Anda di halaman 1dari 19

PATOLOGI TRAUMA

Di susun oleh :

Najwah Adyani Dwitammi

X MSC 2

MAN 1 PEKANBARU

2018/2019
PENGESAHAN

Karya ilmiah yang berjudul

“ Patologi Trauma “

Disusun untuk memenuhi tugas Karya Ilmiah MAN 1 Pekanbaru

Tahun Pelajaran 2018/2019

Disusun oleh :

NAJWAH ADYANI DWITAMMI

Wali Kelas : Kepala Perpustakaan El Hayaah :

EDFINA RAHAYU SARNILAWATI, M.Pd

Kepala Sekolah
MAN 1 Pekanbaru

H. MARZUKI, M.Ag
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan


Semesta Alam. Atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat
menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah dengan judul “Patologi
Trauma” disusun dalam rangaka memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
literasi yang dibimbing oleh Ibu Edfina Rahayu.
Makalah ini berisi tentang kajian, diagnosis, penyebab, dll, yang
berhubungan dengan trauma. Dalam menyusunnya penulis mendapat berbagai
saran dari banyak pihak. Oleh sebab itu saya mengucapkan banyak terimakasih
atas segala bantuan dalam penyusunan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia
biasa menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata
bahasa, etika, maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai
bahan evaluasi.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat
mengambil manfaat dari makalah ini.
Pekanbaru, 19 Oktober 2018
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUANLatar Belakang

1.1 Rumusan Masalah


1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Manfaat Penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Trauma
3.2 Proses Trauma dalam Tubuh
3.3 Respon Imun Tubuh TerhadapTrauma
3.4 ManifestasiTubuh Terhadap Trauma
3.5 Komplikasi Penyakit Trauma
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang,


pembuluh darah, dan organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan
gangguan pada semua sistem organ, sehingga tubuh melakukan
kompensasi akibat ada trauma. Bila berlanjut bisa berakibat kematian.

1.2 Rumusan Masalah

 1. Apakah trauma itu ?


 2. Apa macam-macam penyakit trauma serta bagaiman proses
penyakit trauma ?
 3. Bagaimana respon imun, manifestasi tubuh terhadap trauma
dan komplikasinya ?

1.3 Tujuan Penulisan

 1. Menambah pengetahuan tentang penyakit trauma


 2. Mengetahui tentang macam-macam penyakit trauma serta
bagaimana responnya
 3. Mengetahui respon imun, respon sel serta komplikasi terhadap
trauma

1.4 Manfaat penulisan

 1. Memahami tentang trauma


 2. Mengetahui penyebab trauma
 3. Mengetahui respon tubuh terhadap trauma
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan


cedera (Sjamsuhidajat, 1997). Trauma abdomen terbagi menjadi jenis :
Trauma terhadap dinding abdomen.Trauma pada dinding abdomen
terdiri dari : 1. Kontusio dinding abdomen ,disebabkan oleh trauma
tumpul . Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera abdomen ,
tetapi trauma tumpul pada abdomen dapat terjadi karena kecelakaan
motor , jatuh, atau pukulan. 2. Laserasi , merupakan trauma tembus
abdomen yang disebabkan oleh luka tembakan atau luka tusuk yang
bersifat serius dan biasanya memerlukan pembedahan. Hampir semua
luka tembak membutuhkan bedah ekspolarasi, luka tusuk mungkin lebih
ditangani secara konservatif. ( Smeltzer, 2001) Trauma abdomen adalah
terjadinya cedera atau kerusakan pada organ abdomen yang
menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme , kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai organ.
2.2 Etiologi
Penyebab trauma abdomen menurut Sjamsuhidajat (1997) antara lain
trauma, iritasi , infeksi,obstruksi dan operasi . Kerusakan organ
abdomen dan pelvis dapat disebabkan trauma tembus ,biasanya tikaman
atau tembakan dan trauma tumpul akibat kecelakaan 2 mobil,pukulan
langsung atau jatuh.. Luka yang tampak ringan bisa menimbulkan
cedera eksterna yang mengancam nyawa (Boswick,1996).
2.3 Patofisiologi
Trauma abdomen terjadi karena trauma ,infeksi ,iritasi dan obstruksi.
Kemungkinan bila terjadi perdarahan intra abdomen yang serius pasien
akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung
sel darah merah dan akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila
suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda –tanda
perforasi ,tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda
dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan , nyeri
spontan ,nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah
terjadi peritonitis umum. Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami
tatikardi dan peningkatan suhu tubuh , juga terdapat leukositosis.
Biasanya tanda –tanda peritonitis belum tampak .Pada fase awal
perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul . Bila terdapat
kecurigaan bahwa masuk kerongga abdomen , maka operasi harus
dilakukan (Sjamsuhidajat ,1997).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Trauma

Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut
digunakan untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami
seseorang. Para psikolog menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti
suatu benturan atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan mennggalkan
bekas. Biasanya bersifat negative, dalam istilah psikologi disebut post-
traumatic syndrome disorder. Trauma adalah cedera fisik atau emosional.
Secara medis, “trauma” mengacu pada cedera serius atau kritis, luka,
atau syok. Dalam psikiatri, “trauma” memiliki makna yang berbeda dan
mengacu pada pengalaman emosional yang menyakitkan, menyedihkan, atau
mengejutkan, yang sering menghasilkan efek mental dan fisik
berkelanjutan gangguan pada jiwa yang timbul akibat peristiwa traumatik.
Peristiwa traumatik bisa sekali dialami, bertahan dalam jangka lama, atau
berulang-ulang dialami oleh penderita. Peristiwa tersebut mengalahkan
individu untuk mengatasi dan mengintegrasikan ide-ide dan emosinya.

3.2 Proses Penyakit Trauma

1. Trauma mekanik
a. Trauma tumpul,akibat luka :
 Luka memar → diskontinuitas pembuluh darah dan
jaringan di bawah kulit tanpa rusaknya jaringan kulit.
 Teraba menonjol → pengumpulan darah dijaringan
pembuluh darah rusak.
 Bentuk luka → menyerupai benda yang mengenai.
 Luka lecet → terjadi pada epidermis – gesekan
dengan benda yang permukaannya kasar.
 Luka lecet tekan : arah kekerasan tegak lurus pada
permukaan tubuh, epidermis yang tertekan melesak
kedalam.
 Luka lecet geser → arah kekerasan miring
membentuk sudut, epidermis terdorong dan
terkumpul pada tempat akhir gerak benda tersebut.
 Luka lecet regang → diskontinuitas epidermis akibat
peregangan yang letaknya sesuai dengan garis kulit.
 Luka robek → terjadi pada epidermis jaringan
dibawahnya akibat kekerasan yang mengenainya
melebihi elastisitas kulit jaringan.
b. Trauma tajam, akibat luka :
 Luka iris → dalam luka lebih kecil dari pada panjang
irisan luka.
 Luka tusuk → dalam luka lebih besar atau lebih
dalam dari pada panjang luka.
 Luka bacok → dalam luka kurang lebih sama dengan
panjang luka.
c. Senjata api
 Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap.
 Rambut disekitar luka hangus.
 Pakaian yang menutupi luka hangus terbakar.
 Warna hitam dan kelim tato lebih luar disekitar luka.
2. Trauma fisika
a. Suhu panas (luka bakar)
 Eritem dengan ciri – ciri epidermis intak,
kemereahan, sembuh tanpa meninggalkan sikatriks.
 Vesikel, bulla dan bleps dengan albumin atau NaCl
tinggi.
 Necrosis coagulativa dengan ciri- ciri warna coklat
gelap hitam dan sembuh dengan meninggalkan
sikatriks (litteken).
 Karbonisasi (sudah menjadi arang).
b. Trauma dingin (hipotermia dan frostbiteHipotermia)
 Kulit pucat akibat vasokonstriksi kemerahan akibat
vasodilatasi karena paralisis vasomotor center.
 Kulit berubah menjadi merah kehitaman,
membengkak (skin blister), gatal dan nyeri.
Kemudian timbul gangren superfisial yang
irreversibel.
3. Trauma kimia
a. Asam kuat → mengkoagulasikan protein → luka korosif yang kering, kertas
seperti kertas permanen.
b. Basa kuat → membentuk reaksi penyabunan → luka basah, licin →
kerusakan sampai kedalam.

3.3 Respon Imun Tubuh Terhadap Trauma

1. Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatantekanan artera dan


vena, bronkhodilatasi, takikardia,takipneu,capillary shunting ,dan diaforesis.
2. Peningkatan heart rate Cardiac output sebanding dengan stroke volume
dikalikan heart rate. Jika stroke volume menurun, heart rate meningkat.
3. Peningkatan frekuensi napas. Saat inspirasi, tekanan intrathoracik negatif.
Aksi pompa thorak ini membawa darah ke dada dan pre-loads ventrikel kanan
untuk menjaga cardiac output.
4. Menurunnya urin output. Hormon anti-diuretik dan aldosteron dieksresikan
untuk menjaga cairan vaskular. Penurunan angka filtrasi glomerulus
menyebabkan respon ini.
5. Berkurangnya tekanan nadi menunjukkan turunnya cardiac output (sistolik)
dan peningkatan vasokonstriksi (diastolik). Tekanan nadi normal adalah 35-40
mmHg
6. Capillary shunting dan pengisian trans kapiler dapat menyebabkan dingin,
kulit pucat dan mulut kering. Capillary refill mungkin melambat.
7. Perubahan status mental dan kesadaran disebabkan oleh perfusi ke otak
yang menurun atau mungkin secara langsung disebabkan oleh trauma kepala.
Nyeri akut adalah salah satu pemicu respon imunitas dan neurohumoral
tubuh terhadap cedera atau trauma. Nyeri akut dan cedera/trauma saling
berhubungan timbale balik, bila makin parah dan makin lama maka akan
menyebabkan respon cedera menjadi kontraproduktif yang membawa dampak
merugikan tubuh. Meskipun nyeri akut hanya salah satu pemicu penting respon
cedera, namun berat dan lamanya respon cedera selaras dengan berat dan
lamanya stimuli –yang menyebabkan nyeri- sehingga penghilangan nyeri yang
efektif (effective pain relief) dapat secara signifikan mengurangi dampak buruk
respon cedera .
Respon tubuh terhadap trauma atau cedera adalah terjadinya reaksi
endokrin berupa mobilisasi hormone-hormon katabolic dan terjadinya reaksi
imunologik yang secara umum disebut respon stress atau respon cedera. Respon
cedera yang tampak nyata secara klinik dapat diklasifikasikan menjadi enam
hal, yaitu inflamasi, hiperalgesia, hiperglikemia, katabolisme protein,
peningkatan kadar asam lemak bebas (lipolisis) dan perubahan air dan elektrolit
yang terus-menerus.
Hiperalgesia disebabkan oleh sensitisasi nosiseptor di perifer (karena
respon terhadap stimuli yang meningkat di lokasi cedera) maupun karena
sensitisasi sentral (karena amplifikasi transmisi input dari jaringan perifer yang
mengalami cedera). Rangsang nosiseptif akan meningkatkan pelepasan
hormone-hormon katabolic dan menekan hormone-hormon anabolic seperti
dideskripsikan table diatas. Peningkatan hormone katabolic akan menyebabkan
hiperglikemia, katabolisme protein , lipolisis serta retensi air dan natrium .
Katekolamin merangsang reseptor nyeri sehingga intensitas nyeri bertambah.
Terjadinya hiperglikemia melalui mekanisme resistensi insulin, sekresi
insulin yang menurun, peningkatan glikogenolisis maupun gluconeogenesis.
Hiperglikemia selaras dengan luasnya respon cedera, dimana respon cedera
akan menstimulasi tranpor glukosa membrane tak tergantung insulin (insulin-
independent membrane glucose tranporters) jenis glut-1, glut-2 dan glut-3 yang
tersebar luas di otak, endotel pembuluh darah, hepar dan sel-sel darah. Glukosa
di sirkulasi masuk ke sel-sel organ-organ tanpa membutuhkan insulin,
terjadilah overload glukosa intrasel. Adanya glukosa intrasel yang berlebih akan
mengglukosilasi protein seperti immunoglobulin dan juga glukosa yang
berlebih tersebut masuk ke jalur glikolisis dan fosforilasi oksidatif yang akan
menghasilkan molekul superoksida yang berlebih pula. Molekul superoksida
yang berlebih akan mengikat nitrit oksida,akan membentuk peroksinitrat, yang
akhirnya menyebabkan disfungsi mitokondria pada sel-sel yang memiliki glut-
1, glut-2 dan glut-3. Otot skeletal dan otot jantung terlindung dari fenomena
toksik seperti ini, karena kedua jaringan ini hanya memiliki glut-4 dimana
ekspresinya dihambat oleh mediator-mediator respon cedera jaringan.
Respon cedera juga menimbulkan peningkatan pemecahan protein dan
oksidasi asam amino. Contohnya pada operasi abdomen, oksidasi asam amino
dan pelepasan asam amino dari otot meningkat berturur-turut 90% dan 30%
sedangkan sistesis protein hanya 10 %. Katabolisme protein yang meningkat
pada respon cedera akan memperlambat penyembuhan luka, menurunkan
fungsi imun tubuh, mengurangi kekuatan otot yang semua itu berkontribusi
memperlama proses penyembuhan dan meningkatkan morbiditas.
Peningkatan kadar asam lemah bebas (free fatty acid /FFA) pada respon cedera
yang berlebih akan berefek negative pada fungsi jantung. Kadar FFA yang
tinggi akan menekan kontaktilitas miokardium, meningkatkan konsumsi
oksigen otot jantung, mengganggu homeostasis kalsium, meningkatkan radikal
bebas yang selanjutnya akan menyebabkan instabilitas kelistrikan jantung dan
aritmia ventrikel. Pelepasan hormone-hormon katabolic seperti katekolamin,
aldosteron, kortisol, ADH dan angiotensin II akan menimbulkan efek pada
kardiovaskuler. Angiotensin II menimbulkan vasokontriksi. Katekolamin
menimbulkan takikardia, meningkatkan kontraktilitas miokardium dan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer sehingga terjadilah hipertensi.
Peningkatan aldosteron, kortisol dan ADH akan meningkatkan ekskresi
kalium,retensi natrium dan air serta penurunan pergeseran cairan ekstrasel ke
dalam cairan intrasel yang akhirnya dapat terjadi penumpukan cairan di
ekstrasel. Pada system respirasi, bertambahnya cairan ekstrasel di paru-paru
akan menimbulkan gangguan ventilasi perfusi.
Respon cedera juga berkontribusi mensupresi fungsi imunologik
humoral maupun selular, seperti limfopeni, leukositosis, depresi RES yang
berakibat resistensi terhadap kuman pathogen menurun. Keadaan
hiperkoagulopati , adesifitas trombosit yang meningkat ditambah adanya
vasokontriksi karena efek angiotensin II maka resiko komplikasi thrombosis
akan meningkat.
Nyeri yang berasal dari cedera juga dapat mengaktifasi saraf simpatis.
Efek aktivasi saraf simpatis antara lain peningkatan frekuensi dan kekuatan
kontraksi jantung, akhirnya peningkatan tekanan darah. Juga terjadi penurunan
motilitas gastrointestinal yang dapat beresiko terjadinya gangguan pasase usus.
Yang tidak kalah penting, nyeri juga berdampak negative terhadap mutu
kehidupan (quality of life). Nyeri menyebabkan pasien menderita,tidak mampu
bergerak bebas, cemas, gelisah, susah tidur, perasaan tidak akan tertolong dan
putus asa. Keadaan ini sangat mengganggu kehidupan normal pasien sehari-hari
sehingga penatalaksanaan nyeri yang efektif tidak hanya mampu
menghilangkan nyeri, mengurangi efek negative respon cedera namun juga
dapat meningkatkan mutu kehidupan pasien sehingga kembali dapat menikmati
kehidupan yang normal.

3.4 Manifestasi Tubuh Terhadap Trauma


 Mengarahkan kesulitan mereka kepada diri sendiri, menjadi pendiam, tidak
mau bergaul dengan teman-teman mereka.
 Kelakuan mereka seperti anak kecil lagi (ngompol di tempat tidur,
mengisap jempol, mimpi ketakutan), atau bicara bergagap.
 Menjadi cepat marah, aggressive, berkelakuan nakal, berkelahi.
 Tidak dapat tidur, takut tidur sendiri, tidak mau ditinggal sendirian
meskipun untuk waktu yang singkat saja.
 Mencari “tempat aman” di tempat mereka berada. Kadang-kadang mau
tidur di lantai, tidak mau tidur di tempat tidur, karena takut kalau tidur
nyenyak tidak tahu kalau bahaya datang.
 Ketakutan kalau mendengar, melihat, atau mencium sesuatu yang mirip
seperti waktu kejadian trauma berlangsung. Bunyi mobil kadang-kadang
mengingatkan si anak kepada bunyi tembakan yang membunuh seseorang.
Untuk seorang anak, mendengar anjingnya jalan turun dari tangga, seperti
ayahnya jatuh dari tangga dan mati.
 Menjadi waspada terus-selalu melihat-lihat sekeliling karena takut ada
bahaya.
 Berlaku seperti tidak takut karena sesuatu dan kepada siapapun juga. Kalau
ada bahaya mereka berlaku tidak wajar, sambil berkata mereka tidak takut
pada apapun juga.
 Lupa kecakapan yang baru saja dipelajari.
 Berkata-kata mau membalas dendam.
 Sakit kepala, sakit perut, cepat capai dan sakit-sakit yang sebelumnya tidak
ada.
 Sering mengalami kecelakaan karena mengambil risiko yang berbahaya,
menempatkan diri sendiri di tempat-tempat bahaya, men-sandiwarakan
kejadian trauma sekali lagi seperti korban (victim) atau tokoh.
 Kesulitan-kesulitan di sekolah, nilai yang menurun, dan kesulitan
konsentrasi.
 Menjadi pessimis, tidak ada harapan masa depan, kehilangan keinginan
untuk survive, bermain, menikmati hidup.
 Minum obat narkotik atau ikut gerakan-gerakan yang melawan kebudayaan
(counter culture movement) teristimewa bagi anak-anak yang lebih tua.
Sesudah kejadian trauma berakhir, dan keadaan aman kembali, pikiran dan
perasaan trauma masih saja mempengaruhi si anak untuk waktu yang lama.
Pengalaman teroris masih terkilas dengan jelas dipikiran si anak, dan sangat
mempengaruhi dia. Ini menyebabkan :

 Luka emosi
 Bingung (karena tidak mengerti trauma)
 Kelainan tingkah laku

3.5 komplikasi Penyakit Trauma


Penyakit mungkin sekali mempunyai efek yang diperpanjang, sekunder atau
jauh. Misalnya penyebaran organisme penyakit trauma dari tempat asal
masuknya kuman, pada tempat itu terjadi rangsangan reaksi radang, yang
menyebar ketempat lain dari tubuh manusia, dimana reaksi yang serupa akan
terjadi.
A. Komplikasi penyakit trauma tumpul, tajam, dan tembak (trauma
abdomen)
 Perforasi
Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh zat kimia
atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi di bagian atas, misalnya lambung,
maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma atau timbul
gejala peritonitis hebat. Bila perforasi terjadi dibagian bawah seperti kolon,
mula-mula timbul gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk
berkembang biak, baru setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut abdomen
karena perangsangan peritoneum. Mengingat kolon tempat bakteri dan hasil
akhirnya adalah feses, maka jika kolon terluka dan mengalami perforasi perlu
segera dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan pembedahan,
peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan feses. Hal ini dapat
menimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat.
 Perdarahan
Setiap trauma abdomen (trauma tumpul, trauma tajam, dan tembak) dapat
menimbulkan perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada trauma
adalah alat-alat parenkim, mesenterium, dan ligamenta. Diagnostik perdarahan
pada trauma tumpul lebih sulit dibandingkan dengan trauma tajam,lebih-lebih
pada taraf permulaan.
B. Komplikasi trauma fisika
Komplikasi akibat trauma panas (luka bakar)
 Shock
 Infeksi
 Ketidak seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit)
 Masalah distres pernapasan
Komplikasi akibat trauma dingin (hipotermia dan frostbiteHipotermia)
 Stadium perangsangan (hipotermia ringan, 32-35 drajat Celcius) :
terjadi tremor otot maksimal, akibatnya kecepatan metabolisme basal
sangat meningkat, semua sumber glukosa dipakai, penggunaan O2
meningkat sampai 6 kalinya. Peningkatan tekanan darah,
menimbulkan nyeri.
 Stadium kelelahan (hipotermia sedang, 28-32 drajat Celcius) : sumber
glukosa tidak ada lagi, terjadi bradikardia, aritmia dan depresi
pernapasan.
 Stadium paralysis (hipotermia berat, di bawah 28 drajat Celcius) :
koma, refleks pupil hilang (tetapi tidak ada tanda kematian otak),
diikuti ventrikel, asistol, dan apnea. Semakin rendah penurunan suhu
yang terjadi sampai aliran darah ke otak terhenti, maka semakin lama
otak bisa menoleransi terhentinya sirkulasi (30drajat C:10-15 menit,
18drajatC:60-90 menit).
C. Komplikasi trauma kimia
Komplikas trauma kimia asam kuat dan basa kuat sering terjadi pada trauma
mata. Diantara komplikasinya yaitu :
 Kehilangan penglihatan
 Glaukoma
 Katarak
 Ulkus/perforasi kornea
 Sikatrik kornea
 Retinal detachment
 Konjungtiva, dan
 Palpebra
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trauma yang berarti luka yang menggambarkan situasi akibat peristiwa yang di
alami seseorang baik melalui benturan atau kejadian yang meninggalkan bekas
bisa terjadi akibat :
1. Manusia. Contohnya : perkelahian, pemerkosaan, terorisme, penculikan,
kekerasan rumah tangga dll.
2. Alam. Contohnya : genpa bumi, tsunami, gunung meletus dll.
3. Penyakit . contohnya : HIV, malaria, TBC dll.

Klasifikasi trauma berdasarkan sifat dan penyebeb trauma :


1. Trauma mekanik
a. Trauma tumpul
b. Trauma tajam
c. Senjata api
2. Trauma fisika
a. Suhu
b. Listrik atau petir
3. Trauma kimia
a. Asam kuat
b. Basa kuat

4.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca untuk memberikan keritik dan sarannya
agar makalah dikemudian hari bisa lebih baik dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/traumatologi

https://www.google.co.id/?
gws_rd=cr&ei=nVAiVaihDYe2uASWzIGgDg#q=respon+imun+tubuh+terhada
p+trauma

https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=fkwiVbe-
HJOMuAT5tYAw#q=respon+tubuh+terhadap+trauma

https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=fkwiVbe-
HJOMuAT5tYAw#q=manifestasi+tubuh+terhadap+trauma

https://poetriefidela.wordpress.com/2012/10/30/tanda-dan-gejala-trauma

Anda mungkin juga menyukai