Anda di halaman 1dari 3

Anggota Kelompok :

1. Esti Kaeksi (K7119079)


2. Happy Tias H (K7119105)
3. Khoirrullah (K7119136)
Kelas : 6B

Sejarah Candi Cetho Karanganyar

Candi Cetho merupakan salah satu candi yang terletak di Desa Gumeng, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini adalah candi bercorak Hindu yang cukup terkenal di
Pulau Jawa. Candi Cetho cukup unik karena terletak di dataran tinggi dengan ketinggian sekitar
1400 mdpl. Situs sejarah ini juga memiliki sejarah yang mirip dengan Candi lainnya yang
terletak tidak jauh yakni Candi Sukuh. Kedua candi ini terletak di Kabupaten Karanganyar Jawa
Tengah.
Nama Candi Cetho diambil dari penyebutan masyarakat sekitar terhadap candi ini
dimana nama ini sebenarnya juga merupakan nama dusun tempat candi ini dibangun yakni
Dusun Cetho. Dalam bahasa Jawa, cetho memiliki arti jelas. Dinamakan cetho karena bila Anda
berada di Dusun Cetho, Anda bisa dengan jelas melihat pemandangan pegunungan di sekitar
dusun ini. Pegunungan tersebut antara lain Gunung Merbabu, Gunung Lawu dan Gunung
Merapi ditambah puncak Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Selain pemandangan
pegunungan, dari dusun ini Anda juga bisa melihat dengan jelas pemandangan kota Surakarta
dan Kota Karanganyar di bawahnya. Menurut ahli sejarah, Candi Cetho telah dibangun di abad
ke 15, sama halnya dengan Candi Sukuh.

Candi ini dibangun di masa Kerajaan Majapahit Hindu. Keunikan dari candi ini adalah
Candi Cetho memilki arsitektur yang berbeda dengan candi candi Hindu lain di Jawa. Candi
Cetho memiliki arsitektur seperti punden berundak, berbeda dengan arsitektur candi pada
umumnya. Perbedaan arsitektur ini lantaran candi ini dibangun di akhir masa kejayaan Kerajaan
Majapahit, dimana saat ini kerajaan ini sudah akan runtuh. Dengan keruntuhan Kerajaan
Majapahit, maka kebudayaan asli masyarakat sekitar kembali muncul. Oleh karena itu arsitektur
Candi Cetho ini merepresentasikan kebudayaan asli masyarakat sekitar Dusun Cetho.

Menurut sejarah, penemuan kembali Candi Cetho dilakukan pertama kali oleh
sejarahwan Belanda bernama Van de Vlies. Ia menemukan Candi Cetho di tahun 1842. Selain
Van de Vlies, terdapat beberapa sejarahwan dan ahli lainnya yang telah melakukan penelitian
terhadap Candi Cetho yakni A.J. Bennet Kempers, K.C. Crucq, W.F. Sutterheim, N.J. Krom
dan Riboet Darmosoetopo yang berkebangsaan Indonesia.
Setelah penemuan pertama dan penelitian dari para ahli, di tahun 1928 Candi Cetho ini
digali kembali. Dari penggalian ini, diketahui bahwa Candi Cetho ini dibangun di masa akhir
Majapahit yakni di sekitar abad ke 15. Sejak penemuan kembali Candi Cetho ini, banyak
wisatawan yang telah mengunjungi candi ini karena keunikan arsitekturnya bila dibandingkan
candi pada umumnya. Selain itu, karena letaknya yang berada di dataran tinggi membuat Candi
Cetho memiliki pemandangan pegunungan yang mampu menarik hati para wisatawan.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Candi Cetho memiliki arsitektur unik berupa


punden berundak. Sejarah Candi Cetho dibangun dengan material batu andesit dengan memakai
relief yang sederhana, tidak seperti Candi Hindu lain yang memiliki relief yang cukup
kompleks. Candi Cetho memiliki arsitektur yang mirip dengan candi Suku Maya di Meksiko
dan Suku Inca di Peru. Patung yang terdapat di candi ini pun bila dilihat tidak mirip dengan
orang Jawa melainkan mirip dengan orang Sumeria atau Romawi.

Pada awalnya, Candi Cetho memiliki 14 buah teras yang berundak yang berada di sepanjang
barat ke timur candi. Namun, hanya tersisa 13 teras setelah penemuan kembalinya. Dan
sayangnya lagi, setelah pemugaran, hanya tersisa 9 teras yang kini dapat dilihat oleh para
pengunjung Candi. Berikut adalah deskripsi arsitektur teras di Candi Cetho.

 Teras 1 Candi Cetho


Teras 1 di Candi Cetho ini sebenarnya hanyalah sebuah halaman. Saat Anda berjalan ke
arah teras satu ini, Anda akan melihat 12 arca batu yang disebut Nyai Gemang Arun. Di dalam
teras ini Anda akan menemui gapura yang cukup besar dengan bentuk seperti candi bentar.
Bentuknya seperti pura yang mungkin Anda temui di Pulau Bali. Di dalam teras 1 ini, Anda
juga akan melihat bangunan seperti pendopo tanpa dinding di bagian selatan teras 1. Bangunan
ini memiliki pondasi dengan tinggi 2 meter. Di bagian atas pendopo in terdapat alas batu yang
sering digunakan untuk meletakkan sesaji oleh masyarakat yang datang pada saat itu.

 Teras 2 Candi Cetho


Sebelum mencapai teras 2, Anda akan melihat gapura dan tangga yang terbuat dari batu.
Tepat di samping tangga ini, terdapat dua arca yang disebut dengan Nyai Agni. Sayangnya,
salah satu arca Nyai Agni ini telah rusak. Layaknya teras 1, teras 2 ini juga memiliki bentuk
seperti halaman. Bedanya, di bagian belakang teras 2 Anda bisa melihat hamparan batuan yang
disusun untuk membentuk gambar burung garuda. Susunan batu ini membentuk gambar burung
garuda yang sedang membentangkan sayapnya.

Dalam agama Hindu, burung garuda merupakan kendaraan Dewa Wisnu yang juga
melambangkan dunia atas. Di ujung kedua sayap garuda terbentuk sinar matahari. Sinar ini juga
akan Anda temukan di bagian kepada Garuda. Di bagian punggungnya, Anda bisa melihat batu
yang disusun dengan bentuk kura kura. Kura kura ini melambangkan titisan Dewa Wisnu yang
merepresentasikan dunia bawah. Selain itu, ada pula gambar segitiga dan Kalacakra atau alat
kelamin laki laki. Karena gambar ini pula, Candi Cetho juga sering disebut dengan Candi
Lanang atau Candi Laki Laki. Di dalam gambar gambar ini juga dapat dilihat bentuk hewan
lainnya seperti ketam, mimi dan katak. Lambang lambang ini kemungkinan merupakan
sengkala angka di tahun Saka 1373 atau tahun 1451 Masehi.

 Teras 3 Candi Cetho


Teras ketiga ini juga berbentuk seperti halaman. Di bagian teras 3 Candi Cetho Karanganyar
ini Anda bisa melihat 2 bangunan yang terbangun tanpa dinding. Di bangunan sejenis pendopo
ini Anda bisa melihat meja batu yang kemungkinan digunakan sebagai sesaji. Di meja batu ini
terdapat relief orang dan binatang yang cukup sederhana. Sebagaimana yang disebutkan
sebelumnya, relief di Candi Cetho ini lebih simpel dibandingkan relief di Candi Hindu lain
yang cenderung lebih detail.

 Teras 4 Candi Cetho


Saat Anda menuju teras 4 Candi Cetho, Anda akan melihat susunan tangga yang terlihat
sangat rapi. Dapat terlihat bahwa pembuatan tangga ini sangat rapih. Kemungkinan besar
tangga yang ditemukan di teras 4 merupakan hasil pemugaran candi sehingga bentuknya sangat
rapi dibandingkan dengan bangunan lain di Candi Cetho Karanganyar ini. Selain tangga, teras 4
ini memiliki penampakan yang serupa dengan bagian teras lainnya di candi ini.

 Teras 5 & Teras 6 Candi Cetho


Di teras 5 Candi Cetho, Anda akan menemui dua buah arca yang berfungsi sebagai penjaga
pintu masuk ke teras 5. Kedua arca di teras 5 ini sebut dengan arca Bima. Sama seperti teras
lainnya, teras 5 ini merupakan halaman yang memiliki dua buah bangunan serupa pendopo
yang dibangun tanpa dinding. Sementara di teras 6, Anda juga akan menemui banguna berupa
halaman kecil. Teras 6 ini sama halnya dengan teras lainnya di lingkungan Candi Cetho.

 Teras 7 Candi Cetho


Di depan teras nomer 7 di Candi Cetho, Anda akan disambut oleh sebuah gapura dengan
tangga berbatu yang sangat rapi. Tangga yang disusun sangat rapih ini diapit oleh dua buah
patung Ganesha dan satu buah patung Kalacakra. Di teras 7 Candi Cetho ini juga terdapat 2
buah bangunan serupa pendopo dengan tanpa dinding

 Teras 8 Candi Cetho


Di teras 8 Candi ini, Anda juga akan melihat tangga yang terbuat dari batu. Tangga ini
diapit pula oleh dua buah arca dengan relief. Relief yang tertulis dalam arca ini adalah tulisan
jawa berupa angka tahun pembangunan candi. Dari sinilah diketahui umur dari Candi Cetho ini

 Teras 9 Candi Cetho


Di teras 9 Candi Cetho, Anda akan menemui dua buah bangunan yang menghadap ke arah
timur. Kedua bangunan ini dipakai sebagai sarana penyimpanan benda benda kuno. Di depan
kedua bangunan ini, Anda bisa melihat dua buah bangunan. Di bangunan sebelah kiri, terdapat
satu patung Sabdapalon. Sementara di sisi kanan bangunan ini terdapat patung Nayagenggong.
Kedua patung dalam bangunan ini merupakan tokoh Punakawan yang ada di cerita
pewayangan.

 Teras 10 Candi Cetho


Di teras 10 candi ini, Anda akan melihat 6 bangunan dengan sususan tiga bangunan di
kanan dan tiga bangunan di kiri yang berhadapan satu sama lain. Di bangunan sebelah kiri
terdapat arca Prabu Brawijaya. Sementara di bagian bangunan kanan, Anda bisa melihat arca
Kalacakra. Bangunan sisis kanan yang paling ujung digunakan sebagai sarana penyimpanan
pusaka Empu Supa. Empu Supa adalah seorang pembuat pusaka yang cukup terkenal pada
masa itu.

 Teras 11 Candi Cetho


Di teras 11 Candi Cetho ini, terdapat dinding batu setinggi 1.6 meter yang menyekat teras
ini. Di teras 11 ini ada satu bangunan utama berupa ruangan tanpa atap yang dibangun dengan
dinding batu. Bangunan ini memiliki tinggi sekitar 2 meter. Bangunan ini memiliki luas kurang
lebih 5 meter persegi. Bangunan ini merupakan bangunan yang relatif lebih tinggi dari
bangunan lain di Candi Cetho Karanganyar. Bila Anda ada di area teras 11 ini, Anda akan bisa
melihat bangunan bangunan lain di Candi Cetho yang letaknya lebih rendah dari bangunan di
teras 11 ini.

Anda mungkin juga menyukai