Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Patologi Sosial
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita semua dalam keadaan
sehat wal’afiat dan tidak kurang apapun. Tak lupa sholawat serta salam marilah kita curah
limpahkan kepada junjungan kita semua yakni Nabi Muhammad SAW. Serta kerabat dekat,
saudara, dan keluarganya yang senantiasa di dalam lindungan Allah SWT. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Patologi Sosial yang berjudul “Masalah
Kriminalitas dan Perjudian”.
Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan dari berbagai
sumber sehingga memperlancar dalam menyelesaikannya. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan.
Untuk itu, kami memohon maaf apabila masih terdapat banyak kekurangan dan kami berharap
adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi semua kalangan
yang telah membacanya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
A. Pengertian Kriminalitas.................................................................................................. 6
A. Kesimpulan. ................................................................................................................... 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjudian adalah sebuah tindak pidana yang banyak dilakukan oleh masyarakat hingga
menjadi suatu hal yang dianggap sudah biasa dikalangan para pejudi. Perjudian merupakan
permainan dimana pemain bertaruh untuk satu pilihan diantara beberapa pilihan dimana hanya
satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang, pemain yang kalah taruhan akan
memberikan taruhannya kepada si pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan
sebelum pertandingan dimulai. Menurut Kartini kartono, perjudian adalah pertaruhan dengan
sengaja, yaitu upaya mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai dengan
menyadari adanya resiko dan harapan-harapan pada peristiwa-peristiwa, permainan,
pertandingan, perlombaan, dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya.
Pada dasarnya perjudian sudah menjadi penyakit bagi masyarakat baik dari kalangan
orang dewasa hingga sampai anak dibawah umur pun juga bisa melakukan perjudian. Perjudian
terdiri dari berbagai jenis dan bentuk, pada hakikatnya manusia menginginkan sesuatu yang
mudah untuk mendapatkan sesuatu tanpa harus memikirkan dampak buruk untuk kedepannya
yang membuat masalah kesejahterahan hidup semakin berlarut-larut. Sebagian masyarakat ada
juga yang menganggap judi sebagai suatu hal yang dilakukan untuk kesenangan semata hingga
menjadi kebiasaan dikalangan mereka.
Pada saat sekarang ini perjudian sangat marak terjadi di Indonesia, perjudian tersebut
tidak saja melibatkan orang dewasa tetapi juga kalangan remaja. Hal tersebut juga terjadi di
kota Padang khususnya perjudian yang dilakukan oleh remaja. Remaja merupakan generasi
muda penerus bangsa dimana mentalnya harus berkembang dengan baik, tidak seharusnya
terlibat dalam perjudian. Hal ini tentu saja bisa mengakibatkan moral dari generasi muda
penerus bangsa itu sendiri menjadi rusak dan tercoreng oleh kegiatan yang mengandung unsur-
unsur perjudian tersebut.
Perjudian akan membuat remaja menjadi kecanduan, apabila sering dilakukan akan
menjadi kebiasaan yang buruk dan akan menimbulkan dampak negatif terhadap dirinya sendiri
maupun orang-orang yang berada di lingkungan sekitarnya. Remaja yang melakukan perjudian
juga akan mengganggu perkembangan diri dan pendidikan yang ia jalani, dengan ia melakukan
perjudian maka akan mengganggu kosentrasi dalam menjalankan kewajibannya sebagai anak
4
yang harus mengikuti pendidikan agar bisa berguna bagi keluarga, bangsa dan negara
terkhusunya untuk dirinya sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kriminalitas secara umum, menurut UUD, dan menurut para ahli ?
2. Faktor apa saja yang membuat terjadinya atau penyebab adanya tindakan kriminalitas ?
3. Apa saja bentuk upaya dalam menanggulangi atau mencegah tindakan kriminalitas ?
4. Apa pengertian perjudian secara umum, menurut UUD, dan menurut para ahli ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari kriminalitas secara umum, menurut UUD, dan menurut
para ahli.
2. Untuk mengetahui beberapa faktor yang terjadi atau menyebabkan adanya dari tindakan
kriminalitas ini.
3. Untuk mengetahui apa saja bentuk upaya dalam menanggulangi atau mencegah tindakan
kriminalitas.
4. Untuk mengetahui pengertian dari perjudian secara umum, menurut UUD, dan menurut para
ahli.
5. Untuk mengetahui beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya tindakan perjudian.
6. Untuk mengetahui bentuk upaya dalam menanggulangi atau mencegah terjadinya tindakan
perjudian.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kriminalitas
1. Secara umum
Kriminalitas asalnya merupakan dari kata “Crimen” yang artinya kejahatan, tindak
kriminal, atau juga diartikan suatu bentuk tindakan sosial dari adanya kejahatan, sehingga
merupakan tindakan yang bersifat negatif sehingga tentu saja seringkali tindakan ini akan
merugikan banyak pihak dan pelaku tindakannya disebut sebagai seorang kriminal.
Kriminalitas adalah suatu konsep yang berhubungan dengan perilaku atau perbuatan
jahat yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Kriminalitas adalah segala macam
bentuk tindakan dan perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang
melanggar hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia serta noma-norma sosial dan agama
2. Menurut UUD
Secara yuridis formal, kejahatan adalah tingkah laku kejahatan yang melanggar hukum
pidana yang ada. Secara Hukum juga mendefinisikan kejahatan sebagai suatu yang menurut
UUD (Undang-undang Dasar) adalah pelanggaran menggunakan mekanisme yang memiliki
aturan-aturan seperti (Penyelidikan, tuntutan, dakwaan dan vonis) untuk meresponnya, namun
akan tetapi definisi tersebut memiliki kelemahan yang sangat mendasar yaitu meskipun sebuah
aksi yang sangat berbahaya dan merusak (Astuti, 2013).
Dalam RUU KUHP, tindak pidana diartikan sebagai perbuatan melakukan atau tidak
melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan
yang dilarang dan diancam dengan pidana. Dalam Pasal 11 RUU KUHP, makna tindak pidana
dirumuskan secara lengkap sebagai berikut :
(1) Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana.
6
(2) Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam
pidana oleh peraturan perundang-undangan, harus juga bersifat melawan hukum atau
bertentangan dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.
(3) Setiap tindak pidana selalu dipandang bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan
pembenaran.
7
B. Faktor-Faktor Terjadinya atau Penyebab adanya Tindakan Kriminalitas
7. Kondisi-kondisi sosial.
8. Kesenjangan sosial.
8
3. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan kemasyarakatan.
Berbagai pemikiran dan pendapat yang berkembang baik pada kalangan akademisi
maupun praktisi selalu menghendaki kebijakan pencegahan kejahatan melalui pendekatan
kemasyarakatan, hal ini dapat kita lihat di Indonesia seperti adanya siskamling (Sistem
Keamanan Lingkungan). Bentuk ini dianggap lebih praktis dan tidak memerlukan sarana yang
banyak. Masalahnya adalah perlu ada kejelasan di masyarakat untuk konsisten
mempertahankan pola tersebut. Pencegahan kejahatan itu sendiri dapat diusahakan melalui
beberapa hal, seperti berikut :
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh G.P. Hoefnagels yang dikutip oleh Barda
Nawawi Arief (2011: 46), upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua, yakni:
1. Jalur Penal
Upaya penanggulangan lewat jalur penal ini bisa juga disebut sebagai upaya yang
dilakukan melalui jalur hukum pidana. Upaya ini merupakan upaya penanggulangan yang lebih
9
menitik beratkan pada sifat represif, yakni tindakan yang dilakukan sesudah kejahatan terjadi
dengan penegakan hukum dan penjatuhan hukuman terhadap kejahatan yang telah dilakukan.
Selain itu, melalui upaya penal ini, tindakan yang dilakukan dalam rangka menanggulangi
kejahatan sampai pada tindakan pembinaan maupun rehabilitasi.
2. Jalur Nonpenal
Upaya penanggulangan lewat jalur nonpenal ini bisa juga disebut sebagai upaya yang
dilakukan melalui jalur di luar hukum. Upaya penanggulangan kejahatan telah dan terus
dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Berbagai program dan kegiatan telah
dilakukan sambil terus menerus mencari cara paling tepat dan efektif untuk mengatasi masalah
tersebut. Kejahatan adalah masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat di seluruh negara
semenjak dahulu dan pada hakekatnya merupakan produk dari masyarakat itu sendiri.
D. Pengertian Perjudian
1. Secara Umum
Judi atau permainan “Judi” atau “Perjudian” menurut Kamus besar Bahasa Indonesia
adalah “Permainan dengan memakai uang sebagai taruhan”. Perjudian diartikan sebagai
perbuatan dengan berjudi. Berjudi sendiri diartikan sebagai mempertaruhkan sejumlah uang
atau harta dalam permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan mendapatkan
sejumlah uang atau harta yang lebih besar daripada jumlah uang atau harta semula. Pengertian
lain dari perjudian dalam bahasa Belanda dapat dilihat pada kamus Istilah hukum yang
menyebutkan permainan judi, permainan untung-untungan yang dapat dihukum berdasarkan
peraturan yang ada. Selain itu Perjudian adalah permainan dimana pemain bertaruh untuk
memilih satu pilihan diantara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan
menjadi pemenang, pemain yang kalah taruhan akan memberikan taruhannya kepada si
pemenang, pertaruhan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai.
Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan satu nilai atau
sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan tertentu pada
peristiwa-peristiwa permainan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum tentu
hasilnya. Menurut G.W. Bawengan perjudian adalah mempertaruhkan uang atau benda
10
berharga, mengharapkan keuntungan dengan dasar spikulasi belaka. Mengharapkan
keuntungan atau harapan untuk menang ialah yang merupakan daya tarik bagi setiap perjudian.
Perjudian sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu dilakukan oleh masyarakat kita. Pada
mulanya pengertian perjudian menurut yang dikenal masyarakat adalah suatu permainan,
adapun bentuknya atau macamnya yang disertai dengan taruhan atau yang dalam bahasa Jawa
disebut “totohan”.
Dari pengertian yang diberikan masyarakat itu sering kali terjadi pengkaburan
pengertian perjudian, karena bagi orang awam perjudian adalah segala sesuatu yang berbau
taruhan saja. Umumnya mereka tidak merasa kalau telah melakukan perjudian, namun pada
kenyataannya mereka telah melakukan perjudian tersebut, hal itu dilakukan karena untuk
mengisi waktu yang senggang.
Dalam suatu masyarakat tanggapan tentang perjudian sangat berbeda antara masyarakat
yang satu dengan masyarakat yang lain, yang mana ada mereka yang menolak perjudian
tersebut karena menganggap perjudian sebagai suatu perbuatan setan atau dosa, dan sifatnya
haram. Namun ada yang menerimanya, bahkan menganjurkan sebagai sumber penghasilan
inkonvensional. Sedang ada pula yang bersifat netral saja.
2. Menurut UUD
Perjudian dalam kitab undang-undang hukum pidana diatur dalam Pasal 303 KUHP
dan Pasal 303 bis ayat 1 KUHP, bahwa perjudian merupakan perbuatan yang dilarang.
Sedangkan isi dari pasal 303 KUHP adalah sebagai berikut : Dengan hukuman penjara selama-
lamanya sepuluh tahun atau denda sebanyak-banyaknya dua puluh lima juta rupiah, dihukum
barang siapa dengan tidak berhak : Menuntut pencaharian dengan jalan sengaja mengadakan
atau memberi kesempatan untuk main judi, atau sengaja turut campur dalam perusahaan main
judi. Sengaja mengadakan atau memberi kesempatan untuk main judi kepada umum, atau
sengaja turut campur dalam perusahaan untuk itu, biarpun ada atau tidak ada perjanjiannya atau
caranya apa juga pun untuk memakai kesempatan itu. Turut main judi sebagai pencaharian,
kalau salah melakukan kejahatan itu dalam jabatannya, dapat ia dipecat dari jabatannya itu.
Yang dikatakan main judi yaitu tiap-tiap permainan, yang mendasarkan pengharapan buat
menang pada umumya bergantung kepada untung-untungan saja, dan juga pengharapan itu jadi
bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain. Yang itu terhitung masuk main judi
11
ialah pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh
mereka yang turut berlomba atau bermain itu, demikian juga segala pertaruhan yang lain-lain.
Sedangkan dalam Pasal 303 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang
mengatur tentang tindak pidana perjudian berbunyi dengan hukuman penjara selama-lamanya
empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya sepuluh juta rupiah dihukum: “Barang siapa
mempergunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan melanggar ketentuan Pasal 303,
Barang siapa turut main judi di jalan umum atau didekat jalan atau di tempat yang dapat
dikunjungi oleh umum, kecuali kalau pembesar yang berkuasa telah member izin untuk
mengadakan judi itu”.
Jika pada waktu melakukan pelanggaran itu belum lalu dua tahun, sejak ketetapan
putusan hukuman yang dahulu bagi si tersalah lantaran salah satu pelanggaran ini, maka dapat
dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya enam tahun atau denda sebanyak-banyaknya
lima belas juta rupiah.
Menurut pasal 1 UU No.7 tahun 1974 menyatakan bahwa semua tindak pidana
perjudian sebagai kejahatan. Bahwa pada hakekatnya perjudian adalah perbuatan bertentangan
dengan agama islam, kesusilaan, dan moral Pancasila, serta membahayakan bagi penghidupan
dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Perjudian adalah penyakit masyarakat yang
manunggal dengan kejahatan yang dalam proses sejarah dari generasi ke generasi ternyata tidak
mudah diberantas.
12
3). Perjudian Menurut PP No 9 Tahun 1981 tentang pelaksanaan UU No 7 tahun l974
tentang Penertiban Perjudian
Bahwa hakekatnya perjudian bertentangan dengan agama islam, kesusilaan dan moral
pancasila, serta membahayakan penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Sehingga segala jenis perjudian merupakan tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 UU No.7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Peraturan pemerintah ini
merupakan pelaksanaan Pasal 3 UU No 7 Tahun l974 tentang Penertiban Perjudian, mengatur
tentang larangan pemberian izin penyelenggaraan segala bentuk dan jenis perjudian, oleh
Pemerintahan Pusat dan Daerah, baik yang diselenggarakan dikasino, ditempat keramaian
maupun yang dikaitkan dengan alasan lain. Dengan adanya larangan pemberian izin
penyelenggaraan perjudian, dan kebiasaan sepanjang tidak merupakan perjudian.
13
mencari jalan pintas dengan cara berjudi, baik itu judi biasa maupun judi online yang sangat
marak pada era saat ini.
Sehigga bagi masyarakat dengan status sosial dan ekonomi yang rendah perjudian
seringkali dianggap sebagai suatu sarana untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Tidaklah
mengherankan jika pada masa undian SDSB di Indonesia zaman orde baru yang lalu,
peminatnya justru lebih banyak dari kalangan masyarakat ekonomi rendah seperti tukang
becak, buruh, atau pedagang kaki lima. Dengan modal yang sangat kecil mereka berharap
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya atau menjadi kaya dalam sekejap tanpa usaha
yang besar. Selain itu kondisi sosial masyarakat yang menerima perilaku berjudi juga berperan
besar terhadap tumbuhnya perilaku tersebut dalam komunitas.
2. Faktor Situasional
Situasi yang bisa dikategorikan sebagai pemicu perilaku berjudi, diantaranya adalah
tekanan dari teman-teman, kelompok atau lingkungan untuk berpartisipasi dalam perjudian.
Dimana tekanan dari kelompok sebagai salah satu seseorang yang awalnya tidak melakukan
tindak pidana perjudian jika tidak menuruti apa yang diinginkan oleh kelompoknya akan
merasa diasingkan sehingga tidak memiliki pergaulan yang meluas. Sementara metode
pemasaran yang dilakukan oleh para pengelola perjudian dengan selalu mengekspose para
penjudi yang berhasil, sehingga memberikan kesan kepada calon penjudi bahwa kemenangan
dalam perjudian adalah sesuatu yang biasa, mudah dan dapat terjadi pada siapa saja, padahal
kenyataannya kemungkinan menang sangatlah kecil.
3. Faktor Belajar
Sangatlah masuk akal jika faktor belajar memiliki efek yang besar terhadap perilaku
berjudi, terutama menyangkut keinginan untuk terus berjudi. Yang memang pada awalnya ia
hanya ingin mencoba, akan tetapi karena penasaran dan berkayakinana bahwa kemenangan
bisa terjadi kepada siapapun, termasuk dirinya dan berkeyakinan bahwa dirinya suatu saat akan
menang atau berhasil, sehingga membuatnya melakukan perjudian berulang kali. Rendahnya
14
tingkat pendidikan dan pengetahuan yang minim sehingga dapat mengakibatkan seseorang itu
tidak berpikir panjang untuk melakukan perbuatan termasuk halnya perbuatan judi.
4. Faktor Kemenangan/Keuntungan
Faktor kemenangan adalah pemicu bagi orang yang melakukan perjudian, di mana
persepsi di sini dirasakan oleh penulis tentang evaluasi peluang menang yang akan mereka
dapatkan jika mereka berjudi. Pemain yang merasa sulit untuk keluar dari permainan umumnya
memiliki persepsi yang buruk tentang kemungkinan akan menang. pada umumnya mereka
merasa sangat yakin akan menang yang akan diperolehnya, pada saat atas estimasi yang sangat
kecil karena keyakinan yang ada pada ilusi yang diperoleh dalam evaluasi akan menang, "kalau
sekarang belum menang pasti di kesempatan berikutnya akan menang, begitu seterusnya".
Pemain yang merasa sangat mahir dalam satu atau lebih jenis judi akan cenderung
menganggap bahwa keberhasilan / kemenangan dalam judi adalah karena keterampilan yang
mereka miliki. Seringkali, mereka tidak dapat membedakan di mana kemenangan itu diperoleh
berkat keterampilan dan yang hanya kebetulan murni. Bagi mereka, kalah saat bermain tidak
pernah dianggap sebagai kekalahan tetapi dianggap "hampir menang", sehingga mereka terus
mencari kemenangan yang mereka pikir pasti akan tercapai.
a. Upaya Pre-emtif
Yang dimaksud dengan upaya pre-emtif disini adalah upaya-upaya awal yang
dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha yang
dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi kejahatan secara pre-emtif menanamkan nilai-
nilai/norma-norma yang baik sehingga norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang.
Upaya pre-emtif adalah menekan upaya pada himbauan kepada para pelaku perjudian kartu
agar sadar dan tidak melakukan perjudian lagi karena kemungkinan akan mengganggu
keamanan dan ketertiban masyarakat sekitar.
Dalam upaya ini pihak kepolisian melakukan himbauan kepada para pelaku dengan cara
sebagai berikut :
15
b) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih mentaati hukum yang berlaku,
b. Upaya Preventif
Upaya preventif adalah upaya yang masih dalam tataran pencegahan sebelum
terjadinya perbuatan. Dalam upaya preventif adalah menghilangkan kesempatan untuk
melakukan tindak pidana. Upaya Preventif ini untuk penanggulangan sebagai dasar dalam
memberantas tindak pidana perjudian di Wilayah Hukum.
Aparat kepolisian memberantas dan menanggulangi secara preventif dengan berbagai upaya,
antara lain :
b) Mengadakan pengawasan,
e) Melakukan Razia.
c. Upaya Represif
Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadinya tindak pidana atau kejahatan yang
tindakan berupa penegakan hukum (Law Enforcement) dengan menjatuhkan hukuman. Upaya
represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh
setelah terjadinya kejahatan, penanggulangan dengan upaya represif untuk menindak para
pelaku sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa
perbuatan yang dilakukannya adalah perbuatan melanggar hukum dan merugikan masyarakat,
sehingga tidak mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi
yang di tanggungnya sangat berat. Upaya Represif merupakan upaya atau tindakan yang
dilakukan secara langsung untuk memberantas kejahatan dengan memberikan tindakan agar
pelaku jera dan tidak mengulangi kejahatannya kembali.
a). Menerima dan mengambil tindakan terhadap laporan atau pengaduan adanya tindak
kejahatan yang terjadi di masyarakat, supaya pihak kepolisian bisa langsung melakukan
penggrebekan tempat perjudian tersebut dan menangkap para pelaku perjudian.
16
b). Melakukan serangkaian tindakan penyelidikan dan penyidikan terhadap suatu kejahatan
perjudian agar bisa diproses lebih lanjut supaya para pelaku jera dan bisa diproses langsung,
dan menimbulkan kenyamanan untuk masyarakat setempat.
c). Melakukan penangkapan pelaku perjudian yang tertangkap basah sedang bermain serta
pemeriksaan dan penahanan oleh polsek setempat sebelum dinaikkan ke Polres.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbagai pemikiran dan pendapat yang berkembang baik pada kalangan akademisi
maupun praktisi selalu menghendaki kebijakan pencegahan kejahatan melalui pendekatan
kemasyarakatan, hal ini dapat kita lihat di Indonesia seperti adanya siskamling (Sistem
Keamanan Lingkungan). Bentuk ini dianggap lebih praktis dan tidak memerlukan sarana yang
banyak.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh G.P. Hoefnagels yang dikutip oleh Barda
Nawawi Arief (2011: 46), upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua, yakni :
1. Jalur Penal
2. Jalur Nonpenal
18
Dampak dari perjudian sangat terlihat jelas, disadari ataupun tidak dampak perjudian
adalah sebagai berikut : menurunnya etos kerja bagi pelaku perjudian dengan kata lain malas
untuk bekerja, timbulnya kriminalitas lain yang diakibatkan dari kegiatan perjudian seperti
mencuri untuk mendapatkan uang, judi bersifat candu yang membuat pelaku merasa gelisah
dan tidak nyaman apabila tidak melakukan perjudian, kerugian materi seperti banyak uang dan
harta yang terbuang sia-sia, kesehatan yang terganggu akibat sering begadang demi melakoni
perjudian, timbulnya konflik seperti terjadi pertengkaran dengan keluarga.
a. Upaya Pre-emtif
Yang dimaksud dengan upaya pre-emtif disini adalah upaya-upaya awal yang
dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Dalam upaya ini
pihak kepolisian melakukan himbauan kepada para pelaku dengan cara sebagai berikut :
b. Upaya Preventif
Upaya preventif adalah upaya yang masih dalam tataran pencegahan sebelum
terjadinya perbuatan. Dalam upaya preventif adalah menghilangkan kesempatan untuk
melakukan tindak pidana.
c. Upaya Represif
19
Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadinya tindak pidana atau kejahatan yang
tindakan berupa penegakan hukum (Law Enforcement) dengan menjatuhkan hukuman.
20
DAFTAR PUSTAKA
21