Anda di halaman 1dari 22

KULIAH UMUM

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH


TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

PADA

PERESMIAN SDGs DESA CENTER


PKN STAN

JAKARTA, 22 JUNI 2022

1
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera untuk kita semua,
Om Swastiastu,
Shalom,
Namo Budaya,
Salam Kebajikan,

Yang kami hormati,


Ibu Menteri Keuangan Republik Indonesia

Yang Terhormat,
1. Para pejabat tinggi madya dan pratama
2. Para dosen
3. Para mahasiswa
4. Bapak dan Ibu hadirin sekalian

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan


Yang Maha Esa, atas segala kenikmatan, diantaranya
berupa kesehatan, keluasan waktu, serta keberkahan,
sehingga kita dapat bersama-sama, bersilaturahim,
menghadiri kegiatan yang digagas PKN STAN.

2
Ibu Menteri Keuangan, Pejabat Tinggi Madya dan
Pratama, Bapak Direktur, Sivitas Akademika PKN
STAN, dan undangan yang berbahagia,
1. Bagi Indonesia, desa menempati dua posisi
strategis. Pertama, wilayah pemerintahan desa
dominan, hingga mencakup 91 persen dari wilayah
pemerintahan terendah di Indonesia. Sisanya,
sebesar 9 persen merupakan wilayah
pemerintahan kelurahan.
2. Sebagai wilayah pemerintahan terendah, sudah
pasti, pemerintah desa menjadi komponen
pemerintahan yang setiap hari, langsung
berhubungan dengan warga.
3. Begitu juga bagi warga sendiri, bahwa representasi
negara adalah pemerintah desa. Apalagi, proporsi
pemerintahan desa benar-benar dominan di
Indonesia
4. Posisi strategis kedua ialah jumlah penduduk desa
yang sangat besar dan dominan. Kemendagri
melaporkan jumlah penduduk ber-KTP desa
mencapai 71 persen, dan penduduk kelurahan 29

3
persen. Pendataan Indeks Desa Membangun (IDM)
2021 mengumpulkan angka 214 juta jiwa
penduduk desa.
5. Oleh karena dua posisi stategis tersebut, maka,
menyelesaikan permasalahan desa, berinovasi
untuk percepatan kemajuan, dan tindakan positif
lainnya ke desa, hakekatnya adalah membangun
Indonesia. Maka, tepatlah, Bapak Presiden Joko
Widodo bertekad membangun Indonesia dari
pinggiran dan desa.

Ibu Menteri Keuangan, Pejabat Tinggi Madya dan


Pratama, Bapak Direktur, Sivitas Akademika PKN
STAN, dan undangan yang berbahagia,
6. Kepemimpinan Bapak Presiden Joko Widodo
sebagai Presiden, persis dimulai bersamaan
dengan implementasi Undang-Undang Nomor 6
tahun 2014 tentang Desa. Undang-undang desa ini
menciptakan paradigma baru, melalui dua asas
penting, yaitu rekognisi desa dan subsidiaritas
desa.

4
7. Asas rekognisi menjadi tugas negara serta pihak
lain di luar desa, untuk mengakui keberadaan desa.
Negara menunjukkannya dengan memberi kode
wilayah kepada seluruh desa, diikuti menyalurkan
dana desa kepada 100 persen desa.
8. Asas subsidiaritas memberikan kewenangan desa
untuk menjalankan tata pemerintahan,
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat sesuai keputusan
musyawarah desa. Musdes menjadi forum tertinggi
pengambilan keputusan desa. Di dalamnya
diputuskan RPJM Des, APBDes, kegiatan
pemanfaatan dana desa, dan sebagainya.
9. Bapak presiden menerapkan Undang-undang Desa
secara konsekuen. Pertama, mendirikan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi, sebagai lembaga
yang bertugas pokok menjalankan amanat
Undang-undang Desa. Kedua, menyalurkan dana
desa, sebagai material pendukung pelaksanaan
asas rekognisi dan subsidiaritas.

5
10. Sejak tahun 2015 sampai tahun 2021, dana desa
tersalur ke desa sebanyak Rp 400,1 triliun. Tahun
2022, dana desa siap disalurkan ke desa sebesar
Rp 68 triliun.
11. Keputusan pemanfaatan dana desa yang diambil
desa sendiri berupa pembangunan jalan desa
sepanjang 308.490 kilo meter; jembatan
sepanjang 1.583.215 meter; pasar desa 12.244
unit; BUM Desa 42.317 unit kegiatan; tambatan
perahu 7.384 unit; embung 5.371 unit; irigasi
80.120 unit; penahan tanah sebanyak 247.686
unit.
12. Selain untuk menunjang aktivitas ekonomi warga
desa, dana desa sepanjang 2015-2021, telah
digunakan juga untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat desa, berupa: sarana olah raga
sebanyak 29.210 unit; prasarana air bersih
1.207.423 unit; prasarana MCK 443.884 unit;
Polindes 14.401 unit; drainase 45.517.578 meter;
PAUD 66.430 kegiatan; Posyandu 42.007 unit;

6
serta digunakan untuk membangun 74.289 unit
sumur.
13. Peningkatan fasilitas di desa ditunjukkan oleh hasil
pengukuran Indeks Desa Membangun (IDM). Pada
tahun 2015, jumlah desa berstatus mandiri hanya
sebanyak 174 desa. Pada tahun 2021 jumlah
tersebut meningkat 1.878 persen, menjadi 3.269
desa mandiri.
14. Desa dengan status desa maju di tahun 2015
berjumlah 3.608, meningkat pada tahun 2021
menjadi 15.321 desa. Begitu juga desa
berkembang, meningkat drastis, dari 22.882 desa
di tahun 2015, menjadi 38.082 desa berkembang
pada tahun 2021.
15. Sebaliknya, desa tertinggal dan sangat tertinggal
terus mengalami penurunan. Pada tahun 2015 ada
33.592 desa tertinggal dan 13.453 desa sangat
tertinggal. Pada tahun 2021, jumlah tersebut turun
menjadi 12.636 desa tertinggal dan 5.649 desa
sangat tertinggal.

7
Ibu Menteri Keuangan, Pejabat Tinggi Madya dan
Pratama, Bapak Direktur, Sivitas Akademika PKN
STAN, dan undangan yang berbahagia,
16. Aspirasi masyarakat yang diterima Presiden Joko
Widodo berupa harapan agar dana desa semakin
bermanfaat bagi seluruh warga desa, terutama
bagi warga miskin.
17. Secara konseptual, kemanfaatan prmbangunan
hendaknya diukur melalui ukuran outcome,
menambahkannya pada ukuran input sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya.
18. Studi pembangunan manusia mutakhir yang sama-
sama bertekad memeratakan pembangunan untuk
semua, tanpa ada warga yang tertinggal, ialah
Sustainable Development Goals (SDGs) sejak 2016
hingga 2030.
19. Saya telah menulis di kompas.com tentang desa
konstitusi, menjelaskan tugas-tugas negara dan
masyarakat sebagaimana tertera dalam pasal-
pasal UUD 1945 serupa dengan tujuan dan sasaran
SDGs. Di antaranya, pemerataan pendidikan dan

8
fasilitas kesehatan, demokrasi dan kebebasan
berpendapat, penanganan golongan miskin,
hingga kesempatan untuk menjalankan agama
dalam kehidupan sehari-hari.
20. Undang-undang desa juga mengamanatkan
pembangunan harus mampu mengurangi
kemiskinan, menyediakan infrastruktur,
meningkatkan kualitas hidup, hingga melestarikan
lingkungan. Tujuan inipun terinci dalam SDGs.
21. Secara khusus, sasaran pembangunan desa dalam
RPJPN 2005-2025 memposisikannya untuk
memeratakan pembangunan, agar pada akhirnya
mendukung pertumbuhan ekonomi. Pemerataan
pembangunan absolut tentu berupa no one left
behind, adagium yang digunakan untuk
menyederhanakan tekad SDGs.
22. Indonesia salah satu penggagas SDGs di PBB,
kemudian menerapkannya di Indonesia
sebagaimana diputuskan Bapak Presiden dalam
Perpres Nomor 59/2017 tentang percepatan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

9
Bapak Rektor, dan hadirin sekalian,
23. Dengan mempertimbangkan amanat konstitusi,
amanat perundang-undangan, amanat Bapak
Presiden, serta ratifikasi SDGs, maka saya
memutuskan menerapkannya pada level desa,
melokalkan SDGs menjadi SDGs Desa.
24. Jika tidak dilokalkan, dokumen sasaran Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan menunjukkan peran
desa dinilai terbatas hanya pada SDGs Nomor 1,
untuk menghilangkan kemiskinan, dan SDGs
Nomor 10, yaitu meningkatkan desa mandiri dalam
rangka mengurangi kesenjangan wilayah. Hanya 2
tujuan SDGs yang semula dianggap sebagai peran
desa. Padahal kenyataannya 91 persen wilayah
pemerintahan terkecil ialah desa, dan 71 persen
penduduk Indonesia tinggal di desa.
25. Pelokalan menjadi SDGs Desa kemudian
meluaskan peran desa hingga ke seluruh tujuan
SDGs. Ini benar-benar sesuai dengan proporsinya
peran besar desa di Indonesia.

10
Ibu Menteri Keuangan, Pejabat Tinggi Madya dan
Pratama, Bapak Direktur, Sivitas Akademika PKN
STAN, dan undangan yang berbahagia,
26. Pelokalan SDGs menjadi SDGs Desa bertujuan
memperjelas arah pembangunan desa,
memudahkan praktek pelaksanaannya di
lapangan, serta mempermudah pengukuran hasil,
manfaat, dan dampak pembangunan.
27. Ikon SDGs dilokalkan dalam SDGs Desa agar meski
sepintas warga desa langsung memahaminya.
Contohnya, tujuan pengurangan kemiskinan lebih
mudah dipahami oleh ikon tabungan, sementara
ikon global kerap disalahpahami semirip program
keluarga berencana.
28. Pelokalan terhadap rumusan pernyataan dilakukan
agar dengan mudah dipahami tujuan akhir yang
hendak dicapai desa. Contohnya, pernyataan
“Desa Tanpa Kemiskinan” lebih mudah dipahami
daripada “Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di
mana pun”.

11
29. SDGs Desa diletakkan pada konteks budaya desa-
desa di Indonesia. Untuk itu, secara khusus
ditambahkan SDGs Desa nomor 18: Kelembagaan
Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif. Tambahan
tujuan tersebut, menunjukkan kekhasan
pembangunan desa Indonesia.
30. Tujuan SDGs Desa ke-18 ini memastikan bahwa,
identitas budaya dan hak masyarakat tradisional
tetap dihormati, selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban. Desa memajukan
kebudayaan dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya. Demikian
pula, desa memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya bangsa.
31. Secara utuh, SDGs Desa memiliki 18 tujuan,
dengan 222 indikator, yang melingkupi aspek
kewargaan, kewilayahan desa, serta kelembagaan
desa. Delapan Belas (18) SDGs Desa tersebut
adalah; Desa tanpa kemiskinan; Desa tanpa
kelaparan; Desa sehat dan sejahtera; Pendidikan

12
desa berkualitas; Keterlibatan perempuan desa;
Desa layak air bersih dan sanitasi; Desa berenergi
bersih dan terbarukan; Pertumbuhan ekonomi
desa merata; Infrastruktur dan inovasi desa sesuai
kebutuhan; Desa tanpa kesenjangan; Kawasan
permukiman desa aman dan nyaman; Konsumsi
dan Produksi desa sadar lingkungan; Desa tanggap
perubahan iklim; Desa peduli lingkungan laut;
Desa peduli lingkungan darat; Desa damai
berkeadilan; Kemitraan untuk pembangunan desa;
dan Kelembagaan desa dinamis dan budaya desa
adaptif.

Ibu Menteri Keuangan, Pejabat Tinggi Madya dan


Pratama, Bapak Direktur, Sivitas Akademika PKN
STAN, dan undangan yang berbahagia,
32. SDGs Desa menjadi arah kebijakan pembangunan desa
sampai 2030. Ini ditetapkan sejak Permendesa PDTT
Nomor 21/2020
33. Sesuai regulasi tersebut, tahapan pembangunan desa
dimulai dari pendataan, perencanaan, pelaksanaan,

13
serta monitoring dan evaluasi. Secara khusus, regulasi
tersebut memastikan daulat desa atas datanya sendiri.
34. Demokratisasi data SDGs Desa ditunjukkan mulai dari
“data dari desa”, yaitu informasi dikumpulkan dari
pemerintah desa, rukun tetangga, keluarga, hingga
warga desa. Adagium “data oleh desa” diwujudkan
dengan pembentukan Pokja Relawan Pendataan Desa,
yaitu para pendata dari warga di rukun tetangga yang
sama. Sensus partisipatoris ini memastikan validitas
data, karena sulit berbohong kepada pendata yang
sekaligus tetangganya. Adagium “data untuk desa”
terwujud dengan menempatkan hanya wali data di desa
satu-satunya pemangku data by name by address
warga dan keluarga, juga informasi rukun tetangga dan
lingkungan desa.
35. Semangat daulat data desa pada tahun 2021
menghasilkan data 94.405.149 warga, 28.001.539
keluarga, dan 322.833 rukun tetangga.
36. Teknologi informasi tidak hanya digunakan untuk
mengumpulkan data, namun sekaligus pengolahan,
rekomendasi kegiatan desa, hingga monitoring hasil
pelaksanaannya.

14
37. Saat ini melalui situs sid.kemendesa.go.id warga desa
mengetahui persis jumlah warga miskin dan miskin
ekstrem, jumlah warga yang membutuhkan asuransi
kesehatan dan ketenagakerjaan, dan sebagainya.
Warga sekaligus mendapatkan informasi rekomendasi
kegiatan yang dibutuhkan tiap-tiap desa. Khusus,
pemangku data di desa dapat meninjau hingga by name
bu address warga dan keluarga calon pemanfaat
kegiatan.
38. Meskipun algoritma berhasil mengolah, menganalisis,
hingga menyimpulkan rekomendasi pembangunan
desa, namun keputusan akhir tetap pada Musyawarah
Desa. Seluruh algoritma hanya berperan seperti tenaga
ahli bagi desa.

Ibu Menteri Keuangan, Pejabat Tinggi Madya dan


Pratama, Bapak Direktur, Sivitas Akademika PKN
STAN, dan undangan yang berbahagia,
39. SDGs Desa mentransformasi keputusan-keputusan
pembangunan desa, dari semula berbasis kekuasaan
dan keinginan, menjadi berbasis kebutuhan, masalah
dan potensi sesuai data desa sendiri. Juga, lebih
demokratis karena data, hasil olahan potensi dan

15
masalah, serta algoritma rekomendasi pembangunan
bisa dibaca khalayak juga.
40. SDGs Desa juga diarahkan untuk mempermudah desa
dalam menjalankan pembangunan melalui ukuran-
ukuran yang rinci dan mudah dilihat capaiannya.
41. Sampai di sini jelas dibutuhkan pengembangan
kapasitas yang berkaitan dengan data, baik pemahanan
kuesioner, pengelolaan pendataan di lapangan,
pembacaan hasil olahan data, hingga pengukuran
implementasi pembangunan desa.
42. Disadari arah kebijakan pembangunan desa berbasis
SDGs Desa membutuhkan komunikasi publik yang
ekstensif serta efektif. Termasuk di dalamnya
komunikator yang mampu menjalankan peran sebagai
jembatan kultural antara konsep SDGs Desa dengan
kultur dan lembaga desa setempat.
43. Budaya data yang dikembangkan dalam dialog-dialog
pada musyawarah desa juga membutuhkan kapasitas
fasilitasi antar pihak. Tidak hanya fasilitas kebutuhan
pemerintah desa dan tokoh masyarakat, namun penting
untuk memastikan suara golongan miskin, perempuan,
difabel, dan kelompok marjinal lainnya tetap bisa
bersuara dalam musyawarah desa, apalagi saat SDGs

16
Desa telah menunjukkan potensi dan masalah mereka,
serta merekomendasikan kegiatan bagi mereka.
44. Pada titik ini dibutuhkan SDGs Desa Center di
perguruan tinggi. Kami bersyukur untuk pertama
kalinya berdiri SDGs Desa Center PKN STAN.

Ibu Menteri Keuangan, Pejabat Tinggi Madya dan


Pratama, Bapak Direktur, Sivitas Akademika PKN
STAN, dan undangan yang berbahagia,
45. SDGs Desa Center menguatkan partisipasi sayap
akademisi dalam mendukung dan mengembangkan
desa mencapai tujuan-tujuan SDGs Desa.
46. SDGs Desa Center dapat memfokuskan Tridharma
Perguruan Tinggi semakin distingtif, semakin jelas dan
tegas.
47. Sebagaimana Undang-undang Desa mencuatkan asas
rekognisi dan asas subsidiaritas, arah kebijakan
pembangunan desa yang bertumpu pada SDGs Desa
hendak dijalankan dengan bertumpu pada akar budaya
desa setempat, melalui lembaga setempat, serta
melibatkan partisipasi warga sepenuhnya.
Konsekuensinya, metode penelitian utama SDGs Desa
Center berada dalam ranah dari metode campuran atau

17
mixed methods, ke arah metode kaji tindak, hingga
metode-metode partisipatoris.
48. Terbuka peluang untuk menemukan metode-metode
baru yang bertumpu pada hasil sensus partisipatoris
yang menghasilkan data mikro selevel desa, RT,
keluarga, dan warga. Harapan ditumpukan kepada
SDGs Desa Center PKN STAN agar mampu mengukur
assessment aset desa, administrasi keuangan BUM
Desa, juga peringkat BUM Desa. Terbuka juga
tantangan metode untuk merumuskan ukuran agregasi
rekomendasi SDGs Desa dengan rencana aksi SDGs di
daerah dan nasional.
49. Kompilasi data penghasilan maupun pengeluaran
warga desa membuka kesempatan merumuskan
pengukuran kemiskinan makro namun dengan garis
kemiskinan level desa berikut data by name by address,
diikuti koefisien Gini antar warga di satu desa. Ada
tantangan menghitung semacam semacam PDRB
tingkat RT dan desa untuk menghitung pertumbuhan
ekonomi tiap desa. Jika ditambah penerapan tabel
kematian, tantangan selangkah berikutnya menghitung
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) level desa.

18
50. Adapun topik penelitian SDGs Desa Center PKN STAN
secara khusus dapat mencakup evaluasi perencanaan
dan pelaksanaan SDGs Desa di lapangan, aset desa,
keterpautan rencana aksi SDGs Desa dengan rencana
aksi SDGS kabupaten, provinsi dan nasional. Setealh
mendapatkan hasil-hasil penelitian ini, seminar nasional
dan internasional bertopik SDGs Desa menjadi layak
diselenggarakan.
51. Seluruh hasil pengembangan metode harus bisa
menjadi sumber pengabdian kepada masyarakat,
diprakterkkan di desa dan memberikan manfaat bagi
warga desa. Ini dapat dimulai dengan Duta SDGs Desa
yang menjadi jembatan komunikasi kepada warga
desa. Website SDGs Desa Center, podcast SDGs Desa,
dan pelatihan ketrampilan SDGs Desa kepada berbagai
pihak juga menarik dijalankan.
52. Dharma pengabdian kepada masyarakat juga dapat
berupa pendampingan pembangunan desa berbasis
SDGs Desa, baik kepada pemerintah desa, BUM Desa,
maupun lembaga kemasyarakatan lain. Praktek-praktek
baik pengabdian kepada masyarakat selayaknya
dirumuskan menjadi pedoman-pedoman membangun
desa yang mampu menunjukkan tahapan-tahapan

19
partisipatif, kemudian bersama-sama Kementerian
Desa PDTT menyampaikan pedoman tersebut ke
seluruh desa.
53. Dharma pendidikan mencakup dimensi di dalam
kurikulum sendiri, maupun berkaitan RPL Desa.
Abstraksi hasil penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat untuk pencapaian tujuan-tujuan SDGS
Desa dapat memperkaya kurikulum perkuliahan seperti
pengelolaan keuangan, pengelolaan aset, perpajakan,
hingga akuntansi desa atau BUM Desa. Dapat pula
kekhususan SDGs Desa untuk meramu beragam ilmu
pengetahuan akuntansi yang paling cocok untuk desa-
desa di Indonesia.
54. Pada sisi lainnya, PKN STAN bersama Kemendesa PDTT
dapat merumuskan RPL Desa. Ini menjadi jalan masuk
komunikasi pengetahuan antara perguruan tinggi dan
pegiat desa, agar SDM yang dibutuhkan untuk
menyejahterakan warga melalui SDGs Desa bisa
terpenuhi.
55. RPL Desa sesuai keandalan PKN STAN dapat
berkembang pada program studi pengelolaan keuangan
desa dan BUM Desa, manajemen aset desa dan BUM

20
Desa, akuntansi dan pelaporan keuangan desa serta
BUM Desa
56. SDGs Desa Center telah membukakan gerbang ilmu
pengetahuan lebih lebar untuk menerapkan Tridharma
Perguruan Tinggi, serta mengeratkan kerja bersama
Kementerian Desa PDTT.

Ibu Menteri Keuangan, Pejabat Tinggi Madya dan


Pratama, Bapak Direktur, Sivitas Akademika PKN
STAN, dan undangan yang berbahagia,
57. SDGs bisa dimaknai sebagai capaian tertinggi konsep
pembangunan manusia sejak terumuskannya konsep
pembangunan pada tahun 1945 hingga kini. Pun
demikian pelokalannya dalam SDGs Desa.
58. Namun demikian, sebagaimana kaidah ilmiah selama
ini, para akademisi masih memiliki ruang untuk terus
berinovasi dalam ranah SDGs Desa. Para pakar
pembangunan masih mendapat tantangan untuk
merumuskan kebijakan terbaik agar target yang sangat
tinggi pada 2030 tercapai. Tertulis targetnya ialah
pemenuhan kebutuhan hidup bagi seluruh manusia.
59. Karena itu, Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi
bersama SDGs Desa Center PKN STAN perlu terus

21
menerapkan siklus untuk mengkaji kebijakan yang
sudah tersusun, dampaknya di lapangan, sebagai bekal
inovasi kebijakan baru pembangunan desa. Kita
bersama-sama bertekad mengembangkan inovasi
kebijakan pembangunan yang menyejahterakan warga
desa.
60. Demikian yang bisa saya sampaikan pada kesempatan
ini, terima kasih dan mohon maaf.

Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq,


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal, dan Transmigrasi

Dr. (H.C.). H. Abdul Halim Iskandar, M.Pd.

22

Anda mungkin juga menyukai