2 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
adjids2002@yahoo.com
3 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
maridi_uns@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian dan pengembangan modul dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik, kelayakan prototype
dan keefektifan modul biologi berbasis Discovery Learning (part of Inquiry spectrum learning-Wenning) pada
materi bioteknologi terhadap hasil belajar siswa kelas XII IPA di SMA Negeri 1 Magelang. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (R&D) Borg dan Gall (1983) yang dimodifikasi.
Model pengembangan modul mengadaptasi model ADDIE (Analyze, Design, Develop, Implement dan Evaluate).
Instrumen yang digunakan berupa: angket, observasi, penilaian diri sendiri, penilaian antar teman, dan tes. Uji
lapangan operasional menggunakan Post-test only design Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan
menggunakan uji Independent Sample T-test. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa; karakteristik
modul hasil pengembangan adalah modul dilengkapi dengan basis model Discovery Learning, menekankan pada
kerja sama kelompok dalam penemuan konsep bukan individu dan modul sesuai dengan tuntutan kurikulum
2013; kelayakan modul biologi berbasis Discovery Learning diperoleh skor rata-rata 86.42 dengan berkategori
“sangat baik”; dan modul biologi berbasis Discovery Learning efektif untuk memberdayakan hasil belajar dari
aspek sosial, aspek keterampilan dan aspek pengetahuan. Simpulan dari penelitian ini adalah modul biologi hasil
pengembangan memiliki karakteristik dilengkapi basis model Discovery Learning yang menekankan pada kerja
sama kelompok layak digunakan dan dapat memberdayakan aspek sosial, aspek keterampilan dan aspek
pengetahuan.
KataKunci: Biologi, Discovery Learning, bioteknologi, hasil belajar siswa.
144
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
dan Maridi, 2014) dalam hasil penelitiannya yang belajar menggunakan model Discovery
melaporkan bahwa penggunaan modul Learning dengan model pembelajaran
berbasis model dapat meningkatkan hasil konvensional.
belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran Adapun tujuan penelitian
juga berpengaruh terhadap kemampuan pengembangan yang telah dilakukan adalah
psikomotor siswa (Ispriyanto dkk, 2014). untuk mengetahui karakteristik, kelayakan
Tetapi pada kenyataannya berdasarkan hasil prototype dan keefektifan modul biologi
analisis angket baik guru dan siswa berbasis Discovery Learning (Part of Inquiry
menyatakan bahwa buku yang digunakan Spectrum Learning-Wenning) pada materi
dalam kegiatan pembelajaran tidak bioteknologi terhadap hasil belajar siswa kelas
memfasilitasi siswa untuk menemukan konsep XII IPA di SMA Negeri 1 Magelang.
dan mengemukakan ide-ide mereka, buku ajar
biologi materi Bioteknologi sulit dipahami dan
kurang memfasilitasi siswa untuk melakukan Metodologi Penelitian
kegiatan pembelajaran berbasis saintifik.
Penelitian yang dilakukan merupakan
Padahal dengan pembelajaran praktikum siswa
penelitian dan pengembangan yang diadaptasi
dapat belajar aktif dan terarah sehingga dapat
dari Borg dan Gall yang meliputi: (1)
meningkatkan nilai psikomotor siswa (Rahayu
penelitian pendahuluan untuk mengidentifikasi
dkk, 2013).
potensi dan masalah, (2) pengumpulan data,
Menurut Dawson dan Schibeci (2003)
(3) pembuatan desain produk, (4) validasi
faktor-faktor yang membatasi pengajaran
desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk,
bioteknologi meliputi: kurangnya keahlian
(7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9)
guru dalam konten bidang ini, kurangnya
revisi produk akhir, (10) penyebaran dan
pengalaman dalam kecocokan aktivitas
implementasi (Borg dan Gall, 1983). Model
mengajar; kurangnya sumber dan materi
ini diadaptasi menjadi 9 langkah. Menurut
kurikulum dan kurangnya waktu mengajar.
Borg dan Gall (1983:772) penelitian dan
Oleh karena itu pengembangan modul
pengambangan merupakan suatu proses yang
pembelajaran dirasa perlu dilakukan. Modul
digunakan untuk mengembangkan atau
yang diperlukan untuk mengatasi hasil belajar
memvalidasi produk-produk yang digunakan
siswa rendah yang berorientasi pada
dalam pembelajaran.
keterampilan proses sains, sikap ilmiah dan
Model pengembangan modul
kemampuan kognitif sesuai amanat kurikulum
mengadaptasi model ADDIE. Model ADDIE
2013 adalah modul yang mengarahkan
adalah akronim dari Analyze, Design, Develop,
pencarian pengetahuan secara aktif dalam
Implement dan Evaluate. Model ADDIE
memecahkan masalah, merangsang
merupakan sebuah konsep pembelajaran yang
keingintahuan dan membantu siswa dalam
bertujuan untuk mengembangkan subuah
menemukan konsep. Model pembelajaran yang
produk. Menurut Branch (2009) penggunaan
dirasa mampu memberdayakan sikap sosial,
model ADDIE dalam menciptakan suatu
aspek pengetahuan kognitif dan keterampilan
produk merupakan salah satu alat yang paling
proses sains adalah model pembelajaran
efektif. Karena ADDIE merupakan sebuah
Discovery Learning. Sependapat dengan
prosedur yang berfungsi sebagai kerangka
(Jolingan et al, 2007; Yang et al, 2010; dan
panduan yang tepat dalam mengembangkan
Uside et al, 2013) model Discovery Learning
produk pendidikan dan sumber belajar lainnya.
dapat meningkatkan penguasaan konsep dan
Sumber data penelitian berupa data
pengetahuan siswa, (Hofstein dan Wolberg,
validasi, data uji coba terbatas, data uji skala
2005; Devi, 2010; Ilmi dkk, 2012; dan
luas, data pencapaian nilai kompetensi
Mahmoud, 2014) model Discovery Learning
pengetahuan. Sedangkan desain penelitian
dapat mengembangkan keterampilan dan
yang digunakan dalam pengujian efektifitas
proses sains siswa, dan menurut Widiadnyana
modul adalah desain Post-test only design dari
(2014) terdapat perbedaan sikap ilmiah siswa
145
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
Sugiyono (2008), dimana kelompok pertama dibutuhkan jika potensi perubahan Kurikulum
diberi perlakuan dan kelompok yang lain tidak. berbasis sains dapat direalisasikan. Hal ini
Uji efektifitas modul dilakukan di SMA dikarenakan tingginya tingkat penemuan-
Negeri 1 Magelang. Subjek uji coba adalah penemuan baru dalam ilmu biologi; kemajuan
kelas XII IPA 5 sebagai kelas eksperimen yang baru dalam ilmu kognitif, belajar penelitian,
diberi nama Kelas Modul (kelas yang komputasi dan informatika; semakin majunya
menggunakan modul berbasis Discovery ilmu fusi dalam biologi dan ilmu alam lainnya;
learning dengan jumlah sampel 24 siswa) dan dan kebutuhan peserta didik dari generasi
kelas XII IPA 4 sebagai kelas kontrol yang digital telah banyak menimbulkan tantangan
diberi nama Existing Class (kelas yang tidak dalam pembelajaran biologi. Tidak terkecuali
menggunakan produk hasil pengembangan dalam pemilihan model dan bahan ajar yang
dengan jumlah sampel 24 siswa). Teknik cocok digunakan dalam kegiatan pembelajaran
pengambilan sampel digunakn teknik Cluster biologi (Kuddus, 2013).
Random Sampling. Berdasarkan hasil analisis modul produk
Instrumen yang digunakan dalam pengembangan didapatkan beberapa kelebihan
penelitian ini adalah angket, lembar observasi modul yang dikembangkan dan menjadi
dan tes. Data hasil angket dihitung karakteristik khas modul produk
menggunakan rumus: pengembangan. Adapun hasil analisis produk
V= x 100% pengembangan dapat dilihat pada tabel 1.
146
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
147
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
Hammer (1997) mengemukakan bahwa baik teman sementara guru melakukan pengecekan
pembelajaran Discovery Learning maupun secara intensif dan memberikan bantuan
Discovery Teaching merupakan satu kesatuan kepada siswa yang kesulitan dalam
yang saling melengkapi. Jika kedua model mempelajari modul secara individual.
tersebut digunakan dalam suatu pembelajaran Untuk menguji kelayakan modul, modul
yang bersamaan akan menghasilkan hasil biologi berbasis Discovery learning pada
belajar yang jauh lebih baik. Sependapat materi bioteknologi terlebih dahulu di validasi
dengan Mayer (2004) supaya pembelajaran oleh para ahli. Menurut Dharma (2008)
Discovery Learning murni dapat mencapai validasi adalah proses atau pengesahan
tujuan pembelajaran maka dibutuhkan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan.
instruktur guna mengarahkan kegiatan Lebih lanjut Daryanto (2013) mengemukan
pembelajaran. Dalam hal ini peneliti bahwa validasi dapat dilakukan dengan cara
menggunakan guru mata pelajaran biologi meminta bantuan ahli yang menguasai
sebagai pengganti instruktur. kompetensi yang dipelajari. Untuk itu syarat
Wenning (2011) menyebutkan langkah- yang dijadikan validator adalah S1 atau S2
langkah pembelajaran Discovery learning dibidangnya sesuai dengan kebutuhan. Adapun
adalah observation, manipulation, data hasil validasi modul dapat dilihat pada
generalization, verification dan application. tabel 2.
Pada tahap observasi, dalam modul siswa
dihadapkan pada fenomena yang menarik Tabel 2. Hasil Penilaian Modul
Responden Penilain Hasil Kriteria
minat dan respon siswa. Hal ini sependapat Modul Penilaian Penilaian
dengan Lavine (2005) menyatakan bahwa (%)
kasus klinis yang disajikan dalam Ahli materi 80.95 Baik
pembelajaran penemuan terbimbing berfungsi Ahli modul/media 91.07 Sangat Baik
untuk memfokuskan pada masalah nyata dan Ahli bahasa 91.67 Sangat Baik
Ahli perangkat 84.52 Sangat Baik
menambah relevansi dan motivasi untuk pembelajaran
menguasai dasar-dasar sains. Penggunaan basis Praktisi 85.52 Sangat Baik
model Discovery learning dalam pembelajaran
pengembangan modul karena model ini Siswa 83.33 Sangat Baik
mengedepankan penemuan kensep bersama Rerata penilaian 86.42 Sangat Baik
sehingga model ini dapat mengakomodasi 3
aspek hasil belajar yaitu sikap sosial, Validator materi dilakukan oleh dosen
pengetahuan dan keterampilan siswa. Bioteknologi. Tujuan validasi materi adalah
Sebagaimana yang diungkapkan oleh untuk mengetahui kelayakan dan kecukupan
Kemendikbud (2013) yang menyatakan bahwa materi yang disajikan. Depdiknas (2008: 6)
kelebihan dari model Discovery Learning menyatakan bahwa dalam penyusunan materi
adalah: 1). Membantu siswa untuk harus memperhatikan kedalaman dan keluasan
memperbaiki dan meningkatkan keterampilan cakupan materi. Keluasan materi
dan proses kognitif, dan 2) metode discovery menggambarkan seberapa banyak materi-
dapat membantu siswa memperkuat konsep materi yang dimasukkan, sedangkan
dirinya karena memperoleh kepercayaan kedalaman materi menyangkut rincian konsep-
bekerja sama dengan yang lain. konsep yang terkandung di dalamnya yang
Karakteristik khusus dari modul ini harus dipelajari oleh siswa.
adalah dalam setiap kegiatannya sangat Revisi dari ahli materi menyarankan
menekankan kerja sama kelompok dalam gambar yang menampilkan proses lengkapi
menemukan konsep bukan individual. dengan angka yang menunjukkan urutan,
Sependapat dengan Budiono dan Susanto gambar yang menunjukkan prosedur kerja
(2006) yang mengemukakan bahwa cara yang harus jelas supaya mudah ditelaah siswa, dan
makin baik dalam menggunakan modul adalah sedapat mungkin gunakan gambar yang nyata
siswa aktif mempelajarinya bersama dengan atau mendekati nyata untuk mengurangi
miskonsepsi siswa dan kebosanan siswa. Hal
148
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
149
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
jauh lebih besar dari pada Existing class. Tabel 4. Hasil Penilaian Aspek Keterampilan
Sependapat dengan Widiadnyana dkk (2014) Nilai
Penilaian Keterampilan Existing Kelas
yang menyatakan terdapat perbedaan sikap
class Modul
ilmiah secara signifikan antara siswa yang Pertemuan I 42.53 84.17
mengikuti model Discovery Learning dengan Pertemuan II 25 87.67
model pengajaran langsung. Pertemuan III 25 88.89
Rerata 30.84 86.91
Tabel 3. Hasil Penilaian Aspek Sosial
Nilai Hasil uji statistik terhadap aspek
Penilaian Sosila Kelas pengetahuan menggunakan SPSS 20 dengan
Existing class
Modul
nilai α sebesar 0.05 didapatkan bahwa: untuk
Hasil Observasi 73.13 90.93
Penilaian Diri Sendiri 83.80 90.05 uji homogenitas menggunakan uji levenes
Penilaian Antar Teman 87.96 94.37 didapatkan nilai p= 0.340> α sehingga baik
Rerata 81.63 91.78 pada existing class maupun kelas modul
homogen; Untuk uji normalitas menggunakan
Keefektifan modul biologi berbasis uji Kosmolgorove-smirnove didapatkan
Discovery learning juga terjadi pada aspek existing class (p= 0.2 > α) dan kelas modul (p=
keterampilan. Berdasarkan hasil analisis data 0.097 > α) berdistribusi normal; dan untuk uji
terdapat selisih rerata antar Existing class dan keefektifan digunakan model analisis
kelas modul sebesar 56.07. Sehingga dapat Independent sample-Test didapatkan nilai p=
disimpulkan bahwa nilai rata-rata keterampilan 0.02 ≤ α =0.05 dengan kriteria uji ada beda
kelas modul jauh lebik baik dibandingkan nilai hasil belajar. Sehingga dapat disimpulkan
rerata Existing class. Hasil penilaian bahwa penggunaan modul pada pembelajaran
keterampilan ini didukung oleh penelitian lebih baik jika dibandingkan dengan kelas
Hofstein dan Wolberg (2005), menyatakan yang tidak menggunakan modul. Hasil
bahwa pembelajaran Discovery melatih siswa penelitian ini sejalan dengan penelitian
untuk belajar sains mulai dari menemukan Julianto (2009) yang menyimpulkan bahwa
permasalahan, menyusun hipotesis, penggunakan metode Discovery-Inquiry dapat
merencanakan eksperimen, menganalisa data, meningkatkan pengetahuan siswa tentang
dan menggambarkan kesimpulan tentang konsep hereditas.
masalah ilmiah. Hasil penelitian juga
sependapat dengan Ilmi dkk (2012) yang Tabel 5. Hasil Penilaian Aspek Pengetahuan
menyatakan model pembelajaran Guided Nilai
Penilaian Pengetahuan Existing Kelas
Discovery secara signifikan efektif
class Modul
meningkatkan kemampuan proses sains siswa. Mean 79.8 86
Devi (2010) menyatakan bahwa pendekatan Nilai maksimum 93 100
discovery dapat meningkatkan keterampilan Nilai minimum 66.60 73.30
siswa dengan frekuensi yang berbeda-beda. Rerata 79.80 86.00
Rahayu dkk (2013), berkesimpulan nilai rata-
rata aspek psikomotorik mengalami Modul biologi berbasis Discovery
peningkatan karena peserta didik terlibat aktif learning selain efektif meningkatkan hasil
dan lebih terarah saat praktikum. Sejalan belajar siswa juga mampu mengurangi jumlah
dengan penelitian Mahmoud (2014) bahwa siswa yang mengikuti remedial. Hal ini
strategi pembelajaran Discovery Learning dibuktikan pada kelas modul siswa yang tidak
berhasil mengembangkan keterampilan tata mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
bahasa siswa. Sehingga secara umum Minimum SMA Negeri 1 Magelang 79) hanya
pemilihan model Discovery Learning yang 2 siswa. Sedangkan pada existing claass siswa
diintegrasikan kedalam modul dapat yang tidak mencapai KKM sebanyak 11 siswa.
meningkatkan keterampilan siswa. Padahal menurut pendapat guru kedua kelas
yang digunakan sampel berdistribusi normal
tidak berbeda jauh untuk setiap hasil ulangan
150
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
151
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
Learning yang menekankan pada kerja sama Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan
kelompok layak untuk digunakan dan dapat Ajar. Jakarta: Direktorat Jenderal
memberdayakan aspek sosial, aspek Pendidikan Dasar dan Menengah.
keterampilan dan aspek pengetahuan. Dharma, Surya. 2008. Penulisan Modul. dalam
Kompetensi Penelitian dan Pengembangan
Saran yang dapat diberikan dari penelitian
(edt). Jakarta: Depdiknas.
ini adalah modul biologi berbasis Discovery Dorin, D. 2009. Integration of Guided Discovery in
learning pada materi bioteknologi masih the Teaching of Real Analysis-ProQuest
memerlukan tinjauan ulang khususnya pada Education Journals. Philadelphia: Taylor &
instrumen pengukuran aspek kemampuan Francis Ltd.
dasar yang dapat dikembangkan oleh model Gilbert, John K. 2004. Models and Modelling:
Discovery learning membutuhkan analisis Routes to More Authentic Science
lebih lanjut. Selain itu modul biologi berbasis Education. International Journal of Science
Discovery learning pada materi bioteknologi Mathematics Education, 2:115-130.
memerlukan pengujian lebih luas yaitu sampai Hammer, David. 1997. Discovery Learning and
Discovery Teaching. Lawrence Erlbaum
tahap diseminasi untuk menyempurnakan
Associates. 15(4):485-529.
tahapan penelitian. Hofstein and Wolberg. 2005. Developing students
ability to ask more and better question
resulting inquiry type chemistry laboratories.
Daftar Pustaka Journal of Science Teaching. 42(7): 791-806.
Batubara, Anni Erlina. 2014. Pengaruh Strategi Holliday, W.G. 1990. Texbook Illustrations Fact or
Pembelajaran Inkuiri dan Discovery Filler? The Science Teacher, 5 (9), 27-29.
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Ilmi, Abrari Nur Aan, Indrowati, Meti dan
Hasil Belajar Biologi Siswa pad Topik Probosari, Riezky Maya. 2012. Pengaruh
Bioteknologi di MAN 1 Padangsidimpuan. Penerapan Metode Pembelajaran Guided
Tesis Program Pascasarjana Universitas Discovery Terhadap Keterampilan Proses
Negeri Medan. Medan. (Unpublished). Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Teras
Branch, Robert Maribe. 2009. Instructional Design: Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012. J.
The ADDIE Approach. New York: Springer. Pendidikan Biologi UNS. Vol. 4(2): 44-52.
Borg, W. R. dan Gall, M. D. 1983. Educational Ispriyanto, Masykuri, M, dan Mulyani, Sri. 2014.
Research an Introduction. New York: Pembelajaran Kimia Menggunakan Model
Longman. Guided Inquiry (MGI) dan Model Starter
Budiono, E dan Susanto, H. (2006). Penyusunan Experiment (MSE) Ditinjau dari Kreativitas
dan Penggunaan Modul Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi Siswa. Jurnal
Berdasar Kurikulum Berbasis Kompetensi inkuiri. ISSN: 2252-7893, Vol. 3 (II), 183-
Sub Pokok Bahasan Analisa Kuantitatif 191.
untuk Soal-Soal Dinamika Sederhana pada Izzati, N, Hindarto, N, dan Pamelasari, S.D. 2013.
Kelas X Semester I SMA. Jurnal Pengembangan Modul Tematik dan Inovatif
Pendidikan Fisika Indonesia. 4 (2): 79-87. Berkarakter Pada Tema Pencemaran
Dahar, R. W. 2006. Teori-teori Belajar & Lingkungan Untuk Siswa Kelas VII SMP.
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia 2(2)
Daryanto. 2013. Menysusun Modul: Bahan Ajar (2013) 183-188.
Untuk Persiapan Guru Dalam Mengajar. Joolingan, Wouter Van. 2007. Cognitive tools for
Yogyakarta: Gava Media. Discovery Learning. International Journal
Dawson, V. & Scibeci, R. 2003. Western of Artificial Intelegence in Education
Australian High School Students Attitudes (IJAIED). 1998 (10), pp. 385-397.
towards Biotecnology Processes. Journal of Julianto, Teguh. 2009. Improving Knowledge of
Biological Education. 38 (1). 1-6. Heredity Concept Using Discovery-Inquiry
Devi, P. K. 2010. Keterampilan Proses dalam Metrod: an Example of Class-Room Action
Pembelajaran IPA untuk Guru SMP. Jakarta: Research. International Journal for
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Educational Studies. 1(2) 187-194.
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Kemendikbud. 2013. Model Pembelajaran
Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA). Discovery Learning. Hand Out Pelatihan
152
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
153
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 3, 2016 (hal 144-154)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
154