Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

TEACHER CENTERED LEARNING ( TCL ) DAN


STUDENT CENTERED LEARNING ( SCL )

DISUSUN OLEH :
DEWI SHINTA ( K7119063 )
KHOIRULLOH ( K7119136 )

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SURAKARTA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Tahun Ajaran 2020 / 2021

1
2
DAFTAR ISI

A. Pengertian Teacher Centered Learning dan Student Centered Learning................................3

1. Pengertian Teacher Centered Learning..............................................................................3

2. Pengertian Student Centered Learning...............................................................................3


B. Contoh – Contoh Model Pembelajaran Teacher Centered Learning (TCL) dan Student
Centered Learning ( SCL )..............................................................................................................4

1. Presentasi dan Penjelasan....................................................................................................4

2. Pengajaran Langsung..........................................................................................................5

3. Pengajaran Konsep..............................................................................................................6

4. Individual learning..............................................................................................................7

5. Autonomous learning...........................................................................................................8

6. Active learning.....................................................................................................................9

7. Doing Self Observing Others Experience..........................................................................10

8. Self-Directed Learning (SDL)............................................................................................11

9. Collabortaive Learning......................................................................................................12

10. Cooperative Learning........................................................................................................13

11. Competitive Learning........................................................................................................14

12. Case-based learning (CBL) atau pembelajaran berbasis kasus........................................15

13. Problem-Based Learning (PBL)........................................................................................16

14. Contextual Teaching and Learnig……………………………………………………………………………………..17

15. Discovery Learning…………………………………………………………………………………………………………..20

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................22

3
A. Pengertian Teacher Centered Learning dan Student Centered Learning

1. Pengertian Teacher Centered Learning


Teacher Centered Learning, berasal dari kata Teacher yang berarti “Pengajar”,
Centered artinya “Pusat” dan Learning artinya “Pembelajaran”. Maksudnya adalah suatu
sistem pembelajaran dimana guru atau dosen menjadi pusat dari kegiatan belajar mengajar
sehingga terjadi komunikasi satu arah. Di sini ilmu di transfer secara cepat dari guru
kepada siswa secara drill sehingga daya serap dari siswa lemah karena hanya
mendengarkan dari guru.
Kelebihan Teacher Centered Learning :

 Sejumlah besar informasi dapat diberikan dalam waktu singkat


 Informasi dapat diberikan ke sejumlah besar siswa
 Pengajar mengendalikan sepenuhnya organisasi, bahan ajar, dan irama
pembelajaran
 Merupakan mimbar utama bagi pengajar dengan kualifikasi pakar
 Bila materi diberikan dengan baik, menimbulkan inspirasi dan stimulasi bagi
siswa
 Metode assessment cepat dan mudah
Kekurangan Teacher Centered Learning :
 Pengajar mengendalikan pengetahuan sepenuhnya, tidak ada partisipasi dari
pembelajar
 Terjadi komunikasi satu arah, tidak merangsang siswa untuk mengemukakan
pendapatnya
 Tidak kondusif terjadinya critical thinking
 Mendorong pembelajaran pasif
 Suasana tidak optimal untuk pembelajaran secara aktif dan mandiri

2. Pengertian Student Centered Learning


Student Centered Learning, berasal dari kata Student yang berarti “Pelajar”, Centered
artinya “Pusat” dan Learning artinya “Pembelajaran”. Maksudnya adalah strategi
pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subyek/peserta didik yang aktif

4
dan mandiri, dengan kondisi psikologik sebagai adult learner, bertanggung jawab
sepenuhnya atas pembelajarannya, serta mampu belajar beyond the classroom.
Kelebihan :
 Menyertakan mahasiswa di dalam proses pembelajaran
 Mendorong mahasiswa untuk memiliki pengetahuan yang lebih banyak/ luas/ dalam
 Menjalin mahasiswa dengan kehidupan nyata
 Mendorong terjadinya pembelajaran secara aktif
 Mendorong terjadinya critical thinking
 Mengarahkan mahasiswa untuk mengenali dan menggunakan berbagai macam gaya
belajar
 Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang mahasiswa
 Memberi kesempatan untuk pengembangan berbagai strategi assessment 
Kekurangan : 
 Untuk mahasiswa dalam jumlah besar sulit untuk diimplementasikan
 Ada kemungkinan untuk menggunakan waktu yang lebih banyak
 Belum tentu efektif untuk seluruh kurikulum
 Belum tentu sesuai untuk mahasiswa yang tak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis.

B. Contoh – Contoh Model Pembelajaran Teacher Centered Learning (TCL) dan


Student Centered Learning ( SCL )

1. Presentasi dan Penjelasan


Presentasi adalah model yang berpusat pada guru. Presentasi (ceramah) dan
penjelasan memakan waktu yang cukup lama. Banyaknya waktu yang digunakan
untuk mempresentasikan dan menjelaskan informasi semakin meningkat, mulai dari
SD, SMP, dan SMA. Secara singkat hasil-hasil belajar model presentasi ini cukup
jelas dan tidak ruwet malahan hal ini membantu siswa memperoleh,
mengasimilasikan dan menyimpan informasi baru, memperluas struktur konseptual
dan mengembangkan kebiasaan mendengarkan dan memikirkan tentang informasi.
Namun sebelum guru mempresentasikan dan menjeaskan kepada siswa, maka guru
perlu merencanakan terlebih dahulu dengan melakukan
a. Memilih tujuan dan isi presentasi.
b. Mendiagnosis pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.
5
c. Memilih advance organizer (kerangka pendukung bagi info baru) yang tepat dan
kuat.
d.  Merencanakan penggunaan waktu dan ruang.
Setelah direncanakan kemudian diadaptasikan kepada siswa yang mempunyai
kemampuan. Guru dapat mengadaptasikan presentasi dengan berbagai cara,
diantaranya :
a. Menyiapkan penggunaan gambar dan ilustrasi (media).
b. Menggunakan beragam tes.
c. Sedikit banyak konkret (contoh).
Cara melaksanakannya yaitu :
a. Mengklasifikasikan tujuan pelajaran dan menyiapkan siswa untuk belajar.
b. Mempresentasikan advance organizer.
c. Mempresentasikan info baru yang dimaksud.
d. Memantau dan memeriksa pemahaman siswa serta memperluas dan memperkuat
keterampilan berpikir mereka.

2. Pengajaran Langsung
Pengajaran langsung yaitu gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam
mengusung isu pelajaran kepada seluruh kelas.Model pembelajaran langsung
dimaksudkan untuk membantu siswa mempelajari berbagai keterampilan dan
pengetahuan dasar yang dapat diajarkan langsung secara bertahap.Pengajaran
langsung dirancang untuk meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan
(pengetahuan prosedural) dan pengetahuan faktual yang dapat diajarkan secara
bertahap. Elemen-elemen utama pengajaran langsung yang efektif, diantaranya
a. Pelajaran yang distrukturisasikan dengan jelas
Pelajaran harus memiliki struktur yang jelas, sehingga siswa dapat memahami
dengan mudah isi pelajaran hubungannya dengan apa yang mereka ketahui.
b. Presentasi yang terstruktur dan jelas
Cara meningkatkan kejelasan presentasi :
 Model deduktif. Di dalam model ini presentasi dimulai dengan prinsip atau
aturan umum, kemudian dilanjutkan dengan contoh-contoh yang lebih terinci
dan spesifik.

6
 Model induktf. Pada model ini presentasi dimulai dengan contoh-contoh
(aktual) kemudian beralih ke aturan atau prinsip umum.
 Pacing pengajaran sebagai bagian penting dari pengajaran langsung yang
efektif.
 Modelling, yaitu salah satu prosedur yang berguna untuk diikuti ketika
mengajarkan topik-topik tertentu, dan memberikan model secara eksplisit
tentang sebuah keterampilan atau prosedur.
 Penggunaan pemetaan konseptual, yaitu salah satu strategi yang dapat
membantu menstrukturisasikan pelajaran dalam pikiran murid dengan
menggunakan pemetaan konseptual.
 Tanya jawab interaktif
a) Peran praktik individual dalam pengajaran langsung, yaitu:
Menyiapkan seatwork (bahan dalam jumlah yang cukup untuk digunakan
murid selama praktik).
b) Penggunaan workbook/textbook
c) Mengorganisasikan seatwork
d) Umpan balik terhadap seatwork
e) Mendiferensikan seatwork
Sebelum melakukan pengajaran langsung, hendaknya guru merencanakan pengajaran
langsung terlebih dahulu seperti :
a. Menyiapkan tujuan.
b. Melaksanakan analisis.
c. Merencanakan waktu dan ruang.

3. Pengajaran Konsep
Dengan pengajaran konsep, guru dapat membantu siswa untuk memperoleh
dan mengembangkan konsep-konsep dasr yang dibutuhkan untuk pembelajaran lebih
lanjut dan pemikiran tingkat tinggi. Pengajaran konsep tidak dirancang untuk
mengajarkan informasi dalam jumlah besar kepada siswa. Tetapi dengan mempelajari
dan menerapkan konsep-konsep kunci dalam subjek tertentu, siswa akan mampu
mentransfer berbagai pembelajaran spesifik ke bidang-bidang yang lebih umum.
Pendekatan yang digunakan dalam pengajaran konsep adalah pendekatan Direct

7
Presentation (presentasi langsung) dan pendekatan konsep Concept
Attainment (pencapaian konsep).
Sebuah konsep pengajaran pada dasarnya terdiri dari empat fase, yaitu :
a. Mempresentasikan tujuan.
b. Memberikan masukan baik examples atau non-examples.
c. Menguji pencapaian konsep.
d. Menganalisis proses berpikir siswa.

Merencanakan dan Melaksanakan Pengajaran Konsep


Cara merencanakan pengajaran konsep :
a. Memilih konsep.
b. Memutuskan pendekatan yang dipakai.
c. Mendefinisikan konsep.
d. Menganalisis konsep.
e. Memilih dan mengurutkan berbagai contoh dan bukan contoh.
f. Menggunakan gambar-gambar visual.
Cara Melaksanakan Pengajaran Konsep
a. Mengklasifikasikan maksud dan estabhlising.
b. Memberikan masukan dan bukan contoh serta menguji pencapaian

4. Individual learning
Individual learning adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas
individual peserta didik. Hal ini dilakukan karena pertimbangan adanya perbedaan-
perbedaan di antara para peserta didik. Individual learning merujuk pada perubahan
keahlian, wawasan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh seseorang
melalui pengalaman, wawasan, dan observasi (Marquardt, 1996).
Tujuan individual learning bagi para peserta didik adalah agar mereka secara
mandiri dapat mengatur tujuan pembelajaran jangka pendek dan jangka panjang yang
ingin dicapai, melacak kemajuan dan prestasi selama waktu periode tertentu. Bagi
pendidik individual learning memungkinkan tersedianya sistem untuk menetapkan
dan memantau tujuan pembelajaran setiap peserta didik, mendorong peserta didik
untuk mengambil kepemilikan pendidikan/pembelajaran mereka sendiri. Secara
ringkas, dengan individual learning memungkinkan pendidik dan peserta didik dapat

8
mengakses dan menentukan tujuan pembelajaran pribadi, mengidentifikasi masalah
dan kemajuan dokumen dan hasil dalam format cepat dan sederhana.
Model individual learning memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Beberapa
kelebihan pembelajaran tersebut antara lain :
 Perbedaan-perbedaan yang banyak di antara para peserta didik dipertimbangkan.
 Para peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan waktu
yang dapat mereka sesuaikan.
 Gaya-gaya pembelajaran peserta didik yang berbeda dapat diakomodasikan.
 Hemat untuk peserta dalam jumlah besar.
 Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa yang
mereka pelajari.
 Merupakan proses belajar yang bersifat aktif.
Adapun beberapa kelemahan yang mungkin timbul antara lain:
 Diperlukan waktu cukup banyak untuk persiapan bahan.
 Motivasi peserta mungkin sulit dipertahankan.
 Diperlukan perubahan peran instruktur
Prosedur kegiatan Mercer dan Mercer (1989) menyatakan bahwa terdapat empat
langkah penting dalam individual learning , yaitu :
a. Mengidentifikasikan ketrampilan yang ditargetkan melalui assessment
b. Menentukan kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mungkin dapat
memudahkan (memfasilitasi) pembelajaran.
c. Merencanakan pembelajaran.
d. Memulai pembelajaran yang mengatur data harian.
e. Menentukan bagian dari proses belajar dinegosiasikan oleh peserta didik dan
fasilitator.

5. Autonomous learning
Autonomous learning adalah pembelajaran yang menitik beratkan pada aktivitas
peserta didik, baik secara individual maupun kelompok dengan memberikan otonomi
yang seluas-luasnya dalam memilih substansi yang akan dipelajari, metoda di dalam
mempelajarinya, serta sumber pembelajarannya.
Tujuan dari proses autonomnous learning ini adalah membuat peserta didik
mampu menjalankan proses pembelajaran secara mandiri, dalam arti dapat
mengetahui dan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin
9
dipelajari, dapat memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuannya,
serta dapat memilih sendiri sumber belajar yang dapat di aksesnya.
Prosedur Proses autonomous learning ini dilaksanakan dengan rangkaian prosedur
sebagai berikut :
 Pendidik melakukan koordinasi proses pembelajaran;
 Pendidik menjelaskan mengenai bentuk pembelajaran;
 Pendidik mempersilahkan peserta didik untuk menyusun desain pembelajaran,
program pembelajaran, dan kontrak pembelajaran;
 Peserta didik menyusun desain pembelajaran, program pembelajaran, dan kontrak
pembelajaran;
 Pendidik menghimpun materi pembelajaran secara otonom;
 Peserta didik memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisinya
secara otonom;

6. Active learning
Active learning adalah aktivitas yang dikerjakan oleh peserta didik di dalam
mau pun di luar kelas, tidak hanya secara sebatas pasif mendengarkan fasilitator.
Active learning adalah proses dimana peserta didik terlibat lebih banyak di dalam
penugasan seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. Active learning mengacu pada
teknik di mana peserta didik melakukan lebih banyak aktivitas dan bukan hanya
mendengarkan fasilitator. Peserta didik melakukan beberapa hal termasuk
menemukan, mengolah, dan menerapkan informasi. Pembelajaran aktif diturunkan
dari dua asumsi dasar : (a) pembelajaran dilaksanakan secara alami melalui usaha
secara aktif, dan (b) peserta didik yang beragam belajar dengan gaya belajar yng
beragam pula (Meyers dan Jones, 1993).
Tujuan Active learning dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan
semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat
mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristika pribadi yang
mereka miliki. Di samping itu active learning juga dimaksudkan untuk menjaga
perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran
Prosedur pembelajaran active learning
 Penentuan kebutuhan untuk pembelajaran dan peserta didik
 Menyusun hasil pembelajaran (secara umum)
 Menetapkan tujuan Pembelajaran
10
 Merancang aktifitas pembelajaran
 Rangkaian aktifitas
 Mengawali rencana secara
 Meninjau kembali rancangan secara rinci
 Mengevaluasi hasil keseluruhan

7. Doing Self Observing Others Experience


Model ini menyarakan bahwa kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa
macam pengalaman atau beberapa macam dialog. Dua hal utama dari dialog tersebut
yaitu “dialog dengan diri sendiri” (dialogue with self) dan “dialog dengan yang lain”
(dialogue with others). Dua hal utama dari pengalaman pembalajaran adalah
“pengamatan” (observing) dan “pengerjaan” (doing).
Dua hal utama dalam dialog :
 Dialogue with self
Apa yang terjadi saat peserta didik merefleksikan suatu topik, sebagai contoh
mereka bertanya pada diri sendiri apa yang mereka pikirkan atau apa yang
seharusnya dipikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik, dan hal lainnya.
Ini adalah “berpikir tentang pemikiran sendiri” tetapi hal tersebut ditujukan pada
alur pertanyaan yang lebih luas daripada hanya perhatian kognitif. Sebagai
fasilitator dapat bertanya kepada peserta didik, dalam skala kecil, misal untuk
mencari jurnal tertentu, atau dalam arti luas, misal untuk meningkatkan sebuah
teori pembelajaran. Dalam hal lain, peserta didik dapat menuliskan mengenai apa
yang mereka pikirkan, bagaimana mereka belajar, apa peran pengetahuan ini atau
permainan pembelajaran dalam kehidupannya, bagaimana mereka merasakan,
dan lainnya.
 Dialogue with others
Hal ini bisa dan dikerjakan dalam berbagai hal. Dalam pengajaran tradisional,
saat peserta didik membaca sebuah buku teks atau mendengarkan fasilitator,
mereka mendengarkan orang lain (fasilitator, pengarang buku). Hal ini dapat
dilihat sebagai dialog parsial akan tetapi hal ini terbatas karena tidak ada aktivitas
perubahan dua arah. Keberagaman bentuk dinamis dan aktif dari dialog terjadi
saat fasilitator mengarahkan dan memotivasi diskusi sebuah topic dalam
kelompok kecil. Kadang-kadang fasilitator juga dapat mencari langkah kreatif
untuk melibatkan peserta didik dalam situasi dialog dengan orang selain peserta
11
didik (sebagai contoh praktisi, tenaga ahli), tidak hanya di dalam kelas namun
juga di luar kelas. Siapapun yang diajak berdialog dapat melalui kegiatan
keseharian, melalui tulisan, atau melalui email.
Prosedur :
o Buatlah datar kategori yang anda pikir mungkin tepat dalam sebuah kegiatan
untuk lebih mengenal pelajaran yang anda ajar.
o Bersihkan ruang dan lantai agar peserta didik dapat berkeliling dengan bebas
o Sebutkan sebuah kategori. Arahkan para peserta didik untuk menentukan secepat
mungkin semua orang yang akan mereka kaitkan dengan kategori yang ada. Misal
para penulis dengan tangan kanan dan penulis dengan tangan kiri akan terpisah
menjadi dua bagian.
o Ketika para peserta didik telah membentuk kelompok-kelompok yang tepat,
mintalah mereka berjabatan tangan dengan teman yang mereka jaga. Ajaklah
semua untuk mengamati dengan tepat berapa banyak orang yang ada di dalam
kelompok-kelompok yang berbeda.
o Lanjutkan segera pada kategori berikutnya. Jagalah peserta didik tetap bergerak
dari kelompok ke kelompok ketika anda mengumumkan kategori- kategori baru.
o Kumpulkan kembali seluruh kelas. Diskusikan perbedaan peserta didik yang
muncul dari latihan itu.

8. Self-Directed Learning (SDL)


Self-Directed Learning adalah cara pembelajaran di mana peserta didik
mengambil inisiatif dan tanggung jawab tentang pembelajaran. Dalam SDL peserta
didik sendiri yang menentukan bahan ajar, mengelola dan menilai proses
pembelajaran dan hasilnya. SDL dapat dilaksanakan kapan saja dan di mana saja,
memakai cara pembelajaran yang bebas dipilih sendiri. SDL juga dapat didefinisikan
sebagai proses pembelajaran di mana peserta didik secara individual mengambil
inisiatif tanpa atau dengan bantuan orang lain, untuk mendiagnosis kebutuhan
belajarnya, memformulasi tujuan pembelajarannya, mengidentifikasi sumber
belajarnya, menentukan dan melaksanakan strategi pembelajaran dan mengevaluasi
hasil pembelajaran.
Tujuan dari pembelajaran dengan cara SDL ialah untuk pengembangan tanggung
jawab dan kemandirian peserta didik dalam proses pembelajaran dan dalam

12
menentukan materi pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan. Di samping itu,
tujuan SDL ialah untuk mendapatkan ketrampilan baru, pengetahuan baru dan sikap
baru yang akan meningkatkan unjuk kerja dari pembelajar. SDL juga dapat dipakai
untuk peningkatan kepribadian, meningkatkan kesehatan, menikmati kesenian atau
untuk meningkatkan kemampuan intelektual.
Bentuk kegiatan/Strategi Setiap peserta didik harus mempunyai logbook yang
dipakai untuk mengatur pembelajarannya. Peserta didik mempelajari dan mengetahui
berbagai tugas, hak, kewajiban mereka serta berbagai pengetahuan dasar yang perlu
dimilikinya. Institusi memberi peluang kepada peserta didik untuk melakukan
pengaturan belajar mandiri (self-regulated learning) yang meliputi: membuat rencana
pembelajaran, monitoring setiap kegiatan belajar dan melakukan evaluasi belajar
secara tertulis dalam logbook. Institusi membantu pembelajar dengan cara:
 Mengembangkan motivasi belajar, sikap kritis dan keingintahuan, kemandirian
pembelajar, meningkatkan kreativitas, ketrampilan belajar, dan pengenalan sumber-
sumber belajar
 Menyediakan pusat informasi dan fasilitas sumber belajar.
 Secara berkala membuat kontrak belajar.
 Menyediakan standar penilaian sumatif yang sahih dan reliable.

9. Collabortaive Learning
Collabortaive Learning pada dasarnya merupakan pembelajaran yang
berdasarkan pengalaman peserta didik sebelumnya (prior knowledge) dan dilakukan
secara berkelompok. Oleh karena dilakukan secara berkelompok, maka nuansa
individual tidak terlihat secara nyata. Sharing gagasan dan pengetahuan untuk
meningatkan kualitas pembelajaran bersama merupakan hakekat collaborative
learning. Mutu pembelajaran terletak pada interaksi yang maksimal antarpeserta didik
di dalam kelompoknya. Interakasi tersebut diwujudkan dengan cara bertukar pikiran,
berdebat atau berdiskusi sehingga memperluas wawasan/wacana peserta didik.
Collabortaive learning dilakukan dalam kelompok, seperti halnya pada pembelajaran
kooperatif dan kompetitif, tetapi tidak diarahkan untuk berkompetisi dan tidak
diarahkan hanya pada satu kesepakatan tertentu. Collaborative learning adalah metode
belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antar peserta didik yang didasarkan
pada konsensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok.
Tujuan dari collaborative learning
13
 Memperluas perspektif/wacana peserta didik
 Mengelola perbedaan dan konflik karena proses berpikir divergen, membangun
kerjasama, toleransi
 Belajar menghargai pendapat orang lain, dan
 Belajar mengemukakan pendapat.
Adapun Prosedur kegiatan pembelajaran kolaboratif yaitu :
 Tenaga pendidik menjelaskan topik yang akan dipelajari
 Tenaga pendidik membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 5 orang
 Tenaga pendidik membagikan lembar kasus yang terkait dengan topik yang
dipelajari
 Tenaga pendidik meminta masing-masing peserta didik membaca kasus / skenario
yang telah dibagikan dan mengerjakan tugas yang terkait dengan persepsi dan
solusi terhadap kasus
 Tenaga pendidik meminta para peserta didik mendiskusikan hasil pekerjaannya
dalam kelompok kecil masing-masing
 Tenaga pendidik meminta masing-masing kelompok kecil mendiskusikan
kesepakatan kelompok
 Tenaga pendidik meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya dan meminta kelompok lain untuk memberikan
tanggapannya

10. Cooperative Learning


Cooperative Learning merupakan suatu aktivitas pembelajaran dengan penekanan
pada pemberdayaan peserta didik untuk saling belajar melalui pembentukan
kelompok-kelompok sehingga mereka dapat bekerja sama dalam memaksimalkan
proses pembelajaran diri sendiri ataupun peserta didik lainnya secara lebih efektif.
Coopreative learning merupakan model pembelajaran yang mengutamakan metode
interaktif dan bukan proses pembelajaran satu arah. Untuk membentuk kondisi
tersebut peserta didik didorong atau dimotivasi untuk bekerja dalam kelompok, baik
melalui kegiatan di dalam kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran ini menekankan
terjadinya proses kooperasi dan kolaborasi diantara sesama peserta didik dan bukan
terjadinya persaingan antar peserta didik.
Cooperative learning mempunyai tujuan sebagai berikut:
14
 Meningkatkan kepercayaan diri
 Memperbaiki kemampuan berfikir secara global
 Meningkatkan hubungan antarkelompok
 Meningkatkan gairah belajar
Prosedur Agar pembelajaran cooperative learning dapat berlangsung dengan baik,
maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
 Fasilitator memberikan permasalahan yang harus diselesaikan
 Fasilitator membentuk kelompok kecil (3-5 orang)
 Fasilitator memberikan waktu kepada peserta didik untuk melakukan diskusi
dalam
 kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang ada
 Peserta didik merangkum hasil diskusi sebagai hasil kesepakatan kelompok
 Fasilitator memberikan refleksi terhadap proses dan hasil diskusi

11. Competitive Learning


Secara umum competitive learning dapat diartikan sebagai berikut: apabila
seorang peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dengan baik, sedangkan
mahasiswa lainnya gagal mencapai sasaran/tujuan tersebut (Johnson and Johnson,
1991). Competitive learning ini bisa dilaksanakan dalam bentuk kompetisi
antarindividu atau persaingan antarkelompok. Akan tetapi banyak kritik yang
dilontarkan tehadap metoda pembelajaran kompetisi ini, antara lain adalah:
 Hanya ada satu pemenang atau yang berhasil dalam mencapai tujuan belajar,
sedangkan yang lainnya mengalami kegagalan.
 Kemungkinan dapat mengakibatkan adanya tingkat kecemasan yang tinggi,
keraguan diri, keras kepala dan agresi/mudah marah, menyerang
 Kemungkinan menyontek bertambah
 Memperngaruhi kemampuan untuk memecahkan persoalan

Tujuan competitive learning ini antara lain adalah :


 Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk meningkatkan
kepercayaan diri melalui kompetisi di antara sesama rekannya.

15
 Memberikan wahana untuk melakukan evaluasi diri dan benchmarking
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik
 Memberikan kesempatan untuk meraih tujuan yang sama dengan cara kerjasama
kelompok dan saling berkompetisi yang menyenangkan semua pihak
 Memberikan insight tentang memenangkan kompetisi tanpa mempermalukan
lawan (menang tanpo ngasorake)
Prosedur
1) Pendidik menyampaikan topik/kasus yang akan didiskusikan;topik atau kasus ini
bisa dikerjakan dan diselesaikan dalam kelas, atau bisa dikerjakan di luar kelas
dan selanjutnya didiskusikan dalam kelas.
2) Pendidik membagi kelas dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-7 peserta didik.
3) Pendidik membagikan topik/kasus yang akan didiskusikan disertai dengan
tatacara penilaian aspek kompetisinya, sehingga di akhir diskusi dapat ditentukan
“pemenang” dalam topik/kasus ini.
4) Pendidik meminta semua peserta didik untuk membaca, memahami dan
mengerjakan tugas yang disampaikan tersebut melalui proses diskusi dalam
kelompok kecilnya masing-masing.
5) Pendidik meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok tentang penyelesaian kasus/topik di depan kelas serta kelompok lain
memberikan tanggapannya.
6) Setiap kelompok memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok lainnya
berdasarkan aspek kompetisi yang telah disepakati Bersama

12. Case-based learning (CBL) atau pembelajaran berbasis kasus


Case-based learning (CBL) mulai dikenalkan pula di sekolah pada awal tahun
1900-an. Latar belakang akademik CBL adalah upaya mendekatkan jarak antara
peserta didik dengan dunia nyata yang kelak akan dijumpainya; dalam hal ini peserta
didik bertindak selaku subyek pembelajaran aktif. Dengan demikian kepada para
peserta didik perlu disediakan kasus yang merupakan simulasi bagi mereka untuk
melatih diri sebagai profesional yang sesungguhnya. Kasus yang kompleks dan kaya
akan informasi menggambarkan kejadian yang membuka kemungkinan untuk
munculnya berbagai macam interpretasi. Hal seperti ini akan mendorong peserta didik
untuk mengajukan pertanyaan daripada menjawab pertanyaan, merangsang siswa

16
untuk memecahkan masalah, membentuk kecerdasan bersama dan mengembangkan
berbagai macam perspektif.
CBL bertujuan untuk :
 Melatih siswa belajar secara kontekstual
 Mengintegrasikan pengetahuan dengan permasalahan yang ada di dalam kasus
dalam rangka belajar untuk mengambil keputusan secara professional.
 Mengenalkan tatacara pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang tepat
atau rasional
Prosedur CBL :
1) Pendidik menyiapkan materi (dalam bentuk kasus) yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik, dan referensi yang sesuai
dengan pokok bahasan
2) Kasus diberikan kepada peserta didik satu minggu sebelum proses jadwal
pelaksanaan pembelajaran
3) Pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok kecil dan / atau diskusi kelas
4) Pendidik mengamati proses diskusi dan bila perlu memberi sentuhan / pengarahan
/ koreksi/ pertanyaan agar diskusi kelompok mencapai sasaran
5) Setiap peserta didik diwajibkan membuat catatan ringkas tentang materi yang
dibahas (Pendidik dapat memberi garis besar tentang apa saja yang perlu dicatat /
dilaporkan oleh peserta didik)

13. Problem-Based Learning (PBL)


Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu metode pembelajaran di mana
peserta didik sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses
pencarian informasi yang bersifat student-centered. Baik content maupun proses
pembelajaran sangat ditekankan dalam PBL. Pada umumnya PBL dipahami sebagai
suatu strategi instruksional di mana siswa mengidentifikasi pokok persoalan (issues)
yang dimunculkan oleh masalah yang spesifik. Pokok persoalan tersebut membantu
dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman tentang berbagai
konsep yang mendasari masalah tadi serta prinsip pengetahuan lainnya yang relevan.
Tujuan PBL yaitu mengembangkan berbagai aspek dalam proses pembelajaran, yang
mencakup:
 knowledge – materi dasar dan komunitas selalu dalam konteks
 skills – hard-soft-life skills - berpikir secara ilmiah
17
 critical appraisal, trampil dalam mencari informasi, trampil dalam belajar
secara aktif & mandiri, dan belajar sepanjang hayat
 attitudes – nilai kerjasama, etika, ketrampilan antarpersonal, menghargai nilai
psikososial.
Prosedur Diskusi kelompok kecil (tutorial) merupakan jantung bagi PBL.
Kehidupan PBL (aktivitas pembelajaran) bertumpu pada proses tutorial. Aktivitas
kelompok kecil merupakan salah satu jenis metoda pendidikan untuk meningkatkan
pembelajaran peserta didik. Aktivitas ini merupakan pergeseran dari teacher-centered
approach kearah student-centered approach.
Diskusi kelompok kecil dicirikan oleh partisipasi dan interaksi peserta didik.
Idealnya diskusi kelompok kecil akan efektif apabila jumlah peserta didik antara 8-10
orang. Apabila jumlah peserta didik lebih besar maka akan ada kecenderungan
kelompok terbagi dua atau bahkan lebih. Untuk tutor yang berpengalaman maka dia
akan dapat memberi fasilitasi peserta didik dalam jumlah lebih besar dari 10 orang,
tetapi bagi tutor yang belum berpengalaman maka dia akan merasa nyaman apabila
jumlah peserta didik kurang dari delapan. Sebenarnya, besar-kecilnya jumlah peserta
didik dalam kelompok kecil kurang penting artinya bila dibandingkan dengan
karakteristika kelompok itu.

14. Contextual Teaching and Learning (CTL)

CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Sedangkan Blanchard (Trianto, 2007)
mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi
dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya.

Langkah – langkah CTL / Sintaks CTL

Pembelajaran CTL memiliki tujuh langkah yang mana secara garis besar langkah-
langkah penerapatan CTL dalam kelas itu adalah sebagai berikut.

18
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok)

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Kelebihan dari model pembelajaran CTL

a. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan
potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.

b. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami
suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif

c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.

e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

f. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

g. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

Kelemahan dari model pembelajaran CTL

a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa
padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru
akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa
tadi tidak sama

b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM

c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa
yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang

19
kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang
kemampuannya

d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus
tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran
ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang
dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu
teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.

e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.

f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan


intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan
mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.

g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.

h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru
hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif
dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.

15. Discovery Learning

Model pembelajaran penemuan (discovery learning) diartikan sebagai proses


pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan informasi secara langsung
tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasikan pemahaman mengenai informasi
tersebut secara mandiri. Siswa dilatih untuk terbiasa menjadi seorang yang saintis
(ilmuan). Mereka tidak hanya sebagai konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan
aktif, bahkan sebagai pelaku dari pencipta ilmu pengetahuan.

Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning


20
Suherman, dkk (2001:179) menyebutkan terdapat beberapa kelebihan atau
keunggulan metode Discovery Learning, yaitu:

 Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan
untuk menemukan hasil akhir.
 Siswa memahami benar bahan pelajarannya, sebab mengalami sendiri proses
menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama untuk diingat.
 Menemukan sendiri bisa menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorongnya
untuk melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
 Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu
mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
 Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Sedangkan menurut Kurniasih, dkk (2014:64-65), metode Discovery Learning juga


memiliki beberapa kelemahan atau kekurangan, antara lain sebagai berikut:

 Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi
siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep- konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
 Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karna
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori untuk
pemecahan masalah lainnya.
 Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan
siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara- cara belajar yang lama.
 Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
 Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan
yang dikemukakan oleh para siswa.
 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh
siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru

Langkah langkah

21
1. Stimulation (Stimulus)

Menyajikan bahan kajian di awal, contoh berupa potensi daerah setempat yang
berkaitan dengan konsep geografi.

2. Problem Statement (Identifikasi Masalah)

Mengidentifikasi potensi daerah satu per satu.

3. Data Collecting (Mengumpulkan data)

Mencari dan mengumpulkan data tentang potensi daerah setempat dari sumber lain
(internet, observasi atau majalah dll).

4. Data Processing (Mengolah data)

Upaya mengolah potensi daerah setempat melalui berbagai sumber


referensi/wawancara pakar ahli.

5. Verification (Memverivikasi)

Membandingkan hasil diskusi antar kelompok untuk mendapatkan informasi dan


solusi terbaik dalam memajukan potensi daerah

6. Generalization (Menyimpulkan)

Menyimpulkan hasil diskusi dari kajian potensi daerah setempat.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/docplayer.info/amp/45925028-Buku-panduan-pelaksanaan-
student-centered-learning-scl-dan-student-teacher-aesthethic-role-sharing-star.html

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://pembelajaran.ppns.ac.id/wp-
content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL-PPNS-
2016.pdf&ved=2ahUKEwjX5MGun5vsAhVkmeYKHdBNBZkQFjABegQICxAB&usg=AOvVaw05QPsd7LOL
vk6oxk53i0yA

http://iklimah999.blogspot.com/2016/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

http://mhdauliarachman.blogspot.com/2015/07/teacher-centered-vs-student-centered.html

22
http://robinys.blogspot.com/2013/06/teacher-centered-learning-tcl-dan.html

https://www.gurugeografi.id/2017/11/langkah-langkah-pembelajaran-discovery.html?m=1

http://bumipendidik.blogspot.com/2014/07/model-pembelajaran-ctl-contextual.html?m=1

23

Anda mungkin juga menyukai