Anda di halaman 1dari 26

Membangun Generasi Khaira Ummah

Dosen Pengampu:

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG


2021
CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mampu menjelaskan Pengertian sitasi dan


1
pengertian footnote (catatan kaki)
Mampu menjelaskan Ibid. dan penulisannya
2
dalam footnote (catatan kaki)
Mampu menjelaskan Op. Cit. dan
3
penulisannya dalam footnote (catatan kaki)
Mampu menjelaskan Loc. Cit. dan
4
penulisannya dalam footnote (catatan kaki)
Apa itu Footnote?
Cara menulis footnote yang benar seperti
apa?
Sebelum membahas cara menulis footnote
yang benar, sudahkah kamu paham apa itu
footnote?
Supaya dapat memahami dengan mudah,
berikut ini kita ulas tentang pengertian,
fungsi, hingga cara menulis footnote yang
benar.
Apa itu sitasi?
 Sebelum membahas lebih dalam, kita harus
memahami bahwa untuk menulis sebuah tulisan
ilmiah tidak dapat lepas dari sitasi.
 Sitasi adalah cara kita memberitahu pembaca
bahwa bagian-bagian tertentu dari tulisan kita
berasal dari sumber yang ditulis penulis lain.
 Tujuan dilakukannya sitasi untuk menjunjung
kejujuran akademik/intelektual dan menghindari
plagiarisme.
Macam sitasi?
 Menurut (Kate L. Turabi (2007:151) ragam sitasi
bermacam-macam. Tergantung bidang ilmunya,
tergantung target pembacanya dan kebiasaan
yang dipakai dalam project (bisa dimaknai
kebiasaan institusinya).
 Namun secara garis besar, sitasi dibagi menjadi
3 (tiga) macam kelompok:
1) Footnotes (catatan kaki)
2) Endnotes (catatan diakhir paper)
3) Body notes/ in text citation (catatan /sitasi dalam
teks).
Pengertian Footnote
 Footnote atau catatan kaki biasa digunakan dalam
sebuah makalah atau tulisan ilmiah.
 Menurut Keraf (1971:190):
Footnote (catatan kaki) adalah: berbagai keterangan
tambahan dari bagian-bagian naskah tulisan ilmiah yang
diletakkan di kaki halaman (di bawah), dan jika
keterangan tersebut ditulis di akhir tulisan atau bab.
 Menurut Prof. Dr. Gorys Keraf dalam bukunya Komposisi
Terbitan Nusa Indah,
Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks
karangan yang ditempatkan pada kaki halaman
karangan yang bersangkutan.
Pengertian Footnote
 Dalam menulis buku, adanya catatan kaki bukanlah semata-
mata dimaksudkan untuk menunjuk sumber tempat
terdapatnya sebuah kutipan, tetapi bisa digunakan untuk
memberi keterangan-keterangan lain terhadap teks.
 Hubungan catatan kaki dengan teks dijelaskan dengan
nomor-nomor penunjukan yang sama baik terdapat pada
teks maupun yang terdapat pada catatan kaki itu sendiri.
 Keterangan yang termuat dapat berupa sumber pustaka
yang dikutip atau penjelasan atas istilah yang dikemukakan
tepat di halaman itu.
 Jika dalam satu naskah terdapat beberapa catatan kaki,
maka kutipan atau keterangan yang diberi penjelasan diberi
nomor-nomor secara berurutan.
 Besar font catatan kaki adalah lebih kecil dari teks utama,
yakni dengan besar font 10.
Kenapa karya ilmiah harus
mencantumkan Footnote?
 Dalam sebagian tradisi ilmu sosial dan ilmu hukum, penulis
lebih cenderung menggunakan footnotes dibandingkan
bodynote atau endnotes.
 Footnotes lebih memudahkan pembaca dalam melacak
keterangan atau referensi yang dikutip.
 Endnotes memiliki kesulitan tersendiri, karena pembaca
harus membolak-balik halaman bacaan dan sumber
 Bodynote, informasinya statis, tidak bisa terbaca secara
langsung oleh pembaca dan tidak bisa menambahkan
informasi lainnya
Fungsi Catatan Kaki (Footnote)

 Dalam sebagian tradisi ilmu sosial dan ilmu hukum, penulis


lebih cenderung menggunakan footnotes dibandingkan
bodynote atau endnotes.
• Footnotes lebih memudahkan pembaca dalam melacak
keterangan atau referensi yang dikutip.
• Endnotes memiliki kesulitan tersendiri, karena pembaca
harus membolak-balik halaman bacaan dan sumber
• Bodynote, informasinya statis, tidak bisa terbaca secara
langsung oleh pembaca dan tidak bisa menambahkan
informasi lainnya
Fungsi Footnote (Catatan Kaki)
 Untuk memberikan keterangan dan penjelasan tentang sumber dari
kutipan penyusunan daftar bacaan pada karya ilmiah supaya dapat
dimengerti oleh pembaca.
 Untuk menghargai sumber kutipan yang dikutip, supaya pembaca karya
ilmiah mengetahui sumber kutipan yang digunakan.
 Untuk menunjukan referensi lain supaya pembaca karya ilmiah dapat
mengetahui ulasan yang lebih jelas mengenai istilah yang digunakan.
 Untuk memperluas diskusi suatu masalah tertentu di luar konteks dan
teks
 Untuk menunjukkan adanya peminjaman atau pengambilan dari bahan
yang digunakan. (Untuk fakta-fakta yang bersifat umum tidak perlu diberi
footnote)
 Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama (content
footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya menggunakan kata-kata:
Lihat…, Bandingkan…, dan Uraian lebih lanjut dapat dilihat dalam…, dan
sebagianya.
Unsur dalam penulisan Footnote
 Nama penulis/pengarang, penerjemah, dan editor ditulis
lengkap tanpa gelar kesarjanaan. Untuk penulis yang bukan
penulis asli tetap dicantumkan seperti penulis asli, dengan
tambahan keterangan di belakang nama tersebut, seperti
penyusun, penyadur, penterjemah, dan editor.
 Judul buku/tulisan ditulis selengkap-lengkapnya, huruf
pertama judul dengan besar kecuali kata sambung dan kata
depan.
 Tahun penerbitan, tahun berapa sumber kutipan atau
referensi diterbitkan atau dipublikasikan.
 Nomor halaman, dalam footnote – nomor halaman disingkat
“hal” kemudian diikuti dengan nomor halaman yang dikutip
dengan sela satu.
Aturan Penulisan Footnote

 Aturan penulisan footnote (catatan kaki), terdiri dari 3 (tiga)


macam, yaitu:

• Ibid.

• Op. Cit.

• Loc. Cit.
Pengertian Ibid.

• Ibid. berasal dari kata ibidem (bahasa


Latin) yang artinya "di tempat yang sama
dengan di atasnya".
• Gadung Ismanto1 menjelaskan:
Istilah ini digunakan untuk menjelaskan
bahwa kutipan yang ditulis pada catatan kaki
berasal dari sumber yang sama dengan yang
telah disebutkan sebelumnya atau di atasnya,
tanpa diselingi oleh sumber kutipan lainnya.
Aturan Penulisan Ibid.
 Digunakan jika pengutip mengambil kutipan dari sumber yang
sama yang telah ada di bagian sebelumnya tanpa diselingi
catatan kaki dari sumber lain. Dengan kata lain, kutipan
tersebut berada tetap di atasnya dan tidak diselingi kutipan lain.
 Ibid. tidak dipakai jika ada catatan kaki dari sumber lain yang
menyelinginya.
 Jika catatan yang dikutip halaman bukunya masih sama seperti
kutipan sebelumnya, cukup gunakan kata Ibid diikuti tanda titik.
Dengan kata lain, jika terdapat dua kutipan dari halaman buku
yang sama, maka catatan kaki untuk kutipan kedua hanya
menggunakan kata Ibid.
 Jika yang dikutip sudah berbeda halaman, maka aturan
penulisannya: Ibid., halaman.
 Ibid ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, dicetak miring,
dan diakhiri tanda titik.
Contoh Penulisan Ibid.
1 Achmad Arifulloh, Pembinaan Terhadap Anak Pelaku
Pengulangan Tindak Pidana, SA Press, Semarang, 2017, hlm. 55.
2 Ibid.

3 Ibid., hlm. 56.

Dari contoh di atas dapat kita simpulkan:


• Menggunakan Ibid, karena merujuk kepada catatan kaki di
atasnya tanpa diselingi catatan kaki lainnya.
• 2 Ibid. berarti nama pengarang, judul buku, dan halaman sama persis
dengan catatan kaki yang di atasnya.
• 3 Ibid., hlm. 56. berarti nama pengarang dan judul buku sama persis
dengan catatan kaki yang di atasnya, hanya berbeda halamannya saja.
Sebelumnya halaman 55 dan yang dikutip terakhir halaman 56.
Op. Cit.
Pengertian Op. Cit.
• Op. Cit. berasal dari kata Opere Citato
(bahasa Latin) yang artinya "pada karya yang
telah dikutip".
• Gadung Ismanto2 menjelaskan:
Istilah ini digunakan untuk menjelaskan bahwa
kutipan yang ditulis pada catatan kaki berasal dari
sumber yang sama yang telah disebut sebelumnya,
namun tidak sama halamannya serta sempat
diselingi oleh sumber lain. Istilah Op. Cit. ditulis
sesudah menyebutkan nama penulis buku sumber
yang dirujuk.
Aturannya Penulisan Op. Cit.
• Digunakan jika menunjuk sumber yang telah
disebutkan sebelumnya, tetapi telah diselingi sumber
lain.
• Halaman buku yang dikutip berbeda.
• Penulisannya: nama pengarang, Op. Cit., nomor
halaman
• Jika satu pengarang ada beberapa buku rujukan yang
dipakai, setelah nama harus diikuti judul bukunya.
• Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata,
dicetak miring, dan setiap suku kata diakhiri tanda
titik.
Contoh Penulisan Op. Cit.
1 Achmad Arifulloh, Pembinaan Terhadap Anak Pelaku
Pengulangan Tindak Pidana, SA Press, Semarang, 2017, hlm. 55.
2 Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar

Grafika, Jakarta, hlm. 22.


3 Achmad Arifulloh, Op. Cit., hlm. 57.

Dari contoh di atas dapat kita simpulkan:


• Menggunakan Op. Cit., karena sebelumnya telah diselingi oleh
catatan kaki lain, yaitu: 2 Leden Marpaung, Proses Penanganan
Perkara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 22.
• Penggunaan 3 Achmad Arifulloh, Op. Cit., hlm. 57. berarti
pengarang (Achmad Arifulloh) dan bukunya (Pembinaan Terhadap
Anak Pelaku Pengulangan Tindak Pidana) sama, hanya saja
halamannya berbeda dengan catatan kaki yang pertama.
Sebelumnya halaman 55 dan yang dikutip terakhir halaman 57.
Loc. Cit.
Pengertian Loc. Cit.
• Loc. Cit. berasal dari kata Loco Citato (bahasa
Latin) yang artinya "pada tempat yang telah
dikutip".
• Gadung Ismanto3 menjelaskan:
Digunakan dengan teknis yang sama dengan Op.
Cit. namun dengan ketentuan bahwa halaman yang
dikutip tersebut sama dengan kutipan sebelumnya.
Aturannya Penulisan Loc. Cit.
• Digunakan jika menunjuk sumber yang telah disebutkan
sebelumnya, tetapi telah diselingi sumber lain.
• Halaman buku yang dikutip sama.
• Loc. Cit. tidak perlu memakai nomor halaman, karena
nomor halamannya sama dengan kutipan sebelumnya.
• Penulisannya: nama pengarang, Loc. Cit.
• Jika satu pengarang ada beberapa buku rujukan yang
dipakai, setelah nama harus diikuti judul bukunya.
• Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dicetak
miring, dan setiap suku kata diakhiri tanda titik.
Contoh Penulisan Loc. Cit.
1 Achmad Arifulloh, Pembinaan Terhadap Anak Pelaku
Pengulangan Tindak Pidana, SA Press, Semarang, 2017, hlm. 55.
2 Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar

Grafika, Jakarta, hlm. 22.


3 Achmad Arifulloh, Loc. Cit.

Dari contoh di atas dapat kita simpulkan:


• Menggunakan Loc. Cit. karena sebelumnya telah diselingi oleh
catatan kaki lain, yaitu: 2 Leden Marpaung, Proses Penanganan
Perkara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 22.
• Penggunaan 3 Achmad Arifulloh, Loc. Cit., berarti pengarang
(Achmad Arifulloh), buku (Proses Penanganan Perkara Pidana),
dan halamannya (halaman 55) sama.

Anda mungkin juga menyukai