rehabilitasi ruang kelas dilaksanakan.

10) Pekerjaan Lantai

Lantai bangunan pada umumnya berada pada permukaan tanah


yang dilapisi penutup lantai, dengan bahan penutup berupa beton
rabat (beton tanpa tulangan), plester semen PC, tegel, keramik
atau bahan lainnya seperti papan kayu.
Jika menggunakan keramik, bagian dalam dapat berupa keramik
putih polos yang tidak terlalu memantulkan cahaya, tidak licin
dan tidak berkesan licin, sedangkan untuk bagian luarnya dapat
menggunakan keramik dof dengan warna lebih gelap, tidak licin
dan tidak berkesan licin. Pemilihan warna keramik sebaiknya
diserasikan dengan warna dinding atau warna cat/politur sehingga
secara keseluruhan dapat menampilkan sebuah bangunan yang
serasi, indah, dan menarik.
Sekeliling ruangan/bangunan dipasang minimal rabat beton, atau
sesuai gambar, pada bagian tanah yang bersebelahan dengan
dinding ruangan dan teras untuk memberikan penguatan
permukaan tanah dari kikisan air dan untuk memberikan
kebersihan serta keindahan lingkungan sekitar bangunan.
a) Lingkup pekerjaan; pemadatan tanah, pembuatan lantai kerja,
pemasangan lantai, dan plint.
b) Bahan yang digunakan; keramik lantai, PC/semen, Pasir
pasang, pasir beton, semen warna/grouting, atau lantai papan
kayu kelas kuat II dengan tebal minimal 2 cm.
c) Penjelasan pekerjaan:
(1) Lantai bukan Kayu:
 Jika penutup lantai akan dipasang langsung di atas tanah
maka tanah harus dipadatkan sehingga permukaan
menjadi rata dan memiliki daya dukung tanah yang
merata. Pemadatan tanah dengan menggunakan alat
penumbuk.
 Memberi/menaburkan pasir urugan yang bersih, bebas
dari bahan organik dengan tebal minimal 10 cm atau
sesuai gambar kemudian disiram air dan dipadatkan.
 Di atas pasir diberi adukan rabat beton setebal 5 cm dgn
campuran 1 PC/semen: 3 Ps: 5 Kr.
19

 Jika akan dipasang di atas penutup lantai yang lama atau


permukaan beton (lantai 2) maka cukup diberi urugan
pasir setebal 10 cm kemudian pasangan penutup lantai.
 Pemasangan keramik menggunakan adukan PC yang
cukup padat agar tidak terjadi rongga udara, dengan
terlebih dahulu merendam keramik dalam air.
 Bidang lantai keramik harus benar-benar rata, dan harus
dihindari dari injakan selama 3 x 24 jam setelah
pemasangan.
 Lebar nat keramik maksimal 5 mm membentuk garis
lurus. Nat diisi oleh bahan pengisi/grouting semen warna.
Pengisian nat minimal setelah 3x24 jam setelah
pemasangan keramik
 Pada pertemuan dinding dan lantai keramik dibuat plint.
 Jika penutup lantai berupa plester semen PC, maka pada
bagian bawah lantai diberi pasangan bata patahan setelah
pemadatan tanah dan setelah diberi lapisan pasir setebal
10 cm. Apabila menggunakan penutup lantai pada lantai
dasar, pekerjaan plester semen PC penutup lantai
dilakukan dengan baik sehingga diperoleh permukaan
yang halus dan rata.

(2) Lantai Papan Kayu:


 Jika lantai terbuat dari papan kayu, maka pada bagian
bawah lantai harus diberi balok melintang sebagai
bahan penyangga dengan jarak yang diperhitungkan
cukup kuat menyangga beban lantai dan beban-beban
lain yang ada di atasnya.
 Pemasangan papan lantai menggunakan sambungan
alur dan lidah sehingga diperoleh permukaan lantai
yang rata (permukaan lantai diketam halus) dan papan-
papan lantai tersebut tidak baling atau melengkung.
 Kayu yang digunakan adalah kelas kuat 2 dengan
ketebalan minimal 2 cm.

11) Pekerjaan Pengecatan/politur

Pemilihan warna cat harus mempertimbangkan keserasian dengan


lingkungan sekolah yang ada dan faktor kelelahan mata akibat
pantulan cahaya yang terang dari permukaan yang dicat, terutama
untuk penggunaan cat di dalam ruangan kelas.
a) Lingkup pekerjaan; pengecatan dinding, plafon, lisplang.
Pengecatan/politur kusen, daun pintu dan jendela, ventilasi.
b) Bahan yang digunakan; Plamur tembok, plamur kayu, cat
tembok, cat kayu/besi, atau politur kayu dengan kualitas baik
dan memiliki tingkat keawetan yang cukup.
c) Penjelasan pekerjaan:
(1) Pengecatan dinding/plafon
20

 Sebelum dilakukan pengecatan, permukaan dinding


diplamur secara rata dan halus. Diplamur sampai pori-
pori permukaan tertutup rapat.
 Pengecatan dinding dilakukan setelah penutup plafon
terpasang.
 Pengecatan dinding harus merata, berwarna sama dan
tidak mengelupas ketika sudah kering.
 Pengecatan pada plafon dimulai dengan membersihkan
permukaan plafon dan memberi plamur secara merata.
Setelah diplamur plafon dicat secara merata dengan
warna sama dan tidak boleh mengelupas setelah kering.
(2) Pengecatan Kayu dan besi
 Sebelum dicat, kayu harus di meni terlebih dahulu
dengan pengecatan minimal 2 (dua) kali dan dengan
warna sama.
 Urutan pengecatan kusen baru adalah pertama 2 (dua)
kali pengecatan meni kayu/cat dasar, kedua 1 (satu) kali
mengisi pori-pori kayu dengan plamur kayu, ketiga
menghaluskan dengan kertas gosok/amplas secara
merata, terakhir mengecat kayu secara merata minimal 2
(dua) kali.
 Jika pekerjaan menggunakan politur maka urutan
pelaksanaan adalah pertama menutupi lubang-lubang
pada permukaan kayu dengan dempul, kedua
menghaluskan dengan amplas, ketiga pengelapan dengan
kain kompon (compound), terakhir pemolesan dengan
politur secara merata, halus dan tidak kusam atau
luntur.

12) Pekerjaan Instalasi Listrik

Pekerjaan instalasi listrik dalam ruangan terkait dengan aspek


penerangan atau tata cahaya khususnya penerangan buatan.
Secara umum pencahayaan harus memiliki intensitas yang merata
sehingga penempatan titik lampu harus mempertimbangkan
penyebaran cahaya lampu pada bidang kerja, kemudahan
pemeliharaan dan penggantian elemen yang rusak.
Untuk pekerjaan instalasi listrik harus dilakukan oleh orang yang
memiliki keahlian tentang instalasi listrik. Pada prinsipnya
pemasangan instalasi listrik harus memenuhi persyaratan teknis
dan semua bahan yang digunakan hendaknya berkualitas baik
sehingga dapat berfungsi dengan baik dalam waktu yang cukup
lama.
a) Lingkup Pekerjaan; adalah seluruh sistem kelistrikan secara
lengkap sehingga instalasi dapat bekerja dengan sempurna dan
aman.
b) Bahan yang digunakan; kabel daya tegangan rendah, stop
kontak, saklar, lampu, bahan isolasi, armatur dan junction box
21

(jika pemasangan baru). Kabel yang digunakan memilikli


standar industri Indonesia (SII) atau standar PLN.
c) Penjelasan pekerjaan
 Semua kabel distribusi ditanam dalam tembok dan berada
dalam pipa conduit PVC yang disesuaikan dengan ukuran.
 Tidak diperkenankan ada pencabangan atau sambungan
kecuali pencabangan connectornya menggunakan konduktor
dan pada outlet/kontak penghubung.
 Stop kontak yang dipakai adalah stop kontak satu phasa
rating 250 volt, yang dipasang rata dinding dan pada
ketinggian kurang lebih 150 cm dari permukaan lantai atau
pada posisi yang tidak mudah dijangkau siswa. Sangat
disarankan menggunakan stop kontak yang berpengaman.
 Saklar bertipe pemasangan rata dinding dengan rating 250
volt, dapat berupa saklar double atau tunggal. Saklar
ditempatkan dekat pintu dipasang pada ketinggian kurang
lebih 150 cm di atas permukaan lantai

13) Pekerjaan Finishing

Pekerjaan finishing meliputi pekerjaan antara lain: pengecatan


dinding, pengecatan plafon, pengecatan pintu dan jendela,
pengecatan lisplang. Sedangkan pekerjaan perapihan pada
dasarnya merupakan penyempurnaan atau perapihan pekerjaan
yang telah selesai namun masih diperlukan penyempurnaan.
Sebagai contoh, misalnya terdapat pintu yang tidak dapat
dibuka/tutup dengan sempurna; jika terdapat cat yang masih
kurang rata, plesteran retak-retak, dan sebagainya.
Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan sesuai dengan peraturan
(SNI) yang berlaku.

A. MEUBELAIR/PERABOT RUANG KELAS

Pengguna utama ruang RPS adalah siswa SMK sehingga ukuran perabot
harus dibuat sesuai dengan kondisi tersebut. Oleh karena itu standar dan
spesifikasi teknis perabot RPS harus mengacu pada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana Untuk SMP/MI, SMP/MTs dan SMA/MA.

1. Standar Meubelair/Perabot Ruang Kelas


Persyaratan meubelair/perabot ruang kelas harus memenuhi
Standarisasi Perabot Sekolah Dasar, meliputi:
a. Kualitas
b. Keamanan penggunaan
c. Kenyamanan dalam penggunaan
d. Kemudahan dalam pemakaian
e. Kemudahan dalam pemeliharaan
22

f. Kemudahan dalam perbaikan


Untuk memenuhi persyaratan kenyamanan dan kemudahan dalam
penggunaan serta kemudahan dalam pemeliharaan, maka ukuran
standar ditentukan sebagai berikut:
Ukuran standar perabot RPS :

P L T
NO JENIS PERABOT KET
(cm) (cm) (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

2. Spesifikasi Teknis Meubelair/Perabot Ruang Kelas


a. Meja siswa dan meja guru
1) Bahan untuk rangka menggunakan kayu dengan daun meja
dari papan kayu kelas II atau multiplek tebal 18 mm,
2) Sambungan menggunakan konstruksi lubang dan pen yang
diperkuat dengan pasak dan lem kayu,
3) Finishing dapat menggunakan cat atau politur dengan warna
yang serasi.

b. Kursi siswa dan kursi guru


1) Bahan untuk rangka menggunakan kayu dengan dudukan dan
sandaran dari papan kayu kelas II dengan tebal 18 mm,
2) Sambungan menggunakan konstruksi lubang dan pen yang
diperkuat dengan pasak dan lem kayu,
3) Finishing dapat menggunakan cat atau politur dengan warna
yang serasi.
c. Papan tulis gantung/dinding
1) Bahan menggunakan multiplek tebal 12 mm dengan rangka
dari kayu kelas II ukuran 4/6 yang dipasang dibagian belakang
papan tulis,
2) Sambungan menggunakan paku dengan kepala yang
dibenamkan,
3) Finishing menggunakan cat dof untuk papan tulis dengan warna
hitam.
d. Whiteboard standar
1) Bahan menggunakan multiplek tebal 12 mm dengan rangka
dari aluminium,
2) Finishing menggunakan lapisan formika warna putih yang
direkatkan dengan lem kayu.
23

e. Almari ruang kelas


1) Bahan untuk rangka menggunakan kayu kelas II dengan
dinding penutup dari teakwood tebal 4mm untuk merapikan
bagian tepi digunakan vinyl jati,
2) Sambungan menggunakan konstruksi lubang dan pen yang
diperkuat dengan pasak dan lem kayu,
3) Finishing menggunakan politur dengan warna yang serasi.

B. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


Penjadwalan merupakan penerjemahan tahapan-tahapan pekerjaan
konstruksi yang digambarkan dalam skala waktu. Dalam penyusunan
jadwal perlu ditentukan kapan masing-masing kegiatan dimulai dan
diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumberdaya dapat
diatur waktunya sesuai keperluannya. Selain itu penjadwalan ini dapat
digunakan untuk pengendalian atau pengawasan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.

Dari beberapa cara yang biasa digunakan untuk mengontrol dan


memonitor kemajuan pekerjaan di lapangan, salah satu cara yang
sederhana dan cukup dikenal dengan menggunakan diagram balok (Bar
Chart) dan Kurva “S”.

Dapat dijelaskan bahwa ada beberapa pekerjaan yang dilaksanakan dalam


waktu bersamaan. Akan tetapi yang dimaksud adalah misalnya pekerjaan
pondasi dapat dilakukan setelah pekerjaan galian tanah mencapai hasil
tertentu dan tidak harus menunggu sampai pekerjaan galian tanah selesai
semuanya. Pekerjaan dinding misalnya, dapat dilakukan pada saat
pekerjaan pondasi mencapai hasil tertentu (tidak harus selesai semuanya).
Contoh lain; pembuatan/fabrikasi kusen pintu/jendela dapat dilakukan
lebih awal sehingga pada saat harus dipasang sudah siap. Demikian pula
pekerjaan-pekerjaan yang lain dapat dilakukan dengan cara yang sama
sehingga tidak saling ketergantungan satu sama lainnya dan waktu
penyelesaian pekerjaan lebih efisien.
CONTOH JADWAL PELAKSANAN SMK Pusat Keunggulan (SMK PK)
Sektor Hospitality
Nama Sekolah : ...................................
Desa : ...................................
Kecamatan : ...................................
Kabupaten/Kota..................................:
Provinsi : ...................................
No. URAIAN PEKERJAAN B U L A N ke
I II III dst
24

1 2 3 4 1  2  3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Pekerjaan Persiapan                                

II Pekerjaan Galian dan Urugan                                

III Pekerjaan Pondasi                                

IV Pekerjaan Dinding                                

V Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela                                

VI Pekerjaan Atap                                

VII Pekerjaan Plafond                                

VIII Pekerjaan Lantai                                

IX Pekerjaan Penggantung dan Pengunci                                

X Pekerjaan Instalasi Listrik                                

XI Pekerjaan Instalai Plumbing & Drainasi                                

XII Pekerjaan Finishing dan Perapihan                                

Anda mungkin juga menyukai