Studi Pustaka
Pada awal 1950-an, penilaian praktis diterima pada sejumlah organisasi. Pada
awal penilaian kinerja digunakan sebagai basis pembuatan keputusan administratif
seperti promosi, kenaikan gaji, dan sebagainya. Selama dekade 1960-an, dan
1970-an penilaian kinerja telah mulai digunakan sebagai pengembangan pekerja,
perencanaan perusahaan dan dokumentasi resmi, (De Vries et al., 1986) sistem
peralatan dan penelitian. (Cleveland et al., 1980).
Bekerja merupakan kegiatan manusia untuk mengubah keadaan tertentu dari suatu
alam lingkungan. Perubahan itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
mempertahankan hidup; dan memelihara hidup yang pada dasarnya semuanya
untuk memenuhi tujuan hidup. Tujuan hidup melalui bekerja meliputi tujuan yang
khusus dan pengelompokkan kerja yang menimbulkan rasa berprestasi (sense of
accomplishment) dalam diri individu pekerja tersebut. Pada dasarnya kebutuhan
hidup manusia tersebut tidak hanya berupa material, tetapi juga bersifat
nonmaterial, seperti: kebanggaan dan kepuasan kerja. Di dalam proses mencapai
kebutuhan yang diinginkan, tiap individu cenderung akan dihadapkan pada hal-hal
baru yang mungkin tidak diduga sebelumnya sehingga melalui bekerja dan
pertumbuhan pengalaman, seseorang akan memperoleh kemajuan dalam
hidupnya. Dalam proses bekerja itulah, sesorang dapat dilihat bagaimana
kinerjanya. Sementara itu, kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang
secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target
atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama. Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan
8
Dari berbagai definisi yang dikemukan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pada hakikatnya kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang
ditetapkan untuk pekerjaan itu.
sebagai pembimbing sikap untuk masa yang akan datang. Departemen SDM
menggunakan informasi yang dikumpulkan melalui performance evaluation untuk
mengevaluasi keberhasilan dari perekrutan, seleksi, orientasi, penempatan,
pelatihan dan kegiatan lainnya. Meskipun penilaian harian yang terus-menerus
dan informal penting dilakukan untuk memperlancar operasional, tapi metode ini
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan departemen SDM. Penilaian formal
dibutuhkan untuk membantu manajer dalam hal yang berkaitan dengan
keputusan-keputusan SDM seperti penempatan, penggajian dan lain-lain. Pada
perusahaan yang ditata dengan baik, penilaian dihubungkan dengan permasalahan.
Penyelia dan manajer sering menganggap penilaian formal sebagai suatu yang
dibutuhkan. Mereka merasa bahwa mereka telah mengetahui bagaimana pekerjaan
karyawan mereka, dan mereka menganggap tidak perlu menghabiskan waktu yang
berharga untuk melakukannya. Di samping itu, rancangan sistem penilaian yang
kurang tepat memungkinkan terjadinya tindakan yang tidak diinginkan oleh
karyawan dan supervisor.
psikologis dan efisiensi karyawan dipengaruhi langsung oleh sistem dan metode
penilaian.
7. Meningkatkan kepuasan kerja baik dari para manajer maupun dari para
karyawan.
8. Kesempatan untuk menjelaskan tujuan dan prioritas penilai dengan
memberikan pandangan yang lebih baik terhadap bagaimana mereka dapat
memberikan kontribusi yang lebih besar kepada perusahaan.
9. Meningkatkan rasa harga diri yang kuat di antara manajer dan juga para
karyawan, karena telah berhasil mendekatkan ide dari karyawan dengan
ide dari para manajer.
10. Sebagai media untuk mengurangi kesenjangan antara sasaran individu
dengan sasaran kelompok atau sasaran departemen sdm atau sasaran
perusahaan.
11. Kesempatan bagi manajer untuk menjelaskan kepada karyawan apa yang
sebenarnya diinginkan oleh perusahaan dari para karyawan sehingga para
karyawan dapat mengukur dirinya, menempatkan dirinya dan berjaya
sesuai dengan harapan dari manajer.
12. Sebagai media untuk meningkatkan interpersonal relationship atau
hubungan antar pribadi antara karyawan dengan manajer.
13. Dapat sebagai sarana meningkatkan motivasi karyawan dengan lebih
memusatkan perhatian kepada mereka secara pribadi.
14. Merupakan kesempatan berharga bagi manajer agar dapat menilai kembali
apa yang telah dilakukan sehingga ada kemungkinan merevisi target atau
menyusun prioritas baru.
15. Bisa mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi atau perubahan tugas
karyawan.
3. Placement Decisions
Promosi, transfer ataupun penurunan jabatan atau pangkat biasanya
didasarkan pada kinerja masa lalu dan bersifat antisipatif, seperti dalam
bentuk penghargaan.
4. Training and Development Needs
Kinerja yang buruk mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan
pelatihan kembali sehingga setiap karyawan hendaknya selalu memiliki
kemampuan untuk mengembangkan diri.
5. Career Planning and Development
Umpan balik kinerja sangat membantu dalam proses pengambilan
keputusan utamanya tentang karier spesifik dari karyawan, sebagai
tahapan untuk pengembangan diri karyawan tersebut.
6. Staffing Process Deficiencies
Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan
dalam prosedur penempatan staf di departemen SDM.
7. Informational Inaccuracies
Kinerja yang buruk dapat mengindikasikan adanya kesalahan dalam
informasi analisis pekerjaan, perencanaan SDM, atau hal lain dari sistem
manajemen SDM. Hal demikian akan mengarah pada ketidaktepatan
dalam keputusan mempekerjakan karyawan, pelatih dan keputusan
konseling.
8. Job Design Errors
Kinerja yang buruk mungkin sebagai suatu gejala dari rancangan
pekerjaan yang salah atau kurang tepat. Melalui penilaian kinerja dapat
didiagnosis kesalahan-kesalahan tersebut.
9. Equal Employment Opportunity
Penilaian kinerja yang akurat yang secara aktual menghitung kaitannya
dengan kinerja dapat menjamin bahwa keputusan penempatan internal
bukanlah sesuatu yang bersifat diskriminatif.
10. External Challeges
Kadang-kadang kinerja seorang karyawan dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan pekerjaan, seperti keluarga, finansial, kesehatan atau masalah-
18
high low
Penyesuaian kinerja sekarang
5/A 4/B 3/C 2/D 1/E
Knowledge of present duties x
Planning ability x
Decision making ability x
Accuracy of work x
Ability to communicate x
Problem solving ability x
Etc
Most Least
Know and know and when to delegate responsibility x
Critizes arganizational x
Admit mistake when wrong x
Lack tacs x
Other experiences difficulty in working with him/her x
pressure, inisiatif, dll. Penilai diminta untuk memilih salah satu untuk
menggambarkan kepribadian orang tersebut.
Tabel 2.3. Penilaian kinerja dengan metode personality trait rating
Quality Scale
x
Quantity of work Very high Very low
x
Quality of work Very high Very low
x
Cooperation with other Very high Very low
x
5. Forced distribution
Dalam berbagai kategori, kualitas kerja ditentukan misalnya rendah,
dibawah rata-rata, rata-rata, diatas rata-rata dan tinggi. Karakteristik yang
membedakan adalah persentase kelompok karyawan yang akan dinilai
telah ditetapkan terlebih dahulu.
22
7. Paired comparison
Dalam metode ini, penilai diminta untuk membandingkan seorang
karyawan dengan karyawan yang lainnya, kemudian dinilai apakah
kinerjanya lebih tinggi atau lebih rendah. Dengan metode ini penilai
dituntut untuk membandingkan kekuatan dan kelemahan dari para
karyawan. Namun, metode ini tidak memungkinkan perbandingan yang
mudah antara kelompok pekerja yang berbeda. Disamping itu metode ini
tidak memberikan umpan balik yang jelas kepada karyawan untuk
meningkatkan kinerja di masa yang akan datang. Kelemahan dari metode
ini adalah penilai enggan untuk membandingkan kinerja karyawan.
akurat penilaian tersebut. Maka dari itu, langkah pertama dalam pengelolaan
karyawan-karyawan atau kelompok kerja yang efektif adalah meninjau standar
yang ada dan menyusun yang baru jika memang dibutuhkan. Sayangnya, banyak
penyelia yang benar-benar beranggapan bahwa para karyawan dan kelompok
kerja mengetahui apa yang seharusnya mereka kerjakan pada pekerjaan mereka.
Standar kinerja haruslah berisi dua jenis informasi dasar guna mempermudah
karyawan-karyawan maupun penyelianya, yaitu: apa yang harus dilakukan dan
seberapa baik harus melakukannya? Identifikasi tugas pekerjaan, kewajiban, dan
elemen-elemen kritis menggambarkan apa yang harus dilakukan. Hal ini krusial
karena manajemen sumber daya manusia yang sehat mengharuskan bahwa
kandungan penilaian haruslah mencerminkan muatan yang tidak sepele dari
pekerjaan, informasi seperti itu memberikan bukti yang berkaitan dengan muatan
dari validitas sistem penilaian. Standar kinerja terfokus pada seberapa baik tugas-
tugas akan dikerjakan. Agar berdaya guna, setiap standar/kriteria haruslah
dinyatakan secara cukup jelas sehingga manajer dan bawahan atau kelompok
kerja mengetahui apa yang diharapkan dan apakah telah tercapai atau tidak.
Standar haruslah dinyatakan secara tertulis guna menggambarkan kinerja yang
sungguh-sungguh memuaskan untuk tugas yang kritis maupun yang tidak kritis.
3. Kriteria yang baik harus sensitif terhadap masukan dan tindakan dari
pemegang jabatan.
4. Kriteria yang baik harus dapat diterima oleh individu yang mengetahui
kinerjanya yang sedang dinilai.
Supaya mendapat hasil yang maksimal, kriteria penilaian haruslah tepat pada
sasaran, dalam hal ini kriteria yang disusun haruslah sesuai dengan tingkat
pekerjaan yang dinilai. Apabila kriteria penilaian yang disusun dengan pekerjaan
karyawaan yang dinilai bertentangan, maka hasil penilaian pun tentu akan menjadi
kabur, sehingga keabsahan dari hasil penilaian diragukan, bahkan tidak dapat
digunakan untuk kepentingan tertentu.
3. Keterampilan konseptual
Keterampilan konseptual bersumber dari kemampuan mental. Kemampuan
mental ini digunakan untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi yang
rumit, yang membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat. Yang
termasuk ke dalam keahlian konseptual antara lain : inisiatif, kreatifitas,
kepekaan terhadap effisiensi, dan kepemimpinan.
2.10. Wawancara
2.10.1. Wawancara
Wawancara evaluasi yang efektif haruslah mengikuti perencanaan. Penilai harus
menggunakan sesi wawancara evaluasi untuk memverifikasikan data yang
diperlukan. Meskipun format wawancara yang persis bakal bervariasi dari satu
karyawan ke karyawan yang lainnya, langkah yang dilakukan mencakup :
Persiapan wawancara. Selama persiapan penilai haruslah mengumpulkan
dan meninjau segala catatan yang relevan. Hal ini biasanya berhubungan
dengan output kerja dan kualitas, kehadiran dan lain-lain.
Nyatakan maksud wawancara. Karyawan harus diberitahu jika wawancara
mencakup kompensasi personalia, atau keputusan-keputusan pegawai
internal, pengembangan karyawan, dll.
31
Pelaksanaan wawancara merupakan jalur dua arah. Para karyawan harus dilatih
tentang peran mereka dalam penilaian yang akan meningkatkan investasi mereka
dalam organisasi.
2.10.3. Cara Melakukan Wawacara
1. Langsung dan spesifik
Berbicara dalam istilah-istilah data yang objektif (misalnya kehadiran,
catatan mutu, ketepatan waktu penyelesaian tugas, laporan kecelakaan
kerja, kendala yang dihadapi dalam bekerja).
2. Jangan menjadi personal
Usahakan membandingkan kinerja karyawan dengan standar dan
jangan membandingkan kinerja karyawan tersebut dengan kinerja
yang lain.
3. Mendorong karyawan untuk berbicara
Berhenti dan dengarkan apa yang dikatakan oleh karyawan yang
dinilai, ajukan pertanyaan yang menggali informasi dari karyawan
tersebut.
33
4. Jangan berputar-putar
Jangan menjadi personal, tetapi pastikan bahwa karyawan yang
dinilai leluasa mengetahui secara spesifik apa yang benar dan yang
salah yang telah karyawan tersebut lakukan.
strategi kompensasi dan penghargaan yang paling efektif dalam mencapai hasil
yang diinginkan.
Agar diperoleh hasil yang memuaskan, strategi kompensasi dan penghargaan yang
tepat berfokus pada:
1. solusi jangka panjang.
2. pemberian penghargaan kemampuan usahanya.
3. memberikan penghargaan pada kepemimpinan.
4. memberikan penghargaan pada pertumbuhan dan perkembangan kinerja
karyawan.
5. memberikan penghargaan pada kinerja tim dan kerja sama.
6. memberikan penghargaan pada komitmen dan loyalitas.
7. memberikan penghargaan pada kreativitas.
Secara singkat, tenaga kerja yang puas dengan pekerjaannya merasa senang
dengan pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan fingsi dari jumlah absolut gaji
yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapa-harapan tenaga kerja,
dan bagaimana gaji diberikan.