Anda di halaman 1dari 55

METODE BIMBINGAN KONSELING DALAM PENGUATAN MENTAL

IBU HAMIL DI MASA PANDEMIC COVID-19 SEBELUM


PERSALINAN DI PUSKESMAS PATTALLASSANG,
KABUPATEN. TAKALAR

Proposal

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial Jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam

Pada Dakwah Dan Komunikasi

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

Khumaerah Nur Mar’ah B


NIM: 50200118006

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah ciptaan Allah Swt yang paling sempurna, indah dan paling
tinggi derajatnya dibandingkan makhluk Allah yang lain. Allah Swt telah
menetapkan kodrat pada masing-masing ciptaan-Nya, diantaranya ialah kodrat
perempuan untuk hamil dan melahirkan.
Kehamilan dan melahirkan merupakan kodrat alami bagi kaum
perempuan. Hampir semua perempuan akan mengalami dua masa ini, masa yang
cukup melelahkan, kecuali mereka yang memiliki penyakit tertentu.
Kehamilan merupakan periode dimana seseorang menyimpan embrio atau
fetus di dalam tubuhnya. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu, dimulai
waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah
medis untuk wanita hamil ialah gravida, dan manusia didalam rahimnya disebut
embrio (minggu-minggu awal), janin hingga kelahiran.1
Kehamilan ialah bertemunya sperma dan sel telur, yang kemudian
berkembang menjadi zigot, blastula dan embrio. Embiro kemudian menjadi janin
yang tinggal selama sembilan bulan dalam rahim ibunya.2
Allah Swt telah mengisyaratkan bahwa keturunan itu merupakan anugerah
dan nikmat terbesar dari Allah dan dianjurkan agar menunjukkan kegembiraan
dan ucapan selamat bagi orang yang mendapatkan karunia berupa amanah
keturunan. Sebagaimana dalam QS. Ash-Shaffat ayat 101 dan Ad-Dzariyat ayat
28.3

‫ش ْر َٰنَهُ ِبغُ َٰلَ ٍم َح ِل ٍيم‬


َّ َ‫فَب‬

1
Bethsaida Janiwarty & Herri Zan Pieter, Pendidikan Psikologi Untuk Bidan-Suatu Teori
dan Terapannya (Yogyakarta: Rapha Publishing, 2013), h. 224.
2
Misnawi Mukani Syuaib, Hypnobirthing Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dan Tinjauannya
Dalam Islam (Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 65.
3
Misnawi Mukani Syuaib, Hypnobirthing Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dan Tinjauannya
Dalam Islam, h. 1.

1
2

Terjemahnya:

Maka kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak
yang sangat sabar.4

‫ش ُروهُ بِغُ ََل ٍم َع ِل ٍيم‬


َّ ‫َف ۖ َو َب‬ َ ‫فَأ َ ْو َج‬
ْ ‫س ِم ْن ُه ْم ِخيفَةً ۖ قَالُوا ََل تَخ‬
Terjemahnya:

Maka dia (Ibrahim) merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata “Janganlah
kamu takut,” dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan
(kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).5

Kehamilan ini adalah suatu proses yang normal akan tetapi kebanyakan
wanita akan mengalami perubahan baik dari segi fisik maupun psikis selama masa
kehamilan. Ibu yang sedang hamil, dituntut tidak hanya harus siap secara fisik tetapi
juga harus siap secara mental. Umumnya, seorang ibu yang mengalami kehamilan
tentu akan merasa bahagia dan senang, ingin mengetahui perkembangan janinnya
tetapi secara bersamaan pula, terkadang ia akan merasakan dan mengalami berbagai
macam kekhawatiran yang memengaruhi kondisi mental atau psikisnya.

Kondisi mental tak dapat kita abaikan, kesehatan mental dalam kehidupan
manusia merupakan masalah yang amat penting karena menyangkut soal kualitas
dan kebahagiaan manusia. Untuk mencapai suatu ketenangan hidup, maka
diperlukan mental yang sehat.

Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau
“mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa.6

Kesehatan mental merupakan kondisi kejiwaan manusia yang harmonis.


Seseorang yang memiliki jiwa yang sehat apabila perasaan, pikiran, maupun
fisiknya juga sehat. Jiwa (mental) yang sehat keselarasan kondisi fisik dan psikis

4
Kementrian Agama, Alquran dan terjemahannya (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an,2017), h.449.
5
Kementrian Agama, Alquran dan terjemahannya, h. 521
6
Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h.9.
3

seseorang akan terjaga.7 Jadi, tidak hanya kesehatan fisik yang kita jaga, tetapi
psikis tentunya tidak kalah penting. Hal ini ibarat mata uang, keduanya sama-sama
penting. Terlebih ketika sedang hamil dan saat ini berada pada masa pandemic
Covid-19, kegiatan banyak dilakukan dirumah sehingga terkadang menimbulkan
rasa bosan dan stress, hal inilah dimana kondisi psikis sangat rentan terganggu
karena kecemasan akan semakin meningkat dan juga kondisi ibu hamil yang
mengalami beberapa perubahan.

Berdasarkan hasil penelitian di Kanada menyebutkan dari 129 ibu hamil


yang dikarantina terdapat 31% responden mengalami stress pasca karantina dan
muncul gejala depresi. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan di Wuhan China
ditemukan 53% ibu hamil mengalami gangguan psikologis dengan 17% dan 29%
mengalami depresi berat dan gejala kecemasan (S. Zhao et al., 2020). Dari hasil
penelitian ini, terbukti bahwa ibu hamil memanglah sangat rentan mengalami stress
terlebih dimasa pandemic Covid-19.

Suasana atau kondisi psikis ibu selama masa mengandung sangat


berpengaruh terhadap perkembangan fisik maupun psikis janin yang ada dalam
kandungannya. Wanita hamil yang sering mengalami stress atau menderita tekanan
batin akan terganggu keseimbangan hormonalnya. Biasanya terjadi pengeluaran
hormone adrenalin pada wanita hamil yang menderita stres. Yang demikian ini
berpengaruh buruk terhadap kesejahtraan psikis janin.8

Perempuan hamil memerlukan ketenangan hati. Keluarga dan orang


terdekat harus senantiasa memberikan dukungan moril dan menghibur hati Ibu
hamil terutama pada saat akan menghadapi persalinan. Pasien pra melahirkan
biasanya mengalami rasa khawatir dan ketakutan, apabila tidak bisa jadi ibu yang
baik, juga ketakutan menghadapi proses persalinan yang belum pernah dialami,
juga minimnya pengetahuan tentang proses melahirkan baik di rumah maupun di
rumah sakit, khawatir anaknya lahir secara tidak normal, anak cacat dan berbagai

7
Sattu Alang, Kesehatan Mental (Makassar: Alauddin University Press, 2020), h. 3.
8
Endang Wahyuni, Agar Menjadi Cerdas dan Bahagia (Bandung: Pioner Jaya, 2005), h.
13.
4

kekhawatiran lainnya yang menyebabkan stress pada calon ibu yang berdampak
pada proses kelahiran secara alami maupun dengan operasi Caesar.9

Setiap orang bisa memahami bahwa lancar atau tidaknya proses kelahiran
itu banyak tergantung pada kondisi biologis, khususnya kondisi ibu hamil yang
bersangkutan. Namun, dapat dimengerti bahwa hampir tidak ada tingkah laku
manusia (terutama yang disadari) dan proses biologisnya yang tidak dipengaruhi
oleh proses psikis. Maka dapat dimengerti bahwa membesarnya janin dalam
kandungan itu mengakibatkan calon ibu yang bersangkutan mudah kelelahan, tidak
enak badan, tidak bisa tidur enak, sering mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan
macam-macam beban jasmani lain-lainnya di waktu kehamilan.10

Manusia adalah makhluk yang terdiri dari tiga unsur utama yaitu tubuh
(body), pikiran (mind) dan jiwa/roh (spirit). Jadi diperlukan keseimbangan dari
ketiga unsur tersebut. Tak hanya secara fisik tetapi kondisi psikis juga sangat perlu.
Sekitar 80-90 persen penyakit yang diderita seseorang berasal dari kondisi pikiran.
Banyak penelitian telah membuktikan keterkaitan antara reaksi fisik, mental dan
emosi seseorang terhadap lingkungan yang berujung pada munculnya suatu
penyakit.11

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Read, bahwa ketakutan dan


ketidaksiapan seorang ibu merupakan factor utama yang menyebabkan rasa nyeri
dalam persalinan yang seyogianya normal tanpa rasa nyeri yang berarti. Ketakutan
mempunyai pengaruh yang tidak baik pula terhadap his dan kelancaran
pembukaan.12

Dalam sehari, ada 1600 perempuan meninggal sebagai akibat dari


komplikasi kehamilan yang dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan, dan/atau
masa nifas. Di Indonesia, angka kematian ibu (AKI) masih sekitar 334 per 100.000

9
Saman A, Doa dan Dzikir Untuk Ibu Hamil (Padang: Ruangkita, 2013), h.34.
10
Kartini Kartono, Psikologi Wanita (Bandung: Bandarmaju, 1992), h. 193.
11
Misnawi Mukani Syuaib, Hypnobirthing Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dan Tinjauannya
Dalam Islam (Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 64.
12
Lailiyana, Ani Laila, Isrowiyatun Daiyah & Ari Susanti, Buku Asuhan Kebidanan
Persalinan (Jakarta: EGC, 2011), h. 25.
5

kelahiran hidup dengan jumlah penduduk 210 juta jiwa, setiap tahun ada 6 juta
kehamilan dan diperkirakan 20. 000 di antaranya akan berakhir dengan kematian
ibu. Dalam sehari, diperkirakan ada 60 ibu yang meninggal dunia akibat
kehamilan.13

Dengan melihat data yang ada bahwa masih tingginya angka kematian ibu
(AKI), maka diperlukan suatu bimbingan konseling untuk mempersiapkan serta
menguatkan mental ibu hamil sebelum persalinan sebagai upaya agar ia mampu
mengatasi perasaan takut, tegang, cemas serta dapat memotivasi pasien pra
persalinan. Karena, pada kondisi seperti ini, pasien tidak hanya membutuhkan
bantuan secara fisik saja namun juga bantuan secara psikis seperti bimbingan
konseling yang dapat menenangkan hati dan perasaannya.

Dengan adanya bimbingan konseling yang diberikan bidan (konselor) ini


dapat membantu pasien dalam menguatkan mentalnya agar tidak cemas dan stress
sebelum menjalani proses persalinan kelahiran anaknya. Proses bimbingan
konseling merupakan salah satu upaya untuk membantu mengatasi konflik,
hambatan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan seseorang, sekaligus sebagai
upaya peningkatan kesehatan mental.

Konseling merupakan salah satu bentuk upaya bantuan secara khusus


dirancang untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi seseorang.14

Bimbingan konseling ialah usaha pemberian bantuan kepada seseorang


yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut
kehidupannya dimasa kini dan dimasa yang akan datang.15

Untuk itu, dengan adanya kegiatan bimbingan konseling, konselor (bidan)


tentunya diharapkan dapat membimbing pasien untuk menguatkan mentalnya
dalam menghadapi persalinan dan membuat pasien merasa tenang jiwanya agar

13
Rita Yulifah & Tri Johan Yuswanto, Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan
(Jakarta: Salemba Medika, 2012), h. 118-119.
14
Latipun, Psikologi Konseling Edisi Ketiga (Malang: UPT Penerbitan, 2010), h.2.
15
Erifin M. ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta:
Golden Terayon, 1982) h. 2.
6

tidak merasa cemas yang berlebihan sehingga berdampak buruk kemudian


mempengaruhi janin dan proses persalinannya.

Mengenai hal ini, UPT Dinas Kesehatan Pattallassang Kabupaten Takalar


merupakan salah satu puskesmas yang menyediakan layanan bimbingan konseling
untuk ibu hamil yang membutuhkan bimbingan, sehingga menjadi pusat perhatian
dan tanggung jawab seorang konselor (bidan), bidan yang sekaligus bertindak
sebagai konselor dalam memberikan usaha bimbingan konseling dalam penguatan
mental ibu hamil sebagai upaya mencegah terjadinya ketakutan dan kecemasan
yang berlebihan yang akan mengakibatkan terjadinya permasalahan pada proses
persalinan yang tentunya akan berdampak pada kondisi ibu dan anak. Karena, pada
tahap menjelang persalinan inilah kecemasan pada ibu hamil akan semakin
meningkat terlebih seperti situasi pada saat ini, dimana kita masih dalam kondisi
pandemic Covid-19.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul “Metode Bimbingan Konseling dalam
Penguatan Mental Ibu Hamil di Masa Pandemi Covid-19 Sebelum Persalinan di
Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar”.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus


1. Fokus Penelitian

Penelitian ini berjudul “Metode Bimbingan Konseling dalam Penguatan


Mental Ibu Hamil di Masa Pandemi Covid-19 Sebelum Persalinan di Puskesmas
Pattallassang Kabupaten Takalar”. Oleh karena penelitian ini adalah penelitian
lapangan dan dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif, maka penelitian akan
difokuskan pada “Bagaimana Metode Bimbingan Konseling Dalam Penguatan
Mental Ibu Hamil”.

2. Deskripsi Fokus

Berdasarkan pada focus penelitian diatas, dapat dideskripsikan bahwa


metode konseling meliputi cara-cara bimbingan dan konseling dalam
mempersiapkan mental ibu hamil di masa pandemic Covid-19 yang akan menjalani
7

persalinan, sebagai upaya menenangkan hati atau jiwa pasien agar tidak merasakan
stress serta kecemasan secara berlebihan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok masalah dalam penelitian


ini adalah Bagaimana Metode Bimbingan Konseling Dalam Penguatan Mental Ibu
Hamil di Masa Pandemi Covid-19 Sebelum Persalinan Di Puskesmas Pattallassang
Kabupaten Takalar, selanjutnya dirumuskan sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tahap-tahap pelaksanaan Bimbingan Konseling Dalam


Penguatan Mental Ibu Hamil di Masa Pandemi Covid-19 Sebelum
Persalinan di Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar?
2. Bagaimana efektivitas Bimbingan Konseling Dalam Penguatan Mental Ibu
Hamil di Masa Pandemi Covid-19 Sebelum Persalinan di Puskesmas
Pattallassang Kabupaten Takalar?
3. Apa factor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Bimbingan
Konseling Dalam Penguatan Mental Ibu Hamil di Masa Pandemi Covid-
19 Sebelum Persalinan di Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar?
D. Kajian Pustaka/ Penelitian Terdahulu
1. Hubungan dengan Buku-buku
a. Buku “Hypnobirthing Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dan Tinjauannya dalam
Islam” yang ditulis oleh dr. Miskani Mukani Syuaib, S.Ked yang menjelaskan
tentang bagaimana menjalani persalinan dengan baik sesuai dengan cara
Islami, mencegah terjadinya rasa cemas saat hamil dan bersalin, menjelaskan
pula tentang konsep hipnobirthing serta berbagai metodenya dalam proses
persalinan tanpa rasa sakit. Dalam buku ini, semuanya dijabarkan dengan
metodologi materi secara medis yang dikolaborasi dengan pandangan secara
islami berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist.16
b. Buku “Komunikasi & Konseling dalam Asuhan Kebidanan” yang diterbitkan
pertama kali oleh Penerbit Buku Kedokteran EGC dan dituliskan oleh

16
Misnawi Mukani Syuaib, Hypnobirthing Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dan Tinjauannya
Dalam Islam (Makassar: Alauddin University Press, 2013).
8

Rochmah K.M., S. Pd., SKM menjelaskan tentang panduan komunikasi dan


konseling yang diharapkan mahasiswa nantinya dapat membentuk
kepercayaan diri dalam memberikan asuhan kebidanan.17
c. Buku “Kesehatan Mental” yang dituliskan oleh Prof. Dr. H. M. Sattu Alang
yang membahas tentang ruang lingkup kesehatan mental yang diawali dari
pandangan para pakar kesehatan mental baik dari pandangan dari kalangan
pakar muslim maupun barat. Buku ini juga mengemukakan mengenai macam-
macam gangguan jiwa dan penyakit jiwa serta bagaimana menangani setiap
kasus kejiwaan tersebut lewat terapi agama dan pendekatan medis.18
2. Hubungan dengan Penelitian Sebelumnya
a. Riska Ruhdini dengan judul “Pengaruh Bimbingan Rohani Islam Terhadap
Tingkat Penurunan Kecemasan Ibu Hamil Anak Pertama Di Rumah Sakit
Umum Daerah Batu Beru, Takengon Kabupaten Aceh Tengah”, Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan rohani Islam terhadap
penurunan tingkat kecemasan ibu-ibu hamil anak pertama di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Takengon Aceh Tengah dan mengetahui efektifitas
sebelum dan sesudah pemberian bimbingan rohani islam terhadap penurunan
tingkat kecemasan ibu hamil anak pertama di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Takengon Aceh Tengah. Penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang
menekankan analisisnya pada data-data numerik (angka) yang diolah dengan
metode statistika. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, terdapat
pengaruh yang signifikan bimbingan rohani Islam terhadap penurunan tingkat
kecemasan ibu-ibu hamil anak pertama di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Takengon Aceh Tengah, dimana hasil t-hitung 7,536 melebihi harga t-tabel 5%
yakni 1,76. Pengaruh tersebut didapatkan dari perkembangan penurunan
tingkat kecemasan sebelum diberikan bimbingan rohani Islam dengan skor
rata-rata 50,33 dan dikategorikan kurang meningkat sesudah diberikan
bimbingan rohani Islam dengan skor rata-rata 65,53 dan dikategorikan baik.

17
Rochmah, Komunikasi dan Konseling dalam Asuhan Kebidanan (Jakarta: EGC, 2010).
18
Sattu Alang, Kesehatan Mental (Makassar: Alauddin University Press, 2020).
9

Kedua, Penurunan tingkat kecemasan ibu hamil anak pertama di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Takengon Aceh Tengah sebelum diberikan bimbingan
rohani Islam berada pada kategori kurang. Hasil penurunan tingkat kecemasan
ibu-ibu hamil anak pertama sebelum diberikan bimbingan rohani Islam
didapatkan bahwa sebanyak 8 anak (53,3%) memiliki penurunan tingkat
kecemasan yang kurang, 6 anak (40%) memiliki penurunan tingkat kecemasan
yang cukup dan 1 anak (6,7%) memiliki penurunan tingkat kecemasan yang
baik.19
b. Rahma Eriani dengan judul “Peran Bimbingan Konseling dalam Mengurangi
Kecemasan Bagi Ibu Hamil Menghadapi Persalinan di RSUD Dr. H. Bob
Bazar, SKM Kalianda”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran
bimbingan konseling dan fungsi bimbingan konseling islam dalam mengurangi
kecemasan bagi ibu hamil menghadapi persalinan di RSUD Dr. H. Bob Bazar,
SKM Kalianda. Metode penelitian yang digunakan ialah bersifat deskriptif
kualitatif. Dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bimbingan konseling
di RSUD Dr. H. Bob Bazar SKM memiliki peran yang sangat penting untuk
memotivasi, memberikan nasehat serta dukungan pada ibu hamil dalam
menghadapi persalinan. Bimbingan konseling memiliki peran preventif atau
pencegahan yaitu timbulnya permasalahan pada pasien, pengobatan serta
membantu pasien memecahkan masalah yang tengah dihadapinya.20
c. Nurul Rahmitha dengan judul “Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil
Primigravida Trimester Ketiga Di Puskesmas Kecamatan Tamalanrea
Makassar”, penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada
ibu hamil primigravida trimester ketiga di Puskesmas Kecamatan Tamalanrea
Makassar. Jenis penelitian ini menggunakan desain observasional deskriptif
menggunakan data primer yang diambil melalui wawancara terhadap sampel.

19
Riska Ruhdini “Pengaruh Bimbingan Rohani Islam Terhadap Tingkat Penurunan
Kecemasan Ibu Hamil Anak Pertama Di Rumah Sakit Umum Daerah Datu Beru, Takengon
Kabupaten Aceh Tengah” Skripsi (Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatra Utara Medan,
2019).
20
Rahma Eriani “Peran Bimbingan Konseling Dalam Mengurangi Kecemasan Bagi Ibu
Hamil Menghadapi Persalinan di RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM Kalianda” Skripsi (Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Lampung, 2019).
10

Dan hasil penelitiannya adalah tingkat kecemasan lebih banyak cemas sedang
dan ringan. Usia muda lebih tinggi tingkat kecemasannya disbanding usia
cukup. Tingkat pendidikan yang rendah kecemasannya lebih berat dibandingka
pedidikantinggi. Responden yang tidak bekerja lebih berat tingkat
kecemasannya. Status ekonomi yang rendah dan yang tinggal bersama suami
lebih ringan tingkat kecemasannya.21

Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan diatas,


maka penelitian yang akan dilaksanakan berbeda dari sebelumnya, serta tidak ada
satupun yang menyinggung tentang metode bimbingan konseling dalam penguatan
mental ibu hamil di masa pandemi Covid-19 sebelum persalinan di Puskesmas
Pattallassang Kabupaten Takalar.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui tahap-tahap pelaksanaan Bimbingan Konseling Dalam
Penguatan Mental Ibu Hamil di Masa Pandemi Covid-19 Sebelum Persalinan
di Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar.
b. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas Bimbingan Konseling Dalam
Penguatan Mental Ibu Hamil di Masa Pandemi Covid-19 Sebelum Persalinan
di Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar.
c. Untuk mengetahui factor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
Bimbingan Konseling Dalam Penguatan Mental Ibu Hamil di Masa Pandemi
Covid-19 Sebelum Persalinan di Puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian ini terbagi dua
yaitu:

21
Nurul Rahmitha “Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester Ketiga Di
Puskesmas Kecamatan Tamalanrea Makassar” Skripsi (Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin, 2017)
11

a. Kegunaan Teoritis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
bidang keilmuan, terutama tentang peran bimbingan konseling dalam
dalam penguatan mental ibu hamil di masa pandemic covid-19 sebelum
persalinan yang dapat diterapkan di tempat lain.
2) Menambah pengalaman dan pengetahuan penulis tentang bagaimana
metode bimbingan konseling dalam penguatan mental ibu hamil di masa
pandemic covid-19 sebelum persalinan.
b. Kegunaan Praktis
1) Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi konselor itu sendiri
serta pemerintah setempat terutama memberikan rujukan bagaimana
memberikan metode bimbingan konseling yang baik dan efektif dalam
penguatan mental ibu hamil di masa pandemic covid-19 sebelum
persalinan.
2) Diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai wacana baru yang dapat
memberikan inspirasi dan dapat membantu memberikan solusi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Metode Bimbingan Konseling
1. Pengertian Metode

Metode berasal dari kata Yunani meta dan hodos. Methodos artinya jalan
sampai. Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.1

Dalam kamus bahasa Indonesia Kontemporer metode diartikan sebagai


cara yang teratur dan ilmiah dalam mencapai maksud untuk memperoleh ilmu, dan
sebagainya. Atau bisa diartikan juga dengan cara sistematis untuk mempermudah
suatu kegiatan dalam mencapai maksudnya.2

Terdapat pula beberapa pengertian mengenai metode menurut para ahli:

a. Menurut Hasanuddin, metode berasal dari bahasa jerman methodica, artinya


ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata
methodos, artinya jalan, yang dalam bahasa arab disebut thariq. Metode berarti
cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu
maksud.3
b. Menurut Mahmud Yunus, metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh
seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan
perusahaan atau peniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan
lainnya, maksudnya metode mangandung arti adanya urutan kerja yang
terencana dan sistematis guna mencapai tujuan yang direncanakan.4

1
Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah (Cet. I; Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2015), h.1.
2
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodelogi Penelitian (Cet. VIII; Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2007), h. 1.
3
Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), h.6.
4
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press,
2002), h. 16.

12
13

c. Wina Sanjaya menjelaskan pengertian metode adalah cara yang digunakan


untuk melaksanakan strategi.5
d. Muhammad Azhar dalam bukunya menjelaskan bahwa metode adalah cara
yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.6

Dari beberapa defenisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode


merupakan suatu cara atau jalan atau langkah-langkah yang ditempuh guna
mencapai suatu tujuan yang telah diatur secara sistematis.

2. Pengertian Bimbingan Konseling

Istilah bimbingan dan konseling, sebagaimana digunakan dalan literature


professional di Indonesia, merupakan terjemahan dari Guidance and Counseling
dalam bahasa inggris. Dalam kamus bahasa inggris guidance dikaitkan dengan
guide yang diartikan menunjukkan jalan (showing a way), memimpin (leading),
menuntun (conducting), memberi petunjuk (giving instructions), mengatur
(regulation), mengarahkan (governing), dan memberikan nasihat (giving advice).7
Adapun dalam bahasa ini istilah guidance digunakan untuk pengertian bimbingan.

Dari kamus yang sama counseling dikaitkan dengan kata counsel, yang
diartikan sebagai nasihat (to abtain counsel); anjuran (to give counsel) pembicaraan
(to take counsel), dengan demikian counseling diartikan sebagai pemberian nasihat,
pemberian anjuran dan pemberian pembicaraan dengan bertukar pikiran.8

Pengertian yang hampir sama juga dikemukakan oleh M. Arifin yang


menjelaskan bahwa secara etimologi kata “guidance” berasal dari kata kerja “to
guidance” yang berarti menunjukkan atau menuntun orang lain kearah yang benar,
jadi kata-kata guidance pemberian petunjuk kepada orang lain yang membutuhkan,
sedangkan kata “counseling” berasal dari kata “to counsel” yang diartikan

5
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana
Premada, 2009), h. 187.
6
Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA (Surabaya: Usaha Nasional,
2003), h. 95.
7
W.S Winkel, Bimbingan dan Penyuluhan di Institut Pendidikan, (Cet. III; Yogyakarta:
Media Abadi Gramedia Widiarsa, 2004). h. 27.
8
W.S Winkel, Bimbingan dan Penyuluhan di Institut Pendidikan, h. 70.
14

pemberian nasihat, memberikan ajaran kepada orang lain secara face to face
(bertatap muka).9

Untuk menyamakan berbagai persepsi yang dikemukakan di atas


mengenai pengertian bimbingan, maka adapun pengertian bimbingan menurut
istilah diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menurut Donsmor dan Miller


Bimbingan membantu individu untuk memahami dan menggunakan secara
luas kesempatan-kesempatan pendidikan, jabatan dan pribadi yang mereka
miliki dan dapat mereka kembangkan dan sebagai satu bentuk bantuan yang
sistematik melalui peserta didik dibantu untuk dapat memperoleh penyesuaian
yang baik terhadap sekolah dan terhadap kehidupan.10
b. Menurut Rachman Natawidjaja
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang diberikan
secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan bertindak wajar, sesuai dengan
tuntutan dan keadaan keluarga dan masyarakat, dengan demikian ia dapat
memberikan sumbangan yang berarti.11
c. Menurut Muhammad Surya
Bimbingan adalah pemberian bantuan yang terus-menerus secara sistematis
dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam
pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam
mencapai tingkatan perkembangan optimal dengan lingkungan.12

9
M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1991),
h. 18.
10
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Proyek Pembinaan
dan Peningkatan Mutu Tenaga Pendidikan direktoral Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1994), h. 32.
11
WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: Gramedia Widia
Sarana, 1991), h. 58.
12
Moh. Surya, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Cet. I; Yogyakarta: Andi Offset,
1998), h. 12
15

d. Menurut Crow and Crow


Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun
wanita yang memiliki pribadi yang baik dan berpendidikan yang memadai
kepada seorang individu dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-
kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri,
membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.13
e. Menurut Shertzer dan Stone
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu
memahami diri dan lingkungannya.14
f. Menurut Prayitno
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang
yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu baik anak-anak,
remaja, atau dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-
norma yang berlaku.15

Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka


dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang
diberikan oleh seseorang yang mempunyai keahlian (konselor/guru pembimbing)
kepada seorang atau sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara
bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan hidup dan
kemanfaatan social.

Selanjutnya ialah defenisi dari konseling. Secara etimologi istilah


konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu “conseliun” yang berarti “dengan” atau
“bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Adapun dalam

13
Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 4.
14
Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 6.
15
Prayitno, Konseling Pancawaskita, (Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas
Pendidikan IKIP Padang 1998), h. 95
16

bahasa “Anglo Saxon”, istilah konseling berasal dari “Sellan” yang berarti
“menyerahkan” atau “menyampaikan”.16

Secara terminology, menuru para ahli berbeda pendapat dalam


mendefenisikan arti konseling, di antaranya:

a. Menurut Cottle dan Downie


Konseling sebagai proses di mana seorang konselor membantu klien
memahami dan menerima maklumat mengenai dirinya dan interaksi dengan
orang lain supaya dia dapat membuat keputusan yang efektif mengenai pilihan-
pilihan hidupnya.17
b. Menurut Mortensen
Konseling sebagai suatu Proses antarpribadi, di mana satu orang dibantu oleh
satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan
menemukan masalahnya.18
c. Menurut Sri Mulyani Martaniah
Konseling adalah suatu proses yang menghasilkan suatu perubahan dalam
kurun waktu tertentu, dalam usaha mencapai suatu tujuan.19
d. Menurut American School Counselor Association
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan
sikap penerimaan dan pemberian kesempatan konselor kepada klien, konselor
mempergunakan pengetahuan dan keterampilan untuk membantu klien
mengatasi masalah.20
e. Menurut Mulyadi
Konseling adalah pertemuan empat mata antara konselor (orang yang ahli)
dengan klien (orang yang menerima bantuan) melalui wawancara professional

16
Prayitno, Konseling Pancawaskita, h. 98-99.
17
Awiskarni dan Abd Rahman. Kepribadian Rasulullah SAW Sebagai Konselor Teladan
(Jakarta: Yayasan Nuansa Madani, 2000), h. 13.
18
Mohammad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy, 2013), h. 1.
19
Suadirman, Psikologi Konseling, (Yogyakarta: Studing), h. 87.
20
Syamsul Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2005), h. 8.
17

dalam rangka upaya membantu klien dalam mengatasi permasalahan yang


dihadapinya.21

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, proses konseling


adalah pertemuan yang dilakukan secara tatap muka atau suatu hubungan antara
seorang konselor yang memiliki keterampilan di bidangnya dengan seorang klien
yang memiliki masalah untuk menemukan sebuah solusi untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Dalam hal ini, keduanya saling berkomunikasi secara
professional berkenaan dengan masalah pribadi klien.

Pernyataan ini selaras dengan pendapat Hallen yang menyatakan bahwa


proses konseling adalah suatu proses mencakup suatu interaksi dan komunikasi
secara profesi antara seorang konselor dan klien berkenaan dengan permasalahan
pribadi dengan maksud untuk menolong klien dalam mengubah tingkah lakunya,
sehingga klien dapat menemukan kepuasan dalam pemecahan masalah dan
kebutuhannya.22 Dengan demikian, konseling merupakan jantung hatinya
bimbingan.

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan


dan konseling merupakan pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang konselor
kepada individu (klien) yang mengalami masalah baik pribadi, social, belajar, karier
dengan harapan klien mampu membuat pilihan dalam menjalani hidupnya.

21
Mulyadi, Materi Ujian Komprehensif Bagi Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang, 2013), h. 13.
22
Hallen, Bimbingan dan Konseling (Padang: IAIN Press, 2001), h. 15.
18

3. Metode-Metode Bimbingan Konseling


a. Metode wawancara

Salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan


bahan penataan bagaimana seharusnya kejiwaan remaja bimbingan pada saat
terentu memerlukan bantuan.23 Dalam pelaksanaan wawancara ini diperlukan
adanya saling memercayai antara konselor dan klien.24

b. Metode Kelompok

Menggunakan kelompok, pembimbing/penyuluh akan dapat


mengembangkan sikap social, sikap memahami peranan dan bimbingan dalam
lingkungannya menurut penglihatan orang lain dalam kelompok itu sendiri.

c. Metode Sosiometri

Teknik yang digunakan dalam bidang penyuluh bertujuan untu meneliti


saling adanya hubungan antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain
sosiometri dipergunakan untuk mengumpulkan data dari satu kelompok yang ada
dengan berbagai kepribadian yang mereka miliki dapat memudahkan pelayanan
bimbingan dan penyuluhan yang diberikan kepadanya.25

d. Metode Diskusi

Diskusi adalah salah satu bentuk pelayanan bimbingan dengan cara


mengadakan komunikasi secara demokratis untuk mendapatkan suatu nilai yang
mungkin belum pernah ditemukan sepanjang hidupnya. Dalam metode ini sangat
bermanfaat serta dapat memuaskan pandangan dan pemikiran.

23
Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama (Cet. III; Jakarta:
Bulan Bintang. 1978), h. 44 .
24
Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama, h. 54.
25
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta,
1995), h. 110.
19

e. Metode Pencerahan (eductive)

Metode ini adalah pemberian insight dan klarifikasi (pencerahan) terhadap


unsur-unsur kejiwaan yang menjadi sumber konflik seseorang. Jadi disini juga
Nampak bahwa sikap konselor ialah memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada klien untuk mengekspresikan (melahirkan) segala gangguan kejiwaan yang
disadari menjadi problema baginya.

Metode ini diperkenalkan oleh Seward Hiltner dalam buku “Pastoral


Counseling”. Hiltner menggambarkan bahwa konseling agama itu sebagai suatu
“turning the corner” yakni counseling agama perlu membelokkan sudut pandang
klien yang dirasakan sebagai problem hidupnya kepada sumber kekuatan konflik
batin, kemudia mencerahkan konflik tersebut serta memberikan pengertian atau
memahami sudut pandang baru serta posisi baru di mana ia berada dan sebagainya.

Firman Allah dalam QS. Ali- Imran/3:159

۟ ‫ب َلَنفَض‬
‫ُّوا ِم ْن‬ ِ ‫ظ ْٱلقَ ْل‬ ًّ َ‫نت ف‬
َ ‫ظا َغ ِلي‬ َ ‫نت لَ ُه ْم ۖ َولَ ْو ُك‬ َ ‫فَ ِب َما َر ْح َم ٍة ِمنَ ٱللَّ ِه ِل‬
َ ‫ْف َع ْن ُه ْم َوٱ ْست َ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْر ُه ْم فِى ْٱْل َ ْم ِر ۖ فَإِذَا َعزَ ْم‬
‫ت‬ ُ ‫َح ْو ِل َك ۖ فَٱع‬
َ‫فَت َ َو َّك ْل َعلَى ٱللَّ ِه ۚ ِإ َّن ٱللَّهَ يُ ِحبُّ ْٱل ُمت َ َو ِك ِلين‬
Terjemahnya:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya.26

26
Kementrian Agama, Alquran dan terjemahannya (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an,2017), h.71
20

Ayat diatas menjelaskan tentang permusyawaratan. Dimana ada beberapa


hal yang mesti dilakukan ketika bermusyawarah, yaitu:

a. Bersikap lemah lembut.


Orang yang melakukan musyawarah harus menghindari berkata kasar dan
tekanan yang tinggi serta keras kepala. Jika tidak, maka orang-orang yang
berada dalam lingkaran musyawarah akan kehilangan respek dan bisajadi
menghindar.
b. Memberi maaf dan bersedia membuka diri.
Kecerahan berpikir hanya akan didapatkan jika kita memaafkan seseorang
hingga hati tak menjadi keras karena dengki dan dendam.
c. Memohon ampunan Allah sebagai pengiring dalam tekad, kemudian
bertawakkal kepada-Nya atas keputusan yang dicapai.

Diharapkan dari musyawarah adalah mufakat untuk mencapai kebenaran,


meski terkadang terjadi perselisihan pendapat atau perbedaan ketika sedang
bermusyawarah.

4. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling

Bimbingan Konseling dilakukan dengan tujuan membantu peserta didik


dalam memahami diri sendiri, baik sebagai makhluk Allah maupun sebagai
makhluk social.27

Anwar Sutoyo mengemukakan, bahwa tujuan yang ingin dicapai melalui


bimbingan dan konseling Islami adalah agar fitri yang dikaruniakan Allah SWT
kepada individu bisa berkembang dan berfungsi dengan baik, sehingga menjadi
pribadi yang kaffah, dan secara bertahap mampu mengaktualisasikan apa yang
diimaninya itu dalam kehidupan sehari-hari, yang tampil dalam bentuk kepatuhan
terhadap hokum-hukum Allah dalam melaksanakan tugas kekhalifahan dibumi, dan
menjauhi segala larangan-Nya.28

27
Syamsul Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 17.
28
Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h.
207.
21

Dengan adanya bantuan ini seseorang lebih mampu mengatasi


permasalahan yang dihadapinya. Usaha dan aktivitas dari bimbingan dan konseling
mempunyai arah untuk mencapai suatu nilai tertentu dan cita-citanya yang hendak
dicapai yang menjadi tujuannya.

Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling
Islam itu dapat dirumuskan sebagai membantu individu mewujudkan dirinya
sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Sedangkan secara khusus, tujuan bimbingan dan konseling Islam yaitu:

a. Membantu agar individu tidak menghadapi masalah


b. Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapinya
c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang
baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan terjadi sumber masalah bagi
dirinya dan orang lain.29

Ada dua fungsi dalam tujuan konseling pada kebidanan, yaitu:

a. Fungsi kuratif

Bertujuan membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien dalam


proses perkembangannya atau membantu mengatasi masalah klien.

b. Fungsi preventif

Fungsi preventif tidak hanya mengatasi masalah yang terjadi, tetapi juga
menjaga agar masalah tidak bertambah serta muncul masalah baru yang dapat
mengganggu diri klien dan orang lain. Fungsi preventif dilakukan dengan
membelajarkan klien agar terhindar dari masalah yang semakin kompleks,
mendalam dan rumit dengan cara memberikan keterampilan dan teknik dalam
menyelesaikan masalanya.

29
Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami, h. 211.
22

Sedangkan secara garis besar tujuan konseling dalam praktik kebidanan


adalah mengubah pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (attack)
klien.30

5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Prinsip berasal dari prinsipia bahasa Latin, yang artinya (sebagai


permulaan yang dengan cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya
tergantung dari pemula itu). Jadi, jika kita berbicara tentang prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling, maka kita akan berbicara tentang pokok-pokok dasar
pemikiran yang dijadikan pedoman dalam program pelaksanaan atau aturan main
yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling.
Dengan kata lain, prinsip-prinsip bimbingan dan konseling itu adalah seperangkat
landasan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program
pelayanaan bimbingan dan konseling di sekolah/ madrasah.31

Prayitno dan Erman Amti mengemukakan, bahwa prinsip-prinsip


bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan,
masalah klien dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan
penyelenggaraan pelayanan untuk lebih jelasnya diuraikan di bawah ini:

a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan


1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang
umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status social ekonomi.
2) Bimbingan dan konseling barurusan dengan pribadi dan tingkah laku
individu yang unik dan dinamis.
3) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan
berbagai aspek perkembangan individu.
4) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan
individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya

30
Rita Yulifah dan Tri Johan Agus Yuswanto, Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan
(Jakarta, Salemba Medika, 2009), h. 113-114.
31
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Padang: IAIN IB Press, 2001), h. 87.
23

b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan masalah individual atau klien.


1) Bimbingan dan konseling berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya
baik itu di rumah, di sekolah, dan lain-lain.
2) Kesenjangan social, ekonomi, dan kebudayaan merupakan factor
timbulnya masalah pada individu sehingga menjadi perhatian utama dalam
pelayanan bimbingan dan konseling.
c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan.
1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya
pendidikan dan pengembangan individu.
2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel.
3) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari
jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi.
4) Pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian yang
teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh.
d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
1) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu
yang akhirnya mampu membimbing dirinya sendiri dalam menghadapi
masalah.
2) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil atas
kemauan individu itu sendiri bukan ats kemauan pihak lain.
3) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga yang ahli dalam bidang
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
4) Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru, dan orangtua anak.
5) Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh
melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian
terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program
bimbingan dan konseling itu sendiri.32

32
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), h. 52.
24

Jadi, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling


adalah landasan atau aturan main yang dijadikan pedoman dalam proses
pelaksanaan bimbingan konseling, dimana ada beberapa prinsip diantaranya
prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan, masalah individual atau
klien dan tujuan pelaksanaan.

B. Penguatan Mental Ibu Hamil


1. Defenisi Penguatan Mental

Penguat berasal dari kata “kuat” yang mempunyai arti banyak tenaganya
atau mempunyai kemampuan yang lebih. Sedangkan kata jadian penguatan
mempunyai arti (hal dan lain sebagainya) yang menguati atau menguatkan.33

Secara substansial, penguatan mempunyai makna usaha menguatkan hal


atau sesuatu yang tadinya lemah untuk menjadi kuat, penguatan ini didasari karena
adanya sesuatu yang lemah, maka harus ada usaha untuk menjadi kuat.

Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau
“mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa.34 Sedangkan dalam kamus psikologi
Kartini Kartono mengemukakan:

Mental adalah yang berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah. Dalam


pengertian aslinya menyinggung masalah pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan
sekarang ini digunakan untuk menunjukkan penyesuaian organisme terhadap
lingkungan dan secara khusus menunjukkan penyesuaian yang mencakup fungsi-
fungsi simbolis yang disadari oleh individu.35

Pengertian mental dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah berkenaan


dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga, bukan

33
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1122.
34
Yushak Burhanuddin, Kesehatan Mental (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 9.
35
Kartini Kartono, Teori Kepribadian dan Mental Hygiene (Bandung: Bulan Bintang,
2000), h. 38.
25

hanya pembangunan fisik yang diperhatikan melainkan juga pembangunan batin


dan watak.36

Mental secara istilah dapat diartikan dengan semangat jiwa yang tegar,
aktif, yang mempengaruho perilaku hidup dan kehidupan manusia.37

Dalam istilah lain H. M. Arifin menyatakan bahwa arti mental adalah


sesuatu kekuatan yang abstrak (tidak nampak) serta tidak dapat dilihat oleh panca
indra tentang wujud dan zatnya, melainkan yang tampak adalah hanya gejalanya
saja dan gejala inilah yang mungkin dapat dijadikan sasaran penyediaan ilmu jiwa
lainnya.38

Melihat defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa penguatan mental


adalah suatu usaha untuk menguatkan kondisi psikis atau jiwa yang lemah,
terkhusus pada ibu hamil.

2. Aspek-aspek Mental

Kartini Kartono mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri
manusia keinginan, tindakan, tujuan, usaha-usaha dan perasaan.39

Zakiah Darajat berpendapat bahwa aspek mental yang ada dalam diri
manusia adalah kehendak, sikap dan tindakan.40

Hanna Djuhamham Bastaman memandang bahwa aspek mental yang ada


dalam diri manusia adalah berpikir, berkehendak, merasa dan berangan-angan.41

36
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), hlm. 647.
37
Kartini Kartono, Teori Kepribadian dan Mental Hygiene (Bandung: Bulan Bintang, 2000)
h. 2
38
H. M. Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniah Manusia (Jakarta:
Bulan Bintang, 1997), h. 17
39
Kartini Kartono, Teori Kepribadian dan Mental Hygiene (Bandung: Bulan Bintang, 2000)
h. 6
40
Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental (Jakarta: Bulan Bintang,
1994), h. 32.
41
Hanna Djuhamham Bastaman, Integrasi Psikologi Dalam Islam (Yogyakarta: Yayasan
Insan Kamil & Pustaka Pelajar, 2005), h. 64
26

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa aspek mental yang ada pada diri
manusia adalah yang menentukan sifat dan karakteristik manusia itu sendiri.
Perbuatan dan tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya yang
merupakan penggerak atau pengendali suatu perbuatan. Oleh sebab itu, kita perlu
mengendalikan dan merawat dengan baik aspek-aspek mental yang ada dalam diri
kita.

3. Kondisi Psikis Ibu Hamil

Selama kehamilan ketenangan sangat berarti bagi ibu hamil, namun pada
umumnya ibu hamil merasakan sifat dan sikap yang menjadikan ibu hamil merasa
sensitive. Adapun psikis ibu hamil bisa berdampak pada janin, suami, keluarga dan
berjalannya proses persalinan di masa mendatang. Kondisi ini diantaranya:

a. Ketidak yakinan

Awal minggu kehamilan, wanita seringkali merasa tidak yakin dengan


kehamilan tersebut. Hal ini disebabkan tanda-tanda fisik kehamilannya tidak
begitu jelas dan sedikit berubah. Fase ini, seorang wanita mengamati seluruh
bagian tubuhnya atas perubahan tubuhnya. Bentuk-bentuk ketidaknyamanan yang
terjadi pada trimester pertama diantaranya kelelahan, perubahan nafsu makan, dan
kepekaan emosional, semuanya dapat menimbulkan konflik dan depresi.

b. Focus Pada Diri Sendiri

Awal kehamilan pusat fikiran ibu terfokus pada dirinya sendiri, bukan
pada janin. Ibu merasa bahwa janin merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
ibunya, calon ibu juga mulai berkeinginan untuk menghentikan rutinitas yang
penuh tuntutan social dan tekanan agar dapat menikmati waktu kosong tanpa
beban. Banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur.

c. Cenderung Malas

Penyebab wanita hamil cenderung malas disebabkan pengaruh hormone


yang sedang dialaminya sehingga perubahan tersebut akan mempengaruhi gerakan
tubuh ibu, seperti lebih letih sehingga cenderung menjadi lebih malas.
27

d. Mudah Cemburu

Ibu hamil merasa mulai cemburu tanpa alasan, seperti jika pulang kerja
telat dan mulai bertanya-tanya. Factor penyebabnya adalah akibat perubahan
hormonal dan perasaan tidak percaya pada perubahan penampilan fisiknya. Ibu
hamil mulai meragukan kepercayaan suaminya, seperti ketakutan ditinggal
suaminya pergi dengan wanita lain.

e. Minta Perhatian Lebih

Perilaku ibu hamil sering menunjukkan sikap ingin minta perhatian. Tiba-
tiba menjadi orang yang manja dan ingin selalu diperhatikan. Perhatian yang
diberikan suami sedikit akan dapat memicu tubuhnya merasakan nyaman dan
pertumbuhan janin menjadi baik.42

f. Stress

Pemikiran yang negative dan perasaan takut selalu menjadi sumber


penyebab terjadinya stress. Stress selama hamil mempengaruhi perkembangan
fisiologis dan psikis bayi yang dikandung. Apa yang dipikirkan oleh ibu memiliki
hubungan fisik lansung dengan perkembangan anak dalam Rahim.

g. Kecemasan

Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian individu yang


subjektif yang mana keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar dan akar
penyebabnya belum diketahui pasti, seperti depresi atau khawatir, ibu mulai
berfikir mengenai kesejahtraan atau kekhawatiran pada bentuk penampilan yang
kurang menarik.

42
Astria Y. “Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester III Dengan Kecemasan Dalam
Menghadapi Persalinan”, tersedia di:
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/filedigital/YOONE%20ASTRIA.pdf. (diakses pada tanggal 10
Desember 2020)
28

Awal penyebab wanita hamil menjadi lebih sensitive disebabkan oleh


factor hormonal. Kini rekreasinya lebih peka, mudah tersinggung, dan mudah
marah. Apapun tindakannya dianggap kurang menyenangkan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa


kecemasan merupakan suatu ketegangan perasaan yang disadari maupun tidak,
ditimbulkan oleh suatu keadaan yang tidak menyenangkan, tekanan serta
ketidakmapuan seseorang mengendalikan pikiran buruk oleh sebab itu kondisi ini
sudah sepantasnya dipahami suami dan jangan membalas dengan kemarahan
karena menambah perasaan tertekan.43

4. Dampak Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil


a. Korelasi Hormon dan Kepribadian

Kehamilan juga diartikan periode krisis, saat terjadinya gangguan dan


perubahan identitas peran. Wanita hamil merespons terhadap masa krisis dengan
cara berbeda-beda menurut sifat dan situasi kehidupan. Defenisi krisis merupakan
ketidakseimbangan psikologis yang disebabkan situasi atau tahap perkembangan.

Awal perubahan psikologis wanita hamil yaitu periode syok, menyangkal,


bingung, dan sikap menolak. Persepsi wanita bermacam-macam ketika mengetahui
dia hamil, seperti kehamilan adalah suatu penyakit, kejelekan atau sebaliknya
memandang kehamilan sebagai masa kreativitas dan pengabdian kepada
keluarga.44

Sebenarnya, factor penyebab terjadinya perubahan psikis wanita hamil


ialah korelasi factor hormonal dan kepribadian factor hormonal dan kepribadian.
Dr. Dwiana Octavianti Sp. OG mengatakan bahwa, factor penyebab perubahan
perilaku wanita hamil yaitu meningkatnya produksi hormone progesterone.
Hormone progesterone memengaruhi kondisi psikisnya. Namun tidak selamanya

43
Janiwarty B & Pieter H. Z, Pendidikan Psikologi Untuk Bidan (Medan: Marni, S.ST,
2011). h. 39
44
Herri Zan Pieter., Namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan,
(Jakarta: Kencana, 2001), h. 232
29

pengaruh hormone progesterone menjadi dasar perubahan psikis, melainkan juga


kerentenan daya psikis seseorang atau lebih dikenal dengan kepribadian.

Biasanya, wanita hamil yang menerima atau bahkan sangat mengharapkan


kehamilan akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan.
Berbeda dengan wanita hamil yang bersikap menolak kehamilan. Mereka menilai
kehamilan sebagai hal-hal yang memberatkan ataupun mengganggu estetika
tubuhnya seperti gusar karena perut menjadi bincut, pinggul besar, payudara
membesar, capek dan letih. Tentu kondisi ini akan memengaruhi kehidupan psikis
ibu menjadi tidak stabil.45

b. Bentuk-Bentuk Perubahan Psikis Ibu Hamil


1) Perubahan Emosi
Perubahan emosional pada trisemester ialah penurunan kemauan
seksual karena letik dan mual, perubahan suasana hati seperti depresi atau
khawatir, ibu mulai berfikir mengenai bayi dan kesejahteraannya dan
kekhawatiran pada bentuk penampilan diri kurang menarik.
Perubahan emosional trisemester II terjadi pada bulan keluma terasa
nyata karena bayi sudah mulai bergerak sehingga dia mulai memerhatikan
bayi dan memikirkan apakah bayinya akan lahir sehat. Rasa cemas ibu
hamil akan terus meningkat seiring bertambah usia kehamilannya.
Perubahan emosional trisemester III terutama pada bulan-bulan
terakhir kehamilannya biasanya gembira bercampur takut karena
kehamilan telah mendekati persalinan. Kekhawatiran ibu hamil biasanya
seperti apa yang akan terjadi pada saat melahirkan, apakah bayi lahir sehat,
dan tugas-tugas apa yang dilakukan setelah kelahiran. Pemikiran dan
perasaan seperti ini sangat biasa terjadi pada ibu hamil. Sebaiknya
kecemasan seperti ini dikemukakan istri kepada suaminya.46

45
Herri Zan Pieter., namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan, h.
233.
46
Herri Zan Pieter., namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan,h.
233.
30

2) Sensitive
Awal penyebab wanita hamil menjadi lebih sensitive ialah factor
hormone. Reaksi wanita menjadi lebih peka, mudah tersinggung dan
gampang marah. Apapun perilaku ibu hamil dianggap kurang
menyenangkan. Sebenarnya, perubahan ini pasti berakhir. Jangan sampai
perubahan ini merusak hubungan suami istri menjadi tidak harmonis.
Oleh sebab itu, seadaan ini sudah sepantasnya dipahami suami dan
jangan dibalas dengan kemarahan karena akan menambah perasaan
tertekan. Perasaan tertekan akan berdampak buruk dalam perkembangan
fisik dan psikis bayi.
3) Perasaan Ambivalen
Perasaan ambivalen sering muncul saat masa kehamilan trisemester
pertama. Perasaan ambivalen wanita hamil berhubungan dengan
kecemasan terhadap perubahan selama masa kehamilan, rasa tanggung
jawab, takut atas kemampuannya menjadi orang tua, sikap penerimaan.
4) Perasaan Ketidaknyaman
Perasaan ketidaknyamanan sering terjadi pada trisemester pertama
seperti nausea, kelelahan, perubahan nafsu makan dan kepekaan
emosional, semuanya dapat mencerminkan konflik dan depresi. Deepak
Chopra mengatakan bahwa, kegelisahan, tertekan atau ketakutan,
hormone stress dengan sendirinya mengalir melalui aliran darah dan
mengenai plasenta sang bayi.
5) Depresi
Umumnya depresi sering terjadi dalam trisemester pertama. Depresi
adalah kemurungan atau perasaan tidak semangat yang ditandai dengan
perasaan yang tak menyenangkan, menurunnya kegiatan, dan pesimis
menghadapi masa depan. Pada kasus patologis, depresi merupakan reaksi
yang ekstrem disertai oleh delusi ketidakpastian dan perasaan putus asa.
Penyebab timbulnya depresi ibu hamil ialah akibat perubahan
hormone yang berhubungan dengan otak, hubungan dengan suami atau
anggota keluarga, kegagalan dan komplikasi hamil.
31

6) Kecemasan
Reva Rubin mengatakan bahwa, selama periode kehamilan hampir
sebagian besar ibu hamil sering mengalami kecemasan. Namun tingkat
kecemasannya berbeda-beda dan tergantung pada sejauh mana ibu hamil
itu memersepsikan kehamilannya. Factor-faktor penyebab timbulnya
kecemasan ibu hamil biasanya berhubungan dengan berbagai kondisi:
1. Kesejahteraan dirinya dan bayinya yang akan dilahirkan.
2. Pengalaman keguguran kembali (terutama).
3. Rasa aman dan nyaman selama masa kehamilan.
4. Penuaan jati dirinya dan persiapan menjadi orang tua.
5. Sikap memberi dan menerima kehamilan.
6. Keuangan keluarga.
7. Support keluarga dan tenaga media.47
7) Insomnia (sulit tidur)
Sulit tidur adalah gangguan tidur yang diakibatkan gelisah atau
perasaan yang tidak tenang, kurang tidur, atau sama sekali tak bisa tidur.
Gangguan tidur selalu menyerang ibu hamil tanpa alasan yang jelas.
Sebenarnya, gangguan tidur lebih banyak berkaitan dengan masalah
psikis, seperti kekhawatiran. Sulit tidur sering terjadi pada ibu-ibu hamil
pertama kali atau kekhawatiran menjelang kelahiran. Gejala-gejala
insomnia dari ibu hamil dapat dilihat dari sulit tidur, tidak bisa
memejamkan mata, dan selalu terbangun dini hari. Penyebab insomnia
yaitu stress, perubahan pola hidup, penyakit, kecemasan, depresi,
lingkungan rumah ramai. Dampak buruk kurang tidur yaitu perasaan
mudah lelah, tidak bergairah, emosi gampang meledak, stress, dan
denyut jantung.48

47
Asrninah, dkk. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.
59.
48
Asrninah, dkk. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan, h. 238
32

C. Covid-19
1. Defenisi covid-19

Istilah covid-19 merupakan kependekan dari Corona Virus Disesase 2019.


Nama ini menggambarkan penyakit yang disebabkan oleh coronavirus dan pertama
kali terdiagnosis pada 2019. Karena gejala penyakit yang disebabkan sama dengan
SARS, penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh virus sejenis,
coronavirus tersebut oleh International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV)
diberi nama severe acute respiratory syndrome coronavirus 2-disingkat SARS-
CoV-2.

Sebelum diberi nama resmi, pada 11 februari 2020, virus tersebut disebut
sebagai “2019 novel coronavirus”, 2019-nCoV, alias virus korona baru 2019.
Diambil dari Bahasa Latin, korona atau corona berarti “mahkota” dan virus korona
dinamakan demikian karena, di bawah mikroskop electron, permukaannya mirip
bentuk mahkota. Penamaan ilmiah suatu virus oleh ICTV didasarkan pada struktur
genetic virus tersebut, dan dimaksudkan untuk memfalisitasi pengembangan uji
diagnostic, vaksin, dan obatnya.49

Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) adalah keluarga besar virus yang
dapat menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia. Pada manusia, beberapa
corona virus diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga
penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Serve Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan corona virus yang terbaru adalah
yang menyebabkan covid-19).50

2. Jalur Penularan dan Pencegahan Covid-19

Lazimnya penyakit saluran pernapasan, covid-19 setidaknya dapat


berpindah dari pasien ke orang lain melalui dua jalur, yaitu:

49
Nurul Falah Eddy Pariang, dkk., Panduan Praktis Untuk Apoteker Menghadapi Pandemi
Covid-19, (Jakarta: PT. ISFI Penerbitan, 2020), h. 14.
50
Penanganan Pelayananan Kesehatan Di Masa Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif
Hukum Kesehatan, Journal Inico Legis, Vol. 1 No. 1 Oktober 2020, h. 2.
33

a. Kontak lansung dengan permukaan yang terkontaminasi

Virus covid-19 diketahui dapat bertahan cukup lama pada permukaan


plastic maupun baja (sampai 3 hari) dan permukaan cardboard (1 hari). Termasuk
dalam kategori “plastic dan baja” adalah tombol lift, pintu dan pegangan untuk naik
dan berdiri di alat transportasi umum, uang logam, pegangan pintu, dan sebagainya.
Sebab itu, dianjurkan bagi kita semua untuk sering cuci tangan dengan sabun
selama setidanya 20 detik dan menghindari menyentuh hidung, mulut, dan mata.

b. Percikan (droplet)

Pada mereka yang telah terinfeksi, virus covid-19 terkonsentrasi di lapisan


lender hidung dan mulut. Percikan dari saluran pernapasan ketika bersin, batuk,
atau bicara dapat menyebarkan virus tersebut ke orang-orang di sekitarnya. Sebab
itu, harus menjaga jarak hingga lebih dari 1 meter dan sebaiknya minimal 2 meter.
Bagi yang merasa tidak sehat adalah wajib menggunakan masker agar tidak
menularkan penyakit ke orang lain.51

3. Dampak Psikologis Covid-19 Bagi Ibu Hamil

Covid-19 atau biasa dikenal virus corona telah menjangkiti seluruh Negara
di dunia tidak terkecuali Indonesia. Dengan adanya pandemic covid-19 ini
memberukan begitu banyak dampak, termasuk dampak psikologis.

Rasa takut, khawatir, dan cemas terus menerus dialami oleh masyarakat
karena keadaan tidak biasa yang dialami sekarang. Pada dasarnya masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang memiliki budaya berkumpul di luar rumah
sehingga ketika harus berdiam diri di rumah dan tidak bersosialisasi dengan orang
luar maka secara psikologi akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan stress
berlebih.52

51
Nurul Falah Eddy Pariang, dkk., Panduan Praktis Untuk Apoteker Menghadapi Pandemi
Covid-19, (Jakarta: PT. ISFI Penerbitan, 2020), h. 24.
52
Analisis Persepsi Mahasiswa PGSD Mengenai Dampak Covid-19 Terhadap Disiplin Ilmu
Sosial, Education and Human Development Journal, Vol. 5 September 2020, h. 77.
34

Hasil penelitian di kanada menyebutkan dari 129 ibu hamil yang


dikarantina terdapat 31% responden mengalami stress pasca karantina dan muncul
gejala depresi. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan di Wuhan China
ditemukan 53% ibu hamil mengalami gangguan psikologis dengan 17% dan 29%
mengalami depresi berat dan gejala kecemasan (S. Zhao et al., 2020).

Masa kehamilan adalah saat-saat yang sangat rentan secara psikologis


kesusahan dapat memiliki konsekuensi negative bagi ibu dan bayinya. Karena
wanita cenderung melaporkan gejala kecemasan dan depresi yang lebih tinggi
selama wabah dibandingkan laki-laki (Berghella, 2020). Peningkatan kecemasan
pada masa prenatal dan gejala depresi, serta infeksi prenatal dan tingkat penyakit
(Lim et al., 2020). Kecemasan prenatal dan munculnya gejala depresi juga dapat
menyebabkan perubahan aktivitas fisik, nutrisi dan tidur, yang pada gilirannya
memengaruhi suasana hati ibu dan perkembangan janin. Kecemasan dan depresi
prenatal juga meningkatkan resiko keguguran, kelahiran premature, berat badan
lahir rendah, dan menurunkan resiko Apgar saat lahir (Corbett et al., 2020).

D. Persalinan
1. Defenisi Persalinan

Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu persalinan dapat didefenisikan


secara medis sebagai kontraksi uterus yang teratur dan semakin kuat, menciptakan
penipisan dan dilatasi serviks di sepanjang waktu, yang menimbulkan dorongan
kuat untuk melahirkan janin melalui jalan lahir melawan resistansi jaringan lunak,
otot, dan truktur tulang panggul.53 Defenisi lain dari persalinan adalah sengkai
kejadian yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu.54

53
Betsy B. Kennedy, Donna Jean Ruth, E. Jean Martin, Manajemen Intrapartum Edisi 4
(Jakarta: EGC, 2013), h. 2
54
Ina Kuswianti, Fitria Melina, Askeb II Persalinan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h.
1
35

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri.55

Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang


dirasakan oleh ibu. Kontraksi ini terjadi salah satu faktornya adalah akibat tuanya
plasenta. Plasenta yang tua menyebabkan turunnya kadar progesterone yang
mengakibatkan ketegangan pada pembulu darah, hal ini menimbulkan kontraksi
pada Rahim.56 Hal ini sebagaimana firman Allah SWT telah dijelaskan dalam QS.
Al-Mu’minun 12-14 tentang perkembangan manusia yakni:

(٢١) ‫س َٰلَلَ ٍة ِمن‬ ِ ْ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬


َ َٰ ‫ٱْلن‬
ُ ‫سنَ ِمن‬
ٍ ‫طفَةً فِى قَ َر ٍار َّم ِك‬
(٢١) ‫ين‬ ْ ُ‫ث ُ َّم َج َع ْل َٰنَهُ ن‬

َ َٰ ‫ضغَةَ ِع‬
َ ‫ظ ًما فَ َك‬
‫س ْونَا‬ ْ ‫ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ْٱل ُم‬ْ ‫طفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْٱلعَلَقَةَ ُم‬ ْ ُّ‫ث ُ َّم َخلَ ْقنَا ٱلن‬

(٢١) َ‫س ُن ْٱل َٰ َخ ِل ِقين‬ َ ‫شأ ْ َٰنَهُ خ َْلقًا َءاخ ََر ۚ فَت َ َب‬
َ ‫ار َك ٱللَّهُ أ َ ْح‬ َ ‫ظ َم لَ ْح ًما ث ُ َّم أَن‬َ َٰ ‫ْٱل ِع‬
Terjemahnya:

Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati


(berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (Rahim). Kemudian, air mani itu kami
jadikan sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal dading, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, kami menjadikannya
makhluk yang (berbentu) lain. Mahasuci Allah, pencipta yang paling baik. 57

Dari ayat di atas menyatakan bahwa: dan sesungguhnya kami bersumpah


bahwa kami telah menciptakan manusia, yakni jenis manusia yang kamu saksikan,

55
Lailiyana, Ani Laila, Isrowiyatun Daiyah & Ari Susanti, Buku Asuhan Kebidanan
Persalinan, (Jakarta: EGC, 2011), h. 1.
56
Indriyani, Maudy E. Djami, Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (Jakarta: CV. Trans
Info Media, 2013), h. 48.
57
Kementrian Agama, Alquran dan terjemahannya (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an,2017), h.342.
36

bermula dari suatu saripati yang disimpan dalam tempat yang kukuh, yakni Rahim
ibu. Kemudian, kami ciptakan, yakni jadikan nuthfah itu ‘alaqah. Lalu kami
ciptakan, ‘alaqah itu mudhghah yang merupakan sesuatu yang kecil sekerat daging,
lalu kami ciptakan, yakni dijadikan mudghah itu tulang belulang, lalu kami
bungkus tulang belulang itu dengan daging. Kemudian kami mewujudkannya,
yakni tulang yang terbungkus daging itu menjadi-setelah kami meniupkan ruh
ciptaan kami kepada-makhluk lain. Maka, maha banyak lagi maha keberkahan yang
tercurah dari Allah. Pencipta yang terbaik. Kemudian, sesungguhnya kamu, wahai
anak cucu adam sekalian, sesudah itu, yakni sesudah melalui proses tersebut dan
ketika kamu berada di pentas bumi ini dan melalui proses dari bayi, anak kecil,
remaja, dewasa, tua, dan pikun, benar-benar kamu akan mati, baik pada masa
pikum maupun sebelumnya. Kemudian setelah kamu mati dan dikuburkan,
sesungguhnya kamu sekalian pada hari kiamat nanti akan dibangkitkan dari kubur
kamu untuk dimintai pertanggungjawaban, lalu masing-masing kami beri balasan
dan ganjaran.58

Dari ayat tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa hanya kepada
Allah SWT lah tempat kami kembali, dan juga semua hal yang kita lakukan semasa
hidup akan dimintai pertanggung jwaban di hari kemudian. Jadi hendaklah kita
menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari kita. Termasuk pada
masa kehamilan seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an, memperbanyak
dzikir kepada Allah SWT, memperbanyak amalan serta ibadah-ibadah lainnya.
Kegiatan ini tentulah akan memberikan kedamaian hati pada ibu dan janin, hal ini
akan memberikan dampak yang positif karena seorang ibu yang mengalami masa
kehamilan terkadang merasakan begitu banyak kekhawatiran.

58
M. Quraish Shihab, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-qur’an (Tafsir Al Misbah), (Jakarta:
Lentera Hati, 2012), h. 336.
37

2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Persalinan

Proses persalinan dapat berjalan normal jika dipengaruhi oleh beberapa


factor yaitu ibu (power, passage, psikologis), faktor janin, plasenta, dan air ketuban
(passenger), serta factor penolong persalinan. Hal ini sangat penting, mengingat
beberapa kasus kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh tidak terdeteksinya
secara dini ahnya salah satu factor-faktor tersebut.

a. Tenaga (power)
1) His (Kontraksi Uterus)
Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos Rahim
bekerja dengan baik dan sempurna.59
2) Tenaga Mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah dan dipecahkan, serta
sebagian presentasi sudah berada di dasar panggul, sifat kontraksinya
berubah, yakni bersifat mendorong keluar dibantu dengan keinginan ibu
untuk mengedan atau usaha volunteer.60
b. Passage (Jalan Lahir)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.61

c. Passenger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban)


1) Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa factor, yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap dan
posisi janin.62
2) Plasenta

59
Widia Shofa Ilmiah, Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal, (Yogyakarta: Nuha Medika,
2015), h. 22.
60
Nuraisah, Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan, (Jakarta: In Medika, 2014), h.31.
61
Widia Shofa Ilmiah, Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal, (Yogyakarta: Nuha Medika,
2015), h. 16.
62
Nuraisah, Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan, (Jakarta: In Medika, 2014), h. 39.
38

Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka di anggap sebagai bagian
dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat
proses persalilan normal.
3) Air ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membrane yang kuat dan
ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua
kekuatan regangan membrane janin, dengan demikian pembentukan
komponen amnion yang mencegah rupture atau robekan. Penurunan ini
terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satuny adalah tekanan dari cairan amnion
dan juga saat terjadinya dilatasi serviks atau pelebaran muara dan saluran
serviks yang terjadi di awal persalinan, dapat juga karena tekanan yang
ditimbulkan oleh cairan amnion selama ketuban masih utuh.
d. Factor Psikis (Psikologi)

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-
benar terjadi realitas, “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bisa
melahirkan atau memproduksi anak.

1) Psikologis meliputi:
a) Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan persiapan intelektual
b) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya
c) Kebiasaan adat
d) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan bu.
2) Sikap negative terhadap persalinan di pengaruhi oleh:
a) Persalinan semacam ancaman terhadap keamanan
b) Persalinan semacam ancaman pada self-image
c) Medikasi persalinan
d) Nyeri persalinan
e. Physician (Penolong)
39

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan, yang
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
janin.63

Tidak hanya aspek tindakan yang di berikan, tetapi aspek konseling dan
memberikan informan yang jelas dituhkan oleh ibu bersalin untuk mengurangi
tingkat kecemasan ibu dan keluarga. 64

3. Jenis Persalinan
a. Persalinan normal

Persalinan normal merupakan persalinan yang cenderung aman dan minim


resiko. Proses persalinan melalui lubang vagina ini, umunya berlansung kurang dari
24 jam.

Persalinan normal dipengaruhi oleh tiga factor penting, yakni kekuatan ibu
mengejan, keadaan jalur lahir, serta kondisi janin. Ketiga factor ini harus berada
dalam kondisi yang baik agar persalinan normal dapat berjalan dengan baik. Jika
ada masalah pada salah satunya, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
oleh dokter terkait apakah persalinan normal masih dapat dilakukan atau tidak.

b. Persalinan Caesar

Untuk menjalani persalinan dengan operasi Caesar, ibu harus melakukan


beberapa persiapan untuk melahirkan Caesar, termasuk persiapan mental. Operasi
Caesar pada umumnya dilakukan ketika terjadi kemacetan pada persalinan normal
ataupun terjadinya masalah pada proses persalinan yang dapat mengancam nyawa
ibu dan bayi.

Pada beberapa kondisi, persalinan dengan operasi caesa dapat dijadwalkan


atau direncanakan jah-jauh hari, terutama jika terjadi masalah pada kesehatan ibu

63
Widia Shofa Ilmiah, Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal, (Yogyakarta: Nuha Medika,
2015), h. 29-30
64
Nuraisah, Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan, (Jakarta: In Medika, 2014), h. 48.
40

atau janin saat hamil. Persalinan Caesar haruslah disiapkan dengan matang, meski
mungkin juga dilakukan dengan segera ketika terjadi kondisi darurat.

4. Kondisi Emosional Ibu Menjelang Persalinan

Menjelang minggu terakhir menuju kelahiran, kegelisahan dan


ketidaknyamanan jasmaniah ibu hamil telah mencapai puncaknya. Signifikan
tekanan bobot bayi semakin jelas. Semakin besar hasrat ibu untuk melihat bayinya,
maka semakin besar efek psikologis yang ditimbulkannya, seperti kegelisahan
terhadap fase pemisahan pribadi ibu dengan pribadi sang anak. Perasaan-perasaan
lainnya meliputi:

a. Rasa Takut Riel

Pada setiap wanita hamil, ketakutan melahirkan diperkuat dengan rasa


takut yang kongkret, seperti ketakutan jikalau anak lahir cacat atau keadaan
patologis, takut bayinya akan bernasib buruk karena dosa-dosanya dimasa silam,
ketakutan akan beban hidup mejadi berat, munculnya elemen-elemen takut yang
sangat mendalam dan tak disadari kalau dipisahkan dengan bayinya perasaan taku
kahilangan bayi atau perpanjangan rasa takut sebelumnya.

b. Halusinasi Hipnagogik

Diantara kontraksi-kontraksi yang disertai rasa sakit juga selalu


berlansung interval untuk istirahat, yaitu waktu selang yang tidak merasakan sakit
dengan mendekatnya saat-saat kelahiran bayi, periode interval istirahat semakin
pendek dan saat itu biasanya ibu bisa tidur sebentar (tidur semu). Saat tidur semu
inilah ibu hamil mengalami mimpi dan halusinasi hipnagogik. Halusinasi
hipnagogik adalah gambaran-gambaran tanpa disertai perangsang yang adekuat
(pas, cocok) yang berlansung saat setengah tidur dan setengah jaga. Selama interval
relaks ini akan bermunculan konflik-konflik batin, tendensi psikis yang tak
terselesaikan, masih mengganggu, dan ketenangan yang mengganggu kelahiran.65

65
Herri Zan Petter., Namora Lumongga Lubis., Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan
(Jakarta: Kencana, 2001), h. 232
41

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif.


Penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian kontekstual yang menjadikan manusia
sebagai instrument, dan di sesuaikan dengan situasi yang wajar dalam kaitannya
dengan pengumpulan data yang pada umumnya bersifat kualitatif.1 Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang tidak mengadakan perhitungan dengan angka-
angka, karena penelitian kualitatif adalah penelitian yang memberikan gambaran
tentang kondisi secara factual dan sistematis mengenai factor-faktor, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang dimiliki untuk melakukan akumulasi dasar-
dasarnya saja.2

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian social yang menggunakan


format deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan,
meringkas, berbagai kondisi sebagai situasi atau berbagai fenomena-fenomena
realitas social yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya
menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat model, tanda,
atau gambaran tentang kondisi, situasi, atau fenomena tertentu.3 Penelitian
kualitatif dalam tulisan ini dimaksudkan untuk menggali suatu fakta, lalu
memberikan penjelasan terkait berbagai realita yang ditemukan. Oleh karena itu,
peneliti lansung mengamati peristiwa-peristiwa di lapangan yang berhubungan
dengan Metode Bimbingan Konseling dalam Penguatan Mental Ibu Hamil Di Masa
Pandemi Covid-19 Sebelum Persalinan Di Puskesmas Pattallassang Kabupaten
Takalar.

1
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2001), h. .3
2
Lexy J M Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 11.
3
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial (Jakarta: Kencana, 2007), h. 68.

41
42

2. Lokasi Penelitian

S. Nasution Berpendapat bahwa ada tiga unsur penting yang perlu


dipertimbangkan dalam menetapkan lokasi penelitian yaitu: tempat, pelaku, dan
kegiatan.4

Penelitian tentang Metode Bimbingan Konseling dalam Penguatan Mental


Ibu Hamil Di Masa Pandemi Covid-19 Sebelum Persalinan Di Puskesmas
Pattallassang Kabupaten Takalar. Adapun hal yang menjadi dasar dalam pemilihan
tempat karena peneliti tertarik untuk mengetahui metode bimbingan konseling
seperti apa yang diterapkan oleh konselor dalam Penguatan Mental Ibu Hamil Di
Masa Pandemic Covid-19 Sebelum Persalinan Di Puskesmas Pattallassang
Kabupaten Takalar.

B. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Bimbingan

Pendekatan bimbingan merupakan suatu pendekatan yang mempelajari


bantuan terhadap individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam hidupnya agar mencapai kesejahteraan hidupnya.5

Pendekatan bimbingan juga merupakan pendekatan yang diberikan kepada


individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara
optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan dan mengatasi
hambatan, juga dalam pendekatan ini hanya membimbing klien untuk menunjukkan
jalan, memimpin, menuntun dan memberikan petunjuk dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan dalam hidupnya.6

4
S. Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsinto, 1996), h. 43.
5
Bimowalgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Cet. II ; Yogyakarya: PT Andi
Offset, 1993), h. 2
6
H. M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Islam (Jakarta:
Bulan Bintang, 1977), h. 20
43

2. Pendekatan Psikologi

Psikologi meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa di peroleh secara


sitematis dengan metode-metode ilmiah yang meliputi spekulasi dengenai jiwa itu.
Psikologi berbicara tentang tingkah laku manusia yang diasumsikan sebagai gejala-
gejala jiwa. pendekatan psikologi mengamati tentang tingkah laku manusia yang di
hubungkan dengan tingkah laku yang lainnya dan selanjutnya di rumuskan tentang
hokum-hukum kejiwaan manusia.7

C. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai


berikut:

1. Sumber Data Primer

Menurut Saifuddin Azwar data primer adalah jenis data yang diperoleh
lansung dari objek penelitian sebagai bahan informasi yang dicari.8

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer (informan kunci)
adalah: Konselor (bidan) Puskesmas Pattallassang dan Klien (pasien). Kemudian
adapun informan tambahan yaitu kepala puskesmas dan penanggung jawab UKM
esensial dan keperawatan kesehatan masyarakat yang akan memberikan informasi
tambahan mengenai metode bimbingan konseli dalam penguatan mental ibu hamil
di masa pandemic covid-19 sebelum persalinan di puskesmas pattallassang
kabupaten takalar.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu diperoleh penulis untuk mendukung sumber


data primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literature, penelitian

7
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender (Malang: UIN Malang Press,
2008), h. 55.
8
Sifuddin Azwar, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 91.
44

terdahulu, buku, situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan
dan lain sebagainya.9

D. Metode Pengumpulan Data

Menurut J. Supranto data yang baik dalam suatu penelitian adalah data
yang dapat dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu, mencakup ruang yang
luas serta dapat memberikan gambaran yang jelas untuk menarik kesimpulan.10
Oleh karena itu, pada penelitian ini, peneliti berencana menggunakan beberapa
metode pengumpulan data sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang dimiliki.11 Observasi
menjadi salah satu teknik pengumpulan data akurat dan jelas apabila sesuai dengan
tujuan penelitian. Observasi yang di maksud untuk mengumpulkan data dengan
melihat lansung kelapangan terhadap objek yang diteliti.12 Adapun observasi yang
akan dilakukan yaitu mengamati interaksi yang dilakukan dalam mengaplikasikan
Metode Bimbingan Konseling Dalam Penguatan Mental Ibu Hamil di Masa
Pandemi Covid19 Sebelum Persalinan Di Puskesmas Pattallassang Kabupaten
Takalar.

2. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan


seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan beberapa pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.13

9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif R&D (Cet. VIII; Bandung: Alfabeta, 2009), h.
137.
10
J. Supranto, Metode Riset, Aplikasinya Dalam Pemasaran (Jakarta: Lembaga Penerbit
FE-UI, 1998), h. 47.
11
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Cet. VIII; Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2007), h. 70.
12
M. Ikbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistik (Cet 1; Jakarta: Bumi Aksara 1999), h. 17.
13
Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 180.
45

Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview, wawancara


merupakan metode pengumpulan berita, data atau fakta di lapangan. Prosesnya bisa
dilakukan secara lansung dengan bertatap muka lansung (face to face) dengan
narasumber. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) jawaban atas
pertanyaan itu.14

Sugiono mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh


penulis dalam menggunakan metode wawancara adalah sebagai berikut:

a. Bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya
c. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan peneliti.15

Jadi, metode wawancara ini sangatlah penting untuk menggali masalah


lebih jauh karena peneliti berkesempatan bertemu lansung dengan sumber data
(responden).

3. Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data


yang diperoleh melalui dokumen. Data-data yang terkumpul melalui dokumentasi
cenderung merupakan data sekunder.16

E. Instrumen Penelitian

Instrument untama dalam penelitian kualitatif yakni peneliti yang berperan


sebagai perencana, pelaksana, menganalisis, menafsirkan data hingga pelaporan

14
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2006), h. 186.
15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta, 2009), h. 138.
16
Husaini Usman dan Pornomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), h. 69.
46

hasil penelitian.17 Peneliti sebagai instrument harus mempunyai kemampuan dalam


menganalisis data. Barometer keberhasilan suatu penelitian tidak lepas dari
instrument yang digunakan.18 Instrument penunjang yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi: kamera, alat perekam, buku catatan, dan pulpen.

F. Teknik Pengolahan dan Analaisis Data

Analisa data merupakan mengolah data setelah diperoleh hasil penelitian,


sehingga dapat diambil sebagai kesimpulan berdasarkan data yang factual. Analisis
data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola
mensintesiskannya, mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang pending
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain.19

Analisia data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan


mengurutkan kedalam pola, kategori, dan suatu uraian dasar kemudian dianalisa
agar mendapatkan hasil berdasarkan yang ada. Hal ini disesuaikan dengan metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.20

Analisis data yang diperoleh dan digunakan dalam pembahasan ini bersifat
kualitatif. Data kualitatif adalah data yang bersifat abstrak atau tidak terukur seperti
ingin menjelaskan tingkat nilai kepercayaan terhadap rupiah menurun. Oleh karena
itu, dalam memperoleh data tersebut penulis menggunakan metode pengolahan data
yang sifatnya kualitatif shingga, dalam mengolah data penulis menggunakan teknik
analisa sebagai berikut: data dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan bahkan
merupakan bagian yang sangat menentukan dari beberapa langkah penelitian
sebelumnya. Menurut Hamidi sebaiknya pada saat menganalisis data peneliti juga

17
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.24.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif (Jakarta: IKAPI, 2009), h. 222.
19
Lecy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2006), h. 248.
20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Bulan
Bintang, 2003), Cet09, h. 11 .
47

harus kembali lagi kelapangan untuk memperoleh data yang dianggap perlu dan
mengolahnya kembali.21

Sebagian besar data yang diperoleh dan digunakan dalam pembahasan


penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga dalam mengolah data penulis
menggunakan teknik analisis data sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian


pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data yang muncul dari catatan-
catatan di lapangan yang mencakup kegiatan mengihkhtisarkan hasil pengumpulan
dan selengkap mungkin, dan memilah-milah kedalam konsep kategori atau tema-
tema tertentu.22 Reduksi ini diharapkan agar memberikan kemudahan dalam
penyimpulkan hasil penelitian. Dengan kata lain seluruh hasil penelitian dari
lapangan yang telah dikumpulkan kembali dipilah untuk menentukan data mana
yang tepat untuk digunakan.

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan kegiatan menyusun data dalam bentuk narasi,


matriks, atau table sehingga tersistematis dan logis. Penyajian data juga merupakan
bagian dari pengambilan kesimpulan.23

Penyajian data yang diperoleh dari lapangan terkait dengan seluruh


permasalahan penelitian dipilah antara mana yang dibutuhkan dengan baik, lalu
dikelompokkan, kemudian diberikan batasan masalah.24 Dari penyajian data
tersebut, maka diharapkan dapat memberikan kejelasan data substantive dan mana
data pendukung.

21
Hamidi, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Penelitian (Cet. III; Malang: UNISMUH Malang, 2005), h. 15.
22
Imam Suprayogi dan Tabrani, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2003), h. 193.
23
Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 16.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif (Jakarta: IKAPI, 2009), h. 247.
48

3. Penarikan Kesimpulan

Sugiyono menyatakan bahwa penarikan kesimpulan dan verifikasi setiap


kesimpulan awal yang di kemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya.25

Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan apalagi dalam sebuah penelitian
ilmiah, diharuskan untuk menarik kesimpulan dari seluruh data yang telah
dikumpulkan, mulai dari data yang telah direduksi maupun yang belum dan tidak
menutup kemungkinan dari data yang telah dikumpulkan akan melahirkan saran-
saran dari peneliti kepada peneliti demi perbaikan-perbaikan itu sendiri.

25
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010),
h. 253
DAFTAR PUSTAKA

Alquranul Qarim

Alang, Sattu. Kesehatan Mental, Makassar: Alauddin University Press, 2020.

Arif, Armai. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press, 2002.

Arifin,H. M. Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniah Manusia,


Jakarta: Bulan Bintang, 1997.

Arifin, H. M. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Islam,


Jakarta: Bulan Bintang, 1977.

Arifin, H. M. Pokok-Pokok Pikiran dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Bulan


Bintang, 1991.

Arifin, H. M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta:


Golden Terayon, 1982.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:


Bulan Bintang, 2003.

Asrinah, dkk. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

S. Saman. Doa Dan Dzikir Untuk Ibu Hamil, Padang: Ruangkita, 2013.

Astria, Y. “Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester III Dengan Kecemasan


Dalam Menghadapi Persalinan” Tersedia Di:
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/filedigital/yoone%20astria.pdf. (Diakses
Pada Tanggal 10 Desember 2020)

Awiskarni, Abd. Rahman. Kepribadian Rasulullah SAW Sebagai Konselor


Teladan, Jakarta: Yayasan Nuansa Madani, 2000.

Azhar, Sifuddin. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Bastaman, Hanna Djuhamham. Integrasi Psikologi Dalam Islam, Yogyakarta:


Yayasan Insan Kamil & Pustaka Pelajar, 2005.
Burhanuddin, Yusak. Kesehatan Mental, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public,


Dan Ilmu Social, Jakarta: Kencana, 2007.

Eriani, Rahma. “Peran Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengurangi Kecemasan


Bagi Ibu Hamil Menghadapi Persalinan di RSUD Dr. H. Bob Bazar, SKM
Kalianda” Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Raden
Lampung, 2019.

Hallen. Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Hallen. Bimbingan dan Konseling, Padang: Iain Press, 2001.

Hamidi. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal


Dan Laporan Penelitian, Cet. III; Malang: UNISMUH Malang, 2005.

Hasan , M. Ikbal. Pokok-Pokok Materi Statistic, Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Indriyani, Maudy E. Djami. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir, Jakarta: CV
Trans Info Media, 2013.

Ilmiah, Widia Shofa. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal, Yogyakarta: Nuha
Medika, 2015.

Janiwarty, Herri Zan Pieter, Pendidikan Psikologi Untuk Bidan- Suatu Teori dan
Perapannya, Yogyakarta: Rapha Publishing, 2013.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991.

Kartono, Kartini. Teori Kepribadian dan Mental Hygiene, Bandung: Bulan


Bintang, 2000.

Kennedy, dkk. Manajemen Intrapartum Edisi 4, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Lailiyana, dkk. Buku Asuhan Kebidanan Persalinan, Jakarta: EGC, 2011.

Latipun. Psikologi Konseling Edisi Ketiga, Malang: UPT Penerbitan, 2010.

Miles, Huberman. Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.


Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, Malang: UIN Malang
Press, 2008.

Munir, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009.

Mulyadi, Materi Ujian Komprehensif Bagi Mahasiswa Jurusan Manajemen


Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Imam Binjol
Padang, 2013.

Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigm Baru Ilmu Komunikasi dan


Ilmu Social Lainnya, Bandung: Rosda Karya, 2002.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, 2001.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: Rosda


Karya, 2006.

Narbuko, Abu Achmadi. Metodologi Penelitian, Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara,
2007.

Nasution, S. Metode Naturalistic Kualitatif, Bandung: Tarsinto, 1996.

Nasution, S. Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Nuraisah. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan, Jakarta: In Medika, 2014.

Pariang, dkk. Panduan Praktis Untuk Apoteker Menghadapi Pandemic Covid-19,


Jakarta: ISFI, 2020.

Pieter, Namora Lumongga Lubis. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan, Jakarta:


Kencana, 2001.

Purwaningsih, Heni. Analisis Persepsi Mahasiswa PGSD Mengenai Dampak


Covid-19 Terhadap Disiplin Ilmu Social, Education And Human
Development Journal, Vol. 5, 2020.

Prayitno, Konseling Pancawaskita. Program Studi Bimbingan Dan Konseling


Fakultas Pendidikan IKIP Padang, 1998.
Prayitno, Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta, 2004.

Rahmita, Nurul. “Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester


Ketiga Di Puskesmas Kecamatan Tamalanrea Makassar” Skripsi, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, 2017.

Ruhdini, Riska. “Pengaruh Bimbingan Rohani Islam Terhadap Tingkat Penurunan


Kecemasan Ibu Hamil Anak Pertama Di Rumah Sakit Umum Daerah Datu
Beru, Takengon Kabupaten Aceh Tengang” Skripsi, Fakultas Dakwah Dan
Komunikasi Uin Sumatra Utara Medan, 2019.

Sadiah, Dewi. Metode Penelitian Dakwah, Cet. I; Bandung: Rosda Karya, 2015.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain System Pembelajaran, Jakarta: Kencana


Premada, 2009.

Shihab, M. Quraish. Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Tafsir Al Misbah),


Jakarta: Lentera Hati, 2012.

Suadirman. Psikologi Konseling, Yogyakarta: Studing, 1981.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif R&D, Cet. VIII; Bandung: Alfabeta, 2009.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif,


Bandung: Alfabeta, 2009.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, Jakarta: IKAPI, 2009.

Sukardi, Dewa Ketut. Proses Bimbingan dan Penyuluhan, Cet. III; Jakarta: Bulan
Bintang, 1978.

Sukur, dkk. Penanganan Pelayanan Kesehatan Di Masa Pandemic Covid-19


Dalam Perspektif Hukum Kesehatan, Journal Inico Legis, Vol. 1 No. 1,
2020.

Supranto, J. Metode Riset Applikasinya Dalam Pemasaran, Jakarta: Lembaga


Penerbit FE-UI, 1998.
Suprayogi, Tabarani. Metodologi Penelitian Social Agama, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2003.

Surya, Mohammad. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Cet. I; Yogyakarta:


Andi Offset, 1998.

Surya, Mohammad. Psikologi Konseling, Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy,


2013.

Sutoyo, Anwar. Bimbingan dan Konseling Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2013.

Syuaib, Misnawi Mukani. Hypobirthing Melahirkan Tanpa Rasa Sakit Dan


Tinjauannya Dalam Islam, Makassar: Alauddin University Press, 2013.

Usman, Pornomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Social, Jakarta: Bumi


Aksara, 2006.

Wahyuni, Endang. Agar Menjadi Cerdas dan Bahagia, Bandung: Pioneer Jaya,
2005.

Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Cet. II; Yogyakarta: Pt


Andi Offset, 1993.

Winkel, W. S. Bimbingan dan Penyuluhan di Institute Pendidikan, Cet. III;


Yogyakarta: Media Abadi Gramedia Widiarsa, 2004.

Winkel, W. S. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: Gramedia


Widia Sarana, 1991.

Yulifah, Tri Johan Yuswanto. Komunikasi dan Konseling Dalam Kebidanan,


Jakarta: Salemba Medika, 2012.

Yusuf, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Rosda


Karya, 2005.

Yusuf, Syamsul. Landasan Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
KOMPOSISI BAB

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka
E. Tujuan dan Kegunaan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Metode Bimbingan Konseling


B. Penguatan Mental Ibu Hamil
C. Covid-19
D. Persalinan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian


B. Pendekatan Penelitian
C. Sumber Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai