Anda di halaman 1dari 12

Rokok merupakan salah satu produk tembakau yang umum dikonsumsi oleh masyarakat.

Produk Tembakau adalah suatu produk yang secara keseluruhan atau sebagian terbuat
dari daun tembakau sebagai bahan bakunya yang diolah untuk digunakan dengan cara
dibakar, dihisap, dan dihirup atau dikunyah. Tembakau dengan nama latin Nicotiana
termasuk ke dalam kategori zat adiktif. Yang dimaksud dengan zat adiktif adalah bahan
yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang membahayakan Kesehatan
konsumen. Dalam kaitannya dengan bidang kesehatan, konsumsi Produk Tembakau
terutama Rokok, menjadi masalah tersendiri. karena di dalam Produk Tembakau yang
dibakar terdapat lebih dari 4.000 (empat ribu) zat kimia antara lain Nikotin yang bersifat
adiktif dan Tar yang bersifat karsinogenik.

Karena rokok mengandung zat adiktif dan karsinogenik, maka peredarannya dalam
masyarakat perlu diatur dan diawasi. Tujuannya adalah untuk memberikan perlindungan
hukum bagi Kesehatan konsumen rokok. Pengaturan perlindungan dirancang untuk
meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen dan secara tidak langsung mendorong
pelaku usaha di dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya dilakukan dengan penuh
rasa tanggung jawab. (Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati,Hukum Perlindungan
Konsumen , Bandung:Mandar Maju 2000, hlm 2. 2). Konsumen memiliki hak untuk
mendapat perlindungan dari pemerintah atas kesehatan, keamanan dan keselamatannya.
(Gracia Hacinka, 2018, Perederan Produk Rokok Elektronik yang Tidak Mencantumkan
Label Komposisi Zat Adiktif dalam Prespektif Hukum Perlindungan Kondumen, Jurnal
Hukum.). Indonesia memiliki instrumen hukum yang integratif dan komprehensif yang
mengatur tentang perlindungan konsumen dengan diterbitkannya Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pelindungan Konsumen. Rachmadi Usman, 2000, Hukum
Ekonomi Dalam Dinamika, Djambatan, Jakarta, hlm. 195.

Pengertian perlindungan konsumen menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8


Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Perlindungan
konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen. Kalimat yang menyatakan “segala upaya untuk
menjamin adanya kepastian hukum” diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan
tindakan sewenang-wenang yang merugikan konsumen dan pelaku usaha demi untuk
kepentingan perlindungan konsumen. -Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum
Perlindunan Konsumen, Cetakan ke Sepuluh. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017),
hlm 1. Pemerintah berperan mengatur, mengawasi dan mengontrol sehingga tercipta
sistem yang kondusif saling berkaitan satu dengan lain dengan demikian tujuan
mensejahterakan masyarakat secara luas dapat tercapai. (3Celina Tri Kristiyanti,Hukum
Perlindungan Konsumen , Jakarta ; Sinar Grafika, 2009, hlm. 1.). Dalam hal ini
pemerintah dapat memberikan perlindungan kepada para konsumen secara preventif dan
secara represif. Bentuk perlindungan konsumen secara preventif dapat melalui pemberian
informasi yang jelas, benar dan jujur dari para pelaku usaha maupun para produsen yang
memproduksi produk rokok tersebut. Kemudian perlindungan konsumen secara represif
pemerintah bersama lembaga yang berwenang dapat mengkaji mengenai kandungan
produk rokok tersebut serta mengatur prosedur standarisasi rokok yang layak edar.

Tanggung jawab pemerintah terhadap pengawasan dan pengamanan produk tembakau


tercantum dalam PP No. 109 Tahun 2012 Pasal 6 Ayat (1), yang berbunyi:

“Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya bertanggung jawab


mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi pengamanan bahan yang
mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan.”

Kewenangan pengawasan terhadap peredaran rokok, termasuk rokok elektrik, telah diatur
dalam PP No. 109 Tahun 2012 Pasal 59 ayat 1 (satu) yang menentukan bahwa Menteri
terkait, Kepala Badan, dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan atas pelaksanaan
upaya pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi
kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Pengawasan dan pengamanan
terhadap peredaran rokok elektrik merupakan bentuk perlindungan hukum yang diberikan
oleh pemerintah. Perlindungan hukum itu sendiri merupakan perlindungan akan harkat
dan martabat serta pengakuan terhadap hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek
hukum dalam negara hukum dari kesewenang-wenangan. (8Philipus M.Hadjon, 2007,
Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, Peradaban, Jakarta, h.205)

Sebagai bagian dari kemajuan teknologi, banyak inovasi baru yang terus bermunculan.
Salah satu inovasi tersebut adalah bentuk lain dari rokok. Belakangan ini muncul produk
baru yang disebut sebagai rokok elektrik. Rokok elektrik tersedia dalam berbagai bentuk
dan ukuran. Rokok elektrik terdiri dari cairan nikotin serta alat pembakarnya yang
menggunakan baterai. Alat pembakar cairan nikotin tersebut terdiri tiga komponen utama
yaitu baterai, elemen pemanas, dan tabung yang berisi likuid nikotin. Beberapa rokok
elektrik memiliki baterai dan likuid nikotin yang dapat diisi ulang.

Rokok elektrik bekerja dengan cara memanaskan cairan nikotin yang ada dalam tabung
(atomizer) dan kemudian pengguna menekan tombol power pada divice maka kawat
(coil) akan menyala layaknya api pada ujung rokok dan menghasilkan uap. Seperti asap
yang umumnya mengandung berbagai zat misalnya nikotin, Vegetable Glycerin (VG),
Propylene Glycol (PG) dan Flaforing (perisa) dimana pengguna menghisap zat tersebut
langsung dari corongnya. Penggunaan baterai sebagai pemberi daya pada alat pembakar
yang langsung bersentuhan dengan bibir pengguna tentu menyebabkan banyak
kekhawatiran. Karena dapat memungkingkan terjadinya konsleting hingga menyebabkan
ledakan. Ledakan tersebut dapat mengakibatkan cidera ringan, cidera berat, hingga
kematian kepada penggunanya.

Kata rokok elektrik dalam peraturan perundang-undangan hanya mengacu pada cairan
yang merupakan produk tembakau. Namun, belum ada peraturan yang mengatur
mengenai standarisari alat pembakar yang digunakan pada produk rokok elektrik. Hal
tersebut tentu menyebabkan tidak dipenuhinya hak konsumen pada Undang-undang
Perlindungan konsumen. Sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 4 huruf a Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen mengenai Hak
Konsumen, yang menyebutkan bahwa salah satu hak konsumen yaitu: “hak atas
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa”.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka tentu menjadi suatu permasalahan jika


dikaitkan pada peraturan hukum dalam perdagangan rokok elektrik. Terdapat kekosongan
pengaturan mengenai standarisasi alat pembakar pada produk rokok elektrik. Untuk
itulah penulis akan mengkaji dan meneliti permasalahan tersebut dalam kerangka analisis
hukum terhadap rokok elektrik berdasarkan pengawasan hukum perdagangan rokok
elektrik dan perlindungan hukumnya.
Sebagai dampak globalisasi dunia, masyarakat dituntut untuk semakin inovatif. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya inovasi baru dari berbagai produk yang tersedia di pasar. Salah satu
yang berinovasi adalah produk tembakau.

Produk Tembakau adalah suatu produk yang secara keseluruhan atau sebagian terbuat dari daun
tembakau sebagai bahan bakunya yang diolah untuk digunakan dengan cara dibakar, dihisap, dan
dihirup atau dikunyah. Contoh dari produk tembakau adalah rokok. Rokok adalah produk berbahan
dasar tembakau yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dengan cara dibakar dan dihisap.

Tembakau dengan nama latin Nicotiana merupakan salah satu zat adiktif. Yang dimaksud
dengan zat adiktif adalah bahan yang menyebabkan adiksi atau ketergantungan yang membahayakan
Kesehatan konsumen.

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna
tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Dalam kaitannya dengan bidang kesehatan, konsumsi Produk Tembakau terutama Rokok, menjadi
masalah tersendiri. karena di dalam Produk Tembakau yang dibakar terdapat lebih dari 4.000 (empat
ribu) zat kimia antara lain Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat karsinogenik.

maka dari itu produk-produk tembakau diatur secara khusus oleh pemerintah dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung
Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan (untuk selanjutnya disebut PP No. 109 Tahun 2012)

Belakangan ini muncul produk baru yang disebut sebagai rokok elektrik. Berdasarkan Pasal 1
Ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 86 Tahun 2017 tentang Ketentuan Impor Rokok
Elektrik, yang dimaksud dengan rokok elektrik adalah perangkat rokok yang digunakan dengan
memanaskan cairan yang menghasilkan asap dan dihisap oleh pemakainya yang termasuk Likuid
nikotin dan pengganti Likuid nikotin yang digunakan sebagai isi mesin dan asparatus yang
termasuk dalam pos tarif/HS.

Rokok elektrik terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran. Terdapat tiga komponen utama yaitu
baterai, elemen pemanas, dan tabung yang berisi likuid nikotin. Beberapa rokok elektrik memiliki baterai
dan likuid nikotin yang dapat diisi ulang.
Tanggung jawab pemerintah terhadap pengawasan dan pengamanan produk tembakau tercantum
dalam PP No. 109 Tahun 2012 Pasal 6 Ayat (1), yang berbunyi :

“Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya bertanggung jawab mengatur,


menyelenggarakan, membina, dan mengawasi pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa
Produk Tembakau bagi kesehatan.”

Kewenangan pengawasan terhadap peredaran rokok, termasuk rokok elektrik, telah diatur dalam PP
No. 109 Tahun 2012 Pasal 59 ayat 1 (satu) yang menentukan bahwa Menteri terkait, Kepala Badan, dan
Pemerintah Daerah melakukan pengawasan atas pelaksanaan upaya pengamanan bahan yang
mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing.

Rokok terbagi dalam beberapa jenis, yakni rokok kretek, rokok putih, rokok cerutu, dan lain-lain
.

Dampak negatif penggunaan tembakau pada kesehatan telah lama diketahui, dan kanker paru
merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, di samping dapat menyebabkan serangan jantung,
impotensi, penyakit darah, enfisema, stroke, dan gangguan kehamilan dan janin yang sebenarnya dapat
dicegah.

Peranan BPOM dalam melindungi konsumen terkait dengan “kandungan tar dan nikotin pada 13
produk rokok dapat terlihat melalui” pengaturan dan standarisasi yang telah ditetapkan, penilaian
keamanan pada produk rokok,“khasiat dan mutu produk sebelum diijinkan beredar di Indonesia,
inspeksi, pengambilan sampel dan pengujian laboratorium produk yang beredar serta peringatan
kepada para pelaku usaha dengan didukung oleh penegakan hukum.” Dalam hal ini pemerintah dapat
memberikan perlindungan kepada para konsumen secara preventif dan secara represif.“Bentuk
perlindungan konsumen secara preventif, yaitu dalam bentuk informasi yang jelas, benar dan jujur dari
para pelaku usaha maupun para produsen yang memproduksi produk rokok tersebut.” Kemudian
perlindungan konsumen secara represif pemerintah bersama lembaga BPOM dapat mengkaji mengenai
kandungan tar dan nikotin yang terkandung dalam suatu produk rokok tersebut dan BPOM akan
menindak tegas para pelaku usaha maupun para produsen rokok yang tidak mencantumkan peringatan
kesehatan pada label yang terdapat pada kemasan rokok, serta pencantuman “kandungan tar dan
nikotin yang tidak sesuai dengan isi yang” terkandung dalam satu batang rokok di dalamnya, dan jika
terbukti kandungan tar dan nikotin tidak sesuai dengan standar kemampuan masyarakat yang
mengkonsumsi rokok, maka BPOM dapat melaporkan kepada “pihak yang” berwajib.

Namun belakangan ini muncul produk baru yang disebut sebagai rokok elektrik (Electronic Nicotine
Delivery System atau E-Cigarette) yang biasa dikenal dengan sebutan “vaporizer” adalah salah satu jenis
dari penghantar nikotin elektronik. Rokok elektrik dirancang untuk terapi pengganti nikotin (Nicotine
Replacement Therapy, NRT) membantu pecandu rokok tembakau mulai berhenti merokok. Dengan
beralih dari rokok konvesional (tembakau) ke rokok elektrik, secara perlahan mereka belajar untuk
berhenti merokok

Dalam komposisi sudah tertera cairan dalam tabung mengandung nikotin, Vegetable Glycerin (VG),
Propylene Glycol (PG) serta penambah rasa Flaforing (perisa), seperti rasa buah-buahan dan manisan
seperti cokelat.

yang umumnya mengandung berbagai zat seperti nikotin, Vegetable Glycerin (VG), Propylene Glycol
(PG) dan Flaforing (perisa).

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka tentu menjadi suatu permasalahan jika dikaitkan pada
peraturan hukum dalam perdagangan vaporizer. Terdapat zat nikotin, Vegetable Glycerin (VG),
Propylene Glycol (PG) dan Flaforing (perisa) yang terkandung dalam E-liquit yang mana harus melewati
pemeriksaan standar tertentu oleh Kementrian Kesehatan dan banyak beredar rokok elektrik yang
tiruan yang mana belum terjamin keamanan untuk konsumennya, akan tetapi sudah banyaknya
peredaran perdagangan vaporizer di kota Semarang. Untuk itulah penulis akan mengkaji dan meneliti
permasalahan tersebut dalam kerangka analisis 5 hukum terhadap rokok elektronik berdasarkan
pengawasan hukum perdagangan vaporizer dan perlindungan hukumnya.

Konsumen memiliki hak untuk mendapat perlindungan dari pemerintah atas kesehatan, keamanan
dan keselamatannya. (Gracia Hacinka, 2018, Perederan Produk Rokok Elektronik yang Tidak
Mencantumkan Label Komposisi Zat Adiktif dalam Prespektif Hukum Perlindungan Kondumen, Jurnal
Hukum.)

Perlindungan hukum itu sendiri merupakan perlindungan akan harkat dan martabat serta
pengakuan terhadap hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum dalam negara hukum dari
kesewenang-wenangan. (8Philipus M.Hadjon, 2007, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia,
Peradaban, Jakarta, h.205)

Pengaturan perlindungan dirancang untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen dan
secara tidak langsung mendorong pelaku usaha di dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya
dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. (Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati,Hukum
Perlindungan Konsumen , Bandung:Mandar Maju 2000, hlm 2. 2)

Pemerintah berperan mengatur, mengawasi dan mengontrol sehingga tercipta sistem yang kondusif
saling berkaitan satu dengan lain dengan demikian tujuan mensejahterakan masyarakat secara luas
dapat tercapai. (3Celina Tri Kristiyanti,Hukum Perlindungan Konsumen , Jakarta ; Sinar Grafika, 2009,
hlm. 1.)

Berdasarkan fakta–fakta diatas, maka tentu menjadi suatu permasalahan jika kita kaitkan pada
semangat hukum perlindungan konsumen dalam dunia usaha. Pemasaran rokok elektrik tidak
berdasarkan pada Peraturan Mentri Kesehatan dan Peraturan Mentri Perdagangan mengenai ketiadaan
label Bea cukai dan izin kesehatan terhadap rokok elektrik tersebut dan kurangnya pengawasan dari
Badan Pengawasa Obat dan Makanan dalam mengawasi peredarannya di Indonesia

Pasal 14
Rokok Elektrik asal impor hanya dapat diedarkan setelah memperoleh izin edar dari lembaga
pemerintah non-kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan
obat dan makanan.

Pasal 3 : P-BPOM 41/2013

Pengawasan Produk Tembakau Yang Beredar dilakukan untuk mengetahui kebenaran: a. kandungan
kadar nikotin dan tar; dan b. pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada
kemasan produk tembakau.

Pasal 2 (1) : PP

Penyelenggaraan pengamanan penggunaan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk
Tembakau bagi kesehatan diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan
perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan.

Pasal 14 (1) Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Produk Tembakau ke wilayah
Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan.

Pasal 113 (1) UU

Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak mengganggu dan
membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan.

(3) Produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif harus memenuhi standar
dan/atau persyaratan yang ditetapkan.

Pasal 3 (1) Perpres

Dalam melaksanakan tugas pengawasan Obat dan Makanan, BPOM menyelenggarakan fungsi:

c. penJ rsunan dan penetapan norrna, standar, prosedur, dan kriteria di bidang Pengawasan Sebelum
Beredar dan Pengawasan Selama Beredar;

2) Pengawasan Sebelum Beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengawasan Obat dan
Makanan sebelum beredar sebagai tindakan pencegahan untuk menjamin Obat dan Makanan yang
beredar memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/ manfaat, dan mutu produk yang
ditetapkan.

Pasal 4

Dalam melaksanakan tugas pengawasan Obat dan Makanan, BPOM mempunyai kewenangan: a.
menerbitkan iz;rrt edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan persyaratan keamanan, khasiat/
manfaat dan mutu, serta pengujian obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

Pasal 1 (1)

Badan Pengawas Obat dan Makanan, yang selanjutnya disingkat BPOM adalah lembaga pemerintah
nonkementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahaa di bidang pengawasan Obat dan
Makanan.

Rokok elektrik bekerja dengan cara memanaskan cairan E-liquit yang ada dalam tabung (atomizer)
dan kemudian menekan tombol power pada divice maka kawat (coil) akan menyala layaknya api pada
ujung rokok dan menghasilkan uap seperti asap. dimana pengguna menghisap zat tersebut langsung dari
corongnya.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
Salah satu produk yang banyak ditemui dan dikonsumsi oleh masyarakat adalah terkait produk hasil
olahan tembakau. Tembakau adalah hasil bumi yang diproses dari daun tanaman yang juga dinamai
sama. Tanaman tembakau terutama adalah Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica, meskipun
beberapa anggota Nicotiana lainnya juga dipakai dalam tingkat sangat terbatas, yang mana bahan-bahan
tembakau tersebut di olah menjadi Cigarate yang biasa kita sebut rokok, salah satu produk olahan
tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan di hisap dan atau di hirup asapnya. Olahan
tembakaupun dapat dibuat beberapa macam produk rokok yaitu rokok kretek, rokok putih, cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotonana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya
atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.

Namun tembakau tersebut mengandung zat-zat adiktif yang dapat menggangu kesehatan
konsumen,maka dari itu produk-produk tembakau diatur secara khusus oleh pemerintah dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan (untuk selanjutnya disebut PP No.
109 Tahun 2012)

Namun belakangan ini muncul produk baru yang disebut sebagai rokok elektrik (Electronic Nicotine
Delivery System atau E-Cigarette) yang biasa dikenal dengan sebutan “vaporizer” adalah salah satu jenis
dari penghantar nikotin elektronik

Anda mungkin juga menyukai