Modul Forensik Traumatologi
Modul Forensik Traumatologi
TRAUMATOLOGI
Penulis :
Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F
Dr. Citra Manela, Sp.F
Dr. Taufik Hidayat
1
NOMOR MODUL : 10/For-UA/IX/15
TOPIK : TRAUMATOLOGI
SUBTOPIK : Jenis luka, jenis kekerasan dan derajat luka
LEARNING OBJECTIF :
1. Kognitif
a. Menjelaskan definisi traumatologi
b. Menjelaskan berbagai jenis luka akibat kekerasan mekanik, traumatik dan
kimiawi
c. Menjelaskan jenis kekerasan penyebab luka
2. Psikomotor
a. Mampu melakukan anamnesa tentang trauma yang dialami korban/pasien
b. Mampu melakukan pemeriksaan dan menentukan jenis luka-luka pada tubuh
korban dan melakukan deskripsi luka untuk kepentingan pembuatan visum
c. Mampu menentukan jenis kekerasan penyebab luka
3. Attitute
a. Memperkenalkan diri kepada korban/penyidik yang mengantar korban
b. Memberikan waktu kepada korban untuk menjelaskan kejadian yang dialami
dan gejala klinis yang dirasakan
c. Menerangkan kepada korban tindakan apa yang akan dilakukan
d. Memberikan informed consent kepada korban (sebagai pasien)
2
DEFINISI
TRAUMATOLOGI
Traumatologi forensik adalah suatu bagian ilmu kedokteran khususnya tentang trauma
fisik yang mempelajari derajat keparahan luka, hubungan luka dengan kekerasan
penyebabnya serta kaitannya dengan hukum.
Peran ilmu kedokteran forensik didalam membantu penyelesaian proses penyidikan
perkara pidana khususnya dalam kasus perlukaan dituangkan dalam bentuk Visum et
repertum adalah ditujukan kepada :
1. Menentukan identitas
2. Menentukan jenis luka
3. Menentukan jenis kekerasan
4. Menentukan kualifikasi luka
b. Kekerasan fisik
1. Suhu tinggi
2. Suhu rendah
3. Arus listrik
4. Petir
5. Tekanan udara tinggi
6. Radiasi
7. Akustik
3
c. Kekerasan kimiawi yaitu trauma akibat korosifitas zat kimia yang bersifat asam atau basa.
Dokter sebagai ahli yang diminta untuk memberikan penilaian dari barang bukti yang
diperiksa tidak sama kedudukannya dengan saksi mata yang melihat proses kejadian dari
sesuatu peristiwa kejahatan. Sehingga dokter hanya bisa menentukan jenis kekerasan
penyebab luka bukan benda penyebab dari luka.
4
2. Luka lecet
Kerusakan jaringan terbatas pada epidermis. Bila kulit terkena trauma tumpul
yang relatif ringan maka epidermis akan terluka. Reaksi leukosit sudah dapat
diharapkan sejak 2 jam pasca trauma, sedangkan regenerasi epitel mulai 24 jam.
Bergantung pada keparahannya, pada umumnya7-14 hari luka telah menyembuh
tetapi masih dapat dikenali karena warnanya masih lebih cerah dari kulit sekitarnya.
Biasanya menghilang setelah 2-6 minggu.
Jenis luka lecet :
1. Luka lecet geser : epitel berkumpul pada pihak yang berlawanan dengan
arah trauma.
2. Luka lecet tekan : epidermis tertekan ke dalam, pada perabaan keras. Dapat
menunjukan bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas ritsluiting, jejas jerat,
jejas cekikan dsb.
Luka akibat gigitan manusia dapat berupa luka lecet, memar dan dapat juga
lebih dalam lagi menjadi luka robek. Luka gigitan ini sering sangat khas bentuknya
sehingga disebut sebagai jejas gigitan (bite-mark). Dengan menganalisa susunan
luka lecet yang terbentuk (ukuran, posisi dan sudut kemiringannya satu dengan
yang lain) , dan dengan interpretasi yang sangat berhati-hati, dapatlah
diidentifikasikan siapa pelakunya. Harus diingat bahwa jejas ini pada kulit yang elastis
dapat berubah bentuk, apalagi pada orang hidup serta jejas pada kulit dengan
jaringan ikat jarang dibawahnya dan kulit yang berlipat. Fotografi yang akurat (tanpa
sudut kemiringan), pemetaan dan pencetakan jejas harus dibuat segera oleh
orang yang ahli untuk kepentingan identifikasi.
5
4. Patah tulang
Patah tulang dapat terjadi pada kekerasan tumpul dengan tenaga yang relatif
besar. Patah tulang impresi pada tulang pipih (kepala) dapat memperlihatkan bentuk
benda penyebabnya. Patah tulang berbentuk radier terjadi pada kekerasan yang
bergerak ke kepala yang relatif diam, sedangkan patah tulang berbentuk linier sering
terjadi pada kepala yang bergerak mengenai benda keras yang relatif diam. Bila terjadi
dua patah tulang yang berturutan pada tempat yang berdekatan, maka garis patah
yang terjadi belakangan akan berhenti pada garis patah yang telah terbentuk lebih
dahulu.
6
Tajam dan tumpul :
perhatikan tepi luka dan sekitar luka
2. Luka iris
Kedua sudut lancip, dangkal
3. Luka bacok
Kedua sudut lancip, dalam
7
a. Luka tembak masuk jarak jauh : lubang dan kelim lecet. Sellier (1975) mengatakan
bahwa kelim kesat yang juga sering tampak adalah semacam hapusan zat-zat yang
terbawa anak peluru, seperti minyak pelumas, jelaga dan elemen mesiu :Pb, Sb, Ba.
Kelim lemak ini khas untuk luka tembak masuk, sedangkan kelim lecet hanya
tampak jelas bila ada pengeringan epidermis, sehingga hanya tampak pada mayat
dan sangat jarang tampak pada orang hidup.
b. Luka tembak masuk jarak dekat (relatif dekat) : terdiri dari lubang, kelim lecet, kelim
tatu (dan kelim kesat). Kelim tatu diakibatkan oleh butir-butir mesiu yang tidak
terbakar tertanam ke dalam epidermis atau dermis.
c. Luka tembak masuk jarak sangat dekat : lubang, kelim lecet, (kelim kesat), kelim tatu,
jelaga dan api/panas. Api atau panas akan mengakibatkan hiperemi atau terbakar
(hangus)nya pakaian korban.
d. Luka tembak tempel : mesiu, jelaga dan gas panas masuk langsung ke dalam
saluran luka, sehingga tampak kehitaman.
Lubang dan kelim lecet (dan kelim kesat) akan tetap terbentuk. Disebelah luar kelim lecet
tampak cedera epidermis yang disebut jejas laras. Jejas laras terjadi karena hentakan
kembali kulit oleh dorongan balik gas panas ke arah laras yang menempel. Selain
menimbulkan jejas laras, hentakan balik ini juga dapat mengakibatkan luka yang berbentuk
seperti bintang dan warna hitam diantara kulit dan jaringan dibawahnya.
Jejas laras tampak lebih jelas bila terjadi di kepala. Pada saluran luka akan ditemukan CO-Hb
dan CO-Mioglobin (juga pada luka tembak masuk jarak sangat dekat).
8
Sudut masuk peluru dan rekonstruksi
Luka tembak keluar biasanya lebih besar dari luka tembak masuk akibat adanya
deformitas anak peluru dan penyebaran gaya kesemua arah. Hal ini juga ditemukan pada
anak peluru yang menembus tulang pipih - akan terbentuk corong yang membuka
kearah keluarnya anak peluru. Luka tembak keluar dapat lebih kecil bila terjadi sesudah luka
tembak tempel, atau pada anak peluru yang kehabisan tenaga pada saat akan keluar tubuh.
Bentuk luka tembak keluar tidak khas dan sering tidak beraturan.
9
g. Deskripsi anak peluru (bila ditemukan)
Anak peluru tidak boleh diambil dengan pinset,tapi harus dengan tangan dan dibungkus
kapas. Hal ini untuk menghindari kerusakan garis / alur yang berguna bagi upaya identifikasi.
Senjata api sebagai alat pembunuh di Jakarta ditemukan tertinggi pada tahun-tahun 1983
dan 1984 (pembunuhan misterius). Sebagai alat bunuh diri sangat jarang ditemukan. Terhadap
korban bunuh diri atau terhadap tersangka pelaku pembunuhan dapat dilakukan
pemeriksaan adanya elemen mesiu (Pb, Sb. Ba) di ibu jari dan telunjuk tangannya melalui
pemeriksaan spektrofotometri. Cara yang lebih sederhana namun tidak spesifik adalah tes
difenilamin (petunjuk adanya nitrit).
REFERENSI
1. Idries AM.Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Jakarta:Binarupa Aksara.
2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI.Ilmu Kedokteran Forensik.Jakarta:Forensik FKUI.
3. Sampurna B,Syamsu Z.Peranan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Penegakan
Hukum;sebuah pengantar.Jakarta:Forensik FKUI.
4. Di Maio D,Di Maio VJM.Forensic Pathology,New York.
5. Hamzah A,KUHP & KUHAP.Cetakan kesembilan,PT Rineka Cipta,Jakarta:1990
6. Knight B,Forensic Pathology,Second Edition.New York.Oxford University.
10