Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MANDIRI

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA PERTEMUAN 12

Dosen : Dr. NURSAL HAKIM

“Kutipan,Saduran dan faraprasa”

NAMA/ KELAS:

DESI KUSMAYA PUTRI / II A

P031915401006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami selaku penulis dapat menyusun makalah
mata kuliah “Bahasa Indonesia” yang berjudul “Kutipan,Saduran dan faraprasa” tepat
pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, April 2021

Penulis
1. Kutipan
Pengertian Kutipan Menurut Para Ahli

Kutipan adalah bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan,atau
hasil penelitian dari penulis lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi.Kutipan
dilakukan apabila penulis sudah memperoleh sebuah kerangka berpikir yang mantap. Jika
belum, hasilnya akan merupakan karya “suntingan”, yaitu“suSUN” dan “gunTING”. Menurut
Keraf (1997), walaupun kutipan atas pendapat seorang ahli itu diperkenankan, tidaklah
berarti bahwa keseluruhan sebuah tulisan dapat terdiri dari kutipan-kutipan.

Garis besar kerangka karangan serta kesimpulanyang dibuat harus merupakan


pendapat penulis sendiri. Kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk
menunjang pendapat penulis.

Pengertian Kutipan KBBI


Mengutip diartikan sebagai mengambil perkataan atau kalimat dari buku baik #ksi atau
non#ksi $rang yang mengambilkutipan disebut dengan pengutip, sedang proses mengutip
disebut pengutipan“mengutip gagasan dari berbagai sumber disesuaikan dengan kebutuhan.

Manfaat Penggunaan kutipan yaitu :

● untuk menegaskan isi uraian,


● untuk membuktikan kebenaran dari sebuah pernyataan yang dibuat oleh penulis,
● untuk memperlihatkan kepada pembaca materi dan teori yang digunakan penulis
● untuk mengkaji interpretasi penulis terhadap bahan kutipan yang digunakan
● untuk menunjukkan bagian atau aspek topik yang akan dibahas, dan
● untuk mencegah penggunaan dan pengakuan bahan tulisan orang lain sebagaimilik
sendiri (plagiat).

Tujuan Kutipan
Dalam tulisan ilmiah, baik berupa artikel, karya tulis, skripsi, tesis, dan disertasi selalu
terdapat kutipan. Kutipan adalah pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan. Seorang
penulis tidak perlu membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan
kebenarannya oleh penulis lain, penulis cukup mengutip karya orang lain tersebut. Dengan
demikian kutipan memiliki tujuan sebagai:

1. Landasan teori
2. Penguat pendapat penulis
3. Penjelasan suatu uraian
4. Bahan bukti untuk menunjang pendapat itu

Seorang penulis harus memperhatikan hal-hal berikut:

● Penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perluu


● Penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan
● Kutipan dapat terkait dengan penemuan teori
● Jangan terlalu banyak mempergunakan kutipan langsung
● Penulis mempertimbangkan jenis kutipan, kutipan langsung atau kutipan tak langsung
● Perhatikan teknik penulisan kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan

Fungsi Kutipan
Kutipan memiliki fungsi tersendiri. Fungsi dari kutipan adalah sebagai berikut :

● Menunjukkan kualitas ilmiah yang lebih tinggi


● Menunjukkan kecermatan yang lebih akurat
● Memudahkan penilaian penggunaan sumber dana
● Memudahkan pembedaan data pustaka dan ketergantungan tambahan
● Mencegah pengulangan penulisan data pustaka
● Meningkatkan estetika penulisan
● Memudahkan peninjauan kembali penggunaan referensi, dan memudahkan
penyuntingan naskah yang terkait dengan data pustaka

Jenis Kutipan
Adapun jenis kutipan yang diantaranya yaitu:

● Kutipan Langsung
Kutipan langsung ialah kutipan yang sama persis dengan teks aslinya, tidak boleh ada
perubahan, kalau ada hal yang dinalai salah/meragukan kuta beri tanda “sic !”, yang artinya
kita sekedar mengutip sesuai dengan aslinya dan tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu.

Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan, memberi huruf kapital, garis bawah atau huruf
,miring kita perlu menjelaskan hal tersebut missal “huruf miring dari pengutip”, “ejaan
disesuaikan dengan EYD” dll. Bila dalam kutipan terdapat hurud atau kata yang salah lalu
dibetulkan oleh pengutip, harus digunakan huruf siku “…..”.

● Kutipan Tidak Langsung “Kutipan Isi”


Dalam kutipan tidak langsung kita hanya mengambil intisari pendapat yang kita kutip,
kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda
petik. Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki, dapat juga dengan sistem catatan
langsung “catatan perut” seperti telah dicontohkan.

● Kutipan pada catatan kaki


Kutipan selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu singkat saja. Kutipan
diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli.

● Kutipan atas ucapan lisan


Harus dilegalisir dulu oleh pembicara atau sekretarisnya (bila pembicara seorang pejabat).
Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai kutipan langsung atau tidak langsung.

● Kutipan dalam kutipan


Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan terdapat kutipan. Dapat dilakukan dengan dua
cara:

● Bila kutipan asli tidak memakai tanda kutip, kutipan dalam kutipan dapat
mempergunakan tanda kutip tunggal atau tanda kutip ganda.
● Bila kutipan asli memakai tanda kutip tunggal, kutipan dalam kutipan memakai tanda
kutip ganda. Sebaliknya bila kutipan asli memakai tanda kutip ganda, kutipan dalam
kutipan memakai tanda kutip tunggal .

● Kutipan langsung pada materi


Kutipan langsung dimulai dengan materi kutipan hingga penghentian terdekat (dapat berupa
koma, titik koma, atau titik) disusul dengan sisipan penjelas siapa yang berbicara.

Contoh:

“Jelas,” kata Prof. Haryati, “kosa kata bahasa Indonesia banyak mengambil dari kosa kata
bahasa Sansekerta.”

Cara-cara Mengutip
1. Mengutip Kutipan Langsung ≤ 4 baris

● Kutipan terintegrasi dengan teks penulis dalam satu paragraf.


● Jarak antar baris 1,5-2 spasi.
● Kutipan diapit tanda kutip.

2. Mengutip Kutipan Langsung ≥ 5 baris

● Kutipan dipisahkan dari teks penulis dalam jarak 2,5-3 spasi. Seluruh kutipan ditulis
menjorok ke kanan, yaitu 5-7 spasi dari kiri teks penulis.
● Jarak antar baris 1 spasi.
● Kutipan boleh diapit tanda kutip, boleh tidak.

3. Mengutip Kutipan Tidak Langsung

● Kutipan terintegrasi dengan teks penulis dalam satu paragraf.


● Jarak antar baris 1,5-2 spasi.
● Kutipan tidak diapit tanda kutip.

4. Mengutip Kutipan di Kaki Halaman

● Kutipan terpisah dari teks penulis (yaitu di tulis di kaki halaman).


● Jarak antar baris 1 spasi.
● Kutipan diapit tanda kutip.
● Mengutip Kutipan dari Penuturan Lisan
(Caranya sama dengan cara mengutip untuk kutipan langsung ≤ 4
baris).

Sumber kutipan dapat ditulis dekat kutipan (sebelum atau sesudah kutipan) di tubuh halaman
atau di kaki halaman (sebagai catatan kaki). Penulisan sumber kutipan untuk setiap jenis
acuan berbeda.

1. Buku Karya Asli (Bukan Terjemahan)

nama penulis, tahun terbit buku : nomor halaman

Contoh : Hadi Purnomo (2004:31) mengemukakan bahwa……………………………. (Gorys


Keraf, 2003:46)

● Buku Terjemahan
nama penulis buku asli + terjemahan + nama penerjemah, tahun terbit buku terjemahan :
nomor halaman

Contoh : Menurut Philip Kottler (terjemahan Sri Werdiningsih, 2002:52),


……………………

● Artikel dalam Koran/Majalah/Jurnal/Buku Bunga Rampai


nama penulis + dalam + nama Koran/majalah/jurnal, tanggal pemuatan artikel, halaman

nama penulis + dalam + judul buku bunga rampai, tahun terbit buku : nomor halaman

Contoh : Alex Cahya (dalam Jawa Pos, 9 April 2008, hlm.4) berpendapat


bahwa……………..

Budiman Hariyanto menyatakan, ……………..(dalam Nilai-nilai Mnusia, 2006:19).

● Makalah/TA/Skripsi/Tesis/Disertasi/Laporan Penilitian
nama penulis, jenis karangan, tahun penulisan : nomor halaman

Contoh : Berdasarkan hasil penelitiannya, Devi Kumalasari menyatakan, ………………..


(Skripsi, 2005:48)

● Situs (dari internet)


nama penulis, situs, tanggal pemuatan materi

Contoh : Joko Veryanto menyebutkan, …………….. (www.gurupendidikan.com, 6 April


2007).

● Penuturan Lisan
nama pembicara, nama acara/pertemuan, tanggal penyampaian materi

Contoh : Inu Kencana menuturkan, …………. (Today’s Dialogue Metro TV, 28 April 2008).

● Kutipan dalam Kutipan Dalam Buku


nama penutur + dalam + nama penulis buku, tahun terbit buku : nomor halaman

Contoh : Menurut M.Samsudin (dalam Rita Siahaan, 2004:27), …………..

● Kutipan dalam Kutipan dalam Penuturan Lisan


nama penutur + dalam + nama pembicara, nama acara, tanggal penyampaian materi

Contoh : Presiden SBY mengimbau, …….. (dalam Andi Malarangeng, Dialog Interaktif


SCTV, 2008).

Aturan Penulisan Kutipan

Berikut ini beberapa aturan yang perlu diketahui dalam penulisan kutipan dan sumber
kutipan.

● Kutipan ditulis dengan menggunakan dua tanda petik (“…”) jika kutipan ini
merupakan kutipan pertama atau dikutip langsung dari penulisnya. Jika kutipan itu
diambil dari kutipan, maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan satu tanda
petik (‘…’).

● Jika bagian yang dikutip terdiri atas tiga baris atau kurang, kutipan ditulis dengan
menggunakan tanda petik (sesuai dengan ketentuan pertama) dan penulisannya
digabung ke dalam paragraf yang ditulis oleh peengutip dan ditik dengan jarak dua
spasi.

Contoh Kutipan :
Salah satu dimensi kehidupan afektif-emosional ialah kemampuan memberi dan menerima
cinta, bukan cinta dalam arti yang penuh romantik atau memberikan perlindungan yang
berlebihan, melainkan cinta dalam arti ”…a relationship that nourishes us we give, and
enriches us we spend, and permits ego and alter ego to grow in mutual harmony” (Cole,
1993:832).

● Apabila kutipan langsung merupakan seperangkat kalimat, tempatkanlah kutipan itu


di antara tanda petik dua di bawah baris terakhir kalimat yang mendahuliuinya,
menjorok lima ketukan ke dalam teks dari margin kiri, berjarak rapat (½ spasi).

Contoh Kutipan :
……………………………………………………..(baris akhir tulisan kita)

“Dalam hal yang lebih penting lagi, yang menyatakan betul sifat nasional pendidikan di
negara kita ialah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di semua sekolah-
sekolah. Bahasa ialah alat berpikir dan alat menyatakan buah pikiran itu, tetapi selain dari
semua itu, ialah alat yang terpenting untuk menebalkan rasa nasional suatu bangsa. Walaupun
prinsip bahwa bahasa pengantar di sekolah-sekolah ialah bahasa Indonesia, diberi kompromi
pada dasar psikologi, dengan demikian, bahwa di tiga kelas yang terendah dari sekolah-
sekolah rendah bahasa pengantar ialah bahasa daerah.” (nama,th:hlm.)
(awal tulisan kita berikutnya)………………………………………………………….

● Jika bagian dari yang dikutip ada bagian yang dihilangkan, maka penulisan bagian itu
diganti dengan tiga buah titik. Contoh penulisan tampak pada butir kedua di atas.
● Penulisan sumber kutipan ada beberapa kemungkinan seperti berikut.
● Jika sumber kutipan mendahului kutipan, cara penulisannya adalah nama penulis yang
diikuti dengan tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip yang keduanya
diletakkan di dalam kurung.

Contoh :

… (akhir tulisan). Oka (1976:53) mengatakan bahwa “Masyarakat Indonesia yang akan
datang sangat memerlukan tenaga kerja untuk pembangunan yang terampil menggunakan
bahasa Indonesia untuk surat-menyurat, pidato, dan karang-mengarang.” (awal tulisan
berikutnya)…

Sebagaimana dikemukakan oleh Stenberg (1984:41) bahwa “ In Piaget’s theory, children’s
intelectual functioning is represented in term of symbolicc logic.”

● Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan, maka nama penulis, tahun
penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip semuanya diletakkan di dalam
kurung.
Contoh :


(akhir tulisan). “The personality pattern is inwardly determined by and closely associated
with maturation of the physical and metal characteristic which constitute the individual’s
hereditary endownment” (Hurlock, 1979:19). (awal tulisan berikutnya)…

Jika sumber kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang dikutip, maka sumber kutipan
yang ditulis tetap sumber kutipan yang digunakan pengutip, tetapi dengan menyebut siapa
yang mengemukakan pendapat tersebut, dengan kata lain, saat kita merujuk pada sumber A,
sedangan A sendiri merujuk sumber B (sumber asli/buku asli) maka penulisannya tetap
menyebut summber asli (B) tetapi sumber A juga disebut.

Contoh :

… (akhir tulisan). Chomsky (Yelon dan Weinstein, 1977:62) mengemukakan bahwa ‘…


children are born with innate understanding of structure of languange.’ (awal tulisan kita
berikutnya)…

Atau

Achmad membuat skripsi tahun 2007 dengan di dalamnya ada pendapat Hamalik dari
bukunya (Hamalik) tahun 1986 tentang media pembelajaran halaman 21 (di skripsi), maka
penulisan kutipannya adalah :

Hamalik (dalam Achmad, 2007:21) mengemukakan bahwa ‘definisi media pembelajaran


adalah…’.
● Jika penulis terdiri atas dua orang, maka nama keluarga kedua penulis tersebut harus
disebutkan, misalnya, (Sharp and Green, 1996:1), sedangkan jika penulisnya lebih
dari dua orang, maka yang disebutkan nama keluarga penulis pertama dan diikuti
oleh et al, misalnya, Clelland et al, (1960:35). Perhatikan titik setelah al, adalah
sebagai singkatan dari ally dan kedua kata itu ditulis dengan huruf miring.
● Jika masalah yang dikutip dibahas oleh beberapa orang dalam sumber yang berbeda
maka cara penulisan sumber kutipan itu adalah seperti berikut.

Contoh :

Beberapa studi tentang anak-anak yang mengalami kesulitan belajar (Dunkey, 1972; Miggs,
1976; Parmenter, 1976) menunjukkan bahwa … (tulis intisari rumusan yang dipadukan dari
ketiga sumber tersebut).

● Jika sumber kutipan itu adalah beberapa karya tulis dari penulis yang sama pada tahun
yang sama, maka cara penulisannya adalah dengan menambah huruf a, b, dan
seterusnya pada tahun penerbitan. Contoh : (Bray, 1998a, 1998b).
● Jika sumber kutipan itu tanpa nama, maka penulisnya adalah: (Anonim, 1972:18).
● Jika yang diutarakan pokok-pokok pikiran seorang penulis, tidak perlu ada kutipan
langsung, cukup dengan menyebut sumbernya.

2. Saduran
Pengertian Saduran

Kata Saduran berasal dari kata dasar ”Sadur” dan imbuhan pembentuk kata benda
”an”. Dalam bahasa Inggris, saduran berasal dari kata ”sadur”= coating of metal. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), Edisi Cetakan Kesembilan Tahun 1997, halaman
859, ”Saduran berasal dari kata ’sadur’ yang berarti menyepuh(logam emas, perak, dsb);
’saduran’ adalah 1. Hasil menyepuh, 2. Hasil menggubah; gubahan bebas dari cerita lain
tanpa merusak garis besar cerita; 3. Ikhtisar; ringkasan; laporan dsb.”
Karya tulis saduran berkembang di Indonesia pada abad ke-19, seiring dengan
perkembangan kesusasteraan dunia yang masuk ke Indonesia dengan dua cara, yakni
terjemahan dan saduran. Contoh karya Saduran yang pertama di awal abad 19 dari
Kesusasteraan Belanda pada karya Sastra Indonesia adalah novel Saduran berjudul Si Jamin
dan Si Johan; selanjutnya novel itu disadur menjadi naskah film berjudul, ”Si Jeny dan
Johan”.
Karya tulis terjemahan dan saduran sama-sama menyampaikan pesan baru atas karya
aslinya. Jika dalam terjemahan memiliki tingkat keketatan dalam keteralihan pesan dari
bahasa induk ke bahasa kedua, maka dalam Saduran memiliki tingkat kelonggaran dalam
bahasa pesan karya. Saduran memiliki bahasa penyampaian yang lebih fleksibel dalam
keteralihan pesan karya asal, bahkan dengan keahlian bahasa penyadur, karya tulis saduran
bisa lebih hidup ceritanya dibandingkan cerita aslinya.
Jadi, saduran adalah proses mengubah suatu karya ke bentuk karya yang baru dalam
bahasa si penyadur, tanpa mengubah gagasan utama karya asal.

Bentuk Karya Tulis Saduran dan Prasyarat Seorang Penyadur

Bentuk karya tulis saduran bisa bermacam-macam. Artinya, keleluasan sang penyadur
mengubah suatu karya dari karya asal ke karya yang baru menjadikan hasil saduran bisa
bermacam-macam. Hal ini terjadi karena yang paling pokok adanya keteralihan pesan utama
sesuai gagasan utama karya asal bisa dijaga oleh penyadur dalam bahasa sang penyadur.
Gaya sang penyadur mengubah suatu karya bisa menjadi style khusus kekuatan karya tulis
saduran tersebut. Artinya pula, suatu karya asal bisa lebih baik atau lebih buruk hasilnya
tergantung kualitas bahasa karya yang dimiliki sang penyadur.
Karya tulis saduran bisa berasal dari karya berbentuk fiksi dan nonfiksi. Karya tulis
fiksi yang bisa disadur bisa dari berbagai genre, seperti puisi, prosa(cerpen, novel/roman,
esai), atau drama. Karya tulis fiksi tersebut bisa disadur menjadi karya tulis fiksi kembali atau
bisa juga menjadi karya tulis nonfiksi, misalnya menjadi satu ringkasan, rangkuman, ikhtisar,
esai, kritik, artikel, resensi.
Adapun karya tulis nonfiksi yang bisa disadur, misalnya berita, makalah, kertas kerja,
buku, skripsi, tesis, disertasi dan sejenisnya. Karya tulis nonfiksi tersebut bisa disadur
menjadi karya tulis fiksi(puisi, prosa, drama) atau karya tulis nonfiksi lainnya (ringkasan,
rangkuman, ikhtisar, esai, kritik, artikel, resensi)
Oleh karena itu, seorang penyadur harus memiliki beberapa prasyarat menjadi
seorang penyadur yang baik agar dia mampu menghasilkan karya saduran yang baik, di
antaranya:
1. Menguasai bahasa karya asal
2. Memahami gagasan utama karya asal
3. Menguasai bahasa saduran
4. Memahami aturan penyaduran
5. Mengetahui berbagai bentuk karya tulis
6. Menguasai aturan penulisan berbagai bentuk karya tulis

Seorang penyadur harus memenuhi prasyarat tersebut agar kualitas karya tulis
saduran yang dihasilkannya tidak mengecewakan, baik bagi pemilik karya tulis asli maupun
pembaca karya sadurannya.
Penyadur harus menguasai bahasa karya asal agar ia tahu maksud setiap bahasa yang
digunakan penulis dalam karyanya, termasuk kode bahasa yang berkaitan dengan kode
budaya dan kemasyarakatan yang ada dalam bahasa karya asal.
Penyadur harus memahami gagasan utama karya asal agar saat ia menyadur tidak
melenceng dari maksud dan gagasan utama karya yang dikemas dan dituju dalam satu karya
oleh penulis aslinya.
Penyadur harus menguasai bahasa saduran artinya ia harus terlatih untuk bagaimana
mengolah pesan karya asal kepada karya baru yang dihasilkan dalam bahasa sang penyadur
yang lebih menarik dan tepat sesuai lingkungan kehidupan sang penulis dan penyadur.
Penyadur harus memahami aturan penyaduran agar ia menghormati karya asalnya
maupun hak cipta karya tulis yang berlaku di dunia tulis menulis.
Penyadur harus mengetahui berbagai bentuk karya tulis agar ia lebih mempunyai arah
kemana idealnya satu karya tulis asal disadur menjadi bentuk karya tulis saduran yang tepat.
Penyadur harus menguasai aturan berbagai bentuk karya tulis agar ia menilai
ketepatan karya tulis sesuai ciri maupun berbagai aturan yang mengikat untuk karya tulis
saduran yang dihasilkan berbentuk fiksi atau nonfiksi.

Sumber, Hasil, dan Cara Menulis Karya Tulis Saduran

Sumber penulisan dan hasil karya tulis saduran bisa berupa fiksi dan non fiksi, tetapi
selain sumber penulisan tersebut, karya tulis saduran bisa diperoleh dari berbagai hal, tidak
hanya terbatas pada karya tulis fiksi dan nonfiksi. Karya tulis saduran bisa juga dilakukan
dari suatu peristiwa yang dilihat dan terjadi dalam kehidupan; dari gambar atau lukisan
kehidupan; dari karya terjemahan; dari satu diskusi; dan sejenisnya. Namun, hasil karya tulis
sadurannya pasti harus dibuat sang penyadur dalam bentuk fiksi atau nonfiksi sesuai gagasan
utama karya asal.
Oleh karena itu, cara menulis karya tulis saduran juga harus memperhatikan hal-hal
berikut:
1. Mengetahui sumber karya asal sebagai bahan karya tulis saduran
2. Sejauh mana penyadur menguasai karya asal untuk dibuat karya saduran
3. Penyadur memiliki tujuan pasti untuk menyusun karya tulis saduran

Hal-hal tersebut perlu diperhatikan agar penyadur paham, yakin, dan pasti dengan
cara apa ia menuliskan karya sadurannya.
Beberapa langkah dasar menulis karangan saduran yang harus dilakukan adalah:
1. Membaca secara cermat karya asal yang akan disadur dengan gaya membaca
skimming(melompat)
2. Mencari gagasan utama karya asal yang akan disadur dari konflik atau sumber
permasalahan karya
3. Membuat kerangka alur karya asal yang akan disadur dalam bentuk ikhtisar
4. Menentukan karya tulis saduran dengan ciri khasnya (fiksi atau nonfiksi) yang
akan menjadi wadah saduran karya asal
5. Menuliskan karya tulis saduran dari hasil pembacaan dan pemahaman penyadur
atas gagasan utama, kode bahasa, kode budaya dan kemasyarakatan dalam karya
asal
6. Mengevaluasi ketepatan hasil penulisan karya saduran sesuai ciri karya tulisnya

---o0o---
3. Parafrasa
Pengertian Parafrasa
Parafrase atau parafrasa adalah pengungkapan kembali suatu tuturan bahasa ke dalam bentuk
bahasa lain tanpa mengubah pengertian. Pengungkapan kembali tersebut bertujuan untuk
menjelaskan makna yang tersembunyi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrasa
adalah penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata) yang lain,
dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.

Cara Membuat Parafrasa


Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam membuat parafrasa dari sebuah bacaan. Untuk
membuat parafrasa lisan, langkah-langkahnya adalah membaca informasi secara cermat,
mencatat kalimat inti, mengmbangkan kalimat inti menjadi pokok pikiran, menyampaikan
pokok pikiran dalam bentuk uraian lisan dengan kalimat sendiri. Sunakanlah sinonim,
ungkapan yang sepadan, mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung,
mengubah kalimat aktif menjadi kalimat tidak aktif, serta menggunakan kata ganti orang
ketiga untuk narasi jika kesulitan menguraikan.
Cara Memparafrasekan Puisi Menjadi Prosa
Bagaiamana cara memparafrasekan puisi menjadi prosa? Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam memfaraprasekan puisi menjadi prosa, ialah :
● Membaca atau mendengarkan pembacaan puisi dengan seksama ;
● Pahami isi kandungan puisi secara utuh ;
● Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi ;
● Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalam bentuk prosa dengan menggunakan kalimat
sendiri ;
● Sampaikan secara lisan atau dibacakan.
Parafrasa merupakan cara pengungkapan kembali suatu tuturan dari suatu tingkatan/ macam
bahasa menjadi yang lain tanpa mengubah pengertiannya.
Ciri Parafrasa:
1. bentuk tuturan berbeda
2. makna tuturan sama
3. subtansi tidak berubah
4. bahasa/cara penyampaian berbeda
Berdasarkan jeisnya, parafrasa dibagi menjadi dua; parafrasa lisan dan parafrasa tulisan.
Langkah membuat parafrasa:
1. membaca teks keseluruhan
2. menentukan pokok-pokok pikiran wacana
3. menetuka tuturan yang  hendak menjadi variasinya
4. menyusun pokok pikiran tanpa mengabah arti
5. menyempurnakan pokok pikiran
6. membentuk wacana sesuai keinginan
Contoh 1
Selamat Tinggal
aku berkaca
ini muka penuh luka
siapa punya?
kudengar seru menderu
dalam hatiku
apa hanya angin lalu?
lagu lain pula
mmenggelepar di tengah malam buta
ah...!!!
segala menebal, segala mengental
segala tak kukenal
(Chairil Anwar)
parafrasanya menjadi:

Ketika si ku berkaca, aku sangat terkejut melihat mukaku ini mulai dipenuhi luka. Sebenanya
ini punya siapa?
Aku mendengar suara yang seru menderu, dalam hati kubertanya, apakah itu hanya suara
angin lalu?
Aku pun  mendengar lagu yang lain menggema menggelepar di tengan malam buta.
Ah,...!!
Segalnaya telah tiba menebal, bahkan segalanya jadi mengental, sehingga segalanya tidak
aku kenal.
Contoh 2
Aku
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Bila peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Lukadan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang perih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Chairil Anwar, DCD 1959:7)
Parafrasanya :
Kalau si aku meninggal, ia menginginkan jangan ada seorangpun yang bersedih, bahkan juga
kekasih atau istrinya.
Tidak perlu juga ada sedu sedan yang meratapi kematian si aku sebab tidak ada gunanya. Si
aku ini adalah binatang jalang yang lepas bebas, yang terbuang dari kelompoknya. Ia
merdeka tidak terikat oleh aturan-aturan yang mengikat, bahkan meskipun ia ditembak,
peluru menembus kulitnya. Si aku tetap berang dan memberontak terhadap aturan-aturan
yang mengikat tersebut.
Segala rasa sakit dan penderitaan akan ditanggung, ditahan, diatasi hingga rasa sakit dan
penderitaan itu pada akhirnya akan hilang sendiri.
Si aku akan makin tidak peduli pada segala aturan dan ikatan, halangan, serta penderitaan. Si
aku mau hidup seribu tahun lagi. Maksudnya, si aku menginginkan semangatnya, pikirannya,
karya-karyanya akan hidup selama-lamanya. (Rachmat Djoko Pradopo)
Jenis parafrasa ada 2 yaitu:
1.      Parafrasa terikat adalah mengubah puisi menjadi prosa dengan cara menambahkan atau
menyisipkan sejumlah kata pada puisi sehingga kalimat-kalimat puisi mudah dipahami
seluruh kata dalam puisi masih tetap digunakan dalam parafrasa tersebut.
2.      Parafrasa bebas adalah mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata sendiri. Kata-kata
yang terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula tidak digunakan.

Parafrasa Terikat
MENYESAL
Kini PAGIKU  HILANG SUDAH MELAYANG entah kemana
Sekarang HARI MUDAKU SUDAH PERGI jauh tak kan pernah kembali
KINI hanya PETANG yang DATANG MEMBAYANGi alam pikiranku
Yang kini BATANG USIAKU SUDAH mulai TINGGI.
Dulu AKU LALAI DI HARI PAGI,
Karena BETA LENGAH DI MASA MUDA yang masih suka bermalas-malasan
Hingga KINI HIDUP menjadi MERACUN HATI tak bisa berbuat apa-apa lagi
Sudah MISKIN ILMU, MISKIN HARTA pula
Namun AH, APA GUNA KUSESALKAN,
Karena MENYESAL TUA itu TIADA BERGUNA,
HANYA MENAMBAH LUKA SUKMA di hati
KEPADA YANG MUDA KUHARAPKAN,
Untuk ATUR BARISAN DI HARI PAGI,
MENUJU KEARAH PADANG BAKTI.
(ALY HASJMY)
  Parafrasa Bebas
                     Puisi meyesal karya Ali Hasjmi mengisahkan seseorang yang menyesali masa
mudanya tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.Ia kurang hati-hati dan bermalas-
malasan waktu muda dulu.Kini di hari tuanya, ia merasa miskin ilmu dan miskin harta, tidak
berilmu dan tidak punya harta apa-apa. Ia merasa tidak ada guna menyesali diri. Akan
tetapi, ia tidak berhenti dalam sesalnya.Ia berusaha bangkit dan mengajak generasi muda
untuk merencanakan segala sesuatu dari sekarang menuju kearah tempat yang lebih baik
(tempat yang dihormati).
Contoh puisi
Gadis Peminta-minta
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang.
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katerdal
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal
Jiw begitu murni, terlalu murni
Untuk dapat membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu tak ada yang punya
Dan kotaku, oh kotaku          
Hidupnya tak lagi punya tanda
                         (Toto Sudarto Bachtiar, suara, 1950 )
A.   Mencari Arti kata sulit
Kekal : abadi
Duka :sedih
Tengadah : melihat keatas/ berdoa/ minta
Merah jambu: sore hari
Melulur : meluncur masuk dengan mudah
Sosok : rupa/ bentuk/ wujud
Angan-angan: pikiran/ ingatan/ cita-cita
Kemayaan: hal keadaan hanya tampaknya ada, tetapi nyatanya tidak ada hanya ada dalam
angan-angan atau khayalan.
Menara : bangunan yang tinggi
Katerdal : gereja besar tempat kedudukan resmi
B.   Parafrasa terikat
Setiap kita bertemu dengan gadis kecil berkaleng kecil aku merasa iba padanya
Setiap Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka dalam menghadapi kenyataan hidup
Mereka Tengadah padaku pada bulan merah jambu saat itu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa kalau gadis kecil berkaleng kecil tidak ada
Rasanya Ingin aku ikut dengan gadis kecil berkaleng kecil itu
Mereka Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok tanpa rasa takut
Mereka Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan yang tak kan pernah ada
Hanya Gembira dari kemayaan riang.
Namun Duniamu yang lebih tinggi dari menara katerdal
Meskipun Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal
Jiwamu begitu murni, terlalu murni
Untuk dapat membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil dunia ini terasa sepi
Bagaikan Bulan di atas itu tak ada yang punya
Dan di kotaku, oh kotaku      
Seperti Hidupnya tak lagi punya tanda
C.   Parafrasa bebas
                         Puisi Gadis kecil berkaleng kecil diatas pengungkapan seorang penyair bahwa
Setiap kita bertemu dengan gadis kecil yang membawa kaleng kecil, senyuman mereka
terlalu abadi untuk kita kenal, penyair merasa terharu dan sedih jika melihat mereka saat
meminta minta pada kita saat waktu sore hari itu, namun jika tidak ada mereka kota ini
terasa hilang tanpa jiwa. Ingin rasanya  ikut dengan gadis kecil berkaleng kecil itu, sampai
pulang ke bawah jembatan, tubuh mereka meluncur masuk dengan mudah tanpa rasa takut
ataupun kesusahan. Mereka hanya bisa berkhayal dari kehidupan yang mewah dengan
kegembiraan yang hanya khayalan yang nyatanya tidak ada. Namun mereka derajatnya
lebih tinggi dari bangunan yang tinggi. Meskipun mereka selalu berlintas lintas di air kotor
yang begitu mereka hafal, jiwa mereka tetap suci dan terlalu suci untuk dapat membagi duka
kita. Kalau mereka mati, bagaikan bulan diatas tak ada yang punya, dan kota kita menjadi
sepi tanpa kehadiran mereka seperti tiada kehidupan yang berarti.   
Contoh Memparafrasakan puisi
Doa
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
A.    Mencari Arti kata yang sulit
Termangu : diam
Cayamu : sinar atau cahaya
Suci : bersih
Kerdip : sebentar kelihatan padam, sebentar menyala lagi
Kelam : agak gelap atau kurang terang
Sunyi : sepi
Bentuk : sosok, wujud
Remuk : hancur
Kerdip lilin di dalam kelam sunyi : sesuatu sangat berarti
Aku mengembara di negeri asing : pengakuan penyair akan dosa-dosanya, sehingga ia
menjadi ”orang asing” bagi dirinya sendiri.
DipintuMu aku mengetuk, aku tidak bisa berpaling : mengungkapkan tekad bulat penyair
yang menyadari bahwa jalan Tuhanlah yang menjadi pilihannya. Ia tidak akan berpaling lagi,
apapun yang terjadi.
B.    Menyisipkan kata pada puisi
        Doa
Tuhanku aku mohon ampunanMu
diDalam aku termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biarpun susah sungguh  menghadapi kenyataan hidup
Aku tetap Mengingat kau penuh seluruh
Dengan cayaMu panas suci
meskipun tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Engkau sangatlah berarti
Tuhanku yang Maha Esa
Aku seperti hilang bentuk
Terasa Remuk tubuhku
Tuhanku Yang Maha Kuasa
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku Yang Maha Pengampun
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling apapun yang terjadi

C.    Parafrasa bebas
                Puisi diatas mengisahkan seseorang yang sedang termangu, ia tetap menyebut
nama Tuhannya,  Ia mengingat atas kesalahan dan dosa-dosa yang ia perbuat . Dia
berusaha selalu ingat padaNya meskipun susah karena memikirkan urusan dunia.Ia sadar
atas kebesaran Tuhan yang penuh cahaya suci, meskipun tinggal kerdip lilin baginya
sangatlah berarti.Ia merasa seperti tubuhnya hancur penuh dengan dosa. Ia merasa asing
bagi dirinya, Ia bertekad bulat bahwa jalan yang Tuhanlah yang menjadi pilihannya, ia tidak
akan berpaling lagi, apa pun yang terjadi.
 
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A.2012.http://www.slideshare.net/deddirraone/cara-menulis-kutipan-dandaftar-
 
pustaka-karya-tulis-ilmiah
 Anonim B.2012.http://lytasapi.wordpress.com/2010/06/05/pengertian–fungsidan–jenis–
kutipan/
Esten, Mursal. 1999. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa.

EA, Purnawan. 2002. Dynamic Persuasion. Jakarta: Gramedia.

Juhara, Erwan, dkk. 2006. Cendekia Berbahasa Indonesia, Kelas XII Program Bahasa.
Jakarta: Setia Purna Invest

Pei, Mario. 1971. Kisah Daripada Bahasa (Terjemahan Nugroho Notosusanto). Jakarta:
Bratara

Tim Penyusun Kamus. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia(Edisi Kedua). Jakarta:
Depdikbud-Balai Pustaka

Wijaya, Hamid. 2008. Kamus Modern Inggris-Indonesia. Surabaya: Dua Mitra

Anda mungkin juga menyukai