Anda di halaman 1dari 17

Moksa Adalah Pembebasan Atma dalam Agama Hindu

Di era Reformasi ini kalau kita lihat perkembangan di masyarakat semua orang ingin
bicara, setiap orang diberikan berbicara pasti mengeluarkan konsep macam2, kadang2
agak ektrim dan tidak ada relevansinya dengan reformasi, para pengamat politik,
ekonomi, hukum, militer semua berbicara sesuai dengan bidangnya.

Permasalahan yang timbul adalah semua konsep2 tidak dapat diakomudir oleh
pemerintah akibat adanya perbedaan interprestasi, ada yang ingin dalam mengatasi
krisis ini melalui pertahap, ada yang menginginkan secara total sehingga dalam
implementasinya masih Trail And Error mencoba coba melakukan terapi kira2 mana
yang lebih sesuai.Pemerintahan Habibie sudah memberikan kelonggaran2 dalam
berbicara karena pada saat orde baru kebebasan berbicara sangat dikekang sampai2
ada semacam anekdot kalau sakit gigi sebaiknya berobat di Singapura, akibat orang
tidak boleh buka mulut.

Setelah tumbangnya orde baru masalah kebebasan ini mulai dilakukan oleh pemerintah
tahanan2 politik mulai dibebaskan, daerah operasi militer (DOM) mulai dicabut, masalah
HAM mulai dipulihkan, kebebasan berserikat mulai dilaksanakan dengan berdirinya
banyak partai. Kebebasan adalah hak azasi manusia yang perlu dihormati bagi setiap
bangsa, untuk mencapai kebebasan membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit.

Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda membutuhkan banyak


pengorbanan baik material maupun moril dan membutuhkan waktu yang agak lama,
tidak bisa dalam waktu yang singkat dan sejarah mencatat baru tanggal 17 Agustus 1945
bangsa Indonesia dapat memproklamirkan kemerdekaannya pada hal perjuangan
pembebasan bangsa dari penjajah sudah dilakukan bertahun tahun lamanya dari
perjuangan Sultan Agung sampai Budi Utomo.

Kebebasan bagi umat manusia selalu didambakan oleh semua agama dan didalam
agama Hindu kebebasan bukan dalam arti pisik saja tetapi kebebasan dalam lahir
maupun batin. Kebebasan dalam agama Hindu adalah kebebasan dalam kehidupan
terlepas dari keterikatan2 duniawian, bebas dari hukum karma, bebas dari penjelmaan
kembali (reinkarnasi), sehingga umat hindu dalam mencapai kebebasan membutuhkan
proses yang cukup panjang selama hidupnya dan kemungkinan setelah reinkarnasi
beberapa kali. Untuk membebaskan diri dari keduniawian ini saja membutuhkan
pengorbanan2, setiap langkah gerak kehidupan harus berdasarkan Dharma yaitu
kebenaran dan tidak mengikatkan diri dengan materi. Saat sekarang pada kali yuga
orang2 berlomba lomba untuk mengumpulkan harta, tujuan hidup mereka mencari
kesempatan untuk mengumpulkan harta se banyak2nya bila mana perlu sampai tujuh
turunan, sehingga menggunakan dengan segala cara. Dalam mengumpulkan harta
mereka menggunakan praktek2 KKN (korupsi, kolusi, nepotisme), dengan cara yang
tidak halal yang mengakibatkan negara banyak dirugikan sehingga negara kita saat ini
banyak utangnya sulit dibayangkan bagaimana anak cucu kita yang akan membayarnya
disamping sumber daya alam hutan, pertambangan sudah hampir habis dikuras, minyak
bumi cadangannya hanya 18 tahun lagi mungkin beberapa tahun kita sebagai Negara
yang net importir bahan bakar minyak(BBM).

Pengaruh kali yuga ini sangat besar dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, sebab kali
yuga ini orang selalu bersifat meterialistis , hanya 25 % orang menjalankan dharma yaitu
kebenaran tidak seperti yuga2 yang lain yaitu Kerta Yuga, Traita Yuga dan Dwapara
Yuga. Apabila saat sekarang kali yuga ini dalam kehidupan kita selalu melaksanakan
kebenaran yaitu dharma maka hasilnya akan berlipat ganda, seperti kalau kita
sembahyang pada hari2 raya Hindu atau Purnama Tilem hasilnya jauh lebih besar dari
hari2 biasa. Maka kesempatan kali yuga ini umat Hindu sebaiknya setiap melakukan
tindakan harus berdasarkan kebenaran, bebaskan diri dari adharma, bebaskan diri dari
keterikatan2 bebaskan diri dari materialistis dan keduniawian sehingga kita tercapai
tujuan yaitu kebebasan abadi yaitu moksa.

Pengertian Moksa.

Dalam agama Hindu kita percaya adanya Panca Srada yaitu lima keyakinan yang terdiri
dari, Brahman, Atman, Karma Pala, Reinkarnasi, dan Moksa. Moksa berasal dari bahasa
sansekreta dari akar kata "MUC" yang artinya bebas atau membebaskan. Moksa dapat
juga disebut dengan Mukti artinya mencapai kebebasan jiwatman atau kebahagian
rohani yang langgeng. Jagaditha dapat juga disebut dengan Bukti artinya membina
kebahagiaan, kemakmuran kehidupan masyarakat dan negara.

Jadi Moksa adalah suatu kepercayaan adanya kebebasan yaitu bersatunya antara
atman dengan brahman. Kalau orang sudah mengalami moksa dia akan bebas dari
ikatan keduniawian, bebas dari hukum karma dan bebas dari penjelmaan kembali
(reinkarnasi) dan akan mengalami Sat, Cit, Ananda (kebenaran, kesadaran,
kebahagian).

Dalam kehidupan kita saat ini juga dapat untuk mencapai moksa yang disebut dengan
Jiwan Mukti (Moksa semasih hidup), bukan berarti moksa hanya dapat dicapai dan
dirasakan setelah meninggal dunia, dalam kehidupan sekarangpun kita dapat merasakan
moksa yaitu kebebesan asal persyaratan2 moksa dilakukan, jadi kita mencapai moksa
tidak menunggu waktu sampai meninggal.

Mencapai Moksa.

Untuk mencapai moksa seseorang harus mempunyai persyaratan2 tertentu sehingga


proses mencapai moksa dapat berjalan sesuai dengan norma2 ajaran agama Hindu.
Dalam mencapai Moksa dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

1. Dharma.

Dalam ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Catur Parusanta dijelaskan bahwa
tujuan dari kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan Dharma, setiap tindakan
harus berdasarkan kebenaran tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran. Dalam
Bagawad Gita disebutkan bahwa Dharma dan Kebenaran adalah nafas kehidupan.
Krisna dalam wejangannya kepada Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma,
disana ada Kebajikan dan Kesucian, dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana
ada kemenangan. Orang yang melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma maka
selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat.

Dalam zaman edan saat ini semua orang mengabaikan kebenaran, orang sudah
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, krisis moral sudah meraja lela dimana
mana, kebenaran dan keadilan sudah langka, orang sudah tidak mengenal budaya malu,
semua perbuatannya dianggap sudah benar dan normal. Sebenarnya Dharma tidak
pernah berubah, Dharma telah ada pada zaman dahulu, zaman sekarang dan zaman
yang akan datang, ada sepanjang zaman tetapi setiap zaman mempunyai karateristik
lain2 dalam melakukan latihan kerohanian (spiritual). Untuk Kerta Yuga latihan
kerohanian yang baik adalah melakukan Meditasi, untuk Treta Yuga latihan kerochanian
yang baik adalah dengan melakukan Yadnya atau kurban, untuk Dwapara latihan
kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Yoga yaitu upacara pemujaan dan
untuk Kali Yuga latihan kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Nama
Smarana yaitu mengulang ngulang atau menyebut nama Tuhan yang suci.

2. Pendekatan kepada Yang Widhi Wasa

Untuk mendekatkan diri kehadapan Yang Widhi Wasa ada beberapa cara yang
dilakukan Umat Hindu yaitu cara Darana (menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan
cipta), dan Semadi (mengheningkan cipta). Dengan melakukan latihan rochani , terutama
dengan penyelidikan bathin, akan dapat menyadari kesatuan dan menikmati sifat Tuhan
yang selalu ada dalam diri kita. Apabila sifat2 Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka
kita sudah dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala permohonan kita akan
dikabulkan dan kita selalu dapat perlindungan dan keselamatan.

3. Kesucian.

Untuk memperoleh pengetahuan suci, dan menghayati Yang Widhi Wasa dalam
keberagaman dinyatakan dalam doa Upanishad yang termasyur : Asatoma Satgamaya,
Tamasoma Jyothir Gamaya, Mrityorma Amritan Gamaya yang artinya, Tuntunanlah kami
dari yang palsu ke yang sejati, tuntunlah kami dari yang gelap ke yang terang, tuntunlah
kami dari kematian ke kekekalan.

Setiap kita melakukan kegiatan2, kita biasakan untuk memohon tuntunan kehadapan
Yang Widhi Wasa agar kita selamat dan selalu dilindungi. Pekerjaan apapun kita
lakukan, apabila kita bekerja demi Tuhan dan dipersembahkan kehadapan Yang Widhi
Wasa, maka pekerjaan tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan
menghubungkan pekerjaan tersebut dengan Yang Widhi Wasa, maka ia menjadi suci
dan mempunyai kemampuan dan nilai yang tinggi.

Tujuan dari kehidupan kita adalah agar atman terbebas dari triguna dan menyatu dengan
Para atman. Didalam Weda disebut yaitu Moksartham Jaga Dhitaya Ca Iti Dharmah yang
artinya adalah tujuan agama (Dharma) kita adalah untuk mencapai moksa (moksa
artham) dan kesejahteraan umat manusia (jagadhita).

Ciri2 orang yang telah mencapai jiwatman mukti adalah.


1. Selalu mendapat ketenangan lahir maupun bathin.
2. Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka.
3. Tidak terikat dengan keduniawian.
4. Tidak mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan orang lain (masyarakat
banyak).

Untuk mencapai moksa juga mempunyai tingkatan2 tergantung dari karma


(perbuatannya) selama hidupnya apakah sudah sesuai dengan ajaran2 agama Hindu.
Tingkatan2 seseorang yang telah mencapai moksa dapat dikatagorikan sebagai berikut.

1. Apabila seorang yang sudah mencapai kebebasan rochani dengan meninggalkan


mayat disebut Moksa.

2. Apabila seorang yang sudah mencapai kebebasan rochani dengan tidak


meninggalkan mayat tetapi meninggalkan bekas2 misalnya abu, tulang disebut Adi
Moksa.

3. Apabila seorang yang telah mencapi kebebasan rochani yang tidak meninggalkan
mayat serta tidak membekas disebut Parana Moksa.

Catur Marga.

Untuk mencapai Moksa beberapa cara yang dapat ditempuh sesuai dengan bakat dan
bidang yang digeluti saat ini yang disebut dengan Catur Marga ada juga yang
menyebutkan dengan Catur Yoga yaitu empat jalan yang ditempuh untuk mencapai
Moksa. Adapun keempat Catur Marga terdiri dari :

1. Jnana Marga Yoga.

Pada saat sekarang peranan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat
menentukan dalam pembangunan nasional disamping ilmu pengetahuan lainnya. Setiap
negara akan berusaha sekuat tenaga dengan menggunakan resource yang ada untuk
berkompetisi dalam bidang IPTEK, siapa yang menguasai IPTEK maka merekalah yang
menguasai dunia ini. Kata Jnana artinya adalah kebijaksanaan filsafat atau pengetahuan,
Yoga berasal dari urat kata YUJ yang artinya menghubungkan diri.

Jadi Janana Marga Yoga artinyga jalan untuk mencapai persatuan atau pertemuan
antara Atman dengan Paramatman (Tuhan) berdasarkan atas pengetahuan
(kebijaksanaan filsafat) terutama mengenai kebenaran dan pembebasan diri dari ikatan
duniawi (maya). Dalam kehidupan ini kita memilih profesi pekerjaan kita sesuai dengan
bakat yang diberikan oleh Sangyang Widhi Wasa dan latar belakang pendidikan kita atau
pekerjaan yang sangat menarik yang kita geluti saat ini, sebab bakat yang diberikan oleh
Tuhan adalah anugrah yang sangat tinggi nilainya yang merupakan hasil Karma kita
dahulu sebelum kita Reinkarnasi sebagai manusia. Apabila kita ingin mengabdi kan diri
dibidang ilmu pengetahuan, perlu diperhatikan adalah ilmu pengetahuan yang dapat
membantu umat manusia dalam mengatasi kehidupan ini.
Sebagai ilustrasi dapat disampaikan sebagai berikut.

Pada zaman sekarang banyak manusia mengalami kesulitan dalam mengatasi penyakit,
banyak penyakit yang belum diketemukan obatnya seperti AID, lever hati, tumor, kanker
dan lain lainnya. Perkembangan ilmu kedokteran tidak dapat mengejar penyakit 2 yang
timbul dalam masyarakat, peralatan rumah sakit masih menggunakan peralatan
tradisional sehingga angka kematian di negara kita sampai sekarang masih cukup tinggi.

Para dokter yang bergerak dibidang kesehatan harus terus menerus melakukan
penelitian atau Research And Development (R&D) sehingga semua kesulitan
masyarakat dapat diatasi dengan baik dan murah dengan diketemukan obat2 yang
mujarab. Seseorang yang mempunyai profesi dalam bidang kedokteran ini disebut
dengan Jnana Marga Yoga dimana ilmu yang diabdikan demi kepentingan umat
manusia.

2. Karma Marga Yoga.

Cara atau jalan untuk mencapai moksa (bersatunya Atman dengan Brahman), dengan
selalu berbuat baik, tetapi tidak mengharapkan balasan atau hasilnya untuk kepentingan
diri sendiri (amerih sukaning awah) disebut Karma Marga Yoga. Dalam Karma Marga
Yoga, kita sebagai umat Hindu setiap tindak tanduk kita melakukan karya harus demi
kepentingan masyarakat banyak dan jangan ada suatu keinginan untuk menikmati
hasilnya, sebab kalau kita selalu berpikir hasilnya akan timbul keterikatan2, kalau
keterikatan2 telah tumbuh dalam jiwa kita, maka ketenangan akan menjauh dari
kenyataan, sehingga jiwa kita akan diracuni oleh Sad Ripu yaitu enam musuh utama
manusia yang terdiri dari Kama, Lobha, Mada, Moha,Kroda, Matsarya (napsu, loba,
kemarahan, kemabukan, kebingungan,iri hati). Didalam Bhagawad Gita disebutkan
bahwa berulang kali Krisna berkata kepada Arjuna, lakukan tugasmu, lakukanlah
pekerjaan yang benar tetapi jangan ingin menikmati hasil pekerjaan itu. Tujuan Krisna
memberikan wejangan kepada Arjuna agar jangan melihat hasil nya adalah, kita sebagai
pelaku benar2 dalam bekerja semua perbuatan kita yaitu karma diubah menjadi Yoga
sehingga kegiatan tersebut membawa kita menuju persatuan dengan Tuhan maka ini
disebut dengan Karma Marga Yoga. Apabila seseorang sudah dapat melakukan
pekerjaan tanpa melihat hasilnya maka ia akan menjadi orang yang benar2 bijaksana
(Stithaprajna), yang tidak terpengaruh dengan keadaan suka dan duka atau gembira dan
sedih.

Perbuatan adalah karma , setiap orang lahir dari karma, hidup dalam karma dan mati
dalam karma, karma sumber dari baik dan buruk dosa atau kebajikan, laba atau rugi,
kebahagiaan atau kesedihan, sebenarnya karmalah penyebab kelahiran, maka karma
dalam kehidupan merupakan masalah yang sangat penting.

Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan sebagai berikut.

Diumpamakan badan kita adalah sebuah jam dinding, dan nafas kita adalah pegasnya
yang menyebabkan jarum jam dapat berputar, dan baterynya adalah tenaga manusia.
Tanpa nafas dan tenaga, manusia tidak dapat berbuat apa apa yaitu berkarma, maka
perbuatan (karma) sangat tergantung dengan nafas (pegas) dan tenaga (batery).
Dengan kekuatan batery (tenaga) maka jarum jam yang terdiri dari tiga jarum yaitu jarum
yang paling panjang disebut jarum detik, jarum yang menengah disebut dengan jarum
menit dan jarum yang paling pendek disebut jarum jam. Ketiga jarum akan berputar
dengan kecepatan yang berbeda beda dan saling ketergantungan satu sama lainnya,
tetapi masing2 jarum akan berputar sesuai dengan fungsinya.

Apabila jarum detik telah berputar 60 kali maka jarum menit akan mengikuti berputar
hanya sekali, demikian saat jarum menit telah berputar 60 kali maka jarum jam akan
berputar sekali demikian seterusnya dengan menggunakan kelipatan 60. Setiap gerakan
jarum detik kita umpakan adalah karma (perbuatan), untuk gerakan jarum menit kita
umpamakan adalah perasaan dan untuk gerakan jarum jam kita umpamakan adalah
kebahagiaan. Untuk mencapai suatu kebahagiaan yang terus menerus kita harus selalu
berbuat (berkarma) baik, setiap tindakan kita selalu tanamkan kebaikan yang
menyebabkan perasaan kita mendapat rangsangan kebaikan tersebut sehingga kita
merasa senang.

Apabila perasaan kita telah mencapai kesenangan terus menerus akibat kita selalu
berbuat (karma) baik terhadap seseorang, maka menyebabkan kita akan mencapai
kebahagiaan, sebab karma (perbuatan), perasaan, dan kebahagian saling keterkaitan
seperti ketiga jarum jam berputar saling ketergantungan satu sama lainnya.

Makin banyak kita ber karma baik maka perasaan dan kebahagian akan selalu mengikuti
seperti perputaran jarum jam, apabila jarum detik tidak bergerak jangan harap jarum
menit bergerak apalagi jarum jam Kebahagian akan dicapai dalam kehidupan ini apabila
kita selalu berkarma baik

3. Bakti Marga Yoga.

Jalan atau cara untuk mencapai moksa atau kebebasan, yaitu bersatunya Atman dengan
Tuhan dengan melakukan sujud bakti kehadapan Yang Widhi Wasa. Bakti adalah cinta
yang mendalam kepada Tuhan, bersifat tanpa pamerih sedikitpun dan tanpa keinginan
duniawi apapun juga. Bagi umat Hindu untuk melakukan Bakti Marga Yoga dengan
menyanyikan nama2 Tuhan secara ber ulang2, bergaul dengan orang2 Suci yang
mempunyai bakti, konsentrasi pikiran setiap saat kepada Tuhan, dan jalan Bakti ini
adalah yang paling mudah dilakukan. Seperti setiap hari kita melakukan Trisandya
dengan mengucapkan Gayatri Mantra tiga kali sehari.

Untuk menanamkan rasa Bakti kehadapan Yang Widhi Wasa , sebaiknya anak mulai
kecil dididik mengucapkan Mantra Gayatri dengan memberi penjelasan makna dan arti
masing2 bait, sehingga meresap dalam pikiran mereka dan dapat menuntun ajaran2
kebenaran (Dharma). Kalau belum hafal sebaiknya dibaca saja dan usahakan dengan
suara yang lembut sehingga benar2 meresap dalam hati sanubari kita dan bayangkan
Brahman ada dalam pikiran dan renungkan secara terus menerus selama melagukan
Gayatri Mantra Dengan selalu melantunkan Gayatri Mantra terus menerus , maka kita
seolah olah menyatu dengan Tuhan atau bersatunya Atman dengan Tuhan., sehingga
kita mendapat ketenangan, kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan.Dalam
melakukan Bakti Marga Yoga terutama upacara piodalan di Pura2 diseluruh Indonesia,
masyarakat Hindu sudah mempunyai cara upacara bakti (persembahyangan) secara
baku, dimanapun kita melakukan persembahyangan sudah tersusun sama, dan Mantra
Gayatri selalu dilantunkan sebelum persembahyangan dimulai.

Pada saat Pendeta melakukan upacara piodalan juga dinyanyikan lagu2 warga sari
sebagai pemujaan kehadapan Yang Widhi Wasa yang mempunya makna adalah agar
sebelum persembahyangan dimulai kita sudah mulai rasakan menyatunya Atman
dengan Brahman.

4. Raja Marga Yoga.

Jalan untuk mencapai moksa menurut agama Hindu dapat dilakukan melalui Tapa,
Brata, Yoga, dan Semadi. Untuk mengendalikan diri dengan melakukan latihan2 untuk
mengatasi Sadripu disebut dengan Tapa, Brata, sebab apabila Sadripu kita sudah dapat
kendalikan maka jalan mencapai moksa lebih mudah. Disamping mengendalikan Sad
Ripu, kita juga melakukan latihan2 untuk dapat menyatukan Atman dengan Tuhan yang
disebut dengan Yoga dan Semadi, dengan melakukan konsentrasi yang setepat
tepatnya dalam ketenangan dan suasana syandu sempurna sehingga kita dapat
menyatu dengan Tuhan.

Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan sebagai berikut.

Didalam suatu pesraman di Hutan rimba ada seorang resi yang bernama Resi Suka
yang memberikan dharma wecana kepada murid2nya yaitu yoga, semadi diantara
murid2 nya ada seorang raja bernama raja Jenaka.Raja Jenaka disamping mempunyai
kerajaan yang sangat besar dan kaya juga berkeinginan belajar spiritual (Yoga,semadi)
kepada Resi Suka yang sangat terkenal ilmu spiritualnya. Banyak ujian2 yang diberikan
kepada para siswanya agar dapat mencapai moksa dalam kehidupan ini dengan
meninggalkan keduniawian dengan melepaskan semua keterikatan2 sehingga Atman
menyatu dengan Brahman.Pada suatu hari Resi Suka agak terlambat memberikan
dharma wecana sehubungan Raja Jenaka ada keperluan kerajaan yang sangat
mendesak yang tidak boleh diwakili. Resi Suka dengan sengaja menunggu Raja Jenaka,
ingin menguji kesabaran para muridnya apakah dapat mengekang sad ripu sebagai
dasar pelajaran Yoga.

Dari pengamatan Resi Suka banyak para muridnya gelisah dan gusar dan kadang2
timbul marah tidak sabar menunggu sampai ada yang protes bahwa pelajaran dimulai
saja, mengapa kita di beda2kan orang biasa dengan raja Setelah raja datang dharma
wecana baru dimulai dan resi Suka memberikan wejangan, kita harus dapat
mengendalikan sad ripu sehingga kita dapat ketenangan bathin. Setelah dharma wecana
selesai maka pelajaran dilanjutkan dengan yoga, semadi, dan pelajaran ini harus
dilakukan dengan konsentrasi pikiran secara penuh.

Dengan suasana hening sepi hanya suara jengkrik yang kedengaran, para muridnya
sedang asyik melakukan yoga semadi, tiba2 Resi dengan berteriak bahwa sedang ada
kebakaran di kota kerajaan, murid2nya pada bubar berlari lari pergi ke kota kerajaan
ingin menyelamatkan harta dan rumahnya yang kebakaran. Tetapi raja Jenata tidak
bergeming sedikitpun, dia telah masuk dalam keadaan Semadi, beliau berbahagia dalam
Atman.

Resi mengamati wajah raja dengan perasaan sangat gembira. Setelah beberapa murid2
yang lari kembali bahwa dikota tidak ada kebakaran dan resipun memberikan penjelasan
arti dari peristiwa tersebut. Penundaan mulainya dharma wecana adalah untuk
menghormati raja, karena beliau telah menghapuskan keakuannnya kebanggaannya dan
mempunyai kerendahan hati dan melatih mengendalikan sadripu dan berhasil dengan
baik dan ini perlu dicontoh oleh semua muridnya. Dan peristiwa kebakaran di kota
kerajaan sebenarnya tidak pernah terjadi, peristiwa kebakaran adalah rekayasa Resi dan
ini merupakan ujian dari Resi Suka.Kalau mau berhasil sebagai seorang spiritual (Yogi)
harus berani melepaskan semua keduniawian yaitu keterikatan2, tanpa ada kemauan
untuk menghilangkan keterikatan2 ini tidak mungkin tercapai tujuannya yaitu sebagai
seorang Yogi.

Semua latihan2 ini membutuhkan ketekunan, tulus iklas, kesujudan iman dan tanpa
pamerih. Pada akhir2 ini banyak generasi muda sudah melakukan latihan2 Yoga dan
Semadi, dan buku2 penuntun untuk yang baru memulai belajar Yoga dan Semadi sudah
cukup banyak beredar di toko2 buku, dan suasana ini sangat membantu bagi umat hindu
untuk belajar masalah spiritual melalui Raja Marga Yoga.

Diantara keempat Marga Yoga tersebut diatas semuanya adalah sama tidak ada yang
lebih tinggi kedudukannya, umat Hindu dapat memilih dari keempat Marga Yoga tersebut
tergantung dari bakat masing2 dan jalan yang satu akan berhubungan dengan yang lain
semuanya akan mencapai tujuan yang sama yaitu Moksa.

Penutup.

Menjalankan Spiritual dalam kehidupan sehari hari sering mengalami kendala, banyak
pertanyaan2 yang timbul terutama generasi muda, apakah kita melakukan kegiatan
spiritual harus mengurangi kegiatan untuk mencari harta yaitu bekerja (karma). Ada juga
yang berpendapat bahwa melakukan kegiatan spiritual sebaiknya dilakukan setelah MPP
(masa persiapan pensiun) disamping banyak waktu juga tanggung jawab atau kewajiban
sudah berkurang. Pada saat bekerja aktif dimana ada suatu jabatan tidak memungkinkan
untuk melakukan kegiatan spiritual karena disibukkan dengan pekerjaan2 yang kadang
menyimpang dari Dharma akibat tugas yang membutuhkan untuk mengambil keputusan
sesuai dengan kebutuhan atasan (manajemen. Pada hal pada saat menjabatlah
memanfaatkan kesempatan untuk menegakkan Dharma yaitu kebenaran2, setiap
keputusan yang diambil harus menguntungkan masyarakat banyak. Kadang2 banyak
orang yang tidak sabar dalam mengumpulkan harta dalam bidang pekerjaannya dengan
mengambil jalan pintas yaitu KKN (korupsi, kolusi, nep
otisme), pada hal dalam mengumpulkan harta tidak harus ber KKN banyak jalan atau
cara yang ditempuh asal mau sabar dan tetap berlandaskan Dharma. Banyak orang
kaya tanpa KKN tetapi mereka berhasil dalam bidang profesinya dan hasil kekayaannya
mereka manfaatkan untuk orang banyak dengan mendirikan Yayasan untuk orang yang
tidak mampu (fakir miskin) atau mendirikan Sekolah2 yang dapat menunjang Pendidikan
bangsa demi masa depan rakyat Indonesia.

Untuk mencapai moksa dapat memilih diantara Catur Marga Yoga apakah melalui Jnana
Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Bakti Marga Yoga dan Raja Marga Yoga sesuai
dengan kemampuan serta bidang yang digeluti saat ini Pada saat perang Berata Yuda
selesai dimana kemenangan berada dipihak Pandawa, semua musuh2 sudah kalah
perang tinggal Pendawa yang hidup. Yudistira sebagai pemimpin Pandawa memutuskan
pergi kehutan untuk mengasingkan diri dengan maksud mendekatkan diri kehadapan
Yang Widhi Wasa dengan Raja Marga Yoga salah satu Catur Marga Yoga. Arjuna
sebagai orang yang bijaksana yang mempunyai Visi dan Misi jauh kedepan
menganjurkan kepada Prabu Yudistira agar kembali untuk memimpin kerajaan, siapa
yang akan memimpin kerajaan, seandai nya semua keluarga Pandawa pergi kehutan,
padahal untuk mencapai kemenangan perang Brata Yuda dalam menegakkan Dharma
sudah banyak pengorbanan baik jiwa maupun raga, banyak pahlawan2 yang telah
berguguran dalam perang.

Untuk mencapai moksa tidak harus pergi kehutan melakukan Semadi, Yoga, didalam
kerajaanpun dengan berbuat dan menegakkan kebenaran yaitu Dharma dapat mencapai
Moksa.
Keterikatan adalah Moha, kebebasan adalah Moksa, selama kita masih menderita
keterikatan, Moksa tidak mungkin dapat dicapai. Kadang2 kita agak sulit melepaskan
keterikatan2, dan ini memerlukan latihan2 secara rutin. Untuk mengendalikan Sad Ripu
saja tidak mudah, membutuhkan kesabaran dan ketekunan dan kita selalu melakukan
introspeksi terhadap diri kita sendiri sampai dimana kita telah melakukan latihan2.
Apalagi kita akan melakuan Catur Marga Yoga memang membutuhkan mental yang
tangguh tidak mudah menyerah dan kita harus tahu kemampuan kita terutama bakat
yang dikarunia oleh Yang Widhi Wasa sehingga dalam melaksanakan salah satu Catur
Marga kita tidak mendapat halangan atau kendala sehingga dengan waktu yang relatif
singkat kita sudah dapat melakukan dengan sempurna walaupun belum mencapai
Moksa tetapi kita sudah rasakan hasilnya.

Moksha : Kebahagiaan Sejati

Dalam pembahasan sebelumnya disebut tentang adanya surga, neraka dan moksha. Dalam
ceramah-ceramah agama, surga dan neraka ini banyak sekali disebut-sebut, tapi paling sedikit
dijelaskan. Orang-orang yang rajin beribadat serta berbuat baik dalam hidupnya di dunia ini nanti
setelah mati akan mendapat surga. Sebaliknya, orang-orang yang mengabaikan ibadat dan berbuat
buruk di dunia ini kelak setelah mati akan masuk neraka.

Dalam percakapan sehari-hari sering kita dengar orang berkata "seperti di surga rasanya" atau
"seperti di neraka rasanya" 
Tapi dan bagaimana surga itu? Dimanakah neraka? dan apakah Moksha? 
Kalau kita membeli rumah, kita harus tahu dimana letaknya, berapa luasnya, bahan bangunannya
dari apa serta apa isinya. Tentu saja kita tidak mungkin ke surga sebelum kita mati. Tapi paling sedikit
kita harus tahu "denah dan gambarannya", melalui apa yang dikatakan agama-agama tentangnya.

Surga menurut Agama Yahudi.

Tujuan akhir kehidupan menurut agama Yahudi adalah pembaharuan pemerintahan Yahweh (Tuhan
Yahudi) atas kerajaan duniawi dengan seorang Mesias duniawi (utusan Tuhan yang akan datang ke
bumi) sebagai kepala kerajaan. Di dalam kerajaan duniawi yang dipimpin oleh Mesias itu, orang
Yahudi dan orang kafir (non-Yahudi) akan memelihara Torah (kitab suci agama Yahudi). 
Barang siapa didunia memelihara Torah akan masuk surga, ke Taman Eden. Barang siapa di sini
tidak memelihara Torah, ia menuju tempat hukuman yang disebut Gehinom (neraka) 1)

Surga menurut Agama Kristen.

Tujuan akhir kehidupan menurut agama Kristen hampir mirip dengan tujuan hidup agama Yahudi,
yaitu adanya Kerajaan Allah di bumi ini. Yesus Kristus adalah kepala Kerajaan itu. Dewasa ini
kerajaan itu masih tersembunyi. Raja kerajaan itu juga masih tersembunyi. Rakyat kerajaan itu
sekarang masih dalam pergumulan antara Kerajaan Allah dengan Kerajaan Kegelapan (setan?).
Nanti Kepala Kerajaan yang tersembunyi itu akan nampak. Yesus Kristus datang kembali ke dunia ini.
Waktu itu akan terjadi kiamat dan hari Pengadilan terakhir. Dunia ini akan hancur/ binasa terbakar.
Dan setelah itu akan muncul satu dunia baru, langit baru, dan bumi baru, kota Yerusalem baru yang
turun dari surga. Kota ini dikelilingi oleh tembok besar dan tinggi. Pintu gerbangnya dua belas buah
dan di atas pintu gerbang itu tertulis nama kedua belas suku Israel.

Namun sebelum turunnya kota Yerusalem baru ini terjadi peperangan antara Mikhael melawan naga
berkepala sepuluh dan bertanduk tujuh. Masing-masing pihak dibantu oleh malaikat- malaikatnya.
Ada peperangan antara orang-orang kudus melawan seekor binatang yang keluar dari laut, seperti
macan tutul bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh. Binatang ini diberikan kekuatan, tahta dan
kekuasaan oleh naga yang telah siuman. Dari bumi keluar binatang bertanduk dua dan berbicara
seperti naga yang menyesatkan seluruh penghuni bumi.

Siapakah yang masuk surga? Pintu surga akan terbuka lebar bagi orang-orang buta, lumpuh, orang-
orang sakit kusta (Lukas 14:13-21). Dan orang-orang kaya sulit masuk surga, lebih sulit dari seekor
unta masuk lubang jarum. 2)

Surga menurut agama Islam.

Islam memberikan keterangan yang sangat rinci tentang surga. Dalam agama Islam surga
digambarkan memiliki 8 pintu. Surga terdiri dari 100 tingkat. Di surga mengalir sungai yang jernih
airnya, sungai madu, sungai susu dan sungai arak (khamar atau alkohol). Ada pohon buah-buahan
yang mengikuti kemana penghuni surga pergi. Mereka dilayani oleh laki-laki muda yang memberikan
mereka minuman yang dicampur dengan jahe. Para penghuni surga itu memiliki tempat barang dan
sisir yang terbuat dari emas. Mereka juga memiliki pendupaan yang dibuat dari kayu gaharu.

Para penghuni surga makan dan minum. Tapi mereka tidak pernah buang air besar atau kecil.
Keringat mereka berupa semacam minyak wangi. Hidangan pertama yang disajikan ketika pertama
kali masuk surga adalah sup sirip ikan hiu. 
Para lelaki muslim yang masuk surga diberikan istri-istri (beberapa istri) yang diciptakan dari bidadari
yang masih perawan yang belum pernah disentuh sebelumnya bahkan oleh malaikat. 
Surga Islam itu tampaknya memang surga untuk kaum lelaki. Tapi para wanita Islam tentu juga
mendapat surga. Hanya saja para wanita muslim ini tidak diberikan pasangan laki-laki. Tidak ada
penjelasan tentang hal ini.

Siapakah Masuk Surga? Dalam satu hadis disebutkan, ketika Nabi Muhammad, nabi orang Islam itu
melihat ke surga, penghuninya kebanyakan orang-orang fakir (miskin). Orang miskin yang pasrah
lebih cepat 500 tahun sampai di surga dibandingkan dengan orang Islam yang kaya. 3). 
Dan melihat ke neraka kebanyakan penghuninya adalah wanita. Kenapa penghuni neraka
kebanyakan wanita? Karena wanita lebih tertarik kepada perhiasan duniawi. 4)

Surga tak ubahnya sebuah kampung di bumi ini di mana para penghuninya hidup bersantai-santai
sambil menghabiskan waktu untuk makan dan minum dan bersenang-senang dengan istri-istrinya
yang baru yang dibuat dari para bidadari.

Apakah Neraka?

Neraka, menurut agama rumpun Yahudi, biasanya digambarkan sebagai suatu tempat yang terletak
jauh di dalam bumi. Neraka adalah tempat penyiksaan yang sangat mengerikan. Di neraka terdapat
kawah api yang terus berkobar-kobar yang panasnya seratus kali api bumi. Di sini roh-roh malang itu
dipanggang. Di Neraka juga disediakan jenis penyiksaan yang lain, misalnya ditusuk dengan tombak
atau dipukuli dengan palu godam.

Berapa lama roh-roh malang itu disiksa? 


Tergantung dari kejahatan yang dilakukan di muka bumi. Ada yang singkat ada juga yang selama-
lamanya.

Jika penghukum dengan cara penyiksaan itu dilakukan oleh manusia atau oleh suatu pemerintah di
dunia ini, maka ia akan dikutuk sebagai orang atau pemerintah yang tidak beradab, sangat kejam,
sadis dan tidak berperikemanusiaan sedikitpun. 
Lalu, apakah betul, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang itu, menciptakan alat penyiksa atau
melakukan penyiksaan dengan cara begitu kejam?. Bagaimanakah wajah Tuhan ketika Ia
menjalankan mesin penyiksa itu untuk menggilas roh-roh yang telah Ia tetapkan nasibnya ketika Dia
meniupkannya ke dalam tubuh manusia?, Apakah wajah-Nya memancarkan cahaya kasih atau
menyemprotkan api kebencian?.

Dalam Agama Hindu.

Tidak kita temukan gambaran neraka seperti itu. Lalu apakah orang baik dan orang jahat sama-sama
masuk surga?. Bagaimana soal keadilan ditegakkan?. Dalam agama Hindu sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, setelah mati, jiwa kita (1) mencapai moksa atau (2) lahir kembali kedunia. Bila kita lahir
kembali, maka dalam kelahiran itu kita menerima akibat- akibat dari perbuatan kita dari kehidupan
yang terdahulu. Akibat baik atau akibat buruk. 
Disini dikenal istilah kelahiran surga dan kelahiran neraka. Kelahiran surga artinya dalam hidup ini kita
menjadi orang yang beruntung dan berbahagia. Kelahiran neraka artinya dalam hidup ini kita akan
menderita dan banyak mendapat kesulitan. Penderitaan itu sangat banyak jenisnya. Misalnya
karena : sakit yang tidak dapat disembuhkan, penghianatan, kebencian, dendam, iri hati, sakit hati,
dan kemarahan yang tak terkendali adalah bentuk neraka didunia ini.

Pandangan Kritis tentang Surga dan Neraka.

Gambaran neraka yang begitu kejam tampaknya muncul ketika peradaban masih rendah dan
kesadaran moral juga baru tumbuh. Ketika itu manusia dipaksa untuk berbuat baik karena perbuatan
buruk akan mendatangkan pembalasan yang sangat kejam. Dasarnya adalah rasa takut akan
hukuman yang berlipat ganda.

Ketika peradaban sudah lebih maju dan kesadaran moral sudah lebih tinggi, manusia berbuat baik
karena menyadari sepenuhnya perbuatan buruk atau perbuatan jahat, akan membawa penderitaan
bagi orang lain. Dasarnya adalah cinta dan hormat atas hidup orang lain.

Dr. Franz Dahler, seorang rohaniwan Katholik mengatakan istilah tradisional dan sedikit usang itu
membawa gambaran yang tidak memuaskan sama sekali, karena berdasar kepada ajaran agama
yang tidak dewasa, seakan-akan ditujukan kepada anak kecil. Terbayang dalam benak kita semacam
bangsal surgawi di atas langit, dimana kita bernyanyi dan terus memandang Tuhan yang berpakaian
cemerlang. Itu khayalan bukan kenyataan. Surga adalah kegairahan hidup manusia dalam menerima
dan memberi cinta kepada Tuhan dan manusia dalam menerima dan memberi cinta kepada Tuhan
dan manusia. Sedangkan neraka adalah tempat dimana manusia tidak bisa mencintai lagi. Perang
adalah neraka yang paling tepat. 5)

Kaum sufi Islam mengatakan para penghuni surga adalah orang- orang yang berfikir sederhana
(tolol). Menurut para sufi tujuan manusia yang sesungguhnya adalah persatuan dengan Tuhan
(manunggaling kawula lan Gusti). Sedangkan sorga hanyalah ciptaan. Para penghuni surga adalah
orang-orang yang menganggap kenilmatan jasmaniah (hubungan seks dan kenikmatan lidah) sebagai
tujuan tertinggi. 6)

Chairil Anwar, penyair yang paling terkemuka di Indonesia hingga dewasa ini meragukan surga
semacam itu. Dalam sajaknya "Sorga" ia menceritakan bahwa ia dituntut untuk taat beragama
dengan janji akan diberi surga, dimana ia dapat bercinta dengan para bidadari sambil minum susu
sepuas hatinya. Pada bait kedua ia menulis:

Tapi ada suara menimbang dalam diriku, 


nekat mencemooh : Bisakah kiranya 
berkering dari kuyup laut biru, 
gamitan dari tiap pelabuhan gimana? 
Lagi siapa bisa mengatakan pasti 
di situ memang ada bidadari 
suaranya berat menelan seperti Nina, 
punya kerlingnya Jati?
TUJUAN MANUSIA MENURUT AGAMA HINDU

Catur Purusartha

Dhrama 
Tujuan manusia menurut agama Hindu disebut Catur Purusartha (empat tujuan akhir). Tujuan hidup
yang pertama adalah dharma. Sebagaimana telah dijelaskan didepan, dharma berarti agama atau
kewajiban. Pertama-tama manusia haruslah menjadi manusia beragama. Beragama berarti hidup
bermoral. Hidup bermoral merupakan landasan bagi tujuan tujuan hidup berikutnya.

Artha

Tujuan hidup kedua adalah Artha. Artha artinya materi atau secara sempit disebut uang, secara luas
artha diartikan sebagai keberhasilan atau kesuksesan. Untuk hidupnya manusia memerlukan materi.
Tanpa materi bagaimana kita menyelenggarakan kehidupan rumah tangga, pendidikan dan
kewajiban- kewajiban agama? 
Tapi materi atau kesuksesan itu harus dicapai berdasarkan landasan agama dan dipergunakan
sesuai dengan moral agama.

Kama

Tujuan hidup yang ketiga adalah Kama. Kama dalam arti sempit dimaksudkan kesenangan karena
aktivitas seksual. Aktivitas seksual pertama-tama berfungsi sebagai prokreasi (regenerasi dan
penerusan keturunan). Kedua aktivitas seksual berfungsi rekreasi (re=kembali, kreasi=menciptakan),
peneguhan (kembali) hubungan cinta kasih antara suami dan isteri. Sekali lagi, kama harus dilandasi
oleh dharma. Hubungan seksual itu harus dilakukan dalam kerangka perkawinan yang sah. Dalam
arti luas kama juga mencakup kesenangan-kesenangan yang lain, misalnya yang ditimbulkan oleh
keindahan dan seni.

Keseimbangan Jiwa dan Raga

Sebagaimana dikatakan dalam bahasan sebelumnya (Atman : Jiwa yang Kekal), manusia terdiri dari
dua aspek yang saling melingkupi, yaitu badan dan jiwa. Masing-masing aspek ini, memiliki
kebutuhan-kebutuhan tertentu. Artha dan kama (lebih) merupakan tujuan dari raga dan badan kita.
Sedangkan dharma dan moksha merupakan tujuan dari jiwa kita.

Jadi kebutuhan raga dan jiwa kita harus dipenuhi secara seimbang. Agama Hindu sama sekali tidak
mengajarkan pemeluknya untuk mengabaikan dunia. Tapi agama Hindu juga tidak mengajarkan kita
hanya memikirkan dunia. Tujuan kita yang tertinggi yaitu moksha dicapai melalui perjalanan kita
dalam kehidupan didunia ini. Jadi dapat dikatakan ketiga tujuan di atas, yaitu dharma, artha dan
kama, merupakan tangga bagi tujuan hidup yang terakhir yaitu moksha. Bagaimana kita memperoleh
ketiga tujuan ini, bagaimana kita mempergunakan artha dan kama akan menentukan apakah kita
akan mencapai tujuan tertinggi itu atau tidak.

Surga adalah Persinggahan Sementara.

Dalam agama Hindu surga merupakan persinggahan sementara. Menurut Swami Dayananda
Saraswati, surga adalah pengalaman liburan. Seperti seorang pergi ke Hawai atau ke Bali untuk
bersenang-senang sebentar membelanjakan uangnya dan kemudian kembali ke rumahnya.

Bagavad Gita mengatakan : 


"Setelah menikmati surga yang luas, mereka kembali kedunia ini sesuai ajaran kitab suci. Demi
kenikmatan mereka datang dan pergi".

Surga adalah kesenangan sementara (pleasure). Sedangkan kebahagiaan yang sejati (Joy atau
happiness) adalah Moksha.

Apakah Moksha?

Menurut Radhakrisnan moksha adalah kelepasan, lepas dari ikatan panca indera dan prinbadi,
kepicikan dan keterikatan. Moksha merupakan hasil dari perluasan pribadi dan kebebasan atau
kemerdekaan.

K. B. Bahadur menjelaskan moksha adalah kemerdekaan dan kebebasan, terlepasnya jiwa dari
rangkaian kelahiran dan kematian. Moksha merupakan tujuan tertinggi setiap orang.

Moksha adalah hidup tak terbatas, pengetahuan tak terbatas dan kebahagiaan tak terbatas.
Pembebasan manusia dari segala keterbatasan. Moksha disebut juga jivan-mukti, atau kebahagiaan
jiwa yang tiada terbatas. 7). 
Dalam Upanishad dikatakan moksha adalah persatuan jiwa (roh) dengan Tuhan (Brahman) ibarat
sungai yang mengalir ke laut dan kemudian bersatu dengan laut. Upanishad mengatakan : "Temukan
kebahagiaan pada kelepasan" (Isa Upanishad); "Tuhan yang Esa yang tak terbatas adalah sumber
kebahagiaan (yang terbatas)". (Chandogya Upa). "Moksha atau kebebasan adalah tinggal dalam
wujud-Nya yang abadi (Maha). Apa yang dimaksud dengan pernyataan- pernyataan diatas?, Ia
tampak sebagai ramuan-ramuan abstrak? Sulit bagi kita untuk membayangkan kebahagiaan yang
dimaksudkan dalam moksha.

Di dunia ini kita merasa bahagia bila karir kita sukses. Hubungan suami istri dan hidup rumah tangga
kita tidak mengalami gangguan. Anak-anak kita sehat dan cerdas. 
Apakah ada kebahagiaan tanpa kesenangan seksual, kenikmatan lidah karena memakan buah atau
minuman arak yang lesat? Kenikmatan seksual dan kenikmatan lidah karena makanan atau minuman
bersifat badani. Karena itu bersifat sementara. Kenikmatan seksual hanya terasa selama aktivitas
seksual itu berlangsung. Setelah aktivitas ini selesai, habis juga kenikmatan itu. Kenikmatan karena
makanan dan minuman juga terjadi hanya selama kegiatan makan dan minum itu berlangsung.
Setalah kegiatan ini selesai, habis juga kesenangannya. 
Kebahagiaan yang sejati dan abadi tidak tergantung kepada aktivitas badani. Ia bersifat spiritual yang
disebabkan oleh kehadiran Yang Suci.

Pengalaman Orang-orang yang Pernah "Mati".

Dokter Raymond A. Moody, Jr, seorang psikiater telah mengadakan pene;itian tentang orang-orang
yang pernah dinyatakan mati kemudian hidup kembali (near death experience atau mati suri).
Pengalaman- pengalaman dari orang- orang yang pernah mengalami kematian seperti ini
dikumpulkannya dalam bukunya yang terkenal "Life After Life" telah diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia menjadi "Hidup Sesudah Mati", diterbitkan oleh PT Gramedia.

Seseorang sedang menghadapi maut, pada saat ia mencapi puncak krisis fisiknya, ia mendengar ia
dinyatakan mati oleh dokternya. Pada saat itu ia merasa dirinya bergerak dengan cepat melalui suatu
terowongan yang gelap dan panjang. Setelah itu ia merasa tiba-tiba berada di luar jasadnya, tapi
masih tetap dalam lingkungn yang sama. Ia melihat jasadnya dari satu jarak, seolah-olah ia seorang
penonton. Ia menyaksikan usaha-usaha (dokter dan perawat) untuk menghidupkannya kembali. Tak
lama kemudian ia melihat arwah saudara- saudara dan kawan-kawannya yang sudah meninggal, dan
suatu mahluk cahaya yang penuh kehangatan dan cinta kasih belum pernah ditemuinya muncul
dihadapannya. Sebelumnya mahluk tersebut meminta ia menilai kehidupannya dan membantunya
dengan menunjukkan kilasan kejadian-kejadian penting dalam hidupnya secara tiba-tiba. Pada suatu
saat ia merasa sampai pada satu batas dan ia harus kembali.Tapi ia tak ingin kembali. Di tempat baru
ini ia ditemui oleh rasa gembira cinta dan kedamaian yang meluap-luap. Meskipun demikian, entah
bagaimana ia bersatu kembali dengan jasadnya, dan ia hidup.

Inilah pengalaman dari orang-orang yang pernah mengalami kematian lalu hidup lagi:

"Semua rasa sakit musnah" 


"Ada rasa damai dan tenang yang mutlak. Tak ada rasa takut sama sekali" 
"Setelah aku kembali, aku terus menerus menangis selama kurang lebih seminggu karena aku harus
hidup di dunia ini setelah aku melihat dunia yang satu lagi".

Berikut ini kita kutipkan pernyataan-pernyataan mereeka secara lengkap.

"Pada saat terluka aku merasakan suatu perasaan sakit yang sangat hebat. Tapi kemudian semua
rasa sakit lenyap. Hari terasa dingin, namun demikian sementara saya berada dalam tempat gelap itu
saya merasakan kehangatan dan suatu perasaan senang tiada taranya yang pernah saya alami
sebelumnya".

Seorang wanita yang bernafas kembali setelah serangan jantung menuturkan:

"Saya mengalami perasaan yang sangat menyenangkan. Saya tidak merasakan perasaan lain
kecuali kedamaian, kesenangan, hanya ketenangan. Saya merasa semua kesulitan saya hilang dan
saya berkata kepada diri saya sendiri". "Alangkah tenang dan damainya, dan saya tidak merasa sakit
sama sekali".

Seorang laki-laki yang lain menceritakan:

"Saya merasa kesunyian dan damai yang amat menyenangkan. Pengalaman itu sangat indah, dan
saya merasakan kedamaian dalam hatiku".

Seorang pria yang "mati" setelah terluka dalam perang vietnam mengatakan ia merasakan : "suatu
perasaan lega yang luar biasa.Tak ada rasa sakit dan aku belum pernah merasa begitu santai. Aku
merasa ketentraman dan semua begitu indah".
Seorang wanita menuturkan :

"Saya menunggu tante saya yang sudah tua selama sakitnya yang terakhir. Saya membantu
merawatnya dan pada waktu itu semua anggota keluarga berdo'a untuk kesembuhannya. Nafasnya
berhenti beberapa kali tapi kemudaian ia hidup lagi. Akhirnya satu hari ia melihat saya dan berkata:
"Joan, saya sudah ada di dunia sana, dan disana indah sekali. Saya ingin tinggal disana, tapi saya
tidak bisa selama kamu berdoa agar saya kembali kesini bersama kalian. Doa kalian membuat saya
tetap tinggal di sini. Tolonglah jangan berdoa lagi". Kami semua memenuhi permintaannya berhenti
berdoa, dan tak lama kemudian ia meninggal".

Dalam bagian lain Dr. Raymond A. Moody, Jr. menjelaskan:

Bahkan mereka yang sebelumnya memiliki keyakinan tradisional tentang kehidupan sesudah mati
tampaknya mulai sedikit berubah dengan keyakinannya semula setelah mereka mengalami
"kematian" itu. Sesungguhnya dalam semua laporan yang saya kumpulkan tidak seorangpun dari
mereka melukiskan gambaran mithological tentang apa yang terdapat pada kehidupan di dunia
setelah mati itu. 
Tidak seorangpun menjelaskan surga para kartunis yang gerbangnya penuh permata, jalan-jalan
yang dibuat dari emas, dan malaikat-malaikat bersayap yang memainkan harpa, tidak ada neraka
dengan api berkobar-kobar dan setan-setan dengan garpu penyiksa.

Allan Pring yang pernah mendapat pengalaman melihat "dunia lain" mengatakan : "Disana tidak ada
seks, uang atau apapun yang berbau nafsu".

Jika tidak ada neraka, lalu bagaimana dengan konsep ganjaran dan hukuman yang diajarkan oleh
agama-agama? Apakah semua orang, tanpa memperhatikan perbuatannya di dunia ini akan
memperoleh kebahagiaan di akhirat?.

Kemungkinan orang-orang yang pernah mengalami "kematian" yang diselidiki oleh Dr. Raymond A.
Moody adalah orang-orang yang pada umumnya telah berbuat baik di dunia. Sebab dalam buku itu
juga diceritakan bahwa orang-orang yang mencoba bunuh diri, "mati" lalu hidup kembali mengalami
keadaan yang sama sekali tidak menyenangkan.

Penjelasan lainnya adalah bahwa orang-orang yang melakukan perbuatan-perbuatan buruk, akan
mendapat penderitaan dalam kelahirannya kembali di dunia ini.

-------------- 
1) Dr. J. Verkuji : Etika Kristen, Penerbit Gunung Mulia, Jakarta, 1991, hal 261. 
2) Ibid, hal 269 dan Kitab Wahyu. 
3) Masda F. Marsudi : Kail tanpa Empang, majalah Tempo, 1 Mei 1993. 
4) Keterangan tentang surga Islam diambil dari Syaridah Al, Ma"wasyaraji dan Ahmad al-Qallas :
Sorga yang Dijanjikan, penerbit pustaka mantiq, Solo, 1992. 
5) Franz Dahler dan Julius Chandra : Asal dan Tujuan manusia, penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1991
hal 137-138. 
6) Fritjof Schoun (Muhammad Isa Nurudin) : Islam & Filsafat Parenial, penerbit Mizan, Bandung,
1993, hal 182. 
7) Dr. I Made Titib : Untaian Ratna Sari Upanishad, penerbit Yayasan Dharma Narada, Denpasar,
1994, hal 66-67. 
8) Raymond A. Moody, Jr. M.D. : Life After Life, penerbit Batam Book, New York, 1986.

Anda mungkin juga menyukai