Anda di halaman 1dari 11

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERBASIS DISCOVERY


LEARNING (PART OF INQUIRY SPECTRUM LEARNING-WENNING)
PADA MATERI BIOTEKNOLOGI KELAS XII IPA DI SMA NEGERI 1
MAGELANG TAHUN AJARAN 2014/2015
Akbar Handoko1, Sajidan2, Maridi3
1 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
handokoakbar@yahoo.com

2 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
adjids2002@yahoo.com
3 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
maridi_uns@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian dan pengembangan modul dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik, kelayakan prototype
dan keefektifan modul biologi berbasis Discovery Learning (part of Inquiry spectrum learning-Wenning) pada
materi bioteknologi terhadap hasil belajar siswa kelas XII IPA di SMA Negeri 1 Magelang. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (R&D) Borg dan Gall (1983) yang dimodifikasi.
Model pengembangan modul mengadaptasi model ADDIE (Analyze, Design, Develop, Implement dan Evaluate).
Instrumen yang digunakan berupa: angket, observasi, penilaian diri sendiri, penilaian antar teman, dan tes. Uji
lapangan operasional menggunakan Post-test only design Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan
menggunakan uji Independent Sample T-test. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa; karakteristik
modul hasil pengembangan adalah modul dilengkapi dengan basis model Discovery Learning, menekankan pada
kerja sama kelompok dalam penemuan konsep bukan individu dan modul sesuai dengan tuntutan kurikulum
2013; kelayakan modul biologi berbasis Discovery Learning diperoleh skor rata-rata 86.42 dengan berkategori
“sangat baik”; dan modul biologi berbasis Discovery Learning efektif untuk memberdayakan hasil belajar dari
aspek sosial, aspek keterampilan dan aspek pengetahuan. Simpulan dari penelitian ini adalah modul biologi hasil
pengembangan memiliki karakteristik dilengkapi basis model Discovery Learning yang menekankan pada kerja
sama kelompok layak digunakan dan dapat memberdayakan aspek sosial, aspek keterampilan dan aspek
pengetahuan.
KataKunci: Biologi, Discovery Learning, bioteknologi, hasil belajar siswa.

Pendahuluan Magelang pada kurun waktu tahun 2010-2011


dan tahun 2012-2013 terjadi penururan sebesar
Pendidikan merupakan ujung tombak 21.16% yaitu dari 83.89% turun menjadi
pembangunan bangsa, namun ada banyak 62.73% (Sofware Pamer UN BSNP, 2013).
kendala yang menghambat pelaksanaan Selain itu, hasil analisis buku materi yang
kegiatan pendidikan. Berdasarkan hasil digunakan oleh siswa hanya berisi pemaparan
observasi dan analisis Instrumen Faktor materi dan latihan soal serta minim kegiatan
Penyebab Dengan 8 Standar di SMA Negeri 1 belajar. Sedangkan untuk modul biologi yang
Magelang di peroleh nilai Implementasi SNP terdapat dipasaran yang diterbitkan oleh CV.
(Standar Nasional Pendidikan) sebesar 94.79% Willian juga belum dikembangkan dengan
dan gap sebesar 5.21%. Kemudian berdasarkan menggunakan model pembelajaran tertentu.
analisis daya serap hasil Ujian Nasional (UN) Menurut (Suardana, 2006; Widyaningrum,
materi Bioteknologi di SMA Negeri 1 Sarwanto dan Puguh, 2014; Novana, Sajidan

144
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

dan Maridi, 2014) dalam hasil penelitiannya yang belajar menggunakan model Discovery
melaporkan bahwa penggunaan modul Learning dengan model pembelajaran
berbasis model dapat meningkatkan hasil konvensional.
belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran Adapun tujuan penelitian
juga berpengaruh terhadap kemampuan pengembangan yang telah dilakukan adalah
psikomotor siswa (Ispriyanto dkk, 2014). untuk mengetahui karakteristik, kelayakan
Tetapi pada kenyataannya berdasarkan hasil prototype dan keefektifan modul biologi
analisis angket baik guru dan siswa berbasis Discovery Learning (Part of Inquiry
menyatakan bahwa buku yang digunakan Spectrum Learning-Wenning) pada materi
dalam kegiatan pembelajaran tidak bioteknologi terhadap hasil belajar siswa kelas
memfasilitasi siswa untuk menemukan konsep XII IPA di SMA Negeri 1 Magelang.
dan mengemukakan ide-ide mereka, buku ajar
biologi materi Bioteknologi sulit dipahami dan
kurang memfasilitasi siswa untuk melakukan Metodologi Penelitian
kegiatan pembelajaran berbasis saintifik.
Penelitian yang dilakukan merupakan
Padahal dengan pembelajaran praktikum siswa
penelitian dan pengembangan yang diadaptasi
dapat belajar aktif dan terarah sehingga dapat
dari Borg dan Gall yang meliputi: (1)
meningkatkan nilai psikomotor siswa (Rahayu
penelitian pendahuluan untuk mengidentifikasi
dkk, 2013).
potensi dan masalah, (2) pengumpulan data,
Menurut Dawson dan Schibeci (2003)
(3) pembuatan desain produk, (4) validasi
faktor-faktor yang membatasi pengajaran
desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk,
bioteknologi meliputi: kurangnya keahlian
(7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9)
guru dalam konten bidang ini, kurangnya
revisi produk akhir, (10) penyebaran dan
pengalaman dalam kecocokan aktivitas
implementasi (Borg dan Gall, 1983). Model
mengajar; kurangnya sumber dan materi
ini diadaptasi menjadi 9 langkah. Menurut
kurikulum dan kurangnya waktu mengajar.
Borg dan Gall (1983:772) penelitian dan
Oleh karena itu pengembangan modul
pengambangan merupakan suatu proses yang
pembelajaran dirasa perlu dilakukan. Modul
digunakan untuk mengembangkan atau
yang diperlukan untuk mengatasi hasil belajar
memvalidasi produk-produk yang digunakan
siswa rendah yang berorientasi pada
dalam pembelajaran.
keterampilan proses sains, sikap ilmiah dan
Model pengembangan modul
kemampuan kognitif sesuai amanat kurikulum
mengadaptasi model ADDIE. Model ADDIE
2013 adalah modul yang mengarahkan
adalah akronim dari Analyze, Design, Develop,
pencarian pengetahuan secara aktif dalam
Implement dan Evaluate. Model ADDIE
memecahkan masalah, merangsang
merupakan sebuah konsep pembelajaran yang
keingintahuan dan membantu siswa dalam
bertujuan untuk mengembangkan subuah
menemukan konsep. Model pembelajaran yang
produk. Menurut Branch (2009) penggunaan
dirasa mampu memberdayakan sikap sosial,
model ADDIE dalam menciptakan suatu
aspek pengetahuan kognitif dan keterampilan
produk merupakan salah satu alat yang paling
proses sains adalah model pembelajaran
efektif. Karena ADDIE merupakan sebuah
Discovery Learning. Sependapat dengan
prosedur yang berfungsi sebagai kerangka
(Jolingan et al, 2007; Yang et al, 2010; dan
panduan yang tepat dalam mengembangkan
Uside et al, 2013) model Discovery Learning
produk pendidikan dan sumber belajar lainnya.
dapat meningkatkan penguasaan konsep dan
Sumber data penelitian berupa data
pengetahuan siswa, (Hofstein dan Wolberg,
validasi, data uji coba terbatas, data uji skala
2005; Devi, 2010; Ilmi dkk, 2012; dan
luas, data pencapaian nilai kompetensi
Mahmoud, 2014) model Discovery Learning
pengetahuan. Sedangkan desain penelitian
dapat mengembangkan keterampilan dan
yang digunakan dalam pengujian efektifitas
proses sains siswa, dan menurut Widiadnyana
modul adalah desain Post-test only design dari
(2014) terdapat perbedaan sikap ilmiah siswa

145
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Sugiyono (2008), dimana kelompok pertama dibutuhkan jika potensi perubahan Kurikulum
diberi perlakuan dan kelompok yang lain tidak. berbasis sains dapat direalisasikan. Hal ini
Uji efektifitas modul dilakukan di SMA dikarenakan tingginya tingkat penemuan-
Negeri 1 Magelang. Subjek uji coba adalah penemuan baru dalam ilmu biologi; kemajuan
kelas XII IPA 5 sebagai kelas eksperimen yang baru dalam ilmu kognitif, belajar penelitian,
diberi nama Kelas Modul (kelas yang komputasi dan informatika; semakin majunya
menggunakan modul berbasis Discovery ilmu fusi dalam biologi dan ilmu alam lainnya;
learning dengan jumlah sampel 24 siswa) dan dan kebutuhan peserta didik dari generasi
kelas XII IPA 4 sebagai kelas kontrol yang digital telah banyak menimbulkan tantangan
diberi nama Existing Class (kelas yang tidak dalam pembelajaran biologi. Tidak terkecuali
menggunakan produk hasil pengembangan dalam pemilihan model dan bahan ajar yang
dengan jumlah sampel 24 siswa). Teknik cocok digunakan dalam kegiatan pembelajaran
pengambilan sampel digunakn teknik Cluster biologi (Kuddus, 2013).
Random Sampling. Berdasarkan hasil analisis modul produk
Instrumen yang digunakan dalam pengembangan didapatkan beberapa kelebihan
penelitian ini adalah angket, lembar observasi modul yang dikembangkan dan menjadi
dan tes. Data hasil angket dihitung karakteristik khas modul produk
menggunakan rumus: pengembangan. Adapun hasil analisis produk
V= x 100% pengembangan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Karakteristik Modul Hasil


Katerangan: Pengembangan
V = Validitas Aspek Yang Kelebihan Modul Hasil
TSEV =Total Skor Empirik Validator Dianalisis Pengembangan
S max = Skor maksimal yang diharapkan. Aspek materi Materi pada modul disajikan
(Suwastono, 2011) dari umum kekhusus.

Sedangkan untuk data nilai hasil tes Materi yang dikembangkan


dihitung menggunakan uji-t dua sampel berdasarkan analisis silabus dan
RPP (Rencana Pelaksanaan
Independen menggunakan bantuan program Pembelajaran) yang ada
SPSS (Statistical Package for the Social disekolah.
Sciences) 20. Kriteria pengujian yang
digunakan adalah jika thitung<ttabel atau – Materi pada sub-bab kultur
thitung<ttabel maka H0 ditolak. jaringan bertujuan untuk
menjelaskan apa manfaat kultur
jaringan pada tumbuhan dalam
pembuatan tanaman transgenik.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Materi DNA rekombinan dan
Pengembangan modul biologi berbasis dampak postif dan negatife
Discovery learning didasari adanya penerapan bioteknologi
kesenjangan antara kenyataan dan harapan disajikan dalam bentuk
penemuan konsep
yang ada dilapangan yaitu dengan melakukan
analisis Kurikulum dan analisis kebutuhan Aspek sekenario Pada modul guru sekenario
guru serta siswa di SMA Negeri 1 Magelang. pembelajaran pembelajaran sudah diadaptasi
Sependapat dengan Branch (2009) yang pada modul guru dari RPP sehingga dalam
kegiatan pembelajaran guru
menyatakan bahwa tujuan analisis adalah
dapat langsung menggunakan
untuk mengidentifikasi penyebab modul guru tanpa melihat RPP
kemungkinan terjadinya gap. Lebih lanjut lagi.
Gilbert (2004) menyatakan bahwa untuk
mencapai tujuan yang besar suatu penelitian Aspek kegiatan Kegiatan observasi: penyajian
belajar siswa gambar nyata bermanfaat
dan pengembangan yang detail akan sangat melatih kemampuan siswa

146
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

dalam mengamati gambar, pembelajaran Wenning (2005) menyatakan


membandingkan dan menyusun model pembelajaran Discovery learning adalah
langkah kerja.
model pembelajaran yang membantu siswa
Kegiatan manipulasi: bertujuan mengembangkan suatu konsep berdasarkan
melatih kemampuan siswa pengalaman pertama yang diberikan oleh guru.
dalam memilih alat dan bahan Pendapat ini juga didukung oleh penelitian
percoban, menyusun prosedur
Shen (2007) yang menyatakan pendekatan
kerja, melatih keterampilan
unjuk kerja dan melatih pembelajaran penemuan terbimbing dengan
keterampilan siswa dalam menggunakan media yang sesuai dan memadai
melakukan pengamatan hasil dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa
percobaaan. dan kerja ilmih siswa SDN 2 dan SDN 5
Kegiatan generalisasi: bertujuan Mataram. Kemudian Batubara (2014) dalam
melatih kemampuan siswa penelitiannya menyatakan bahwa strategi
melakukan analisis data untuk pembelajaran inkuiri maupun discovery dapat
membuat kesimpulan hasil meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
percobaan. Selain itu adanya
diskusi kelompok berpotensi
bioteknologi. Selain itu Tran (2014)
mengembangkan sikap sosial menyimpulkan bahwa model Discovery
siswa dalam satu kelompok. Learning lebih efektif daripada model
pembelajaran tradisional. Oleh karena itu
Kegiatan verifikasi: adanya Wenning (2005) membagi kemampuan dasar
presentasi kelompok berpotensi
mengembangkan sikap sosial yang dikembangkan oleh model Discovery
siswa dalam satu kelas, learning meliputi kemampuan mengamati,
menimbulkan keberanian siswa memformulasikan konsep, membuat perkiraan,
dalam mengungkapkan membuat kesimpulan, mengkomunikasikan
pendapat, menghargai teman
dan menimbulkan rasa
dan mengklasifikasikan hasil.
pentingnya mufakat dalam Modul yang dikembangkan dibagi
diskusi. menjadi 3 bagian. Pembagian modul ini sesuai
dengan pendapat Purwanto dkk (2007) yang
Kegiatan aplikasi: dalam menyatakan komponen modul terbagi menjadi
kegiatan aplikasi soal yang
disajikan bukanlah soal yang 3 bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian
bersifat hafalan tetapi suatu utama dan bagian penutup. Dalam kegiatan
permasalahan yang aplikatif dan Inti, pembelajaran modul menggunakan basis
menuntut siswa mengambil model Discovery learning. Model
keputusan secara bijak
berdasarkan hasil penemuan
pembelajaran Discovery Laerning pada Level
konsep bersama. of Inquiry bukanlah Discovery Learning
murni. Karena menurut Wenning (2005)
Discovery Learning merupakan level 1 dari
Modul yang dikembangkan bertujuan Level of Inquiry dimana peran guru masih
untuk mengatasi permasalahan belajar siswa dominan dalam kegiatan pembelajaran.
yang kompleks, basis model pembelajaran Pemilihan basis model Discovery Learning ini
yang dirasa sesuai adalah model pembelajaran sejalan dengan pendapat Prince dan Felder
level of inquiry. Menurut Wenning (2011) (2007) yang menyatakan bahwa Discovery
model pembelajaran level of inquiry adalah Learning yang merupakan salah satu metode
suatu pendekatan yang menginstruksikan pembelajaran induktif dalam penggunaannya
mendorong pengembangan kecerdasan dan dianjurkan tidak menggunakan Discovery
keahlian saintifik dengan cara melakukan Learning murni dalam mengajarkan materi ajar
penyelidikan secara sistematis dan kepada siswa SD sampai Sarjana. Karena
komprehensif. Salah satu model pembelajaran konsep trial and error dan minimnya
level of inquiry adalah model Discovery bimbingan dapat menyebabkan kegagalan
learning. Lebih lanjut menurut hirarki orientasi pencapaian tujuan pembelajaran. Lebih lanjut

147
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Hammer (1997) mengemukakan bahwa baik teman sementara guru melakukan pengecekan
pembelajaran Discovery Learning maupun secara intensif dan memberikan bantuan
Discovery Teaching merupakan satu kesatuan kepada siswa yang kesulitan dalam
yang saling melengkapi. Jika kedua model mempelajari modul secara individual.
tersebut digunakan dalam suatu pembelajaran Untuk menguji kelayakan modul, modul
yang bersamaan akan menghasilkan hasil biologi berbasis Discovery learning pada
belajar yang jauh lebih baik. Sependapat materi bioteknologi terlebih dahulu di validasi
dengan Mayer (2004) supaya pembelajaran oleh para ahli. Menurut Dharma (2008)
Discovery Learning murni dapat mencapai validasi adalah proses atau pengesahan
tujuan pembelajaran maka dibutuhkan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan.
instruktur guna mengarahkan kegiatan Lebih lanjut Daryanto (2013) mengemukan
pembelajaran. Dalam hal ini peneliti bahwa validasi dapat dilakukan dengan cara
menggunakan guru mata pelajaran biologi meminta bantuan ahli yang menguasai
sebagai pengganti instruktur. kompetensi yang dipelajari. Untuk itu syarat
Wenning (2011) menyebutkan langkah- yang dijadikan validator adalah S1 atau S2
langkah pembelajaran Discovery learning dibidangnya sesuai dengan kebutuhan. Adapun
adalah observation, manipulation, data hasil validasi modul dapat dilihat pada
generalization, verification dan application. tabel 2.
Pada tahap observasi, dalam modul siswa
dihadapkan pada fenomena yang menarik Tabel 2. Hasil Penilaian Modul
Responden Penilain Hasil Kriteria
minat dan respon siswa. Hal ini sependapat Modul Penilaian Penilaian
dengan Lavine (2005) menyatakan bahwa (%)
kasus klinis yang disajikan dalam Ahli materi 80.95 Baik
pembelajaran penemuan terbimbing berfungsi Ahli modul/media 91.07 Sangat Baik
untuk memfokuskan pada masalah nyata dan Ahli bahasa 91.67 Sangat Baik
Ahli perangkat 84.52 Sangat Baik
menambah relevansi dan motivasi untuk pembelajaran
menguasai dasar-dasar sains. Penggunaan basis Praktisi 85.52 Sangat Baik
model Discovery learning dalam pembelajaran
pengembangan modul karena model ini Siswa 83.33 Sangat Baik
mengedepankan penemuan kensep bersama Rerata penilaian 86.42 Sangat Baik
sehingga model ini dapat mengakomodasi 3
aspek hasil belajar yaitu sikap sosial, Validator materi dilakukan oleh dosen
pengetahuan dan keterampilan siswa. Bioteknologi. Tujuan validasi materi adalah
Sebagaimana yang diungkapkan oleh untuk mengetahui kelayakan dan kecukupan
Kemendikbud (2013) yang menyatakan bahwa materi yang disajikan. Depdiknas (2008: 6)
kelebihan dari model Discovery Learning menyatakan bahwa dalam penyusunan materi
adalah: 1). Membantu siswa untuk harus memperhatikan kedalaman dan keluasan
memperbaiki dan meningkatkan keterampilan cakupan materi. Keluasan materi
dan proses kognitif, dan 2) metode discovery menggambarkan seberapa banyak materi-
dapat membantu siswa memperkuat konsep materi yang dimasukkan, sedangkan
dirinya karena memperoleh kepercayaan kedalaman materi menyangkut rincian konsep-
bekerja sama dengan yang lain. konsep yang terkandung di dalamnya yang
Karakteristik khusus dari modul ini harus dipelajari oleh siswa.
adalah dalam setiap kegiatannya sangat Revisi dari ahli materi menyarankan
menekankan kerja sama kelompok dalam gambar yang menampilkan proses lengkapi
menemukan konsep bukan individual. dengan angka yang menunjukkan urutan,
Sependapat dengan Budiono dan Susanto gambar yang menunjukkan prosedur kerja
(2006) yang mengemukakan bahwa cara yang harus jelas supaya mudah ditelaah siswa, dan
makin baik dalam menggunakan modul adalah sedapat mungkin gunakan gambar yang nyata
siswa aktif mempelajarinya bersama dengan atau mendekati nyata untuk mengurangi
miskonsepsi siswa dan kebosanan siswa. Hal

148
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh pembelajaran, tujuan pembelajaran


Prastowo (2012: 125), yang menyatakan dihilangkan, materi di bagi 2 menjadi materi
bahwa gambar-gambar dapat mendukung dan reguler dan materi pengayaan. Secara garis
memperjelas isi materi sehingga menimbulkan besar saran revisi mengacu pada lampiran
daya tarik dan mengurangi kebosanan bagi Peraturan Menteri no 103 Tahun 2014 tentang
pembaca. Sependapat dengan Holliday (1990) Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
yang menyatakan bahwa dalam memilih buku Atas/Madrasah Aliyah.
ajar sains harus dilengkapi dengan sejumlah Dari hasil validasi ahli terhadap modul
gambar yang memerinci dan menyimpulkan. biologi berbasis Discovery learning kriteria
Kemudian Kinchin (2011) pada penelitian hasil validasi masuk sangat baik dengan
yang dilakukan telah membuktikan pentingnya asumsi sangat layak digunakan. Hasil
gambar dan kerangka pelajaran dalam perolehan kriteria layak ini sesuai dengan hasil
pembelajaran sains terutama biologi. penelitian yang dilakukan oleh (Zainuddin,
Untuk Validasi ahli pengembangan Mustikawati dan Suyidno, 2012; Izzati,
modul biologi berbasis Discovery learning Hindarto, dan Pamelasari, 2013; Kurniawati,
pada materi bioteknologi untuk SMA kelas XII 2013; Septianu, Sudarmin, dan Widiyatmoko,
IPA SMA Negeri 1 Magelang dilakukan oleh 2014) yang menyatakan, bahwa setelah
dosen media pembelajaran. Aspek penilaian melakukan tahap validasi, modul yang
yang dinilai meliputi aspek organisasi dikembangkan layak sebagai media
penyajian umum, aspek penyajian pembelajaran dalam hal konten, kebahasaan,
mempertimbangkan kebermaknaan dan dan penyajian. Sedangkan untuk validasi
kebermanfaatan, aspek keterlibatan siswa praktisi pembelajaran dan siswa modul masuk
secara aktif, aspek tampilan umum, aspek dalam kriteria sangat baik dan tidak perlu
variasi dalam cara penyampaian informasi, direvisi. Hasil tanggapan guru dan siswa ini
aspek anatomi modul pelajaran dan aspek sependapat dengan hasil penelitian (Izzati,
memperhatikan kode etik dan hak cipta. Hindarto, dan Pamelasari, 2013; Pradana dan
Validasi keterbacaan atau validasi Triyanto, 2013), yang menyatakan, bahwa
bahasa yang digunakan dalam modul rata-rata untuk setiap item penilaian angket
dilakukan oleh dosen bahasa Indonesia. tanggapan, responden merespon dengan sangat
Berdasarkan hasil validasi terdapat beberapa baik dan memperoleh kategori layak.
kesalahan ketik, sepasi, ejaan, dan kaidah Pada uji keefektifan modul dalam
penulisan S-P-O-K. Selain itu, dalam penulisan kegiatan pembelajaran didapatkan bahwa basis
soal pilihan ganda tanda ‘?’ harus diganti model Discovery Learning dapat
dengan ‘…’ dan obsion pilihan harus meningkatkan interaksi sosial antar siswa
diperbanyak. Semua saran perbaikan dari ahli selama kegiatan pembelajaran. Penekanan
bahasa dilakukan revisi. Hal ini didasarkan model pada penemuan konsep bersama secara
pada pendapat Rhonda (2011) bahwa analisis tidak langsung menuntut siswa berinteraksi
kesalahan ejaan diperlukan untuk membantu antar satu dengan yang lainnya. Sehingga
mengidentifikasi bacaan yang membutuhkan timbul komunikasi antar siswa selama kegiatan
perbaikan, karena hal ini dapat mempengaruhi pembelajaran. Akibat interaksi ini muncul
pemahaman pembaca terutama siswa dan guru kepercayaan diri siswa dan sikap percaya
mata pelajaran. terhadap teman. Hal ini dibuktikan dengan
Validasi ahli yang terakhir adalah hasil penilaian diri sendiri dan penilaian antar
validasi instrument pembelajaran yang teman dimana untuk kelas modul hasil
mendukung modul biologi berbasis Discovery penilaian diri sendiri dan penilaian antar
learning pada materi bioteknologi kelas XII temannya jauh lebih lebih tinggi dibandingkan
IPA SMA Negeri 1 Magelang dilakukan oleh Existing class. Data penilaian juga didukung
dosen mata kuliah kapita selekta selaku ahli dengan data observasi sikap sosial selama
perangkat pembelajaran. Saran revisi diberikan kegiatan pembelajaran, dimana berdasarkan
untuk penulisan KD dan Indikator hasil observasi sikap sosial kelas modul juga

149
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

jauh lebih besar dari pada Existing class. Tabel 4. Hasil Penilaian Aspek Keterampilan
Sependapat dengan Widiadnyana dkk (2014) Nilai
Penilaian Keterampilan Existing Kelas
yang menyatakan terdapat perbedaan sikap
class Modul
ilmiah secara signifikan antara siswa yang Pertemuan I 42.53 84.17
mengikuti model Discovery Learning dengan Pertemuan II 25 87.67
model pengajaran langsung. Pertemuan III 25 88.89
Rerata 30.84 86.91
Tabel 3. Hasil Penilaian Aspek Sosial
Nilai Hasil uji statistik terhadap aspek
Penilaian Sosila Kelas pengetahuan menggunakan SPSS 20 dengan
Existing class
Modul
nilai α sebesar 0.05 didapatkan bahwa: untuk
Hasil Observasi 73.13 90.93
Penilaian Diri Sendiri 83.80 90.05 uji homogenitas menggunakan uji levenes
Penilaian Antar Teman 87.96 94.37 didapatkan nilai p= 0.340> α sehingga baik
Rerata 81.63 91.78 pada existing class maupun kelas modul
homogen; Untuk uji normalitas menggunakan
Keefektifan modul biologi berbasis uji Kosmolgorove-smirnove didapatkan
Discovery learning juga terjadi pada aspek existing class (p= 0.2 > α) dan kelas modul (p=
keterampilan. Berdasarkan hasil analisis data 0.097 > α) berdistribusi normal; dan untuk uji
terdapat selisih rerata antar Existing class dan keefektifan digunakan model analisis
kelas modul sebesar 56.07. Sehingga dapat Independent sample-Test didapatkan nilai p=
disimpulkan bahwa nilai rata-rata keterampilan 0.02 ≤ α =0.05 dengan kriteria uji ada beda
kelas modul jauh lebik baik dibandingkan nilai hasil belajar. Sehingga dapat disimpulkan
rerata Existing class. Hasil penilaian bahwa penggunaan modul pada pembelajaran
keterampilan ini didukung oleh penelitian lebih baik jika dibandingkan dengan kelas
Hofstein dan Wolberg (2005), menyatakan yang tidak menggunakan modul. Hasil
bahwa pembelajaran Discovery melatih siswa penelitian ini sejalan dengan penelitian
untuk belajar sains mulai dari menemukan Julianto (2009) yang menyimpulkan bahwa
permasalahan, menyusun hipotesis, penggunakan metode Discovery-Inquiry dapat
merencanakan eksperimen, menganalisa data, meningkatkan pengetahuan siswa tentang
dan menggambarkan kesimpulan tentang konsep hereditas.
masalah ilmiah. Hasil penelitian juga
sependapat dengan Ilmi dkk (2012) yang Tabel 5. Hasil Penilaian Aspek Pengetahuan
menyatakan model pembelajaran Guided Nilai
Penilaian Pengetahuan Existing Kelas
Discovery secara signifikan efektif
class Modul
meningkatkan kemampuan proses sains siswa. Mean 79.8 86
Devi (2010) menyatakan bahwa pendekatan Nilai maksimum 93 100
discovery dapat meningkatkan keterampilan Nilai minimum 66.60 73.30
siswa dengan frekuensi yang berbeda-beda. Rerata 79.80 86.00
Rahayu dkk (2013), berkesimpulan nilai rata-
rata aspek psikomotorik mengalami Modul biologi berbasis Discovery
peningkatan karena peserta didik terlibat aktif learning selain efektif meningkatkan hasil
dan lebih terarah saat praktikum. Sejalan belajar siswa juga mampu mengurangi jumlah
dengan penelitian Mahmoud (2014) bahwa siswa yang mengikuti remedial. Hal ini
strategi pembelajaran Discovery Learning dibuktikan pada kelas modul siswa yang tidak
berhasil mengembangkan keterampilan tata mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
bahasa siswa. Sehingga secara umum Minimum SMA Negeri 1 Magelang 79) hanya
pemilihan model Discovery Learning yang 2 siswa. Sedangkan pada existing claass siswa
diintegrasikan kedalam modul dapat yang tidak mencapai KKM sebanyak 11 siswa.
meningkatkan keterampilan siswa. Padahal menurut pendapat guru kedua kelas
yang digunakan sampel berdistribusi normal
tidak berbeda jauh untuk setiap hasil ulangan

150
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

harian. Pembelajaran menggunakan modul bahwa metode Discovery memiliki pengaruh


dapat menambah waktu belajar siswa sehingga yang sangat signifikan terhadap pencapain
memperpendek perbedaan waktu belajar siswa belajar siswa dengan meningkatkan retensi
kelas atas dan siswa kelas bawah. Selain itu pengetahuan dan menambah rasa percaya diri
juga meminimalkan ketergantungan siswa siswa. Kemudian Yang et al (2010) dalam
untuk belajar dengan guru. Sependapat dengan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
Daryanto (2013) yang menyatakan bahwa retensi konsep siswa lebih tinggi, khususnya
salah satu karakteristik modul adalah self untuk siswa atas dan siswa menengah yang
instruction yaitu karakter modul yang melakukan pembelajaran induktif melalui
memungkinkan seseorang belajar secara model Discovery Learning. Oleh karena itu,
mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. walaupun pada saat dilakukan post-test pada
Tetapi pada kelas modul, terdapat 2 siswa yang kelas modul terdapat jeda selama 2 minggu
tidak lulus KKM. Hal ini dikarenakan 2 siswa tetapi hasil tesnya tetap jauh lebih baik
tersebut pada pertemuan pertama tidak dibandingkan nilai tes pada Existing Class.
mengikuti pembelajaran dari awal. Karena Didasarkan pada perbedaan hasil nilai
menurut Dorin (2009) menyatakan bahwa tes pada aspek sosial, aspek keterampilan dan
dalam pembelajaran berbasis penemuan aspek pengetahuan maka dapat disimpulkan
peserta didik akan mengalami kesulitan ketika bahwa modul biologi berbasis Discovery
tertinggal dan tidak berpartisipasi, sedangkan learning efektif untuk memberdayakan hasil
peserta didik yang dapat mengasimilasi materi belajar siswa. Hasil penelitian sependapat
dengan cepat akan dapat mengikuti dengan Joolingan (2007) yang menyatakan
pembelajaran lebih baik. Adapun data hasil bahwa alat bantu kognitif sangat bermanfaat
pengujian dapat dilihat pada tabel 4. dalam pembelajaran model Discovery
Learning dikarenakan pada pembelajaran
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Rentang Nilai Hasil Tes Discovery Learning siswa akan merancang
Distriusi Frekuensi Siswa suatu percobaan dan hipotesis yang dimana
Rentang Nilai
Existing Class Kelas Modul jawaban dari hipotesis tersebut dapat
65-70 3 0
71-76 2 1
disimulasikan terlebih dahulu. Sejalan juga
77-82 9 5 dengan Stave (2011) yang menyatakan bahwa
83-88 7 9 pembelajaran menggunakan model Discovery
89-94 3 7 Learning menggunakan simulasi hasil awal
95-100 0 2
secara khusus menunjukkan bahwa simulasi
Jumlah Siswa 24 24
dapat membantu siswa memahami dan
menjelaskan hubungan antara aliran dan
Karakteristik dari model Discovery
timbunan (pencemaran) dibandingkan siswa
learning yang membuat siswa aktif dalam
yang tidak menggunakan simulasi. Menurut
penemuan konsep secara mandiri dapat
Putrayasa dkk (2014) mengatakan bahwa
meningkatkan daya ingat siswa. Hal ini dapat
model pembelajaran Discovery Learning dan
dibuktikan dengan hasil nilai tes kognitif untuk
minat belajar berpengaruh terhadap hasil
kelas modul rata-rata nilainya lebih besar dari
belajar IPA siswa. Kemudian menurut
pada nilai rata-rata existing class. Padahal pada
Riandari (2014) dalam penelitiannya
saat melakukan uji kognitif terjadi jeda selama
menyatakan bahwa modul Guided discovery
2 minggu tetapi hasil belajar kelas modul tetap
learning efektif meningkat hasil belajar siswa
lebih baik. Sependapat dengan Bruner dalam
aspek kognitif, psikomotor dan afektif.
Dahar (2006: 80) yang menyatakan salah satu
kebaikan model Discovery learning adalah
pengetahuan itu bertahan lama atau lama Simpulan dan Rekomendasi
diingat atau lebih mudah diingat bila
dibandingkan dengan pengetahuan yang Simpulan dari penelitian ini adalah
dipelajarai dengan cara-cara lain. Sependapat modul biologi hasil pengembangan memiliki
dengan Uside et al (2013) yang menyatakan karakteristik dilengkapi basis model Discovery

151
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Learning yang menekankan pada kerja sama Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan
kelompok layak untuk digunakan dan dapat Ajar. Jakarta: Direktorat Jenderal
memberdayakan aspek sosial, aspek Pendidikan Dasar dan Menengah.
keterampilan dan aspek pengetahuan. Dharma, Surya. 2008. Penulisan Modul. dalam
Kompetensi Penelitian dan Pengembangan
Saran yang dapat diberikan dari penelitian
(edt). Jakarta: Depdiknas.
ini adalah modul biologi berbasis Discovery Dorin, D. 2009. Integration of Guided Discovery in
learning pada materi bioteknologi masih the Teaching of Real Analysis-ProQuest
memerlukan tinjauan ulang khususnya pada Education Journals. Philadelphia: Taylor &
instrumen pengukuran aspek kemampuan Francis Ltd.
dasar yang dapat dikembangkan oleh model Gilbert, John K. 2004. Models and Modelling:
Discovery learning membutuhkan analisis Routes to More Authentic Science
lebih lanjut. Selain itu modul biologi berbasis Education. International Journal of Science
Discovery learning pada materi bioteknologi Mathematics Education, 2:115-130.
memerlukan pengujian lebih luas yaitu sampai Hammer, David. 1997. Discovery Learning and
Discovery Teaching. Lawrence Erlbaum
tahap diseminasi untuk menyempurnakan
Associates. 15(4):485-529.
tahapan penelitian. Hofstein and Wolberg. 2005. Developing students
ability to ask more and better question
resulting inquiry type chemistry laboratories.
Daftar Pustaka Journal of Science Teaching. 42(7): 791-806.
Batubara, Anni Erlina. 2014. Pengaruh Strategi Holliday, W.G. 1990. Texbook Illustrations Fact or
Pembelajaran Inkuiri dan Discovery Filler? The Science Teacher, 5 (9), 27-29.
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Ilmi, Abrari Nur Aan, Indrowati, Meti dan
Hasil Belajar Biologi Siswa pad Topik Probosari, Riezky Maya. 2012. Pengaruh
Bioteknologi di MAN 1 Padangsidimpuan. Penerapan Metode Pembelajaran Guided
Tesis Program Pascasarjana Universitas Discovery Terhadap Keterampilan Proses
Negeri Medan. Medan. (Unpublished). Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Teras
Branch, Robert Maribe. 2009. Instructional Design: Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012. J.
The ADDIE Approach. New York: Springer. Pendidikan Biologi UNS. Vol. 4(2): 44-52.
Borg, W. R. dan Gall, M. D. 1983. Educational Ispriyanto, Masykuri, M, dan Mulyani, Sri. 2014.
Research an Introduction. New York: Pembelajaran Kimia Menggunakan Model
Longman. Guided Inquiry (MGI) dan Model Starter
Budiono, E dan Susanto, H. (2006). Penyusunan Experiment (MSE) Ditinjau dari Kreativitas
dan Penggunaan Modul Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi Siswa. Jurnal
Berdasar Kurikulum Berbasis Kompetensi inkuiri. ISSN: 2252-7893, Vol. 3 (II), 183-
Sub Pokok Bahasan Analisa Kuantitatif 191.
untuk Soal-Soal Dinamika Sederhana pada Izzati, N, Hindarto, N, dan Pamelasari, S.D. 2013.
Kelas X Semester I SMA. Jurnal Pengembangan Modul Tematik dan Inovatif
Pendidikan Fisika Indonesia. 4 (2): 79-87. Berkarakter Pada Tema Pencemaran
Dahar, R. W. 2006. Teori-teori Belajar & Lingkungan Untuk Siswa Kelas VII SMP.
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia 2(2)
Daryanto. 2013. Menysusun Modul: Bahan Ajar (2013) 183-188.
Untuk Persiapan Guru Dalam Mengajar. Joolingan, Wouter Van. 2007. Cognitive tools for
Yogyakarta: Gava Media. Discovery Learning. International Journal
Dawson, V. & Scibeci, R. 2003. Western of Artificial Intelegence in Education
Australian High School Students Attitudes (IJAIED). 1998 (10), pp. 385-397.
towards Biotecnology Processes. Journal of Julianto, Teguh. 2009. Improving Knowledge of
Biological Education. 38 (1). 1-6. Heredity Concept Using Discovery-Inquiry
Devi, P. K. 2010. Keterampilan Proses dalam Metrod: an Example of Class-Room Action
Pembelajaran IPA untuk Guru SMP. Jakarta: Research. International Journal for
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Educational Studies. 1(2) 187-194.
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Kemendikbud. 2013. Model Pembelajaran
Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA). Discovery Learning. Hand Out Pelatihan

152
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Kinchin, I.M. 2011. Visualising Knowledge Teknologi Pembelajaran (edt). Jakarta:


Structures in Biologi: Discipline, Depdiknas.
Curriculum and Student Understanding. Putrayasa, I made, Syahruddin, H, dan
Journal of Biological Education, 45 (4), Margunayasa, I Gede. 2014. Pengaruh
183-189. Model Pembelajaran discovery Learning dan
Kuddus, Ruhul H. 2013. Who Should Change Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA
Biology Education: An Analysis of the Final Siswa. J. Mimbar PGSD Universitas
Report on the Vision and Change in Pendidikan Ganesha. Volo. 2 (1) 2014.
Undergraduate Biologi Education Rahayu, S, Widodo, AT, dan Sudarmin. 2013.
Conference. International Journal of Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Biology Education (IJOBED). Vol.3 (1), 63- Model POE Berbantuan Media “I am
83. Scientist”. Innovatif Journal of Curriculum
Kurniawati, Amaliya. 2013. Pengembangan Bahan and Educational Technology. 2(1): 128-133
Ajar Terpadu Tema Letusan Gunung Berapi Rhonda, Joy. 2011. Spelling Skills in Two
Kelas VII di SMP Negeri 1 Kemal. Jurnal Language. International Electronic Journal
Pendidikan Sains e-Pensa. Vol. 01 (01), 42- of Elementary Education, 3 (2), 105-121.
46. Riandari, Henny. 2014. Pengembangan Modul Ipa
Lavine, Robert. (2005). Guided Discovery Learning Berbasis Guided Discovery Learning (Gdl)
with Videotaped Case Presentation in Pada Materi Sistem Gerak Manusia Untuk
Neurobiology. JIAMSE. Vol.16, 4-7. Siswa Kelas Viii Smp Negeri 26 Surakarta.
Mahmoud, Abdelrahman Kamel Abdelrahman. UNS-Pascasarjana Prodi.Pendidikan Sains-
2014. The Effect of Using Discovery S831302036-2014. http://digilib.uns.ac.id/.
Learning Strategi in Teaching Grammatical Septianu, Edo, Sindarmin dan Widiyatmoko, Arif.
Rules to First Yaer General Secondary 2014. Pengembangan Modul IPA Terpadu
Student on Developing Their Achievemant Tema Perubahan Zat Berbasis Discovery
and Metacognitive Skills. International Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik
Journal of Innovation and Scientific Research dan Hasil Belajar Siswa. Unne Science
(IJISR). ISSN: 2351-8014 Vol. 2 Jul. 2014, Education Journal (USEJ). ISSN 2252-6617
pp. 146-153. (3): ^53-661.
Mayer, Richard E. 2004. Should There Be a Three Shen, Ma Min. 2007. Pembelajaran Penemuan
Strikes Rule Against Pure Discovery Terbimbing IPA di Sekolah Dasar Untuk
Learning? The Case for Guided Methods of Meningkatkan Hasil Belajar Ditinjau Dari
Instruction. American Psychologist. Vol. 59 Kemandirian Siswa. Tesis S2 Program Studi
(1): 14-19. Pendidikan Sains UNS. Surakarta.
Novana, Tri, Sajidan, dan Maridi. 2014. (Unpublished).
Pengembangan Modul Inkuiri Terbimbing Stave, Krystyna A. 2011. Using Simulations for
Berbasis Potensi Lokal Pada Materi Discovery Learning about Enviromental
Tumbuhan Lumut (Bryophyta) dan Accumulations. Proceedings of the 29th
Tumbuhan Paku (Pteridophyta). Jurnal International Conference of the System
Inkuiri. ISSN: 2252-7893, Vol. 3 (II), 259- Dynamics Society. Washington, DC.
272. Suardana, I Nyoman. 2006. Penerapan Strategi
Pradana, R. & Triyanto. 2013. Efektivitas Peng- Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan
embangan Modul Pembelajaran CNC I pada Pendekatan Kooperatif Berbantuan Modul
Program Studi D3 Teknik Mesin Universitas Untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan
Negeri Surabaya. Jurnal Teknik Mesin, 1 Hasil Belajar Mahasiswa Pada Perkuliahan
(2): 48-47. Kimia Fisika 1. J. Pendidikan dan
Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No. 4
Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press. Th. XXXIX Oktober 2006. ISSN 0215-
Prince, Michael dan Felder, Richard. 2007. The 8250:751-768
Many Faces of Inductive Teaching and Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan
Learning. J. of College Science Teaching. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R &
Vol 36 (5):14-20. March/April. D. Bandung: Alfabeta.
Purwanto, Rahadi, Aristo dan Lasmono, Suharto. Suwastono. 2011 .Pengembangan Pembelajaran E-
2007. Pengembangan Modul. dalam Seri Learning Berbasis Moodle pada Mata
Kuliah Penginderaan Jauh S-1 Jurusan

153
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Geografi Uni versitas Negeri Malang. Tesis.


Tidak diterbitkan. Malang: PPS UM.
Tran, Trung. 2014. Discovery Learning with the
Help of the Geogebra Dynamic Geometry
Software. International Journal of
Learning, Teaching and Educational
Research (IJLTER). Vol. 7 (1), pp. 44-57.
Uside, Otiende Noel. Barcbok, K. H. dan Abura, O.
G. 2013. Effect of Discovery Method on
Secondary School Student’s Achievment in
Physics in Kenya. Asian Journal of Social
Sciences and Humanities (AJSSH). ISSN:
2186-8492, ISSN: 2186-8484 Print. Vol. 2
No. 3: 351-358.
Wenning, C. J. 2005. Levels of Inquiry: hierarchies
of Pedagogical Practices and Inquiry
Processes. Journal of Phisics Theacher
Education Online, 2(3), 3-11.
. 2011. Levels of Inquiry Model of
science Teaching: Learning sequences to
lesson plans. Journal of Phisics Theacher
Education Online, 6(2), 17-20.
Widiadyana, I W, Sadia dan Suastra. 2014.
Pengaruh Model Discovery Learning
Terhadap Pemahaman Konsep IPA dan Sikap
Ilmiah Siswa SMP. e-Jurnal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha. Vol. 4 tahun 2014.
Widyaningrum, Tri, Sarwanto, dan Puguh. 2014.
Pengembangan Modul Berorientasi Poe
(Predict, Observe, Explain) Pada Materi
Pencemaran Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Inkuiri. ISSN: 2252-
7893, Vol. 3 (II), 249-258.
Yang, Euphony F. Y, Liao, Calvin C. Y, Ching,
Emily, Chang, Tina, dan Chan, Tak-Wai.
2010. The Effectiviness of Induktive
Discovery Learning in 1:1 Mathematics
Classroom. Proceeding of the 18th
International Conference on Compters in
Education. Malaysia: Putrajaya.
Zainuddin, Mustikawati, & Suyidno. 2012. Peng-
embangan Modul Fisika Bumi-Antariksa
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika
FKIP Unlam. Jurnal Vidya Karya, 1 (1):
63-70.

154

Anda mungkin juga menyukai