Anda di halaman 1dari 21

Masalah Kriminalitas dan Perjudian

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Patologi Sosial

Dosen Pengampu : Dr. Wiryo Setiana, M. Si.

Disusun Oleh :

 Muna Sani Fauziyah 1194010098


 Natasya Santika Pebrianti 1194010106
 Nur Azizah Br Sitepu 1204010116
 Nur Rizqi Alfani 1194010110
 Putri Al-Fitriany Assaffa 1194010117
 Ratna Wilda Agustin 1194010124
 Ria Amelia 1194010127
 Rija Muhammad Rijaldi 1194010132
 Riska Purnamasari 1194010137
 Ropik Hikmah 1194010140

BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita semua dalam keadaan
sehat wal’afiat dan tidak kurang apapun. Tak lupa sholawat serta salam marilah kita curah
limpahkan kepada junjungan kita semua yakni Nabi Muhammad SAW. Serta kerabat dekat,
saudara, dan keluarganya yang senantiasa di dalam lindungan Allah SWT. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Patologi Sosial yang berjudul “Masalah
Kriminalitas dan Perjudian”.

Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan dari berbagai
sumber sehingga memperlancar dalam menyelesaikannya. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan.
Untuk itu, kami memohon maaf apabila masih terdapat banyak kekurangan dan kami berharap
adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi semua kalangan
yang telah membacanya.

Garut, 11 Juni 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN. ................................................................................................. 4

A. Latar Belakang. .............................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah . ........................................................................................................ 5

C. Tujuan Makalah. ............................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN.. ................................................................................................. 6

A. Pengertian Kriminalitas.................................................................................................. 6

1. Secara Umum. ................................................................................................................. 6

2. Menurut UUD. ................................................................................................................ 7

3. Menurut Para Ahli........................................................................................................... 7

B. Faktor-Faktor Terjadinya atau Penyebab adanya Tindakan Kriminalitas. ..................... 8

C. Upaya untuk Menanggulangi atau Mencegah Tindakan Kriminalitas…....................... 9

D. Pengertian Perjudian. ..................................................................................................... 10

1. Secara Umum. ................................................................................................................. 10

2. Menurut UUD. ................................................................................................................ 11

E. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindakan Perjudian . ............................................ 13

F. Upaya untuk Menanggulangi atau Mencegah Terjadinya Tindakan Perjudian. ............ 16

BAB III PENUTUP. .......................................................................................................... 18

A. Kesimpulan. ................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA. ....................................................................................................... 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perjudian adalah sebuah tindak pidana yang banyak dilakukan oleh masyarakat hingga
menjadi suatu hal yang dianggap sudah biasa dikalangan para pejudi. Perjudian merupakan
permainan dimana pemain bertaruh untuk satu pilihan diantara beberapa pilihan dimana hanya
satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang, pemain yang kalah taruhan akan
memberikan taruhannya kepada si pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan
sebelum pertandingan dimulai. Menurut Kartini kartono, perjudian adalah pertaruhan dengan
sengaja, yaitu upaya mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai dengan
menyadari adanya resiko dan harapan-harapan pada peristiwa-peristiwa, permainan,
pertandingan, perlombaan, dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya.

Pada dasarnya perjudian sudah menjadi penyakit bagi masyarakat baik dari kalangan
orang dewasa hingga sampai anak dibawah umur pun juga bisa melakukan perjudian. Perjudian
terdiri dari berbagai jenis dan bentuk, pada hakikatnya manusia menginginkan sesuatu yang
mudah untuk mendapatkan sesuatu tanpa harus memikirkan dampak buruk untuk kedepannya
yang membuat masalah kesejahterahan hidup semakin berlarut-larut. Sebagian masyarakat ada
juga yang menganggap judi sebagai suatu hal yang dilakukan untuk kesenangan semata hingga
menjadi kebiasaan dikalangan mereka.

Pada saat sekarang ini perjudian sangat marak terjadi di Indonesia, perjudian tersebut
tidak saja melibatkan orang dewasa tetapi juga kalangan remaja. Hal tersebut juga terjadi di
kota Padang khususnya perjudian yang dilakukan oleh remaja. Remaja merupakan generasi
muda penerus bangsa dimana mentalnya harus berkembang dengan baik, tidak seharusnya
terlibat dalam perjudian. Hal ini tentu saja bisa mengakibatkan moral dari generasi muda
penerus bangsa itu sendiri menjadi rusak dan tercoreng oleh kegiatan yang mengandung unsur-
unsur perjudian tersebut.

Perjudian akan membuat remaja menjadi kecanduan, apabila sering dilakukan akan
menjadi kebiasaan yang buruk dan akan menimbulkan dampak negatif terhadap dirinya sendiri
maupun orang-orang yang berada di lingkungan sekitarnya. Remaja yang melakukan perjudian
juga akan mengganggu perkembangan diri dan pendidikan yang ia jalani, dengan ia melakukan
perjudian maka akan mengganggu kosentrasi dalam menjalankan kewajibannya sebagai anak

4
yang harus mengikuti pendidikan agar bisa berguna bagi keluarga, bangsa dan negara
terkhusunya untuk dirinya sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kriminalitas secara umum, menurut UUD, dan menurut para ahli ?

2. Faktor apa saja yang membuat terjadinya atau penyebab adanya tindakan kriminalitas ?

3. Apa saja bentuk upaya dalam menanggulangi atau mencegah tindakan kriminalitas ?

4. Apa pengertian perjudian secara umum, menurut UUD, dan menurut para ahli ?

5. Faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya tindakan perjudian ?

6. Bentuk upaya dalam menanggulangi atau mencegah terjadinya tindakan perjudian ?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari kriminalitas secara umum, menurut UUD, dan menurut
para ahli.

2. Untuk mengetahui beberapa faktor yang terjadi atau menyebabkan adanya dari tindakan
kriminalitas ini.

3. Untuk mengetahui apa saja bentuk upaya dalam menanggulangi atau mencegah tindakan
kriminalitas.

4. Untuk mengetahui pengertian dari perjudian secara umum, menurut UUD, dan menurut para
ahli.

5. Untuk mengetahui beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya tindakan perjudian.

6. Untuk mengetahui bentuk upaya dalam menanggulangi atau mencegah terjadinya tindakan
perjudian.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kriminalitas

1. Secara umum

Kriminalitas asalnya merupakan dari kata “Crimen” yang artinya kejahatan, tindak
kriminal, atau juga diartikan suatu bentuk tindakan sosial dari adanya kejahatan, sehingga
merupakan tindakan yang bersifat negatif sehingga tentu saja seringkali tindakan ini akan
merugikan banyak pihak dan pelaku tindakannya disebut sebagai seorang kriminal.

Kriminalitas adalah segala sesuatu yang dilakukan individu, kelompok, ataupun


komunitas yang melanggar hukum atau suatu tindakan perilakunya dengan mengambil apa
yang bukan menjadi haknya, sehingga realitas sosial ini tentu saja mengganggu keseimbangan
atau stabilitas sosial dalam masyarakat.

Kriminalitas adalah suatu konsep yang berhubungan dengan perilaku atau perbuatan
jahat yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Kriminalitas adalah segala macam
bentuk tindakan dan perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang
melanggar hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia serta noma-norma sosial dan agama

2. Menurut UUD

Secara yuridis formal, kejahatan adalah tingkah laku kejahatan yang melanggar hukum
pidana yang ada. Secara Hukum juga mendefinisikan kejahatan sebagai suatu yang menurut
UUD (Undang-undang Dasar) adalah pelanggaran menggunakan mekanisme yang memiliki
aturan-aturan seperti (Penyelidikan, tuntutan, dakwaan dan vonis) untuk meresponnya, namun
akan tetapi definisi tersebut memiliki kelemahan yang sangat mendasar yaitu meskipun sebuah
aksi yang sangat berbahaya dan merusak (Astuti, 2013).

Dalam RUU KUHP, tindak pidana diartikan sebagai perbuatan melakukan atau tidak
melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan
yang dilarang dan diancam dengan pidana. Dalam Pasal 11 RUU KUHP, makna tindak pidana
dirumuskan secara lengkap sebagai berikut :

(1) Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana.

6
(2) Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam
pidana oleh peraturan perundang-undangan, harus juga bersifat melawan hukum atau
bertentangan dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.

(3) Setiap tindak pidana selalu dipandang bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan
pembenaran.

3. Menurut Para Ahli

 Menurut Abdulsyani (1987), Kriminalitas adalah suatu perbuatan yang dapat


menimbulkan masalah-masalah dan keresahaan bagi kehidupan didalam masyarakat.
 Soesilo (1988) menyatakan bahwa kejahatan adalah yang memiliki dua macam
pengertiannya yaitu secara yuridis dan secara sosiologi. Secara yuridis formal,
kejahatan adalah tingkah laku kejahatan yang melanggar hukum pidana yang ada.
Pengertian secara sosiologi adalah meliputi segala tingkah laku manusia, walaupun
tidak atau belumnya ditentukan dengan undang-undang.
 Menurut R Soesilo, Ia berpandangan bahwa secara yuridis memberikan arti kejahatan
sebagai suatu perbuatan atau tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang.
Kemudian, secara sosiologis, dia memberikan pengertian kejahatan ialah perbuatan
atau tingkah laku yang selain merugikan penderita atau korban. Juga merugikan
masyarakat, yakni berupa hilangnya keseimbangan ketentraman dan ketertiban sosial
masyarakat.
 Menurut Mr. W.A Bonger, Dia menjelaskan kejahatan merupakan perbuatan yang
sangat antisosial, yang memperoleh tantangan dengan sadar dari negara, berupa
pemberian penderitaan.
 Menurut M A Elliot, Baginya kejahatan adalah problem dalam masyarakat modern atau
tingkah laku yang gagal dan melanggar hukum. Pelanggar ini dapat dijatuhi hukuman,
seperti hukuman penjara, hukuman mati, hukuman denda, ataupun yang lainnya.
 Menurut Dr J E Sahetapy dan B Mardjono Reksodiputro, Mereka memberika
pandangan bahwa kejahatan merupakan setiap perbuatan (termasuk kelalaian) yang
dilarang oleh hukum publik untuk melindungi masyarakat. Dan diberi sanksi berupa
pidana oleh negara. Dimana perbuatan tersebut dihukum, karena melanggar norma-
norma sosial di dalam masyarakat. Pemaparan tadi sekilas penjelasan pengertian
kriminalitas menurut para ahli yang bisa dijadikan landasan berpikir untuk memahami
berbagai tindakan kriminalitas di masyarakat.

7
B. Faktor-Faktor Terjadinya atau Penyebab adanya Tindakan Kriminalitas

1. Pertentangan dan persaingan kebudayaan.

2. Perbedaan idiologi politik.

3. Kepadatan dan komposisi penduduk.

4. Perbedaan distribusi kebudayaan.

5. Perbedaan kekayaan dan pendapatan.

6. Mentalitas yang labil.

7. Kondisi-kondisi sosial.

8. Kesenjangan sosial.

9. Meningkatnya tingkat kepadatan penduduk.

10. Adanya dendam pribadi.

11. Faktor ekonomi.

12. Asimilasi budaya.

13. Pengangguran meningkat.

14. Rasa gengsi yang tinggi

C. Upaya untuk Menanggulangi atau Mencegah Tindakan Kriminalitas

Pencegahan merupakan kebijakan yang cukup dapat dipertanggung jawabkan terhadap


bahaya ancaman tingginya tingkat kejahatan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Mardjono
Reksodiputro : Dengan bersandar pada pendapat Emile Durkheim kami berpendapat bahwa
kejahatan adalah suatu gejala normal di dalam setiap masyarakat yang bercirikan heterogem'tas
dan perkembangan sosial dan karena itu tidak mungkin dimusnahkan habis. Mungkin istilah
yang lebih tepat adalah "Pencegahan Kejahatan". Menyinggung tentang pencegahan kejahatan,
Muhammad Kemal Darmawan dalam bukunya Strategi Pencegahan Kejahatan, dikenal tiga
bentuk pencegahan kejahatan :

1. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan sosial.

2. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan situasional.

8
3. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan kemasyarakatan.

Berbagai pemikiran dan pendapat yang berkembang baik pada kalangan akademisi
maupun praktisi selalu menghendaki kebijakan pencegahan kejahatan melalui pendekatan
kemasyarakatan, hal ini dapat kita lihat di Indonesia seperti adanya siskamling (Sistem
Keamanan Lingkungan). Bentuk ini dianggap lebih praktis dan tidak memerlukan sarana yang
banyak. Masalahnya adalah perlu ada kejelasan di masyarakat untuk konsisten
mempertahankan pola tersebut. Pencegahan kejahatan itu sendiri dapat diusahakan melalui
beberapa hal, seperti berikut :

 Mempersiapkan petugas profesional di setiap wilayah (pemukiman/tempat tinggal)


masyarakat secara efektif dan efisien;
 Memberikan penerangan disekitar wilayah rawan ancaman kejahatan;
 Membentuk kelompok dalam masyarakat untuk mengorganisasikan kegiatan-kegiatan
sosial yang berdampak terhadap keamanan lingkungan;
 Menghargai prestasi-prestasi warga masyarakat yang mempunyai minat terhadap
lingkungan.

Memasyarakatkan peraturan perundang-undangan yang menjadikan setiap anggota


masyarakat punya tanggung jawab mencegah kejahatan, seperti UU No. 8 tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana, dimana dalam pasal 108 dan pasal 109, jelas-jelas mewajibkan
masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi kejahatan. Pencegahan kejahatan dengan
menitik beratkan keikutsertaan masyarakat, mengharuskan perlunya koordinasi dari pihak-
pihak yang bertanggung jawab, dengan mekanisme kerja yaitu : pemantauan, modus operandi
dan evaluasi. Hal ini dapat diinformasikan kepada setiap anggota masyarakat yang hendak
berpergian meninggalkan rumah. Oleh karena itu, sebagai konsekuensinya harus ada Pusat
Informasi Kejahatan (PIK) yang bertujuan untuk mengetahui pelaku beserta ciri-cirinya serta
modus operandi.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh G.P. Hoefnagels yang dikutip oleh Barda
Nawawi Arief (2011: 46), upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua, yakni:

1. Jalur Penal

Upaya penanggulangan lewat jalur penal ini bisa juga disebut sebagai upaya yang
dilakukan melalui jalur hukum pidana. Upaya ini merupakan upaya penanggulangan yang lebih

9
menitik beratkan pada sifat represif, yakni tindakan yang dilakukan sesudah kejahatan terjadi
dengan penegakan hukum dan penjatuhan hukuman terhadap kejahatan yang telah dilakukan.
Selain itu, melalui upaya penal ini, tindakan yang dilakukan dalam rangka menanggulangi
kejahatan sampai pada tindakan pembinaan maupun rehabilitasi.

2. Jalur Nonpenal

Upaya penanggulangan lewat jalur nonpenal ini bisa juga disebut sebagai upaya yang
dilakukan melalui jalur di luar hukum. Upaya penanggulangan kejahatan telah dan terus
dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Berbagai program dan kegiatan telah
dilakukan sambil terus menerus mencari cara paling tepat dan efektif untuk mengatasi masalah
tersebut. Kejahatan adalah masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat di seluruh negara
semenjak dahulu dan pada hakekatnya merupakan produk dari masyarakat itu sendiri.

D. Pengertian Perjudian

1. Secara Umum

1). Pengertian Perjudian Secara Yuridis

Judi atau permainan “Judi” atau “Perjudian” menurut Kamus besar Bahasa Indonesia
adalah “Permainan dengan memakai uang sebagai taruhan”. Perjudian diartikan sebagai
perbuatan dengan berjudi. Berjudi sendiri diartikan sebagai mempertaruhkan sejumlah uang
atau harta dalam permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan mendapatkan
sejumlah uang atau harta yang lebih besar daripada jumlah uang atau harta semula. Pengertian
lain dari perjudian dalam bahasa Belanda dapat dilihat pada kamus Istilah hukum yang
menyebutkan permainan judi, permainan untung-untungan yang dapat dihukum berdasarkan
peraturan yang ada. Selain itu Perjudian adalah permainan dimana pemain bertaruh untuk
memilih satu pilihan diantara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan
menjadi pemenang, pemain yang kalah taruhan akan memberikan taruhannya kepada si
pemenang, pertaruhan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai.

2). Pengertian Perjudian secara Sosiologis

Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan satu nilai atau
sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan tertentu pada
peristiwa-peristiwa permainan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum tentu
hasilnya. Menurut G.W. Bawengan perjudian adalah mempertaruhkan uang atau benda

10
berharga, mengharapkan keuntungan dengan dasar spikulasi belaka. Mengharapkan
keuntungan atau harapan untuk menang ialah yang merupakan daya tarik bagi setiap perjudian.
Perjudian sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu dilakukan oleh masyarakat kita. Pada
mulanya pengertian perjudian menurut yang dikenal masyarakat adalah suatu permainan,
adapun bentuknya atau macamnya yang disertai dengan taruhan atau yang dalam bahasa Jawa
disebut “totohan”.

Dari pengertian yang diberikan masyarakat itu sering kali terjadi pengkaburan
pengertian perjudian, karena bagi orang awam perjudian adalah segala sesuatu yang berbau
taruhan saja. Umumnya mereka tidak merasa kalau telah melakukan perjudian, namun pada
kenyataannya mereka telah melakukan perjudian tersebut, hal itu dilakukan karena untuk
mengisi waktu yang senggang.

Dalam suatu masyarakat tanggapan tentang perjudian sangat berbeda antara masyarakat
yang satu dengan masyarakat yang lain, yang mana ada mereka yang menolak perjudian
tersebut karena menganggap perjudian sebagai suatu perbuatan setan atau dosa, dan sifatnya
haram. Namun ada yang menerimanya, bahkan menganjurkan sebagai sumber penghasilan
inkonvensional. Sedang ada pula yang bersifat netral saja.

2. Menurut UUD

1). Perjudian Menurut Kitab Undang-Undang Iliikuin Pidana

Perjudian dalam kitab undang-undang hukum pidana diatur dalam Pasal 303 KUHP
dan Pasal 303 bis ayat 1 KUHP, bahwa perjudian merupakan perbuatan yang dilarang.
Sedangkan isi dari pasal 303 KUHP adalah sebagai berikut : Dengan hukuman penjara selama-
lamanya sepuluh tahun atau denda sebanyak-banyaknya dua puluh lima juta rupiah, dihukum
barang siapa dengan tidak berhak : Menuntut pencaharian dengan jalan sengaja mengadakan
atau memberi kesempatan untuk main judi, atau sengaja turut campur dalam perusahaan main
judi. Sengaja mengadakan atau memberi kesempatan untuk main judi kepada umum, atau
sengaja turut campur dalam perusahaan untuk itu, biarpun ada atau tidak ada perjanjiannya atau
caranya apa juga pun untuk memakai kesempatan itu. Turut main judi sebagai pencaharian,
kalau salah melakukan kejahatan itu dalam jabatannya, dapat ia dipecat dari jabatannya itu.
Yang dikatakan main judi yaitu tiap-tiap permainan, yang mendasarkan pengharapan buat
menang pada umumya bergantung kepada untung-untungan saja, dan juga pengharapan itu jadi
bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain. Yang itu terhitung masuk main judi

11
ialah pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh
mereka yang turut berlomba atau bermain itu, demikian juga segala pertaruhan yang lain-lain.

Sedangkan dalam Pasal 303 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang
mengatur tentang tindak pidana perjudian berbunyi dengan hukuman penjara selama-lamanya
empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya sepuluh juta rupiah dihukum: “Barang siapa
mempergunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan melanggar ketentuan Pasal 303,
Barang siapa turut main judi di jalan umum atau didekat jalan atau di tempat yang dapat
dikunjungi oleh umum, kecuali kalau pembesar yang berkuasa telah member izin untuk
mengadakan judi itu”.

Jika pada waktu melakukan pelanggaran itu belum lalu dua tahun, sejak ketetapan
putusan hukuman yang dahulu bagi si tersalah lantaran salah satu pelanggaran ini, maka dapat
dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya enam tahun atau denda sebanyak-banyaknya
lima belas juta rupiah.

2). Perjudian Menurut UU No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian

Menurut pasal 1 UU No.7 tahun 1974 menyatakan bahwa semua tindak pidana
perjudian sebagai kejahatan. Bahwa pada hakekatnya perjudian adalah perbuatan bertentangan
dengan agama islam, kesusilaan, dan moral Pancasila, serta membahayakan bagi penghidupan
dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Perjudian adalah penyakit masyarakat yang
manunggal dengan kejahatan yang dalam proses sejarah dari generasi ke generasi ternyata tidak
mudah diberantas.

Kebiasaan berjudi menimbulkan masalah sosial seperti penyebab kemiskinan,


perceraian, anak terlantar, dan putus sekolah, dan membudayakan kemalasan, juga bersifat
kriminogen, yaitu menjadi pemicu untuk terjadinya kejahatan yang lain. Demi mendapatkan
uang berjudi, pelaku judi dapat merampok, mencuri, korupsi, membunuh, ataupun KDRT.

Penyelenggaraan perjudian mempunyai akses yang negatif dan merugikan terhadap


moral dan mental masyarakat, terutama terhadap generasi muda. Pemerintah harus mengambil
langkah dan usaha untuk menertibkan dan mengatur kembali perjudian, membatasinya sampai
lingkungan sekecil-kecilnya. Maka untuk maksud tersebut perlu mengklasifikasikan segala
macam bentuk tindak pidana perjudian sebagai kejahatan, dan memberatkan ancaman
hukuman yang sekarang berlaku ternyata sudah tidak sesuai lagi dan tidak membuat pelakunya
jera.

12
3). Perjudian Menurut PP No 9 Tahun 1981 tentang pelaksanaan UU No 7 tahun l974
tentang Penertiban Perjudian

Bahwa hakekatnya perjudian bertentangan dengan agama islam, kesusilaan dan moral
pancasila, serta membahayakan penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Sehingga segala jenis perjudian merupakan tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 UU No.7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Peraturan pemerintah ini
merupakan pelaksanaan Pasal 3 UU No 7 Tahun l974 tentang Penertiban Perjudian, mengatur
tentang larangan pemberian izin penyelenggaraan segala bentuk dan jenis perjudian, oleh
Pemerintahan Pusat dan Daerah, baik yang diselenggarakan dikasino, ditempat keramaian
maupun yang dikaitkan dengan alasan lain. Dengan adanya larangan pemberian izin
penyelenggaraan perjudian, dan kebiasaan sepanjang tidak merupakan perjudian.

E. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindakan Perjudian

1). Faktor Sosial Atau Ekonomi

Bagi masyarakat dengan status perekonomian yang rendah perjudian seringkali


dianggap sebagai suatu sarana untuk meningkatkan perekonomian dengan kemenangan yang
diperoleh. Karena mereka berfikir, dengan modal yang sangat kecil mereka akan mendapatkan
keuntungan yang besar dan akan menjadi orang kaya dalam sekejap tanpa usaha yang besar.
Masyarakat yang berjumlah besar sangat menguntungkan apabila di dukung oleh kualitas
pendapatannya yang sangat besar, sebab ia akan dapat menjadi aset pembangunan namun akan
sangat membahayakan apabila yang ada hanya kuantitas belaka tanpa di dukung oleh
kualitasnya.

Hal ini didasarkan pada usaha yang paling mendasar, yaitu :

a) Manusia selalu membutuhkan sandang dan pangan untuk hidupnya;

b) Naluri keinginan untuk menang yang sifatnya menetap.

Hal inilah apabila kita perhatikan yang menjadi permasalahan di lingkungan


masyarakat Indonesia, permasalahan ini sangat rumit untuk ditangani mengingat banyaknya
urbanisasi dari desa atau pinggiran kota. Dimana semakin meningkatnya penduduk akan
bertambah pulalah sehingga tindakan perjudian semacam ini akan terus berkembang mengingat
dari perekonomian sangat rendah, dan kurangnya lapangan pekerjaan dan akan berusaha

13
mencari jalan pintas dengan cara berjudi, baik itu judi biasa maupun judi online yang sangat
marak pada era saat ini.

Sehigga bagi masyarakat dengan status sosial dan ekonomi yang rendah perjudian
seringkali dianggap sebagai suatu sarana untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Tidaklah
mengherankan jika pada masa undian SDSB di Indonesia zaman orde baru yang lalu,
peminatnya justru lebih banyak dari kalangan masyarakat ekonomi rendah seperti tukang
becak, buruh, atau pedagang kaki lima. Dengan modal yang sangat kecil mereka berharap
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya atau menjadi kaya dalam sekejap tanpa usaha
yang besar. Selain itu kondisi sosial masyarakat yang menerima perilaku berjudi juga berperan
besar terhadap tumbuhnya perilaku tersebut dalam komunitas.

Keterbelakangan perekonomian dapat menjadi suatu faktor yang menjadi permasalahan


bagi setiap orang yang melakukan perjudian yang dimana dengan serangkaian fenomena yang
berintegrasi secara kompleks sehingga menimbulkan penyimpangan yang menyolok di bidang
kesejahteraan dan kemiskinan, stagnasi, maupun keterbelakangan relative dibandingkan
dengan Negara-Negara lain.

2. Faktor Situasional

Situasi yang bisa dikategorikan sebagai pemicu perilaku berjudi, diantaranya adalah
tekanan dari teman-teman, kelompok atau lingkungan untuk berpartisipasi dalam perjudian.
Dimana tekanan dari kelompok sebagai salah satu seseorang yang awalnya tidak melakukan
tindak pidana perjudian jika tidak menuruti apa yang diinginkan oleh kelompoknya akan
merasa diasingkan sehingga tidak memiliki pergaulan yang meluas. Sementara metode
pemasaran yang dilakukan oleh para pengelola perjudian dengan selalu mengekspose para
penjudi yang berhasil, sehingga memberikan kesan kepada calon penjudi bahwa kemenangan
dalam perjudian adalah sesuatu yang biasa, mudah dan dapat terjadi pada siapa saja, padahal
kenyataannya kemungkinan menang sangatlah kecil.

3. Faktor Belajar

Sangatlah masuk akal jika faktor belajar memiliki efek yang besar terhadap perilaku
berjudi, terutama menyangkut keinginan untuk terus berjudi. Yang memang pada awalnya ia
hanya ingin mencoba, akan tetapi karena penasaran dan berkayakinana bahwa kemenangan
bisa terjadi kepada siapapun, termasuk dirinya dan berkeyakinan bahwa dirinya suatu saat akan
menang atau berhasil, sehingga membuatnya melakukan perjudian berulang kali. Rendahnya

14
tingkat pendidikan dan pengetahuan yang minim sehingga dapat mengakibatkan seseorang itu
tidak berpikir panjang untuk melakukan perbuatan termasuk halnya perbuatan judi.

4. Faktor Kemenangan/Keuntungan

Faktor kemenangan adalah pemicu bagi orang yang melakukan perjudian, di mana
persepsi di sini dirasakan oleh penulis tentang evaluasi peluang menang yang akan mereka
dapatkan jika mereka berjudi. Pemain yang merasa sulit untuk keluar dari permainan umumnya
memiliki persepsi yang buruk tentang kemungkinan akan menang. pada umumnya mereka
merasa sangat yakin akan menang yang akan diperolehnya, pada saat atas estimasi yang sangat
kecil karena keyakinan yang ada pada ilusi yang diperoleh dalam evaluasi akan menang, "kalau
sekarang belum menang pasti di kesempatan berikutnya akan menang, begitu seterusnya".

5. Faktor Presepsi Keterampilan

Pemain yang merasa sangat mahir dalam satu atau lebih jenis judi akan cenderung
menganggap bahwa keberhasilan / kemenangan dalam judi adalah karena keterampilan yang
mereka miliki. Seringkali, mereka tidak dapat membedakan di mana kemenangan itu diperoleh
berkat keterampilan dan yang hanya kebetulan murni. Bagi mereka, kalah saat bermain tidak
pernah dianggap sebagai kekalahan tetapi dianggap "hampir menang", sehingga mereka terus
mencari kemenangan yang mereka pikir pasti akan tercapai.

F. Upaya untuk Menanggulangi atau Mencegah Terjadinya Tindakan Perjudian

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Tindakan Perjudian

a. Upaya Pre-emtif

Yang dimaksud dengan upaya pre-emtif disini adalah upaya-upaya awal yang
dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha yang
dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi kejahatan secara pre-emtif menanamkan nilai-
nilai/norma-norma yang baik sehingga norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang.
Upaya pre-emtif adalah menekan upaya pada himbauan kepada para pelaku perjudian kartu
agar sadar dan tidak melakukan perjudian lagi karena kemungkinan akan mengganggu
keamanan dan ketertiban masyarakat sekitar.

Dalam upaya ini pihak kepolisian melakukan himbauan kepada para pelaku dengan cara
sebagai berikut :

a) Melakukan sosialisasi dibidang ketertiban masyarakat,

15
b) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih mentaati hukum yang berlaku,

c) Membina hubungan baik antara masyarakat dengan kepolisian setempat.

b. Upaya Preventif

Upaya preventif adalah upaya yang masih dalam tataran pencegahan sebelum
terjadinya perbuatan. Dalam upaya preventif adalah menghilangkan kesempatan untuk
melakukan tindak pidana. Upaya Preventif ini untuk penanggulangan sebagai dasar dalam
memberantas tindak pidana perjudian di Wilayah Hukum.

Aparat kepolisian memberantas dan menanggulangi secara preventif dengan berbagai upaya,
antara lain :

a) Mengadakan penyuluhan Hukum,

b) Mengadakan pengawasan,

c) Melakukan Patroli dan penjagaan terhadap masyarakat,

d) Berkoordinasi oleh pihak kelurahan RT/ RW agar biasa mensosialisasikan,

e) Melakukan Razia.

c. Upaya Represif

Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadinya tindak pidana atau kejahatan yang
tindakan berupa penegakan hukum (Law Enforcement) dengan menjatuhkan hukuman. Upaya
represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh
setelah terjadinya kejahatan, penanggulangan dengan upaya represif untuk menindak para
pelaku sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa
perbuatan yang dilakukannya adalah perbuatan melanggar hukum dan merugikan masyarakat,
sehingga tidak mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi
yang di tanggungnya sangat berat. Upaya Represif merupakan upaya atau tindakan yang
dilakukan secara langsung untuk memberantas kejahatan dengan memberikan tindakan agar
pelaku jera dan tidak mengulangi kejahatannya kembali.

Adapun tindakan Represif yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a). Menerima dan mengambil tindakan terhadap laporan atau pengaduan adanya tindak
kejahatan yang terjadi di masyarakat, supaya pihak kepolisian bisa langsung melakukan
penggrebekan tempat perjudian tersebut dan menangkap para pelaku perjudian.
16
b). Melakukan serangkaian tindakan penyelidikan dan penyidikan terhadap suatu kejahatan
perjudian agar bisa diproses lebih lanjut supaya para pelaku jera dan bisa diproses langsung,
dan menimbulkan kenyamanan untuk masyarakat setempat.

c). Melakukan penangkapan pelaku perjudian yang tertangkap basah sedang bermain serta
pemeriksaan dan penahanan oleh polsek setempat sebelum dinaikkan ke Polres.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kriminalitas adalah segala sesuatu yang dilakukan individu, kelompok, ataupun


komunitas yang melanggar hukum atau suatu tindakan perilakunya dengan mengambil apa
yang bukan menjadi haknya, sehingga realitas sosial ini tentu saja mengganggu keseimbangan
atau stabilitas sosial dalam masyarakat.

Adapun Faktor-Faktor Terjadinya atau Penyebab adanya Tindakan Kriminalitas ini


diantaranya ialah :

1. Pertentangan dan persaingan kebudayaan.

2. Perbedaan idiologi politik.

3. Kepadatan dan komposisi penduduk.

Upaya pencegahan tindakan kriminalitas ini dengan melakuan strategi pencegahan


kejahatan, dikenal tiga bentuk pencegahan kejahatan seperti :

1. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan sosial.

2. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan situasional.

3. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan kemasyarakatan.

Berbagai pemikiran dan pendapat yang berkembang baik pada kalangan akademisi
maupun praktisi selalu menghendaki kebijakan pencegahan kejahatan melalui pendekatan
kemasyarakatan, hal ini dapat kita lihat di Indonesia seperti adanya siskamling (Sistem
Keamanan Lingkungan). Bentuk ini dianggap lebih praktis dan tidak memerlukan sarana yang
banyak.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh G.P. Hoefnagels yang dikutip oleh Barda
Nawawi Arief (2011: 46), upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua, yakni :

1. Jalur Penal

2. Jalur Nonpenal

18
Dampak dari perjudian sangat terlihat jelas, disadari ataupun tidak dampak perjudian
adalah sebagai berikut : menurunnya etos kerja bagi pelaku perjudian dengan kata lain malas
untuk bekerja, timbulnya kriminalitas lain yang diakibatkan dari kegiatan perjudian seperti
mencuri untuk mendapatkan uang, judi bersifat candu yang membuat pelaku merasa gelisah
dan tidak nyaman apabila tidak melakukan perjudian, kerugian materi seperti banyak uang dan
harta yang terbuang sia-sia, kesehatan yang terganggu akibat sering begadang demi melakoni
perjudian, timbulnya konflik seperti terjadi pertengkaran dengan keluarga.

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindakan Perjudian

1). Faktor Sosial Atau Ekonomi

2). Faktor Situasional

3). Faktor Belajar

4). Faktor Kemenangan/Keuntungan

5). Faktor Presepsi Keterampilan

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Tindakan Perjudian

a. Upaya Pre-emtif

Yang dimaksud dengan upaya pre-emtif disini adalah upaya-upaya awal yang
dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Dalam upaya ini
pihak kepolisian melakukan himbauan kepada para pelaku dengan cara sebagai berikut :

a) Melakukan sosialisasi dibidang ketertiban masyarakat,

b) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih mentaati hukum yang berlaku,

c) Membina hubungan baik antara masyarakat dengan kepolisian setempat.

b. Upaya Preventif

Upaya preventif adalah upaya yang masih dalam tataran pencegahan sebelum
terjadinya perbuatan. Dalam upaya preventif adalah menghilangkan kesempatan untuk
melakukan tindak pidana.

c. Upaya Represif

19
Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadinya tindak pidana atau kejahatan yang
tindakan berupa penegakan hukum (Law Enforcement) dengan menjatuhkan hukuman.

20
DAFTAR PUSTAKA

 Panjaitan, Petrus Irwan. 2018. USAHA MASYARAKAT MENCEGAH


KEJAHATAN. Volume 4 Nomor 1. Hal. 24
 Komariah, Mamay., Rommy Pratama., Elvin Adriansyah. 2022. Dampak Pandemi
Corona Virus Disease (Covid-19) Terhadap Tingkat Kriminalitas Di Kabupaten
Ciamis. Volume 4 Nomor 1.
 Ibnu Adi, 2019, UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK
PIDANA PERJUDIAN KARTU REMI (STUDI KASUS DI WILAYAH HUKUM
POLSEK WONOSALAM KABUPATEN DEMAK), KONFERENSI ILMIAH
MAHASISWA UNISSULA (KIMU) 2. Universitas Islam Sultan Agung
 https://repository.pancabudi.ac.id › ...PDF bab iii faktor-faktor penyebab terjadinya
kejahatan perjudian.

21

Anda mungkin juga menyukai