Anda di halaman 1dari 37

BAB III

SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN


SISTEM INFORMASI

3.1. SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI


DAN DETEKSI MASALAH SISTEM
3.1.1. Siklus Hidup Sistem Informasi
Siklus hidup pengembangan sistem informasi merupakan suatu bentuk
yang digunakan untuk menggambarkan tahapan utama dan langkah-langkah pada
tahapan tersebut dalam proses pengembangan sistem . Siklus hidup pengembangan
sistem informasi menyajikan metodologi atau proses yang diorganisasikan guna
membangun suatu sistem informasi . Dengan demikian dalam membangun sistem
informasi maka sejumlah tugas yang harus diselesaikan.
Suatu pengembangan sistem akan terlalu besar untuk dikerjakan bila
tanpa sistem pengendalian. Pengendalian ini diperlukan terhadap bidang-bidang
seperti fungsi, anggaran, jadwal kegiatan dan kualitas. Untuk menjamin agar suatu
Dsistem dapat dibangun berdasarkan fungsi yang dipersyaratkan, dalam batas
anggaran yang sudah disediakan dan memenuhi jadwal waktu yang telah ditentukan
serta mencapai kualitas yang diinginkan, maka sejumlah titik pengecekan amat
diperlukan, dimana titik pengecekan ini menjamin agar pekerjaan dapat dievaluasi
dan keputusan dapat diambil pada saat yang tepat, dengan kata lain titik pengecekan
merupakan kunci pengendalian di dalam pembangunan atau pengembangan sistem
informasi. Keputusan manajemen dilakukan oleh steering committee atau oleh
seorang manejer senior di dalam lingkup pemakai sistem.
Siklus hidup sistem informasi dimulai dari fase perencanaan, fase
pengembangan (investigasi atau survey, analisa, desain, pembuatan dan implementasi,
pemeliharaan) dan dievaluasi secara terus-menuerus untuk menetapkasn apakah
sistem informasi tersebut masih layak diaplikasikan, jika tidak, sistem informasi
tersebut akan diganti dengan yang baru dan dimulai dari perencanaan kembali. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar yang ada dibawah ini:

Siklus Hidup Sistem Informasi


Siklus Hidup
pengembangan Sistem

Desain

Analisa
Perencanaan Pembuatan Evaluasi

Survei
Implementasi

Manajemen&User Konsultan/EDP Dept

Manajemen & User

Gambar 3.1. Siklus Hidup Sistem Informasi


1. Fase / Tahap Perencanaan
Pada tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
memprioritaskan sestem informasi apa yang akan dikembangkan,
sasaran-sasaran yang ingin dicapai, jangka waktu pelaksanaan serta
mempertimbangkan dana yang tersedia dan siapa yang melaksanakan.
Tahap perencanaan menjadi penting karena:
 Permasalahan yang sebenarnya didefinisikan dan diidentifikasikan
secara rinci.
Misalnya, pada pembangunan SI permasalahan-permasalahan yang
melingkupinya didefinisikan, seperti penciptaan alur data dan informasi
yang efisien, prosedur transaksi dan penyajian informasi secara
komunatif pada layar monitor. Selanjutnya, perlu merumuskan tentang
kasus-kasus bisnis yang ingin diselesaikan dan total investasi TI yang
akan disediakan. Setelah itu,perlu disusun rencana aksi yang konkret
termasuk perencanaan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan, pembangunan
dan penyebarannya
 Pembangunan SI harus diarahkan pada peningkatan keunggulan
kompetitif.
 Perubahan aliran informasi akan terjadi secara besaran-besaran di dalam
organisasi.
 Implementasi teknologi komputer akan membawa dampak bagi tenaga
kerja di dalam organisasi.
Beberapa keuntungan dari Perencanaan SI berbasis komputer, adalah:
 Meningkatkan komunikasi antara manajer, pemakai dan pembuat.
 Meningkatkan efektifitas penggunaan sumber daya organisasi.
 Mendukung komunikasi untuk pertanggungjawaban kegiatan yang
dilakukan oleh individu maupun departemen.
 Mendukung proses evaluasi.
 Memungkinkan para manajer untuk mengelola pembangunan system
jangka panjang.
Untuk pengembangan sistem yang relatif besar, biasanya dibentuk
suatu tim yang terdiri dari manajemen, user, dan staf ahli teknologi
informasi. Tim tersebut ada yang berfungsi sebagai tim pengarah (steering
committee) yang berfungsi untuk menyetujui atau menolak suatu proyek
pengembangan system informasi.
Perencanaan sistem dimulai setelah adanya usulan baik dari intern
maupun ekstern , kemudian dilanjutkan dengan keputusan manajemen.
Bila manajemen menyetujui rencana atau usulan tersebut akan disusun suatu
kerangka acuan kerja dan anggaran. Setalah kerangka acuan kerja dan
anggaran telah ditetapkan, akan ditunjuk konsultan pelaksana (intern atau
ekstern) untuk mengajukan proposal. Proposal ini akan dievaluasi untuk
mengetahui apakah proyek tersebut layak atau tidak untuk dilanjutkan.
a. Usulan
Usulan perubahan sistem dari internal biasanya berisi:
- Adanya permasalahan yang dihadapi sistem yang lama seperti biaya
operasional yang tinggi.
- Pembuatan order yang sering terlambat dan laporan yang tidak up to
date.
- Penyempurnaan terhadap sistem yang ada seperti efisiensi atau kontrol.
b. Keputusan Manajemen
Usulan-usulan tersebut harus mendapat persetujuan dari manajemen karena
menyangkut biaya, perubahan system kerja (uraian kerja dan tanggung
jawab), keamanan data, hubungan dengan pelanggan .
c. Kerangka acuan kerja
Setelah mendapatkan persetujuan dari manajemen, selanjutnya akan
dibentuk tim yang dapat terdiri dari devisi-devisi yang terkait untuk
menyusun kerangka acuan kerja yang menyangkut :
- latar belakang
- Maksud dan tujuan
- Sasaran proyek
- Ruang lingkup pekerjaan
- Jangka waktu pelasanaan
- Prioritas pekerjaan

d. Anggaran (Dana)
Berdasarkan kerangka acuan kerja diatas , disusunlah anggaran / dana untuk
hardware, software, pelatihan SDM, pemeliharaan dan cadangan untuk
keperluan yang tidak terduga.
e. Penunjukan tim pelaksana
Setelah semua kegiatan diatas diketahui, selanjutnya diputuskan apakah
pengembangan sistem informasi akan dilakukan oleh perusahaan atau oleh
pihak konsultan. Setelah menetapkan pelaksana, diminta untuk memasukkan
proposal pelaksanan sistem informasi sesuai dengan kerangka acuan kerja.
Proposal tersebut akan dievaluasi untuk menetapkan apakah proyek tersebut
layak dilaksanakan atau tidak.
f. Menilai kelayakan proyek
Penilaian kelayakan proyek mencakup kelayakan operasional, teknis dan
ekonomis. Dalam praktek, yang dominan dinilai umumnya aspek
ekonomisnya (dana).
 Kelayakan Operasional
Menyangkut apakah secara operasional sistem yang baru dapat
dilaksanankan dengan sumber daya manusia yang tersedia dan metode
training yang ditawarkan, pelayanan purna jual / pemeliharaan serta
efisiensi dan efektifitas system baru.
 Kelayakan Teknis
Menyangjut apakah radware / software yang akan dikembangkan
tersedia, jadwal pelaksanaan serta sistem keamanan data.
 Kelayakan ekonomis
Menyangkut biaya untuk membuat dan menjalankan sistem baru serta
keuntungannya yang akan diperoleh dari sistem tersebut.
2. Tahap Pengembangan Sistem Informasi
Tahap pengembangan sistem informasi disebut juga Siklus Hudup
Pengembangan Sistem Informasi yang tahapannya terdiri dari
enam
langkah. Tahapan-tahapan pekerjaan dalam melaksanakan tidak harus kaku
namun dapat disesuaikan kebutuhan .
Tahapan utama pengembangan sistem informasi adalah sebagai berikut:
 Survei, bertujuan untuk mengetahui ruang lingkup pekerjaan.
 Analisis, bertujuan untuk memahami sistem yang ada, mengidentifikasi
masalah dan mencari solusinya.
 Desain, bertujuan mendesain system baru yang dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi perusahaan.
 Pembuatan, membuat sistem yang baru (hardware dan software).
 Implementasi, bertujuan untuk mengimplementasikan sistem yang
baru.
 Pemeliharaan, bertujuan agar sistem yag dapat berjalan secara optimal.
Penerapan tahapan pengembangan sistem informasi dapat dilakukan
dengan cara yaitu secara berurut (waterfall), iterasi dan spiral.
 Waterfall, Suatu tahapan yang harus diselesaikan terlebih dahulu secara
penuh sebelum meneruskan ke tahapan berikutnya. Dengan tujuan
menghindari terjadinya pegulangan tahapan tersebut. Proses ini lebih
cocok untuk diterapkan dalam pengembangan “mass product”.
 Iterasi/ Spiral, Suatu tahapan yang dilaksanakan dengan memakai tehnik
iteration/ pengulangan dimana suatu proses dilaksanakan secara
berulang-ulang sampai mendapatkan hasil yang diinginkan. Umumnya
proses ini diaplikasikan untuk pembuatan “Tailor Made Product”.
Survei Sistem

Analisa Sistem

Desain Sistem

Pembuatan Sistem

Implementasi Sistem

Pemeliharaan Sistem
Produk

Gambar 3.2. Proses Waterfall/ Staircase

Survei Sistem

Analisa sistem

Desain Sistem

Pembuatan Sistem

Implementasi Sistem

Pemeliharaan sistem
Produk

Gambar 3.3. Iterative

Analisis
Desain
Survei Pemeliharaan

Implementasi
Penbuatan
Produk

Gambar 3.4. Proses Spiral / Incremental

3. Tahap Evaluasi

Evaluasi perlu dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan


pengembangan sistem sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan baik dari
segi waktu, biaya maupun secara teknis. Eavluasi yang dimaksudkan disini
adalah evaluasi yang dilakukan oleh user / manajemen, sedangkan evaluasi
yang dilakukan tim koordinasi / analis bersifat lebih teknis dan sering
disebut dengan walkthrough. Evaluasi (inspeksi) yang dilakukan pada oleh
user / manajemen dimulai saat pengembangan sistem, saat penyerahan dan
saat pengoperasian. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
 Saat Pengembangan, Pada saat pengembangan sistem informasi perlu
dievaluasi apakah sesuai dengan rencana, jadwal dan sebagainya.
Dengan demikian setiap penyimpangan dapat diatasi sedini mungkin.
 Saat Penyerahan, sistem yang telah selesai dikembangkan, perlu dites
( testing penerimaan ) apakah dapat berfungsi sebagai
mana yang diharapkan seperti efisiensi sistem baru, waktu, respon,
kelengkapan informasi yang disajikan dan sebagainya. Setelah semua
di evaluasi, dan system tersebut dinyatakan dapat diterima sebegai bukti
telah selesainya pengembangan sistem tersebut.
 Saat Pengoperasian, Dalam pengoperasian sistem tersebut masih perlu
dievaluasi, tetapi tidak perlu seintensif pada saat pengembangan ataupun
pada saat penyerahan. Evaluasi dapat dilakukan setengah tahun, satu
tahun atau sesuai dengan kebutuhan. Hasil dari proses evaluasi ini
menjadi masukkan bagi manajemen dalam menentukan apakah sistem
yang berjalan harus dipertahankan, diperbaiki (upgrade) atau diganti
dengan yang baru.
3.1.2. Deteksi Masalah Sistem
3.1.2.1. Permasalahan Sistem
Semua sistem informasi akan mempunyai masalah, tanpa memperdulikan
seberapa baiknya system tersebut didesain. Beberapa hal yang menyebabkan sistem
informasi mempunyai masalah, antara lain sebagai berikut:
a. Waktu ( overtime ).
b. Lingkungan system yang berubah
c. Perubahan prosedur operasional
Masalah sistem berhubungan dengan karakterisitik sistem informasi yakni
sebagai berikut:
1. Relevansi ( Relevancy )
Hasil dari system informasi harus dapat digunakan untuk kegiatan manajemen
ditingkat operasional, taktis dan strategic. Jika tidak dapat digunakan, informasi
tersebut layak untuk tidak diperhatikan lagi.
Beberapa gejala dari informasi yang tidak lagi relevan, antara lain sebagai berikut:
 Laporan tidak digunakan oleh pihak yang menerimanya.
 Permintaan informasi tidak tersedia dalam sistem informasi.
 Banyak laporan yang isiya terlalu panjang.
2. Kelengkapan ( Completteness )
Data tidak hanya dimasukkan secara benar, tetapi juga harus lengkap. Apabila
sebuah sistem informasi memiliki 95% keakuratan data, tetapi hanya 80 % dari
kebutuhan informasi, maka sistem akan tidak efektif. Berikut beberapa gejala
ketidaklengkapan yakni antara lain:
 Sebagaian data dikembalikan ke pemakai karena sumber dokumennya atau
isian formulirnya tidak lengkap.
 Bagian pemasukan data menelpon ke pemakai untuk mengklarifikasi data dari
sumber – sumber dokumennya.
3. Kebenaran ( Correcteness )
Kebenaran biasanya dipikir sebagai keakurtan. Semua data dari field harus
dimasukkan secara benar. Berikut gejala dari ketidakbenaran yakni antara lain:
 Total kesalahan transaksi mengalami kenaikan dibandingkan kualitasnya.
 Masalah yang terjadi setelah akhir hari kerja normal mengalami kenaikan.
4. Keamanan ( Security )
Seringkali informasi dikirimkan ke setiap orang yang membutuhkannya.
Pengawasan keamanan adalah struktur pengecekan untuk memutuskan jika
informasi yang sensitive ditujukan kepada pemakai yang tidak sah.
5. Ketepatan Waktu ( Timelines )
Beberapa gejala yang menunjukkan masalah ketepatan waktu diantaranya sebagai
berikut:
 Tumpukan pemasukan data mengalami kenaikan.
 Banyaknya keluhan dari pemakai tentang kesulitan dalam menghubungi staf
pemeliharaan program dan staf operasinya.
 Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki kesalahan program mengalami
kenaikan.
6. Ekonomi ( Economy )
Biaya sistem informasi akan mengalami kenaikan sesuai dengan berjalannya
waktu. Meskipun ada beberapa biaya yang mengalami penurunan, dan sebagian
akan naik. Banyak hal yang menunjukkan kenaikan biaya seperti konsultan
pemeliharaan hardware dan software dan lainnya.
7. Efisiensi ( Eficiency )
Efisiensi adalah beberapa banyak produksi meningkat karena tambahan unit
sumber daya dalam proses produksinya. Berikut beberapa rasio yang dapat
dihitung dan dianalisis yaitu antara lain:
 Keluaran / nilai uang
 Transaksi tanpa kesalahan / waktu
 Biaya kertas / transaksi
8. Kegunaan ( Usabilitiy )
Beberapa gejala yang menunjukkan sedikit kegunaan ( poor usability syste),
antara lain :
 Lamanya waktu pelatihan bagi pemakai pemula.
 Tingginya rata- rata kesalahan yang terjadi.
 Naiknya kemangkiran dari sebagian pemakai computer
9. Dapat Dipercaya ( Reliability )
Sebuah indikator penting dari sistem informasi adalah dengan memperhatikan
masalah reliabilitasnya. Beberapa gejala tentang masalah reliabililtasnya antara
lain sebagai berikut:
 Biaya, yaitu tingginya varian rata – rata biaya setiap bulannya.
 Tumpukan transaksi, yaitu jumlah transaksi yang tertunda atau ditolak.
 Rata – rata kesalahan, yaitu rata – rata kesalahan yang tidak dapat diprediksi,
sehingga perlu menguranginya.
3.1.2.2. Information System Backlog
Tumpukan pemasukan data adalah sebuah kondisi di mana transaksi yang
dating tidak langsung dimasukan ( posted ) ke record pada awal hari kerja berikutnya.
Tujuan utama dari sistem informasi bisnis adalah menyimpan sumber daya , sehingga
kegagalan memperbaruhi sumber daya record adalah sebuah masalah sistem yang
serius.
Sebagai analis adalah penting untuk mengetahui apa yang menyebabkan
terjadi tumpukan ( backlog ) dan masalah – masalah yang menyebabkan sistem
backlogs. Berikut ini dikemukakan lima alasan mengapa sebuah tumpukan masalah
sistem informasi dapat terjadi yaitu antara lain:
a. Volume transaksi mengalami kenaikan.
b. Penurunan kerja.
c. Pergantian karyawan yang tinggi.
d. System downtime.
e.Transaction variances.
Beberapa masalah backlogs menyebabkan beberapa kekacauan yakni
menumpuknya record – record, kenaikan rata – rata kesalahan, kenaikan biaya, dan
kenaikan pergantian karyawan.
3.1.2.3. Laporan Awal Masalah
Banyaknya catatan – catatan ( logs ) masalah – masalah laporan dapat
digunakan oleh system analis untuk study awal ( preliminary study ). Untuk menjamin
perhatian lebih lanjut dan perhatian apa saja yang perlu untuk dilakukan. Analis
menyiapkan sebuah laporan awal masalah yang mencakup empat elemen sebagai
berikut:
a. Source, dari mana sumber masalah informasi berasal.
b. Nature, sebuah deskripsi singkat tentang sumber masalah.
c. Detailed analisis, Pengembangan secara teknis dari masalah ( problem nature ).
d. Recommendation, sejauh mana solusi dari masalah akan dikembangkan.

3.2. TINJAUAN UMUM PENGEMBANGAN SISTEM


Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru
untuk mengantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki
sistem yang telah ada. Sistem yang lama perlu diperbaiki oleh karena beberapa hal
yaitu antara lain:
1. Munculnya problem pada sistem yang lama
Permasalahan yang timbul dapat berupa:
 Ketidakberesan pada sistem yang menyebabkan sistem tidak dapat
beroperasi sesuai dengan harapan. Ketidakberesan ini dapat berupa:
- Kecurangan-kecurangan disengaja yang menyebabkan tidak amannya
harta kekayaan perusahaan dan kebenaran dari data menjadi kurang
terjamin.
- Kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja yang menyebabkan
kebenaran dari data kurang terjamin.
- Tidak efisiennya operasi.
- Tidak ditaatinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.
 Pertumbuhan dalam kebutuhan organisasi yang menyebabkan sebuah
system baru yang harus disusun. Kebutuhan organisasi diantaranya
adalah pada informasi yang semakin luas sehingga volume pengolahan
data menjadi semakin meningkat.
2. Untuk meraih kesempatan
Teknologi berkembang degan cepat sihingga organisasi mulai merasakan
bahwa teknologi informasi perlu digunakan untuk meningkatkan penyediaan
informasi agar dapat meningkatkan penyediaan informasi
agar dapat mendukung proses pengambilan keputusan yang akan
dilakukan oleh manjemen.
3. Adanya instruksi-instruksi(derectives)
Sistem baru dibuat karena adanya suatu instruksi dari pimpinan ataupun
kekuatan dari luar organisasi, misalnya peraturan pemerintah. Jadi sistem
baru dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang timbul, agar
dapat meraih kesempatan atau untuk memenuhi instruksi yang diberikan.
Karena adanya permasalahan, kesempatan atau instruksi, maka sistem yang
baru perlu dikembangkan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan
yang timbul, dikembangakan untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan yang timbul, meraih kesempatan-kesempatan
yang ada atau memenuhi instruksi yang diberikan. Berikut ini dapat
digunakan sebagai indikator adanya permasalahan-permasalahan dan
kesempatan-kesempatan yang dapat diraih, sehingga menyebabkan sistem
yang lama harus diperbaiki, ditingkatkan bahkan diganti keseluruhannya.
Indikator-indikator ini diantaranya adalah sebagai berikut:
 Keluhan dari langganan
 Pengiriman barang yang sering tertunda
 Pembayaran gaji yang terlambat
 Laporan yang tidak tepat waktu
 Isi laporan yang salah
 Tanggung jawab yang tidak jelas
 Waktu kerja yang berlebihan
 Ketidakberesan kas
 Produktivitas tenaga kerja yang rendah
 Banyaknya pekerja yang menganggur
 Kegiatan yang tumpang tindih
 Tanggapan yang lambat terhadap langganan
 Biaya operasi yang tinggi
 Persedian barang yang terlalu tinggi
 Keluhan dari supplier karena tertundaya pembayaran.
 Bertumpuknya back – order (tertundanya pengiriman karena kurangnya
persediaan barang)
 Investasi yang tidak efisien
 Peramalan penjualan dan produksi tidak tipat
Karena adanya permasalahan, kesempatan atau instruksi, maka sistem
yang baru perlu dikembangkan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang
timbul, meraih kesempatan-kesempatan yang ada atau memenuhi instruksi yang
diberikan.

Sistem
Yang ada

Permasalahan
Kesempatan
Instruksi

Pengembangan
Sistem

Memecahkan masalah
Meraih kesempatan
Memenuhi instruksi

Sistem
Yang baru
Gambar 3.5. Contoh perlunya pengembangan sistem
Dengan telah dikembangkan sistem yang baru, maka diharapkan akan
terjadi peningkatan-peningkatan ini berhubungan dengan PIECES yaitu:
 Performance ( Kinerja )
Yaitu peningkatan terhadap kinerja (hasil kerja) sistem yang baru
sehingga menjadi lebih efektif. Dimana kinerja dapat diukur dari
Throughput dan respon time. Throughput adalah jumlah dari pekerjaan
yang dapat dilakukan suatu saat tertentu. Sedangkan Respon time adalah
rata-rata waktu yang tertunda diantara dua transaksi atau pekerjaan
ditambah dengan response untuk menanggapi pekerjaan tersebut.

 Information ( Informasi )
Yaitu peningkatan terhadap kualitas informasi yang disajikan.
 Economy ( Ekonomis)
Yaitu penigkatan terhadap manfaat-manfaat atau
keuntungan-keuntungan atau penurunan –penurunan biaya yang terjadi.
Ekonomi berhubungan degan jumlah sumber daya yang digunakan.
 Control ( Pengendalian )
Yaitu peningkatan terhadap pengendalian untuk mendeteksi dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kecurangan yang dan akan
terjadi.
 Efficiency ( Efesiensi )
Yaitu peningkatan terhadap efisiensi operasi, dimana berhubungan
dengan bagaimana sumber daya tersebut digunakan dengan pemborosan
yang paling minimum. Efisiensi dapat diukur dari outputnya dibagi
dengan inputnya.
 Service ( Pelayanan )
Yaitu peningkatan terhadap pelayanan yang diberikan oleh sistem.
Proses Pembangunan atau pengembangan sistem informasi mulai dari
konsep sampai dengan implementasinya disebut dengan istilah System
Development Life Cycle (SDLC).
3.2.1. Sytem Development Life Cycle ( SDLC )
Daur hidup pengembangan system / SDLC berfungsi untuk
menggambarkan tahapan –tahapan utama dan langkah – langkah dari setiap tahapan
yang secara garis besar terbagi dalam tiga kegiatan yaitu sebagi berikut:
1. Analisis
Tahapan analisis digunakan oleh analis sistem untuk membuat keputusan. Apabila
sistem saat ini mempunyai masalah atau sudah tidak berfungsi secara baik, dan
hasil analisisnya digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki sistem. Seorang
analis perlu mengetahui dasar untuk mengetahui ruang lingkup pekerjaan yang
akan ditanganinya, perlu memahami sistem yang sedang berjalan saat ini, dan
dapat melakukan identifikasi terhadap masalah yang muncul dan mencari
solusinya dengan professional.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap analisis iniadalah sebagai berikut:
a. Deteksi masalah ( Problem Detection ).
b. Penelitian / investigasi awal ( Initial Investigation ).
c. Analisa kebutuhan system ( Requrement Analysis)
d. Mensortir Kebutuhan Sistem ( Generation of System Alternatives)
e. Memilih system yang baik ( Selection of Proper System )
2. Perancangan / Desain
Tahapan perancangan atau design memiliki tujuan untuk mendesign sistem baru
yang dapat menyelesaikan masalah – masalah yang dihadapi perusahaan yang
diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik. Kegiatan yang dilakukan
dalam tahap perancangan ini meliputi perancangan output, input dan file.
a. Perancangan Keluaran
Perancangan keluaran bertujuan menentukan keluaran – keluaran yang akan
digunakan oleh sistem. Keluaran tersebut berupa tampilan – tampilan layer,
dan juga format dan frekuensi laporan yang diperlukan.
b. Perancangan Masukan
Perancangan masukan bertujuan untuk menetukan data – data masukan, yang
akaan digunakan untuk mengoperasikan sistem. Data – data masukan tersebut
dapat berupa formulir – formulir, faktur, dan lain – lain yang berfungsi
memberikan data masukan bagi pemrosesan sistem. Pada tahapan ini juga
perlu ditentukan format data masukan agar sesuai dengan kebutuhan sistem.
c. Perancangan File
Perancangan file masuk dalam bahagian perancangan basis data yang diawali
dengan merancang diagram hubungan antara entitas ( bisa dengan
menggunakan ERD). Setelah itu melakukan uji normalisasi dari 1-NF sampai
dengan 5-NF, minimal sampai ke bentuk normalisasi ke- 3 ( 3-NF). Seluruh
file yang telah lulus uji normalisasi yang harus dibuatkan spesifikasi datanya.
3. Implementation
Tahap implementasi memiliki beberapa tujuan yaitu untuk melakukan kegiatan
spesifikasi rancangan logical ke dalam kegiatan yang sebenrnya dari sistem
informasi yang akan dibangunnya atau dikembangkannya, lalu
mengimplementasikan sistem yang baru tersebut ke dalam salah satu bahasa
pemrograman yang paling sesuai. Pada tahap ini juga harus dijamin bahwa sistem
yang baru dapat berjalan secara optimal. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
implementasi ini adalah pembuatan program dan test data, pelatihan dan
penggantian system.
Ada 2 aspek penting di dalam proses pembangunan / pengembangan
sistem informasi yaitu:
1. Data tentang masalah-masalah yang ada saat itu
2. Data tentang kemungkinan penyelesaian untuk masalah-masalah tersebut
diatas.
data tentang Metodologi
kemungkinan penyusunan
Penyelesaian sistem
Data tentang
masalah-masalah

Peralatan dan
Teknik-teknik Penyusunan
Penyusunan sistem system:
Menyelesaikan
masalah
Sistem
informasi

Penyelesaian:
Sistem baru
atau
Deliverable:
Sistem yang diperbaiki
Dokumentasi Sistem

Gambar 3.6. Mengisyaratkan Tujuan Penyusunan Sistem


Tujuan utama dari pembangunan / pengembangan sistem informasi adalah
sebagai berikut:
1. Menyusun sistem informasi yang memenuhi kebutuhan informasi organisasi dan
kebutuhan dari fungsi operasi organisasi.
2. Menyusun sistem informasi dengan cara yang efisien dan efektif.
3. Mengorganisasikan suatu sistem informasi yang baru yang dapat menangani
semua problem yang terjadi di dalam organisasi.
Adapun tahap- tahap pembentukan sistem informasi adalah sebagai berikut:
1. Membangun system pemrosesan transaksi melalui pembangunan
kantor elektronik seoptimal mungkin.
Artinya perusahaan harus mampu mendorong terciptanya otomatisasi dan
komputerisasi, khususnya prosedur-prosedur rutin dan data transaksi agar
semua data dapat disimpan dalam sistem database perusahaan.
2. Membangun SIM berbasis jaringan komputer.
Yang akan mengolah database perusahaan, menghasilkan laporan-laporan
dan grafik-grafik serta mendistribusikannya kepada pihak-pihak pengambil
keputusan di dalam perusahaan dengan tepat waktu dan akurat. SIM ini akan
menyehatkan aliran informasi di dalam perusahaan, karena semua lini
manajemen dapat memperoleh aliran inforamsi secara langsung dan
otomatis.
3. Membangun system pendukung keputusan (SPK)
Untuk mengolah database yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu para pemimpin dalam menemukan alternatif-alternatif keputusan
manajerial.
4. Mengembangkan system informasi yang bersifat lintas platform
Yaitu sistem informasi yang mampu menjebatani perbedaan antar platform
SI bisnis yang akan bergabung satu sama lain. Perbedaan
platform tersebut meliputi hal teknis seperti perbedaan sistem
operasi, pewaktuan, mata uang dan apliaksi-aplikasi yang digunakan
oleh penjual dan pembeli.
3.2.2. Pendekatan Pengembangan Sistem
Pendekatan pengembangan sistem informasi merupakan suatu filsafat
atau persepsi tentang struktur yang mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dan
operasi-operasi dalam suatu organisasi atau system dengan cara yang efisien dan
efektif. Menurut pendapat seorang pakar atau ahli system, dalam pendekatan
pengembangan sistem informasi terdapat 3 (tiga) konsepsi penting yaitu sebagai
berikut:
1. Falsafah keistimewaan ( system philosophy ), yaitu cara berfikir
mengenai fenomena menurut totalitas yang terdiri dari bagian-bagian yang
saling mengadakan interaksi.
2. Pembinaan kesisteman ( system management) , yaitu cara mendesain
atau merancang dan mengimplementasikan organisasi sebagai sistem
dengan cara menggambarkannya sebagai hubungan input-proses-output.
3. Analisis kesisteman ( system analysis ), yaitu teknik dalam pemecahan
masalah yang timbul untuk memperoleh suatu efiseinsi dan ekonomis.
Pendekatan sistem informasi mempunyai ciri-ciri pokok dalam teori
kesisitemannya, yaitu sebagai berikut:
1. Output yang terbaik dari setiap bagian sistem dan yang kemudian dapat
diukur secra relatif terhadap tujuan sistem, apabila dipadukan belum tentu
meghasilkan output terbaik dari sistem tersebut.
2. Hal tersebut diatas adalah akibat dari kenyataan bahwa jumlah output pada
bagian-bagian sistem pada umumnya tidak sama dengan output sestem
secara keseluruhan.
3. Jadi secara korelatif, apabila suatu sistem bekerja dengan baik, maka pada
umumnya ada kemungkinan bagian dari masing-masing sistem tidak
memberikan output yang maksimum.
4. Output sistem secara keseluruhan tergantung pada posisi bagian system
dan bagaimana bagian-bagian tersebut saling berinteraksi.
Pendekatan pengembangan sistem digunakan baik untuk pemecahan
masalah maupun untuk pengembangan sistem informasi. Ada beberapa petunjuk yang
dapat diterapkan untuk memanfaatkan pendekatan pengembangan sistem tersebut
yaitu sebagai berikut:
1. Integrasi
Bermacam-macam subsistem dari suatu sistem harus diintegrasikan
dengan cara sedemikian rupa untuk mendapatkan keuntungan dari antar
hubungan dan hal yang saling bergantung antar masing-masing unsur.
2. Komunikasi
Saluran komunikasi harus lebih selalu terbuka diantara
subsistem-subsistem.
3. Metode Ilmiah
Harus diterapkan metode ilmiah dengan menggunakan bermacam-macam
teknik ilmu manajemen.

4. Berorientasi keputusan
Untuk menjadikan fungsi perencanaan dan pengawasan lebih efektif, maka
mungkin dapat dikembangkan pengambilan keputusan yang dapat
diprogram.
5. Teknologi
Dimana seorang analisis sistem harus menggunakan teknologi modern
untuk membantu pelaksanaan teknik-teknik yang timbul dari ke-4 petunjuk
di atas.
Terdapat Beberapa pendekatan utnuk mengembangkan sistem, yaitu
sebagai berikut:
1. Pendekatan Klasik Lawan Pendekatan Terstruktur
Pendekatan klasik (crussical approach) merupakan lawan dari pendekatan
terstruktur (structured approach). Metode pendekatan klasik
mengembangkan system dengan mengikuti tahapan-tahapan di system life
cycle. Pendekatan ini terdiri dari dua jenis yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan Klasik
Ciri-ciri:
 Pendekatan klasik (crussical approach) disebut juga dengan
pendekatan tradisional atau pendekatan konvensional adalah
pendekatan di dalamam pengembangan sistem yang mengikuti
tahapan-tahapan di system life cycle tanpa dibekali alat-alat dan
teknik-teknik yang memadai.
 Permasalahan-permasalahan yang dapat timbul di pendekatan
klasik adalah:
- Pengembangan perangkat lunak akan menjadi sulit
Pendekatan klasik kurang memberikan alat-alat dan
teknik-teknik di dalam mengembangkan sistem dan sebagai
akibatanya proses perangkat lunak menjadi tidak terarah dan
sulit untuk dikerjakan oleh pemrogram.
- Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem akan menjadi lebih
mahal.Biaya pengembangan sistem yang termahal adalah
terletak ditahap perawatannya.
- Kemungkinan kesalahan system besar.
Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara
untuk melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan
kesalahan-kesalahan system akan menjadi lebih besar.
- Keberhasilan sistem kurang terjamin
Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari
personil-personil pengembang sistem, bukan pada pemakai
sistem, padahal sekarang sudah disadari bahwa dukungan dan
pemahaman dari pemakai sistem terhadap sistem yang sedang
dikembangkan merupakan hal yang vital untuk keberhasilan
proyek pengembangan sistem.
- Masalah dalam penerapan sistem
Karena kurangnya keterlibatan pemakai sistem dalam tahapan
pengembangan sstem, maka pemakai sistem hanya akan
mengenal sistem yang baru pada tahap diterapkannya saja .
Sebagai akibatnya pemakai sistem akan menajadi kaget dan
tidak terbiasa dengan system yang baru yang tiba-tiba
dikenalkan. Dan sebagai akibat lebih lanjut, pemakai sistem
akan menjadi lebih frustasi karena tidak dapat mengoperasikan
sistem dengan baik.
b. Pendekatan Tersturktur
Ciri-ciri:
 Pendekatan terstruktur dimulai pada tahun 1970, dimana
pendekatan ini dilengkapi dengan alat-alat (tools) dan teknik-teknik
(techniques) yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem.
 Di pendekatan terstruktur , pengembangan sistem dilakukan dalam
bentuk modul-modul yang terstruktur, dimana modul-modul ini
akan lebih mudah dites secara terpisah dan kemudian pengetesan
dapat dilakukan pada integrasi semua modul untuk menyakinkan
bahwa interaksi antar modul telah berfungsi semestinya.
 Melalui pendekatan terstruktur, permasalahan-permasalahan yang
kompleks di organisasi akan dapat dipecahkan dan hasil dari sistem
akan mudah untuk dipelihara, fleksibel, lebih memuaskan
pemakainya , mempunyai dokumentasi yang baik dan tepat pada
waktunya sesuai dengan anggaran biaya pengembangannya serta
dapat meningkatkan produktivitas dan kualitasnya akan lebih baik.
2. Pendekatan Sepotong Lawan Pendekatan Sistem
a. Pendekatan Sepotong
Ciri-ciri:
 Pendekatan sepotong (piencemeal approach) merupakan
pendekatan pengembangan sistem yang menekankan pada suatu
kegiatan atau aplikasi tertentu saja.
 Pada pendekatan ini, kegiatan atau aplikasi yang dipilih
dikembangkan tanpa memperhatikan posisinya di sistem informasi
atau tanpa memperhatikan sasaran keseluruhan dari organisasi.
 Pendekatan ini hanya memperhatikan sasaran dari kegiatan atau
aplikasi itu saja.
b. Pendekatan sistem
Ciri-ciri:
 Pendekatan sistem (system approach) merupakan sistem yang
memperhatikan sistem informasi sebagai satu kesatuan terintegrasi
untuk masing-masing kegiatan aplikasinya.
 Pendekatan sistem ini menekankan pada pencapaian sasaran secara
keseluruhan dari organisasi, tidak hanya menekankan pada sasaran
dari informasi itu saja.
3. Pendekatan Bawah-Naik Lawan Pendekatan Atas-Turun
a. Pendekatan Bawah-Naik
Ciri-ciri:
 Pendekatan bawah-naik ( bottom-up approach) merupakan
pendekatan yang dimulai dari level bawah organisasi, yaitu level
operasional dimana transaksi dilakukan.
 Pendekatan ini dimulai dari perumusan kebutuhan-kebutuhan
untuk mencapai transaksi dan naik ke level atas dengan
merumuskan kebutuhan informasi berdasarkan transaksi tersebut.
 Pendekatan ini merupakan ciri-ciri dari pendekatan klasik.
 Pendekatan bawah-naik bila dipergunakan pada tahap analisis
sistem disebut juga denga istilah data anlisis, karena yang menjadi
tekanan adalah data yang akan diolah terlebih dahulu, informasi
yang akan dihasilkan menyusul mengikuti datanya.
b. Pendekatan Atas-Turun
Ciri-ciri:
 Pendekatan atas-turun (top-down approach) merupakan
pendekatan yang dimulai dari level atas organisasi yaitu, level
perencanaan strategi.
 Pendekatan ini dimulai dengan mendefinisikan sasaran dan
kebijaksanaan organisasi.
 Langkah selanjutnya dari pendekatan ini adalah dilakukannya
analisis kebutuhan informasi. Setelah kebutuhan informasi
ditentukan maka proses turun ke pemrosesan transaksi yaitu
penentuan output, input, basis data, prosedur-prosedur operasi
dan kontrol.
 Pendekatan ini merupakan ciri-ciri dari pendekatan terstruktur.
 Pendektan atas-turun bila digunakan pada tahap analisis disebut
dengan istilah decision analisis, karena menjadi tekanan adalah
informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh
menajemen terlebih dahulu, kemudian data yang perlu diolah
didefinisikan menyusul mengikuti informasi yang dibutuhkan.
4. Pendekatan Sistem-Menyeluruh Lawan Pendekatan Moduler
a. Pendekatan Sistem Menyeluruh
Ciri-ciri:
 Pendekatan Sistem Menyeluruh (total-system approach)
merupakan pendekatan yang mengembangkan sistem serentak
secara menyeluruh.
 Pendekatan ini kurang mengena untuk sistem uang komplek,
karena akan menjadi sulit untuk dikembangkan.
 Pendekatan ini merupakan ciri-ciri dari pendekatan klasik.
b. Pendekatan Moduler
Ciri-ciri:
 Pendekatan Moduler (modular approach) merupakan pendekatan
yang berusaha memecah sistem yang rumit menjadi beberapa
bagian atau modul yang sederhana, sehingga sistem akan lebih
mudah untuk dipahami dan dikembangkan.
Sehingga sistem akan dapat dikembangkan tepat pada waktu yang
telah direncanakan, mudah dipahami oleh pemakai sistem dan
mudah dipelihara.
 Pendekatan ini merupakan ciri-ciri dari pendekatan terstruktur.

5. Pendekatan Lompatan-Jauh Lawan Pendekatan Berkembang


a. Pendekatan lompat-jauh
Ciri-ciri:
 Pendekatan lompat-jauh (great loop approach) merupakan
pendekatan yang menerapkan perubahan menyeluruh secara
serentak dengan menggunakan teknologi canggih.
 Perubahan pada pendekatan ini banyak mengandung resiko, karena
teknologi komputer begitu cepat berkembang dan untuk
tahun-tahun mendatang sudah menjadi usang.
 Pendekatan ini terlalu mahal, karena memerlukan investasi seketika
untuk semua teknologi yang digunakan.
 Pendekatan ini sulit dikembangkan karena terlalu komplek.
b. Pendekatan Berkembang
Ciri-ciri:
 Pendekatan berkembang (evolutionary system) merupakan suatu
pendekatan yang menerapkan teknologi canggih hanya untuk
aplikasi-aplikasi yang memerlukan saja pada saat itu dan akan terus
dikembangkan untuk periode-periode berikutnya mengikuti
kebutuhannya sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada.
 Pendekatan berkembang menyebabkan investasi tidak terlalu mahal
dan dapat mengikuti perkembangan teknologi yang cepat sehingga
teknologi yang digunakan tidak cepat menjadi usang.
3.2.3. Prinsip Pengembangan Sistem

Ada banyak alasan mengapa organisasi gagal mencapai tujuan-tujuan


penyusunan atau pembangunan atau pengembangan sistem informasi , yaitu antara
lain:
1. Kekurangan dukungan dari manajemen dalam penyusunan sistem
informasi.
Banyak manejer senior mengabaikan keberadaan sumber daya sistem
informasi yang tersedia, atau organisasi tidak mempunyai komite pengarah
sistem informasi. Jika ada komite pengarah sistem infomasi tersebut
berada dalam tidak formal sehingga komite pengarah tidak dapat bekerja
secara efisien dan efektif. Jika ada rencana strategis sistem informasi
tersebut tidak berhubungan dengan rencana strategis jangka panjang
organisasi.
2. Perubahan Kebutuhan pemakai
Sementara manajemen tingkat atas menjadi semakin kompleks,
manejer-manejer senior menuntut sistem informasi untuk memberikan
keuntungan kompetitif strategis. Semakin strategis nilai sebuah sistem
informasi, semakin besar resiko kegagalan mencapai tujuan-tujuan system
informasi tersebut.
3. Kehadiran Teknologi Baru
Ketika organisasi menggunakan teknologi yang ada, organisasi dapat
dengan lebih mudah mencapai tujuan-tujuan penyusunan atau
pengembangan sistem, karena personel-personel telah menguasai
teknologi tersebut. Sebaliknya, ketika organisasi berusaha membuat
keuntungan kompetitif dengan menggunakan teknologi yang baru atau
yang lebih canggih, organisasi tidak dapat dengan mudah mencapai
tujuan-tujuan penyusunan sistem, karena personel-personel tidak
menguasai penggunaan teknologi tersebut.
4. Kekurangan Standard Metodologi Pengembangan Sistem
Beberapa organisasi tidak mempunyai standard metodologi pengembangan
sistem. Jika ada, maka organisasi tidak menjaga ke-up-to-date-an manual
standard metodologi pengembangan sistem.
5. Kelebihan Beban Kerja atau Kekurangan keahlian untuk Personel
Personel dalam Pengembangan Sistem
Sebuah survey memperkirakan bahwa personel-personel dalam tim
pengembangan sistem menghadapi keterlambatan dalam pengembangan
sistem mulai dari enam bulan samapi dengan lima tahun . Selain dari
kelebihan beban kerja, personel-personel dalam tim pengembangan sistem
sering mengalai kekurangan keahlian, karena organisasi tersebut tidak
mempunyai rencana training
Oleh karena itu sewaktu akan membangun atau mengembangkan suatu
sistem informasi, ada beberapa prinsip yang tidak boleh dilupakan. Prinsip – prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen
Setelah sistem selesai dikembangkan, maka yang akan menggunakan
informasi dari sistem ini adalah manajemen sehingga sistem harus dapat
memenuhi kebutuhan manajemen.
2. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar
Sistem informasi yang akan dikembangkan membutuhkan dana modal
yang tidak sedikit, apalagi dengan digunakannya teknologi yang mutakhir.
Sistem yang dikembangkan ini merupakan investasi modal yang besar.
Maka setiap investasi modal harus mempertimbangkan 2 hal yaitu:
 Semua alternatif yang ada harus diinvestigasi
 Investasi yang terbaik harus bernilai
3. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik
Manusialah yang berperan atas keberhasilan suatu sistem, baik dalam
proses pengembangan, penerapan maupun dalam operasinya. Oleh karena
itu orang yang terlibat dalam pengembangan maupun penggunaan sistem
harus merupakan orang yang terdidik dan menguasai segala permasalahan
yang ada dan mempunyai solusi akan apa yang akan dilakukan.
4. Tahapan kerja dan tugas yang dilakuakn dalam pengembangan
sistem
Proses pengembangan sistem umumnya melibatkan beberapa tahapan
kerja dan melibatkan beberpa personil daalm bentuk suatu tim untuk
mengerjakannya.

5. Proses pengembangan system tidak harus urut


Tahapan kerja pengembangan sistem merupakan langkah-langkah yang
harus dilakukan dan langkah ini dapat saja tidak berurutan, tetapi dapat
dilakukan secara bersama-sama. Misalnya di dalam pengembangan sistem,
perancangan output merupakan tahap yang harus dilakukan sebelum
melakukan perancangan file. Ini tidak berarti bahwa semua output harus
dirancang semuanya terlebih dahulu dan baru dapat melaksanakan
perancangan file, tetapi dapat dilakukan secara serentak. Sewaktu
proses perancangan output dilakukan , hasil
perancangan output yang telah selesai dapat dipergunakan untuk
perancangan file.
6. Takut membatalkan proyek
Pada umumnya merupakan pantangan untuk membatalkan proyek yang
sedang berjalan. Keputusan untuk meneruskan atau membatalkan suatu
proyek memang harus didasarkan evaluasi yang cermat. Untuk kasus
tertentu dimana proyek terpaksa dibatalkan atau dihentikan karena sudah
tidak layak lagi, maka pemabatalan itu harus dilakukan dengan tegas.
7. Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem
Kegagalan untuk membuat suatu dokumentasi kerja merupakan salah satu
hal yang sering terjadi dan merupakan kesalahan kritis yang dibuat oleh
analisis sistem.
3.2.4. Mengontrol Penyusunan Sistem
Selain itu di dalam menghadapi masalah-masalah untuk mengantisipasi
resiko kegagalan sistem dalam proses pengembangan sistem, ada beberapa rencana
kontrol yang bisa dilakukan yaitu :
1. Menggunakan metodologi pengembangan sistem yang standard dan
terdokumentasi dengan baik.
Metodologi pengembangan sistem mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
 Menggunakan kegiatan-kegiatan standard untuk melakukan proyek
pengembangan sistem.
 Membagi proyek pengembangan sistem ke dalam proses-proses yang
dapat diidentifikasi, dimana masing-masing proses mempunyai titik
awal dan titik akhir.
 Melakukan proses-proses tertentu tidak peduli macam peralatan dan
teknik-teknik yang digunakan.
2. Menggunakan peralatan manajemen proyek untuk merencanakan,
mengkoordinasi dan mengamati proyek pengembangan sistem.
3. Membuat laporan-laporan dan dokumen yang lain secara periodik untuk
membuat personil-personil dalam tim pengembangan sistem bertanggung
jwab terhaap pelaksanaan tugas-tugas mereka.
4. Mengajak pemakai (user), manejer dan ouditor untuk berpartisipasi dalam
proyek pembangunan system.
5. Menguji sistem secara menyeluruh sebelum mengimplementasikannya
untuk memastikan bahwa sistem informasi tersebut sudah memenuhi
kebutuhan pemakai.
6. Menyusun kontrol untuk melakukan perubahan program secara formal guna
mencegah terjadinya perubahan yang tidak sah.
7. Melakukan pemeriksaan setelah dilakukan implementasi secara menyeluruh
guna memeriksa efisiensi dan efektivitas sistem baru dan untuk
pengembangan sistem selanjutnya.
3.2.5. Metodologi Pengembangan Sistem

Metodologi adalah kesatuan, metode-metode, prosedur-prosedur,


konsep-konsep pekerjaan, aturan-aturan yang digunakan oleh suatu ilmu
pengetahuan , seni atau disiplin yang lain. Sedangkan metode adalah suatu cara,
teknik sistematis untuk mengerjakan sesuatu. Dengan demikian metodologi
pengembangan system adalah metode-metode, prosedur-prosedur, konsep-konsep
pekerjaan dan aturan-aturan untuk mengembangkan suatu sistem informasi.
Jenis-jenis Metodologi pengembangan sistem yaitu sebagai berikut:

1. Metodologi Berorientasi Keluaran


Metodologi ini disebut dengan metodologi tradisional, diperkenalkan
sekitar tahun 1960 dengan memberikan tahapan dalam pengembangan
sistem tanpa dibekali dengan teknik dan piranti yang memadai, Seperti
cara menganalisis, menggambarkan sistem, sehingga sering juga disebut
metodologi System Development Life cycle (SDLC). Fokus utama
metodologi ini adalah pada keluaran / output seperti laporan penjualan,
laporan pembelian, dan lain sebagainya seperti pada gambar yang ada
dibawah ini:

Kartu
Stock Pengembangan
Laporan Sistem Informasi
Pembelian Faktur
Penjualan
Kartu (Narasi)
Stock

Gambar 3.7. Output yang berupa narasi dapat menimbulkan


persepsi yang berbeda

2. Metodologi Berorientasi Proses


Metodologi ini disebut juga dengan metodologi struktur analisis dan
desain, diperkenalkan sekitar tahun 1970 dan masih mendominasi
pengembangan sistem sampai saat ini. Metodologi ini dilengkapi dengan
alat (tool) dan teknik-teknik yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem,
khususnya pemrograman tersetruktur atau modular. Bebera alat yang
digunakan antara lain data flow diagram (DFD), bagan struktur dan kamus
data. Fokus utama metodologi ini memakai data flow diagram seperti
tampak pada gambar dibawah ini:

Prose Pengembangan
s Sistem Informasi
Prose
Prose Prose (Diagram Arus
Data)

Gambar 3.8. Titik berat ada proses

3. Metodologi Berorientasi Data


Metodologi ini disebut juga disebut model informasi , diperkenalkan
sekitar tahun 1880 dengan semakin banyaknya perusahaan yang
menggunakan Relational Database Management System. Alat
yang digunakan untuk membuat model adalah Entity Relational
Diagram (ERD). Fokus utama metodologi ini adalah data, di mana dunia
nyata digambarkan dalam bentuk entitas , atribut data serta hubungan antar
data tersebut, seperti tampak pada gambar yang ada dibawah ini:

Pengembangan
Data Sistem Informasi
Data
Data Data (Diagram
Hubungan Entitas)

Gambar 3.9. Data sebagai fokus Nama

4. Metodologi Berorientasi Objek


Metodologi ini diperkenalkan sekitar tahun 1990 sebagai pelengkap untuk
pemrograman yang terlebih dahulu telah mengadopsi metode berorientasi
objek. Beberapa lat yang digunakan anatar lain dynamic dan static
orientied model, state-transition diagrams dan case scenario. Fokus utama
metodologi ini ada pada objek, dengan melihat suatu sistem terdiri dari
objek yang saling berhubungan dengan cara untuk mencapai tujuan.
Objek dapat digambarkan sebagai benda,

orang, tempat, dan lain sebagainya yang mempunyai atribut dan metode
seperti gambar yang ada dibawah ini:

Objek Objek Pengembangan


Sistem Informasi
Objek Objek
(Diagram Objek)

Gambar 3.10. Fokus utama pada objek

Selain metodologi pengembangan sistem yang sudah dikemukakan diatas,


ada beberapa pakar sistem yang mengklasifikasikan metodologi pengembangan
sistem ini ke dalam tiga fungsi kelompok lagi yaitu metodologi
pemecahan fungsional (functional decomposition methodologies), metodologi
orientasi data (data – oriented methodologist) , dan prescriptive methodologies.
1. Metodologi Pemecahan Fungsional (functional decomposition
methodologies)
Metodologi ini menekankan pada pemecahan sistem ke dalam
subsistem-subsistem yang lebih kecil sehingga akan lebih mudah
dipahami, dirancang dan diterapkan. Yang termasuk dalam kelompok
ini adalah:
 HIPO (hierarchy plus input-process-output)
 Information Hiding
2. Metodologi Orientasi-data (data-oriented methodologies)
Metodologi ini menekankan pada karakterisitik dari data yang akan
diproses. Metodologi ini dapat dikelompokkan ke dalam dua kelas
yaitu:

 Data-Flow Oriented Methodologies


Metode umum yang didasarkan pada pemecahan masalah ke dalam
modul-modul berdasarkan dari tipe elemen data dan tingkah laku
logika modul tersebut di dalam sistem. Dengan metode ini sistem
secara logika dapat digambarkan secara logika dari arus data dan
hubungan antar fungsinya di dalam modul-modul pada sistem.
Yang termasuk dalam metodologi ini adalah SADT (structured
analysis and design techniques), composite design, SSAD
(structured system analysis and design).
 Data Structured Oriented Methodologies
Metodologi ini menekankan struktur dari input dan output sistem.
Struktur ini kemudian akan digunakan sebagai dasar struktur dari
sistemnya. Hubungan fungsi antar modul atau elemen-elemen
system kemudian dijelaskan dari strukturnya. Yang termasuk dari
system ini adalah JSD (jackson’s system development) dan W / O
(warnier / orr).
3. Prespective Methodologies
Yang termasuk metodologi ini adalh:
 ISDOS (Informastion System Design and Optimazation
System)
Kegunaan dari ISDOS adalah mengotomatisasi proses
pengembangan sistem informasi. ISDOS mempunyai dua
komponen yaitu PSL dan PSA. PSL merupakan komponen utama
dari ISDOS, yaitu suatu bahasa untuk mencatat kebutuhan pemakai
dalam bentuk machine-readable form. PSL merupakan bahasa
untuk menggambarkan system dan bukan merupakan bahasa
pemrograman procedural. PSA merupakan paket
perangkat lunak yang mirip dengan kamus data dan
digunakan untuk mengecek data yang dimasukkan, yang disimpan,
yang dianalisis dan yang dihasilkan sebagai output laporan. PSA
akan menganalisis PSL untuk kesalahan- kesalahan sintaks dan
akan menghasilkan sejumlah laporan.
 PLEXSYS
Berfungsi untuk melakukan transformasi suatu statemen bahasa
komputer tingkat tinggi ke suatu executable code untuk suatu
konfigurasi perangkat keras yang diinginkan. PLEXSYS digunakan
pada aspek penghasil kode program secara otomatis.
 PRIDE
PRIDE merupakan suatu perangkat lunak terpadu yang baik untuk
analisis / desain sistem terstruktur, manajemen data, manajemen
proyek dan pendokumentasian. PRIDE juga menyediakan alat
CAD (computer aided design) untuk pengembangan sistem.
3.3. SISTEM ANALIS DAN DESAIN
Berhubungan dengan proses analisa dan desain sistem informasi yang
terdiri dari hardware, software, data, prosedur dan manusia. Sistem analis dan desain
dapat dipandang dari dua kegiatan utama yaitu:
1. Sistem analis adalah suatu proses untuk memahami sistem yang ada,
termasuk mendiagnosa masalah / inefisiensi dan memberikan solusi
penyelesaian.
2. Sistem desain yaitu suatu proses mencakup perencanaan desain dan
implementasi sistem yang baru.
Ada beberapa pengertian Analis Sistem, yaitu:
1. Seseorang yang mempunyai kemampuan untuk menganalisa sebuah
sistem. Analisa tersebut meliputi mempelajari masalah-masalah yang
timbul dan menentukan kebutuhan-kebutuhan pemakai sistem.
2. Seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang aplikasi komputer
yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah bisnis dan
masalah-masalah lainnya.
3. Sesorang yang mempunyai kemampuan untuk memilih alternatif
pemecahan masalah yang paling tepat.
4. Seseorang yang mempunyai kemampuan untuk merencanakan dan
menerapkan rancangan sistemnya sesuai dengan permasalahan yang
terjadi.
Adapun tugas-tugas umum yang dilakukan oleh seorang Analis sistem
adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan dan menganalisa segala dokumen-dokumen, file-file,
formulir-formulir yang digunakan pada sistem yang telah berjalan.
2. Menyusun laporan dari sistem yang telah berjalan dan mengevaluasi
kekurangan - kekurangan apa saja yang ada pada sistem tersebut dan
3. Selanjutnya melaporkan segala kekurangan tersebut kepada pemakai
sistem.
4. Merancang perbaikan-perbaikan pada sistem tersebut dan menyusun
sistem yang baru.
5. Menganalisa dan menyususn perkiraan biaya yang diperlukan untuk
sistem yang baru dan memberikan argumen tentang
keuntungan-keuntungan apa saja yang dapat diperoleh dari pemakain
sistem yang baru.
6. Mengawasi segala kegiatan yang ada terutama berkaitan dengan
penerapan sistem yang baru.
Pengetahuan yang harus dimiliki seorang sistem analis antara lain adalah:
1. Pemahaman terhadap teknik pengolahan data, teknologi komputer dan
pemrograman komputer, yaitu teknologi informatika (hardware dan
software), teknologi komunikasi data, bahasa-bahasa komputer, sistem
operasi, utilities dan paket-paket perangkat luank lainnya.
2. Pemahaman terhadap bisnis secara umum, Pengetahuan tentang bisnis
meliputi akuntansi keuangan, akuntansi biaya, akuntansi manajemen,
sistem pengendalian manajemen, pemasaran, produksi, manajemen
personalia, keuangan, tingkah laku organisasi, kebijaksanaan perusahaan
dan aspek-aspek lainnya.
3. Keahlian dalam pemecahan masalah, Analisis sistem harus mempunyai
kemampuan untuk meletakkan permasalahan-permasalahan komplek
yang dihadapi oleh bisnis, memecah-mecah
masalah tersebut kedalam bagian-bagiannya, menganalisisnya kemudian
harus dapat merangkainya kembali menjadi suatu sistem yang dapat
mengatasi permasalahan terebut.
4. Keahlian dalam komunikasi antar personel, Analisis harus memepunyai
kemampuan untuk mengadakan komunikasi baik secara
lisan maupun secara tertulis. Keahlian ini diperlukan di dalam
wawancara, presentasi, rapat dan pembuatan laporan-laporan.
5. Memahami metodologi pengembangan sistem informasi.
Adapun unsur yang terlibat dalam pengembangan sistem antara lain:
A. Pengguna Sistem
 User, dapat dikatagorikan sebagai end-user (operator) dan
user-manager yang mengawasi pekerjaan end-user.
 Manajemen, memegang peranan penting dalam suatu sistem
informasi termasuk menyetujui rencana pengembangan dan
penyediaan dana.
B. Perancangan Sistem
 Project Coordinator, merupakan orang yang bertanggung jawab agar
suatu tim dapat bekerja secara harmonis dan optimal serta
mengontrol agar pelaksanaan sesuai dengan rencana.
 System analyst & design, ialah orang yang memberikan solusi dan
mendesain system yang baru.
 Programmer, ialah orang membuat program berdasarkan rancangan
dari system analis.
 Network Designer, ialah bertanggung jawab terhadap desain suatu
jaringan seperti LAN, MAN, WAN.
 Technician (hardwre), menetapkan konfigurasi-konfigurasi
hardware yang tepat agar dapat bekerja secara optimal.
 Database Administrator, orang yang bertanggung jawab terhadap
suatu sistem database , mencakup pola struktur data ,
integritas
data, memberikan hak akses kepada user, backup, recovery dan
mengoptimalkan performa databse.
 Documenter, ialah orang yang membuat dokumentasi sistem
mencakup buku operasi aplikasi , teknis dan sistem.
 Software tester, ialah menjamin bahwa program aplikasi yang dibuat
programmer telah sesuai dengan spesifikasi
 Graphic Designer, seseorang yang memiliki keahlian dalam
mendesain, misalnya icon atau user interface lainnya.
Pemrogram (programmer) adalah orang yang menulis kode program untuk
suatu aplikasi berdasarkan rancang bangun yan telah dibuat oleh seorang analis
sistem.
Adapun perbandingan tugas dan tanggung jawab dan analis sistem
adalah sebagai berikut:
Pemrogram Analis sistem
4. Tanggung jawab pemrogram 1. Tanggung jawab analis sistem
terbatas pada pembuatan program. tidak hanya pada pembuatan
program komputer saja, tetapi
pada system secara keseluruhan.
5. Pengetahuan program komputer 2. Pengetahuan analis system harus
cukup terbatas pada teknologi luas, tidak hanya pada teknologi
komputer, sistem komputer, utilitas komputer,tatapi juga pada bidang
dan bahasa-bahasa program yang aplikasi yang ditanganinya.
diperlukan.
6. Pekerjaan pemrogram sifatnya 3. Pekerjaan analist sistem dalam
teknis dan harus tepat dalam pembuatan program terbatas pada
pembuatan instruksi-instruksi pemecahan masalah secara garis
program. besar.
7. Pekerjaan pemrogram tidak 4. Pekerjaan analist
menyangkut hubungan dengan sistem
banyak orang, terbatas pada sesame melibatkan hubungan
pemrograman dan analis sistem banyak
yang mempersiapkan rancang orang , tidak terbatas pada
bangun (spesifikasi)programnya sesama
analis , pemrogram , tetapi
juga
pemakai sistem dan manajer.
Tabel 3.1. Tugas dan Tanggungjawab Analist Sistem dan Programmer
3.3.1. Pengetahuan dan Keahlian Yang Diperlukan Analis Sistem

1. Pemahaman terhadap teknik pengolahan data, teknologi komputer dan


pemrograman komputer, yaitu teknologi informatika (hardware dan
software), teknologi komunikasi data, bahasa-bahasa komputer, system
operasi, utilities dan paket-paket perangkat luank lainnya.
2. Pemahaman terhadap bisnis secara umum, Pengetahuan tentang bisnis
meliputi akuntansi keuangan, akuntansi biaya, akuntansi manajemen,
sistem pengendalian manajemen, pemasaran, produksi, manajemen
personalia, keuangan, tingkah laku organisasi, kebijaksanaan
perusahaan dan aspek-aspek lainnya.
3. Keahlian dalam pemecahan masalah, Analisis sistem harus mempunyai
kemampuan untuk meletakkan permasalahan-permasalahan komplek
yang dihadapi oleh bisnis, memecah-mecah masalah tersebut kedalam
bagian-bagiannya, menganalisisnya kemudian harus dapat
merangkainya kembali menjadi suatu sistem yang dapat mengatasi
permasalahan terebut.
4. Keahlian dalam komunikasi antarpersonel, Analisis harus memepunyai
kemampuan untuk mengadakan komunikasi baik secara lisan maupun
secara tertulis. Keahlian ini diperlukan di dalam wawancara, presentasi,
rapat dan pembuatan laporan-laporan.
5. Memahami metodologi pengembangan system informasi.
3.3.2. Team Pengembangan Sistem

Team pengembangan sistem secara umum dapat terdiri dari personil-personil


sebagai berikut:
1. Manejer analisis system (manager of system analysis)
Disebut juga sebagai koordinator proyek dan mempunyai tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut:
 Sebagai ketua / koordinator team pengembangan sistem
 Mengarahkan, mengontrol dan mengatur anggota team pengembangan
sistem yang lainnya.
 Membuat jadual pelaksanaan proyek pengembangan sistem yang akan
dilakukan.
 Bertanggung jawab dalam mendefinisikan masalah, studi kelayakan,
desain sistem dan penerapannya.
 Memberikan rekomendasi-rekomendasi perbaikan sistem.
 Mewakili team untuk berhubungan dengan pemakai sistem dalam hal
perundingan-perundingan dan pemberian nasihat kepada manajemen
dan pemakai system.
 Membuat laporan-laporan kemajuan proyek.
 Mengkaji ulang dan memeriksa kembali hasil kerja dari team.
2. Ketua analis system (lead system analyst)
Biasanya menjabat sebagai wakil dari manajer analis sistem. Tugasnya
adalah membantu tugas dari manajer analist sistem dan mewakilinya bila
manajer analist sistem berhalangan.
3. Analist sistem senior (senior system analyst)
Merupakan analist sistem yang sudah berpengalaman.
4. Analist system (System analist)
Merupakan analist sistem yang cukup berpengalaman dan dapat bekerja
sendiri tanpa bimbingan dari analist sistem senior.
5. Analist system junior ( junior system analist)
Merupakan analist sistem yang belum berpengalaman dan masih
membutuhkan bimbingan dari analist sistem yang lebih senior. Analist
syistem junior ini juga sering disebut dengan analist syistem yang masih
dilatih.
6. Pemrogram aplikasi senior ( senior applications programmer)
Merupakan program komputer yang sudah berpengalaman dengan tugas
merancang spesifikasi dari program aplikasi dan mengkoordinasi kerja dari
pemrogram yang lainnya.
7. Pemrogram aplikasi (applicarions programmer)
Merupakan pemrogram komputer yang cukup berpengalaman dan dapat
melakukan tugasnya tanpa harus bimbingan secara langsung lagi.
8. Pemrogram aplikasi junior (junior applications programmer)
Merupakan pemrogram komputer yang belum berpengalaman dan masih
dibawah bimbingan dari pemrogram yang lebih senior.

Anda mungkin juga menyukai