Anda di halaman 1dari 44

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN :
FASILITAS AIR (TAWAR) BERSIH PP KASIWA

DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


PROVINSI SULAWESI BARAT
TAHUN ANGGARAN 2022
BAB I.
PEMAHAMAN TEKNIS

A. Pemahaman Tentang Gambar Teknis Pekerjaan Pembangunan Gedung


Pemahaman mengenai “Gambar Teknis” sangat penting. Hal ini dimaksudkan agar Pelaksana
dapat mengetahui komponen bangunan apa saja yang akan dikonstruksikan dan bahan apa
saja yang perlu dipersiapkan untuk setiap komponen bangunan. Dengan demikian selain bisa
mambaca gambar teknis, diharapkan Direksi Teknis mampu pula melakukan kontrol terhadap
realisasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan termasuk kontrol penggunaan bahan maupun
pemakaian biayanya bersama-sama konsultan supervisi.

Tabel 1

Pemahaman Terhadap Gambar Teknis

No. Keterangan Penjelasan


1
Denah Lokasi (Site) Gambar lokasi keberadaan tanah milik sekolah yang bersangkutan
2
Rencana Tapak Tata letak bangunan-bangunan yang ada dalam lokasi bidang tanah
(Site Plan) sekolah.

Gambar yang menunjukkan bagian-bagian ruangan pada bangunan yang


3 Gambar Denah akan dikerjakan dilengkapi dengan berbagai keterangan antara lain ukuran
ruang, nama-nama ruangan ketinggian lantai, tata leta pintu dan jendela dll.

Gambar yang menunjukkan bentuk bangunan dilihat dari arah depan dan
4 Tampak Depan/Belakang
belakang
Gambar yang menunjukkan bentuk bangunan dilihat dari samping kiri atau
5 Tampak Samping Kiri/Kanan
samping kanan
Gambar yang menunjukkan bentuk dan bagian-bagian bangunan pada posisi
potongan, pada gambar denah umumnya ditunjukkan dengan tanda :
A

6 Gambar Potongan

A
Arah pana menunjukkan arah pandang bidang potongan
Gambar mengenai bagian bangunan (seperti: pondasi, kusen
pintu/jendel, sambungan konstruksi kayu dan lain-lain yang dianggap perlu.
7 Gambar Detail
Gambar tersebut dibuat berskala besar missal 1 banding 10 (1:10), atau 1
banding 5 (1:5), untuk menunjukan detail-detail bagian bangunan tersebut
B. Pemahaman Tentang Bahan Bangunan
Pemahaman meliputi bagaimana melihat dan mengetahui kualitas dan manfaat bahan
bangunan tersebut. Untuk lebih jelasnya secara ringkas disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2

Pemahaman Terhadap Bahan Bangunan

No. Jenis Bahan Penjelasan


Kegunaan :
Pasir urug digunakan sebagai bahan pengisi dan dudukan suatu komponen
struktur bangunan, antara lain: pasangan pondasi batu kali, bahan penutup
Pasir Urug atau lantai, dan buis beton untuk saluran air.
1. Timbunan Berfungsi sebagai bahan pengering/pematus (drainase).
Sebagai bahan penambah kestabilan konstruksi.
Jenis pasir yang digunakan :
Pasir berkualitas sedang atau pasir oplosan.
Kegunaan :
Digunakan untuk bahan campuran spesi/adukan pasangan, baik pasangan
pondasi batu kali maupun dinding bata, dan plesteran dinding.
Jenis pasir yang digunakan :
Pasir sungai, yaitu pasir yang diambil dari dasar sungai. Memiliki ciri-ciri
butiran keras dan bersisi tajam. Jenis pasir ini sangat baik terutama untuk
2. Pasir Pasang bahan campuran spesi/adukan untuk pekerjaan pasangan.
Pasir gunung, yang diperoleh dari hasil galian. Memiliki ciri-ciri butiran kasar
dan tidak terlalu keras, sisi-sisinya tidak terlalu tajam. Jenis pasir ini sangat
baik terutama untuk pekrejaan plesteran.
Untuk dipergunakan pasir pasang harus diayak dahulu.
Disarankan pasir harus bersih dari butiran tanah liat maupun kotoran organik
lain
yang dapat menurunkan kualitas pekerjaan.

Kegunaan:
Digunakan untuk bahan campuran pembuatan struktur beton.
Jenis pasir yang digunakan:
Pasir yang memiliki butiran keras dan bersisi tajam. Butirannya lebih besar
3. Pasir Beton / Cor dari butiran pasir pasang.
Apabila digenggam dalam keadaan basah tidak lengket di tangan karena
jenis pasir ini memiliki kadar lumpur sangat kecil.
Umumnya berwarna lebih hitam dibandingkan jenis pasir yang lainnya.
Kegunaan:
Digunakan sebagai bahan utama pondasi, baik aanstamping (pasangan batu
kosong) maupun pasangan pondasi batu dengan pengikat spesi..
Jenis batu yang digunakan :
Batu kali yang dibelah dengan ukuran sesuai kebutuhan (berdiamater ± 25
4. Batu belah cm). Jenis batu ini paling baik digunakan untuk pekerjaan pondasi karena
apabila tertanam dalam tanah kekuatannya relative tidak berubah.
Dipersyaratkan batu yang akan digunakan tidak berbentuk bundar (bersisi
tumpul). Oleh karena itu harus dibelah.
Disarankan batu kali yang akan digunakan harus bersih dari kotoran yang
dapat menurunkan kualitas pekerjaan.
Kegunaan:
Digunakan untuk bahan campuran pembuatan struktur beton
5. Kerikil/split
Untuk membantu meningkatkan kekuatan tanah.
Jenis kerikil/split yang digunakan:
Kerikil/split berasal dari batu alam dipecah (manual/masinal).
Untuk bahan campuran pekerjaan beton (sloof, kolom, dan balok) digunakan
kerikil ø 0,5 cm s/d 2 cm
Untuk pekerjaan beton yang lain (plat, rabat) dapat digunakan kerikil/split
dengan butiran lebih besar, yaitu ø 3 cm s/d 5 cm.
Dipersyaratkan kandungan Lumpur sesedikit mungkin.

Kegunaan :
Digunakan bahan utama pasangan dinding bata.
Bisa digunakan untuk pondasi pada konstruksi yang bersifat ringan.
Jenis bata yang digunakan:
Terbuat dari tanah liat dicetak dan dibakar cukup matang (berwarna merah
kehitaman).
Terbuat dari batuan putih (alam).
6. Batu Bata Terbuat dari tanah padas/keras (alam).
Berbentuk prisma segi empat panjang dengan ukuran standar setempat.
Cukup padat dan tidak banyak porous (berpori besar).
Memiliki rusuk-rusuk yang siku-siku dan tajam.
Memiliki bidang datar dengan permukaan kasar dan tidak menunjukkan
tanda-tanda retak dan mudah patah.
Bata cetak (batako) hanya digunakan untuk pekerjaan dinding yang berfungsi
sebagai partisi (bukan pemikul beban).
Kegunaan:
Sebagai bahan perekat spesi maupun adonan beton).
Semen Portland Jenis semen yang digunakan:
7.
(PC) Semen produksi pabrik dengan tipe sesuai kebutuhan.
Jika menggunakan semen curah, harus memiliki tempat dan alat penyimpan
standar sehingga semen tidak mengeras sebelum digunakan.
Kegunaan:
Sebagai bahan utama pelarut campuran/adukan spesi dan beton.
Jenis air yang digunakan:
8. Air Air bersih, tidak mengandung kotoran organik ataupun kimia.
Air laut, air selokan, dan air limbah industri tidak diperkenankan dipergunakan
untuk pekerjaan beton.
Kegunaan:
Digunakan sebagai bahan konstruksi (Kap: kuda-kuda, nok, gording, usuk
dan reng, balok tembok).
Digunakan sebagai bahan kusen dan daun pintu/jendela.
Digunakan sebagai bahan perabot.
Digunakan untuk pondasi tiang pancang.
Digunakan untuk struktur dan dinding bangunan kayu.
Digunakan untuk lantai bangunan kayu.
Digunakan untuk cetakan/acuan atau bekisting.
Jenis kayu yang digunakan:
9. Kayu Untuk pondasi tiang pancang, minimal jenis kayu besi atau yang setara
(kelas kuat I, kelas awet I).
Untuk struktur bangunan atau struktur kap, minimal kayu kelas kuat II, seperti
kamper, keruing yang berasal dari Kalimantan atau kayu lokal dengan
kualitas setara.
Memiliki tingkat kekeringan yang cukup sehingga tidak mudah berubah
bentuk yang dapat mengakibatkan menurunya kualitas pekerjaan.
Seyogyanya digunakan kayu mutu A (lurus, tidak banyak memiliki cacat kayu
seperti: mata kayu, retak, dsb).
Untuk pekerjaan bekisting dapat digunkan kayu papan lunak (kayu kelas III)
atau multiplek.
Kegunaan:
Digunakan untuk tulangan pada pekerjaan beton bertulang.
Digunakan sebagai angkur pada pemasangan kusen..
10. Besi beton Jenis besi yang digunakan:
Besi standar untuk beton bertulang (SII), ukuran diameter penuh/tepat (tidak
banci) dan tidak berkarat.

Jenis cat yang digunakan:


Halus, rata dan tidak luntur apabila terkena air (dapat dilap dengan lap
basah).
Untuk bagian luar yang langsung berhubungan dengan cuaca (matahari dan
11. Cat Dinding hujan), digunakan jenis cat yang tahan terhadap perubahan cuaca
(weathershield).
Disarankan sebelum pengecatan, dinding dilapisi plamir dengan kualitas baik
sehingga cat tidak mudah mengelupas atau luntur.

Jenis cat yang digunakan:


Halus, rata dan berwarna cerah (tidak kusam).
Tahan terhadap perubahan cuaca (tidak mudah mengelupas akibat
perubahan cuaca).
12. Cat Kayu/Besi Cepat kering dan tidak luntur.
Disarankan permukaan bidang yang akan dicat dilapisi plamir berkualitas baik
sehingga cat tidak mudah mengelupas atau kusam

Jenis politur yang digunakan:


Halus, rata, cepat kering dan tidak mudah luntur atau warna pudar.
13. Politur Kayu Sebelum dipolitur, permukaan kayu harus diratakan dengan menggunakan
dempul kayu.

Digunakan sebagai bahan finishing setelah dipolitur sehingga lebih mengkilat


14. Vernis
dan tahan terhadap cuaca ataupun goresan.
Jenis penutup atap yang digunakan :
Genteng, seng gelombang, asbes gelombang , atau jenis penutup atap yang
lain.
15.
Penutup atap Masing-masing jenis penutup atap harus memiliki ukuran yang sama, tidak
retak yang menyebabkan bocor atau rembesan air, tidak mudah pecah dan
cukup kuat menahan injakan kaki pada saat dikerjakan/dipasang, dan tidak
mudah berjamur/lumut.
Jenis penutup lantai yang digunakan:
Keramik, tegel, atau jenis penutup lantai lainnya yang memiliki kualitas
setara, papan kayu.
16. Penutup Lantai
Dipakai kualitas No. 1/kw-1/kw-A (memiliki ukuran yang seragam/sama,
sudut-sudutnya siku/presisi, permukaan bidang datar/tidak baling).

Jenis kaca yang digunakan:


Kaca dengan ketebalan 5 mm, berwarna bening atau jenis reyband (maks
17. Kaca
40%) satu sisi, permukaan bidang rata/tidak bergelombang).

Untuk beton struktur (sloof, kolom, balok, dan ringbalk) dingunakan


dengan mutu beton minimal K.125 kg/cm2, untuk beton non struktur dan Mutu
beton K.250 kg/cm2 untuk beton struktur
Untuk mempercepat proses dan meningkatkan kualitas pekerjaan,
dimungkinkan pemakaian bahan aditif.
18. Kualitas Beton
C. Pemahaman Tentang Jenis Pekerjaan Pembangunan
Dalam pembangunan konstruksi gedung/ruang dikenal istilah jenis pekerjaan
pembangunan, jenis pekerjaan pembangunan ini adalah pengelompokan kegiatan
yang diklasifikasikan sesuai komponen-komponen yang ada didalam konstruksi
bangunan. Pemahaman terhadap jenis pekerjaan akan mempermudah
Pelaksana/Penyedia dalam menyusun RAB dan menyusun rencana kerja. Jenis-jenis
pekerjaan tersebut antara lain adalah :
1). Pekerjaan Persiapan
Pada tahap persiapan ini kegiatan yang dilaksanakan adalah:
(1). Mempersiapkan Gambar dan Jadwal Kerja
(2). Pembersihan lokasi (site clearing).
(3). Pembuatan bedeng kerja (direksi keet) untuk gudang bahan dan los kerja
untuk melakukan pembuatan dan perakitan komponen-komponen
bangunan.
(4). Membuat papan informasi untuk penempelan informasi proses pelaksanaan
pembangunan dll yang dipasang di depan direksi keet dan terlindung dari
hujan.
(5). Persiapan atas fasilitas dan informasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) termasuk briefing, penyiapan peralatan K3 dan sebagainya.
(5). Menyiapkan fasilitas penerangan, air bersih dan sarana komunikasi
(disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi/kondisi setempat)
(6). Pengukuran bagian-bagian rencana bangunan (setting out).
(7). Pemasangan bouwplank atau patok (tanda) titik-titik luar bangunan yang
dihasilkan setelah pengukuran.
(8). Mendatangkan bahan dan alat bantu yang akan dipakai untuk pemasangan
fondasi dan sloof.
(9) Memobilisasi alat untuk memulai pelaksanaan pekerjaan dan demobilisasi
alat setelah selesai pelaksanaan pekerjaan.

2). Pekerjaan Pondasi Garis


a. Pekerjaan Galian dan Urugan kembali bekas galian
Pekerjaan galian dan urugan (untuk pemasangan fondasi) dilaksanakan setelah
pengukuran dan pemasangan bouwplank atau patok (tanda) selesai. Kedalaman
galian tanah untuk pondasi tergantung struktur kekerasan tanah. Pekerjaan
galian dan urugan tanah ini biasanya dilakukan dengan tenaga manusia dan
dilaksanakan mengikuti tanda/bouwplank yang sudah dipasang. Detail
pekerjaan galian dan urugan tanah dapat dilihat pada bagian Rencana Kerja dan
Syarat (RKS).
b. Pekerjaan Urugan Pasir dan Pasangan Batu Kosong
Pekerjaan urugan pasir dilaksanakan setelah seluruh galian dan urugannya
selesai. Pasir yang digunakan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
c. Pekerjaan Pondasi
Setelah pekerjaan galian dan urugan pasir selesai pekerjaan selanjutnya adalah
pemasangan fondasi. Pekerjaan Pondasi memakan biaya antara 8-12% dari
total biaya pembangunan, namun setelah selesai tidak terlihat karena tertimbun
didalam tanah. Jenis fondasi bermacam-macam tergantung dari kondisi tanah
dimana pondasi tersebut akan dibuat.
Jenis pondasi yang paling umum dipakai adalah fondasi batu kali atau tiang
pancang kayu atau tongkat untuk daerah-daerah tertentu yang kondisi tanahnya
berlumpur atau berair. Detail-detail pekerjaan pondasi dapat dilihat dalam RKS.
3). Pekerjaan Urugan Tanah dan lainnya untuk lantai
a. Pekerjaan Urugan Tanah di bawah lantai
Pekerjaan urugan (untuk lantai) dilaksanakan setelah pekerjaan pondasi selesai
dilaksanakan. Detail pekerjaan urugan tanah dapat dilihat pada bagian Rencana
Kerja dan Syarat (RKS).
b. Pekerjaan Urugan Pasir bawah lantai
Pekerjaan urugan pasir dilaksanakan setelah seluruh pelaksanaan timbunan
tanah selesai. Tebal urugan pasir 5 cm dan dilakukan secara merata. Pasir yang
digunakan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
c. Pekerjaan Lantai Kerja bawah lantai
Pekerjaan ini menggunakan mutu beton K100 atau setara fc’ 8.3Mpa. Detail-
detail pekerjaan pondasi dapat dilihat dalam RKS

4). Pekerjaan Beton untuk


Bagian-bagian bangunan/ruang yang akan dibangun yang merupakan
pekerjaan beton terutama adalah pondasi poer, sloof, kolom, balok, ringbalk dan
plat atap harus dilaksanakan secara hati-hati sesuai dengan ketentuan teknis
yang berlaku. Campuran yang dipakai untuk pembuatan beton yaitu Semen,
Pasir dan kerikil/split dengan beton K. 250 kg/cm2, Mutu K.300 kg/cm2 dengan
ukuran besi tulangan sesuai dengan gambar pelaksanaan. Detail pekerjaan
beton dapat dilihat pada RKS.
Mutu beton setiap bagian struktur mengacu pada bagian IV. Pekerjaan Struktur
dengan masing-masing bagian dengan ukuran dan mutu yang ditentukan atau
mengacu pada Gamabar Kerja yang disepakati.

5). Pekerjaan Pemasangan Dinding


Dinding pada umumnya terbuat dari pasangan batu bata semaksimal mungkin
harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna ruangan
tersebut serta dapat mengurangi kebisingan atau gangguan suara sehingga
aktivitas pada masing-masing ruangan tidak saling mengganggu.

6). Pekerjaan Atap


Penutup atap yang dipakai adalah atap metal (seng gelombang, atap multi roof
dll) dipasang diatas gording, dengan rangka yang terbuat dari baja ringan yang
disesuaikan dengan rencana atap bangunan.

7). Pekerjaan Langit-Langit /Plafond


Plafond atau langit-langit adalah bidang penutup konstruksi atap, sehingga
ruang akan terlihat rapih dan terasa lebih segar karena plafond juga berfungsi
sebagai isolator radiasi panas matahari dari penutup atap. Ketinggian plafond
minimum adalah 3,25 m atau menyesuaikan dengan fungsi ruangan agar
memenuhi kecukupan penghawaan bagi pengguna ruang yang bersangkutan
dan disarankan untuk dicat dengan warna terang.
Pemasangan plafond hendaknya dilakukan setelah penutup atap selesai
dipasang.

8). Pekerjaan Lantai


Lantai pada umumnya berupa permukaan tanah yang dilapisi penutup lantai,
baik beton rabat (beton tanpa tulangan), plester semen PC, tegel abu-abu,
keramik, papan kayu atau bahan lainnya.
Beberapa catatan penting dalam urutan pelaksanaan pakerjaan lantai antara
lain : Pekerjaan lantai dilaksanakan setelah pekerjaan atap, plafond, plesteran
dan acian dinding selesai.

9). Pekerjaan Instalasi Listrik


Pekerjaan instalasi listrik adalah seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan
pemasangan kabel-kabel, lampu-lampu, switch/ skaklar dan stop kontak serta
sistim pemutus arus termasuk pentanahannya.
Pada prinsipnya pemasangan instalasi listrik harus benar-benar memenuhi
persyaratan teknis, dan semua bahan yang digunakan hendaknya berkualitas
cukup sehingga dapat berfungsi dengan baik dalam waktu cukup lama.

10). Pekerjaan Drainase


Pekerjaan drainase disini dimaksudkan adalah seluruh pekerjaan air kumuh dan
penyaluran air hujan secara sistematis sehingga tidak mengganggu
kenyamanan pemakai atau merusak konstruksi bangunan.

13). Pekerjaan Finishing dan Perapihan


Pekerjaan finishing meliputi pekerjaan antara lain: pengecatan dinding,
pengecatan plafond, pengecatan Listplang, sedangkan pekerjaan perapihan
pada dasarnya merupakan penyempurnaan atau perapihan pekerjaan yang
pada hakekatnya telah selesai namun masih diperlukan penyempurnaan.
Sebagai contoh, misalnya terdapat pintu yang tidak dapat dibuka/tutup dengan
sempurna; jika terdapat cat yang masih kurang rata, plesteran retak-retak,
plafond melendut dan sebagainya.

D. Menyusun Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Penjadwalan merupakan penerjemahan tahapan-tahapan pekerjaan konstruksi yang
digambarkan dalam skala waktu. Dalam penyusunan jadwal perlu ditentukan kapan
masing-masing kegiatan dimulai dan diselesaikan, sehingga pembiayaan dan
pemakaian sumberdaya dapat diatur waktunya sesuai keperluannya. Selain itu
penjadwalan ini dapat digunakan untuk pengendalian atau pengawasan pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
Dari beberapa cara yang biasa digunakan untuk mengontrol dan memonitor kemajuan
pekerjaan di lapangan, salah satu cara yang sederhana dan cukup dikenal adalah
diagram balok (Bar Chart) dalam bentuk kurva S.
BAB III.
RENCANA KERJA DAN SYARAT TEKNIS

A. URAIAN UMUM
1). Pelaksana Pekerjaan
Pelaksana pekerjaan yang dilakukan oleh pihak Kontraktor, meliputi antara lain
mendatangkan semua bahan, pengerahan tenaga kerja, mengadakan alat bantu
dan sebagainya. Mekanisme pekerjaan termasuk dalam usaha penyelesaian dan
penyerahan pekerjaan dalam keadaan sempurna dan lengkap. Termasuk
pekerjaan yang tidak ditentukan dengan jelas dalam persyaratan teknis dan
gambar, tetapi masih dalam lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai
dengan volume yang tertera dalam RAB.
2). Lokasi pekerjaan, termasuk segala sesuatu yang berada didalamnya diserahkan
kepada pelaksana untuk dilakukan pembangunan suatu bangunan konstruksi.
3). Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sebelum menyerahkan ke Pemberi
Pekerjaan termasuk pembersihan lokasi pekerjaan.
4). Ukuran-Ukuran.
(1). Ukuran-ukuran telah ditetapkan seperti dalam gambar.
(2). Jika terdapat perbedaan antara ukuran yang terdapat didalam gambar
utama dengan ukuran yang terdapat didalam gambar detail, maka yang
mengikat adalah ukuran yang berada didalam gambar detail.
(3). Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru dan tidak sesuai
dengan gambar perencanaan baik sebelum dan selama pelaksanaan
pekerjaan ini adalah menjadi tanggung jawab pelaksana sepenuhnya.
(4). Sebagai patokan/ukuran pokok ± 0.00 diambil dilapangan, yaitu diambil
tinggi tanggul pantai (± 60 cm dari muka tanggul).
(5). Ukuran tinggi yang tetap terhadap ukuran pokok (± 0.00) ditentukan oleh
patok yang sudah ada diatas lahan proyek, dan tanda patokan ini harus
terlindung dan jangan sampai berubah.

B. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN TEKNIS BAHAN


1). Air.
Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air tawar bersih dan tidak
mengandung minyak, asam alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan
lain yang merusak bangunan, memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang
ditentukan dalam PUBI-1970/NI-3 pasal 10.
2). Pasir Urug.
Pasir untuk pengurugan, peninggian, dan lain-lain tujuan, harus bersih dan keras
atau memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PUBI-1970/NI-3
pasir laut untuk maksud-maksud tersebut tidak dapat digunakan.

3). Pasir Pasang.


Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen, harus
memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PBI-1971/ NI-2.
Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari. Kadar
lumpur tidak boleh melebihi 5%. Butiran butirannya harus dapat melalui ayakan
berlubang 3 mm persegi. Pasir laut tidak boleh digunakan.
4). Portland Cement (PC).
(1). Portland Cement (PC) yang digunakan harus PC sejenis (NI-8) dan masih
dalam kantong utuh atau baru serta memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam PBI – 71/NI-2.
(2). Bila mengunakan Portland Cement (PC) yang telah disimpan lama harus
diadakan pengujian terlebih dahulu oleh laboratorium yang berkompeten.
(3). Dalam pengankutan Portland Cement (PC). ketempat pekerjaan harus
dijaga agar tidak menjadi lembab, dan penempatannya harus ditempat yang
kering.
(4). Portland Cement (PC) yang sudah membatu (menjadi keras) tidak boleh
dipakai.
5). Pasir Beton.
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organik
lumpur dan sebagainya. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%.
6). Koral Beton/Split.
(1). Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai
gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat pelaksanaan PBI-1971.
(2). Butiran-butiran split harus dapat melelaui ayakan berlubang persegi 76 mm
dan tertinggal diatas ayakan berlubang 20 mm.
(3). Koral/split hitam mengkilap keabu-abuan.
7). Kayu.
(1). Pada umumnya kayu bersifat baik dan sehat dengan ketentuan, bahwa
segala akibat dari kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan
pemakaian tidak akan merusak atau mengurangi nilai konstruksi, memenuhi
syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PPKKI-1961.
(2). Mutu kayu ada 2 (dua) macam yaitu mutu A dan mutu B.
(3). Yang dimaksud kayu mutu A adalah memenuhi syarat-syarat pelaksanaan
sebagai berikut :
Harus kering udara (kadar lengas 5%). Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari
lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari 3,5 cm. Balok tidak boleh
mengandung lubang radial kayu yang lebih besar dari 1/10 dari tinggi balok.
Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi ¼ tebal kayu, dan retak-retak
menurut lingkaran tidak melebihi 1/5 tebal kayu. Miring arah serat (tangensial)
tidak melebihi 1/10.
(4). Yang dimaksud dengan kayu mutu B, kayu yang tidak termasuk dalam mutu
A, tetapi memenuhi syarat-syarat Pelaksanaan sebagai berikut :
Kadar lengas kayu 30%.
Besar mata kayu tidak melebihi ¼ dari lebar balok dan juga tidak boleh
lebih dari 5 cm. Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu
radial kayu yang lebih besar 1/10 dari tinggi balok. Retak dalam arah
radial tidak boleh melebihi 1/3 tebal kayu, dan retak-retak menurut
lingkaran tidak melebihi ¼ tebal kayu. Miring arah serat (tangensial)
tidak melebihi 1/7.

8). Beton
(1). Mutu campuran beton yang dicapai dalam pekerjaan non struktur/ struktur
pendukung menggunakan campuran 1 Pc ; 3 Psr : 5 Split. hingga setara
dengan mutu beton K-125 dan harus memenuhi persyaratan dalam PBI-
1971.
(2) campuran beton ini digunakan sebagai lantai kerja.
(3). Untuk pekerjaan structural menggunakan beton Mutu K-250 kg/cm2
dengan komposisi mengikuti JMF Beton.

9). Besi Beton.


(1). Besi beton yang digunakan mutu U-24 dengan diameter besi < 12 mm dan
U-32 untuk diameter besi > 12 mm , sesuai yang ditentukan, yang penting
harus dinyatakan oleh test laboratorium resmi dan sah.
(2). Besi harus bersih dan tidak mengandung minyak/lemak, asam, alkali dan
bebas dari dari cacat seperti serpi-serpi. Penampung besi harus bulat
serta memenuhi persyaratan NI-2(PBI-1971).

10). Batu Bata Merah.


Persyaratan bata merah harus melalui persyaratan seperti tertera dalam NI-10
atau dengan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
(1). Bata merah harus satu pabrik, satu ukuran, satu warna, satu kualitas.
(2). Ukuran yang digunakan :
Panjang 24 cm, lebar 11,5 cm, tebal 5,2 cm atau.
Panjang 24 cm, lebar 11,5 cm, tebal 5 cm.
(3). Penyimpangan terbesar dari ukuran seperti tersebut diatas adalah
panjang maksimal 3%, lebar maksimal 4% tebal maksimal 5% dengan
selisih maksimal ukuran antara bata terkecil.
(4). Warna, satu sama lain harus sama, dan apabila dipatahkan warna
penampang harus sama merata kemerah-merahan.
(5). Bentuk, bidang-bidang harus rata atau rusuk-rusuknya harus siku atau
bersudut 90 derajat. Bidangnya tidak boleh retak-retak.
(6). Suara apabila dipukul oleh benda keras suaranya nyaring.
(7). Pemasangan batu bata setiap maksimal 12 m2 = (3m x 4m) luas bidang
harus diberi kolom praktis.

11). Multipleks.
Kayu lapis tebal 3-9 mm, ukuran 120x240 cm, potongan tepi multipleks rapih
tidak ada yang retak. Permukaan tidak cacat dan bekas dempulan.

12). Keramik.
Keramik yang digunakan memiliki Kuat tekan minimum 900 kg/cm, dengan
menggunakan produk yang baik.

C. PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN


Meliputi penggalian tanah untuk pondasi dan pekerjaan lainnya yang memerlukan
penggalian tanah, kemudian mengurug kembali galian disisi kanan-kiri pondasi atau
bagian lain dari bangunan.
Pengurugan dilaksanakan selapis demi selapis setiap 20 cm, dan setiap lapisan harus
dipadatkan menggunakan alat pemadat (misal mesin compactor) ataupun dikerjakan
secara manual sehingga tidak terjadi penurunan tanah yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada pondasi, seperti pondasi patah/putus, pondasi menggantung, ataupun
kerusakan pada lantai bangunan.
D. PEKERJAAN FONDASI DAN BETON
1). Lingkup Pekerjaan.
(1). Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar, dengan
hasil yang baik dan rapih.
(2). Pengadaan dan pemasangan fondasi batu kali, pelat fondasi beton beton
bertulan, sloof, rollag, stek besi untuk kolom, dibawah pasangan dinding
batu bata dan selasar.
(3). Pengadaan besi beton dan merakit tulangan untuk sloof, pelat fondasi
beton, kolom dan lain-lain komponen yang ditunjukkan pada gambar dan
lain-lain.

2). Syarat-syarat Bahan (lihat syarat-syarat pelaksanaan teknis bahan).

3). Syarat-syarat Pelaksanaan.


(1). Pondasi Batu Kali/Gunung
Sebelum memasang pondasi, Kondisi tanah dibawah fondasi perlu
mendapat perhatian, bila kurang baik/ berlumpur/berair, tanah didasar
fondasi diperbaiki dengan urugan sirtu (pasir batu)
Agar pondasi benar-benar stabil, maka galian tanah untuk pondasi
harus mencapai tanah keras dan sekurang-kurangnya sesuai dengan
gambar teknis.
Pada bagian bawah galian diberi lapisan pasir setebal ± 10 cm,
kemudian dihampar aanstamping (pasangan batu kosong), baru
diatasnya dipasang pondasi batu dengan menggunakan spesi
sebagai perekat.

(2). Beton
Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan syarat
pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian
buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku
persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai
dengan standar di bawah ini :

Peraturan dan Standar Perencanaan berdasarkan:


1. Tata Cara Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung
(SNI 2847-2013).
2. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung
(SNI 03-727-1989-F).
3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non-Gedung tahun 2012 (SNI 1726-2012) &
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
(SNI-03-1726-2002).
4. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-847-2002).

Kualitas beton yang digunakan adalah dengan campuran


/perbandingan mutu K.250 kg/cm2 dan mutu K.300 kg/cm2 dan harus
memenuhi ketentuan-ketentuan lain sesuai dengan Peraturan Beton
Bertulang’ 1971 (PBI-1971) dan SK. SNI. T-15. 1991-03

Baja tulangan harus memenuhi persyaratan SNI 2847-2002 pasal 9

Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang


disyaratkan dalam SNI 2847-2002.
Pembuatan tulangan untuk batang-batang yang lurus atau
dibengkokkan, (tiap ujung besi diberi hak/tekukan) sambungan dan
kait-kait dalam pembuatan sengkang-sengkang harus sesuai dengan
persyaratan yang tercantum pada PBI-1971 dan SK.SNI.T. T-15.
1991-03. Pemasangan tulangan besi beton harus sesuai dengan
gambar konstruksi. Tulangan besi beton harus diikat dengan kawat
beton untuk menjamin besi tersebut tidak berubah anyamannya
selama pengecoran, dan tebal selimut beton ± 2,5 cm.

Pengecoran Beton.
Cara pengadukan bisa menggunakan mesin molen.
Sebelum pengecoran, cetakan harus bersih dari kotoran baik sampah
bekas bekisting maupun kotoran.
Ukuran-ukuran dan ketinggian, penulangan dan penempatan
penahanan jarak harus selalu diperiksa sebelum pengecoran
dilaksanakan.
Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus
dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti kropos yang dapat
memperlemah konstruksi.
Pekerjaan Bekisting.
Bekisting harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran
yang telah ditetapkan dalam gambar.
Bekisting harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-
perkuatan cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap
pada kedudukan selama pengecoran. Bekisting harus rapat dan tidak
bocor permukaanya, bebas dari kotoran seperti serbuk gergaji,
potongan-potongan kayu, tanah dan sebagainya, agar mudah pada
saat dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
Pembukaan bekisting baru dilakukan setelah memenuhi syarat-syarat
yang dicantumkan dalam PBI-1971 dan SNI.T-15-1991-01.yaitu
kurang lebih 21 hari.

4). Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan


(1). Bahan didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
cacat.
(2). Bahan harus disimpan ditempat terlindung, kering, tidak lembab dan
bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh pabrik.
(3). Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi
sesuai dengan jenisnya.

5). Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan


(1). Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama
3x24 jam setelah pengecoran.
(2). Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan-pekerjaan lain.
(3). Bila terjadi kerusakan, pelaksana diwajibkan untuk memperbaiki dengan
tidak mengurangi kualitas pekerjaan.
(4). Bagian-bagian beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus
selalu dibasahi dengan air terus menerus selama 1 mingu atau lebih
sesuai ketentuan dalam peraturan beton bertulang, PBI-1971 dan SK.T-
15.1991-03.
E. PEKERJAAN DINDING
1). Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan alat bantu untuk:
(1). Pekerjaan pasangan batu bata dinding bangunan dan didinding didalam
ruangan,
(2). Pekerjaan pemasangan kolom dan ring balk beton dan kolom beton praktis
dan balok latai,
(3). Plesteran dibagian luar dan dalam ruang serta nat, acian dan sekonengan
di seluruh bagian dinding ruang/bangunan,
(4). Peralatan yang diperlukan termasuk alat bantu dan alat angkut yang
diperlukan untuk melaksanakan pekeerjaan ini sesuai dengan yang
ditentukan.
(5). Sesuai dengan gambar yang telah disepakati untuk dilaksanakan.

2). Persyaratan Bahan.


Persyaratan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
(1) Batu kali/ gunung/ belah yang keras, ukurannya rata sama, satu dan
lain hal sesuai dengan SNI 03-2461-1991.
(2) Semen yang dapat dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah merek
tonasa harus memenuhi persyaratan yang tersebut dalam SNI 15-2049-
1994 satu dan lain hal sama dengan yang disyaratkan untuk pekerjaan
beton dengan pasangan bata.
(3) Pasir yang digunakan dalam pekerjaan ini jenis pasir pasang, yang
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam SNI 03-2461-1991
(4) Air untuk mengaduk semen pasir tersebut di atas harus bersih, satu dan
lain hal sesuai dengan SNI 03-2847-2002.
3). Syarat-syarat Pelaksanaan.
(1). Pasangan Bata
Sebagian besar dinding dari batu bata merah, dengan menggunakan
adukan campuran 1 pc : 4 pasir.
Untuk semua dinding luar maupun dalam, dilantai dasar maupun lantai
tingkat, mulai dari permukaan sloof/balok sampai ketinggian 30 cm,
diatas permukaan lantai dan daerah basah digunakan adukan kedap
air dengan campuran 1 pc : 3 pasir.
Sebelum digunakan batu bata merah harus direndam dalam bak air
atau drum hingga basah merata.
Setelah batu bata merah terpasang dengan adukan, nat/siar-siar
harus dikorek sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan
kemudian disiram air.
Pasangan dinding bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu dan siar telah dikorek serta dibersihkan dari aduk yang
tersisa.
Pemasangan dinding dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimum 24 lapis atau maksimum tinggi 1 m, diikuti dengan cor
kolom praktis.
Bidang dinding ½ bata yang luasnya lebih besar 9 m2 = (3m x 3m)
maksimal 12 m2 = (3m x 4m) harus ditambahkan kolom dan balok
penguat (kolom praktis) dengan ukuran 15x15 cm dengan tulangan
pokok 4 Ø– 10 mm begel Ø 8 – 150 mm, jarak antara kolom 3 - 3,5 m.
Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton Ø –
8 mm, jarak 40 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada
bagian pekerjaan beton dan bagian yang terlebih dahulu ditanam
dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm.
Pasangan batu bata merah untuk dinding ½ batu harus menghasilkan
dinding finis setebal 15 cm dan untuk dinding 1 (satu) batu finis adalah
25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat rapi dan benar-benar
tegak lurus.

(2). Pekerjaan Plesteran


Bersihkan permukaan sampai benar-benar siap menerima adukan
plesteran, singkirkan semua hal yang dapat merusak atau
mengganggu pekerjaan.
Pada permukaan dinding yang akan diplester, siar-siar sebelumnya
harus dikerok sedalam 1 cm untuk memberikan pegangan pada
plesteran.
Dinding disikat sampai bersih dan disiram air, barulah plesteran lapis
pertama dapat dikerjakan.

Plesteran kedua berupa acian semen (PC).


Tebal plesteran dinding tidak boleh kurang dari 1 cm atau lebih dari 2
cm, kecuali ditetapkan lain.
Pekerjaan plesteran akhir harus lurus, sama rata, datar, dan tegak
lurus.
Untuk bidang yang kedap air/pasangan dinding batu bata yang dekat
dengan tanah (diatas slof), semua pasangan dinding batu bata diberi
trasram dengan adukan 1 pc : 3 dengan ketinggian 40 cm dari
permukaan lantai.
Jika hasil plesteran menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, tidak
rata, tidak tegak lurus, bengkok adanya pecahan atau retak, keropos,
maka bagian tersebut harus dibongkar untuk diperbaiki.
Pelaksana bertanggung jawab atas penentuan prosedur/cara
perbaikan dan hal-hal lain yang terjadi selama pelaksanaan, seperti
plesteran retak, rusak selama waktu pelaksanaan.
4). Syarat-syarat Pelaksanaan Pengiriman dan Penyimpanan Barang.
Selain batu bata merah, pasir, batu kali, dan kerikil, bahan bangunan yang
dikirim ke lokasi (site), terutama semen harus dalam keadaan tertutup atau
dalam dalam kantong yang masih disegel dan berlabel pabrik, bertuliskan tipe
dan tingkatannya, dalam keadaan tidak cacat. Bahan harus diletakan ditempat
yang kering, berventilasi baik, terlindung, bersih. terlindung, bersih. Pelaksana
bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan baik sebelum
dan selama pelaksanaan.
5). Syarat-syarat Pelaksanaan Pengamanan Pekerjaan.
Pelaksana diwajibkan melindungi pekerjaan tersebut dari kerusakan. Apabila
terjadi kerusakan pada ruang/gedung tersebut, pelaksana diwajibkan untuk
memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan.

G. PEKERJAAN ATAP
1). Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan atap meliputi pembuatan dan pemasangan kuda-kuda, nok, gording,
usuk dan reng, balok tembok (murplat) dan plisir (lisplank), serta pemasangan
penutup atap (genteng/seng gelombang/atap metal lainnya, dsb). Apabila
menggunakan penutup atap standar pabrik/pabrikan, disarankan untuk memeriksa
ketentuan pemasangan usuk dan reng yang tertera pada brosur.
Pekerjaan melingkupi :
1.1. Pekerjaan Rangka Atap dengan Baja Ringan
1.2. Pekerjaan Penutup Atap
1.3. Kontraktor harus menyediakan material, peralatan dan tenaga yang cakap
untuk dapat menjamin kelancaran keamanan dalam pelaksanaan pekerjaan
ini. Alat pengangkat (crane), katrol atau sejenisnya yang akan digunakan
harus disetujui Konsultan Pengawas

2). Persyaratan Umum


2.1. Peraturan Profil Rangka Baja Ringan SNI 8339 Tahun 2017
2.2. Semua peraturan - peraturan/ norma - norma lainnya yang relevan dan
berlaku dalam wilayah Republik Indonesia.
2.3. Pekerjaan kuda-kuda ini terbuat dari baja ringan plat baja C. 075.075
2.4. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh pekerjan yang professional dalam
pengerjaan kuda-kuda baja ringan
2.5. Semua pekerjaan baut (bolt) harus memenuhi syarat AISC, Spesification for
Struktural Joint Bolt.
2.6. Bersertifikat SNI dan sertifikat ISO
2.7. Bergaransi anti karat minimal 25 tahun
3). Spesifikasi Bahan Rangka Atap Baja Ringan
1). Mutu Baja : G 550 (Kuat Tarik 550 Mpa)
2). Komposisi Baja : 55 % aluminium, 43,5 % Zinc, 1,5 % Silicon.
3). Ukuran baja Kuda-kuda sesuai gambar
4). Untuk Reng Canal U sesuai keterangan pada gambar
5). Dynabolt tebal 12 mm, panjang 100 mm
6). Baut type self drilling screw

4). Persyaratan Umum


9.1. Penutup atap menggunakan bahan Atap Zincalume warna model spandek t =
0.4 mm, Nok, dari bahan dan spesifikasi yang sama dari satu pabrik.
9.2. Pemasangan dan penyelesaian detail-detail penutup Atap Spandek
Polycarbonate sesuai dengan spesifikasi yang dikeluarkan pabriknya.
9.3. Warna Atap Spandek menyesuaikan persetujuan direksi.

H. PEKERJAAN PLAFOND
1). Lingkup Pekerjaan.
(1). Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan tenaga kerja,
penyediaan bahan/material, peralatan serta alat bantu lainnya yang
diperlukan dalam pelaksanaaan pekerjaan ini, sehingga pekerjan langit-
langit multiplek/Calsiboard/Gypsum dapat dilaksanakan dengan hasil yang
baik dan sempurna.
(2). Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah seluruh ruangan.
(3). Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemasangan plafon dengan seluruh detail
seperti yang disebutkan/disyaratkan dalam dokumen gambar.
(4). Cara pengerjaan, bentuk, volume serta detail ukuran lainya sesuai dengan
yang tercantum dalam gambar dan RAB.
(5). Kecuali ditentukan lain, dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan
maupun tambahan-tambahan bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan ini adalah menjadi tanggung jawab pelaksanan.

2). Persyaratan Bahan.


(1). Bahan yang digunakan adalah calsyboard dengan ketebalan 3-5 mm yang
digunakan harus benar-benar halus, bebas dari cacat kayu yang ada seperti
sobek serat, lubang bekas paku, dll.
(2). Ukuran calsyboard yang digunakan adalah modul 60 x 120 cm.
(3). Spesifikasi bahan lain yang digunakan seperti tercantum dalam syarat-
syarat teknis bahan.
(4). Bahan rangka penggantung panel calsyboard, dari besi hollow atau baja
ringan

3). Syarat-syarat Pelaksanaan.


(1). Sebelum dilaksanakannya pemasangan langit-langit ini, semua pekerjaan
lain yang terletak diatas langit-langit harus sudah terpasang secara
sempurna.
(2). Sebelum pekerjaan pemasangan langit-langit dimulai, diwajibkan
mengadakan pengecekan /pemeriksaan kembali terhadap pekerjaan yang
erat hubungannya dengan pekerjaan langit-langit ini antara lain instalasi
kabel listrik penerangan dan daya, pemasngan atap dll, diwajibkan adanya
kerja sama (koordinasi) yang baik antara semua unsur Pelaksana
Lapangan.

(3). Tepi, sudut tiap potongan calsyboard setelah pemotongan adalah harus
rapi dan halus.
(4). Jarak antara tiap panel plafon adalah 0,5 cm (Nat).
(5). Rangka langit-langit yang bila digunakan besi hollow adalah kayu 4/4 cm
untuk balok induk dan balok bagi besi hollow 2/3 atau 2/4 cm. Dan rangka
ini dicat dengan meni besi sebanyak 2 x laburan.

I. PEKERJAAN LANTAI
1). Pekerjaan Dibawah Lantai
(1). Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan dan alat-alat bantu
yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil
pekerjaan yang baik.
Pekerjaan bawah lantai ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukan dalam gambar sebagai dasar dari lantai
finishing keramik.

(2). Persyaratan Bahan.


Sub-base lantai menggunakan lantai kerja rabat beton dengan
campuran 1 pc : 3 ps : 5 kr.
Bahan-bahan yang dipakai, harus sesuai dengan persyaratan bahan.
Bahan lain yang tidak terdapat pada daftar diatas akan tetapi
dibutuhkan untuk menyelesaikan/penggantian dalam pekerjaan ini
harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya.

(3). Syarat-syarat Pelaksanaan.


Tanah yang akan dijadikan dasar lantai harus dipadatkan sehingga
terdapat permukaan yang rata dan untuk memperoleh daya dukung
tanah yang maksimal, dengan menggunakan alat timbris.
Pasir urug dibawah lantai disyaratkan harus keras, bersih dan bebas
alkali, asam maupun bahan organik lainnya.
Tebal yang diisyaratkan 5 cm atau setebal sesuai dengan gambar dan
disiram dengan air kemudian ditimbris untuk memperoleh kepadatan
yang maksimal.
Diatas pasir urug diberi adukan rabat beton setebal 5 cm dengan
campuran 1pc: 3psr: 5krl.
Untuk pasangan diatas plat beton (lantai tingkat) diberi lapisan plester
(screed) campuran 1 pc: 3 psr setebal 5 cm dengan memperhatikan
kemiringan lantai.
Jenis lantai pada ruang pertunjukkan menggunakan lantai trap sesuai
dengan gambar.
Setiap trap pada lantai lebih tinggi 10 CM dari trap lantai sebelumnya
sesuai dengan gambar.
Pasangan ubin keramik dengan campuran semen dan pasir sebagai
perekat.
Pasangan ubin keramik tanah liat untuk lantai dan dinding pada area-
area, sesuaikan dengan yang ditunjukkan pada gambar.

(4). Syarat-syarat Penerimaan dan Penyimpanan Bahan.


Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan harus berkualitas baik
dan tidak cacat.
Beberapa bahan tertentu masih dalam kantong/kemasan aslinya yang
masih disegel dan berlabel pabrik.
Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup kering
tidak lembab dan bersih, sesuai persyaratan yang telah ditentukan.
(5). Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan.
Selama 7 hari setelah pekerjaan dilaksanakan, tempat pelaksanaan
pekerjaan harus dilindungi dari lalu lintas orang dan barang.
Pelaksana diwajibkan melindungi pekerjaan tersebut dari kerusakan
yang diakibatkan oleh pekerjaan yang lain.
Bila terjadi kerusakan, Pelaksana diwajibkan untuk memperbaikinya
dengan tidak mengurangi kualitas pekerjaan.

K. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK


1). Lingkup Pekerjaan Listrik.
(1). Pekerjaan yang termasuk pekerjaan instalasi ini merupakan pekerjaan
seluruh sistem listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja
dengan sempurna dan aman.
(2). Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan
pertama (serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut
sudah dapat dipergunakan.
(3). P2S dengan di bantu oleh Kepala Pelaksanan harus mengurus
penyambungan daya listrik ke PLN termasuk pengurusan administrasinya,
semua biaya resmi akan dibayar oleh Pelaksana.

2). Kabel Daya.


(1). Instalasi dan pemasangan kabel.
a. Bahan.
Semua kabel yang akan dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi peraturan SII dan SPLN. Semua kabel harus baru dan harus
jelas ukuran, jenis kabel, nomor dan jenis pintalannya.
Semua kabel dengan penampang 6 mm2 keatas harus jenis pilin
(stranded) dan instalasi tidak boleh memakai kabel dengan penampang
lebih lecil dari 2,5 mm2.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai adalah dari tipe:
(i). Untuk instalasi penerangan adalah NYA/NYM dengan conduit
pipa PVC.
(ii). Untuk kabel distribusi digunakan NYA dan penerangan taman
dengan mengunakan kabel NYFGBY.
Semua kabel NYA yang ditanam di dalam perkerasan (tembok, jalan,
beton dll) harus berada didalam conduit PVC kelas AW yang
disesuaikan dengan ukurannya, dan harus diklem.
b. Splice/pencabangan.
(i) Tidak diperkenankan adanya “splice” pencabangan ataupun
sambungan-sambungan baik dalam feeder maupun cabang-
cabang, kecuali pada outlet atau pada kotak-kotak penghubung
yang bisa dipakai.
(ii) Semua sambungan kabel baik didalam junction box, panel ataupun
tempat lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari
lembaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelit ataupun PVC,
yang diameternya di sesuaikan dengan diameter kabel.

c. Bahan isolasi.
Semua bahan isolasi untuk pencabangan, conection dan lain-lain
seperti karet, PVC asbes tape sintetis, resin, splice case, composit dan
lain-lain harus dari tipe yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi voltage
dan lain nya harus dipasang memakai cara yang disetujui oleh pabrik
atau menurut anjuran yang ada.

d. Penyambungan kabel.
(i) Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan yang sudah ditentukan (misalnya junction box).
(ii) Kabel-kabel disambung sesuai dengan warna atau nama masing-
masing, serta sebelum dan sesudah penyambungan harus
dilakukan pengetesan tahanan isolasi
(iii) Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan dan dilapisi
dengan timah putih dan kuat.
(iv) Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan
pipa PVC/protolen yang khusus untuk listrik.

2). Penerangan dan Stop Kontak.


(1) Lampu dan Armatur.
Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai
terminal pentanahan (grounding).
Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal box harus
cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang
ditimbulkan tidak menggangu kelangsung kerja dan unsur teknis
komponen lampu itu sendiri.
Ventilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna. Kabel dalam box
harus diberikan saluran klem-klem tersendiri, sehingga tidak menempel
pada balast atau kapasitor.
Box terbuat dari plat baja tebal minimum 0,7 cm, dicat dasar tahan
karat, kemudian di cat oven warna putih.
Ballast harus dari jenis “low loss ballast” dan harus dapat dipergunakan
single lampu balast (satu lampu flourentscent).
(2) Stop Kontak Biasa.
Stop kontak biasa yang dipakai untuk pemasangan di dinding adalah
stop kontak tunggal/doble, ranting 250 volt, 13 ampere,.
(3) Stop Kontak Khusus (SKK).
Stop kontak khusus yang dipakai adalah stop kontak satu phasa, untuk
pemasangan rata dinding dengan ketinggian 120 cm diatas lantai, SKK
harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan.
(4) Saklar Dinding.
Saklar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe in bouw
dengan rating 250 volt, 10 ampere, single gang, double gang.
(5) Junction Box Untuk Saklar dan Stop Kontak.
Junction box harus dari bahan metal dengan kedalaman tidak kurang
dari 35 mm.

Kontak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan.


Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada juction box dengan
menggunakan baut atau ditanamkan dalam dinding.
(6) Kabel Instalasi.
Pada umumnya kabel untuk instalasi penerangan dari instalasi stop
kontak harus dari kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau
lebih (kabel jenis NYM).
Kabel harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm2.
Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL sebagai
berikut :

(i). Fasa 1 : Merah


(ii). Fasa 2 : Kuning
(iii). Fasa 3 : Hitam
(iv). Netral : Biru
(v). Tanah (ground) : hijau-kuning
(7). Pipa Instalasi Pelindung Kabel.
Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC klas
AW atau GIP.
Pipa, elbow, socket, junction box, klem dan accessories lainnya harus
sesuai antara satu dengan yang lainnya, yaitu dengan diameter minimal
¾“.
Pipa fleksible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kontak
sambung (junction box) dan armatur lampu.

(8) Jenis Lampu.

Type SL Douwlight Type Double TL


L. PEKERJAAN PENGECATAN

.
1) Bagian ini meliputi pengadaan tenaga, bahan cat, peralatan, dan
perlengkapan lainnya untuk melaksanakan pekerjaan pengecatan pada
seluruh detail yang disebutkan dalam gambar dan sesuai petunjuk
Pengawas

2). Syarat-syarat Bahan

2.1. Pengecatan seluruh pekerjaan harus sesuai dengan NI-3 dan NI-4
atau sesuai dengan spesifikasi dari pabrik cat yang bersangkutan.
2.2. Pelaksana wajib membuktikan keaslian cat dari pabrik tersebut
mengenai hal- hal yang menunjukkan kemurnian cat yang digunakan,
antara lain :
1. Segel kaleng
2. Test laboratorium
3. Hasil akhir pengecatan

Hasil dari test kemurnian ini harus mendapat rekomendasi


tertulis dari produsen untuk diketahui Pengawas. Biaya test
tersebut menjadi tanggungan Pelaksana.

3.) Sebelum memulai pengecatan, Pelaksana wajib menyerahkan 1


contoh bahan yang masih dalam kaleng, 3 contoh bahan yang telah
dicatkan pada permukaan plywood ukuran 40 X 40 cm, brosur lengkap
dan jaminan dari pabrik.

4.) Pelaksanaan

4.1. Umum
1. Sebelum dikerjakan, semua bahan harus ditunjukkan
kepada Pengawas beserta ketentuan/ persyaratan/ jaminan
pabrik untuk mendapatkan persetujuannya. Bahan yang tidak
disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan
2. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian,
bahan pengganti harus disetujui oleh Pengawas berdasarkan
contoh yang diajukan Pelaksana.
3. Untuk pekerjaan cat di daerah terbuka, jangan dilakukan
dalam keadaan cuaca lembab dan hujan atau keadaan angin
berdebu, yang akan mengurangi kualitas pengecatan. Bilamana
waktu mendesak, harap dilakukan pengecatan dalam keadaan
terlindung dari basah dan lembab ataupun debu.
4. Permukaan bahan yang akan dicat harus benar-benar sudah
dipersiapkan untuk pengecatan, sesuai persyaratan pabrik
dipersiapkan untuk pengecatan, sesuai persyaratan pabrik cat
dan bahan yang bersangkutan. Permukaan yang akan dicat
harus benar-benar kering, bersih dari debu, lemak/ minyak dan
noda-noda yang melekat.
5. Setiap pengecatan yang akan dimulai pada suatu bidang, harus
mendapat persetujuan dari Pengawas. Sebelum memulai
pengecatan, Pelaksana wajib melakukan percobaan untuk
disetujui Pengawas.
6. Pelaksana tidak diperkenankan memulai suatu pekerjaan suatu
tempat bila ada kelainan/ perbedaan ditempat itu sebelum
kelainan tersebut diselesaikan.
7. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dan lain-
lainnya, maka Pelaksana harus segera melaporkannya kepada
Pengawas.
8. Pelaksana wajib memperbaiki/ mengulangi/ mengganti
kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan dan masa
garansi, atas beban biaya Pelaksana, selama kerusakan bukan
disebabkan oleh tindakan Pengguna Jasa.

4.2. Teknis
1. Lakukan pengecatan dengan cara terbaik, yang umum dilakukan
kecuali spesifikasi lain. Jadi urutan pengecatan, penggunaan
lapisan-lapisan dasar dan tebal lapisan penutup minimal sama
dengan persyaratan pabrik. Pengecatan harus rata, tidak
bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas- bekas yang
menunjukkan tanda-tanda sapuan, semprotan dan roller.
2. Sapuan semua dasar dengan cat memakai kuas,
penyemprotan hanya diijinkan dilakukan bila disetujui
Pengawas.
3. Pengecatan kembali dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir
yang kurang menutupi, atau lepas. Pengulangan pengecatan
dilakukan sebagaimana ditunjukkan oleh Pengawas, serta harus
mengikuti petunjuk dan spesifikasi yang dikeluarkan pabrik yang
bersangkutan.
4. Pembersihan permukaan harus mendapat persetujuan,
pekerjaan termasuk penggunaan ongkos, pencucian dengan
air, maupun pembersihan dengan kain kering.
Kerapian pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan mengganggu
pekerjaan finishing lain, atau pekerjaan lain yang sudah
terpasang. Pekerjaan yang tidak sempurna diulang dan diperbaiki atas
tanggungan Pelaksana.
M. INSTALASI AIR BERSIH DAN PLUMBING
1. Pekerjaan Instalasi Air Bersih
1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian secara sempurna unit-unit peralatan
utama diperlukan dalam sistem penyediaan air bersih yaitu instalasi
pemipaannya beserta alat bantunya.
b. Pemasangan dan pengujian pipa-pipa distribusi kesetiap peralatan sanitasi dan
lain-lain seperti yang tercantum dalam gambar.
c. Memperbaiki semua kerusakan, semua galian yang diakibatkan baik oleh
bobokan-bobokan, galian-galian maupun oleh kecerobohan para pekerja.
d. Pengujian terhadap kebocoran dan tekanan dari sistem plumbing air bersih
secara keseluruhan dan mengadakan pengamatan sampai sistem berjalan baik,
sesuai yang dikehendaki, yaitu suatu sistem instalasi yang sempurna dan
terpadu.
e. Pengadaan, pemasangan, pengujian mutu air dan ijin-ijin dari instalasi terkait
yaitu PDAM dan lain-lain.
f. Desinfeksi
Sebelum sistem penyediaan air bersih atua bagian dari sistem ini dipakai harus
dilakukan cara disinfeksi yaitu : air yang ada dalam sistem dibuang lebih dahulu.

2. Pekerjaan Instalasi air Kotor & Vent.


2.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan dan pemasangan pemipaan beserta perlengkapannya yang diperlukan
dalam sistem pembuangan, dari semua alat sanitasi yang ada sampai ke TPA
(Tempat Pembuangan Akhir)
b. Pengadaan dan pemasangan pemipaan dari alat sanitasi sampai ke seluruh air
buangan (riol)
c. Memperbaiki semua kerusakan, semua galian yang diakibatkan baik oleh
adanya bobokan-bobokan, galian-galian maupun oleh kecerobohan para
pekerjanya.
d. Pengujian sistem pemipaan terhadap kebocoran dan tekanan dari sistem
plumbing air kotor secara keseluruhan dan mengadakan pengamatan sampai
sistem bekerja baik sesuai yang dikehendaki yaitu sistem yang sempurna dan
terpadu.
e. Pengadaan dan pemasangan instalasi drainase dari talang atap sampai diriol.

3. Pengadaan dan pemasangan Kran-kran:


4. Pengadaan dan Pemasangan Pompa-pompa
Pengadaan dan pemasangan pompa-pompa dan instalasinya, untuk pompa distribusi air
bersih.
5. Pengadaan testing-testing dan commisioning
Senua sistem pekerjaan yang terpasang mengadakan izin-izin yang diperlukan dari
instasi-instansi yang ada hubungannya untuk mendapat surat keterangan.
6. Pekerjaan Lain
Melaksanakan pekerjaan lain yang berhubungan dengan lingkup pekerjaan plumbing ini
antara lain:
- pengadaan dan pemasangan semua hanger-hanger dan support untuk pemipaan,
peralatan dan lain-lain.
- Pekerjaan testing: flushing dan desinfection termasuk perbaikan akibat testing
- Pekerjaan pembersihan tempat kerja.
- Pengecetan semua pipa-pipa yang kelihatan
- Pengadaan dan pemasangan lapisan tahan karat dan goni untuk pipa yang ditanam
dalam tanah.
- Pengadaan balok-balok yang diperlukan untuk pemasangan pipa-pipa dan peralatannya.
- Pengadaan shop drawing (gambar kerja) untuk pelaksanaan dan koreksi-koreksi RKS
bila ada.
- Membuat time schedule, kurva “s” dan lain-lain yang diperlukan.
- Membuat As built drawing, buku petunjuk operasi dan pemeliharaan dalam bahasa
Indonesia
- Dan segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang kurang jelas, Kontraktor
Pelaksana dapat menanyakannya lebih lanjut kepada Konsultan Lapangan atau pihak
lain yang ditunjuk.
Apabila terjadi kelalaian dan kekurangan, maka Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab
penuh atas kerugian-kerugian yang terjadi.
7. Peraturan-peraturan/persyaratan
Tata cara pelaksanaan dan petunjuk-petunjuk lain yang berhubungan dengan peraturan-
peraturan pembangunan yang berlaku di Republik Indonesia. Selama pelaksanaan,
kontrak harus betul-betul ditaati.
Persyaratan umum pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan persyaratan dalam pasal
pekerjaan plumbing di muka.
Kontraktor Pelaksana dianggap telah cukup mengerti dan mengetahui akan isi dan
maksud dari peraturan-peraturan dan syarat-syarat tersebut di atas.
8. Untuk pekerjaan plumbing air bersih
a. Pipa plumbing air bersih ini harus menggunakan pipa dari bahan PVC type D
digunakan pipa setaraf produksi Wavin atau Rucika.
b. Fitting harus dari material yang sama dengan pipa diatas (dikeluarkan oleh pabrik
yang sama)
c. Gantungan-gantungan, klem-klem dan lain-lain, harus terbuat dari bahan yang sama
d. Valves untuk instalasi air bersih harus dipakai mutu yang terbaik, setaraf merk;
TOYO, SUN-EI atau setara.
e. Kran-kran/fixtures harus dipakai yang terbaik, lihat pasal 15
f. Bak kontrol untuk Valve dibuat dari pasangan bata dengan adukan kuat dan tutup
beton.

9. Bentuk pekerjaan pemipaan air kotor dan vent


a. Semua pipa air kotor dan vent baik pipa utama maupun pipa cabang terbuat dari
bahan PVC dengan tekanan kerja 10/kg cm2 standar JIS k 6741 setara produksi Wavin
dan Rucika, dan pipa untuk vent dari PVC dengan tekanan kerja 8 kg/cm2 standar
standar produksi Wavin dan Rucika. Kecuali pipa-pipa yang menyeberang pada jalan-
jalan umum dan tempat parkir terbuat dari Galvanized Iron Pipe (GIP) kelas medium.
b. Fitting-fitting untuk pemipaan ini juga terbuat dari bahan dan merk yang sama.
c. Floor drain dan clean out dari bahan stainless steel.

10. Sistem perpipaan air bersih dan air kotor/kotoran


a. Sistem penyambungan pipa
Sambungan pipa PVC untuk air bersih dengan sambungan lem PVC (solvent) untuk
pipa diameter 3” ke bawah.
Untuk katup/valve yang mempunyai diameter 2” ke bawah menggunakan katup
penutup dengan sistem penyambungan paki ulir/scewed.
Selanjutnya untuk katup diameter ¾ “ ke bawah dipakai katup type bola (globe
valve). Untuk katup ynag lebih besar dari diameter ¾” dipakai katup pintu (gate
valve) yang disetujui oleh Konsultan Lapangan.
b. Pemasangan Penyambungan Pipa-pipa
Untuk fitting-fitting sambungan harus dari jenis standar yang dikeluarkan oleh pabrik
dan disetujui
Sistem sambungan bisa memakai Ring Gasket/Ruber Ring Joint, untuk dimensi
diameter 2” digunakan lem/solvent cement atau yang disetujui Pimpro dan Konsultan
Lapangan.
c. Pemasangan Fixtures, fitting dan sebagainya.
- Semua fixtures harus dipasang dengan baik dan di dalamnya bebas dari kotoran
yang akan mengganggu aliran atau kebersihan air dan harus terpasang dengan
kokoh (rigid) ditempatnya dengan tumpuan yang mantap.
- Semua Fixtures, fitting, pipa-pipa air pemasangannya harus rapi, kuat dalam dan
sebagainya, Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab untuk melengkapi
komponen tersebut di dalam kelengkapan jaringan instalasi di atas.
- Untuk pipa-pipa yang tekanan airnya tinggi/pipa induk, dipasang blok-blok dari
beton dengan campuran yang kuat dan dipasang setiap ada sambungan pipa, tee,
elbow, valve dan sebagainya.
- Pada setiap penyambungan pipa-pip ke fixtures ataupun equipment atau valve
harus digunakan perlengkapan-perlengkapan fitting-fitting khusus kecuali
apabila fixture atau equipment tersebut telah dilengkapi dari pabrik.
- Pada setiap pipa menyatu yang disambungkan pada tiap-tiap fixtures atau
equipment harus dipasang valve sesuai dengan gambar-gambar.

d. Penggantungan/Penumpu Pipa/Klem-klem.
- Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur dan
harus memungkinkan adanya expansi teknis dari pipa dan mengurangi transmisi
vibrasi sampai batas minimal. Jarak maksimum penggantung untuk pipa adalah:

Bahan Diameter Jarak Tumpuan


(mm) (m)
Pipa PVC 20-40 1
50 1,2
65-125 1,5
150 2

- Penggantung atau penumpu pipa harus disekrup/terikat pada konstruksi


bangunan dengan insert/angker yang dipasang pada waktu pengecoran beeton
atau ramset dari fisher. Semua alat-alat penggantung harus dikerjakan
sedemikian rupa sehingga tidak merusak pipa-pipa dan tidak
merusak/menyebabkan turunnya pipa yang terpasang.
- Pipa-pipa vertikal harus ditumpu dengan klem dan dibuat dengan jarak tidak
lebih dari 3 m.

e. Valve
- Penempatan dari valves; floor drain; clean out dan equipment serta peralatan
lain harus sedemikian rupa sehingga terlindungi, mudah dicapai dan tidak
mengganggu.
- Semua valve-valve adalah setaraf merk, Toyo, SUN-EI, atau setara yang
disetujui dan bilamana mungkin seluruh valve yang terpasang adalah dari satu
pabrik.

f. Pipa-pipa dalam tanah


- Galian pipa dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman dan kemiringan yang
tepat. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh panjang
pipa terletak tertumpu dengan baik. Untuk pipa-pipa air bersih, pipa-pipa air
limbah tidak boleh diletakkan pada lubang-lubang sama. Kemiringan + 1,0 %
- Pipa dipasang dan ditanam dibawah permukaan tanah/jalan dengan kedalaman
minimal 80 cm, diukur dari pipa bagian atas sampai permukaan padat minimal
10 cm dan bagian atas 20 cm.
- Apabila dijumpai perletakan pipa melintas jalan kenderaan, maka pipa pada
bagian pengurukan teratas harus dilindungi dengan balokan beton tulang.
- Kondisi permukaan tanah/jalan yang digali harus dikembalikan seperti semula.
Pipa harus dicat dengan flincote tiga kali dan dicabut goni sebelum ditanam.
- Pada setiap sambungan valve-valve (katub-katub) yang ada pada instalasi pipa
bawah tanah harus dibuatkan bak kontrolnya untuk maintenance lengkap dengan
tutup beton yang bisa dibuka tutup.

g. Pipa tegak dalam tembok dan di luar tembok


Pipa tegak yang menuju ke fixtures dan pipa vent harus dimasukkan dalam
tembok/lantai. Kontraktor Pelaksana harus membuat alur-alur atau lubang yang
diperlukan pada tembok sesuai dengan kebutuhan pipa.
Sehingga pipa bisa dipasang, dan diklem harus ditutup kembali sehingga pipa tidak
kelihatan dari luar. Cara-cara penutupan kembali harus seperti semula dengan finish
yang rapi sehingga tidak terlihat bekas-bekas dari pembobokan.

h. Pemasangan pipa-pipa harus dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:


- Pemasangan pipa-pipa harus dilaksanakan sebelum salut dinding/plesteran dan
langit-langit dilaksanakan.
- Pembobokan plesteran/salut dinding dan pembobokan langit-langit yang sudah
dipasang dihindarkan.
- Pemasangan sparing untuk pipa-pipa yang mungkin akan menemukan struktur
bangunan harus dilaksanakan bersama-sama pada waktu pelaksanaan struktur
yang bersangkutan.
- Persilangan antar air bersih dan air limbah harus dihindarkan.

i. Perlindungan/Proteksi waktu
j. pelaksanaan
- Semua pipa yang terbuka karena belum tersambung dengan equipment atau
fixtures harus ditutup dengan kap/dop atau plug, sehingga tidak memungkinkan
masuknya kotoran atau lainnya yang tidak diinginkan.
- Sebelum pemasangan dan penyambungan, semua pipa-pipa valve, trap dan
fitting harus diperiksa dan dibersihkan dari segala kotoran yang menyumbat.
- Equipment dan fixtures harus dilindungi dari gangguan pekerjaan dan
kerusakan-kerusakan.

k. Pipa Mendatar
Pipa dipasang dengan menggantung sesuai dengan diameter, pipa kemiringan menuju
kearah pembuangan adalah 1,0%.
Jarak penggantung pipa seperti tercantum di atas dan tidak dibenarkan menggunakan
kawat; rantai; performated strip dan lain-lain. Pada setiap jarak maksimum 24 m atau
untuk setiap detalasi dipasang flexible pip/joint.

l. Cara pemasangan Floor Drain


Floor drain dan clean out harus disambung dengan pipa secara ulir dan membentuk
sudut 45° dengan pipa utama, dan dilengkapi dengan trap grate dan brass strainer dan
dapat dibuka sewaktu-waktu untuk pembersihan.

m. Pembersihan
- Semua bagian logam yang tidak terlindung dinding harus bebas dari lemak dan
kotoran-kotoran lainnya.
- Untuk bagian yang dilapisi chromium atau nikel harus digosok bersih atau
mengkilap, setelah pemasangan instalasi selesai seluruhnya.
- Apabila terjadi kemacetan, pengotoran atas bagian bangunan atau timbulnya
kerusakan-kerusakan lainnya, yang semua atas kelalaian, Kontraktor Pelaksana
karena tidak membersihkannya sistem pemipaan dengan baik, maka semua
perbaikannya menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana
- Penggunaan/penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya yang akan
tertutup oleh tembok dan bagian lainnya harus dilapisi dengan cat menie atau cat
penahan karat.

n. Pengecetan
- Semua pipa dari besi/PVC yang tidak tertanam di dalam tanah/tembok dilapisi
dengan TAR (Tar Coated) harus dicat dua lapis {chellac” dan lapisan chromium
atau nikel harus dapat dikenal dengan warna-warna cat yang warnanya sesuai
dengan color coding dan tanda arah aliran atau ditentukan oleh Konsultan
Lapangan, umumnya untu jaringan air bersih dipakai warna biru.
- Semua pipa yang akan ditanam dalam tanah harus dilapisi berturut-turut aspal,
lapisan goni, lapisan aspal.
- Semua valve harus diberi tanda yang menyebutkan nomor identifikasi dari jenis
zat yang melewati.

o. Pengujian
- Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang harus diuji dengan tekanan
hydrostatik selama 24 jam terus menerus tanpa terjadi penurunan tekanan.
- Peralatan pengujian ini harus disediakan oleh Kontraktor Pelaksana
- Pengujian harus dilakukan dengan kesaksian oleh Konsultan Lapangan atau
pihak-pihak lain yang dianggap perlu/dikuasakan untuk itu, dan selanjutnya
dbuat berita Acarannya.
- Dalam pengetesan semua kran-kran harus dalam keadaan tertutup untuk melihat
kebocoran.
- Testing pemipaan harus dilaksanakan sebelum pipa tertutup dengan tanah (untuk
pipa diluar gedung) atau tertutupa dengan plesteran/dinding dan sebelum langit-
langit di daerah tersebut terpasang. Untuk sistem air kotor, air kotoran, vent dan
air hujan haruss diuji terhadap kebocoran sesuai dengan petunjuk Konsultan
Lapangan.
- Apabila terjadi kegagalan pengujian Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki
bagian-bagian yang rusak dan kekurangan-kekurangan yang ada kemudian
melakukan pengujian kembali sampai berhasil denga baik.
N. PEKERJAAN PENGEBORAN
1. Acuan Normatif
AISI 316, Stainless steel alloy
AISI 329, Stainless steel alloys specifications
AISI 304, Stainless steel

DIN EN 1706, Alluminium and alluminium allyos – castings – chemical compositions


and mechanical properties
IEC 34-5,Rotating electrical machines
2. Ketentuan Teknis
Ketentuan teknis meliputi:
a. Penentuan titik pemboran sumur dalam mengacu pada hasil survey geolistrik
b. Pembuatan sumur dalam harus dimulai dengan pembuatan sumur uji/eksplorasi
untuk menentukan kuantitas, kualitas dan kontinuitas air
sesuai yangdirencanakan;
c. Apabila butir c terpenuhi maka dapat dilanjutkan dengan pembuatan
sumur produksi;
d. Apabila butir c tidak terpenuhi maka pembuatan sumur produksi tidak dapat
dilanjutkan dan harus mencari titik pemboran yang lain berdasarkan hasil
surveigeolistrik;
e. Kuantitas tanah yang dapat diambil harus aman, sehingga dapat dimanfaatkan
secara berkesinambungan, apabila memungkinkan masih dapat
dikembangkanlagi;
f. Kualitas air tanah dalam harus memenuhi kualitas air baku untuk air minum;
g. Evaluasi potensi air tanah dalam harus mengikuti ketentuan yang berlaku;
h. Persyaratan yang harus dipenuhi:
1) Debit tidak melebihi kapasitas pompa yang sesuai dengan diameter sumur;
2) Pumping Water Level tidak lebih rendah dengan rata-rata permukaan
air lautuntuk akuifer di daerah pantai;
3) Kecepatan masuk air ke saringan tidak lebih dari 3 cm/detik atau sesuai
persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik;
4) Permukaan air dinamis pemompaan tidak akan melebihi posisi bagian atas.
3. Pelaksanaan Konstruksi
Persiapan Pekerjaan
Pekerjaan persiapan dilakukan setelah seluruh perizinan diperoleh dan sudah
mendapat persetujuan dari pemberi tugas (dinyatakan dengan SPK/Kontrak).
Seluruh pekerjaan persiapan ini harus dilaporkan kepada pemberi tugas untuk
mendapatkan persetujuan melaksanakan pekerjaan selanjutnya.

1. Persiapan Lokasi
a. Peletakan sumur dalam pada area/lokasi yang sudah dipersiapkan dan lakukan
pembersihan dan pematangan tanah di lokasi pekerjaan.
b. Tentukan sumber air untuk keperluan pengeboran.
c. Pagari lokasi kerja apabila diperlukan.
2. Persiapan Pengeboran
Persiapan pengeboran meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Dokumen perencanaan tentang titik pengeboran harus sudah siap dan telah
disetujui oleh semua pihak.
b. Semua peralatan dan material disiapkan di dekat lokasi titik pemboran yang
sudah ditentukan.
c. Material yang digunakan harus berada dalam kondisi baik.
d. Spesifikasi teknis alat bor ditentukan sesuai dengan kedalaman dan
diameter lubang bor yang direncanakan dan ditentukan berdasarkan kondisi
geologisnya.
e. Pemilihan mata bor disesuaikan dengan jenis litologi atau formasi yang akan
ditembus dan kecepatan putar yang diinginkan.
f. Pada umumnya ada dua jenis alat bor yaitu alat bor jenis top drive dan alat bor
jenis rotary table Peralatan bor yang digunakan harus berada dalam kondisi
baik. Peralatan bor yang digunakan terdiri dari:
1) Motor pompa minimum 3PK;
2) Mata bor untuk lapisan tanah biasa sampai dengan tanah cadas
dengan diameter antara 2–5inchi;
3) Pipa bor dengan diameter antara ¾ - 1½inchi;
4) Selang hisap, selang hantar dan saringan.
g. Pelaksanaan pengeboran dilakukan oleh ahli pengeboran dan dibantu oleh
tenaga pendukung.
h. Buat kolam penampung air berukuran panjang 0,75m, lebar 0,75m dan
dalam 0,50m di dekat lokasi;
i. Gali lubang untuk memulai pengeboran dengan linggis sedalam 0,25m dan
diameter 0,30m;
j. Buat kolam pengendapan dengan ukuran panjang 0,50m, lebar 0,50m dan
dalam 0,40m untuk pemeriksaan lapisan tanah yang dibor;
k. Buat saluran dengan lebar 0,25m dan dalam 0,25m yang menghubungkan
lubang pemboran dengan kolam pengendapan dan menghubungkan kolam
pengendapan dengan kolam penampung;
l. Isi kolam penampung dengan air sampai penuh;
m. Alat bor jenis top drive dipersiapkan sebagai berikut:
1) Sambungkan salah satu ujung pipa bor dengan mata bor tanah biasa,
sedang ujung yang lain disambungkan dengan swivel head pada
motor pemutar;
2) Sambungkan salah satu ujung slang hantar dengan swivel head dan ujung
yang lain disambungkan pada motor pompa;
3) Pasang salah satu ujung slang hisap pada motor pompa sedang ujung lain
disambungkan dengan motor pompa;
4) Pasang salah satu ujung slang hisap pada motor pompa sedang ujung
lain pasangkan pada saringan dan masukkan ke dalam kolampenampung;
5) Masukkan rangkaian pipa bor ke dalam lubang pendahuluan,dan siapkan
bangku dekat lubang bor;
6) Periksa dan isi dahulu dengan air, oli dan bahan bakar motor pompa
sebelum dihidupkan;
7) Periksa bahan bakar motor pemutar bor.
n. Alat bor jenis rotary table dipersiapkan sebagai berikut:
1) Motor pemutar dinaikkan dengan jalan memutar stir yang tersedia sampai
kira-kira sepanjang pipa bor;
2) Pipa bor yang sudah dipasang mata bor dipasang pada swivel head dan
diputar untuk memasukkan pipa bor;
3) Pasang salah satu ujung slang hantar pada swivel head dan ujung slang
yang lain dipasang pada motor pompa II. Slang penghisap motor pompa
II, disambung slang penghantar motor pompa I;
4) Slang hisap pada motor pompa I yang sudah ada saringannya dimasukkan
ke dalam kolam penampung air.
o. Untuk alat bor jenis lain dipersiapkan sesuai dengan prosedur
yang sesuaidengan ketentuan.

Pekerjaan Sumur Uji


1. Pelaksanaan Pengeboran Pandu (Pilot Hole)
Pengeboran dilakukan dengan mata bor (bit) berukuran diameter100 mm–150 mm
hingga kedalaman yang direncanakan (total depth). Selama pengerjaan
pengeboran harus dilakukan pengambilan contoh batuan (keratan bor) setiap
meter kedalaman dan dimasukkan ke dalam kantong contoh batuan (kantong plastik
berukuran 2 kg) serta dideskripsi dan dianalisa. Hasil analisa dituangkan
ke dalam format log bor (lengkap dengan simbol-simbol dan deskripsinya). Pekerjaan ini
menjadi tanggung jawab wellsite geologist Pelaksanaan pengeboran dapat dilakukan
dengan menggunakan alat tanpa katrol dan alat bor dengan katrol.
a. Pelaksanaan pengeboran dengan alat bor tanpa katrol
1) Motor pompa dihidupkan, apabila sudah menghisap air dan semburan
airnya sudah keluar melalui lobang pemboran maka motor pemutar dihidupkan,
Pergunakanlah bangku untuk memudahkan menghidupkanmesin.
2) Apabila motor pemutar sudah hidup tetapi pipa bor belum memutar maka
perbesar gas. Pipa bor akan memutar dan turun sedikit demi sedikit.
3) Pemboran diteruskan sambil dinaik turunkan supaya kotoran atau lumpur
terangkat semua. Setelah pipa pertama masuk, motor pemutar dimatikan dahulu
baru motor pompanya. Tahan pipa bor yang sudah masuk dengan kunci
trimo atau tang buaya (vice grip) dan buka swivel head dengan
jalan memutar besi pemutar yang dimasukkan pada lubang pada bagian
atas swivel head
4) Sambung pipa bor pertama dengan pipa bor berikutnya kemudian naik ke
atas bangku sambil membawa motor yang ada swivel head nya, masukkan pipa
bor yang sudah disambungkan pada pipa pertama danputar dengan besi pemutar.
5) Mesin pompa dihidupkan lagi dan setelah air keluar dari lobang pemboran, maka
motor pemutar dihidupkan.
6) Begitu seterusnya sambil dilihat lapisan-lapisan tanah yang keluar setipa
ganti mata bor. Apabila diperkirakan sudah mencapai air tanah,
pemboran dihentikan. Motor dihidupkan terus untuk menguras lumpur.
Setelah bersih pipa bor dicabut dan sumur bor siap untuk pekerjaanberikutnya.
b. Pelaksanaan pemboran dengan alat bor dengan katrol
1) Motor pompa dihidupkan kemudian motor pompa II, dan apabila air sudah
keluar/semburan airnya sudah baik, motor putar dihidupkan, kalau putaran kurang
kekuatan gas diperbesar.
2) Motor pemutar yang sudah memutar pipa bor perlahan-lahan kita turunkan
dengan memutar stir yang ada pada dudukan motor pemutar, sampai pipa bor
yang pertama masuk semua.
3) Setelah pipa bor pertama masuk, disambung lagi dengan pipa bor
berikutnya, begitu sampai mendapatkan lapisan air tanah yang kita kehendaki,
yaitu dengan adanya pasir hitam pada lapisan–lapisan tanah yang keluar yang
dilihat secara terus-menerus dari semburan air yang keluar dari lubang sumur.
4) Apabila sudah sampai lapisan air tanah pengeboran dilanjutkan kira-kira dua
batang pipa bor, kemudian dihentikan.
5) Untuk pemasangan pipa selubung pemboran diulangi dengan memakai mata bor
pembesar mata bor 5” untuk pipa selubung 4”.
6) Pemboran selesai, maka siaplah lubang bor untuk pekerjaan selanjutnya.

2. Pelaksanaan Pengujian Lapisan Tanah (Electrical Well Logging )


Apabila berdasarkan analisa pembuatan pilot hole disimpulkan terdapat potensi air
tanah maka pekerjaan logging dapat segera dikerjakan. Pelaksanaan logging harus
dikerjakan dengan hati-hati dan teliti sehingga alat logging dapat bekerja secara optimal
dan didapat rekaman data-data lubang bor dengan akurat. Hasil rekaman geofisika
lubang bor ( logging ) kemudian dikorelasikan dengan data log
bor untuk setiap meter kedalaman dan dianalisa. Selanjutnya dilakukan pembuatan
perencanaan terinci (detail design) konstruksi sumur dalam. Namun, apabila tidak ada
potensi air tanah maka pekerjaan logging tidak perlu dilakukan dan pilot hole harus
ditutup serta dibuatkan berita acaranya.
Pengujian electrical well loging dimaksudkan untuk menentukan kedudukan
lapisan batuan pada sumur dalam tersebut terutama lapisan pembawa air secara tepat sehi
ngga tidak terjadi kesalahan dalam pemasangan saringan.
Pelaksanaan pengukuran pada penampang sumur bor ini dengan metoda tahanan jenis (
resistivity ) dan metoda potential diri (self potential)
a. Metode Tahanan Jenis (Resistivity ) Metoda ini digunakan untuk mengetahui
kedudukan lapisan yang berada di dalam lubang bor berdasarkan harga tahanan jenis
setiap lapisan batuan di dalam sumur secara langsung, juga digunakan sebagai
perbandingan bagi pengukuran metoda lainnya, seperti
Gamma Ray dan lainnya.Hasilpencatatan metoda ini untuk lapisan yang sama pada
umumnya merupakan kebalikan dari hasil metoda Gamma. Artinya lapisan yang pada
umumnya bertahanan jenis tinggi, mempunyai radiasi gamma yang rendah,
sedangkan lapisan lempung pada umumnya ketahanan jenis rendah mempunyai
radiasi gamma yang tinggi. Pengetesan dilakukan sebelum pipa casing dipasang dan
pengukuran dilakukan dari mulai dasar sumur sampai ke permukaan
tanah, karena hasilnya lebih sempurna. Satuan yang digunakan pada metoda ini
adalah Ohm – meter
b. Self Potential / Potensial Diri
Prinsip dari metoda ini adalah untuk mengetahui harga potential yang
ditimbulkan oleh batuan itu sendiri. Penyelidikan dengan metoda ini adalah
untuk membedakan akuifer-akuifer yang asin dan yang tawar. Hasil
pengukuran dengan menggunakan metoda ini kemudian dibandingkan dengan hasil
pengukuran tahanan jenis. Apabila harga tahanan jenis tinggi
sedang harga dari self potential ini menunjukkan kenaikan harga, maka
kemungkinan besar akuifer tersebut mengandung garam yang tinggi. Jika harga
tahanan jenis tinggi dan harga self potensial menunjukkan penurunan
harga, maka akuifer tersebut ditafsirkan sebagai air tawar. Alat yang digunakan adalah
Minivolt
.
Pekerjaan Sumur Produksi
Pembesaran Lubang Sumur (Reaming ), Pemasangan Perpipaan dan Perlengkapan

Pelaksanaan pekerjaan pembesaran lubang sumur (reaming ) dikerjakan berdasarkan gambar


detail desain konstruksi sumur dalam. Reaming dilaksanakan
setelah selesai pekerjaan pengujian geofisika (logging ). Bersamaan dengan
pekerjaan reaming, juga dilaksanakan pekerjaan pemasangan perpipaan dan perlengkapan
yang harus dipasang, antara lain DOP, reducer , dan sebagainya. Hasil
reaming dikontrol dengan pelurus agar lubang tidak bengkok.
Sebelum pelaksanaan konstruksi, perlu dilakukan pengenceran lumpur di dalam lubang bor
dengan cara melakukan injeksi air bersih kedalam lubang bor sehingga cairan di
dalam lubang bor benar-benar bersih dari cairan lumpur pemboran dan
material lainnya. Apabila cairan lumpur pengeboran di dalam lubang bor sudah bersih, maka
tahapan konstruksi bisa dikerjakan. Dalam kegiatan konstruksi ini, harus disediakan peralatan
bantu berupa katrol/ crane yang mampu menahan beban > 20 ton. Setelah bahan-bahan
konstruksi sudah dimasukkan ke dalam lubang, untuk menjaga agar tidak bergerak perlu
ditahan dan diperkuat, sambil memasukkan gravel /kerikil (yang sudah diseleksi dan
disediakan) kedalam lubang anulus sambil dijajaki dengan pipa, hingga timbunan gravel
tersebut mencapai ketinggi (kedalaman) sesuai dengan design dan
dijajaki lagi dengan pipa sehingga susunan gravel semakin padat (stor gravel ). Untuk lebih
meyakinkan, pipa jambang digoyang-goyang bila masih goyang, perlu dijajaki lagi dengan
pipa agar gravel semakin padat. Konstruksi sumur dalam terdiri dari:

a. Pipa Jambang (Casing):


1) Bahan pipa GIV dengan spesifikasi mampu untuk menahan tekanan dari dinding
tanah dan/atau batuan
2) Pipa jambang dibuat muncul minimal 50 cm di atas lantai beton pengaman
3) Diameter pipa jambang 8 inchi
b. Pipa Buta Bahan untuk Pipa Buta adalah pipa GIV.
c. Pipa Saringan Bahan untuk Pipa Saringan adalah pipa GIV, yang setiap sisinya diberi
lubang.

Pemasangan Pompa Benam dan Perlengkapannya (Clear Water Submersible Deep


Well Pump )
Spesifikasi sistem dan perlengkapan pompa benam meliputi:
a. Pompa
1) Penggunaan : Air minum/bersih pada temperature 45°C dan dipakai pada
Sumur dalam
2) Kapasitas da nhead : Sesuai dengan kebutuhan
3) Situasi : Vertikal
4) Jenis Pompa : Pompa benam bertingkat banyak, sedang bentuk impeller
sentrifugal atau semi aksial/mix flow
5) Batas kecepatanputar : Tidak lebih dari 3.000 rpm
6) Efisiensi : Harus tinggi dan lebar curva pada kondisi yang diminta
7) Katup searah : Menggunakan ring karet dan berikut dudukannya
b. Motor Benam
1) Jenis : motor listrik AC, tiga phasa squiral cage dan dapat berfungsi
Dengan baik terbenam dalam air (summersible motor)
2) Tingkat Proteksi : IP 68 (IEC 34-5/144).
3) Tingkat isolasi : F atau H (IEC pulb 85)
4) Tegangan : 220/380 Volt, 50Hz
5) Cos Diameter : lebih dari 0.8
6) Efisiensi : lebih dari 90%
7) Putaran Poros/rotor : tidak lebih dari 3.000 rpm
8) Konstruksi : Batang dinamis pada rotor
9) Sistem start : Star Delta (Y) atau menggunakan auto transformer untuk
motor berkapasitas dibawah 5 KW, dapat digunakan “Direct
On Line” (DOL)

c. Material
1) Rumah impeller dan Impeller : Baja Tahan karat Grade AISI 316 atau Bronze
Cn SN Zd Pb (DIN 1706-2, DIN1096.01)
2) Poros pompa dan motor : Baja Tahan Karat Grade AISI
316 atau AISI 329
3) Mur Baut dan Ring : Baja Tahan Karat Grade AISI
316 atau AISI 3294) ”
4) Motor Casing ” : Baja Tahan Karat Grade AISI 304 atau AISI
316
5) Kabel Listrik : Neopren
6) Bantalan atau ” bearing” : Bronze atau Tungsten Karbide atau Karbon
Keramik
d. Perpipaan, perlengkapan perpipaan, dan perlengkapan pompa benam
1) Sistem perpipaan pompa sumur dalam ini harus sesuai dengan gambar yang pada
dasarnya terdiri dari pipa naik, kepala sumur (well head ), perlengkapan perpipaan,
katup sekat (gate valve), dan lain-lainnya;
2) Pipa Naik (Rising Pipe) terbuat dari Pipa PVC sesuai standar SNI 06-0084-1987-
A/SII-0344-1982, klas pipa S-12,5 dengan tekan kerja minimal 8 bar.
3) Flens terbuat dari baja tahan karat sesuai dengan AISI 316 sedang dimensiflens
sesuai dengan NEN 316;
4) Konstruksi kepala sumur (well head ) harus sesuai dengan gambar
5) Semua mur, baut dan ring yang pakai harus terbuat dari baja tahan karat AISI316;
6) Panjang dan dimensi kabel listrik disesuaikan dengan letak pompa;
7) Semua sistem perpipaan yang mengunakan baja tahan karat tidak perlu dilapisi
cat (coating ).

Penyelesaian Sumur

Untuk mencegah terjadinya runtuhan dinding lubang sumur bor maka segera dilakukan store
gravel. Gravel dengan ukuran butir 2–5 mm yang sudah dibersihkan
dimasukkan ke dalam lubang bor di luar casing secara perlahan-lahan. Secara
bersamaan dilakukan pemompaan air yang ada di dalam pipa jambang sehingga gravel dapat
masuk kedalam lubang bor dengan mudah dan dapat tertata dengan baik sampai dengan
posisi yang dianjurkan. Ada beberapa cara dalam rangka pembersihan
/pencucian sumur antara lain:
a. Air Lift (Kecil)
Air Lift dimaksudkan melakukan peniupan udara dari kompresor sumur (dari
kedalaman total sampai ke permukaan) dengan menggunakan drill road (stang
bor) sebagai penghantar dengan maksud agar terjadi gejolak cairan di dalam sumur, oleh
karena itu diharapkan tidak ada air yang keluar dari lubang sumur bagian atas. Hal ini
bisa dicapai dengan penyetelan kompressor secara bertahap dan secukupnya dengan
waktu menerus selama 30 menit.
b. Water Jetting (Penyemburan Air)
Water jetting dimaksudkan melakukan penyemburan air dalam posisi saringan di
dalam sumur dengan pemompaan air bersih bertekanan tinggi, dengan menggunakan alat
Jetting 4 nouzel berputar dan naik turun di posisi seluruh
saringan yang terpasang. Kegiatan ini dilakukan sampai seluruh saringan bersih dari
kotoran/lumpur yang menyumbat.
c. Air Lift (Besar) dan Water Jetting
Pekerjaan/kegiatan ini dilakukan bergantian tiap 30 menit sampai dengan tidak ada lagi
kotoran yang keluar dari casing.

Selama pekerjaan ini perlu penambahan gravel sehingga susunan gravel bisa lebih
tertata secara padat sehingga konstruksi sumur dapat terjaga dari keruntuhan

Uji Pemompaan Sumur Dalam

Pumping Test adalah suatu cara untuk melakukan pengujian kapasitas air tanah agar dapat
disadap didalam bangunan pengambilan/sumur. Untuk pemanfaatan air dari sumur bor yang
telah dikerjakan perlu diadakan uji sumur atau Pumping Test dimana
dari hasil uji ini diharapkan didapat gambaran kondisi dari permukaan air tanah sebelum
dilakukan pengambilan air dilakukan uji pemompaan.
a. Uji pemompaan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data primer dengan cara
melakukan pengukuran tinggi muka air tanah secara langsung di lapangan
selama dilakukan pemompaan, kemudian dilanjutkan dengan kondisihidogeologinya;
b. Tujuan uji pemompaan ini adalah untuk mengevaluasi kemampuan lapisan pembawa air
(akuifer) dengan kondisi sumur bor berdasarkan parameter yang diperoleh dari hasil
pemompaan, sehingga pemanfaatan air baku yang bersumber
dari air bawah tanah dilaksanakan dengan tetap mempertahankan kondisi lingkungan di
sekitar sumur bor;
c. Uji pemompaan dilakukan dengan terlebih dahulu mengistirahatkan dari
pemompaan sebelumnya selama 24 jam. Dibuat catatan mulai dari tanggal, jam dan
penggunaan besar pompa.

Tahapan yang harus dikerjakan adalah sebagai berikut:


a. Step Draw Down Test (Pengujian Bertahap)
 Pengujian ini dilakukan dengan kapasitas pemompaan bertingkat hingga
mencapai kapasitas yang ideal (3 s/d 4 tahap). Tiap-tiap tahap pemompaan dilakukan
selama 2 jam secara terus menerus dan dilanjutkan dengan tingkat
pemompaan berikutnya tanpa menunggu selang waktu (lihat tabel isian step draw
down test).
 Pemompaan uji penurunan bertingkat dilaksanakan dalam 4 tahap dengan
debit yang berbeda, diawali dengan debit yang terkecil dan diakhiri dengan debit
yang terbesar, dimana debit yang terbesar (tahap terakhir) ditentukan sebesar 0,75
kali debit maksimum sumur yang diperkirakan berdasarkan uji pendahuluan.
 Sedangkan untuk debit pada tahapan yang lain ditentukan dengan membagi
besaran debit terbesar (terakhir) oleh jumlah tahapan yang akan dilaksanakan.
 Pergantian besarnya debit pemompaan ketahapan berikutnya dilakukan secara tak
terganggu (menerus) dengan cara langsung dibesarkan krannya.
 Interval waktu perekaman data pada pelaksanaan Step Drawdown Test akan diatur
menurut siklus semi log,

yakni:
Perioda Pemompaan Dicatat setiap (dlm menit)
Menit ke 0 sampai dengan menitke5 0,5
Menit 5 sampai dengan menit 20 1,0
Menit 20 sampai dengan menit 50 5,0
Menit 50 sampai dengan menit 100 10,0

 Hasil tes ini berupa rekaman data Drawdown (s) versus waktu (t ), pada masing-
masing debit.
 Evaluasi data lapangan atas hasil Step Drawdown Test ini diharapkan dapat
memberikan masukan mengenai
- Debit optimum yang akan dipergunakan untuk penetuan debit pada pelaksanaan
Time Drawdown Test/Long Periode Test.
- Stabilitas konstruksi sumur.

b. Long Periode Test/Constant Rate Test


 Pengujian ini dilakukan dengan kapasitas tetap ( ..... L/dt) secara terus menerus
selama 2 x 24 jam (lihat tabel isian long periode test ). Pada akhir
pemompaan harus diambil contoh airnya dan dianalisa laboratorium,
sebagaimana dijelaskan di akhir sub bab ini.
 Pencatatan data penurunan muka air tanah selama pemompaan, pengamatan untuk
2 jam pertama akan dilaksanakan sesuai dengan aturan
interval waktu seperti disajikan pada Step Drawdown Test, sedang untuk
perioda selanjutnya akan dicatat pada setiap selang waktu sebagai berikut:

Perioda pemompaan Dicatat setiap (dalam menit)


Menit 100 sampai dengan menit 180 15 menit
Menit 180 sampai dengan selesai 30 menit

 Perekaman data lapangan berupa (s) versus waktu (t) pada debit pemompaan yang
bersangkutan.
 Hasil parameter yang diharapkan untuk diperoleh pada pelaksanaan
pemompaan uji ini antara lain, adalah:
- Kapasitas jenis sumur yang diuji.
- Jangkauan pengaruh pemompaan (radius of influence), apabila ada
sumur observasi
- Koefisien transmisivitas & permeabilitas
- Koefisien simpanan (storage coefficient ).

c. Recovery Test
 Kegiatan ini dilakukan sesaat setelah long periode test selesai, jadi tanpa
selang waktu (lihat tabel isian recovery test ) baik pada step drawdown test maupun dr
awdown test
 Tes ini akan dilakukan dengan penganturan selang waktu pencatatan data step
drawdown test dan time drawdown test di muka.
 Akhir kegiatan time recovery test ini ditentukan dimana kambuhan muka air tanah
telah mencapai elevasi seperti pada saat dimulainya step drawdown test ,
dengan koreksi fluktuasi muka air tanah yang datanya diperoleh dari pelaksanaan
kegiatan pendahuluan.

Apabila terjadi gangguan pada saat pemompaan uji, maka pengujian harus
diulang, oleh karena itu peralatan harus dalam kondisi yang baik (sehat) dan
harus teliti. Analisa hasil pengujian ini dilakukan sehingga dapat memberikan
rekomendasi kapasitas pemompaan yang aman (safe yield ).
Penyelesaian sumur
Konstruksi sumur dalam harus dilengkapi
dengan:
a. Grouting dan pondasi (sesuai gambar konstruksi).
b. Sumur harus ditutup dengan flang (sesuai dengan gambar konstruksi).

Anda mungkin juga menyukai