1 pengertian footnote (catatan kaki) Mampu menjelaskan Ibid. dan penulisannya 2 dalam footnote (catatan kaki) Mampu menjelaskan Op. Cit. dan 3 penulisannya dalam footnote (catatan kaki) Mampu menjelaskan Loc. Cit. dan 4 penulisannya dalam footnote (catatan kaki) Apa itu Footnote? Cara menulis footnote yang benar seperti apa? Sebelum membahas cara menulis footnote yang benar, sudahkah kamu paham apa itu footnote? Supaya dapat memahami dengan mudah, berikut ini kita ulas tentang pengertian, fungsi, hingga cara menulis footnote yang benar. Apa itu sitasi? Sebelum membahas lebih dalam, kita harus memahami bahwa untuk menulis sebuah tulisan ilmiah tidak dapat lepas dari sitasi. Sitasi adalah cara kita memberitahu pembaca bahwa bagian-bagian tertentu dari tulisan kita berasal dari sumber yang ditulis penulis lain. Tujuan dilakukannya sitasi untuk menjunjung kejujuran akademik/intelektual dan menghindari plagiarisme. Macam sitasi? Menurut (Kate L. Turabi (2007:151) ragam sitasi bermacam-macam. Tergantung bidang ilmunya, tergantung target pembacanya dan kebiasaan yang dipakai dalam project (bisa dimaknai kebiasaan institusinya). Namun secara garis besar, sitasi dibagi menjadi 3 (tiga) macam kelompok: 1) Footnotes (catatan kaki) 2) Endnotes (catatan diakhir paper) 3) Body notes/ in text citation (catatan /sitasi dalam teks). Pengertian Footnote Footnote atau catatan kaki biasa digunakan dalam sebuah makalah atau tulisan ilmiah. Menurut Keraf (1971:190): Footnote (catatan kaki) adalah: berbagai keterangan tambahan dari bagian-bagian naskah tulisan ilmiah yang diletakkan di kaki halaman (di bawah), dan jika keterangan tersebut ditulis di akhir tulisan atau bab. Menurut Prof. Dr. Gorys Keraf dalam bukunya Komposisi Terbitan Nusa Indah, Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Pengertian Footnote Dalam menulis buku, adanya catatan kaki bukanlah semata- mata dimaksudkan untuk menunjuk sumber tempat terdapatnya sebuah kutipan, tetapi bisa digunakan untuk memberi keterangan-keterangan lain terhadap teks. Hubungan catatan kaki dengan teks dijelaskan dengan nomor-nomor penunjukan yang sama baik terdapat pada teks maupun yang terdapat pada catatan kaki itu sendiri. Keterangan yang termuat dapat berupa sumber pustaka yang dikutip atau penjelasan atas istilah yang dikemukakan tepat di halaman itu. Jika dalam satu naskah terdapat beberapa catatan kaki, maka kutipan atau keterangan yang diberi penjelasan diberi nomor-nomor secara berurutan. Besar font catatan kaki adalah lebih kecil dari teks utama, yakni dengan besar font 10. Kenapa karya ilmiah harus mencantumkan Footnote? Dalam sebagian tradisi ilmu sosial dan ilmu hukum, penulis lebih cenderung menggunakan footnotes dibandingkan bodynote atau endnotes. Footnotes lebih memudahkan pembaca dalam melacak keterangan atau referensi yang dikutip. Endnotes memiliki kesulitan tersendiri, karena pembaca harus membolak-balik halaman bacaan dan sumber Bodynote, informasinya statis, tidak bisa terbaca secara langsung oleh pembaca dan tidak bisa menambahkan informasi lainnya Fungsi Catatan Kaki (Footnote)
Dalam sebagian tradisi ilmu sosial dan ilmu hukum, penulis
lebih cenderung menggunakan footnotes dibandingkan bodynote atau endnotes. • Footnotes lebih memudahkan pembaca dalam melacak keterangan atau referensi yang dikutip. • Endnotes memiliki kesulitan tersendiri, karena pembaca harus membolak-balik halaman bacaan dan sumber • Bodynote, informasinya statis, tidak bisa terbaca secara langsung oleh pembaca dan tidak bisa menambahkan informasi lainnya Fungsi Footnote (Catatan Kaki) Untuk memberikan keterangan dan penjelasan tentang sumber dari kutipan penyusunan daftar bacaan pada karya ilmiah supaya dapat dimengerti oleh pembaca. Untuk menghargai sumber kutipan yang dikutip, supaya pembaca karya ilmiah mengetahui sumber kutipan yang digunakan. Untuk menunjukan referensi lain supaya pembaca karya ilmiah dapat mengetahui ulasan yang lebih jelas mengenai istilah yang digunakan. Untuk memperluas diskusi suatu masalah tertentu di luar konteks dan teks Untuk menunjukkan adanya peminjaman atau pengambilan dari bahan yang digunakan. (Untuk fakta-fakta yang bersifat umum tidak perlu diberi footnote) Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama (content footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya menggunakan kata-kata: Lihat…, Bandingkan…, dan Uraian lebih lanjut dapat dilihat dalam…, dan sebagianya. Unsur dalam penulisan Footnote Nama penulis/pengarang, penerjemah, dan editor ditulis lengkap tanpa gelar kesarjanaan. Untuk penulis yang bukan penulis asli tetap dicantumkan seperti penulis asli, dengan tambahan keterangan di belakang nama tersebut, seperti penyusun, penyadur, penterjemah, dan editor. Judul buku/tulisan ditulis selengkap-lengkapnya, huruf pertama judul dengan besar kecuali kata sambung dan kata depan. Tahun penerbitan, tahun berapa sumber kutipan atau referensi diterbitkan atau dipublikasikan. Nomor halaman, dalam footnote – nomor halaman disingkat “hal” kemudian diikuti dengan nomor halaman yang dikutip dengan sela satu. Aturan Penulisan Footnote
Aturan penulisan footnote (catatan kaki), terdiri dari 3 (tiga)
macam, yaitu:
• Ibid.
• Op. Cit.
• Loc. Cit. Pengertian Ibid.
• Ibid. berasal dari kata ibidem (bahasa
Latin) yang artinya "di tempat yang sama dengan di atasnya". • Gadung Ismanto1 menjelaskan: Istilah ini digunakan untuk menjelaskan bahwa kutipan yang ditulis pada catatan kaki berasal dari sumber yang sama dengan yang telah disebutkan sebelumnya atau di atasnya, tanpa diselingi oleh sumber kutipan lainnya. Aturan Penulisan Ibid. Digunakan jika pengutip mengambil kutipan dari sumber yang sama yang telah ada di bagian sebelumnya tanpa diselingi catatan kaki dari sumber lain. Dengan kata lain, kutipan tersebut berada tetap di atasnya dan tidak diselingi kutipan lain. Ibid. tidak dipakai jika ada catatan kaki dari sumber lain yang menyelinginya. Jika catatan yang dikutip halaman bukunya masih sama seperti kutipan sebelumnya, cukup gunakan kata Ibid diikuti tanda titik. Dengan kata lain, jika terdapat dua kutipan dari halaman buku yang sama, maka catatan kaki untuk kutipan kedua hanya menggunakan kata Ibid. Jika yang dikutip sudah berbeda halaman, maka aturan penulisannya: Ibid., halaman. Ibid ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, dicetak miring, dan diakhiri tanda titik. Contoh Penulisan Ibid. 1 Achmad Arifulloh, Pembinaan Terhadap Anak Pelaku Pengulangan Tindak Pidana, SA Press, Semarang, 2017, hlm. 55. 2 Ibid.
3 Ibid., hlm. 56.
Dari contoh di atas dapat kita simpulkan:
• Menggunakan Ibid, karena merujuk kepada catatan kaki di atasnya tanpa diselingi catatan kaki lainnya. • 2 Ibid. berarti nama pengarang, judul buku, dan halaman sama persis dengan catatan kaki yang di atasnya. • 3 Ibid., hlm. 56. berarti nama pengarang dan judul buku sama persis dengan catatan kaki yang di atasnya, hanya berbeda halamannya saja. Sebelumnya halaman 55 dan yang dikutip terakhir halaman 56. Op. Cit. Pengertian Op. Cit. • Op. Cit. berasal dari kata Opere Citato (bahasa Latin) yang artinya "pada karya yang telah dikutip". • Gadung Ismanto2 menjelaskan: Istilah ini digunakan untuk menjelaskan bahwa kutipan yang ditulis pada catatan kaki berasal dari sumber yang sama yang telah disebut sebelumnya, namun tidak sama halamannya serta sempat diselingi oleh sumber lain. Istilah Op. Cit. ditulis sesudah menyebutkan nama penulis buku sumber yang dirujuk. Aturannya Penulisan Op. Cit. • Digunakan jika menunjuk sumber yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi telah diselingi sumber lain. • Halaman buku yang dikutip berbeda. • Penulisannya: nama pengarang, Op. Cit., nomor halaman • Jika satu pengarang ada beberapa buku rujukan yang dipakai, setelah nama harus diikuti judul bukunya. • Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dicetak miring, dan setiap suku kata diakhiri tanda titik. Contoh Penulisan Op. Cit. 1 Achmad Arifulloh, Pembinaan Terhadap Anak Pelaku Pengulangan Tindak Pidana, SA Press, Semarang, 2017, hlm. 55. 2 Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar
Grafika, Jakarta, hlm. 22.
3 Achmad Arifulloh, Op. Cit., hlm. 57.
Dari contoh di atas dapat kita simpulkan:
• Menggunakan Op. Cit., karena sebelumnya telah diselingi oleh catatan kaki lain, yaitu: 2 Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 22. • Penggunaan 3 Achmad Arifulloh, Op. Cit., hlm. 57. berarti pengarang (Achmad Arifulloh) dan bukunya (Pembinaan Terhadap Anak Pelaku Pengulangan Tindak Pidana) sama, hanya saja halamannya berbeda dengan catatan kaki yang pertama. Sebelumnya halaman 55 dan yang dikutip terakhir halaman 57. Loc. Cit. Pengertian Loc. Cit. • Loc. Cit. berasal dari kata Loco Citato (bahasa Latin) yang artinya "pada tempat yang telah dikutip". • Gadung Ismanto3 menjelaskan: Digunakan dengan teknis yang sama dengan Op. Cit. namun dengan ketentuan bahwa halaman yang dikutip tersebut sama dengan kutipan sebelumnya. Aturannya Penulisan Loc. Cit. • Digunakan jika menunjuk sumber yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi telah diselingi sumber lain. • Halaman buku yang dikutip sama. • Loc. Cit. tidak perlu memakai nomor halaman, karena nomor halamannya sama dengan kutipan sebelumnya. • Penulisannya: nama pengarang, Loc. Cit. • Jika satu pengarang ada beberapa buku rujukan yang dipakai, setelah nama harus diikuti judul bukunya. • Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dicetak miring, dan setiap suku kata diakhiri tanda titik. Contoh Penulisan Loc. Cit. 1 Achmad Arifulloh, Pembinaan Terhadap Anak Pelaku Pengulangan Tindak Pidana, SA Press, Semarang, 2017, hlm. 55. 2 Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar
Grafika, Jakarta, hlm. 22.
3 Achmad Arifulloh, Loc. Cit.
Dari contoh di atas dapat kita simpulkan:
• Menggunakan Loc. Cit. karena sebelumnya telah diselingi oleh catatan kaki lain, yaitu: 2 Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 22. • Penggunaan 3 Achmad Arifulloh, Loc. Cit., berarti pengarang (Achmad Arifulloh), buku (Proses Penanganan Perkara Pidana), dan halamannya (halaman 55) sama.