Assalamu’alaikum Wr.Wb,
Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat
serta kekuatan pada kami, sehingga penyusunan Revisi Rencana Strategis Dinas Kesehatan
Kabupaten Pandeglang tahun 2016 - 2021 dapat diselesaikan.
Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang ini didasarkan pada beberapa faktor
dan pertimbangan, antara lain :
Renstra SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang ini merupakan penjabaran visi,
misi dan Program Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang yang akan dilaksanakan dalam periode
5 tahun yaitu untuk tahun 2016 sampai dengan 2021 menyesuaikan dengan RPJMD Kabupaten
Pandeglang, penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang berpedoman pada
RPJP Daerah Kabupaten Pandeglang dan Revisi RPJMD Kabupaten Pandeglang, memperhatikan
sumberdaya dan potensi yang dimiliki, faktor keberhasilan, evaluasi pembangunan serta isu
strategis yang berkembang.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Kesehatan adalah Hak dari semua individu, karena menurut UU RI No. 36Tahun 2009,
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Keadaan sehat
maupun sakit sangatlah penting mengingat kita harus dapat menentukan ada atau tidaknya
permasalahan/penyakit diantara individu dan seberapa banyak. Secara umum keadaan sakit itu
dinyatakan sebagai penyimpangan dari keadaan normal, baik struktural maupun fungsinya atau
juga keadaan dimana tubuh atau organisme/bagian dari organisme/populasi yang diteliti tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya dilihat dari keadaan patologisnya.
Renstra SKPD dapat juga dijadikan sebagai bahan evaluasi yang penting agar pembangunan
dapat berjalan secara lebih sistematis, komprehensif dan tetap fokus pada pemecahan masalah-
masalah mendasar yang dihadapi Kabupaten Pandeglang khususnya di bidang kesehatan.
Dokumen Renstra ini mengacu kepada visi misi Kabupaten Pandeglang sehingga rumusan
visi, misi dan arah kebijakan pembangunan bidang kesehatan Kabupaten Pandeglang untuk masa
mendatang dapat bersinergi dengan arah pembangunan Kabupaten Pandeglang.
Dokumen Renstra juga dipakai untuk memperkuat landasan penentuan program dan
kegiatan tahunan daerah secara strategis dan berkelanjutan. Rencana Strategis SKPD dapat
dikategorikan sebagai dokumen manajerial wilayah yang bersifat komprehensif karena mampu
memberikan program-program strategis sesuai dengan kebutuhan masing-masing bidang dalam
lingkup SKPD.
Keberhasilan usaha pemerintah daerah untuk mempertemukan antara keinginan
masyarakat dengan fakta kondisi daerah diukur melalui indikator perencanaan strategis dari
program dan kegiatan yang tercantum di dalam Renstra yang dievaluasi melalui evaluasi kinerja
Kepala daerah sesuai dengan PP No. 108 tahun 2000, dengan memperhatikan indikator evaluasi
kinerja yang disosialisasikan secara nasional melalui modul pelatihan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP merupakan penjelasan dari Inpres No. 7 tahun 1999
tentang AKIP.
Dalam mendukung usaha ini, indikator perlu disepakati bersama antara pemerintahan.
Hal ini menjadi penting karena indikator pengukuran kinerja akan digunakan oleh DPRD untuk
mengukur kinerja tahunan Bupati di akhir masa jabatannya.
3. Visioner
Perencanaan strategik yang dibuat harus berorientasi pada masa depan, sehingga
memungkinkan organisasi untuk memberikan komitmen pada aktivitas dan kegiatan di
masa mendatang.
Usaha mewujudkan visi, misi dan arah kebijakan yang tertuang dalam dokumen renstra ini
perlu didukung dengan strategi umum, yang kemudian diterjemahkan ke dalam program-program
pembangunan kemudian diuraikan kedalam kegiatan-kegiatan yang mendukung masing-masing
program tersebut.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Bupati dan Wakil Bupati Pandeglang Terpilih Periode Tahun
2016-2021
3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Dalam Surat Keputusan Bupati Pandeglang Nomor … Tahun 2016 tertanggal .... November
tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang,
diuraikan sebagai berikut :
DINAS KESEHATAN
Bagian Kesatu
Susunan Organisasi
Pasal .....
Bagian Kedua
Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas
Pasal .......
(1) Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah, dipimpin oleh Kepala Dinas
yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris
(2) Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di
bidang Kesehatan.
(3) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal 2, Dinas Kesehatan
mempunyai fungsi:
Bagian Ketiga
SEKRETARIAT
(1) Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris merupakan unsur pembantu pimpinan, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan.
(2) Sekretariat mempunyai tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis
Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan, Subbagian Umum dan Kepegawaian serta
Subbagian Keuangan.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretariat mempunyai
fungsi:
a) Perumusan perencanaan kegiatan Subbagian Perencanaan, Evaluasi, Pelaporan, Subbagian
Umum dan Kepegawaian serta Subbagian Keuangan.
b) Pengorganisasian kegiatan Subbagian Perencanaan, Evaluasi, Pelaporan, Subbagian Umum
dan Kepegawaian serta Subbagian Keuangan.
c) Pengendalian Pelaksanaan kegiatan Subbagian Perencanaan, Evaluasi, Pelaporan,
Subbagian Umum dan Kepegawaian serta Subbagian Keuangan.
d) Penilaian (Monitoring dan Evaluasi) kegiatan Subbagian Perencanaan, Evaluasi, Pelaporan,
Subbagian Umum dan Kepegawaian serta Subbagian Keuangan.
e) Pelaksanaan tugas lain, yang diberikan oleh Dinas Kesehatan, sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
(1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan dipimpin oleh seorang Kepala
Subbagian adalah unsur pelaksana, berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Sekretaris.
(2) Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok
melaksanakan program/kegiatan Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Subbagian
Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan, mempunyai fungsi:
a) Penyusunan konsep kebijakan teknis Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan
Pelaporan;
b) Penyusunan rencana kegiatan Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan
Pelaporan;
c) Pelaksanaan kegiatan Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;
d) Penilaian (monitoring dan evaluasi) pelaksanaan kegiatan Subbagian
Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2) dan ayat (3), Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan, mempunyai
uraian tugas:
a) Melaksanakan kajian hasil pelaksanaan tugas/kegiatan Subbagian
Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan sebagai bahan penyusunan
perencanaan;
b) Menyiapkan bahan penyusunan dan menelaah peraturan perundang-
undangan di Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;
c) Menyusun petunjuk teknis dan Standar Prosedur Operasional kegiatan
Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;
d) Melakukan koordinasi dengan unit/satuan kerja lain yang terkait dengan
program Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;
e) Menyusun rencana dan program kerja Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan
Pelaporan, sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
f) Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan pelaksanaan anggaran Subbagian
Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;
g) Melaksanakan asistensi/pembahasan Rencana Kegiatan Anggaran Subbagian
Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan dengan Tim Asistensi Dinas Kesehatan;
h) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;
i) Membina bawahan dalam pelaksanaan tugas;
j) Memantau, mengendalikan, mengevaluasi, dan menilai pelaksanaan tugas
bawahan;
k) Melaksanakan asistensi/pembahasan rencana kegiatan anggaran Program-
program bersama Tim Asistensi Dinas Kesehatan dengan satuan kerja
terkait/Tim/Panitia Anggaran;
(1) Subbagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian
adalah unsur pelaksana, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Pelayanan Kesehatan.
(2) Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanakan
program/kegiatan Umum dan Kepegawaian.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Subbagian
Umum dan Kepegawaian, mempunyai fungsi:
a) Penyusunan konsep kebijakan teknis Subbagian Umum dan Kepegawaian;
b) Penyusunan rencana kegiatan Subbagian Umum dan Kepegawaian;
c) Pelaksanaan kegiatan Subbagian Umum dan Kepegawaian;
d) Penilaian (monitoring dan evaluasi) pelaksanaan kegiatan Subbagian Umum
dan Kepegawaian;
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2) dan ayat (3), Subbagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai uraian tugas:
a) Melaksanakan kajian hasil pelaksanaan tugas/kegiatan Subbag Umum dan
Kepegawaian sebagai bahan penyusunan perencanaan;
b) Menyiapkan bahan penyusunan dan menelaah peraturan perundang-
undangan di Subbag Umum dan Kepegawaian;
c) Menyusun petunjuk teknis dan Standar Prosedur Operasional kegiatan
Subbag Umum dan Kepegawaian;
d) Melakukan koordinasi dengan unit/satuan kerja lain yang terkait dengan
program Subbag Umum dan Kepegawaian;
e) Menyusun rencana dan program kerja Subbag Umum dan Kepegawaian,
sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
f) Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan pelaksanaan anggaran Subbag
Umum dan Kepegawaian;
g) Melaksanakan asistensi/pembahasan Rencana Kegiatan Anggaran Subbag
Umum dan Kepegawaian dengan Tim Asistensi Dinas Kesehatan;
h) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;
i) Membina bawahan dalam pelaksanaan tugas;
j) Memantau, mengendalikan, mengevaluasi, dan menilai pelaksanaan tugas
bawahan;
k) Melaksanakan pengelolaan umum, meliputi :
1. Menyiapkan, mengumpulkan instrumen dan data pendukung dalam
pelaksanaan kegiatan.
2. Mengusulkan nama calon bendahara/pengelola aset di lingkup Dinas
Kesehatan;
Bagian Keenam
Subbagian Keuangan
Pasal …….
(1) Subbagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian adalah unsur
pelaksana, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
(2) Subbagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan program/kegiatan
pengelolaan keuangan.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Subbagian
Keuangan, mempunyai fungsi:
a) Penyusunan konsep kebijakan teknis pengelolaan keuangan;
b) Penyusunan rencana kegiatan pengelolaan keuangan;
c) Pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan;
d) Penilaian (monitoring dan evaluasi) pelaksanaan kegiatan pengelolaan
keuangan.
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2) dan ayat (3), Subbagian Keuangan, mempunyai uraian tugas:
a) Melaksanakan kajian hasil pelaksanaan tugas/kegiatan Subbag Keuangan
sebagai bahan penyusunan perencanaan;
b) Menyiapkan bahan penyusunan dan menelaah peraturan perundang-
undangan di Subbag Keuangan;
c) Menyusun petunjuk teknis dan Standar Prosedur Operasional kegiatan
Subbag Keuangan;
d) Melakukan koordinasi dengan unit/satuan kerja lain yang terkait dengan
program Subbag Keuangan;
e) Menyusun rencana dan program kerja Subbag Keuangan, sebagai pedoman
pelaksanaan tugas;
f) Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan pelaksanaan anggaran Subbag
Keuangan;
g) Melaksanakan asistensi/pembahasan Rencana Kegiatan Anggaran Subbag
Keuangan dengan Tim Asistensi Dinas Kesehatan;
h) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;
i) Membina bawahan dalam pelaksanaan tugas;
j) Memantau, mengendalikan, mengevaluasi, dan menilai pelaksanaan tugas
bawahan;
Bagian Ketujuh
BIDANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
(1) Bidang Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang merupakan unsur pelaksana, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas.
(2) Bidang Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit mempunyai tugas pokok
merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis Imunisasi, Surveilans dan Krisis
Kesehatan, Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa, serta
Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Menular.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidang
Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit, mempunyai fungsi:
a) Perumusan perencanaan kegiatan Imunisasi, Surveilans dan Krisis Kesehatan,
Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa, serta Pengendalian
dan Penanggulangan Penyakit Menular.
b) Pengorganisasian kegiatan Imunisasi, Surveilans dan Krisis Kesehatan,
Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa, serta Pengendalian
dan Penanggulangan Penyakit Menular.
c) Pengendalian Pelaksanaan kegiatan Imunisasi, Surveilans dan Krisis
Kesehatan, Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa, serta
Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Menular.
d) Penilaian (Monitoring dan Evaluasi) kegiatan Seksi Imunisasi, Surveilans dan
Krisis Kesehatan, Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa,
serta Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Menular.
e) Pelaksanaan tugas lain, yang diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan, sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
(1) Seksi Imunisasi, Surveilans dan Krisis Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala
Seksi adalah unsur pelaksana, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit.
(2) Seksi Imunisasi, Surveilans dan Krisis Kesehatan mempunyai tugas pokok
melaksanakan program/kegiatan Imunisasi, Surveilans dan Krisis Kesehatan.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi Imunisasi,
Surveilans dan Krisis Kesehatan, mempunyai fungsi:
a) Penyusunan konsep kebijakan teknis Imunisasi, Surveilans dan Krisis
Kesehatan;
b) Penyusunan rencana kegiatan Imunisasi, Surveilans dan Krisis Kesehatan;
c) Pelaksanaan kegiatan Imunisasi, Surveilans dan Krisis Kesehatan;
d) Penilaian (monitoring dan evaluasi) pelaksanaan kegiatan Imunisasi,
Surveilans dan Krisis Kesehatan;
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2) dan ayat (3), Seksi Imunisasi, Surveilans dan Krisis Kesehatan, mempunyai
uraian tugas:
a) Melaksanakan kajian hasil pelaksanaan tugas/kegiatan Seksi Imunisasi,
Surveilans dan Krisis Kesehatan sebagai bahan penyusunan perencanaan;
b) Menyiapkan bahan penyusunan dan menelaah peraturan perundang-
undangan di Seksi Imunisasi, Surveilans dan Krisis Kesehatan;
c) Menyusun petunjuk teknis dan Standar Prosedur Operasional kegiatan
Imunisasi, Surveilans dan Krisis Kesehatan;
d) Melakukan koordinasi dengan unit/satuan kerja lain yang terkait dengan
program Imunisasi, Surveilans dan Krisis Kesehatan;
e) Menyusun rencana dan program kerja Seksi Imunisasi, Surveilans dan Krisis
Kesehatan, sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
f) Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan pelaksanaan anggaran Seksi
Imunisasi, Surveilans dan Krisis Kesehatan;
g) Melaksanakan asistensi/pembahasan Rencana Kegiatan Anggaran Seksi
Imunisasi, Surveilans dan Krisis Kesehatan dengan Tim Asistensi Dinas
Kesehatan;
h) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;
i) Membina bawahan dalam pelaksanaan tugas;
j) Memantau, mengendalikan, mengevaluasi, dan menilai pelaksanaan tugas
bawahan;
k) Melaksanakan pengelolaan program Surveilans, meliputi deteksi dini penyakit
potensial KLB, penanggulangan KLB, respon bencana dan penyelenggaraan
kesehatan Haji;
l) Melaksanakan pengelolaan program Imunisasi (perencanaan, penyimpanan,
pendistribusian, penggunaan vaksin, serta pencatatan dan pelaporan
Imunisasi);
m) Melaksanakan pembinaan ke fasilitas pelayanan kesehatan program
Imunisasi, Surveilans dan Krisis Kesehatan;
Bagian Keempat
Seksi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Menular
Pasal …….
BIDANG
PELAYANAN KESEHATAN
(1) Bidang Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang merupakan
unsur pelaksana, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas.
(2) Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok merumuskan dan
melaksanakan kebijakan teknis Pelayanan Kesehatan Primer, Pelayanan Kesehatan
Rujukan dan Perizinan, serta Farmasi dan Perbekalan kesehatan.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidang
Pelayanan Kesehatan, mempunyai fungsi:
a) Perumusan perencanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan Primer, Pelayanan
Kesehatan Rujukan dan Perizinan, serta Farmasi dan Perbekalan Kesehatan.
b) Pengorganisasian kegiatan Pelayanan Kesehatan Primer, Pelayanan Kesehatan
Rujukan dan Perizinan, serta Farmasi dan Perbekalan Kesehatan.
(1) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dipimpin oleh seorang Kepala Seksi adalah
unsur pelaksana, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Pelayanan Kesehatan.
(2) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer mempunyai tugas pokok melaksanakan
program/kegiatan Pelayanan Kesehatan Primer.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi Pelayanan
Kesehatan Primer, mempunyai fungsi:
a) Penyusunan konsep kebijakan teknis Pelayanan Kesehatan Primer;
b) Penyusunan rencana kegiatan Pelayanan Kesehatan Primer;
c) Pelaksanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan Primer;
d) Penilaian (monitoring dan evaluasi) pelaksanaan kegiatan Pelayanan
Kesehatan Primer;
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2) dan ayat (3), Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, mempunyai uraian tugas:
a) Melaksanakan kajian hasil pelaksanaan tugas/kegiatan Seksi Pelayanan
Kesehatan Primer sebagai bahan penyusunan perencanaan;
b) Menyiapkan bahan penyusunan dan menelaah peraturan perundang-
undangan di Seksi Pelayanan Kesehatan Primer;
c) Menyusun petunjuk teknis dan Standar Prosedur Operasional kegiatan
Pelayanan Kesehatan Primer;
d) Melakukan koordinasi dengan unit/satuan kerja lain yang terkait dengan
program Pelayanan Kesehatan Primer;
e) Menyusun rencana dan program kerja Seksi Pelayanan Kesehatan Primer,
sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
f) Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan pelaksanaan anggaran Seksi
Pelayanan Kesehatan Primer;
g) Melaksanakan asistensi/pembahasan Rencana Kegiatan Anggaran Seksi
Pelayanan Kesehatan Primer dengan Tim Asistensi Dinas Kesehatan;
h) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;
i) Membina bawahan dalam pelaksanaan tugas;
j) Memantau, mengendalikan, mengevaluasi, dan menilai pelaksanaan tugas
bawahan;
k) Melaksanakan peningkatan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas,
meliputi :
1. Penguatan pembinaan Puskesmas;
2. Optimalisasi pelaksanaan Manajemen Puskesmas, meliputi: Perencanaan,
Penggerakan Pelaksanaan, Pengawasan Pengendalian dan Penilaian;
3. Penguatan Sistem Informasi Puskesmas.
l) Melaksanakan peningkatan program kesehatan gigi dan mulut;
m) Melaksanakan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional;
n) Melaksanakan fasilitasi Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer;
(1) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Perizinan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
adalah unsur pelaksana, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Pelayanan Kesehatan.
(2) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Perizinan mempunyai tugas pokok
melaksanakan program/kegiatan Pelayanan Kesehatan Rujukan, Laboratorium dan
Perizinan.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi Pelayanan
Kesehatan Rujukan dan Perizinan, mempunyai fungsi:
a) Penyusunan konsep kebijakan teknis Pelayanan Kesehatan Rujukan/laboratorium
dan Perizinan;
b) Penyusunan rencana kegiatan Pelayanan Kesehatan Rujukan/laboratorium dan
Perizinan;
c) Pelaksanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan Rujukan/laboratorium dan Perizinan;
d) Penilaian (monitoring dan evaluasi) pelaksanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan
Rujukan/laboratorium dan Perizinan;
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3), Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Perizinan, mempunyai uraian
tugas:
a) Melaksanakan kajian hasil pelaksanaan tugas/kegiatan Seksi Pelayanan Kesehatan
Rujukan dan Perizinan sebagai bahan penyusunan perencanaan;
b) Menyiapkan bahan penyusunan dan menelaah peraturan perundang-undangan di
Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Perizinan;
c) Menyusun petunjuk teknis dan Standar Prosedur Operasional kegiatan Pelayanan
Kesehatan Rujukan dan Perizinan;
d) Melakukan koordinasi dengan unit/satuan kerja lain yang terkait dengan program
Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Perizinan;
e) Menyusun rencana dan program kerja Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan
Perizinan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
f) Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan pelaksanaan anggaran Seksi
Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Perizinan;
g) Melaksanakan asistensi/pembahasan Rencana Kegiatan Anggaran Seksi Pelayanan
Kesehatan Rujukan dan Perizinan dengan Tim Asistensi Dinas Kesehatan;
h) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;
i) Membina bawahan dalam pelaksanaan tugas;
j) Memantau, mengendalikan, mengevaluasi, dan menilai pelaksanaan tugas
bawahan;
k) Melaksanakan pembinaan Rumah Sakit, UPT Puskesmas, UPT Laboratorium
Kesehatan Daerah dan jejaringnya, meliputi :
1. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan rujukan/laboratorium, pelayanan
kesehatan daerah perbatasan/kepulauan;
2. Optimalisasi pelayanan darah;
3. Perizinan praktek tenaga kesehatan, sertifikasi P-IRT, Depot Air Minum dan
sarana lainnya.
Bagian Keempat
Seksi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
Pasal …….
(1) Seksi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
adalah unsur pelaksana, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Pelayanan Kesehatan.
(2) Seksi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan
program/kegiatan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi Farmasi
dan Perbekalan Kesehatan, mempunyai fungsi:
a) Penyusunan konsep kebijakan teknis Farmasi dan Perbekalan Kesehatan;
b) Penyusunan rencana kegiatan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan;
c) Pelaksanaan kegiatan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan;
d) Penilaian (monitoring dan evaluasi) pelaksanaan kegiatan Farmasi dan
Perbekalan Kesehatan.
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2) dan ayat (3), Seksi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan, mempunyai uraian
tugas:
a) Melaksanakan kajian hasil pelaksanaan tugas/kegiatan Seksi Farmasi dan
Perbekalan Kesehatan sebagai bahan penyusunan perencanaan;
b) Menyiapkan bahan penyusunan dan menelaah peraturan perundang-
undangan di Seksi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan;
c) Menyusun petunjuk teknis dan Standar Prosedur Operasional kegiatan
Farmasi dan Perbekalan Kesehatan;
d) Melakukan koordinasi dengan unit/satuan kerja lain yang terkait dengan
program Farmasi dan Perbekalan Kesehatan;
Renstra Dinas Kesehatan 25
Kabupaten Pandeglang
Tahun 2016 - 2021
e) Menyusun rencana dan program kerja Seksi Farmasi dan Perbekalan
Kesehatan, sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
f) Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan pelaksanaan anggaran Seksi
Farmasi dan Perbekalan Kesehatan;
g) Melaksanakan asistensi/pembahasan Rencana Kegiatan Anggaran Seksi
Farmasi dan Perbekalan Kesehatan dengan Tim Asistensi Dinas Kesehatan;
h) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;
i) Membina bawahan dalam pelaksanaan tugas;
j) Memantau, mengendalikan, mengevaluasi, dan menilai pelaksanaan tugas
bawahan;
k) Melaksanakan :
1. Penyusunan perencanaan obat, reagensia, vaksin tertentu dan Perbekalan
Kesehatan terpadu tingkat kabupaten;
2. Pengadaan obat, reagensia, vaksin tertentu dan Perbekalan Kesehatan;
3. Pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat secara umum baik yang ada
dalam persediaan Instalasi Farmasi maupun yang akan didistribusikan
secara berkala maupun yang ada di wilayah kerja Puskesmas dan
jaringannya;
4. Melaksanakan pembinaan, pengawasan, pemantauan, dan peredaran
obat-obat tradisional, kosmetika sesuai ketentuan yang berlaku;
5. Pengawasan dan pengendalian terhadap peredaran obat dan bahan
berbahaya;
6. Pembinaan pengelolaan obat di sarana pelayanan kesehatan;
7. Pembinaan penggunaan obat rasional di sarana pelayanan kesehatan;
8. Pembinaan penggunaan obat tradisional;
9. Melaksanakan bimbingan dan pengendalian obat-obatan, narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya bersama sektor terkait;
10. Monitoring pelayanan obat generik di puskesmas dan rumah sakit
pemerintah;
11. Mengadakan bimbingan dan penyuluhan tentang penggunaan penyimpanan
dan pemusnahan obat dengan cara yang benar;
12. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan penyelenggaraan usaha
kosmetik, alat kesehatan dan obat tradisional, perbekalan kesehatan rumah
tangga yang berkualitas dan berdaya guna;
13. Melaksanakan monitoring efek samping kosmetika, alat kesehatan dan obat
tradisional;
14. Menyusun, mengadakan dan mengalokasikan kebutuhan obat-obatan
termasuk alat-obat kontrasepsi (alokon), bahan-bahan terkait kekurangan
unsur gizi;
(1) Bidang Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Bidang merupakan
unsur pelaksana, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas.
(2) Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas pokok merumuskan dan
melaksanakan kebijakan teknis Kesehatan keluarga dan Gizi, Kesehatan
Lingkungan dan Makanan-Minuman, serta Promosi Kesehatan dan Kesehatan
Kerja-Olah Raga.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidang
Kesehatan Masyarakat, mempunyai fungsi:
a) Perumusan perencanaan kegiatan Kesehatan keluarga dan Gizi, Kesehatan
Lingkungan dan Makanan-Minuman, serta Promosi Kesehatan dan Kesehatan
Kerja-Olah Raga
b) Pengorganisasian kegiatan Kesehatan keluarga dan Gizi, Kesehatan
Lingkungan dan Makanan-Minuman, serta Promosi Kesehatan dan Kesehatan
Kerja-Olah Raga.
c) Pengendalian Pelaksanaan kegiatan Kesehatan keluarga dan Gizi, Kesehatan
Lingkungan dan Makanan-Minuman, serta Promosi Kesehatan dan Kesehatan
Kerja-Olah Raga.
d) Penilaian (Monitoring dan Evaluasi) kegiatan Seksi Kesehatan keluarga dan
Gizi, Kesehatan Lingkungan dan Makanan-Minuman, serta Promosi Kesehatan
dan Kesehatan Kerja-Olah Raga.
e) Pelaksanaan tugas lain, yang diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan, sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
(1) Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi adalah
unsur pelaksana, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Kesehatan Masyarakat.
(2) Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi mempunyai tugas pokok melaksanakan
program/kegiatan Kesehatan Keluarga dan Gizi.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi, mempunyai fungsi:
a) Penyusunan konsep kebijakan teknis Kesehatan Keluarga dan Gizi;
b) Penyusunan rencana kegiatan Kesehatan Keluarga dan Gizi;
c) Pelaksanaan kegiatan Kesehatan Keluarga dan Gizi;
d) Penilaian (monitoring dan evaluasi) pelaksanaan kegiatan Kesehatan Keluarga
dan Gizi;
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2) dan ayat (3), Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, mempunyai uraian tugas:
a) Melaksanakan kajian hasil pelaksanaan tugas/kegiatan Seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi sebagai bahan penyusunan perencanaan;
b) Menyiapkan bahan penyusunan dan menelaah peraturan perundang-
undangan di Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi;
c) Menyusun petunjuk teknis dan Standar Prosedur Operasional kegiatan
Kesehatan Keluarga dan Gizi;
d) Melakukan koordinasi dengan unit/satuan kerja lain yang terkait dengan
program Kesehatan Keluarga dan Gizi;
e) Menyusun rencana dan program kerja Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi,
sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
f) Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan pelaksanaan anggaran Seksi
Kesehatan Keluarga dan Gizi;
g) Melaksanakan asistensi/pembahasan Rencana Kegiatan Anggaran Seksi
Kesehatan Keluarga dan Gizi dengan Tim Asistensi Dinas Kesehatan;
h) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;
i) Membina bawahan dalam pelaksanaan tugas;
j) Memantau, mengendalikan, mengevaluasi, dan menilai pelaksanaan tugas
bawahan;
k) Melaksanakan pembinaan ke Fasilitas Kesehatan Primer berkaitan dengan
program Kesehatan Keluarga dan Gizi, meliputi :
1. Kesehatan Reproduksi (Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak (Anak Usia Dini,
Anak Usia Sekolah dan/Remaja), Usia Produktif, dan Usia Lanjut));
2. Masalah Anak (pelayanan KTA, Anak dengan kebutuhan khusus);
3. Gizi Masyarakat;
4. Pemantauan Status Gizi;
5. Pemberdayaan Keluarga;
6. Pengadaan Makanan Pendamping ASI, Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis dan Balita Gizi
Kurang/Buruk.
Bagian Keempat
Seksi Promosi Kesehatan dan Kesehatan Kerja-Olahraga
Pasal …….
(1) Seksi Promosi Kesehatan dan Kesehatan Kerja-Olahraga dipimpin oleh seorang
Kepala Seksi adalah unsur pelaksana, berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat.
(2) Seksi Promosi Kesehatan dan Kesehatan Kerja-Olahraga mempunyai tugas pokok
melaksanakan program/kegiatan Promosi Kesehatan (Kapasitas Promosi
Kesehatan, Advokasi, Bina Suasana/KIE, Gerakan/Pemberdayaan Masyarakat dan
Kemitraan) dan Kesehatan Kerja-Olahraga.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi Promosi
Kesehatan dan Kesehatan Kerja-Olahraga, mempunyai fungsi:
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2) dan ayat (3), Seksi Promosi Kesehatan dan Kesehatan Kerja-Olahraga,
mempunyai uraian tugas:
a) Melaksanakan kajian hasil pelaksanaan tugas/kegiatan Seksi Promosi
Kesehatan dan Kesehatan Kerja-Olahraga sebagai bahan penyusunan
perencanaan;
b) Menyiapkan bahan penyusunan dan menelaah peraturan perundang-
undangan di Seksi Promosi Kesehatan dan Kesehatan Kerja-Olahraga;
c) Menyusun petunjuk teknis dan Standar Prosedur Operasional kegiatan
Promosi Kesehatan dan Kesehatan Kerja-Olahraga;
d) Melakukan koordinasi dengan unit/satuan kerja lain yang terkait dengan
program Promosi Kesehatan dan Kesehatan Kerja-Olahraga;
e) Menyusun rencana dan program kerja Seksi Promosi Kesehatan dan
Kesehatan Kerja-Olahraga, sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
f) Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan pelaksanaan anggaran Seksi
Promosi Kesehatan dan Kesehatan Kerja-Olahraga;
g) Melaksanakan asistensi/pembahasan Rencana Kegiatan Anggaran Seksi
Promosi Kesehatan dan Kesehatan Kerja-Olahraga dengan Tim Asistensi Dinas
Kesehatan;
h) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;
i) Membina bawahan dalam pelaksanaan tugas;
j) Memantau, mengendalikan, mengevaluasi, dan menilai pelaksanaan tugas
bawahan;
BIDANG
SUMBER DAYA KESEHATAN
(1) Bidang Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang merupakan
unsur pelaksana, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas.
(2) Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas pokok merumuskan dan
melaksanakan kebijakan teknis Pembiayaan Kesehatan, Mutu Tenaga Kesehatan
dan Sistem Informasi Kesehatan, serta Sarana dan Prasarana Kesehatan .
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidang Sumber
Daya Kesehatan, mempunyai fungsi :
a) Perumusan perencanaan kegiatan Pembiayaan Kesehatan, Mutu Tenaga
Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan, serta Sarana dan Prasarana
Kesehatan.
b) Pengorganisasian kegiatan Pembiayaan Kesehatan, Mutu Tenaga Kesehatan
dan Sistem Informasi Kesehatan, serta Sarana dan Prasarana Kesehatan.
c) Pengendalian Pelaksanaan kegiatan Pembiayaan Kesehatan, Mutu Tenaga
Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan, serta Sarana dan Prasarana
Kesehatan.
d) Penilaian (Monitoring dan Evaluasi) kegiatan Seksi Pembiayaan Kesehatan,
Mutu Tenaga Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan, serta Sarana dan
Prasarana Kesehatan.
e) Pelaksanaan tugas lain, yang diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan, sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
(1) Seksi Pembiayaan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi adalah unsur
pelaksana, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Sumber
Daya Kesehatan.
(2) Seksi Pembiayaan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan
program/kegiatan Pembiayaan Kesehatan.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi
Pembiayaan Kesehatan, mempunyai fungsi:
a) Penyusunan konsep kebijakan teknis Pembiayaan Kesehatan;
b) Penyusunan rencana kegiatan Pembiayaan Kesehatan;
c) Pelaksanaan kegiatan Pembiayaan Kesehatan;
d) Penilaian (monitoring dan evaluasi) pelaksanaan kegiatan Pembiayaan
Kesehatan;
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2) dan ayat (3), Seksi Pembiayaan Kesehatan, mempunyai uraian tugas:
a) Melaksanakan kajian hasil pelaksanaan tugas/kegiatan Seksi Pembiayaan
Kesehatan sebagai bahan penyusunan perencanaan;
b) Menyiapkan bahan penyusunan dan menelaah peraturan perundang-
undangan di Seksi Pembiayaan Kesehatan;
c) Menyusun petunjuk teknis dan Standar Prosedur Operasional kegiatan
Pembiayaan Kesehatan;
d) Melakukan koordinasi dengan unit/satuan kerja lain yang terkait dengan
program Pembiayaan Kesehatan;
e) Menyusun rencana dan program kerja Seksi Pembiayaan Kesehatan, sebagai
pedoman pelaksanaan tugas;
f) Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan pelaksanaan anggaran Seksi
Pembiayaan Kesehatan;
g) Melaksanakan asistensi/pembahasan Rencana Kegiatan Anggaran Seksi
Pembiayaan Kesehatan dengan Tim Asistensi Dinas Kesehatan;
h) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;
i) Membina bawahan dalam pelaksanaan tugas;
j) Memantau, mengendalikan, mengevaluasi, dan menilai pelaksanaan tugas
bawahan;
k) Melaksanakan pengelolaan Pembiayaan Kesehatan, meliputi : Dana Jaminan
Kesehatan Nasional, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Biaya
Operasional Puskesmas, dan bantuan keuangan lainnya.
l) Mengkoordinasikan rancangan penetapan alokasi dana untuk setiap
puskesmas berdasarkan ketentuan yang berlaku;
m) Melaksanakan sosialisasi pembiayaan kesehatan kepada puskesmas dan
Instansi terkait;
n) Mengkoordinasikan manajemen kepesertaan dan administrasi keuangan
dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional;
o) Membuat rekapitulasi pengajuan dana yang telah diverifikasi dan divalidasi
kebenaran administrasi keuangannya;
Renstra Dinas Kesehatan 34
Kabupaten Pandeglang
Tahun 2016 - 2021
p) Pengajuan pengusulan pencairan dana yang telah diverifikasi Pengguna
Anggaran pengelola dana bantuan;
q) Memfasilitasi pertemuan secara berkala sesuai kebutuhan dalam rangka
review, evaluasi dan penyelesaian masalah lintas sektor/program terkait;
r) Membuat rekapitulasi dan menyusun laporan penyelenggaraan pembiayaan
kesehatan;
s) Melaksanakan pembinaan ke Puskesmas berkaitan dengan program
Pembiayaan Kesehatan.
t) Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang
berkaitan dengan program Pembiayaan Kesehatan;
u) Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi program Pembiayaan Kesehatan;
v) Melaksanakan konsultasi teknis dengan Dinas Kesehatan Provinsi/
Kementerian Kesehatan;
(1) Seksi dan Sistem Informasi Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi adalah
unsur pelaksana, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Pelayanan Kesehatan.
(2) Seksi Mutu Tenaga Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan mempunyai tugas
pokok melaksanakan program/kegiatan Mutu Tenaga Kesehatan dan Sistem
Informasi Kesehatan.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi Mutu
Tenaga Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan, mempunyai fungsi:
a) Penyusunan konsep kebijakan teknis Mutu Tenaga Kesehatan dan Sistem
Informasi Kesehatan;
b) Penyusunan rencana kegiatan Mutu Tenaga Kesehatan dan Sistem Informasi
Kesehatan;
c) Pelaksanaan kegiatan Mutu Tenaga Kesehatan dan Sistem Informasi
Kesehatan;
d) Penilaian (monitoring dan evaluasi) pelaksanaan kegiatan Mutu Tenaga
Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan;
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2) dan ayat (3), Seksi Mutu Tenaga Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan,
mempunyai uraian tugas:
a) Melaksanakan kajian hasil pelaksanaan tugas/kegiatan Seksi Mutu Tenaga
Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan sebagai bahan penyusunan
perencanaan;
b) Menyiapkan bahan penyusunan dan menelaah peraturan perundang-
undangan di Seksi Mutu Tenaga Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan;
c) Menyusun petunjuk teknis dan Standar Prosedur Operasional kegiatan Mutu
Tenaga Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan;
d) Melakukan koordinasi dengan unit/satuan kerja lain yang terkait dengan
program Mutu Tenaga Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan;
e) Menyusun rencana dan program kerja Seksi Mutu Tenaga Kesehatan dan
Sistem Informasi Kesehatan, sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
f) Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan pelaksanaan anggaran Seksi
Mutu Tenaga Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan;
g) Melaksanakan asistensi/pembahasan Rencana Kegiatan Anggaran Seksi Mutu
Tenaga Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan dengan Tim Asistensi
Dinas Kesehatan;
h) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;
i) Membina bawahan dalam pelaksanaan tugas;
j) Memantau, mengendalikan, mengevaluasi, dan menilai pelaksanaan tugas
bawahan;
k) Melaksanakan :
Pembinaan organisasi profesi kesehatan dan tenaga kesehatan;
Fasilitasi penilaian angka kredit bagi pemangku jabatan fungsional
kesehatan;
Bagian Keempat
Seksi Sarana dan Prasarana Kesehatan
Pasal …….
(1) Seksi Sarana dan Prasarana Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
adalah unsur pelaksana, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Pelayanan Kesehatan.
(2) Seksi Sarana dan Prasarana Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan
program/kegiatan Sarana dan Prasarana Kesehatan .
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Seksi Sarana
dan Prasarana Kesehatan , mempunyai fungsi:
a) Penyusunan konsep kebijakan teknis Sarana dan Prasarana Kesehatan ;
b) Penyusunan rencana kegiatan Sarana dan Prasarana Kesehatan ;
c) Pelaksanaan kegiatan Sarana dan Prasarana Kesehatan ;
d) Penilaian (monitoring dan evaluasi) pelaksanaan kegiatan Sarana dan
Prasarana Kesehatan .
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2) dan ayat (3), Seksi Sarana dan Prasarana Kesehatan , mempunyai uraian
tugas:
1. Puskesmas
2. Pustu
Puskesmas Pembantu di Kabupaten Pandeglang sampai akhir tahun 2015 tercatat
sebanyak 58 Unit yang tersebar di beberapa desa wilayah binaan Puskesmas, jika
berdasarkan ratio Puskesmas Pembantu terhadap desa adalah 0,17, dengan demikian
setiap Puskesmas Pembantu rata-rata melayani 5 – 6 Desa.
Fasilitas yang memberikan layanan rujukan dan rawat inap di Kabupaten Pandeglang pada
tahun 2015 sebanyak 1 Unit yaitu Rumah Sakit Umum Pemerintah Daerah, jika ditinjau
dari letak RSUD Kabupaten Pandeglang yang berada di Ibu Kota Kabupaten dengan luas
wilayah maka dapat dikatakan tidak strategis, mengingat jarak tempuh mayarakat di
wilayah selatan (Kec. Sumur) sekitar 101 Km ke RSUD, sehingga diperlukan pembangunan
sarana pelayanan rujukan (Rumah Sakit) yang tempatnya strategis dan dapat diakses cepat
oleh masyarakat setempat pada umumnya dan khususnya masyarakat wilayah selatan.
Klasifikasi RS
No Nama Rumah Sakit
A B Pendidikan B C D Khusus Swasta
1 RSUD Berkah √
JUMLAH 1
c. Tenaga Kesehatan
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia dalam hal ini tenaga kesehatan
yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma sehat, yang
mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Tenaga
kesehatan yang terampil dilaksanakan melalui pendidikan dan pengembangan serta pelatihan oleh
pemerintah maupun swasta. Dalam pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia
dalam hal ini tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan
paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Tenaga kesehatan yang terampil dilaksanakan melalui pendidikan dan
pengembangan serta pelatihan oleh pemerintah maupun swasta.
Pengukuran keberhasilan sasaran program yang tercantum dalam Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Kabupaten Pandeglang Tahun 2010-2016, yang target capaiannya terpapar dalam setiap
tahunnya yang mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) Departemen Kesehatan RI sebagai
landasan sasaran program di masing-masing Kabupaten/ Kota, adapun target capaian program
tahun 2015 Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang, adalah sebagai berikut :
CAPAIAN TARGET
NO. JENIS CAKUPAN SASARAN REALISASI
(%) 2015
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
1 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K4 24.941 18.046 72,35 95%
2 CAKUPAN KOMPLIKASI KEBIDANAN YANG DITANGANI 4.988 3.214 64,43 80%
3 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN YANG
23.807 17.327 72,78 90%
MEMILIKI KOMPETENSI KEBIDANAN
4 CAKUPAN PELAYANAN NIFAS 23.807 20.382 85,61 90%
5 CAKUPAN NEONATAL DENGAN KOMPLIKASI YANG DITANGANI 3.571 998 27,95 80&
6 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI 123.353 22.824 18,50 90%
7 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) 339 220 64,90 90%
8 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA 124.223 52.049 41,90 90%
9 CAKUPAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN
1.017 1.017 100,00 100%
KELUARGA MISKIN
10 CAKUPAN BALITA GIZI BURUK MENDAPAT PERAWATAN 174 174 100,00 100%
11 CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT 29.597 9.251 31,26 100%
12 CAKUPAN PESERTA KB AKTIF 199.714 78.976 39,54 70%
13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT
a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk <15 tahun 2/100.000 (9 Kasus) 2/100.00 (8 Kasus) 89 100
b. Penemuan Penderita pneumonia balita 118.862 44.965 37,83 100
c. Penemuan Pasien baru TB BTA positif 1.274 903 70,88 100
d. Penderita DBD yang ditangani 51/100.000 (591) 369 62,43 100
e. Penemuan Penderita Diare 118.862 73.694 62,00 100
14 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR MASYARAKAT MISKIN 629.461 291.512 46,31 100%
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
15 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN PASIEN MASKIN 34.981 8.158 23,32 100%
16 CAKUPAN PELAYANAN GAWAT DARURAT LEVEL 1 YG HARUS DIBERIKAN SARANA
1 1 100% 100%
KESEHATAN (RS) DI KAB/ KOTA
C. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR
BIASA/ KLB
17 CAKUPAN DESA /KELURAHAN MENGALAMI KLB YANG DILAKUKAN
28 28 100% 100%
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI < 24 JAM
D. PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
18 CAKUPAN DESA SIAGA AKTIF 339 339 100% 100%
Terciptanya pelayanan informasi kesehatan di seluruh unit kerja berupa bank data
yang diaplikasikan kedalam sebuah Sistem Excel Report yang mencakup + 95% data
seluruh program Dinas Kesehatan, dengan dukungan sumber daya yang memadai
sehingga tersedianya sistem pencatatan dan pelaporan Dinas Kesehatan satu pintu
yang dapat di pertanggung jawabkan dan dimanfaatkan sebagai sumber informasi
yang up to date.
Hasil BPB Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn
No menurut 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015
BB/U (Abs) (%) (Abs) (%) (Abs) (%) (Abs) (%)
1 Gizi buruk 1.075 1,11 883 0,95 964 1,23 1.017 1,33
2 Gizi kurang 8.121 8,37 4.935 5,30 5.149 6.55 5.758 7,54
3 Gizi baik 86.363 88,98 86.600 92,98 71.229 90.56 68.202 89,32
4 Gizi lebih 697 0,75 719 0,77 833 1.06 1.119 1,56
Sumber data : Laporan BPB bulan Agustus 2015
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah balita gizi buruk sangat kurus dari tahun
2012 s/d 2014 meningkat dari 011 % menjadi 0,15 %, balita kurus menurun dari 0.40 %
menjadi 0,29 %. Kurang Gizi secara langsung disebabkan kurang asupan makanan dan
adanya penyakit. Salah satu penyebab adalah tidak langsung karena kurangnya masyarakat
menerapkan perilaku gizi seimbang dan perilaku hidup sehat maka pendidikan gizi
merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan status gizi masyarakat untuk
jangka panjang.
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 115 kasus
dan semuanya telah mendapat perawatan sesuai standar tatalaksana anak gizi buruk, baik
rawat inap maupun rawat jalan. Jumlah kasus gizi buruk menurut standar BB/U sebanyak
964 sudah 100 % mendapat biscuit MP-ASI selama 3 bulan.
Ditemukannya balita gizi buruk dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014
dikarenakan surveilan gizi aktif dan sebagian besar puskesmas sudah menggunakan
sofweare kurnia, sofweare ini mempermudah tenaga pelaksana gizi untuk mengolah hasil
penimbangan balita setiap bulan, hasil bulan penimbangan balita pada bulan agustus dan
balita gizi buruk yang ditemukan sudah lengkap dengan nama, alamat dan nama orang tua.
Secara umum masalah balita gizi buruk masih cukup tinggi, dapat dihitung pada
indikator Berat Badan/ Tinggi Badan yang menggambarkan status gizi yang sifatnya akut
sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu yang pendek, seperti
menurunnya nafsu makan akibat sakit, atau karena menderita diare.
Yang dimaksud dengan cakupan balita gizi buruk mendapat Perawatan sesuai
dengan Definisi Operasional keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Standar Pelayana Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota adalah cakupan pelayanan/perawatan terhadap balita gizi buruk
(dirujuk ke RSU, di rujuk ke puskesmas/rawat jalan, kunjungan rumah/konseling dan
mendapat MP-ASI).
Secara umum masalah balita gizi buruk masih cukup tinggi, dapat dihitung pada indikator
Berat Badan/ Tinggi Badan yang menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai
akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu yang pendek, seperti menurunnya
nafsu makan akibat sakit, atau karena menderita diare.
Yang dimaksud dengan cakupan balita gizi buruk mendapat Perawatan sesuai dengan
Definisi Operasional keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 828/Menkes/SK/IX/2008
tentang Standar Pelayana Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota adalah cakupan
pelayanan/perawatan terhadap balita gizi buruk (dirujuk ke RSU, di rujuk ke
puskesmas/rawat jalan, kunjungan rumah/konseling dan mendapat MP-ASI).
Pada Tahun 2015 ditemukan balita gizi buruk menurut standar BB/TB sebanyak 174
balita, dan yang mendapat perawatan 174 balita , hasil capai sebesar 100%, dari data
tersebut dapat dilihat cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan sudah mencapai
target 100%.
Disamping mengidentifikasikan masalah gizi yang bersifat akut dengan tinggi badan tidak
seimbang, dapat juga dilihat dari anak yang kegemukan, dalam hal ini berat badan anak
melebihi proporsi normal terhadap tinggi badannya, kegemukan ini dapat terjadi sebagai
akibat dari pola makan yang kurang baik atau juga karena keturunan, masalah kekurusan
dan kegemukan pada usia dini dapat berakibat pada rentannya terhadap berbagai
penyakit degeneratif pada usia dewasa (teori Barker).
Untuk mendapatkan data cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
dilakukan beberapa kegiatan yaitu :
Secara umum, prevalensi balita bawah garis merah (BGM/D) tahun 2015 adalah 2,71%
dari balita ditimbang 80.506 dan BGM 2.180 balita dan berada dibawah batas kondisi yang
dianggap serius 5% (ambang batas). Semua balita di Kabupaten Pandeglang yang naik
berat badannya (N/D) sekitar 64,69% balita menurut hasil capaian yang didapat sebesar
76,10% dari target 85% dan (D/S) sebesar 53,58%.
b. ASI Eksklusif
Air susu ibu merupakan anugerah yang tak ternilai harganya, hanya seorang ibu yang
dapat memberikan anugerah tersebut kepada bayinya.
Menyusui secara eksklusif merupakan cara yang aman, baik dan selalu tersedia untuk
pemberian makanan bayi dalam 6 (enam) bulan pertama kehidupannya. Dan penting
untuk diteruskan lebih dari 6 (enam) bulan, sebagaimana WHO dan UNICEF
merekomendasikan bahwa menyusui harus berlanjut bersama makanan pendamping ASI
yang benar sampai 2 (dua) tahun atau lebih. Para pakar dewasa ini menyetujui bahwa ASI
dapat memberikan semua yang dibutuhkan bayi normal untuk 6 (enam) bulan pertama
dan tanpa memerlukan minuman atau makanan lain selama periode ini.
Menyusui eksklusif diartikan bahwa bayi hanya menerima ASI, dari ibunya sendiri atau ibu
susu, atau ASI perah, dan tanpa makanan minuman lainnya. Banyak ibu yang mengalami
bahwa menyusui eksklusif selama 6 (enam) bulan merupakan suatu hal yang sederhana.
Mereka tidak perlu cemas apakah bayi memperoleh minuman atau makanan yang cukup
atau apakah ini benar dan tanpa kesulitan atau tanpa biaya untuk membuat makanan lain
yang tidak perlu.
Disayangkan, bahwa menyusui eksklusif tersebut masih jarang dilakukan oleh masyarakat
kita dengan berbagai alasan. Hal ini dapat di tentukan cakupan bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2014 baru mencapai 32,2% dari rencana
pencapaian 80% sehingga persentase pencapaiaan belum mencapai Target.
Sedangkan tahun 2015 mengalami kenaikan capaian, terlihat pada hasil yang dicapai
sebesar 45,8% atau 11.219 bayi dari sasaran 24.496 bayi, hal ini menggambarkan adanya
peningkatan kinerja baik dari segi pencatatan pelaporan maupun dari segi teknik petugas
gizi dilapangan (Data capaian E6).
Gangguan Akibat Kurang Yodium adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh
seseorang kekurangan unsur Yodium secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
cukup lama.Yang dimaksud dengan Yodium adalah sejenis mineral yang terdapat di alam,
baik di tanah maupun di air, merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.
Kita membutuhkan Yodium agar badan tumbuh sehat dan mental berkembang dengan
baik. Yodium dapat membentuk hormon Tiroksin yang diperlukan oleh tubuh untuk
mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai dewasa.
Organ kita yang mengolah yodium adalah kelenjar gondok. Letaknya di dalam leher, di
bagian depannya. Kebutuhan yodium rata-rata per orang dewasa perhari hanya sekitar
150 mikrogram.
Upaya penanggulangan jangka panjang terhadap masalah akibat kurang yodium adalah
perbaikan perilaku pola konsumsi masyarakat termasuk di dalamnya berbagai bahan
makanan yang mengandung yodium dan peningkatan konsumsi bahan makanan yang di
fortivikasi dengan yodium yang secara masal telah di produksi yaitu garam beryodium.
Hasilnya didapat cakupan garam beryodium di kab. Pandeglang pada tahun 2015
mencapai (68,73%) desa dengan garam beryodium baik dari rencana pencapaian target
(85%).
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan
dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar, berfungsi
untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Sumber Vitamin A terdapat pada Air Susu Ibu (ASI), bahan makanan hewani seperti hati,
kuning telur, ikan, daging, ayam, dan bebek. Buah – buahan berwarna kuning dan jingga
seperti pepaya, mangga masak, alpukat, jambu biji merah, pisang. Sayuran yang berwarna
hijau tua dan berwarna jingga seperti bayam, daun singkong, kangkung, daun katuk, tomat,
wortel.
Akibat dari kekurangan vitamin A bagi balita salah satunya dapat menyebabkan buta senja
yang ditandai dengan kesulitan melihat dalam cahaya remang atau senja hari.
Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan akibat kekurang vitamin
A yaitu :
a. Pemberian kapsul vitamin A warna biru untuk bayi (6-11 bulan), diberikan 1 kali
setahun, setiap bulan Pebruari atau Agustus.
b. Pemberian kapsul vitamin A warna merah untuk anak balita diberikan 2 kali setahun,
setiapa bulan Februari dan Agustus
c. Pemberian kapsul vitamin A warna merah untuk ibu nifas diberikan 2 kapsul, kapsul
pertama diberikan segera setelah lahir dan kapsul kedua diberikan 24 jam sesudah
kapsul pertama.
Hasil dari pemberian kapsul vitamin A 2 kali per tahun pada bayi 6 – 11 bulan di posyandu
pada tahun 2014 mencapai 103,32% dari target 85%, dan tahun 2015 mencapai 101,35%
dari target 85%, dapat kita lihat pemberian vitamin A 2 kali per tahun
mengalamipeningkatan yang signifikan, pada balita 12 – 59 bulan pada tahun 2014
mencapai 66,28% dari target 85% persentase pencapaian 77,97% dan pada tahun 2015
mencapai 66,42% dari target 85%,.
Anemia gizi yang disebabkan karena kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah
gizi utama di Indonesia. Salah satu kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia
gizi adalah Wanita Usia Subur (WUS) termasuk ibu hamil, remaja putri dan kelompok
lainnya.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan,
baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan
perdarahan dan kematian. Cakupan pemberian tablet fe I pada ibu hamil pada tahun 2015
mencapai 95,99%, persentase capaian cakupan fe III mencapai 71,66% dari target 82%.
Persentase Pemberian Tablet Fe1 dan Fe3 pada Ibu Hamil
Di Kabupaten Pandeglang
Tahun 2011-2015
120
93,97 94,4 95,99
100 85,64
77,07 86,96
74,67 76,26 71,66
80 69,96
60 Fe1
40
Fe3
20
0
2011 2012 2013 2014 2015
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) merupakan makanan bergizi yang diberikan
disamping ASI kepada bayi berusia 6 (enam) bulan keatas atau berdasarkan indikasi
medic, sampai anak berusia 24 (dua puluh empat) bulan untuk mencapai kecukupan gizi.
Pada tahun 2015 ditemukan balita gizi buruk sesuai standar Berat Badan menurut Umur
(BB/U) sebanyak 1017 balita. Adapun upaya penanggulangan untuk asupan bagi balita
kekurangan gizi diberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) pada balita gizi
buruk dengan capaian pemberian sebanyak 1017jiwa. Cakupan pemberian MP-ASI
mencapai 100% dari target 100 %.
Pelayanan ibu hamil ( K4 ) adalah pelayanan yang sesuai standar yang telah memperoleh
pelayanan paling sedikit empat kali. Dengan distribusi waktu satu kali pada trimester
pertama, satu kali pada trimester ke dua, dan dua kali pada trimester ke tiga disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah atau menggambarkan
kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Pada tahun 2015 dari rencana capaian 85% dan hasil capaian sebesar 84,45%, sehingga
presentasi tingkat capaian target 99,35%, namun bila dibanding dengan indikator K1
ternyata masih di temukan adanya ketidaksinambungan program dimana kontak pertama
ibu hamil ( K1 ) jauh lebih tinggi yaitu 97.4 % dari target 95% sehingga capaian target
sebesar 98,80%, sedangkan tahun 2013 K4 sebesar 84,45% dari target 85% dan K1
sebesar 97,57%
Pergeseran Paradigma :
Fokus utama APN adalah mencegah terjadinya komplikasi, beberapa contoh menunjukan
adanya pergeseran paradigma tersebut :
Mencegah perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri.
Laserasi Episiotomi (tidak merupakan tindakan rutin).
Ratensio Plasenta, penatalaksanaan aktif kala tiga dan melakukan penegangan tali
pusat terkendali.
Dengan membersihkan muka dan jalan nafas sesaat setelah ekspulsi kapala, kemudian
dilakukan penghisapan lender secara benar segera mengeringkan dan menghangatkan
tubuh bayi, mekanisme ini dapat mencegah terjadinya hipotermi.
Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu ibu bersalin yang mendapat pertolongan
persalinan oleh bidan/tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
Pada tahun 2015 pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 17.327 bulin dari
rencana sasaran bumil sebanyak 23.807, sehingga capaian sasaran sebesar 76.5%, dari
rencana target capaian sebesar 90%. Sedangkan tahun 2014 Linakes sebanyak 21.330
bulin dari sasaran 23.807 bulin sehingga capaian sebesar 72.1%.
Peningkatan kinerja program ini walaupun dibanding tahun lalu terdapat kenaikan namun
kenaikan tersebut relative lamban walaupun program ini mendapat bantuan dari JPKMM -
Askeskin yang cukup memadai, namun nampaknya masih belum ditemukan suatu model
pendekatan yang efektif.
Kesehatan ibu merupakan salah satu wujud hak asasi perempuan, tetapi masih banyak ibu
hamil yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu untuk memeriksakan
kandungan dan pelayanan persalinan yang sehat dan aman. Pada tahun 2015 cakupan Ibu
Hamil resiko tinggi yang ditangani dari rencana sebesar 80%, realisasinya mencapai 104%.
Pelayanan Ibu Nifas yang telah dilakukan sebagai salah satu usaha untuk menekan angka
kematian ibu dan penurunan angka kesakitan merupakan tantangan yang harus
diupayakan, adapun hasil cakupan pelayanan nifas (Kf Lengkap) tahun 2015 sebesar 85.3
% dari rencana target 90%, sehingga capaian pelayanan ibu nifas (Kf 1) sebesar 88.6 %.
d. Kunjungan Bayi
Presentase cakupan kunjungan bayi sebagai salah satu indikator Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang kesehatan, yang merupakan pelayanan dasar yang minimal
dilaksanakan di Puskesmas, Tahun 2015 capaian kunjungan bayi tercatat 102.6 % dari
target 90%, dari sasaran kunjungan bayi (data real) sebesar 22.824 bayi yang berkunjung
kesarana pelayanan kesehatan baik Puskesmas, pustu maupun posyandu sebanyak 21.958
kunjungan bayi. Cakupan kunjungan neonatal lengkap (Kn Lengkap) sebesar 92.8% dari
rencana target 90%.
Upaya keluarga berencana yang dikoordinir oleh BKKBN pada tahun 2015 menunjukan
pencapaian pelayanan kepada peserta KB, dari jumlah keseluruhan sasaran peserta KB
sekitar 199.714 dan peserta yang aktif sebanyak 892.136 peserta dari target 70%.
Out Come hasil interaksi ini, yang menyebabkan apakah status manusia sakit atau sehat. Inilah
yang merupakan wilayah kajian Program Kesehatan lingkungan. Perlindungan terhadap sarana
air bersih dan sanitasi dasar, agar tidak menjadi ancaman terhadap kesehatan masyarakat
dirasa mutlak diperlukan, perlindungan ini ditujukan pada pengamanan sumber air, sarana
sanitasi dasar, sampah, salah satu upaya untuk melindunginya adalah pengawasan kualitas air
dan penyehatan lingkungan permukiman.
Berdasarkan data program Kesling Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang pada tahun
2015 kegiatan seksi Kesehatan Lingkungan sebagai berikut :
Pelaporan yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Setiap tiga
Bulan sekali tanggal 5, dan dilaporkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang ke Dinas
Kesehatan Provinsi setiap tanggal 10 . Hasil yang dapat tergantung dari kemampuan petugas
Puskesmas dalam melakukan kegiatan pengawasan /Inspeksi Sanitasi pada sarana.
100
83 85 85
77
80 71
55,9 56,01 55,52 59,2 59,4
60
TARGET
40
RUMAH SEHAT (%)
20
0
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
49
100 83 85 85
77
80 71
59,6 60,4 56,4 59,7 59,98
60
40 TARGET
33,
48, 42,
AKSES…
34,
3
05 48 27 TAH…
25
100 83 85 85
77
80 71
62,5 62,7 62,5 63,4 63,79
60
40 TARGET
0
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
100 83 85 85
71 77
80
57,8 58,2 51,52 52,01
60 50,6
40 TARGET
20 TPS SEHAT (%)
0
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
100 83 85 85
7164,9 77
80 65,1 62,59 62,81
60 46,85
40 TARGET
20 SPAL SEHAT(%)
0
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
Penyehatan tempat tempat umum yaitu segala upaya untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan lingkungan tempat tempat umum, meliputi kegiatan pengendalian resiko resiko
kesehatan akibat kurang terpenuhinya kesehatan dasar dengan meningkatkan kesehatan
lingkungan. Baik pada lingkungan tempatnya maupun terhadap bentuk atau wujud
substantifnya yang berupa fisik, kimia dan biologis temasuk perubahan perilaku.
Pengawasan Tempat tempat umum yaitu pengawasan terhadap sarana sarana yang
disediakan oleh badan pemerintah, pemerintah daerah, swasta atau perorangan yang
menghasilkan sesuatu yang langsung dapat dipergunakan oleh umum.
Sarana sarana tempat tempat umum seperti Rumah Sakit, Hotel, Kolam Renang,
Pemandian Umum, Bioskop, Gedung, Salon, Pasar dan sebagainya.
Hotel adalah jenis akomodasi yang dipergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk
menyediakan jasa layanan penginapan, yang dikelola secara komersial yang meliputi hotel
berbintang dan hotel melati. Hotel berbintang adalah jenis akomodasi yang
mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan
penginapan, makan, minum (sejenis restoran)serta jasa lainnya bagi umum.
Hotel melati adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan.
Tempat tempat umum (hotel, restoran, sekolah, sarana ibadah dll) merupakan tempat yang
digunakan untuk fasilitas umum yang merupakan media yang sangat baik dalam penularan
penyakit, karena merupakan tempat interaksi antar manusia.
100 85 85
83
77
80 71
60,96 61 60 60,9 60,91
60
TARGET
40
TTU SEHAT (%)
20
0
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
6. Klinik Sanitasi
Menurut ahli kesehatan H.L Blum derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat)
faktor : Lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan dan keturunan. Puskesmas
mempunyai peran sebagai motivator dalam perubahan perilaku hidup bersih dan sehat serta
membina kesehatan lingkungan masyarakat diwilayah kerjanya. Selama ini telah banyak
dilakukan program program yang bertujuan memperbaiki kualitas lingkungan, namun
hasilnya belum dapat diharapkan secara optimal. Oleh sebab itu dapat diperkenalkan dan
dikembangkan suatu alternatif pemecahan masalah kesehatan lingkungan yang dimaksudkan
yaitu klinik sanitasi. Sampai saat ini diketahui bahwa permasalahan penyakit terbanyak yang
terdapat diwilayah kerja puskesmas didominasi oleh penyakit penyakit yang berhubungan
dengan masalah kesehatan lingkungan.
Disamping itu upaya pengobatan penyakit dan upaya perbaikan lingkungan dikerjakan secara
terpisah dan belum terintegrasi dengan upaya terkait lainnya. Petugas paramedis/medis
mengupayakan pengobatan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan perumahan /
pemukiman pasien, disisi lain petugas kesling mengupayakan kesehatan lingkungan tanpa
memperhatikan permasalahan penyakit/kesehatan masyarakat.
Klinik Sanitasi adalah merupakan suatu wahana untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat melaluiupaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan pemberantasan penyakit
dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi
bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan
puskesmas, bekerjasama dengan program yang lain dari sektor terkait diwilayah kerja
puskesmas.
Pasien : Penderita penyakit yang diduga berkaitan dengan kesehatan lingkungan yang dirujuk
oleh petugas medis ke ruang klinik sanitasi.
Klien : Masyarakat umum bukan penderita penyakit yang datang ke puskesmas untuk
berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.
Tujuan Umum : Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan
kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan tersusun secara terus menerus.
Semua pasien yang mendaftar diloket, setelah mendapat kartu status, seterusnya
diperiksa oleh petugas paramedis/medis puskesmas. Apabila didapatkan penderita
penyakit yang berhubungan erat dengan faktor lingkungan, maka yang bersangkutan
dirujuk ke ruang klinik sanitasi.
Jika klien setelah mendaftar ke loket mereka langsung ke ruang klinik sanitasi
sanitarian/tenaga kesehatan lingkungan akan melakukan wawancara dan konseling
yang hasilnya ditulis dalam kartu status kesehatan lingkungan. Selanjutnya
sanitarian/petugas kesling membuat janji kunjungan rumah ke pasien/klien.
2. Di Luar Gedung
Kegiatan luar gedung ini adalah kuunjungan rumah/lokasi sebagai tindak lanjut
kunjungan pasien/klien ke puskesmas (klinik sanitasi). Kunjungan ini sebenarnya
merupakan kegiatan rutin yang lebih dipertajam sasarannya, sesuai hasil wawancara
pasien/klien dengan sanitarian pada waktu dipuskesmas.
Puskesmas
40
20 25 25
3 7
0 Puskesmas
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
8. Laporan STBM
Kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebanyak 85 Desa di 16 Puskesmas
dari APBD 57 Desa Pamsimas 10 Desa TPSTBM 4 Desa MCK 14 Desa yang Melaksakana
Pemicuan STBM (44,44%)
E. MCK
e.1. Kegiatan Tahun 2015
1. Terlaksananya penentuan titik lokasi kegaiatan sarana dan prasarana MCK
a. Kecamatan Pandeglang kel Babakan Kalanganyar
b. Kecamatan Pandeglang kel Kadomas
c. Kecamatan Majasari Kel SUkaratu
d. Kecamatan Cimanuk Ds Babakan sompok
e. Kecamatan Saketi Ds SOdong
f. Kecamatan Saketi Ds Medalsari
g. Kecamatan Cisata Ds Pasireurih
h. Kecamatan Sukaresmi Ds Cibungur
i. Kecamatan Angsana Ds Kramatmanik
j. Kecamatan Munjul Desa Lebak
k. Kecamatan Munjul Ds Pasanggrahan
2. Terlaksananya pemicuan STBM kegiatan sarana dan prasarana MCK di 11 Desa
3. Terlaksananya monitoring lapangan kegiatan sarana dan prasarana MCK
4. Terlaksananya pembangunan sarana umum MCK di 11 Desa
a. Kecamatan Pandeglang kel Babakan Kalanganyar di Kampung Juwantaka RT 02 RW 04
b. Kecamatan Pandeglang kel Kadomas di Kampung Jajawai Rt 02 RW 03
c. Kecamatan Majasari Kel Sukaratu di Pondok Pesantren Rhaudatul Fallah
d. Kecamatan Cimanuk Ds Babakan sompok Kampung Babakan SOmpok Rt 08 Rw04 Ds
Batubantar
e. Kecamatan Saketi Ds Sodong di Pondok pesantren Nurul Amal
f. Kecamatan Saketi Ds Medalsari di Pontren Al Hikmah
g. Kecamatan Cisata Ds Pasireurih di Pontren darul Ibtida
h. Kecamatan Sukaresmi Ds Cibungur di Kampung Rancakarya
i. Kecamatan Angsana Ds Kramatmanik di Kampung Talangtang
j. Kecamatan Munjul Desa Lebak di kampong Cikawung
k. Kecamatan Munjul Ds Pasanggrahan di Pontren Al ABror
1. Pengamatan Penyakit
Kegiatan pengamatan penyakit merupakan salah satu kegiatan penting dalam memberikan
informasi tentang gambaran suatu penyakit secara epidemiologi. Pendekatan epidemiologi
suatu penyakit dapat menjadi suatu acuan dalam menentukan rencana kegiatan program
intervensi, sehingga dalam mengintervensi suatu masalah kesehatan menjadi efektif dan
efisien. Ruang lingkup operasional pengamatan penyakit meliputi Sistem Kewaspadaan Dini
penyakit potensial KLB/Wabah, penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan pelaksanaan
Surveilans Acut Flacid Paralisis (AFP). Penyakit dibagi 2 (dua) katagori Penyakit Menular dan
Tidak Menular. Penyakit menular biasanya ditularkan melalui Vektor, penyakit yang
ditularkan melalui udara atau percikan air liur, dan penyakit yang ditularkan melalui makanan
atau air, penyakit yang ditularkan oleh vektor adalah filariasis, demam berdarah dengue
(DBD), dan malaria.
Penyakit yang ditularkan melalui udara atau percikan air liur adalah penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), pneumonia dan campak, sedangkan penyakit yang ditularkan melalui
makanan atau air adalah penyakit tifoid, hepatitis, diare, dll. Sedangkan Penyakit tidak
menular meliputi penyakit sendi, asma, stroke, jantung, DM, hipertensi, tumor/kanker,
ganguan jiwa berat, buta warna, glaukoma, bibir sumbing, dermatitis, rinitis, talasemia dan
hemofilia, dll.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double
burden) yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit degenaratif. Pemberantasan
penyakit menular sangat sulit karena penyebarannya tidak mengenal batas wilayah
administrasi.
Imunisasi merupakan salah satu pencegahan penyebaran penyakit ke wilayah lain dengan
cara menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif dan spesifik terhadap
beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Imunisasi merupakan upaya
kesehatan masyarakat yang terbukti paling Cost effective dan telah diselenggarakan sejak
tahun 1956. Dengan imunisasi, penyakit cacar telah berhasil dibasmi sehingga Indonesia
dinyatakan bebas cacar pada Tahun 1974.
Penyelenggaraan imunisasi di Kabupaten Pandeglang secara garis besar dibagi menjadi 4
(empat) kegiatan utama yaitu :
1. Pelayanan imunisasi dasar
2. Pelayanan Imunisasi lanjutan
3. Pelayanan imunisasi bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil
4. Pelayanan imunisasi bagi Anak Sekolah (BIAS) untuk siswa SD/MI
Pelayanan Imunisasi dasar pada bayi dan anak dibawah tiga tahun dilaksanakan sesuai dengan
Permenkes nomor 42 Tahun 2013 dengan prioritas Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL)
meliputi Hepatisis 0, BCG, Polio, DPT/HB/Hib dan Campak.
Pelayanan Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia 18 bulan untuk antigen
DPT/HB/Hib dan usia 24 bulan untuk antigen Campak. Sedangkan pelayanan imunisasi bagi
Ibu Hamil dan Wanita Usia Subur dilaksanakan untuk mencapai Eliminasi Tetanus Maternal
dan Neonatal melalui pemberian Imunisasi TT.
Cakupan pelayanan Imunisasi untuk Bayi dan Ibu Hamil dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Cakupan Imunisasi Per – Antigen
Kabupaten pandeglang
Tahun 2015
Target Cakupan
No Vaksinasi Sasaran
(%) ( %)
1 HB 0 22.678 95 84,7
2 BCG 22.678 98 97,2
3 POL 1 22.678 98 97,9
4 DPT / HB / Hib 1 22.217 98 101,6
5 POL 2 22.217 95 101,9
6 DPT / HB / Hib 2 22.217 95 101,2
7 POL 3 22.217 93 100,6
8 DPT / HB / Hib 3 22.217 93 98,3
9 POL 4 22.217 90 100
10 CAMPAK 22.217 90 90,7
11 Imunisasi Lengkap 22.217 90 88,0
12 TT 2 + BUMIL 24.941 80 70,7
Sumber Data : P2 Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang 2015
Dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan, indicator keberhasilan program
Imunisasi adalah cakupan Desa dengan Universal Child Immunization (UCI) yaitu minimal 80 %
bayi dalam suatu Desa telah mendapatkan pelayanan Imunisasi secara lengkap dengan target
95 % desa pada Tahun 2015. Untuk tingkat Kabupaten Pandeglang, menurut laporan rutin
tahun 2010 sebesar 72 % tahun 2011 sebesar 64 %, tahun 2012 sebesar 81,1 %, tahun 2013
sebesar 79,35%. tahun 2014 sebesar 67, 2 % dan capaian Desa UCI Tahun 2015 mengalami
penurunan dari tahun 2014 yaitu sebesar 65 %.
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa cakupan Desa UCI Tahun 2015 mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya. Target Desa UCI Tahun 2015
sebesar 84 %.
Pada Grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan penemuan kasus diare berdasarkan
jenis kelamin pada semua umur adalah sama besarnya yaitu untuk jenis kelamin
perempuan 51% dan laki-laki 49%.
Pada Grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan penemuan kasus diare semua umur
sudah melebihi target yaitu 120 persen
b. P2 ISPA
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % - 60 % dari kunjungan di
Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA
mencakup 20 % - 30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan
pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran
pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan
Akut. Infeksi saluran pernapas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi
saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.
Berdasarkan bukti, bahwa factor risiko pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI
eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution), BBLR, kepadatan
penduduk dan kurangnya imunisasi campak. Kematian Balita karena pneumonia
mencakup 19% dari seluruh kematian Balita dimana sekitar 70 % terjadi di sub sahara
Afrika dan Asia Tenggara . Walaupun data yang tersedia terbatas, studi terkini masih
menunjukan streptococcus pneumonia, haemophilus influensa dan respiratory syncytial
virus sebagai penyebab utama pneumonia pada anak.( Rudan et al bulletin WHO 2008).
Tujuan dari Program P2 ISPA adalah Tercapainya cakupan penemuan pneumonia Balita
sebagai berikut ( Tahun 2010: 60 %, Tahun 2011: 70%, Tahun 2012: 80%, Tahun 2013:
90%, Tahun 2014: 100% ).
c. P2 Kusta
Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya
kecuali susunan saraf pusat. Atas dasar definisi tersebut maka untuk dapat mendiagnosis
kusta dicari kelainan-kelainan yang berhubungan dengan gangguan saraf tepi dan
kelainan-kelainan yang nampak pada kulit. Ada dua klasifikasi penyakit yaitu tipe MB
(Multi Basiler) atau disebut kusta basah, dan tipe PB (Pausi Basiler) disebut kusta kering.
Penyakit kusta masih merupakan penyakit menular yang menimbulkan masalah sangat
kompleks, masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tapi meluas sampai
masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial. Penyakit kusta pada
umumnya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan
kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.
Renstra Dinas Kesehatan 77
Kabupaten Pandeglang
Tahun 2016 - 2021
Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian
petugas, hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan pengertian, kepercayaan
yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya.
Tujuan Jangka Panjang adalah menurunkan transmisi penyakit kusta pada tingkat tertentu
sehingga kusta tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat, mencegah kecacatan pada
semua penderita baru yang ditemukan melalui pengobatan dan perawatan yang benar, dan
menghilangkan stigma sosial dalam masyarakat dengan mengubah paham masyarakat
terhadap penyakit kusta melalui penyuluhan secara intensif.
a. Penemuan kasus baru tahun 2015 adalah : tipe PB anak jumlah 3 orang , PB
dewasa jumlah 8 orang, MB anak jumlah 6 orang, MB dewasa jumlah 40 orang.
Prevalensi 0,47/10.000 penduduk, Case detection Rate (CDR) adalah
4,79/100.000 penduduk, angka ini terus meningkat dari tahun tahun sebelumnya,
angka ini juga sebenarnya sudah memenuhi target nasional yaitu <5/100.000
penduduk, tetapi pencapaian angka sesuai target harus diiringi dengan kegiatan –
kegiatan yang sesuai dengan strategi nasional untuk mencapai eliminasi kusta.
Angka penemuan kasus kasus baru meningkat dari tahun sebelumnya, tahun 2015 CDR yaitu
4,79 per 100.000 penduduk
Kasus anak masih tetap tinggi dan proporsinya terus meningkat, hal ini masih merupakan
masalah yang besar karena tingginya kasus anak berarti masih banyak kasus dewasa yang
belum ditemukan.
Kecacatan merupakan masalah yang dihadapi dalam program P2 kusta, kecacatan juga
merupakan penyebab tingginya stigma pada Orang yang pernh Mengalami Kusta (OYPMK),
proporsi cacat tingkat II pada tahun ini sebesar 14%, masih cukup tinggi dari target yaitu
<5% tetapi terjadi penurunan dari tahun 2014.
RFT rate atau angka kesembuhan tahun 2015, Kasus PB sebesar 60% dan kasus MB sebesar
67,5%, angka kesembuhan seharusnya diatas 90%, kasus yang tidak RFT penyebabnya
karena gagal, meninggal dan ganti tipe.
Renstra Dinas Kesehatan 80
Kabupaten Pandeglang
Tahun 2016 - 2021
Petugas yang sudah dilatih pada tahun 2015 sebesar 91,66%, hanya sekitar 8,33% belum
mendapatkan pelatihan.
Penemuan kasus secara aktif belum optimal dilaksanakan, kegiatan aktif yang dilakukan
adalah survei kontak penderita baru dan Survey kontak pasien paska RFT, dalam P2 kusta
penemuan aktif sangat penting karena penyakit ini sulit sekali dideteksi dan masyarakat
belum semua terpapar tanda dan gejalanya.
Survey Kontak adalah kegiatan wajib dilakukan yaitu pada kasus baru minimal 20 orang
kontak keluarga dan lingkungan sekitar, harus dilaksanakan > 60% kontak sudah diperiksa
ini merupakan salah satu kriteria untuk menentukan daerah beban rendah atau tinggi
kusta di kabupaten, sedangkan survey kontak yang telah dilakukan sebagian besar baru
mencakup kontak keluarga saja.
Pertemuan bagi Petugas kusta dan Koordinator P2PL Puskesmas :
a) Pertemuan ini bertujuan untuk mensosialisasikan tentang program kusta, Bukan
hanya terhadap petugas kusta tapi bagi koordinator P2PL, yaitu tanda dan gejala,
cara diagnosis, klasifikasi, pengobatan dll. Juga bertujuan untuk validasi data kusta
puskesmas.
b) Narasumber kegiatan ini adalah, wasor Provinsi dan wasor kabupaten.
c) Pertemuan ini diharapkan dapat menyegarkan kembali program kusta,
peningkatan kembali komitmen terhadap program, berbagi permasalahan dan
mencari solusi permasalahan, mendapatkan data yang valid.
Berdasarkan grafik diatas selama tahun 2015 terdapat 27Kasus terdiri dari AIDS 21 Kasus
dan 6 kasus HIV.
d. P2 TB
Penyakit tuberkulosis (TB) sudah dikenal luas di Indonesia maupun dunia.Penyakit
tuberkulosis disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis.TB telah menyerang
kurang lebih sepertiga penduduk dunia terutama di negara berkembang.
TB sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
didunia walaupun upaya pengendalian strategi DOTS telah diterapkan dibanyak Negara
sejak tahun 1995.
Diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%)
diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif. Sekitar 75 % dari pasien tersebut berada
diwilayah. Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TB MDR
dan 170.000 orang diantaranya meninggal dunia. Meskipun jumlah kasus TB dan jumlah
kematian tetap tinggi untuk penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dan disembuhkan
tetap fakta juga menunjukan keberhasilan dalam pengendalian TB.
Pada tahun 2014 jumlah penduduknya 1.190.520, dan diperkirakan ada penderita TB
sekitar 1274 kasus BTA positif. Capaian penemuan kasus BTA Positif tahun 2015 adalah
903 kasus atau 70%.
Dari Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2015 jumlah penemuan kasus
penderita TB dengan pengobatan kategori I sebanyak 903 kasus bta positif, Bta (-) Ro (+)
325 kasus, ekstra paru 71 kasus, dengan pengobatan kategori anak 98 kasus dan
pengobatan kambuh dengan kategori 2 sebanyak 35 kasus.
Hasil Kegiatan pada tahun 2015 adalah penemuan kasus TB BTA Positif dimana diperoleh
data sebagai berikut :
1) Penemuan kasus BTA Positif tertinggi adalah Puskesmas Cimanuk dengan 119
kasus, Puskesmas Sobang dengan 93 kasus, Puskesmas Cipeucang dengan 60
kasus Puskesmas, Labuan dengan 51 kasus, Puskesmas Saketi dengan 50 kasus
dan Puskesmas Carita dengan 46 kasus.
2) Banyak kendala yang mempengaruhi tidak tercapainya target penemuan kasus
diantaranya adalah tidak adanya petugas laboratorium khusus dan petugas sering
ganti sehngga masih kurangnya pelatihan yang diperoleh bagi petugas program
TB.
3) Kurangnya kerjasama lintas sektoral, masih banyak Dokter Praktek Mandiri yang
belum menggunakan pengobatan dengan Strategi DOTS
4) Angka Penemuan kasus Bta Positif masih dibawah target yaitu 70% dari target
Nasional 80% dan angka kesembuhan dibawah target sebanyak 60 % dari target
nasional 85%.
Pada tahun 2015 dana yang digunakan dalam Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis di
Kabupaten Pandeglang Bersumber dari APBD Kabupaten Pandeglang dengan Perincian
kegiatan sebagai berikut:
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang bukan di sebabkan oleh proses
infeksi (tidak infeksius), pengendalian merupakan nama lain dari pencegahan dan
penanggulangan. Pengendalian adalah serangkaian manajemen yang menjamin agar
suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang di tetapkan,
pengendalian tidak menular sendiri adalah upaya yang dilaksanakan melalui
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko termasuk penanganan kasus
(penderita) penyakit tidak menular.
Manajemen pelayanan kesehatan penyakit tidak menular meliputi keseluruhan
spectrum pelayanan baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Manajemen
pelayanan kesehatan tersebut dikelola secara professional sehingga pelayanan
kesehatan tersebut di kelola secara professional sehingga pelayanan penyakit tidak
menular tersedia dapat di terima, mudah di capai, berkualitas dan terjanggkau oleh
masyarakat. Ruang lingkup penyakit tidak menular dalam rencana program nasional
pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular ini meliputi:
1. Penyakit jantung dan pembuluh darah
a. hipertensi
b. penyakit jantung koroner (pjk)
c. stroke
d. hipertensi dalam kehamilan
2. Diabetes mellitus dan penyakit metabolik
a. diabetes mellitus
b. obesitas
c. penyakit tyroid
3. Kanker
a. kanker leher rahim
b. kanker payudara
c. kanker paru
d. hipertropi prostat
Dari table di atas dapat di simpulkan bahwa P2 PTM terdapat 12 penyakit utama yang
menjadi Kasus Baru yang meningkat diantaranya hipertensi , kecelakakaan lalu lintas
darat, penyakit obesitas, asthma, Diabetes Melitus, PPOK, stroke, jantung koroner,
osteoporosis, gagal ginjal kronik, kanker payudara , kanker leher Rahim, Dari table
tersebut yang paling banyak mendominasi adalah perempuan. dari kasus terbanyak
hipertensi dari 6987.
Dari grafik di atas tahun 2015 menunjukan bahwa dari 12 besar kasus di
kab.pandeglang hipertensi merupakan kasus yang ditangani tertinggi mencapai 10997
kasus baru, obesitas yang kedua dengan jumlah kasus 2873 kasus baru.
a) Dasar Hukum
a) Undnag-undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
b) Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
c) Permenkes RI Nomor : 04/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijaksanaan dan Strategi
Desentralisasi Bidang Kesehatan.
d) Permenkes RI Nomor : 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB).
e) Permenkes RI No 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
c) Tujuan
1. Tujuan Umum
1) Menekan Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Demam Berdarah Dengue dan
Chikungunnya.
2) Menekan Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Penyakit Endemik Atau
Epidemik (Malaria, Filariasis dan Zoonosis)
2. Tujuan Khusus
1) Menekan Angka Kesakitan DBD atau Insiden Rate (IR) < 50/100.000
penduduk atau < 615 Kasus.
2) Menekan Angka Kematian DBD atau Case Fatality Rate (CFR) < 1% dari
jumlah kasus.
3) Meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar ≥ 95%
4) Menekan Angka Kesakitan Malaria (API) < 1‰.
5) Penemuan dan Tatalaksana Kasus baru Malaria.
6) Penemuan dan Tatalaksana Kasus baru Chikungunnya.
7) Penemuan dan Tatalaksana Kasus baru Filariasis
8) Penemuan dan Tatalaksana Kasus Zoonosis
d) P2 DBD
1. Definisi
DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
oleh nyamuk Aedes Aegipty. Ditandai dengan demam 2-7 hari disertai dengan
manifestasi perdarahan, penurunan jumlah trombosit <100.000 / mm3, adanya
kebocoran plasma ditandai peningkatan hematocrit ≥20% dari nilai normal.
Pemeriksaan serologi (ELISA, Rapid Diagnostic Test/RDT Dengue) menunjukkan
hasil positif.
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kasus DBD pada tahun 2015 tertinggi
di Puskesmas Panimbang, dimana Puskesmas Panimbang merupakan Puskesmas (dengan
tempat perawatan) DTP dengan 38 kasus, Puskesmas Cikole dengan 37 kasus dan
Puskesmas Kaduhejo dengan 26 kasus.
Sedangkan pada grafik dibawah ini, dapat diketahui kasus tertinggi pada Tahun 2015
terdapat pada bulan maret dengan 54 kasus. Dimana pada bulan maret tersebut musim
hujan sudah mulai berkurang sehingga perkembangbiakan nyamuk sangat tinggi pasca
musim hujan.
g) P2 Malaria
a) Definisi
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria
(plasmodium) bentuk aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia yang
ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles) betina (WHO, 1981).
Plasmodium yang terbanyak ditemukan di Indonesia adalah plasmodium vivax,
falciparum atau campuran (mix) keduanya. Sementara palsmodium ovale dan
malariae hanya pernah ditemukan di sulawesi dan irian jaya.
Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa kasus malaria tahun 2015 di kabupaten
pandeglang tertinggi di Puskesmas Panimbang dengan 2 kasus, Carita dengan 2 kasus dan
Cigeulis 2 kasus.
Jenis Plasmodium pada Kasus Malaria di Kab.Pandeglang
Tahun 2015
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kasus malaria di Kabupaten Pandeglang
Tahun 2015 berdasarkan plasmodiumnya tertinggi yaitu Plasmodium Vivax dengan 5 kasus,
mix 3 kasus dan plasmodium Falciparum dengan 2 Kasus.
Indonesia saat ini mengalami double barden (masalah ganda ) dalam hal kesehatan dimana
belum tuntasnya masalah pemberantasan penyakit menular di masyarakat timbul lagi masalah
penyakit tidak menular yang perlu mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, diprediksi
tahun 2019 mendatang Indonesian akan mendapatkan bonus demografi penduduk dimana 75%
diantaranya adalah usia produktif (pekerja) dan mengalami obesitas, seperti diketahui bersama
pada obesitas rentan terkena penyakit terutama penyakit tidak menular, seperti DM, Hipertensi,
Stroke yang salah satu sebabnya adalah kurangnya aktivitas fisik, dan gaya hidup yang tidak
sehat. Pada usia produktif pula timbul masalah-maslah baru yang berkaitan dengan kesehatan
seperti penyakit akibat kerja, penyakit akibat hubungan kerja, kecelakaan akibat kerja dan
sebagainya, terlepas dari berbagai masalah tersebut diatas serta dengan adanya amanat undang
undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 80 yang berbunyi upaya kesehatan kerja
dan olahraga ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat, dan
81 menyatakan upaya kesehatan kerja dan olahraga lebih mengutamakan pendekatan preventif
dan promotif tanpa mengabaikan pendekatan kuratif dan rehabilitatif, dengan dasar itu
diharapkan program kesehatan kerja dan olahraga dapat meminimalisir permaslahan-
permaslahan yang memang sebenarnya bisa dicegah. Jadi pada program kesehatan kerja dan
olahraga lebih ditekankan pada preventif dan rehabiltatif.
Selama tahun 2015 kesehatan kerja dan olahraga telah mengadakan kegiatan-kegiatan baik
yang bersumber dari APBN (Dana Dekonsentrasi)ataupun APBD II.diantaranya:
1. Program Kesehatan Kerja
Pembentukan POS UKK Nelayan di Kecamatan Sumur 1 pos
Pembentukan Pos UKK di kecamatan Panimbang 2 Pos UKK.
Pembinaan Pos UKK di 5 Kecamatan yaitu Banjar, Pagadungan,
Menes,Cipeucang dan Pandeglang
Pertemuan Lintas Program/Sektor terkait standar pelayanan dasar bagi Calon
TKI di Kab. Pandeglang.
Kordinasi Program Pelayanan Kesehatan Kerja Tingkat Kab.
2. Kesehatan Olahraga
Sosialisasi Program kesehatan olahraga.
Koordinasi Program kesehatan olahraga Lintas Program /Lintas Sektor
Monitoring dan evaluasi Program kesehatan olahraga ke 3 Puskesmas
diantaranya: Menes,Mandalawangi, dan Mekarjaya.
Test Kebugaran(Rock Port test) bagi Pegawai Dinas Kesehatan.
Program Kesehatan Jiwa merupakan program pengembangan yang ada di Dinas kesehatan,
dimana pada saat sekarang sesuai dengan nomenklatur terbaru dari Kementerian
kesehatan dibagi dua yaitu Program Essensial dan Non Essensial, dan Program Kesehatan
Jiwa masuk kedalam Program Non Essensial,.
Program kesehatan Jiwa mempunyai target yang harus dicapai dalam pelaksanaan
kegiatan kurun waktu setahun yaitu :
1. Penemuan Kasus Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) Target 7.8% dari jumlah
Penduduk
2. Penemuan dan penanganan Kasus Pasung 10 % dari jumlah Penduduk
3. Penemuan Orang Dengan Gangguan Jiwa ( ODGJ) 0,7 % dari Jumlah penduduk
Hasil Pencapaian atau Cakupan Program Kesehatan Jiwa Kurun waktu Tahun 2015 Sebagai
Berikut :
Dari hasil Cakupan Tahun 2015 Program Kesehatan Jiwa masih jauh dari target yang
diharapkan, hal ini dikarenakan :
1. Kesadaran masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa Masih Kurang
2. Kecenderungan masyarakat merasa malu dan gengsi mempunyai keluarga dengan
gangguan jiwa sehingga tidak melakukan pengobatan dan tidak melaporkan ke
petugas kesehatan, dan temuan dilapangan sering kali keluarga menutupi dan
menyembunyikan keluarganya dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Menidaklanjuti hasil capaian program kesehatan Jiwa masih ada kesenjangan antara target
dan capaian, maka pada Tahun 2016 dalam DPA 2016 Seksi Yandas dan Rujukan
mengakomodir kebuuhan program kesehatan jiwa yaitu kegiatan ”On Job Training”
Kesehatan Jiwa di Puskesmas.
Peningkatan upaya promosi kesehatan yang telah dilakukan diantaranya yakni kegiatan
peningkatan peran serta masyarakat melalui pelatihan kader posyandu guna meningkatkan
perkembangan pos kesehatan desa (Poskesdes) dalam rangka pengembangan desa siaga
aktif.
Upaya peningkatan peran serta masyarakat lainnya yang dilakukan adalah melakukan
penguatan Desa Siaga Aktif yang dilakukan sekaligus dalam forum Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD) yang melibatkan Seksi Promkes, Petugas promkes Puskesmas, pengurus forum
desa siaga dan tokoh masyarakat setempat, dengan pelaksanaan di 72 desa satu kali dalam
tahun 2015.
Saat ini berdasarkan laporan tingkat perkembangan Desa Siaga Aktif dari 36 Puskesmas
telah dibentuk 339 desa siaga aktif di Kabupaten Pandeglang. Walaupun demikian desa
siaga aktif yang ada masih dalam perkembangan dari pratama, madya dan Purnama. Hal itu
berdasarkan pentahapan desa siaga aktif sebagai berikut :
Dengan intervensi kegiatan pada tahun 2015 Adanya peningkatan upaya kesehatan yang
bersumber daya masyarakat, salah satunya Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) dengan
jumlah 1.796 Unit/Pos, dengan tingkat perkembangan/strata sebagai berikut :
930; 52%
43; 13%
289; 85%
Uraian lebih lanjut mengenai realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Dinas
Kesehatan Kabupaten Pandeglang tahun 2015 dapat dijelaskan dalam tabel-tabel perbandingan
antara anggaran dan realisasi berikut ini :
Pendapatan :
KODE REALISASI
NO. URAIAN TARGET (Rp.) %
REKENING (Rp.)
1 2 3 4 5 6
1 4.1.2.01.01 Retribusi Pelayanan Kesehatan Puskesmas 9.942.507.500
a Retribusi Kunjungan 2.021.156.000 2.239.053.000 110,8
b Pelayanan Dasar 1.842.180.700 761.800.000 41,4
Retribusi Pelayanan Kesehatan Haji Tk
c 52.663.300 41.580.000 79,0
Lanjutan
Retribusi Pelayanan Kesehatan Dasar
d 4.578.650.000 3.168.162.100 69,2
JKN (Non Kapitasi)
Penerimaan JKN Tahun 2014 yang akan
e 1.447.857.500 1.359.438.500 93,9
diterima tahun 2015 (Non Kapitasi)
2 4.1.4.19 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
a Dana Kapitasi JKN Pada FKTP 41.743.849.000 41.620.421.000 99,7
JUMLAH 51.686.356.500 49.190.454.600 95,17
Sesuai dengan Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Tahun 2015 megalami
penambahan kegiatan dan program, 16 Program dari 91 bila dibadingkan dengan kegiatan
tahun 2015, adapun secara rinci Realisasi Anggaran Belanja Langsung Dinas Kesehatan
Kabupaten Pandeglang Tahun 2015 dapat di uraikan dalam Tabel sebagai berikut :
Dalam pencapaian sasaran mikro dan sasaran stratejik yang ditetapkan melalui
pelaksanaan program dan kegiatan, capaiannya didapat masih belum optimal, terlihat pada
penurunan kematian bayi dan neonatal tahun 2007 sejumlah 261 kasus dan tahun 2008 sejumlah
254 kasus, tahun 2009 sejumlah 217 kasus, tahun 2010 sejumlah 187 penurunan kematian bayi
sekitar 37 kasus (14.56%) dari tahun sebelumnya sedangkan tahun 2011 kematian bayi sekitar
225 kasus, tahun 2012 sebanyak 207 kasus dan tahun 2013 sebanyak 358 kasus dan tahun 2014
menurun menjadi 313 Kasus serta Tahun 2015 mengalami penurunan sebanyak 263, dan jumlah
kematian ibu tahun 2007 sekitar 44 kasus sedangkan tahun 2008 sebanyak 45 kasus dan tahun
2009 sebanyak 41 kasus, 2011 sebanyak 49 kasus, tahun 2012 sebanyak 47 kasus dan Tahun 2013
sebanyak 34 kasus serta tahun 2014 sebanyak 47 dan Tahun 2015 sebanyak 48 kasus,
permasalahan ini bukan hanya Sektor Kesehatan yang harus bertanggung jawab tetapi merupakan
tanggungjawab bersama untuk menekan angka kematian Ibu dan Bayi setinggi-tingginya di
Kabupaten Pandeglang.
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Kesehatan
A. Gambaran Umum
1. Letak Geografis
Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak pada 6021‘ - 7010’ Lintang Selatan dan
104048’’-106011’ Bujur Timur, memiliki luas 2.747,89 Km2 (274.689,91 ha), atau 29,98% dari luas
Provinsi Banten.
Kota Pandeglang sebagai Ibukota Kabupaten terletak pada jarak 23 km dari Ibu kota
Propinsi Banten (Serang) dan 111 km Ibu kota Negara, Jakarta.
Sejak bulan juli 2007 Kabupaten Pandeglang dibagi menjadi 35 kecamatan dengan dua
tambahan kecamatan yaitu Kecamatan Majasari dan Kecamatan Sobang. Kecamatan Cikeusik
merupakan kecamatan terluas sekitar 322,76 km2 sedangkan kecamatan Labuan merupakan
kecamatan terkecil dengan luas sekitar 15,66 km2.
Secara umum keadaan morfologi Kabupaten Pandeglang terbagi atas empat kelompok
besar, yaitu :
1. Morfologi Mendatar
2. Morfologi Lembah
3. Morfologi Perbukitan
35 35 35 35 35
35 35 35
34
33
33 Kecamatan
32
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
C adasari
Bangkonol
Manda lawan gi
Carita Pulosari
Kd. Pagadungan
Sukaratu
Jiput
Kadoma
C im anuk
Labuan M enes C Cikole
Hejo
ipeucang
Banjar
C ikedal Saketi s
Cisata M ekarjaya
Pagelaran
Bojong
PanimbangPatia
Picung
Perdana
Sindangresmi
Sobang
Angsana
Cigeulis
Munjul
Sumur
Cimanggu
C ibaliung
Cikeusik
Cibitung
Derajat Kesehatan Masyarakat Kabupaten Pandeglang yang dapat diukur dari angka
kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi sampai saat ini masih belum dapat di uraikan secara
jelas dan akurat, hal ini di sebabkan karena pendataan kelahiran dan kematian di luar
kewenangan Dinas kesehatan. Kesehatan adalah Hak dari semua individu, karena menurut UU
RI No. 36 Tahun 2009, keadaan sehat adalah keadaan meliputi kesehatan badan, rohani
(mental), social dan bukan hanya keadaan yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan
sehingga dapat hidup produktif secara social ekonomi. keadaan sehat maupun sakit sangatlah
penting mengingat kita harus dapat menentukan ada atau tidaknya permasalahan/ penyakit
diantara individu dan seberapa banyak. Secara umum keadaan sakit itu dinyatakan sebagai
penyimpangan dari keadaan normal, baik struktural maupun fungsinya atau juga keadaan
dimana tubuh atau organisme/ bagian dari organisme/ populasi yang diteliti tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya dilihat dari keadaan patologisnya.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai dengan Visi
Departemen Kesehatan “Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat” dengan Misi “Membuat
Rakyat Sehat” serta Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Pandeglang diperlukan indikator.
indikator tersebut yaitu Indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang meliputi :
a. Indikator Derajat Kesehatan (Mortalitas, Mobiditas dan Status Gizi)
b. Indikator Keadaan Lingkungan (Perilaku Hidup, Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan)
c. Indikator Pelayanan Kesehatan (Sumber Daya Kesehatan, Manajemen Kesehatan, dan
Kontribusi Sektor Terkait) dan kematian di luar kewenangan Dinas kesehatan.
A. Kematian (Mortalitas)
Adapun jumlah kematian Ibu bersalin, jumlah kematian bayi dan kematian neonatal
yang selama ini di kumpulkan melalui pencatatan dan pelaporan puskesmas dan rumah sakit
hanyalah salah satu upaya untuk menilai effisiensi dan efektivitas pelayanan kesehatan bukan
sebagai ukuran Derajat Kesehatan.
Kasus Kematian Ibu
Adapun jumlah kematian Ibu bersalin, jumlah kematian bayi dan kematian neonatal
yang selama ini di kumpulkan melalui pencatatan dan pelaporan puskesmas dan rumah sakit
hanyalah salah satu upaya untuk menilai effisiensi dan efektivitas pelayanan kesehatan bukan
sebagai ukuran Derajat Kesehatan.
Kasus Kematian Ibu
Secara umum di Kabupaten Pandeglang belum dapat menghitung angka kematian ibu,
dikarnakan pembaginya tidak mencapai 100.000 Kelahiran hidup. Jumlah kasus kematian
maternal tahun 2015 sebanyak 48 kasus, hal ini menggambarkan tingkat kesadaran ibu
hamil. Melahirkan dan nifas terhadap pentingnya kesehatan ibu, status gizi, kondisi
lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan
masa nifas belum optimal. Berikut kami sampaikan jumlah kematian maternal pada grafik
dibawah ini :
Adapun penyebab kematian ibu di Kabupaten Pandeglang tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Berdasarkan data yang ada tercatat jumlah kasus kematian bayi 29 hari – 12 bulan
secara keseluruhan tercatat sebanyak 64 kasus, kasus kematian bayi yang berusia 0 - 7 hari
tercatat sebanyak 231 kasus dan kematian bayi yang berusia 8 - 28 hari tercatat sebanyak 32
kasus, sehingga totalitas kematian bayi 0 - 29 hari (neonatal) sebanyak 263 kasus dan
keseluruhan kematian bayi dan neonatal di Kabupaten Pandeglang tahun 2015 sebanyak 327
kasus dengan gambaran penyebab sebagai berikut :
Angka Harapan Hidup Kabupaten Pandeglang pada tahun 2009 relatif meningkat
dari 63,3 tahun (tahun 2008) menjadi 63,5 tahun (tahun 2009), angka ini memberi makna
bahwa setiap bayi di Kabupaten Pandeglang yang lahir pada tahun 2009 mempunyai
harapan hidup selama 63,5 tahun (data AHH tahun 2010 Per Desember belum tersedia “Via
BPS Kab. Pandeglang”) dan 2010 sebesar 63,10 tahun, 2011 sebesar 63,95 tahun serta
2012 sebesar 64,13 tahun. Upaya meningkatkan AHH merupakan hal penting yang perlu
dicermati melalui upaya-upaya peningkatan kegiatan program yang berdampak pada
tingkat kesejahteraan masyarakat seperti penuunan resiko kesakitan, pada keluarga
rentan, trend penyakit degeneratif dan tidak menular, serta peningkatan kesehatan pra
usila yang dapat hidup produktif dan mandiri.
Umur Harapan Hidup (UHH) dipengaruhi oleh masih tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI) serta Angka Kematian Bayi (AKB), semakin tinggi jumlah kematian bayi maka
semakin rendah Umur Harapan Hidup.
B. Analisis SWOT
Analisis lingkungan baik internal maupun eksternal organisasi merupakan hal yang
penting dalam menentukan faktor-faktor penentu keberhasilan bagi suatu organisasi. Dengan
mengetahui konfisi internal maupun eksternal organisasi dengan memperhatikan kebutuhan
Renstra Dinkes Kab. Pandeglang stakeholders, akan dapat diketahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang menghadang organisasi. Analisis lingkungan sangat diperlukan
untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam merespon setiap perkembangan zaman.
Lingkungan internal mencakup struktur organisasi, komunikasi antar bagian dalam organisasi,
sumberdaya yang semuanya akan mendukung kelangsungan hidup organisasi. Pemahaman
terhadap lingkungan internal akan memberikan pemahaman kepada organisasi akan kondisi
dan kemampuan organisasi. Sedangkan lingkungan eksternal meliputi situasi dan kondisi di
sekeliling organisasi yang berpengaruh pada kehidupan organisasi.
A. Analisis Eksternal
Namun disamping itu ada kecenderungan yang positif di sektor kesehatan, antara lain:
Semakin meningkatnya perhatian pemerintah terutama untuk masyarakat miskin dan
penanggulangan masalah Milennium Development Goal; Semakin meningkatnya peran
masyarakat dan swasta.
B. Analisis Internal.
Hasil Analisis:
Fungsi manajemen:
Kekuatan: mempunyai minat dan motivasi kuat untuk meningkatkan perencanaan dalam
rangka menjalankan misi dan visi Dinas Kesehatan.
Manajemen SDM
Kelemahan : Penyebaran SDM yang kurang merata di berbagai UPTD; Belum ada
sistem penilaian kinerja; Pengkaderan masih lemah; Kurangnya motivasi dan etos
kerja ; Belum optimalnya pelaksanaan rotasi dan mutasi petugas
Kekuatan : Kualitas SDM yang bagus; Adanya komitmen, loyalitas dan integritas yang
tinggi; Adanya koordinasi lintas program
Sistem Keuangan dalam Pelayanan
Kelemahan : Sistem Keuangan UPT Puskesmas masih menggunakan pola birokrasi,
Tarif Perda UPTD sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang; Sistem Manajemen
Keuangan Dinas Kesehatan belum baik.
Manajemen Informatika,
Kelemahan : belum mempunyai sistem informasi yang baik; belum adanya Web Site
Dinas Kesehatan, sebagai sarana informasi berbasis Internet On Line.
Kekuatan: adanya motivasi kuat untuk pengembangan SIK.
Manajemen Surveilans
Kelemahan : Belum optimalnya sistem surveillance, tenaga khusus untuk surveilans
belum ada; masih terpisah-pisahnya surveilans yang berasal dari pemerintah pusat;
belum dipergunakannya data surveilans untuk pengambilan keputusan segera dan
terencana.
Sarana dan Prasarana
Kekuatan : Adanya UPT Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,
Laboratorium Daerah, Gudang Farmasi, RSUD, Poskesdes, Poskestren, Posyandu. dll ;.
Struktur Organisasi:
Kekuatan : Adanya Peraturan Daerah tentang struktur organisasi dan tata kerja dinas;
Adanya peraturan Bupati tentang rincian tugas dan fungsi
Kelemahan : perlu adanya analisa SDM yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki
yang akan menduduki struktur baru Dinas yang sesuai dengan PP No. 38/2007, PP No.
41/2007 dan Kepmenkes No. 267/2008
Berdasarkan hasil analisis eksternal dan internal diatas maka isue-isue Strategis yang
dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:
2. Dinas Kesehatan sebagai lembaga regulator
3. Dinas Kesehatan berfungsi dalam hal pembiayaan kesehatan
4. Dinas Kesehatan menjadi lembaga penyelenggara pelayanan kesehatan yang berorientasi
standar mutu.
5. Dinas Kesehatan leading unit penyelenggaraan pembangunan sector kesehatan.
Terdapat 2 (dua) strategi : Pertumbuhan dalam Misi Dinas Kesehatan dan Strategi dalam
fungsi pendukung manajemen.
Manajemen SDM
- Memperbaiki sistem manajemen SDM, mulai dari proses sampai dengan pensiun
termasuk menyusun pola karier, penilaian kinerja dan pengembangan tenaga.
- Mengembangkan tenaga-tenaga fungsional.
- Melakukan pelatihan-pelatihan : Memperkuat kemampuan komunikasi staf Dinas
Kesehatan.
Manajemen Informatika
- Menyusun sistem informasi kesehatan dan Sistem Informasi Manajemen Dinas
Kesehatan.
- Mengembangkan LAN untuk infrastruktur sistem informasi di Kantor Dinas
Kesehatan
- Melatih staf Dinas Kesehatan untuk informasi kesehatan.
Manajemen Surveilans
- Menyusun Sistem Surveilans di Dinas Kesehatan
- Menyusun Sistem Surveilans yang berhubungan dengan Respon
Budaya Organisasi
- Memperkuat Budaya bekerja
Visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih menggambarkan arah pembangunan
atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai (desired future) dalam masa jabatan selama 5
(lima) tahun sesuai misi yang diemban. Visi Kabupaten Pandeglang Tahun 2016-2021, yaitu :
Dengan mempertimbangkan arah pembangunan jangka panjang daerah, kondisi,
permasalahan dan tantangan pembangunan yang dihadapi serta isu-isu strategis maka Visi
Kabupaten Pandeglang Tahun 2016-2021, yaitu :
Visi :
Misi Dinas Kesehatan disusun berdasarkan mandat yang diemban Dinas Kesehatan
dari Pemerintah Kabupaten Pandeglang, dan dari Pemerintah pusat melalui PP No. 38 tahun
2007. Pernyataan misi tersebut adalah:
Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang, maka
tujuan yang akan dicapai adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil-
guna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya.
Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan dan kesepakatan
Sustainable Development Goals (SDGs) bahwa Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
mencapai sasaran sampai tahun 2019, namun sesuai dengan periode pemerintahan terpilih
sampai dengan 2016 – 2020, maka tujuan pembangunan kesehatan ditetapkan sampai tahun
2021, yaitu : “ Meningkatkan status kesehatan masyarakat”.
B. Sasaran
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan yang telah ditetapkan yaitu berupa result
(hasil) yang ingin dicapai dalam jangka waktu tahunan, semesteran, triwulan atau bulanan.
Sasaran harus menggambarkan hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan. Sasaran memberikan fokus pada penyusunan program dan
kegiatan, sehingga harus bersifat SMART yaitu :
S = Specific : sasaran seharusnya jelas tentang apa, dimana, kapan, dan bagaimana
situasi yang diharapkan.
M = Measurable : sasaran seharusnya dapat diukur dan dinilai.
A = Achievable : sasaran seharusnya bisa dicapai (berdasarkan pengetahuan tentang
sumber daya dan kapasitas yang dimiliki).
R = Result : sasaran seharusnya berorientasi hasil.
T = Time-bound : sasaran seharusnya dapat dicapai pada periode waktu tertentu.
Strategi dalam rangka mendukung pencapaian Visi dan Misi Dinas Kesehatan kabupaten
Pandeglang.
Berdasarkan hasil analisis eksternal dan internal maka isue-isue Strategis yang dapat
dikembangkan adalah sebagai berikut :
Strategi
1. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan, ibu, anak, remaja, dan lanjut usia yang
berkualitas
2. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat
3. Meningkatkan pencegahan dan penanggulangan penyakit dan Meningkatkan pengendalian
dan penyehatan lingkungan
4. Meningkatkan manajemen, penelitian pengembangan dan sistem informasi kesehatan
5 .Meningkatkan manajemen pelayanan publik
6. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan
7. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas
8. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas
9. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan dan kualitas farmasi dan alat
kesehatan
10. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
11. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran dan mutu sumber daya manusia kesehatan
12. Memantapkan pelaksanaan sistem jaminan kesehatan bidang kesehatan
Diarahkan pada tersedianya akses kesehatan dasar yang murah dan terjangkau terutama
pada kelompok menengah ke bawah guna mendukung pencapaian SDG’s, dengan sasaran
pembangunan kesehatan adalah peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
antara lain ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi
dan kematian ibu melahirkan, dengan di dukung kebijakan yang disepakati dilingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten Pandeglang yaitu :
T e r l a m p i r
Guna mengoptimalkan kinerja Dinas Kesehatan dalam pencapaian tujuan dan sasaran
pembangunan kesehatan agar lebih efektif dan efisien, Rencana Strategis lima tahunan ini
merupakan acuan bagi seluruh pengelola program yang berada di jajaran kesehatan serta bahan
pertimbangan bagi seluruh stakeholders terkait dalam pembangunan kesehatan di Kabupaten
Pandeglang.
Pelaksanaan semua kegiatan, baik dalam kerangka anggaran maupun kerangka regulasi,
mensyaratkan pentingnya keterpaduaan dan sinkronisasi antar program dan kegiatan, baik
diantara kegiatan dalam satu program maupun kegiatan dengan bidang lainnya.
VISI : Terwujudnya Pandeglang Sehat Melalui Pelayanan Kesehatan Yang Profesional dan Berkualitas
MISI :
1. Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Masyarakat, Pemahaman, Dan Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat;
2. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dengan Menjamin Tersedianya Upaya Pelayanan Kesehatan yang Paripurna, Bermutu dan Berkeadilan.
3. Mengendalikan Penyakit Menular dan Tidak Menular yang berpotensi menjadi Masalah Kesehatan.
4. Menjamin Kualitas Ketersediaan dan Pemerataan Sumberdaya Kesehatan dan Ketersediaan Sarana dan Prasarana Kesehatan.
5. Mengembangkan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Meningkatkan derajat kesehatan Meningkatnya kualitas 1. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan, ibu, anak, 1. Peningkatan aksesibilitas dan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat melalui penurunan dan aksesibilitas remaja, dan lanjut usia yang berkualitas masyarakat.
Angka Kematian Ibu, Angka kesehatan bagi seluruh 2. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat 2. Peningkatan kualitas pelayanan pada setiap srata
Kematian Bayi, Angka kesakitan masyarakat pelayanan dan fasilitas kesehatan dasar.
terutama penyakit penyakit yang 3. Meningkatkan pencegahan dan penanggulangan penyakit
3. Peningkatan kualitas, kuantitas dan pendayagunaan
sering menimbulkan kejadian yang dan Meningkatkan pengendalian dan penyehatan lingkungan
tenaga kesehatan.
bersifat luar biasa serta
4. Meningkatkan manajemen, penelitian pengembangan dan 4. Peningkatan kualitas lingkungan sehat dan peningkatan
menurunkan jumlah balita di
sistem informasi kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat serta mendorong
bawah garis merah dan
pemberdayaan masyarakat.
peningkatan kesehatan lingkungan 5 .Meningkatkan manajemen pelayanan publik
sesuai standar kesehatan 5. Meningkatkan sarana dan prasarana serta
6.Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan pengembangan manajemen dan regulasi bidang kesehatan.
kesehatan
7. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang 6. Meningkatkan pola hidup sehat masyarakat dan
berkualitas memilihara mutu institusi pelayanan kesehatan pemerintah
8. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang melalui paradigma kesehatan dan pencegahan,
berkualitas Penyembuhan dan rehabilitasi.
9. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan
dan kualitas farmasi dan alat kesehatan
10. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat
11. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran dan mutu sumber
daya manusia kesehatan
12. Memantapkan pelaksanaan sistem jaminan kesehatan
bidang kesehatan
Tabel 5.1
Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif SKPD
Kabupaten Pandeglang
Data Capaian Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja
pada Tahun Kondisi Kinerja pada SKPD
Tujuan Sasaran Indikator sasaran Kode Program dan Kegiatan Indikator Kinerja Program dan Kegiatan Satuan 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal akhir periode Renstra Penanggun
Perencanaan Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) gjawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Meningkatkan derajat Meningkatnya a. Menurunnya angka kematian ibu dari Meningkatnya pelayanan masalah kesehatan dan Dinas
kesehatan masyarakat kualitas dan 359 per 100.000 kelahiran hidup (SP 1.02.01.015. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan % 14,6 16,66 8.460 33,33 8.883 50,00 9.327 66,66 9.793 83,33 10.283 100 10.797 100 11.337
penyediaan obat perbekalan kesehatan Kesehatan
melalui penurunan aksesibilitas 2010), 346 menjadi 306 per 100.000
Terlaksananya kegiatan pengelolaan obat di UPT.Gudang
Angka Kematian Ibu, kesehatan bagi kelahiran hidup (SDKI 2012). 1.02.01.015.008. Operasional UPT gudang farmasi Pandeglang
Farmasi
Bln 12 Bln 12 Bln 263 12 Bln 276 12 Bln 289 12 Bln 304 12 Bln 319 12 Bln 335 12 Bln 352
Angka Kematian Bayi, seluruh Terlaksananya kegiatan pelayanan Upt.laboratorium
1.02.01.015.020. Operasional UPT Laboratorium Kesehatan Daerah Bln 12 Bln 12 Bln 553 12 Bln 581 12 Bln 610 12 Bln 641 12 Bln 673 12 Bln 706 12 Bln 742
Angka kesakitan masyarakat kesehatan daerah
terutama penyakit 1.02.01.015.025. DAK Bidang Pelayanan Kefarmasian
pengadaan obat generik, Perbekalan Kesehatan, Reagen,
Bln 12 Bln 12 Bln 16.800 12 Bln 17.640 12 Bln 18.522 12 Bln 19.448 12 Bln 20.421 12 Bln 21.442 12 Bln 22.514
Obat Essensial, Obat Gigi
penyakit yang sering
b. Menurunnya angka kematian bayi dari pengadaan obat generik, Perbekalan Kesehatan, Reagen,
7.560 7.938 8.335 8.752 9.189 9.649 10.131
menimbulkan 1.02.01.015.026. Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan item 3 item 3 item 3 item 3 item 3 item 3 item 3 item 3 item
32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup. Obat Essensial, Obat Gigi
kejadian yang bersifat Peningkatan Pemberdayaan Konsumen/masyarakat Terlaksananya Penatalaksanaan Manajemen
luar biasa serta 1.02.01.015.031.
di Bidang Obat dan Makanan Kefarmasian bagi Petugas Pengelola Obat di Puskesmas
PKM 36 PKM 36 PKM 84 36 PKM 88 36 PKM 93 36 PKM 97 36 PKM 102 36 PKM 107 36 PKM 113
menurunkan jumlah
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, Dinas
balita di bawah garis 1.02.01.016. Program Upaya Kesehatan Masyarakat melalui peningkatan kualitas lingkungn sesuai % 14,6 16,6 66.485 33,33 69.809 50,00 73.300 66,66 76.965 83,33 80.813 100 84.854 100 89.096
merah dan standar kesehatan Kesehatan
peningkatan c. Meningkatnya persentase persalinan di Terlaksananya kegiatan persiapan Puskesmas PPK
5 5 5 5 5 5
kesehatan lingkungan fasilitas kesehatan 1.02.01.016.006. revitalisasi sistem kesehatan
BLUD
PKM 5 Puskesmas Puskesma 998 Puskesma 1.047 Puskesma 1.100 Puskesma 1.155 Puskesma 1.212 Puskesma 1.273 5 Puskesmas 1.337
s s s s s s
sesuai standar
kesehatan Terlaksananya optimalisasi kesehatan kerja di pos ukk,
optimalisasi pelayanan kesehatan dasar dan rujukan,
1.02.01.016.009. Peningkatan kesehatan masyarakat
optimalisasi pelayanan kesehatan jiwa, optimalisasi
UKK 14 ukk 14 ukk 945 14 ukk 992 14 ukk 1.042 14 ukk 1.094 14 ukk 1.149 14 ukk 1.206 14 ukk 1.266
kesehatan olahraga, dan peningkatan keseh
d. Menurunnya persentase ibu hamil 1.02.01.016.013. penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas PKM 36 PKM 36 PKM 7.875 36 PKM 8.269 36 PKM 8.682 36 PKM 9.116 36 PKM 9.572 36 PKM 10.051 36 PKM 10.553
kurang energi kronik
- belanja jasa pelayanan medis (berdasarkan perda 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36
Bln/ PKM 12 bln/36 PKM
retribusi kesehatan) PKM PKM PKM PKM PKM PKM PKM
d. Meningkatnya persentase puskesmas 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36
yang memiliki kebijakan Perilaku Hidup - belanja cetak dan fotocopy Bln/ PKM 12 bln/36 PKM
PKM PKM PKM PKM PKM PKM PKM
Bersih dan Sehat (PHBS)
e. Persentase desa/kelurahan yang - belanja bahan makanan pasien Bln/ PKM 12 bln/9 PKM
12 bln/9 12 bln/9 12 bln/9 12 bln/9 12 bln/9 12 bln/9
12 bln/9 PKM
memenuhi kualitas kesehatan lingkungan PKM PKM PKM PKM PKM PKM
12 bln/9 12 bln/9 12 bln/9 12 bln/9 12 bln/9 12 bln/9
- belanja loundry puskesmas perawatan Bln/ PKM 12 bln/9 PKM 12 bln/9 PKM
PKM PKM PKM PKM PKM PKM
f. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu - belanja jasa rekening telepon PKM Bln/ PKM 12 bln/36 PKM
PKM PKM PKM PKM PKM PKM PKM
g. Puskesmas yang mampu melaksanakan 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36
kesiapsiagaan dalam penanggulangan - belanja jasa surat kabar dan iklan PKM Bln/ PKM 12 bln/36 PKM
PKM PKM PKM PKM PKM PKM PKM
kedaruratan kesehatan masyarakat yang
berpotensi wabah - belanja photocopy dan cetak PKM Bln/ PKM 12 bln/36 PKM
12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36 12 bln/36
PKM PKM PKM PKM PKM PKM PKM
j. Jumlah kab/kota yang memiliki 1.02.01.016.023. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Non Kapitasi Terlayaninya pelayanan kesehatan bagi peserta JKN PKM 36 Puskesmas
36 Puske
smas
4.935
36 Puske
smas
5.182
36 Puske
smas
5.441
36 Puske
smas
5.713
36 Puske
smas
5.999
36 Puske
smas
6.298
36 Puskesma
s
6.613
minimal 1 RSUD yang terakreditasi.
k. Persentase ketersediaan obat dan Terlayaninya pelayanan kesehatan bagi peserta jaminan 36 Puske 36 Puske 36 Puske 36 Puske 36 Puske 36 Puske 36 Puskesma
1.02.01.016.027. Operasional Penunjang JKN PKM 36 Puskesmas 4.725 4.961 5.209 5.470 5.743 6.030 6.332
vaksin di Puskesmas kesehatan nasional smas smas smas smas smas smas s
menimbulkan
kejadian yang bersifat o. Meningkatnya persentase Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi peserta JKN,
7.769 7.769 7.769 7.769 7.769 7.769 7.769
1.02.01.016.031. Dana Kapitasi JKN Pada FKTP Cikole Jasa Medis, Obat-obatan dan bahan kesehatan habis Peserta 7.769 Peserta 560 588 617 648 680 714 750
luar biasa serta Puskesmas yang mendapat predikat pakai, alkes, OPS JKN PKM
Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta
sesuai standar
sumber sebanyak 36 Puskesmas.
kesehatan
q. Jumlah monitoring evaluasi Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi peserta JKN,
23.104 23.104 23.104 23.104 23.104 23.104 23.104
1.02.01.016.033. Dana Kapitasi JKN Pada FKTP Kaduhejo Jasa Medis, Obat-obatan dan bahan kesehatan habis Peserta 23.104 Peserta 1.664 1.747 1.835 1.927 2.023 2.124 2.230
terpadu. pakai, alkes, OPS JKN PKM
Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta
r. Meningkatnya persentase
Puskesmas yang melaporkan data Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi peserta JKN,
18.939 18.939 18.939 18.939 18.939 18.939 18.939
1.02.01.016.034. Dana Kapitasi JKN Pada FKTP Banjar Jasa Medis, Obat-obatan dan bahan kesehatan habis Peserta 18.939 Peserta 1.136 1.193 1.253 1.315 1.381 1.450 1.522
kesehatan prioritas secara lengkap pakai, alkes, OPS JKN PKM
Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta
36 36 36 36 36 36
36
1.02.01.016.082. Bantuan Operasional Kesehatan (DAK Non Fisik) Terlaksananya kegiatan operasional kesehatan PKM 36 Puskesmas Puskesma 14.700 Puskesma 15.435 Puskesma 16.207 Puskesma 17.017 Puskesma 17.868 Puskesma 18.761 Puskesmas
19.699
s s s s s s
10 10 10 10 10 10
10
1.02.01.016.083. Akreditasi Puskesmas (APBD II) Terlaksananya Akreditasi Puskesmas 10 Puskesmas 10 Puskesmas Puskesma 1.859 Puskesma 1.951 Puskesma 2.049 Puskesma 2.151 Puskesma 2.259 Puskesma 2.372 Puskesmas
2.491
s s s s s s
Data Capaian Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja
pada Tahun Kondisi Kinerja pada SKPD
Tujuan Sasaran Indikator sasaran Kode Program dan Kegiatan Indikator Kinerja Program dan Kegiatan Satuan 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal akhir periode Renstra Penanggun
Perencanaan Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) gjawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Meningkatkan derajat Meningkatnya a. Menurunnya angka kematian ibu dari 36 36 36 36 36 36
36
kesehatan masyarakat kualitas dan 359 per 100.000 kelahiran hidup (SP 1.02.01.016.084. Akreditasi Puskesmas (DAK Non Fisik) Terlaksananya Akreditasi Puskesmas PKM 36 Puskesmas Puskesma Puskesma Puskesma Puskesma Puskesma Puskesma
s 1858,5 s 1951,43 s 2049 s 2151,45 s 2259,02 s 2371,97 Puskesmas
2490,57
melalui penurunan aksesibilitas 2010), 346 menjadi 306 per 100.000
36 36 36 36 36 36
Angka Kematian Ibu, kesehatan bagi kelahiran hidup (SDKI 2012). 1.02.01.016.085. Jaminan Persalinan (DAK Non Fisik) Terlaksananya pelayanan jaminan persalinan PKM 36 Puskesmas Puskesma 10.343 Puskesma 10.860 Puskesma 11.403 Puskesma 11.973 Puskesma 12.571 Puskesma 13.200
36
13.860
Puskesmas
Angka Kematian Bayi, seluruh s s s s s s
Angka kesakitan masyarakat 1.02.01.016.086. Kabupaten Sehat Terlaksananya Kegiatan Kabupaten Sehat Kec 35 Kec 35 Kec 247 35 Kec 259 35 Kec 272 35 Kec 286 35 Kec 300 35 Kec 315 35 Kec 331
terutama penyakit
penyakit yang sering 1.02.01.016.001. Jaminan Kesehatan Daerah
Terlaksananya pelayanan kesehatan pada peserta yang
Peserta 26.007 Peserta
26.007
2.100
26.007
2.205
26.007
2.315
26.007
2.431
26.007
2.553
26.007
2.680
26.007
2.814
menimbulkan tidak termasuk PBI APBD I dan PBI Pusat Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta
Terlaksananya pemberantasan sarang nyamuk di Sekolah 36 wilayah 36 wilayah 36 wilayah 36 wilayah 36 wilayah 36 wilayah 36 wilayah
1.02.01.022.001. Penyemprotan/fogging sarang nyamuk
Dasar dan SKPD di Kabupaten Pandeglang
PKM 36 wilayah PKM
PKM
578 PKM
606 PKM
637 PKM
669 PKM
702 PKM
737 PKM
774
Terlaksananya Vaksinasi dan Imunisasi bagi siswa 383839 Si 383839 Si 383839 Si 383839 Si 383839 Si 383839 Si 383839 Sisw
1.02.01.022.004. Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah
sekolah dasar/MI
Siswa 383839 Siswa
swa
420 swa
441 swa
463 swa
486 swa
511 swa
536 a
563
Terlaksananya Penemuan Kasus dan tatalaksana Malaria
1.02.01.022.006. Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik
ACD, Filariasis, dan Chikungunya
36 36 PKM 36 PKM 373 36 PKM 391 36 PKM 411 36 PKM 432 36 PKM 453 36 PKM 476 36 PKM 500
Terlaksananya Pengamatan Penyakit Potensial Wabah 23 Penyak 23 Penyak 23 Penyak 23 Penyak 23 Penyak 23 Penyak
23 Penyakit
Peningkatan surveillance epideminologi dan (KLB) secara lengkap, tepat dan Terdeteksinya setiap 23 Penyakit it it it it it it
1.02.01.022.009.
penaggulangan wabah peningkatan kasus penyakit yang berpotensial wabah
PPW
Potensial Wabah Potensial
158 Potensial
165 Potensial
174 Potensial
182 Potensial
191 Potensial
201 Potensial 211
Wabah
secara dini Wabah Wabah Wabah Wabah Wabah Wabah
- Terlaksananya Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji 650 Oran 650 Oran 650 Oran 650 Oran 650 Oran 650 Oran
1.02.01.022.014. Operasionalisasi tim epidemologi
Tingkat Dasar dan Lanjutan
Orang 650 Orang
g
158 g
165 g
174 g
182 g
191 g
201 650 Orang 211
Pelayanan pencegahan dan penanggulangan Terlaksanakannya Penemuan dan Tatalaksana Pnemonia
1.02.01.022.018.
penyakit menular Balita, ISPA, Diare, TB, Kusta dan HIV
Prog 6 program 6 program 420 6 program 441 6 program 463 6 program 486 6 program 511 6 program 536 6 program 563
Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan 125 Posbi 125 Posbi 125 Posbi 125 Posbi 125 Posbi 125 Posbi 125 Posbind
1.02.01.022.019.
Penyakit tidak Menular
terlaksananya deteksi dini PTM Posbindu 125 Posbindu
ndu
263 ndu
276 ndu
289 ndu
304 ndu
319 ndu
335 u
352
Pencegahan dan Pengendalian Kesehatan Jiwa Terlaksananya Deteksi Dini Gangguan Jiwa,
1.02.01.022.022. Keg 35 Keg 0 0 7 Keg 150 7 Keg 150 7 Keg 150 7 Keg 150 7 Keg 150 7 Keg 150
dan Napza Terlaksananya Pencegahan & penyalahgunaan Napza
Program pengembangan sumber daya Meningkatnya Kinerja Sumber Daya Manusia Dinas
1.02.01.033. % 100 % 16,6 1.995 33,3 2.095 50,0 2.199 66,7 2.309 83,33 2.425 100 2.546 100 2.673
kesehatan Kesehatan Kesehatan
Terlaksananya Pemilihan Tenaga Kesehatan dan
Kajian analisis kebutuhan sumber daya dan
1.02.01.033.005.
pencapaian indikator kesehatan
Puskesmas Teladan Tahun 2017, juga evaluasi tim PKM 36 PKM 36 PKM 578 36 PKM 606 36 PKM 637 36 PKM 669 36 PKM 702 36 PKM 737 36 PKM 774
penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional
1.02.01.001.021. Layanan administrasi kantor Terlaksananya pelayanan administrasi perkantoran Bln 12 12 1.650 12 1.815 12 1.997 12 2.196 12 2.416 12 2.657 12 2.923
- belanja ATK Bln 12 12 12 12 12 12 12 12
- belanja perangko dan benda pos Bln 12 12 12 12 12 12 12 12
- belanja kegiatan pameran pembangunan keg 6 1 1 1 1 1 1 1
- belanja jasa rekening telepon Bln 12 12 12 12 12 12 12 12
- belanja jasa rekening listrik Bln 12 12 12 12 12 12 12 12
- belanja jasa rekening air Bln 12 12 12 12 12 12 12 12
- belanja jasa rekening internet Bln 12 12 12 12 12 12 12 12
- belanja jasa surat kabar dan iklan Bln 12 12 12 12 12 12 12 12
- belanja photocopy dan cetak Bln 12 12 12 12 12 12 12 12
- honorarium TKK Bln 12 12 12 12 12 12 12 12
- honorarium petugas kebersihan Bln 12 12 12 12 12 12 12 12
- honorarium keamanan Bln 12 12 12 12 12 12 12 12
Data Capaian Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja
pada Tahun Kondisi Kinerja pada SKPD
Tujuan Sasaran Indikator sasaran Kode Program dan Kegiatan Indikator Kinerja Program dan Kegiatan Satuan 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal akhir periode Renstra Penanggun
Perencanaan Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) gjawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Meningkatkan derajat Meningkatnya a. Menurunnya angka kematian ibu dari Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke dalam dan
1.02.01.001.064. Terlaksananya perjalanan dinas dalam dan luar daerah Bln 12 12 1.283 12 1.411 12 1.552 12 1.708 12 1.878 12 2.066 12 2.273
kesehatan masyarakat kualitas dan 359 per 100.000 kelahiran hidup (SP ke luar daerah
melalui penurunan aksesibilitas 2010), 346 menjadi 306 per 100.000 - belanja perjalanan dinas dalam dan luar daerah Bln 12 12 12 12 12 12 12 12
Angka Kematian Ibu, kesehatan bagi kelahiran hidup (SDKI 2012). 1.02.01.001.035.
Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan
Terpeliharanya kendaraan operasional dinas kesehatan 300 330 363 399 439 483 531
dinas/operasional
Angka Kematian Bayi, seluruh
- rehabilitasi kendaraan dinas unit 36 6 6 6 6 6 6 6
Angka kesakitan masyarakat
- belanja penggantian suku cadang thn 6 1 1 1 1 1 1 1
terutama penyakit
penyakit yang sering - belanja bahan bakar minyak dan pelumas thn 6 1 1 1 1 1 1 1
menimbulkan - belanja pajak kendaraan bermotor R2 unit 30 5 5 5 5 5 5 5
kejadian yang bersifat - belanja pajak kendaraan bermotor R4 unit 54 9 9 9 9 9 9 9
luar biasa serta 39 42 47 51 56 62
1.02.01.001.036. Pemeliharaan rutin/berkala peralatan kantor Terpeliharanya peralatan kantor item 48
8 35
8 8 8 8 8 8
menurunkan jumlah
Tersusunnya laporan capaian kinerja anggaran program
balita di bawah garis 1.02.01.001.046. Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun
kesehatan
dok/ lap 12
2 45
2 50 2 54 2 60 2 66 2 72 2 80
merah dan
1.02.01.001.047. Penyusunan Laporan dan Rekonsiliasi Keuangan Tersusunnya laporan keuangan dan rekonsiliasi dok/ lap 12
2 65
2 72 2 79 2 87 2 95 2 105 2 115
peningkatan
kesehatan lingkungan Terlaksananya pelaksanaan pengelolaan Operasional
55 61 67 73 81 89
1.02.01.001.128. Operasional Penunjang Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas 36
36 50
36 36 36 36 36 36
sesuai standar Tersusunnya laporan aset dan rekonsiliasi BMN,
kesehatan 1.02.01.001.068. Pengelolaan Aset SKPD terlaksananya penyelesaian Administrasi Aset PKM 36 60 66 73 80 88 97 106
Puskesmas (Sertifikat/IMB) 36 36 36 36 36 36 36
Terlaksananya penyusunan dokumen perencanaan Dinas
1.02.01.001.058. Penyusunan Dokumen Perencanaan SKPD Kesehatan, sesuai prioritas pembangunan kesehatan Dok 30 55 61 67 73 81 89 97
(RKA, RENJA, RUK, RPK, DPA)
5 5 5 5 5 5 5
Terlaksananya penyusunan Dokumen pelaporan dan
Penyusunan Dokumen Pelaporan dan Evaluasi
1.02.01.001.059.
SKPD
evaluasi Dinas Kesehatan yang evidance based (LKIP, Dok 30 5 45 5 50 5 54 5 60 5 66 5 72 5 80
LKPJ, LPPD, LAPTAH, LAP.PROGRAM)
1.02.01.001.071. Dana Operasional Pada Puskesmas Cadasari Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 295 12 325 12 357 12 393 12 432 12 475 12 523
1.02.01.001.072. Dana Operasional Pada Puskesmas Pagadungan Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 159 12 175 12 192 12 212 12 233 12 256 12 282
1.02.01.001.073. Dana Operasional Pada Puskesmas Bangkonol Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 109 12 120 12 132 12 145 12 160 12 176 12 193
1.02.01.001.074. Dana Operasional Pada Puskesmas Cikole Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 103 12 113 12 125 12 137 12 151 12 166 12 182
1.02.01.001.075 Dana Operasional Pada Puskesmas Majasari Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 258 12 284 12 312 12 343 12 378 12 416 12 457
1.02.01.001.076 Dana Operasional Pada Puskesmas Kaduhejo Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 315 12 347 12 381 12 419 12 461 12 507 12 558
1.02.01.001.077 Dana Operasional Pada Puskesmas Banjar Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 161 12 177 12 195 12 214 12 236 12 259 12 285
1.02.01.001.078 Dana Operasional Pada Puskesmas Cimanuk Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 318 12 350 12 385 12 423 12 466 12 512 12 563
1.02.01.001.079 Dana Operasional Pada Puskesmas Cipeucang Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 133 12 146 12 161 12 177 12 195 12 214 12 236
Dana Operasional Pada Puskesmas
1.02.01.001.080
Mandalawangi
Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 181 12 199 12 219 12 241 12 265 12 292 12 321
1.02.01.001.081 Dana Operasional Pada Puskesmas Pulosari Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 162 12 178 12 196 12 216 12 237 12 261 12 287
1.02.01.001.082 Dana Operasional Pada Puskesmas Jiput Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 161 12 177 12 195 12 214 12 236 12 259 12 285
1.02.01.001.083 Dana Operasional Pada Puskesmas Saketi Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 336 12 370 12 407 12 447 12 492 12 541 12 595
1.02.01.001.084 Dana Operasional Pada Puskesmas Cikedal Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 154 12 169 12 186 12 205 12 225 12 248 12 273
1.02.01.001.085 Dana Operasional Pada Puskesmas Cisata Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 111 12 122 12 134 12 148 12 163 12 179 12 197
1.02.01.001.086 Dana Operasional Pada Puskesmas Menes Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 251 12 276 12 304 12 334 12 367 12 404 12 445
1.02.01.001.087 Dana Operasional Pada Puskesmas Pagelaran Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 144 12 158 12 174 12 192 12 211 12 232 12 255
1.02.01.001.088 Dana Operasional Pada Puskesmas Labuan Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 336 12 370 12 407 12 447 12 492 12 541 12 595
1.02.01.001.089 Dana Operasional Pada Puskesmas Carita Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 203 12 223 12 246 12 270 12 297 12 327 12 360
1.02.01.001.090 Dana Operasional Pada Puskesmas Bojong Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 160 12 176 12 194 12 213 12 234 12 258 12 283
1.02.01.001.091 Dana Operasional Pada Puskesmas Picung Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 160 12 176 12 194 12 213 12 234 12 258 12 283
1.02.01.001.092 Dana Operasional Pada Puskesmas Munjul Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 149 12 164 12 180 12 198 12 218 12 240 12 264
1.02.01.001.093 Dana Operasional Pada Puskesmas Angsana Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 146 12 161 12 177 12 194 12 214 12 235 12 259
1.02.01.001.094 Dana Operasional Pada Puskesmas Cikeusik Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 190 12 209 12 230 12 253 12 278 12 306 12 337
1.02.01.001.095 Dana Operasional Pada Puskesmas Sindangresmi Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 105 12 116 12 127 12 140 12 154 12 169 12 186
1.02.01.001.096 Dana Operasional Pada Puskesmas Patia Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 107 12 118 12 129 12 142 12 157 12 172 12 190
1.02.01.001.097 Dana Operasional Pada Puskesmas Panimbang Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 306 12 337 12 370 12 407 12 448 12 493 12 542
Data Capaian Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja
pada Tahun Kondisi Kinerja pada SKPD
Tujuan Sasaran Indikator sasaran Kode Program dan Kegiatan Indikator Kinerja Program dan Kegiatan Satuan 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Awal akhir periode Renstra Penanggun
Perencanaan Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) Target Rp. (Juta) gjawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Meningkatkan derajat Meningkatnya a. Menurunnya angka kematian ibu dari 1.02.01.001.098 Dana Operasional Pada Puskesmas Sobang Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 252 12 277 12 305 12 335 12 369 12 406 12 446
kesehatan masyarakat kualitas dan 359 per 100.000 kelahiran hidup (SP
melalui penurunan aksesibilitas 2010), 346 menjadi 306 per 100.000 1.02.01.001.099 Dana Operasional Pada Puskesmas Cigeulis Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 130 12 143 12 157 12 173 12 190 12 209 12 230
Angka Kematian Ibu, kesehatan bagi kelahiran hidup (SDKI 2012).
Angka Kematian Bayi, seluruh 1.02.01.001.100 Dana Operasional Pada Puskesmas Cibaliung Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 230 12 253 12 278 12 306 12 337 12 370 12 407
Angka kesakitan masyarakat 1.02.01.001.101 Dana Operasional Pada Puskesmas Cimanggu Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 158 12 174 12 191 12 210 12 231 12 254 12 280
terutama penyakit
penyakit yang sering 1.02.01.001.102 Dana Operasional Pada Puskesmas Cibitung Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 144 12 158 12 174 12 192 12 211 12 232 12 255
menimbulkan
1.02.01.001.103 Dana Operasional Pada Puskesmas Sumur Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 194 12 213 12 235 12 258 12 284 12 312 12 344
kejadian yang bersifat
luar biasa serta 1.02.01.001.104 Dana Operasional Pada Puskesmas Perdana Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 180 12 198 12 218 12 240 12 264 12 290 12 319
menurunkan jumlah
balita di bawah garis 1.02.01.001.105 Dana Operasional Pada Puskesmas Mekarjaya Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 108 12 119 12 131 12 144 12 158 12 174 12 191
merah dan
1.02.01.001.106 Dana Operasional Pada Puskesmas Pandeglang Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin puskesmas Bulan 12 12 102 12 112 12 123 12 136 12 149 12 164 12 181
peningkatan
kesehatan lingkungan 1.02.01.001.107 Operasional Rumah Sakit Umum Daerah Labuan
Terpenuhinya kebutuhan operasional rutin Rumah Sakit
Bulan 12 12 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0
Umum Daerah Labuan
sesuai standar
kesehatan
Tabel 6.1
Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD