(RPP)
Sekolah : Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/ Semester : XI/1
: Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor
Alokasi Waktu : 3 x 4 Jam Pelajaran
A. KOMPETENSI INTI
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, procedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkretdan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
C. MATERI PELAJARAN
Pertemuan fakta Konsep prinsip prosedur
a. Air panas, air a. Wujud zat suhu Pengukuran
hangat, dan air b. Suhu suhu
1 dingin. c. termometer
b. Tangan dapat
merasakan
perbedaan panas
dingin.
a. Air panas, air a. Perpindahan pemuaian Demonstrasi
hangat dan air panas sederhana
II dingin b. Pemuaian pemuaian
b. Air memuai jika c. Perubahan volume pada
dipanaskan wujud zat zat cair
A. Suhu
Dalam kehidupan sehari-hari, suhu merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya suatu
zat atau benda. Oven yang panas dikatakan bersuhu tinggi, sedangkan es yang membeku
dikatakan memiliki suhu rendah.
Suhu dapat mengubah sifat zat, contohnya sebagian besar zat akan memuai ketika
dipanaskan. Sebatang besi lebih panjang ketika dipanaskan daripada dalam keadaan dingin. Jalan
dan trotoar beton memuai dan menyusut terhadap perubahan suhu. Hambatan listrik dan materi
zat juga berubah terhadap suhu. Demikian juga warna yang dipancarkan benda, paling tidak pada
suhu tinggi. Kalau kita perhatikan, elemen pemanas kompor listrik memancarkan warna merah
ketika panas. Pada suhu yang lebih tinggi, zat padat seperti besi bersinar jingga atau bahkan
putih. Cahaya putih dari bola lampu pijar berasal dari kawat tungsten yang sangat panas.
Alat yang dirancang untuk mengukur suhu suatu zat disebut termometer. Ada beberapa
jenis termometer, yang prinsip kerjanya bergantung pada beberapa sifat materi yang berubah
terhadap suhu. Sebagian besar termometer umumnya bergantung pada pemuaian materi terhadap
naiknya suhu. Ide pertama penggunaan termometer adalah oleh Galileo, yang menggunakan
pemuaian gas, tampak seperti pada Gambar.
Termometer umum saat ini terdiri dari tabung kaca dengan ruang di tengahnya yang diisi
air raksa atau alkohol yang diberi warna merah, seperti termometer pertama yang dapat
digunakan.
a). termometer yang dibuat oleh acamedia del cimento
b). Termometer klinis berbentuk katak
Untuk mengukur suhu secara kuantitatif, perlu didefinisikan semacam skala numerik.
Skala yang paling banyak dipakai sekarang adalah skala Celsius, kadang
disebut skala Centigrade. Di Amerika Serikat, skala Fahrenheit juga umum digunakan. Skala
yang paling penting dalam sains adalah skala absolut atau Kelvin.
Satu cara untuk mendefinisikan skala suhu adalah dengan memberikan nilai sembarang
untuk dua suhu yang bisa langsung dihasilkan. Untuk skala Celsius dan Fahrenheit, kedua titik
tetap ini dipilih sebagai titik beku dan titik didih dari air, keduanya diambil pada tekanan
atmosfer. Titik beku zat didefinisikan sebagai suhu di mana fase padat dan cair ada bersama
dalam kesetimbangan, yaitu tanpa adanya zat cair total yang berubah menjadi padat atau
sebaliknya. Secara eksperimen, hal ini hanya terjadi pada suhu tertentu, untuk tekanan tertentu.
Dengan cara yang sama, titik didih didefinisikan sebagai suhu di mana zat cair dan gas ada
bersama dalam kesetimbangan. Karena titik-titik ini berubah terhadap tekanan, tekanan harus
ditentukan (biasanya sebesar 1 atm).
Pada skala Celsius, titik beku dipilih 0 oC (“nol derajat Celsius”) dan titik didih 100 oC.
Pada skala Fahrenheit, titik beku ditetapkan 32 oF dan titik didih 212 oF. Termometer praktis
dikalibrasi dengan menempatkannya di lingkungan yang telah diatur dengan teliti untuk masing-
masing dari kedua suhu tersebut dan menandai posisi air raksa atau penunjuk skala. Untuk skala
Celsius, jarak antara kedua tanda tersebut dibagi menjadi seratus bagian yang sama dan
menyatakan setiap derajat antara 0 oC dan 100 oC. Untuk skala Fahrenheit, kedua titik diberi
angka 32 oF dan 212 oF, jarak antara keduanya dibagi menjadi 180 bagian yang sama. Untuk
suhu di bawah titik beku air dan di atas titik didih air, skala dapat dilanjutkan dengan
menggunakan selang yang memiliki jarak sama. Bagaimana pun, termometer biasa hanya dapat
digunakan pada jangkauan suhu yang terbatas karena keterbatasannya sendiri.
a. Jenis-jenis termometer
Beberapa macam termometer yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
1. Termometer raksa dan termometer alkohol
2. Termometer bimetal
3. Termometer hambatan
4. Termokopel
5. Termometer gas
6. Pirometer
b. Skala termometer
Adapun skala termometer yang sudah dikenal sebagai berikut:
1. Skala celcius
Titik tetap atas termometer skala celcius menggunakan suhu air murni yang sedang mendidih
pada tekanan 1 atm yaitu 100 atm0C. Titik tetap bawahya yaitu 00C
2. Skala kelvin
Titik tetap bawahnya yaitu 273 K. Dan titik tetap atasnya yaitu 373 K.
3. Skala fahrenheit
Titik tetap bawahnya menggunakan suhu campuran es dan garam dengan nilai 320F. Titik tetap
bawahnya sebesar 2120F
4. Skala reamur
Titik lebur es diberi angka 0 sebagai titk tetap bawahnya, sedangkan titik didihnya diberi angka
80.
Reamur Kelvin
T o R = ( .T o C ) TK= ( T0C+ 273)
reamur ke cecius Kelvin ke celcius
T o R = ( ( ToF-32)) TK= ( (To F -32)) + 273)
Reamur ke fahrenheit Kelvin ke fahrenheit
T o R = ( ( TK-273)) TK= (( To R)+273 )
reamur ke kelfin Kelvin ke reamur
B. Pemuaian
Pemuaian adalah bertambah besarnya ukuran suatu benda karena kenaikan suhu yang
terjadi pada benda tersebut. Kenaikan suhu yang terjadi menyebabkan benda itu mendapat
tambahan energi berupa kalor yang menyebabkan molekul-molekul pada benda tersebut bergerak
lebih cepat. Setiap zat mempunyai kemampuan memuai yang berbedabeda. Gas, misalnya,
memiliki kemampuan memuai lebih besar daripada zat cair dan zat padat. Adapun kemampuan
memuai zat cair lebih besar daripada zat padat. Tabel 6. menunjukkan koefisien muai panjang
pada berbagai zat.
NO Jenis bahan Koefisien muai panjang0C
1 Aluminium 0,000026
2 Baja 0,000011
3 Besi 0,000012
4 Emas 0,000014
5 Kaca 0,000009
6 Kuningan 0,000018
7 Tembaga 0,000017
8 Platina 0,000009
9 Timah 0,00003
10 Seng 0,000029
11 Pyrex 0,000003
12 Perak 0,00002
b. Pemuaian luas
Untuk benda-benda yang berbentuk lempengan plat (dua dimensi), akan
terjadi pemuaian dalam arah panjang dan lebar. Hal ini berarti lempengan
tersebut mengalami pertambahan luas atau pemuaian luas. Serupa dengan
pertambahan panjang pada kawat, pertambahan luas pada benda dapat
dirumuskan sebagai berikut.
∆ A= A0 β ∆ T
A=∆ A+ A 0
A=A 0 ( 1+ β ∆ T )
Keterangan:
A = Luas benda saat dipanaskan (m2)
A0 = Luas benda mula-mula (m2)
β = koefisien muai luas (/oC)
ΔT = perubahan suhu (oC)
c. Pemuaian volume
Zat padat yang mempunyai tiga dimensi (panjang, lebar, dan tinggi), seperti bola dan
balok, jika dipanaskan akan mengalami muai volume, yakni bertambahnya panjang, lebar, dan
tinggi zat padat tersebut. Karena muai volume merupakan penurunan dari muai panjang, maka
muai ruang juga tergantung dari jenis zat.
Jika volume benda mula-mula V1, suhu mula-mula T1, koefisien muai ruang g maka
setelah dipanaskan volumenya menjadi V2, dan suhunya menjadi T2 sehingga akan berlaku
persamaan, sebagai berikut.
∆ V =V 0 γ ∆T
V =∆ V +V 0
V =v 0 ( 1+ γ ∆T )
Keterangan:
V = Volume benda saat dipanaskan (m2)
V0 = Volume benda mula-mula (m2)
γ = koefisien muai volume (/oC)
ΔT = perubahan suhu (oC)
C. Kalor
Sendok yang digunakan untuk menyeduh kopi panas, akan terasa hangat. Leher Anda jika
disentuh akan terasa hangat. Apa sebenarnya yang berpindah dari kopi panas ke sendok dan dari
leher ke syaraf kulit? Sesuatu yang berpindah tersebut merupakan energi/kalor. Pada dasarnya
kalor adalah perpindahan energi kinetik dari satu benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang
bersuhu lebih rendah. Pada waktu zat mengalami pemanasan, partikel-partikel benda akan
bergetar dan menumbuk partikel tetangga yang bersuhu rendah. Hal ini berlangsung terus
menerus membentuk energi kinetik rata-rata sama antara benda panas dengan benda yang semula
dingin. Pada kondisi seperti ini terjadi keseimbangan termal dan suhu kedua benda akan sama.
2. Kapasitas Kalor
Air satu panci ketika dimasak hingga mendidih memerlukan kalor tertentu. Kalor yang
dibutuhkan 1 panci air agar suhunya naik 1° C disebut kapasitas kalor. Kapasitas kalor
sebenarnya banyaknya energi yang diberikan dalam bentuk kalor untuk menaikkan suhu benda
sebesar satu derajat. Pada sistem SI, satuan kapasitas kalor adalah JK-1. Namun, karena di
Indonesia suhu biasa dinyatakan dalam skala Celsius, maka satuan kapasitas kalor yang dipakai
dalam buku ini adalah J/°C. Kapasitas kalor dapat dirumuskan sebagai berikut.
Q = C × T
Keterangan:
Q : kalor yang diserap/dilepas (J)
C : kapasitas kalor benda (J/°C)
T : perubahan suhu benda (° C)
Jika persamaan kapasitas kalor dibandingkan dengan persamaan kalor jenis, maka Anda
dapatkan persamaan sebagai berikut.
C = m × c
Keterangan:
C : kapasitas kalor benda (J/°C)
m : massa benda (kg)
c : kalor jenis benda (J/kg °C)
D. Perubahan wujud
Di SMP Anda telah mempelajari tentang wujud zat, yaitu padat, cair, dan gas. Suatu zat
dapat berada pada salah satu dari ketiga wujud tersebut, tergantung pada suhunya. Misalnya, air.
Air dapat berwujud padat apabila berada pada tekanan normal dan suhunya di bawah 0° C. Air
juga dapat berwujud uap bila tekanannya normal dan suhunya di atas 100° C. Contoh lain adalah
tembaga. Tembaga dapat berwujud padat bila berada pada tekanan normal dan suhu di bawah
1.083° C. Tembaga akan berwujud cair bila berada pada tekanan normal dan suhunya antara
1.083° C – 2.300° C. Tembaga akan berwujud gas bila berada pada tekanan normal dan suhunya
di atas 2.300° C.
E. Perpindahan kalor
Anda telah mempelajari bahwa kalor merupakan energi yang dapat berpindah dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Pada waktu memasak air, kalor berpindah dari api
ke panci lalu ke air. Pada waktu menyetrika, kalor berpindah dari setrika ke pakaian. Demikian
juga pada waktu berjemur, badan Anda terasa hangat karena kalor berpindah dari matahari ke
badan Anda. Ada tiga cara kalor berpindah dari satu benda ke benda yang lain, yaitu konduksi,
kenveksi, dan radiasi.
1. Konduksi
Kalor dapat Anda rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Coba pegang leher Anda! Terasa
hangat, bukan? Hal ini menunjukkan ada kalor yang mengalir ke tangan Anda. Demikian jika
sepotong sendok makan yang Anda bakar pada api lilin, lama kelamaan tangan Anda merasakan
hangat dan akhirnya panas. Peristiwa perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai dengan
perpindahan partikel-partikelnya disebut konduksi.
Perpindahan kalor dengan cara konduksi disebabkan karena partikelpartikel penyusun ujung
zat yang bersentuhan dengan sumber kalor bergetar. Makin besar getarannya, maka energi
kinetiknya juga makin besar. Energi kinetik yang besar menyebabkan partikel tersebut
menyentuh partikel di dekatnya, demikian seterusnya sampai akhirnya Anda merasakan panas.
Besarnya aliran kalor secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut.
Keterangan:
Q : banyak kalor yang mengalir (J)
A : luas permukaan (m2)
T perbedaan suhu dua permukaan (K)
k : konduktivitas termal daya hantar panas (J/ms K)
t : lamanya kalor mengalir (s)
H : kelajuan hantaran kalor (J/s)
Ditinjau dari konduktivitas termal (daya hantar kalor), benda dibedakan menjadi dua
macam, yaitu konduktor kalor dan isolator kalor. Konduktor kalor adalah benda yang mudah
menghantarkan kalor. Hampir semua logam termasuk konduktor kalor, seperti aluminium,
timbal, besi, baja, dan tembaga. Isolator kalor adalah zat yang sulit menghantarkan kalor.
Bahanbahan bukan logam biasanya termasuk isolator kalor, seperti kayu, karet, plastik, kaca,
mika, dan kertas. Berikut contoh alat-alat yang menggunakan bahan isolator dan
konduktor kalor.
a. Alat-alat yang menggunakan bahan isolator kalor, antara lain:
1) pegangan panci presto,
2) pegangan setrika, dan
3) pegangan solder.
b. Alat-alat yang menggunakan bahan konduktor kalor, antara lain:
1) kawat kasa,
2) alat-alat untuk memasak,
3) setrika listrik, dan
4) kom por listrik.
2. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat.
Perpindahan kalor secara konveksi dapat terjadi pada zat cair dan gas. Konveksi
adalah perpindahan panas melalui aliran, di mana zat perantaranya ikut berpindah. Jika partikel
berpindah dan mengakibatkan kalor merambat, maka terjadilah konveksi. Konveksi terjadi pada
zat cair dan gas ( udara/angin ).
a. konveksi pada zat cair
Syarat terjadinya konveksi padaz at cair adalah adanya pemanasan. Hal ini disebabkan partikel-
partikel zat cair ikut berpindah tempat.
b. Konveksi pada Gas
Konveksi terjadi pula pada gas, misalnya udara. Seperti halnya pada air, rambatan (aliran) kalor
dalam gas (udara) terjadi dengan cara konveksi. Beberapa peristiwa yang terjadi akibat adanya
konveksi udara adalah sebagai berikut.
1. Adanya angin laut. Angin laut terjadi pada siang hari. Pada siang hari, daratan lebih cepat
menjadi panas daripada lautan sehingga udara di daratan naik dan digantikan oleh udara dari
lautan
2. Adanya angin darat, Angin darat terjadi pada malam hari. Pada malam hari, daratan lebih
cepat menjadi dingin daripada lautan. Dengan demikian, udara di atas lautan naik dan digantikan
oleh udara dari daratan.
H=
Keterangan:
Q = kalor yang berpindah
h = koefisien konveksi (Wm-2K-4 atau Wm-2(°C)4)
H : laju perpindahan kalor (W)
A : luas permukaan benda (m² )
: t2 – t1 = perbedaan suhu (K atau ° C)
T = waktu (s)
H = Ae T4
Keterangan:
H : laju radiasi (W)
A : luas penampang benda (m2)
T : suhu mutlak (K)
e : emisitas bahan
Pertemuan pertama
Sintaks problem Rincian kegiatan waktu
based learning
Pendahuluan 20
1. Berdoa menit
2. Mengecek kehadiran
3. Merefleksikan hasil kompetensi (KD)
sebelumnya tentang fluida statik
4. Menyampaikan motivasi dan apresepsi
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran
6. Bertanya dan menagih secara lisan tugas baca,
mencari informasi tentang suhu, dan kalor
melalui berbagai sumber (buku, internet, modul)
7. Melaksanakan pretes tentang suhu dan kalor
Pertemuan ke dua
Sintaks problem Rincian kegiatan waktu
based learning
Pendahuluan
1. Berdoa
2. Mengecek kehadiran
3. Merefleksikan hasil pretests dan postest
pertemuan sebelunya. 20
4. Menagih dan mengingatkan tugas baca dan menit
tugas rumah
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran
6. Melaksanakan pretest tentang pemuaian dan
perubahan wujud zat.
Pertemuan ke tiga
Sintaks problem Rincian kegiatan waktu
based learning
Pendahuluan 20
1. Berdoa menit
2. Mengecek kehadiran
3. Menagih dan mengingatkan tugas baca dan
tugas rumah
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
Mengorientasikan Kegiatan inti
peserta didik pada Megamati
masalah 1. Peserta didik menyimak proses pencampuran es
batu hingga menjadi uap. 100
2. Peserta didik menyimak pencampuran air panas menit
dengan air dingin.
3. Guru menilai ketrampilan peserta didik
mengamati..
Menanya
4. Peserta didik mendiskusikan hasil percobaa
sederhana yang diberikan oleh guru didepan
kelas.
Mencoba
5. Peserta didik dibagi dalam kelompok kecil
masing-masing terdiri ats 4 orang.
Mengorganisasikan 6. Peserta didik melakukan eksperimen untuk
kegiatan menentukan persamaan kalor.
pembelajaran 7. Peserta didik melakukan percobaan
memenaskan es hingga menjadi uap.
8. Peserta didik melakukan eksperimen untuk
menentukan suhu akhir campuran
Mengasosiasi
Membimbing 9. Peserta didik berdiskusi untuk menghitung
penyelidikan jumlah kalor yang dibutuhkan
materi 10. Peserta didik menghitung jumlah kalor yang
dibutuhkan untuk menaikan suhu dari titk beku
Dan menyajikan hingga titik uap.
karya 11. Peserta didik menjelaskan bunyi azas black.
12. Peserta didik menyebutkan penerapan asas black
dalam kehidupan sehari-hari
Mengomunikasikan
13. Perwakilan dari peserta didik menyampaikan
hasil hitungan dan kesimpulan diskusi dengan
teman kelompok.
14. Mendiskusikan pemecahan masalah jika ada
perbedaan jawaban.
Analisis dan 15. Guru menilai kemampuan peserta didik daam
evaluasi berkomunikasi lisan
16. Guru menuntun peserta diidk menyelesaikan
soal-soal.
Penutup 15
Bersama peserta didik merangkum menit
tentang azas black.
Memberikan pekerjan rumah tentang azazs
black
Memberikan tugas baca tentang perpindahan
kalor.
Pertemuan ke empat
Sintaks problem Rincian kegiatan waktu
based learning
Pendahuluan
1. Berdoa
2. Mengecek kehadiran
3. Merefleksikan hasil kompetensi (KD) 20
sebelumnya tentang azas black. menit
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran
Mengorientasikan Kegiatan inti
peserta didik pada Megamati
masalah 1. Peserta didik menyimak sendok dan air panas
berada di dalam gelas. 100
2. Guru menilai ketrampilan peserta didik menit
mengamati.
Menanya
3. Peserta didik mendiskusikan hasil percobaa
sederhana yang diberikan oleh guru didepan
kelas.
Mengorganisasikan4. Melalui eksperimen membakar sendok peserta
kegiatan didik dapat menjelaskan perpindahan kalor secara
pembelajaran konduksi.
Mencoba
5. Peserta didik dibagi dalam kelompok kecil
masing-masing terdiri ats 4 orang.
6. Peserta didik melakukan percobaan sederhana
Membimbing tentang perpidahan kalor secara konduksi.
penyelidikan 7. Peserta didik melakukan percobaan sederhana
materi tentang perpidahan kalor secara konveksi.
8. Peserta didik melakukan percobaan sederhana
Dan menyajikan tentang perpidahan kalor secara radiasi.
karya Mengasosiasi
9. Pesera didik menjelaskan perpindahan kalor
secara konduksi.
10. Peserta didik mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi perpindahan kalor secara
konduksi.
11. Peserta didik menemukan penerapan cara
perpindahan kalor secara konduksi dalam
kehidupan sehari-hari.
12. Pesera didik menjelaskan perpindahan kalor
secara konveksi.
13. Peserta didik menemukan penerapan cara
perpindahan kalor secara konveksi dalam
kehidupan sehari-hari.
14. Pesera didik menjelaskan perpindahan kalor
secara radiasi.
15. Peserta didik mengidentifikasi faktor-faktor yang
mmempengaruhi perpindahan kalor secara
radiasi.
16. Peserta didik menemukan penerapan cara
perpindahan kalor secara radiasi dalam
kehidupan sehari-hari.
Analisis dan Mengomunikasikan
evaluasi 17. Perwakilan dari peserta didik menyampaikan
hasil diskusi kelompok tentangperpindahan kalor
secara konduksi, konveksi dan radiasi.
18. Mendiskusikan pemecahan masalah jika ada
perbedaan jawaban.
19. Guru menilai kemampuan peserta didik daam
berkomunikasi lisan
20. Guru menuntun peserta diidk menyelesaikan
soal-soal.
21. Peserta didik menyelesaikan soal mandiri.
Penutup 15
1. Bersama peserta didik merangkum konsep menit
perpindahan kalor
2. Memberi tugas rumah
G. PENILAIAN
INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK
1. Penilaian Hasil Belajar
Teknik Penilaian: pengamatan, tes tertulis , Prosedur Penilaian:
Teknik
No Aspek yang dinilai Waktu Penilaian
Penilaian
1. Sikap Pengamatan Selama pembelajaran dan
Terlibat aktif dalam pembelajaran Suhu, saat diskusi
Kalor dan Perpindahan Kalor
Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
Toleran terhadap proses pemecahan
masalah yang berbeda dan kreatif.
2. Pengetahuan
Menjelaskan kembali tentang Suhu, Kalor Pengamatan dan Penyelesaian tugas
dan Perpindahan Kalor Menyatakan tes individu dan kelompok
kembali Suhu, Kalor dan Perpindahan
Kalor
3. Keterampilan
Terampil menerapkan Suhu, Kalor dan Pengamatan Penyelesaian tugas (baik
Perpindahan Kalor individu maupun
kelompok) dan saat
diskusi
Rubrik Penilaian
Memuaskan 90-100 4 A
Baik 78 - 89 3 B
Cukup 66 - 77 2 C
Kurangcukup 54 - 65 1
D
2. Sebuah lubang kecil dalam suatu perapian dianggap sebagai benda hitam,
luasnya 2 cm2 dan suhu perapian 927oC jika σ = 5,67 x 10- 25
8
watt/m2K4, berapa besarnya kalor yang dipancarkan lubang?
b. Pedoman Penilaian
Kegiatan Skor
Diskusi 100
Penugasan 100
Tes Uraian 100
Nilai akhir = x 100 % 300
JAWABAN LKS
1. Diketahui : A = 2 cm2 = 2x10-4 m2
σ = 5,67 x 10-8 watt/m2K4
T = 927oC = 1200 K
Ditanya : ?
Jawab : = ε.σ.A.T4
= 1.( 5,67 x 10-8 watt/m2K4).(2 x 10-4 m) (1200 K)4
= 23,515 watt
Jadi, besarnya kalor yang dipancarkan lubang tiap detik sebesar 23,515 watt.
2. Diketahui : A = 0,2 m2
T1 = 100oC
T2 = 30oC
h air = 1 watt/m2.oC
Ditanya : H?
Jawab : H = h. A. ΔT
H = (1 watt/m2.oC).(0,2 m2).(100oC-30oC)
H = 14 watt
Jadi, panas yang dikonveksikan dari dasar ke permukaan sebesar 14 watt
3. Diketahui : T1 = 127oC = 400 K
T2 = 527oC = 800 K
Ditanya : Berapa kali energi kedua yang dipancarkan dari energi semula...?
Jawab : H1 = H2
ε.σ.A.T14 = ε.σ.A.T24
(karena sama, maka ε.σ.A diabaikan)
(400 K = (800 K)4
2,56 x 1010 K4 = 4,096 x 1011 K4
Jadi energi yang dipancarkan 16 kali dari energi semula.