Proposal
Oleh:
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bethsaida Janiwarty & Herri Zan Pieter, Pendidikan Psikologi Untuk Bidan-Suatu Teori
dan Terapannya (Yogyakarta: Rapha Publishing, 2013), h. 224.
2
Misnawi Mukani Syuaib, Hypnobirthing Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dan Tinjauannya
Dalam Islam (Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 65.
3
Misnawi Mukani Syuaib, Hypnobirthing Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dan Tinjauannya
Dalam Islam, h. 1.
1
2
Terjemahnya:
Maka kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak
yang sangat sabar.4
Maka dia (Ibrahim) merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata “Janganlah
kamu takut,” dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan
(kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).5
Kehamilan ini adalah suatu proses yang normal akan tetapi kebanyakan
wanita akan mengalami perubahan baik dari segi fisik maupun psikis selama masa
kehamilan. Ibu yang sedang hamil, dituntut tidak hanya harus siap secara fisik tetapi
juga harus siap secara mental. Umumnya, seorang ibu yang mengalami kehamilan
tentu akan merasa bahagia dan senang, ingin mengetahui perkembangan janinnya
tetapi secara bersamaan pula, terkadang ia akan merasakan dan mengalami berbagai
macam kekhawatiran yang memengaruhi kondisi mental atau psikisnya.
Kondisi mental tak dapat kita abaikan, kesehatan mental dalam kehidupan
manusia merupakan masalah yang amat penting karena menyangkut soal kualitas
dan kebahagiaan manusia. Untuk mencapai suatu ketenangan hidup, maka
diperlukan mental yang sehat.
Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau
“mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa.6
4
Kementrian Agama, Alquran dan terjemahannya (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an,2017), h.449.
5
Kementrian Agama, Alquran dan terjemahannya, h. 521
6
Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h.9.
3
seseorang akan terjaga.7 Jadi, tidak hanya kesehatan fisik yang kita jaga, tetapi
psikis tentunya tidak kalah penting. Hal ini ibarat mata uang, keduanya sama-sama
penting. Terlebih ketika sedang hamil dan saat ini berada pada masa pandemic
Covid-19, kegiatan banyak dilakukan dirumah sehingga terkadang menimbulkan
rasa bosan dan stress, hal inilah dimana kondisi psikis sangat rentan terganggu
karena kecemasan akan semakin meningkat dan juga kondisi ibu hamil yang
mengalami beberapa perubahan.
7
Sattu Alang, Kesehatan Mental (Makassar: Alauddin University Press, 2020), h. 3.
8
Endang Wahyuni, Agar Menjadi Cerdas dan Bahagia (Bandung: Pioner Jaya, 2005), h.
13.
4
kekhawatiran lainnya yang menyebabkan stress pada calon ibu yang berdampak
pada proses kelahiran secara alami maupun dengan operasi Caesar.9
Setiap orang bisa memahami bahwa lancar atau tidaknya proses kelahiran
itu banyak tergantung pada kondisi biologis, khususnya kondisi ibu hamil yang
bersangkutan. Namun, dapat dimengerti bahwa hampir tidak ada tingkah laku
manusia (terutama yang disadari) dan proses biologisnya yang tidak dipengaruhi
oleh proses psikis. Maka dapat dimengerti bahwa membesarnya janin dalam
kandungan itu mengakibatkan calon ibu yang bersangkutan mudah kelelahan, tidak
enak badan, tidak bisa tidur enak, sering mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan
macam-macam beban jasmani lain-lainnya di waktu kehamilan.10
Manusia adalah makhluk yang terdiri dari tiga unsur utama yaitu tubuh
(body), pikiran (mind) dan jiwa/roh (spirit). Jadi diperlukan keseimbangan dari
ketiga unsur tersebut. Tak hanya secara fisik tetapi kondisi psikis juga sangat perlu.
Sekitar 80-90 persen penyakit yang diderita seseorang berasal dari kondisi pikiran.
Banyak penelitian telah membuktikan keterkaitan antara reaksi fisik, mental dan
emosi seseorang terhadap lingkungan yang berujung pada munculnya suatu
penyakit.11
9
Saman A, Doa dan Dzikir Untuk Ibu Hamil (Padang: Ruangkita, 2013), h.34.
10
Kartini Kartono, Psikologi Wanita (Bandung: Bandarmaju, 1992), h. 193.
11
Misnawi Mukani Syuaib, Hypnobirthing Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dan Tinjauannya
Dalam Islam (Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 64.
12
Lailiyana, Ani Laila, Isrowiyatun Daiyah & Ari Susanti, Buku Asuhan Kebidanan
Persalinan (Jakarta: EGC, 2011), h. 25.
5
kelahiran hidup dengan jumlah penduduk 210 juta jiwa, setiap tahun ada 6 juta
kehamilan dan diperkirakan 20. 000 di antaranya akan berakhir dengan kematian
ibu. Dalam sehari, diperkirakan ada 60 ibu yang meninggal dunia akibat
kehamilan.13
Dengan melihat data yang ada bahwa masih tingginya angka kematian ibu
(AKI), maka diperlukan suatu bimbingan konseling untuk mempersiapkan serta
menguatkan mental ibu hamil sebelum persalinan sebagai upaya agar ia mampu
mengatasi perasaan takut, tegang, cemas serta dapat memotivasi pasien pra
persalinan. Karena, pada kondisi seperti ini, pasien tidak hanya membutuhkan
bantuan secara fisik saja namun juga bantuan secara psikis seperti bimbingan
konseling yang dapat menenangkan hati dan perasaannya.
13
Rita Yulifah & Tri Johan Yuswanto, Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan
(Jakarta: Salemba Medika, 2012), h. 118-119.
14
Latipun, Psikologi Konseling Edisi Ketiga (Malang: UPT Penerbitan, 2010), h.2.
15
Erifin M. ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta:
Golden Terayon, 1982) h. 2.
6
2. Deskripsi Fokus
persalinan, sebagai upaya menenangkan hati atau jiwa pasien agar tidak merasakan
stress serta kecemasan secara berlebihan.
C. Rumusan Masalah
16
Misnawi Mukani Syuaib, Hypnobirthing Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dan Tinjauannya
Dalam Islam (Makassar: Alauddin University Press, 2013).
8
17
Rochmah, Komunikasi dan Konseling dalam Asuhan Kebidanan (Jakarta: EGC, 2010).
18
Sattu Alang, Kesehatan Mental (Makassar: Alauddin University Press, 2020).
9
Kedua, Penurunan tingkat kecemasan ibu hamil anak pertama di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Takengon Aceh Tengah sebelum diberikan bimbingan
rohani Islam berada pada kategori kurang. Hasil penurunan tingkat kecemasan
ibu-ibu hamil anak pertama sebelum diberikan bimbingan rohani Islam
didapatkan bahwa sebanyak 8 anak (53,3%) memiliki penurunan tingkat
kecemasan yang kurang, 6 anak (40%) memiliki penurunan tingkat kecemasan
yang cukup dan 1 anak (6,7%) memiliki penurunan tingkat kecemasan yang
baik.19
b. Rahma Eriani dengan judul “Peran Bimbingan Konseling dalam Mengurangi
Kecemasan Bagi Ibu Hamil Menghadapi Persalinan di RSUD Dr. H. Bob
Bazar, SKM Kalianda”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran
bimbingan konseling dan fungsi bimbingan konseling islam dalam mengurangi
kecemasan bagi ibu hamil menghadapi persalinan di RSUD Dr. H. Bob Bazar,
SKM Kalianda. Metode penelitian yang digunakan ialah bersifat deskriptif
kualitatif. Dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bimbingan konseling
di RSUD Dr. H. Bob Bazar SKM memiliki peran yang sangat penting untuk
memotivasi, memberikan nasehat serta dukungan pada ibu hamil dalam
menghadapi persalinan. Bimbingan konseling memiliki peran preventif atau
pencegahan yaitu timbulnya permasalahan pada pasien, pengobatan serta
membantu pasien memecahkan masalah yang tengah dihadapinya.20
c. Nurul Rahmitha dengan judul “Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil
Primigravida Trimester Ketiga Di Puskesmas Kecamatan Tamalanrea
Makassar”, penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada
ibu hamil primigravida trimester ketiga di Puskesmas Kecamatan Tamalanrea
Makassar. Jenis penelitian ini menggunakan desain observasional deskriptif
menggunakan data primer yang diambil melalui wawancara terhadap sampel.
19
Riska Ruhdini “Pengaruh Bimbingan Rohani Islam Terhadap Tingkat Penurunan
Kecemasan Ibu Hamil Anak Pertama Di Rumah Sakit Umum Daerah Datu Beru, Takengon
Kabupaten Aceh Tengah” Skripsi (Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatra Utara Medan,
2019).
20
Rahma Eriani “Peran Bimbingan Konseling Dalam Mengurangi Kecemasan Bagi Ibu
Hamil Menghadapi Persalinan di RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM Kalianda” Skripsi (Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Lampung, 2019).
10
Dan hasil penelitiannya adalah tingkat kecemasan lebih banyak cemas sedang
dan ringan. Usia muda lebih tinggi tingkat kecemasannya disbanding usia
cukup. Tingkat pendidikan yang rendah kecemasannya lebih berat dibandingka
pedidikantinggi. Responden yang tidak bekerja lebih berat tingkat
kecemasannya. Status ekonomi yang rendah dan yang tinggal bersama suami
lebih ringan tingkat kecemasannya.21
21
Nurul Rahmitha “Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester Ketiga Di
Puskesmas Kecamatan Tamalanrea Makassar” Skripsi (Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin, 2017)
11
a. Kegunaan Teoritis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
bidang keilmuan, terutama tentang peran bimbingan konseling dalam
dalam penguatan mental ibu hamil di masa pandemic covid-19 sebelum
persalinan yang dapat diterapkan di tempat lain.
2) Menambah pengalaman dan pengetahuan penulis tentang bagaimana
metode bimbingan konseling dalam penguatan mental ibu hamil di masa
pandemic covid-19 sebelum persalinan.
b. Kegunaan Praktis
1) Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi konselor itu sendiri
serta pemerintah setempat terutama memberikan rujukan bagaimana
memberikan metode bimbingan konseling yang baik dan efektif dalam
penguatan mental ibu hamil di masa pandemic covid-19 sebelum
persalinan.
2) Diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai wacana baru yang dapat
memberikan inspirasi dan dapat membantu memberikan solusi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Metode Bimbingan Konseling
1. Pengertian Metode
Metode berasal dari kata Yunani meta dan hodos. Methodos artinya jalan
sampai. Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.1
1
Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah (Cet. I; Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2015), h.1.
2
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodelogi Penelitian (Cet. VIII; Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2007), h. 1.
3
Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), h.6.
4
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press,
2002), h. 16.
12
13
Dari kamus yang sama counseling dikaitkan dengan kata counsel, yang
diartikan sebagai nasihat (to abtain counsel); anjuran (to give counsel) pembicaraan
(to take counsel), dengan demikian counseling diartikan sebagai pemberian nasihat,
pemberian anjuran dan pemberian pembicaraan dengan bertukar pikiran.8
5
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana
Premada, 2009), h. 187.
6
Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA (Surabaya: Usaha Nasional,
2003), h. 95.
7
W.S Winkel, Bimbingan dan Penyuluhan di Institut Pendidikan, (Cet. III; Yogyakarta:
Media Abadi Gramedia Widiarsa, 2004). h. 27.
8
W.S Winkel, Bimbingan dan Penyuluhan di Institut Pendidikan, h. 70.
14
pemberian nasihat, memberikan ajaran kepada orang lain secara face to face
(bertatap muka).9
9
M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1991),
h. 18.
10
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Proyek Pembinaan
dan Peningkatan Mutu Tenaga Pendidikan direktoral Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1994), h. 32.
11
WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: Gramedia Widia
Sarana, 1991), h. 58.
12
Moh. Surya, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Cet. I; Yogyakarta: Andi Offset,
1998), h. 12
15
13
Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 4.
14
Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 6.
15
Prayitno, Konseling Pancawaskita, (Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas
Pendidikan IKIP Padang 1998), h. 95
16
bahasa “Anglo Saxon”, istilah konseling berasal dari “Sellan” yang berarti
“menyerahkan” atau “menyampaikan”.16
16
Prayitno, Konseling Pancawaskita, h. 98-99.
17
Awiskarni dan Abd Rahman. Kepribadian Rasulullah SAW Sebagai Konselor Teladan
(Jakarta: Yayasan Nuansa Madani, 2000), h. 13.
18
Mohammad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy, 2013), h. 1.
19
Suadirman, Psikologi Konseling, (Yogyakarta: Studing), h. 87.
20
Syamsul Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2005), h. 8.
17
21
Mulyadi, Materi Ujian Komprehensif Bagi Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang, 2013), h. 13.
22
Hallen, Bimbingan dan Konseling (Padang: IAIN Press, 2001), h. 15.
18
b. Metode Kelompok
c. Metode Sosiometri
d. Metode Diskusi
23
Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama (Cet. III; Jakarta:
Bulan Bintang. 1978), h. 44 .
24
Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama, h. 54.
25
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta,
1995), h. 110.
19
۟ ب َلَنفَض
ُّوا ِم ْن ِ ظ ْٱلقَ ْل ًّ َنت ف
َ ظا َغ ِلي َ نت لَ ُه ْم ۖ َولَ ْو ُك َ فَ ِب َما َر ْح َم ٍة ِمنَ ٱللَّ ِه ِل
َ ْف َع ْن ُه ْم َوٱ ْست َ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْر ُه ْم فِى ْٱْل َ ْم ِر ۖ فَإِذَا َعزَ ْم
ت ُ َح ْو ِل َك ۖ فَٱع
َفَت َ َو َّك ْل َعلَى ٱللَّ ِه ۚ ِإ َّن ٱللَّهَ يُ ِحبُّ ْٱل ُمت َ َو ِك ِلين
Terjemahnya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya.26
26
Kementrian Agama, Alquran dan terjemahannya (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an,2017), h.71
20
27
Syamsul Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 17.
28
Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h.
207.
21
Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling
Islam itu dapat dirumuskan sebagai membantu individu mewujudkan dirinya
sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Sedangkan secara khusus, tujuan bimbingan dan konseling Islam yaitu:
a. Fungsi kuratif
b. Fungsi preventif
Fungsi preventif tidak hanya mengatasi masalah yang terjadi, tetapi juga
menjaga agar masalah tidak bertambah serta muncul masalah baru yang dapat
mengganggu diri klien dan orang lain. Fungsi preventif dilakukan dengan
membelajarkan klien agar terhindar dari masalah yang semakin kompleks,
mendalam dan rumit dengan cara memberikan keterampilan dan teknik dalam
menyelesaikan masalanya.
29
Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami, h. 211.
22
30
Rita Yulifah dan Tri Johan Agus Yuswanto, Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan
(Jakarta, Salemba Medika, 2009), h. 113-114.
31
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Padang: IAIN IB Press, 2001), h. 87.
23
32
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), h. 52.
24
Penguat berasal dari kata “kuat” yang mempunyai arti banyak tenaganya
atau mempunyai kemampuan yang lebih. Sedangkan kata jadian penguatan
mempunyai arti (hal dan lain sebagainya) yang menguati atau menguatkan.33
Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau
“mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa.34 Sedangkan dalam kamus psikologi
Kartini Kartono mengemukakan:
33
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1122.
34
Yushak Burhanuddin, Kesehatan Mental (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 9.
35
Kartini Kartono, Teori Kepribadian dan Mental Hygiene (Bandung: Bulan Bintang,
2000), h. 38.
25
Mental secara istilah dapat diartikan dengan semangat jiwa yang tegar,
aktif, yang mempengaruho perilaku hidup dan kehidupan manusia.37
2. Aspek-aspek Mental
Kartini Kartono mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri
manusia keinginan, tindakan, tujuan, usaha-usaha dan perasaan.39
Zakiah Darajat berpendapat bahwa aspek mental yang ada dalam diri
manusia adalah kehendak, sikap dan tindakan.40
36
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), hlm. 647.
37
Kartini Kartono, Teori Kepribadian dan Mental Hygiene (Bandung: Bulan Bintang, 2000)
h. 2
38
H. M. Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniah Manusia (Jakarta:
Bulan Bintang, 1997), h. 17
39
Kartini Kartono, Teori Kepribadian dan Mental Hygiene (Bandung: Bulan Bintang, 2000)
h. 6
40
Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental (Jakarta: Bulan Bintang,
1994), h. 32.
41
Hanna Djuhamham Bastaman, Integrasi Psikologi Dalam Islam (Yogyakarta: Yayasan
Insan Kamil & Pustaka Pelajar, 2005), h. 64
26
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa aspek mental yang ada pada diri
manusia adalah yang menentukan sifat dan karakteristik manusia itu sendiri.
Perbuatan dan tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya yang
merupakan penggerak atau pengendali suatu perbuatan. Oleh sebab itu, kita perlu
mengendalikan dan merawat dengan baik aspek-aspek mental yang ada dalam diri
kita.
Selama kehamilan ketenangan sangat berarti bagi ibu hamil, namun pada
umumnya ibu hamil merasakan sifat dan sikap yang menjadikan ibu hamil merasa
sensitive. Adapun psikis ibu hamil bisa berdampak pada janin, suami, keluarga dan
berjalannya proses persalinan di masa mendatang. Kondisi ini diantaranya:
a. Ketidak yakinan
Awal kehamilan pusat fikiran ibu terfokus pada dirinya sendiri, bukan
pada janin. Ibu merasa bahwa janin merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
ibunya, calon ibu juga mulai berkeinginan untuk menghentikan rutinitas yang
penuh tuntutan social dan tekanan agar dapat menikmati waktu kosong tanpa
beban. Banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur.
c. Cenderung Malas
d. Mudah Cemburu
Ibu hamil merasa mulai cemburu tanpa alasan, seperti jika pulang kerja
telat dan mulai bertanya-tanya. Factor penyebabnya adalah akibat perubahan
hormonal dan perasaan tidak percaya pada perubahan penampilan fisiknya. Ibu
hamil mulai meragukan kepercayaan suaminya, seperti ketakutan ditinggal
suaminya pergi dengan wanita lain.
Perilaku ibu hamil sering menunjukkan sikap ingin minta perhatian. Tiba-
tiba menjadi orang yang manja dan ingin selalu diperhatikan. Perhatian yang
diberikan suami sedikit akan dapat memicu tubuhnya merasakan nyaman dan
pertumbuhan janin menjadi baik.42
f. Stress
g. Kecemasan
42
Astria Y. “Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester III Dengan Kecemasan Dalam
Menghadapi Persalinan”, tersedia di:
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/filedigital/YOONE%20ASTRIA.pdf. (diakses pada tanggal 10
Desember 2020)
28
43
Janiwarty B & Pieter H. Z, Pendidikan Psikologi Untuk Bidan (Medan: Marni, S.ST,
2011). h. 39
44
Herri Zan Pieter., Namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan,
(Jakarta: Kencana, 2001), h. 232
29
45
Herri Zan Pieter., namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan, h.
233.
46
Herri Zan Pieter., namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan,h.
233.
30
2) Sensitive
Awal penyebab wanita hamil menjadi lebih sensitive ialah factor
hormone. Reaksi wanita menjadi lebih peka, mudah tersinggung dan
gampang marah. Apapun perilaku ibu hamil dianggap kurang
menyenangkan. Sebenarnya, perubahan ini pasti berakhir. Jangan sampai
perubahan ini merusak hubungan suami istri menjadi tidak harmonis.
Oleh sebab itu, seadaan ini sudah sepantasnya dipahami suami dan
jangan dibalas dengan kemarahan karena akan menambah perasaan
tertekan. Perasaan tertekan akan berdampak buruk dalam perkembangan
fisik dan psikis bayi.
3) Perasaan Ambivalen
Perasaan ambivalen sering muncul saat masa kehamilan trisemester
pertama. Perasaan ambivalen wanita hamil berhubungan dengan
kecemasan terhadap perubahan selama masa kehamilan, rasa tanggung
jawab, takut atas kemampuannya menjadi orang tua, sikap penerimaan.
4) Perasaan Ketidaknyaman
Perasaan ketidaknyamanan sering terjadi pada trisemester pertama
seperti nausea, kelelahan, perubahan nafsu makan dan kepekaan
emosional, semuanya dapat mencerminkan konflik dan depresi. Deepak
Chopra mengatakan bahwa, kegelisahan, tertekan atau ketakutan,
hormone stress dengan sendirinya mengalir melalui aliran darah dan
mengenai plasenta sang bayi.
5) Depresi
Umumnya depresi sering terjadi dalam trisemester pertama. Depresi
adalah kemurungan atau perasaan tidak semangat yang ditandai dengan
perasaan yang tak menyenangkan, menurunnya kegiatan, dan pesimis
menghadapi masa depan. Pada kasus patologis, depresi merupakan reaksi
yang ekstrem disertai oleh delusi ketidakpastian dan perasaan putus asa.
Penyebab timbulnya depresi ibu hamil ialah akibat perubahan
hormone yang berhubungan dengan otak, hubungan dengan suami atau
anggota keluarga, kegagalan dan komplikasi hamil.
31
6) Kecemasan
Reva Rubin mengatakan bahwa, selama periode kehamilan hampir
sebagian besar ibu hamil sering mengalami kecemasan. Namun tingkat
kecemasannya berbeda-beda dan tergantung pada sejauh mana ibu hamil
itu memersepsikan kehamilannya. Factor-faktor penyebab timbulnya
kecemasan ibu hamil biasanya berhubungan dengan berbagai kondisi:
1. Kesejahteraan dirinya dan bayinya yang akan dilahirkan.
2. Pengalaman keguguran kembali (terutama).
3. Rasa aman dan nyaman selama masa kehamilan.
4. Penuaan jati dirinya dan persiapan menjadi orang tua.
5. Sikap memberi dan menerima kehamilan.
6. Keuangan keluarga.
7. Support keluarga dan tenaga media.47
7) Insomnia (sulit tidur)
Sulit tidur adalah gangguan tidur yang diakibatkan gelisah atau
perasaan yang tidak tenang, kurang tidur, atau sama sekali tak bisa tidur.
Gangguan tidur selalu menyerang ibu hamil tanpa alasan yang jelas.
Sebenarnya, gangguan tidur lebih banyak berkaitan dengan masalah
psikis, seperti kekhawatiran. Sulit tidur sering terjadi pada ibu-ibu hamil
pertama kali atau kekhawatiran menjelang kelahiran. Gejala-gejala
insomnia dari ibu hamil dapat dilihat dari sulit tidur, tidak bisa
memejamkan mata, dan selalu terbangun dini hari. Penyebab insomnia
yaitu stress, perubahan pola hidup, penyakit, kecemasan, depresi,
lingkungan rumah ramai. Dampak buruk kurang tidur yaitu perasaan
mudah lelah, tidak bergairah, emosi gampang meledak, stress, dan
denyut jantung.48
47
Asrninah, dkk. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.
59.
48
Asrninah, dkk. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan, h. 238
32
C. Covid-19
1. Defenisi covid-19
Sebelum diberi nama resmi, pada 11 februari 2020, virus tersebut disebut
sebagai “2019 novel coronavirus”, 2019-nCoV, alias virus korona baru 2019.
Diambil dari Bahasa Latin, korona atau corona berarti “mahkota” dan virus korona
dinamakan demikian karena, di bawah mikroskop electron, permukaannya mirip
bentuk mahkota. Penamaan ilmiah suatu virus oleh ICTV didasarkan pada struktur
genetic virus tersebut, dan dimaksudkan untuk memfalisitasi pengembangan uji
diagnostic, vaksin, dan obatnya.49
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) adalah keluarga besar virus yang
dapat menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia. Pada manusia, beberapa
corona virus diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga
penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Serve Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan corona virus yang terbaru adalah
yang menyebabkan covid-19).50
49
Nurul Falah Eddy Pariang, dkk., Panduan Praktis Untuk Apoteker Menghadapi Pandemi
Covid-19, (Jakarta: PT. ISFI Penerbitan, 2020), h. 14.
50
Penanganan Pelayananan Kesehatan Di Masa Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif
Hukum Kesehatan, Journal Inico Legis, Vol. 1 No. 1 Oktober 2020, h. 2.
33
b. Percikan (droplet)
Covid-19 atau biasa dikenal virus corona telah menjangkiti seluruh Negara
di dunia tidak terkecuali Indonesia. Dengan adanya pandemic covid-19 ini
memberukan begitu banyak dampak, termasuk dampak psikologis.
Rasa takut, khawatir, dan cemas terus menerus dialami oleh masyarakat
karena keadaan tidak biasa yang dialami sekarang. Pada dasarnya masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang memiliki budaya berkumpul di luar rumah
sehingga ketika harus berdiam diri di rumah dan tidak bersosialisasi dengan orang
luar maka secara psikologi akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan stress
berlebih.52
51
Nurul Falah Eddy Pariang, dkk., Panduan Praktis Untuk Apoteker Menghadapi Pandemi
Covid-19, (Jakarta: PT. ISFI Penerbitan, 2020), h. 24.
52
Analisis Persepsi Mahasiswa PGSD Mengenai Dampak Covid-19 Terhadap Disiplin Ilmu
Sosial, Education and Human Development Journal, Vol. 5 September 2020, h. 77.
34
D. Persalinan
1. Defenisi Persalinan
53
Betsy B. Kennedy, Donna Jean Ruth, E. Jean Martin, Manajemen Intrapartum Edisi 4
(Jakarta: EGC, 2013), h. 2
54
Ina Kuswianti, Fitria Melina, Askeb II Persalinan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h.
1
35
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri.55
َ َٰ ضغَةَ ِع
َ ظ ًما فَ َك
س ْونَا ْ ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ْٱل ُمْ طفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْٱلعَلَقَةَ ُم ْ ُّث ُ َّم َخلَ ْقنَا ٱلن
(٢١) َس ُن ْٱل َٰ َخ ِل ِقين َ شأ ْ َٰنَهُ خ َْلقًا َءاخ ََر ۚ فَت َ َب
َ ار َك ٱللَّهُ أ َ ْح َ ظ َم لَ ْح ًما ث ُ َّم أَنَ َٰ ْٱل ِع
Terjemahnya:
55
Lailiyana, Ani Laila, Isrowiyatun Daiyah & Ari Susanti, Buku Asuhan Kebidanan
Persalinan, (Jakarta: EGC, 2011), h. 1.
56
Indriyani, Maudy E. Djami, Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (Jakarta: CV. Trans
Info Media, 2013), h. 48.
57
Kementrian Agama, Alquran dan terjemahannya (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an,2017), h.342.
36
bermula dari suatu saripati yang disimpan dalam tempat yang kukuh, yakni Rahim
ibu. Kemudian, kami ciptakan, yakni jadikan nuthfah itu ‘alaqah. Lalu kami
ciptakan, ‘alaqah itu mudhghah yang merupakan sesuatu yang kecil sekerat daging,
lalu kami ciptakan, yakni dijadikan mudghah itu tulang belulang, lalu kami
bungkus tulang belulang itu dengan daging. Kemudian kami mewujudkannya,
yakni tulang yang terbungkus daging itu menjadi-setelah kami meniupkan ruh
ciptaan kami kepada-makhluk lain. Maka, maha banyak lagi maha keberkahan yang
tercurah dari Allah. Pencipta yang terbaik. Kemudian, sesungguhnya kamu, wahai
anak cucu adam sekalian, sesudah itu, yakni sesudah melalui proses tersebut dan
ketika kamu berada di pentas bumi ini dan melalui proses dari bayi, anak kecil,
remaja, dewasa, tua, dan pikun, benar-benar kamu akan mati, baik pada masa
pikum maupun sebelumnya. Kemudian setelah kamu mati dan dikuburkan,
sesungguhnya kamu sekalian pada hari kiamat nanti akan dibangkitkan dari kubur
kamu untuk dimintai pertanggungjawaban, lalu masing-masing kami beri balasan
dan ganjaran.58
Dari ayat tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa hanya kepada
Allah SWT lah tempat kami kembali, dan juga semua hal yang kita lakukan semasa
hidup akan dimintai pertanggung jwaban di hari kemudian. Jadi hendaklah kita
menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari kita. Termasuk pada
masa kehamilan seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an, memperbanyak
dzikir kepada Allah SWT, memperbanyak amalan serta ibadah-ibadah lainnya.
Kegiatan ini tentulah akan memberikan kedamaian hati pada ibu dan janin, hal ini
akan memberikan dampak yang positif karena seorang ibu yang mengalami masa
kehamilan terkadang merasakan begitu banyak kekhawatiran.
58
M. Quraish Shihab, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-qur’an (Tafsir Al Misbah), (Jakarta:
Lentera Hati, 2012), h. 336.
37
a. Tenaga (power)
1) His (Kontraksi Uterus)
Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos Rahim
bekerja dengan baik dan sempurna.59
2) Tenaga Mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah dan dipecahkan, serta
sebagian presentasi sudah berada di dasar panggul, sifat kontraksinya
berubah, yakni bersifat mendorong keluar dibantu dengan keinginan ibu
untuk mengedan atau usaha volunteer.60
b. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.61
59
Widia Shofa Ilmiah, Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal, (Yogyakarta: Nuha Medika,
2015), h. 22.
60
Nuraisah, Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan, (Jakarta: In Medika, 2014), h.31.
61
Widia Shofa Ilmiah, Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal, (Yogyakarta: Nuha Medika,
2015), h. 16.
62
Nuraisah, Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan, (Jakarta: In Medika, 2014), h. 39.
38
Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka di anggap sebagai bagian
dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat
proses persalilan normal.
3) Air ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membrane yang kuat dan
ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua
kekuatan regangan membrane janin, dengan demikian pembentukan
komponen amnion yang mencegah rupture atau robekan. Penurunan ini
terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satuny adalah tekanan dari cairan amnion
dan juga saat terjadinya dilatasi serviks atau pelebaran muara dan saluran
serviks yang terjadi di awal persalinan, dapat juga karena tekanan yang
ditimbulkan oleh cairan amnion selama ketuban masih utuh.
d. Factor Psikis (Psikologi)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-
benar terjadi realitas, “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bisa
melahirkan atau memproduksi anak.
1) Psikologis meliputi:
a) Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan persiapan intelektual
b) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya
c) Kebiasaan adat
d) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan bu.
2) Sikap negative terhadap persalinan di pengaruhi oleh:
a) Persalinan semacam ancaman terhadap keamanan
b) Persalinan semacam ancaman pada self-image
c) Medikasi persalinan
d) Nyeri persalinan
e. Physician (Penolong)
39
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan, yang
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
janin.63
Tidak hanya aspek tindakan yang di berikan, tetapi aspek konseling dan
memberikan informan yang jelas dituhkan oleh ibu bersalin untuk mengurangi
tingkat kecemasan ibu dan keluarga. 64
3. Jenis Persalinan
a. Persalinan normal
Persalinan normal dipengaruhi oleh tiga factor penting, yakni kekuatan ibu
mengejan, keadaan jalur lahir, serta kondisi janin. Ketiga factor ini harus berada
dalam kondisi yang baik agar persalinan normal dapat berjalan dengan baik. Jika
ada masalah pada salah satunya, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
oleh dokter terkait apakah persalinan normal masih dapat dilakukan atau tidak.
b. Persalinan Caesar
63
Widia Shofa Ilmiah, Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal, (Yogyakarta: Nuha Medika,
2015), h. 29-30
64
Nuraisah, Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan, (Jakarta: In Medika, 2014), h. 48.
40
atau janin saat hamil. Persalinan Caesar haruslah disiapkan dengan matang, meski
mungkin juga dilakukan dengan segera ketika terjadi kondisi darurat.
b. Halusinasi Hipnagogik
65
Herri Zan Petter., Namora Lumongga Lubis., Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan
(Jakarta: Kencana, 2001), h. 232
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
1
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2001), h. .3
2
Lexy J M Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 11.
3
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial (Jakarta: Kencana, 2007), h. 68.
41
42
2. Lokasi Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Bimbingan
4
S. Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsinto, 1996), h. 43.
5
Bimowalgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Cet. II ; Yogyakarya: PT Andi
Offset, 1993), h. 2
6
H. M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Islam (Jakarta:
Bulan Bintang, 1977), h. 20
43
2. Pendekatan Psikologi
C. Sumber Data
Menurut Saifuddin Azwar data primer adalah jenis data yang diperoleh
lansung dari objek penelitian sebagai bahan informasi yang dicari.8
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer (informan kunci)
adalah: Konselor (bidan) Puskesmas Pattallassang dan Klien (pasien). Kemudian
adapun informan tambahan yaitu kepala puskesmas dan penanggung jawab UKM
esensial dan keperawatan kesehatan masyarakat yang akan memberikan informasi
tambahan mengenai metode bimbingan konseli dalam penguatan mental ibu hamil
di masa pandemic covid-19 sebelum persalinan di puskesmas pattallassang
kabupaten takalar.
7
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender (Malang: UIN Malang Press,
2008), h. 55.
8
Sifuddin Azwar, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 91.
44
terdahulu, buku, situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan
dan lain sebagainya.9
Menurut J. Supranto data yang baik dalam suatu penelitian adalah data
yang dapat dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu, mencakup ruang yang
luas serta dapat memberikan gambaran yang jelas untuk menarik kesimpulan.10
Oleh karena itu, pada penelitian ini, peneliti berencana menggunakan beberapa
metode pengumpulan data sebagai berikut.
1. Observasi
2. Wawancara
9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif R&D (Cet. VIII; Bandung: Alfabeta, 2009), h.
137.
10
J. Supranto, Metode Riset, Aplikasinya Dalam Pemasaran (Jakarta: Lembaga Penerbit
FE-UI, 1998), h. 47.
11
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Cet. VIII; Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2007), h. 70.
12
M. Ikbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistik (Cet 1; Jakarta: Bumi Aksara 1999), h. 17.
13
Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 180.
45
a. Bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya
c. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan peneliti.15
3. Dokumentasi
E. Instrumen Penelitian
14
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2006), h. 186.
15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta, 2009), h. 138.
16
Husaini Usman dan Pornomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), h. 69.
46
Analisis data yang diperoleh dan digunakan dalam pembahasan ini bersifat
kualitatif. Data kualitatif adalah data yang bersifat abstrak atau tidak terukur seperti
ingin menjelaskan tingkat nilai kepercayaan terhadap rupiah menurun. Oleh karena
itu, dalam memperoleh data tersebut penulis menggunakan metode pengolahan data
yang sifatnya kualitatif shingga, dalam mengolah data penulis menggunakan teknik
analisa sebagai berikut: data dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan bahkan
merupakan bagian yang sangat menentukan dari beberapa langkah penelitian
sebelumnya. Menurut Hamidi sebaiknya pada saat menganalisis data peneliti juga
17
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.24.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif (Jakarta: IKAPI, 2009), h. 222.
19
Lecy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2006), h. 248.
20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Bulan
Bintang, 2003), Cet09, h. 11 .
47
harus kembali lagi kelapangan untuk memperoleh data yang dianggap perlu dan
mengolahnya kembali.21
1. Reduksi data
2. Penyajian data
21
Hamidi, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Penelitian (Cet. III; Malang: UNISMUH Malang, 2005), h. 15.
22
Imam Suprayogi dan Tabrani, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2003), h. 193.
23
Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 16.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif (Jakarta: IKAPI, 2009), h. 247.
48
3. Penarikan Kesimpulan
Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan apalagi dalam sebuah penelitian
ilmiah, diharuskan untuk menarik kesimpulan dari seluruh data yang telah
dikumpulkan, mulai dari data yang telah direduksi maupun yang belum dan tidak
menutup kemungkinan dari data yang telah dikumpulkan akan melahirkan saran-
saran dari peneliti kepada peneliti demi perbaikan-perbaikan itu sendiri.
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010),
h. 253
DAFTAR PUSTAKA
Alquranul Qarim
Arif, Armai. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press, 2002.
Asrinah, dkk. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
S. Saman. Doa Dan Dzikir Untuk Ibu Hamil, Padang: Ruangkita, 2013.
Hasan , M. Ikbal. Pokok-Pokok Materi Statistic, Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
Indriyani, Maudy E. Djami. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir, Jakarta: CV
Trans Info Media, 2013.
Ilmiah, Widia Shofa. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal, Yogyakarta: Nuha
Medika, 2015.
Janiwarty, Herri Zan Pieter, Pendidikan Psikologi Untuk Bidan- Suatu Teori dan
Perapannya, Yogyakarta: Rapha Publishing, 2013.
Narbuko, Abu Achmadi. Metodologi Penelitian, Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara,
2007.
Sadiah, Dewi. Metode Penelitian Dakwah, Cet. I; Bandung: Rosda Karya, 2015.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif R&D, Cet. VIII; Bandung: Alfabeta, 2009.
Sukardi, Dewa Ketut. Proses Bimbingan dan Penyuluhan, Cet. III; Jakarta: Bulan
Bintang, 1978.
Wahyuni, Endang. Agar Menjadi Cerdas dan Bahagia, Bandung: Pioneer Jaya,
2005.
Yusuf, Syamsul. Landasan Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
KOMPOSISI BAB
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka
E. Tujuan dan Kegunaan