DISUSUN OLEH :
DEWI SHINTA ( K7119063 )
KHOIRULLOH ( K7119136 )
1
2
DAFTAR ISI
2. Pengajaran Langsung..........................................................................................................5
3. Pengajaran Konsep..............................................................................................................6
4. Individual learning..............................................................................................................7
5. Autonomous learning...........................................................................................................8
6. Active learning.....................................................................................................................9
9. Collabortaive Learning......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................22
3
A. Pengertian Teacher Centered Learning dan Student Centered Learning
4
dan mandiri, dengan kondisi psikologik sebagai adult learner, bertanggung jawab
sepenuhnya atas pembelajarannya, serta mampu belajar beyond the classroom.
Kelebihan :
Menyertakan mahasiswa di dalam proses pembelajaran
Mendorong mahasiswa untuk memiliki pengetahuan yang lebih banyak/ luas/ dalam
Menjalin mahasiswa dengan kehidupan nyata
Mendorong terjadinya pembelajaran secara aktif
Mendorong terjadinya critical thinking
Mengarahkan mahasiswa untuk mengenali dan menggunakan berbagai macam gaya
belajar
Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang mahasiswa
Memberi kesempatan untuk pengembangan berbagai strategi assessment
Kekurangan :
Untuk mahasiswa dalam jumlah besar sulit untuk diimplementasikan
Ada kemungkinan untuk menggunakan waktu yang lebih banyak
Belum tentu efektif untuk seluruh kurikulum
Belum tentu sesuai untuk mahasiswa yang tak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis.
2. Pengajaran Langsung
Pengajaran langsung yaitu gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam
mengusung isu pelajaran kepada seluruh kelas.Model pembelajaran langsung
dimaksudkan untuk membantu siswa mempelajari berbagai keterampilan dan
pengetahuan dasar yang dapat diajarkan langsung secara bertahap.Pengajaran
langsung dirancang untuk meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan
(pengetahuan prosedural) dan pengetahuan faktual yang dapat diajarkan secara
bertahap. Elemen-elemen utama pengajaran langsung yang efektif, diantaranya
a. Pelajaran yang distrukturisasikan dengan jelas
Pelajaran harus memiliki struktur yang jelas, sehingga siswa dapat memahami
dengan mudah isi pelajaran hubungannya dengan apa yang mereka ketahui.
b. Presentasi yang terstruktur dan jelas
Cara meningkatkan kejelasan presentasi :
Model deduktif. Di dalam model ini presentasi dimulai dengan prinsip atau
aturan umum, kemudian dilanjutkan dengan contoh-contoh yang lebih terinci
dan spesifik.
6
Model induktf. Pada model ini presentasi dimulai dengan contoh-contoh
(aktual) kemudian beralih ke aturan atau prinsip umum.
Pacing pengajaran sebagai bagian penting dari pengajaran langsung yang
efektif.
Modelling, yaitu salah satu prosedur yang berguna untuk diikuti ketika
mengajarkan topik-topik tertentu, dan memberikan model secara eksplisit
tentang sebuah keterampilan atau prosedur.
Penggunaan pemetaan konseptual, yaitu salah satu strategi yang dapat
membantu menstrukturisasikan pelajaran dalam pikiran murid dengan
menggunakan pemetaan konseptual.
Tanya jawab interaktif
a) Peran praktik individual dalam pengajaran langsung, yaitu:
Menyiapkan seatwork (bahan dalam jumlah yang cukup untuk digunakan
murid selama praktik).
b) Penggunaan workbook/textbook
c) Mengorganisasikan seatwork
d) Umpan balik terhadap seatwork
e) Mendiferensikan seatwork
Sebelum melakukan pengajaran langsung, hendaknya guru merencanakan pengajaran
langsung terlebih dahulu seperti :
a. Menyiapkan tujuan.
b. Melaksanakan analisis.
c. Merencanakan waktu dan ruang.
3. Pengajaran Konsep
Dengan pengajaran konsep, guru dapat membantu siswa untuk memperoleh
dan mengembangkan konsep-konsep dasr yang dibutuhkan untuk pembelajaran lebih
lanjut dan pemikiran tingkat tinggi. Pengajaran konsep tidak dirancang untuk
mengajarkan informasi dalam jumlah besar kepada siswa. Tetapi dengan mempelajari
dan menerapkan konsep-konsep kunci dalam subjek tertentu, siswa akan mampu
mentransfer berbagai pembelajaran spesifik ke bidang-bidang yang lebih umum.
Pendekatan yang digunakan dalam pengajaran konsep adalah pendekatan Direct
7
Presentation (presentasi langsung) dan pendekatan konsep Concept
Attainment (pencapaian konsep).
Sebuah konsep pengajaran pada dasarnya terdiri dari empat fase, yaitu :
a. Mempresentasikan tujuan.
b. Memberikan masukan baik examples atau non-examples.
c. Menguji pencapaian konsep.
d. Menganalisis proses berpikir siswa.
4. Individual learning
Individual learning adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas
individual peserta didik. Hal ini dilakukan karena pertimbangan adanya perbedaan-
perbedaan di antara para peserta didik. Individual learning merujuk pada perubahan
keahlian, wawasan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh seseorang
melalui pengalaman, wawasan, dan observasi (Marquardt, 1996).
Tujuan individual learning bagi para peserta didik adalah agar mereka secara
mandiri dapat mengatur tujuan pembelajaran jangka pendek dan jangka panjang yang
ingin dicapai, melacak kemajuan dan prestasi selama waktu periode tertentu. Bagi
pendidik individual learning memungkinkan tersedianya sistem untuk menetapkan
dan memantau tujuan pembelajaran setiap peserta didik, mendorong peserta didik
untuk mengambil kepemilikan pendidikan/pembelajaran mereka sendiri. Secara
ringkas, dengan individual learning memungkinkan pendidik dan peserta didik dapat
8
mengakses dan menentukan tujuan pembelajaran pribadi, mengidentifikasi masalah
dan kemajuan dokumen dan hasil dalam format cepat dan sederhana.
Model individual learning memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Beberapa
kelebihan pembelajaran tersebut antara lain :
Perbedaan-perbedaan yang banyak di antara para peserta didik dipertimbangkan.
Para peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan waktu
yang dapat mereka sesuaikan.
Gaya-gaya pembelajaran peserta didik yang berbeda dapat diakomodasikan.
Hemat untuk peserta dalam jumlah besar.
Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa yang
mereka pelajari.
Merupakan proses belajar yang bersifat aktif.
Adapun beberapa kelemahan yang mungkin timbul antara lain:
Diperlukan waktu cukup banyak untuk persiapan bahan.
Motivasi peserta mungkin sulit dipertahankan.
Diperlukan perubahan peran instruktur
Prosedur kegiatan Mercer dan Mercer (1989) menyatakan bahwa terdapat empat
langkah penting dalam individual learning , yaitu :
a. Mengidentifikasikan ketrampilan yang ditargetkan melalui assessment
b. Menentukan kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mungkin dapat
memudahkan (memfasilitasi) pembelajaran.
c. Merencanakan pembelajaran.
d. Memulai pembelajaran yang mengatur data harian.
e. Menentukan bagian dari proses belajar dinegosiasikan oleh peserta didik dan
fasilitator.
5. Autonomous learning
Autonomous learning adalah pembelajaran yang menitik beratkan pada aktivitas
peserta didik, baik secara individual maupun kelompok dengan memberikan otonomi
yang seluas-luasnya dalam memilih substansi yang akan dipelajari, metoda di dalam
mempelajarinya, serta sumber pembelajarannya.
Tujuan dari proses autonomnous learning ini adalah membuat peserta didik
mampu menjalankan proses pembelajaran secara mandiri, dalam arti dapat
mengetahui dan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin
9
dipelajari, dapat memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuannya,
serta dapat memilih sendiri sumber belajar yang dapat di aksesnya.
Prosedur Proses autonomous learning ini dilaksanakan dengan rangkaian prosedur
sebagai berikut :
Pendidik melakukan koordinasi proses pembelajaran;
Pendidik menjelaskan mengenai bentuk pembelajaran;
Pendidik mempersilahkan peserta didik untuk menyusun desain pembelajaran,
program pembelajaran, dan kontrak pembelajaran;
Peserta didik menyusun desain pembelajaran, program pembelajaran, dan kontrak
pembelajaran;
Pendidik menghimpun materi pembelajaran secara otonom;
Peserta didik memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisinya
secara otonom;
6. Active learning
Active learning adalah aktivitas yang dikerjakan oleh peserta didik di dalam
mau pun di luar kelas, tidak hanya secara sebatas pasif mendengarkan fasilitator.
Active learning adalah proses dimana peserta didik terlibat lebih banyak di dalam
penugasan seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. Active learning mengacu pada
teknik di mana peserta didik melakukan lebih banyak aktivitas dan bukan hanya
mendengarkan fasilitator. Peserta didik melakukan beberapa hal termasuk
menemukan, mengolah, dan menerapkan informasi. Pembelajaran aktif diturunkan
dari dua asumsi dasar : (a) pembelajaran dilaksanakan secara alami melalui usaha
secara aktif, dan (b) peserta didik yang beragam belajar dengan gaya belajar yng
beragam pula (Meyers dan Jones, 1993).
Tujuan Active learning dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan
semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat
mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristika pribadi yang
mereka miliki. Di samping itu active learning juga dimaksudkan untuk menjaga
perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran
Prosedur pembelajaran active learning
Penentuan kebutuhan untuk pembelajaran dan peserta didik
Menyusun hasil pembelajaran (secara umum)
Menetapkan tujuan Pembelajaran
10
Merancang aktifitas pembelajaran
Rangkaian aktifitas
Mengawali rencana secara
Meninjau kembali rancangan secara rinci
Mengevaluasi hasil keseluruhan
12
menentukan materi pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan. Di samping itu,
tujuan SDL ialah untuk mendapatkan ketrampilan baru, pengetahuan baru dan sikap
baru yang akan meningkatkan unjuk kerja dari pembelajar. SDL juga dapat dipakai
untuk peningkatan kepribadian, meningkatkan kesehatan, menikmati kesenian atau
untuk meningkatkan kemampuan intelektual.
Bentuk kegiatan/Strategi Setiap peserta didik harus mempunyai logbook yang
dipakai untuk mengatur pembelajarannya. Peserta didik mempelajari dan mengetahui
berbagai tugas, hak, kewajiban mereka serta berbagai pengetahuan dasar yang perlu
dimilikinya. Institusi memberi peluang kepada peserta didik untuk melakukan
pengaturan belajar mandiri (self-regulated learning) yang meliputi: membuat rencana
pembelajaran, monitoring setiap kegiatan belajar dan melakukan evaluasi belajar
secara tertulis dalam logbook. Institusi membantu pembelajar dengan cara:
Mengembangkan motivasi belajar, sikap kritis dan keingintahuan, kemandirian
pembelajar, meningkatkan kreativitas, ketrampilan belajar, dan pengenalan sumber-
sumber belajar
Menyediakan pusat informasi dan fasilitas sumber belajar.
Secara berkala membuat kontrak belajar.
Menyediakan standar penilaian sumatif yang sahih dan reliable.
9. Collabortaive Learning
Collabortaive Learning pada dasarnya merupakan pembelajaran yang
berdasarkan pengalaman peserta didik sebelumnya (prior knowledge) dan dilakukan
secara berkelompok. Oleh karena dilakukan secara berkelompok, maka nuansa
individual tidak terlihat secara nyata. Sharing gagasan dan pengetahuan untuk
meningatkan kualitas pembelajaran bersama merupakan hakekat collaborative
learning. Mutu pembelajaran terletak pada interaksi yang maksimal antarpeserta didik
di dalam kelompoknya. Interakasi tersebut diwujudkan dengan cara bertukar pikiran,
berdebat atau berdiskusi sehingga memperluas wawasan/wacana peserta didik.
Collabortaive learning dilakukan dalam kelompok, seperti halnya pada pembelajaran
kooperatif dan kompetitif, tetapi tidak diarahkan untuk berkompetisi dan tidak
diarahkan hanya pada satu kesepakatan tertentu. Collaborative learning adalah metode
belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antar peserta didik yang didasarkan
pada konsensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok.
Tujuan dari collaborative learning
13
Memperluas perspektif/wacana peserta didik
Mengelola perbedaan dan konflik karena proses berpikir divergen, membangun
kerjasama, toleransi
Belajar menghargai pendapat orang lain, dan
Belajar mengemukakan pendapat.
Adapun Prosedur kegiatan pembelajaran kolaboratif yaitu :
Tenaga pendidik menjelaskan topik yang akan dipelajari
Tenaga pendidik membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 5 orang
Tenaga pendidik membagikan lembar kasus yang terkait dengan topik yang
dipelajari
Tenaga pendidik meminta masing-masing peserta didik membaca kasus / skenario
yang telah dibagikan dan mengerjakan tugas yang terkait dengan persepsi dan
solusi terhadap kasus
Tenaga pendidik meminta para peserta didik mendiskusikan hasil pekerjaannya
dalam kelompok kecil masing-masing
Tenaga pendidik meminta masing-masing kelompok kecil mendiskusikan
kesepakatan kelompok
Tenaga pendidik meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya dan meminta kelompok lain untuk memberikan
tanggapannya
15
Memberikan wahana untuk melakukan evaluasi diri dan benchmarking
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik
Memberikan kesempatan untuk meraih tujuan yang sama dengan cara kerjasama
kelompok dan saling berkompetisi yang menyenangkan semua pihak
Memberikan insight tentang memenangkan kompetisi tanpa mempermalukan
lawan (menang tanpo ngasorake)
Prosedur
1) Pendidik menyampaikan topik/kasus yang akan didiskusikan;topik atau kasus ini
bisa dikerjakan dan diselesaikan dalam kelas, atau bisa dikerjakan di luar kelas
dan selanjutnya didiskusikan dalam kelas.
2) Pendidik membagi kelas dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-7 peserta didik.
3) Pendidik membagikan topik/kasus yang akan didiskusikan disertai dengan
tatacara penilaian aspek kompetisinya, sehingga di akhir diskusi dapat ditentukan
“pemenang” dalam topik/kasus ini.
4) Pendidik meminta semua peserta didik untuk membaca, memahami dan
mengerjakan tugas yang disampaikan tersebut melalui proses diskusi dalam
kelompok kecilnya masing-masing.
5) Pendidik meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok tentang penyelesaian kasus/topik di depan kelas serta kelompok lain
memberikan tanggapannya.
6) Setiap kelompok memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok lainnya
berdasarkan aspek kompetisi yang telah disepakati Bersama
16
untuk memecahkan masalah, membentuk kecerdasan bersama dan mengembangkan
berbagai macam perspektif.
CBL bertujuan untuk :
Melatih siswa belajar secara kontekstual
Mengintegrasikan pengetahuan dengan permasalahan yang ada di dalam kasus
dalam rangka belajar untuk mengambil keputusan secara professional.
Mengenalkan tatacara pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang tepat
atau rasional
Prosedur CBL :
1) Pendidik menyiapkan materi (dalam bentuk kasus) yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik, dan referensi yang sesuai
dengan pokok bahasan
2) Kasus diberikan kepada peserta didik satu minggu sebelum proses jadwal
pelaksanaan pembelajaran
3) Pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok kecil dan / atau diskusi kelas
4) Pendidik mengamati proses diskusi dan bila perlu memberi sentuhan / pengarahan
/ koreksi/ pertanyaan agar diskusi kelompok mencapai sasaran
5) Setiap peserta didik diwajibkan membuat catatan ringkas tentang materi yang
dibahas (Pendidik dapat memberi garis besar tentang apa saja yang perlu dicatat /
dilaporkan oleh peserta didik)
CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Sedangkan Blanchard (Trianto, 2007)
mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi
dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya.
Pembelajaran CTL memiliki tujuh langkah yang mana secara garis besar langkah-
langkah penerapatan CTL dalam kelas itu adalah sebagai berikut.
18
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
a. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan
potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
b. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami
suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
g. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa
padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru
akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa
tadi tidak sama
b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa
yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang
19
kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang
kemampuannya
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus
tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran
ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang
dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu
teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru
hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif
dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.
Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan
untuk menemukan hasil akhir.
Siswa memahami benar bahan pelajarannya, sebab mengalami sendiri proses
menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama untuk diingat.
Menemukan sendiri bisa menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorongnya
untuk melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu
mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi
siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep- konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karna
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori untuk
pemecahan masalah lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan
siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara- cara belajar yang lama.
Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan
yang dikemukakan oleh para siswa.
Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh
siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru
Langkah langkah
21
1. Stimulation (Stimulus)
Menyajikan bahan kajian di awal, contoh berupa potensi daerah setempat yang
berkaitan dengan konsep geografi.
Mencari dan mengumpulkan data tentang potensi daerah setempat dari sumber lain
(internet, observasi atau majalah dll).
5. Verification (Memverivikasi)
6. Generalization (Menyimpulkan)
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/docplayer.info/amp/45925028-Buku-panduan-pelaksanaan-
student-centered-learning-scl-dan-student-teacher-aesthethic-role-sharing-star.html
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://pembelajaran.ppns.ac.id/wp-
content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL-PPNS-
2016.pdf&ved=2ahUKEwjX5MGun5vsAhVkmeYKHdBNBZkQFjABegQICxAB&usg=AOvVaw05QPsd7LOL
vk6oxk53i0yA
http://iklimah999.blogspot.com/2016/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
http://mhdauliarachman.blogspot.com/2015/07/teacher-centered-vs-student-centered.html
22
http://robinys.blogspot.com/2013/06/teacher-centered-learning-tcl-dan.html
https://www.gurugeografi.id/2017/11/langkah-langkah-pembelajaran-discovery.html?m=1
http://bumipendidik.blogspot.com/2014/07/model-pembelajaran-ctl-contextual.html?m=1
23