Anda di halaman 1dari 6

BAB II

MAHASISWA DALAM KULIAH VIRTUAL

Keberadaan Virus Corona (Covid-19) di dunia ini telah mengubah perilaku manusia
dalam berbagai tatanan kehidupan. Perubahan tersebut terkait dengan kebijakan yang dibuat
pemerintah sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus. Salah satu kebijakan
mitigasi yang dilakukan adalah anjuran untuk tetap berada di rumah. Dengan demikian, semua
kegiatan kecuali yang berkaitan dengan kegiatan medis harus dilakukan dari rumah semaksimal
mungkin. Di bidang pendidikan, anjuran belajar di rumah mengharuskan guru dan dosen
menerapkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kondisi yang ada. Kelas virtual diyakini
sebagai solusi terbaik untuk memberikan layanan kepada siswa atau siswa yang belajar di
rumah. Namun sistem ini masih kurang efektif jika diterapkan pada program studi dimana mata
kuliah praktik merupakan identitas dari program studi tersebut. Contohnya adalah program
studi yang berada di bawah naungan Fakultas Keolahragaan. Menarik untuk dicermati motivasi
mahasiswa dalam perubahan sistem perkuliahan ini, yang semula terbiasa aktif secara fisik
berubah menjadi perkuliahan dengan kelas virtual. Selain mengamati motivasi mahasiswa
mengikuti kelas virtual dari sudut Self-Determination Theory (SDT), feedback dari mahasiswa
tentang proses perkuliahan di kelas online penting untuk disampaikan sebagai bahan evaluasi
untuk kelas online selanjutnya.

 SDT adalah teori motivasi yang dapat digunakan secara luas untuk memahami faktor-
faktor yang memfasilitasi atau melemahkan motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik otonom, dan
kesehatan psikologis, semua masalah yang berhubungan langsung dengan dunia pendidikan
(Ryan & Deci, 2020). Selain pendidikan, SDT juga dapat digunakan sebagai landasan teori untuk
mengamati fenomena motivasi di bidang olahraga prestasi, aktivitas jasmani, dan pendidikan
jasmani (Matosic et al., 2017; Ruffault et al., 47 2016; Wang et al. ., 2016). Dalam mempelajari
fenomena motivasi tidak hanya untuk melihat seberapa besar tingkat motivasi, tetapi juga
mempelajari tentang orientasi motivasi (jenis motivasi). Orientasi motivasional ini menyangkut
sikap dan tujuan yang mendasari tindakan yang dilakukan atau dengan kata lain mengapa
tindakan itu dilakukan. Dalam SDT, jenis motivasi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu motivasi,
motivasi ekstrinsik, dan motivasi intrinsik (Ryan & Deci, 2000). Amotivation menunjukkan
kurangnya motivasi atau dorongan terhadap suatu kegiatan, dengan alasan utama biasanya
tidak mampu menjaga kedisiplinan dalam suatu program, kurang penting untuk dilakukan, dan
hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Motivasi ekstrinsik mengacu pada
partisipasi dalam suatu kegiatan untuk memenuhi tuntutan eksternal. Dan yang terakhir adalah
motivasi intrinsik, jenis motivasi yang terbentuk atas dasar kepuasan, kesenangan, dan
tantangan pribadi tanpa adanya imbalan eksternal. Selanjutnya, motivasi ekstrinsik dibagi
menjadi empat jenis regulasi, yaitu regulasi eksternal, regulasi introjeksi, regulasi teridentifikasi,
dan regulasi terintegrasi. Pembagian ini akan lebih jelas untuk melihat orientasi motivasi dari
tindakan yang dilakukan.

Regulasi eksternal adalah jenis motivasi yang menggambarkan suatu perilaku yang
dilakukan karena dipengaruhi oleh kepentingan luar, seperti pemberian hadiah atau hukuman
(contoh: saya masuk kelas Pendidikan Jasmani karena saya akan mendapat masalah/hukuman
jika tidak mengikutinya). Introjected regulation, motivasi jenis ini sudah dimulai dengan alasan
pribadi, namun masih belum sepenuhnya ditentukan oleh diri sendiri, karena masih ada unsur
ingin mendapatkan pengakuan sosial atau menghindari tekanan dari dalam dan perasaan
bersalah (contoh: saya mengambil pendidikan jasmani kelas karena merupakan kewajiban
wajib). harus dilakukan, kalau tidak saya akan merasa bersalah). Selanjutnya diidentifikasi
regulasi, dengan jenis perilaku individu ini lebih karena alasan pribadi atau untuk tujuan pribadi
(misalnya saya mengambil kelas Pendidikan Jasmani karena saya ingin meningkatkan
keterampilan olahraga saya). Yang terakhir adalah regulasi terpadu, yang merupakan jenis
motivasi yang paling internal dalam motivasi ekstrinsik, tetapi tujuan perilaku tetap untuk
mencapai tujuan yang dianggap berharga dalam diri saya (misalnya saya mengambil kelas
Pendidikan Jasmani karena ini penting untuk saya miliki. gaya hidup yang sehat).

Meskipun regulasi yang teridentifikasi dan terintegrasi tampak memiliki alasan internal,
namun jenis motivasi ini masih dianggap sebagai motivasi ekstrinsik, karena dilakukan untuk
mencapai tujuan pribadi, bukan karena minat melakukan kegiatan tertentu. Kelas virtual saat
ini, menuntut mahasiswa FKOR untuk cenderung tidak aktif dibandingkan dengan situasi normal
sebelumnya. Dengan demikian, mengetahui motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran
perlu dilakukan sebagai bahan evaluasi proses pembelajaran. Menurut hasil review dan meta-
analisis, motivasi intrinsik akan memiliki dampak atau hasil yang lebih baik daripada jenis
motivasi lainnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani (Vasconcellos et al., 2019). 49 Dari
hasil survey sederhana yang penulis lakukan pada mahasiswa FKOR UNS semester II, III, dan VI,
menunjukkan bahwa rata-rata motivasi mahasiswa FKOR dalam mengikuti kelas virtual selama
masa pandemi ini bervariasi. Dari 237 responden (semester II: 84 mahasiswa, semester IV: 75
mahasiswa, semester VI: 78 mahasiswa) hanya satu mahasiswa yang memiliki motivasi intrinsik,
dimana alasan mengikuti kelas virtual ini adalah “ingin terus belajar”. Respon terbanyak adalah
untuk jenis motivasi regulasi yang diintrojeksi. Terdapat 201 mahasiswa atau sekitar 83%
responden yang mengikuti kuliah online hanya untuk menggugurkan kewajiban, pengakuan
sosial dan menghindari tekanan dalam diri. Rata-rata alasan mereka mengambil kelas virtual
adalah sebagai berikut: karena kewajiban mahasiswa, karena tuntutan, karena peraturan dari
pemerintah dan kampus selama pandemi Covid-19, mereka harus belajar online, karena tidak
ada pilihan, dan untuk menunjukkan kehadiran.

Menurut pengamatan penulis, selama perkuliahan melalui Google Classroom dan Grup
Whatsapp hanya sekitar 15-25 persen mahasiswa yang benar-benar responsif, selebihnya
hanya mengikuti saja (status materi yang dikirim di WAG hanya “dibaca”), bahkan ada yang
jangan buka materinya. disampaikan. Jika dikaitkan dengan hasil survei, perilaku ini mungkin
terkait dengan motivasi mahasiswa yang merupakan tipe regulasi yang paling introjeksi, artinya
kehadiran mereka di kelas online hanya karena memenuhi kewajiban mengikuti perkuliahan
dan hanya menunjukkan kehadiran. 50 Walaupun sebagian besar siswa memiliki tipe motivasi
introjeksi regulasi, namun ada beberapa siswa (8,2%) yang alasan atau dorongannya untuk
mengikuti kelas online untuk mencapai tujuan pribadi atau alasan yang lebih bersifat pribadi.
Rata-rata mereka menjawab “agar tidak ketinggalan materi”, “mendapat ilmu”, dan “lulus tepat
waktu”. Dengan demikian, jenis motivasi siswa diidentifikasi regulasi. Jenis motivasi ini mulai
masuk ke ranah pribadi atau lebih ke alasan internal, meski tidak sepenuhnya, karena masih
ada nilai-nilai yang ingin dicapai. Untuk jenis motivasi yang lebih internal adalah regulasi
terpadu, namun sayangnya dari semua responden hanya empat siswa yang memiliki jenis
motivasi ini. Kelompok mahasiswa ini memiliki dorongan untuk mengikuti kelas virtual selain
dapat mengikuti pelajaran dengan baik, mereka juga ingin menimba banyak ilmu sebagai bekal
untuk mengajar di masa yang akan datang.

Secara umum, jenis motivasi ini hampir sama dengan regulasi yang diidentifikasi, semua
alasan atau dorongan datang dari dalam. Perbedaannya terletak pada proses regulasi yang
relevan dengan dirinya sendiri, regulasi terintegrasi lebih condong pada konformitas dan
kesadaran diri, sedangkan regulasi yang teridentifikasi lebih mementingkan nilai kegiatan yang
dilakukan. Meskipun dorongan untuk melakukan sesuatu karena kesadaran diri, berdasarkan
SDT, perilaku ini masih belum termasuk motivasi intrinsik karena alasan untuk melakukan
sesuatu belum mencapai rasa minat, kesenangan, dan kepuasan. 51

Berbeda dengan dua jenis motivasi ini, alasan untuk mendapatkan nilai dan untuk
menyenangkan orang tua adalah yang ketiga paling umum dalam hasil survei. Alasan-alasan
tersebut termasuk dalam kategori motivasi regulasi eksternal karena memenuhi kebutuhan
eksternal dan mendapatkan imbalan, yaitu nilai. Dari seluruh tanggapan mahasiswa tentang
motivasi mengikuti kelas virtual, ada satu responden yang menjawab jarang mengikuti
perkuliahan karena sulit mendapatkan sinyal yang baik di lingkungannya. Selain itu, perangkat
yang digunakannya tidak mendukung perkuliahan online. Jika dilihat dari SDT, siswa ini
termasuk dalam kategori motivasi, karena tampak tidak ada niat untuk kuliah, merasa tidak ada
nilai yang bisa diambil, dan tidak mampu mengendalikan masalah. dia menghadapi (menyerah).
Namun, jika mempertimbangkan kondisi pandemi saat ini, penilaiannya akan berbeda. Social
dan physical distancing menyebabkan dia tidak bisa meninggalkan wilayahnya ke lokasi yang
memiliki sinyal lebih baik.

 Selain mengamati jenis atau tipe motivasi mahasiswa, pemahaman perasaan selama
perkuliahan dan strategi pembelajaran yang cocok untuknya perlu diungkapkan sebagai bahan
evaluasi bagi dosen. Dari total jawaban responden, 46% mahasiswa menjawab bosan dengan
perkuliahan yang mereka lakukan, 27% mengatakan tidak suka, dan 26% mengatakan senang.
Mereka merasa bosan karena dalam perkuliahan mereka hanya melihat handphone atau laptop
saja, tidak ada interaksi dengan teman sekelasnya terutama di 52 mata kuliah praktek.
Ditambah lagi dosen memberikan materi yang monoton dan diakhiri dengan tugas.

 Selanjutnya alasan mereka tidak menyukai kelas virtual, alasan mereka karena
banyaknya tugas, deadline penyelesaian terlalu cepat, signaling sulit, dan materi sulit dipahami
karena dosen hanya memberikan file tanpa dijelaskan. . Sedangkan alasan bahagia karena bisa
berkumpul dengan keluarga (untuk anak kos), tugas yang tidak banyak, dan bisa belajar sambil
berbaring jika bosan. Perasaan mahasiswa tersebut tentunya tidak lepas dari strategi
pembelajaran yang disampaikan oleh dosen. Berikut alasan mengapa mereka menyukai strategi
pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu: penjelasan menggunakan media video menjadi
lebih jelas untuk praktikum kelompok mata kuliah, kelas yang menerapkan diskusi dan tanya
jawab, menggunakan WA Grup dalam perkuliahan (tidak menghabiskan banyak kuota, dapat
diikuti oleh semua walaupun sinyalnya agak susah), penjelasan dari dosennya jelas dan
terstruktur dengan baik, dan kebanyakan adalah mata kuliah yang tidak memberikan banyak
tugas.

Dari hasil survey ini dapat disimpulkan bahwa motivasi mahasiswa FKOR dalam mengikuti kelas
virtual adalah motivasi ekstrinsik, karena mereka melakukan kegiatan hanya untuk memenuhi
tuntutan eksternal berupa pemenuhan kewajiban dan menghindari tekanan dalam diri.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, individu yang memiliki jenis motivasi ekstrinsik ini
tidak menghasilkan hasil yang baik di segala bidang. Selanjutnya jika kondisi tersebut ditambah
dengan penerapan 53 strategi pembelajaran dari dosen yang kurang optimal, maka hasil belajar
di kelas virtual kemungkinan besar akan kurang dari yang diharapkan. Oleh karena itu dalam
mengelola kelas virtual, dosen harus lebih tanggap dan melibatkan mahasiswa untuk
berinteraksi, menggunakan media pembelajaran audio visual, menggunakan platform
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan mahasiswa, dan memberikan tugas dengan
porsi yang sesuai. 
DAFTAR PUSTAKA

Matosic, D., Ntoumanis, N., Boardley, I. D., Sedikides, C., Stewart, B. D., & Chatzisarantis, N.
(2017). Narcissism and coach interpersonal style: A selfdetermination theory perspective.
Scandinavian Journal of Medicine and Science in Sports, 27(2), 254–261.
https://doi.org/10.1111/sms.12635

Ruffault, A., Bernier, M., Juge, N., & Fournier, J. F. (2016). Mindfulness May Moderate the
Relationship Between Intrinsic Motivation and Physical Activity: A Cross-Sectional Study.
Mindfulness, 7(2), 445–452. https://doi.org/10.1007/s12671- 015-0467-7 Ryan, R. M., & Deci,
E. L. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic Definitions and New Directions.
Contemporary Educational Psychology, 25(1), 54–67. https://doi.org/10.1006/ceps.1999.1020
Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2020). Intrinsic and extrinsic motivation from a self-determination
theory perspective: Definitions, theory, practices, and future directions. Contemporary
Educational Psychology. https://doi.org/10.1016/j.cedpsych.2020.101860 Vasconcellos, D.,
Parker, P. D., Hilland, T., Cinelli, R., Owen, K. B., Kapsal, N., Lee, J., Antczak, D., Ntoumanis, N.,
Ryan, R. M., & Lonsdale, C. (2019). SelfDetermination Theory Applied to Physical Education: A
Systematic Review and MetaAnalysis. Journal of Educational Psychology.
https://doi.org/10.1037/edu0000420 Wang, J. C. K., Morin, A. J. S., Ryan, R. M., & Liu, W. C.
(2016). Students’ motivational profiles in the physical education context. Journal of Sport and
Exercise Psychology, 38(6), 612–630. https://doi.org/ 10.1123/jsep.2016-0153

Anda mungkin juga menyukai