Anda di halaman 1dari 76

MATERIDI

KLAT PELAYARAN NI
AGA

ForInternalUse
UntukKalanganSendiri

KD 1PADA PELAJARAN MEMUAT

Di
nasPendi
dikanPr
opi
nsiRi
au
SMK NEGERI1BUKI
T BATU
KATA PENGANTAR

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi sikap, pengetahuan

dan keterampilan secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi

dasar tiap mata pelajaran mencakup kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi dasar

kelompok pengetahuan, dan kompetensi dasar kelompok keterampilan. Semua mata pelajaran

dirancang mengikutirumusan tersebut.

Pembelajaran jenjang Pendidikan Menengah Kejuruhan yang disajikan dalam buku ini juga

tunduk pada ketentuan tersebut. Buku siswa ini diberisi materi pembelajaran yang membekali

peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan dalam menyajikan pengetahuan yang

dikuasai secara kongkrit dan abstrak, dan sikap sebagai makhluk yang mensyukuri anugerah

alam semesta yang dikaruniakan kepadanya melalui pemanfaatan yang bertanggung jawab.

Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai

kompetensi yang diharuskan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum

2013, siswa diberanikan untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang

luas di sekitarnya. Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya

serp siswa dengan ketersediaan kegiatan buku ini. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi

dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan

sosial dan alam.

Buku ini sangat terbuka dan terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, kami

mengundang para pembaca memberikan kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan

penyempurnaan. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita

dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka

mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

GLOSARIUM

I. PENDAHULUAN..............................................................................................................

II. PEMBELAJARAN ...........................................................................................................

A. Kompetensi Kegiatan Pembelajaran............................................................................

B. Materi Pembelajaran

III. PENUTUP..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................

2
I. PENDAHULUAN

Bila ditinjau dari sudut pengoperasiannya, kapal secara umum dapat dibedakan antara “

LINER “ adalah kapal yang dalam pelayarannya waktu mapun tujuannya adalah tetap antara

pelabuhan satu ke pelabuhan lainnya, kemudian yang disebut dengan “ TRAMP “ adalah

kapal yang menjalani route pelayarannya tidak tetap, biasanya kapal kapal yang dioperasikan

dalam bentuk “ CHARTER “ Disamping itu kapal-kapal diklasifikasikan pula menurut jarak

pelayarannya atau daerah pelayarannya yaitu :

1. Pelayaran Lokal

2. Pelayaran Nusantara

3. Pelayaran Khusus, dalam negeri dan Luar Negeri

4. Pelayaran Samudera

5. Pelayaran Rakyat

Perusahaan Pelayaran memegang andil yang cukup penting dalam memperlancar dan

memajukan arus barang perdagangan dalam dan luar negeri dengan memperlancar arus

barang/muatan dari daerah produksi ke daerah konsumen.

Untuk mengelolanya dengan baik tidak saja diperlukan pengetahuan mengenai pengoperasian

kapal sebagai alat untuk menyediakan transportasi, tetapi diperlukan pula pengetahuan yang

cukup mengenai manajemen pelayaran, Aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan hokum yang

terkait dengan pelayaran dan perkapalan serta pengetahuan mengenai transportasi laut itu

sendiri. Salah satu tugas dan tanggung jawab yang berat dari pengangkut (carier) adalah

pengangkutan muatan dengan baik dan selamat yang terkait dengan kegiatan peranginan

muatan, memuat, memelihara muatan serta membongkarnya di tempat tujuan

3
II. PEMBELAJARAN

A. Kompetensi Kegiatan Pembelajaran 1

Pengetahuan : Explain cargo care, inspection and preparation of hold (menjelaskan


perlindungan muatan dan pemeliharaan palkah)

Ketrampilan : Implement cargo care, inspection and preparation of hold (menganalisis


persiapan, perlindungan dan pemeliharaan muatan di palkah)

B. Materi pembelajaran

1. PEMUATAN

Penanganan dan pengaturan muatan di atas kapal, menyangkut beberapa aspek antara lain
sebagai berikut :

1. Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengaturan Muatan.

2. Perencanaan Penanganan Muatan.

3. Pe laksanakan Pengaturan Muatan

Prinsip Penanganan dan Pengaturan Muatan Ada 5 (lima) Prinsip Penanganan dan
Pengaturan Muatan yaitu :

a. Melindungi Kapal.

b. Melindungi Muatan.

c. Pemanfaatan Ruang muat semaksimal mungkin.

d. Bongkar muat secara Cepat, Teratur dan Sistimatis.

e. Melindungi ABK dan Buruh.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai prinsip-prinsip penanganan dan pengaturan muatan
tersebut.

a. Melindungi kapal.

4
Melindungi kapal berarti menciptakan suatu keadaan dimana dalam melaksanakan kegiatan
Penanganan dan Pengaturan muatan, kapal senantiasa tetap dalam kondisi yang baik, aman
serta layak laut.

Untuk dapat mencapai maksud tujuan ini, maka yang perlu untuk mendapatkan perhatian
adalah mengenai Pembagian muatan yang harus proporsional dalam pengaturannya baik
pembagian muatan secara Tegak. Melintang, Membujur serta pembagian muatan secara
khusus pada geladak antara

Pembagian Muatan secara Tegak (Vertica 1) Menyangkut masalah Stabilitas melintang.

Jika pembagian muatan secara Tegak terkonsentrasi pada bagian bawah, maka kapal
akan memiliki nilai GM yang besar, dan akibatnya kapal mempunyai. sifat yang kaku
(Stiff).

a bagian atas, maka kapal akan


memiliki nilai GM yang kecil, dan akibatnya kapal mempunyai sifat yang langsar
(Tender).

Pembagian Muatan secara Membujur (Longitudinal) Menyangkut masalah Trim, Sagging dan
Hogging.

konsentrasi pada bagian depan, maka kapal


akan memiliki kondisi Trim depan (Trim by the head), Forward draught lebih besar dari
After draught (F > A). Demikian sebaliknya) Jika pembagian muatan secara Membujur
terkonsentrasi pada bagian belakang, maka kapal akan memilik i kondisi Trim belakang
(Trim by the stem). After draught lebih besar dati Forward draught (A> F).

ntrasi pada bagian tengahtengah


kapal, maka kapal akan memiliki .kondisi Sagging. Amidships draught lebih besar dari
Mean fore and of ( MD > MFA). Demikian sebaliknya, Jika pembagian •muatan secara
Membujur terkonsentrasi pada bagian ujung-ujung, maka kapal akan memiliki kondisi
Hogging. Mean fore • and aft lebih besar dari Amidships draught (MFA> MD).

Kapal yang berada- dalam kondisi Sagging maupun Hogging, akan menimbulkan tegangan-
tegangan yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sambungan-sambungan
bagian kapal, khususnya pada bagian dek maupun bagian plat lambung

5
Pembagian muatan secara Melintang _ (Transversal) Menyangkut masalah kemiringan d
rolling kapal. Jika pembagian muatan secara transversal tidak berimbang terhadap centre line,
maka sudah tentu mengakibatkan kapal mengalami kondisi yang miring (List).

Jika pembagian muatan secara transversal berimbang . terhadap entre line namun terpusat
pada bagian wing-wing maka rollingnya kapal akan pelan I langsar (Tender), . demikian•
sebaliknya jika terpusat pada centre line, maka rollingnya kapal akan cepat I kaku (Stiff).

Pembagian Muatan secara khusus pada geladak antara (Tween Deck) Menyangkut masalah
Kekuatan daya tampung geladak (Deck Load Capacity) . Pengaturan muatan pada Geladak
Antara, perlu mendapat perhatian khusus, terutama pada pengaturan muatan-muatan berat,
sehingga onsentrasi berat muatan . pada setiap bagian dek tidak melewati batas kemampuan
daya tampung geladak itu.

Oleh karenanya para Mualim dan Nakhoda harus mengetahui atau dapat menghitung
besarnya kemampuan . daya tampung setiap geladak agar tidak menimbulkan kerusakan pada
geladak tersebut.

Kemampuan daya tampung geladak (Dec Load Capacity) dinyatakan dalam satuan ton/m2,
yang artinya Besarnya jumlah berat muatan yang dapat ditampung oleh sebuah geladak untuk
luas setiap meter persegi

b. Melindungi Muatan

Yang dimaksud dengan melindungi muatan adalah menyangkut tanggung jawab. pihak
pengangkut (Carrier) terhadap keselamatan muatan yang dimuat dari suatu pelabuhan ke
pelabuhan tujuannya dengan aman sebagaimana kondisi muatan seperti saat penerimaannya.

Tanggung jawab pihak pengangkut terhadap keselamatan muatan berdasarkan "From Sling to
Sling" atau " From Tackle to tackle". Untuk dapat menjaga keselamatan I melindungi muatan
, maka pihak Carrier dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, hams mengenal
betul akan sifat-sifat serta jenis muatan-muatan tersebut sehingga dapat menghindari
kerusakan muatan yang diakibatkan oleh :

1. Keringat kapa l

2. Keringat Muatan

3. Kebocoran I kebasahan dari muatan lain.

6
4. Pergesekan dengan kulit I badan kapal.

5. Pergesekan dengan muatan lainnya.

6. Penanganan muatan.

7. Muatan la innya.

8. Penanggasan (Spontaneous heating)

9. Pencurian (Pilferage).

Agar dapat menghindari / mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh hal-hal tersebut diatas ,
maka yang hams dilakukan dengan baik dan tepat adalah :

1. Penggunaan Penerapan (Dunnage).

2. Pengikatan dan Pengamanan (Lashing and securing)

3. Pemberian Ventilasi.

4. Pemisahan Muatan.

5. Perencanaan yang prima.

c. Pemanfaatan ruang muat semaksimal mungkin.

Yang dimaksud dengan . Pemanfaatan ruang muat semaksimal mungkin adalah menyangkut
penguasaan ruang rugi (Broken stowage) yaitu pengaturan muatan• yang dilakukan
sedemikian rupa s•ehingga ruang muat yang tersedia dapat diisi dengan muatan sebanyak
mungkin dan ruang muat yang tidak terpakai dapat ditekan sekecil mungkin. Broken stowage
adalah besarnya persentase (%) jumlah ruangan yang hilang atau ruang yang tidak terpakai I
ruang rugi pada pengaturan muatan dalam suatu palka. Pers ntase kehilang ruang 1 ruang rugi
(Broken stowage) suatu palka dapa dihitung dengan rumus. Broken Stowage = Volume Palka
- Volume Muatan x 100 % Volume Palka

Hal yang tidak dapat dihindari pada Pengatur muatan ke dalam suatu palka adalah terjadinya
Broken stowage pada tempat tempat yang antara lain

1. Sudut-sudut palka.

2. Pa lka-pa lka u jung

7
3. Didaerah got-got (Bilge).

4. Pada susunan muatan paling atas atas (Top tie ).

5. Diantara muatan - muatan

Dalam melaksanakan kegiatan pengaturan muatan, maka penyebab terjadinya Broken


stowage adalah :

1. Bentuk pa lka.

2. Bentu k Muatan.

3. Jen i s muatan.

4. Skill Buruh I pekerja

Untuk mengatasi terjadinya Broken stowage maka hal-hal yang hams dilakukan adalah :

1. Pemilihan bentuk muatan yang sesuai dengan bentuk palka.

2. Pengelompokan dan pemilihan jenis muatan.

3. Penggunaan muatan pengisi

4. Pengawasan pengaturan muatan.

5. Penggunaan Dunnage seminim mungkin

d. Bongkar muat secara Cepat, Teratur dan Sistimatis.

Yang dimaksud dengan Bongkar muat secara Cepat, Teratur dan Sistimatis adalah
menciptakan suatu proses kegiatan • bongkar muat yang el3sien dan efektif dalam
penggunaan waktu serta biaya. Untuk mencapai suatu hasil yang maksimal, .maka hal-hal
yang hams dihindari / dicegah adalah terjadinya

1. Long Hatch .

2. Over Stowage .

3. Over Carriage .

8
Long Hatch adalah Penumpukan suatu jenis muatan dengan jumlah banyak pada sate palka
untuk satu pelabuhan tertentu, atau .terjadinya pembagian muatan yang tidak merata untuk
masing-masing palka bagi suatu pelabuhan tujuan tertentu: Akibatnya terjadi waktu bongkar
yang lama pada palka tersebut (Gang hours). Over Stowage adalah Muatan yang seharusnya
dibongkar di suatu pelabuhan tujuan, terhalang oleh muatan lain yang berada diatasnya Oleh
karena itu, maka muatan penghalang hams dipindahkan atau dibongkar terlebih dahulu lalu
membongkar muatan yang dimaksud. Akibatnya . waktu pembongkaran akan bertambah
demikian juga biaya pembongkaran dan pemuatan kembali muatan penghalang itu, serta
kemungkinan akan terjadi kerusakan – pada muatan penghalang dalam proses kegiatan
bongkar –muatnya. Over carriage adalah Muatan yang seharusnya dibongkar di suatu
pelabuhan tujuan, terbawa ke pelabuhan berikutnya (Next port) . .Akibatnya timbul claim
yang sangat merugikan pihak Perusahaan Pelayaran, dimana pihak perusahaan pelayaran
wajib bertanggwig. jawab atas biaya-biaya yang timbul untuk pengiriman muatan kembali ke
pelabuhan tujuannya.

Untuk mencegah terjadinya Long Hatch, Over stowage dan Over carriage, maka hal-hal yang
harus diperhatikan adalah :

1. Perencanaan pengaturan dilakukan dengan prima.

2. Pemisahan yang sempurna •

3. Pemberian label pelabuhan (Po mark) yang jelas.

4. Pe.meriksaan saat akhir pembongkaran.

e. Melindungi ABK dan Buruh.

Yang dimaksud dengan Melindungi ABK dan Buruh adalah menyangkut atas keselamatan
Jiwa ABK dan Buruh, yang mana bahwa selama ABK dan Buruh I p kerja melaksanakan
kegiatannya senantiasa selalu terhindar dari segala bentuk resiko-resiko yang mungkin atau
dapat terjadi yang berasal I akibat dari pelaksanaan bongkar muat Persiapan Ruang Muat
Sebelum kapal menerima muatan; seyogianya ruang muat / palka palka, telah siap untuk
dimuati. Kesiapan ruang muat untuk menerima muatan ditandai dengan suatu Surat
pemyataan yang dibuat oleh Nakhoda bila kapal di Charter yang dikenal dengan _ Notice Of
Readiness " (NOR).

9
Untuk melaksanakan persiapan ruang muat maka langkah yang harus ditempuh adalah
meliputi 2 (dua) hal, yaitu Pembersihan Ruang muat dan Pemeriksaan Ruang muat.

Pembersihan Ruang Muat.

Pembersihan ruang muat adalah menjadi tanggung jawab Mualim-1, oleh karena itu, maka
pelaksanaan pembersihan langsung dibawah pengawasan Mualim I atau seorang Perwira
kapal yang ditugaskan untuk itu. Waktu I jam di mulai dan selesainya pelaksanaan
pembersihan ruang muat hams di Jurnalkan.

Pembersihan ruang muat dilaksanakan dengan Cara sebagai berikut :

Mengeluarkan sisa-sisa dan bekas-bekas muatan terdahulu termasuk sisa-sisa dan


bekas-bekas penerapan .

Menyapu bersih kotoran dan debu-debu ruangan termasuk dinding-dinding, bila perlu
menggunakan serbuk ger gaji untuk membersihkan sisa-sisa muatan yang melekat,
misalnya bekas -bekas minyak dll.

Membersihkan Got-got dari segala kotoran-kotoran yang dapat menyumbat saringan


dan pipa isapnya.

Mengumpulkan sisa-sisa muatan terdahulu dan kotoran-kotoran di alas dek untuk


dibuang ke darat pada tempat yang telah disiapkan untuk itu.

Ruangan yang telah disapu bersih, kemudian dicuci dengan air tawar untuk
menghilangkan debu-debu yang masih melekat.

Jika ruangan berbau, maka air cucian diberi campuran bahan kimia sedikit untuk
menghilangkan bau yang tidak enak tersebut.

Air cucian yang tertampung dalam got-got dikuras I dikeringkan, tidak melalui pipa
isap jika air got tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan pencemaran.

Menjalankan Ventilasi ruang muat agar ruang muat cepat kering. Pemeriksaan Muat.
Pemeriksaan ruang muat dilakukan oleh Mualim-I dan jika perlu. Dengan seorang Surveyor.
Bagian-bagian yang akan diperiksa menggunakan daftar periksa (Check list) yang berisikan
keterangan-keterangan bagian yang diperiksa apakah dalam kondisi : Lengkap, Baik, Cukup,

10
Sedang, Buruk, Berfungsi, Tidak berfungsi, Tidak ada dll. Adapun bagian-bagian yang
diperiksa antara lain :

1. Ruang muat (Cargo Hold). Apakah Bersih, Kering, Berbau, Basah.

2. Penerapan tetap (Permanent Dunnage). Apakah terpasang pada tempatnya, lengkap,


baik I utuh.

3. Sistem pembuangan (Drainage system) termasuk Saringan (Rose box). Apakah


Bersih, Kering, Daya isap berfungsi baik atau tidak.

4. Penerangan ruang muat. Apakah Instalasi listrik, Bola. lampu dan perlengkapannya
baik dan utuh.

5. Tangga Jalan masuk ke ruang muat. Apakah Terapan, terapan dan pengangannya balk
dan utuh.

6. Alat penemu asap (Smoke detector). Apakah Berfungsi atau tidak dengan mengetest,
dan check di Anjungan.

7. Sistem pemadam kebakaran C02. Apakah Instalasi C02 balk dan aman.

8. Lubang lain orang (Man holes). Apakah Baut lengkap dan baik, kencang sorta kondisi
kedap packingnya.

9. Sistem Peranginan (Ventilation system). Apakah berfungsi, tidak tersumbat, kawat


pengaman balk atau rnsak.

10. Penutup palka (Hatch cover). Apakah kedap air, atau ada kebocoran perlu pengetesan.

Kegiatan pemeriksaan ruang muat yang dilakukan dan di Jurnalkan Kelembaban Dalam
Proses Pengaturan Muatan Kelambatan-kelambatan yang terjadi dalam proses pelaksanaan
kegiatan pengaturan muatan haruslah dihindari sehubungan untuk tercapainya salah satu
aspek dari prinsip-prinsip penanganan dan pengaturan muatan yaitu Bongkar muat secara
cepat, teratur dan sistimatis. Jika terjadi kelambatan dalam proses kegiatan bongkar muat,
maka konsekuensinya adalah kerugian bagi pihak pengusaha. __ Kelambatan (Delay) yang
dapat ditemui dalam suatu proses kegiatan pengaturan muatan adalah :

1. Kelambatan akibat tehnis (Technical delay)

11
2. Kelambatan akibat hambatan proses dalam pelaksanaan (Operating delay)

3. Kelambatan akibat buruh tidak terampil (Unskilled labour)

4. Kelambatan akibat dari keadaan alam (Natural factor)

5. Kelambatan akibat pemogokan (Strike)

6. Kelambatan akibat terjadinya penumpukan muatan di pelabuhan (Congestion)

TUGAS MANDIRI SISWA:

1. Hal – hal apa saja yang harus dilakukan saat pembersihan ruang muat ?

2. Apa yang dimaksud dengan over stowage ?

3. Apa saja prinsip - prinsip pada penanganan dan pengaturan muatan ?

4. Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi terjadinya Broken stowage?

5. Jelaskan yang dimaksud dengan melindungi muatan?

2. Perlindungan Muatan selama Pelayaran

Awak Kapal ( Nakhoda dan ABK ) bertanggung jawab atas keselamatan muatan (baik
mengenai jumlah maupun mutunya) sejak lepas dari sling muat hingga lepas dari sling
bongkar (from sling to sling). Oleh karena itu khusus selama planarian, "Pihak kapal" harus
selalu mengawasi dan menjaga muatan yang dibawanya. Penjagaan tersebut ditunjukkan
terhadap kerusakan muatan yang disebabkan oleh :

- Pengaruh muatan lain

- Pengaruh perubahan cuaca;

- Penangasan sendiri;

12
- Terkena keringat kapal;

- Terkena keringat muatan sendiri atau muatan lain;

- Akibat bocornya muatan lai

- Dll.

Usaha yang pertama kali adalah dengan penggunaan dunnage (penerapan) yang tepat .
Penerapan adalah bertujuan untuk melindungi muatan dari :

1. Cairan yang bebas (berhubungan langsung dengan air dari got-got, kebocoran dari
muatan lain, dari lambung kapal atau dari tangki-tangki dasar berganda/double
bottom).

2. Panas yang mendadak (uap air atau keringat yang terjadi pada lambung kapal,
kerangka kapal dll yang mengalir ke got - got atau uap air yang mengumpul dan
terdapat di side stringer, penopang sekat pemisah dll).

3. Gesekan (mencegah terjadinya gesekan-gesekan dengan muatan lain maupun dengan


kulit kapal dan juga dipakai sebagai ganjal agar muatan tidak bergerak - gerak dan
juga pengisi ruang yang tidak dapat lagi diisi dengan muatan).

4. Pengembunan atau kondensasi (untuk membagi tegangan yang merata atas adanya
muatan - muatan berat guna mendapatkan/memberikan jalan keluar bagi udara
dingin).

5. Mencegah pencurian muatan (untuk menghindari terhadap pencurian dengan


membentuk penerapan yang mengelilingi muatan yang diperkirakan mudah untuk
dicuri).

13
Dan tentunya harus memenuhi ketentuan pengontrolan atas suhu. Bahan yang digunakan
untuk penerapan adalah bermacam-macam ada yang dari bambu, rotan, dll.

Penerapan (dunnage) dapat digolongkan atas 2 (dua) macam :

1. Penerapan Terlepas (loose dunnage) : seperti papan-papan, balok-balok, kertas, tikar,


terpal, sasak, plastik dll.

2. Penerapan Tetap (permanent dunnage) :

adalah penerapan yang memang dipasang secara tetap di kapal seperti :

a. Cargo batten/sweat batten , bilah keringat yaitu penerapan tetap yang dipasang di
samping-samping di dalam palka.

b. Spar ceiling atau floor ceiling, penerapan tetap yang dipasang di atas tank top atau
dasar palka; juga yang dipasang di loteng palka.

c. Limber boards, penerapan tetap yang dipasang di atas got-got palka.

d. Wooden sheathing, penerapan tetap yang dipasang untuk menutupi pipa-pipa atau
untuk dinding yang berbatasan langsung dengan kamar mesin, sebagai penutup tunnel
dll.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penerapan (dunnage) :

1. Bahan harus kuat dan kering benar.

2. Jumlah harus mencukupi, yang rusak diganti/diperbaiki.

3. Bukan dari bahan yang hygroskopis atau dari bahan yang karena sifatnya dapat
merusak muatan.

4. Penerapan harus benar-benar memenuhi fungsinya.

5. Biaya pengangkutan kecil dan harganya murah.

Jumlah penerapan di kapal sangat bergantung dari :

a) Macamnya kapal

b) Adanya double bottom atau tidak

14
c) Keadaan udara dan perbedaan temperatur yang dialami selama perjalanan.

Guna Penerapan :

1. Mencegah kerusakan muatan sebagai akibat :

 persentuhan langsung dengan dasar kapal atau dinding kapal.

 free moisture

 adanya kondensasi

 crushing

 chafage

 spontaneous heating

2. Pengelompokan muatan/partai-partai muatan khususnya sehubungan dengan berbagai


pelabuhan tujuan.

3. Meninggikan titik berat muatan jika memuat muatan berat seperti rel-rel, plat-plat, besi-
besi beton dll.

4. Penerapan dapat berfungsi sebagai ventilasi

5. Pembongkaran cepat dan sistematis

6. Mencegah terjadinya pencurian (pilferage)

3. PERANGINAN ( Ventilation )

Peranginan (ventilasi) bagi ruang muat diperlukan untuk :

1. Menghilangkan panas

2. Menghilangkan gas

3. Mensuplay udara kering untuk membantu dan mencegah kondensasi.

4. Menghilangkan noda - noda yang ada.

15
Tetapi tujuan utama dari peranginan adalah untuk memberikan aliran udara secara tetap
kedalam seluruh ruangan palka. ( apabila kelembaban udara diluar lebih kecil ( lebih rendah )
dari pada kelembaban udara didalam ruangan palka).

Tidak semua komoditas memerlukan peranginan. Panas mungkin ditimbulkan oleh buah
segar, kulit binatang yang basah, kutu-kutu dan barang-barang yang mudah terbakar dengan
sendirinya.

Gas-gas yang perlu dihilangkan termasuk gas-gas yang mudah terbakar dan gas-gas yang
dapat meledak seperti misalnya gas yang dihasilkan oleh batu bara ( gas tambang ), gas-gas
buang dari kendaraan-kendaraan yang berada di kapal Ro - Ro;

gas CO2 dan gas-gas yang dihasilkan dari buah-buahan ataupun sayuran yang mulai
membusuk.

Kondisi keringat terjadi dalam dua bentuk dasar ialah keringat kapal dan keringat muatan.
Keringat kapal akan nampak sebagai butiran-butiran kecil dari uap air yang mengembun dan
menempel pada badan yang terbuat dari logam dan secara khusus akan terdapat pada dinding
palka bila temperaturnya berada dibawah titik embun udara disekitarnya.

Agar muatan yang diangkut tetap baik kondisinya, maka sangat diperlukan adanya
peranginan yang tepat bagi palka - palkanya. Hal ini berlaku pula bagi muatan batu bara,
muatan - muatan lain yang menghasilkan gas - gas yang mudah terbakar dan meledak
ataupun yang punya kecederungan untuk menyala atau terbakar sendiri,

Demi keselamatan Nakhoda, ABK dan kapalnya sangatlah diperlukan sistem peranginan
yang baik dan tepat guna, baik peranginan alami maupun peranginan mekanis, dengan
maksud untuk memberikan aliran udara yang tetap kedalam palka - palka serta keseluruhan
muatan, dimana panas, uap air, aroma, gas - gas dll yang dihasilkan oleh muatan, dikeluarkan
ke udara luar dan diganti udara dengan titik embun yang sesuai dengan kondisi yang
diharapkan .

Terdapat 3 (tiga) macam Sistem Peranginan :

1. Sistem Peranginan Alami

16
2. Sistem Peranginan dengan mengontrol temperatur terhadap aliran udara didalam
ruangan yang terpisah. Ini dimaksudkan mengontrol temperatur dan kandungan CO2
yang dihasilkan oleh muatan-muatan tertentu.

3. Sistem utama dari jenis sistem peranginan ini adalah mengurangi titik embun udara
didalam ruang muat dengan menghilangkan kelembaban udara sampai suatu titik
dimana keringat kapal dan keringat muatan tak akan terbentuk.

Seluruh kegiatan dalam system peragihan ini hanyalah mengontrol titik embun disekitar
muatan tanpa maksud untuk merubah temperatur dalam palkah.

Kapan harus dilakukan Peranginan :

- Berilah peranginan bila titik embun udara luar lebih kecil daripada titik embun didalam
ruang muat.

- Batasi atau bahkan dindari peranginan bila titik embun udara luar lebih tinggi daripada
temperatur udara didalam palkah.

Untuk memberi peranginan dengan kondisi akan mengakibatkan terjadinya kondensasi pada
muatan sebagai akibat masuknya udara luar dengan titik embun lebih tinggi masuk keruang
muat dengan titik embun yang lebih rendah.

Keadaan temperatur udara baik diluar maupun didalam ruang muat selalu diperiksa secara
teratur dan dicatat dalam buku harian kapal.

4. MELINDUNGI KAPAL

Melindungi kapal berarti menciptakan suatu keadaan dimana dalam melaksanakan kegiatan
Penanganan dan Pengaturan muatan, kapal senantiasa tetap dalam kondisi yang baik, aman
serta layak laut. Untuk dapat mencapai maksud tujuan ini yang perlu untuk mendapatkan
perhatian adalah mengenai Pembagian muatan yang harus proporsional dalam pengaturannya
baik pembagian muatan secara Tegak. Melintang, Membujur serta pembagian muatan secara
Khasus pada Geladak antara.

Pembagian Muatan secara Tegak (Vertical)

Menyangkut masalah Stabilitas melintang. Jika pembagian muatan secara Tegak


terkonsentrasi pada bagian bawah, maka kapal akan memiliki nilai GM yang besar, dan

17
akibatnya kapal mempunyai. sifat yang kaku (Stiff). Jika pembagian muatan secara Tegak
terkonsentrasi pada bagian atas, maka kapal akan memiliki nilai GM yang kecil, dan
akibatnya kapal mempunyai sifat yang langsar (Tender).

Ciri-ciri kapal dalam kondisi langsar ( tender ) adalah sebagai berikut :

Bagian atas terlampau berat Kapal akan mengoleng dan kembali secara lambat sekali Kapal
lebih Comfortable Apabila ombak cukup besar tidak banyak air masuk. Efek sampingan dari
kondisi kapal yang demikian ini adalah :

 Kurang menyenangkan orang yang berada di dalamnya

 Sering pula menyebabkan muatan bergeser / berpindah dari tempatnya

Ciri-ciri kapal dalam kondisi kaku ( stiff ) adalah sebagai berikut :

 Berat bagian bawah

 Mengoleng dan kembali secara cepat sehingga tersentak-sentak

 Kapal tidak Comfortable

 Apabila ombak terlalu / cukup besar banyak air laut yang masuk keatas deck

Efek sampingan dari kondisi kapal yang demikian ini adalah :

 Dapat menimbulkan tekanan-tekanan berat pada sambungan sambungan konstruksi


kapal

 Hempasan keras pada pintu / jendela dapat memecahkan kaca

 Bergesernya atau terlepasnya ikatan-ikatan antena, standard kompas atau alat-alat lain

 Kerusakan-kerusakan lainnya yang mungkin tidak diketahui tanpa adanya penelitian


seksama ( di dock ).

Pembagian Muatan secara Membujur (Longitudinal)

Menyangkut masalah Trim, Sagging dan Hogging. Jika pembagian muatan secaraMembujur
terkonsentrasi pada bagian depan, maka kapal akan memiliki kondisi Trim depan (Trim by
the head), Forward draught lebih besar dari After draught (F > A). Demikian sebaliknya) Jika

18
pembagian muatan secara Membujur terkonsentrasi pada bagian belakang, maka kapal akan
memilik i kondisi Trim belakang (Trim by the stem). After draught lebih besar dati Forward
draught (A> F).

Yang dimasudkan dengan Trim itu adalah perbedaan antara sarat depan ( fore draft ) dan
sarat belakang ( after draft ). Apabila sarat depan lebih besar disebut Trim depan/Nonggak (
trim by the head ) sebaliknya bila sarat belakang yang lebih besar disebut Trim belakang /
Nungging ( trim by the stern ), dan bila Trim sama dengan nol disebut even keel. Disamping
itu besarnya trim juga sangat mempengaruhi kecepatan kapal. Oleh karenanya
memperhitungkan Trim ini harus cermat sebelum kapal berangkat berlayar sehingga kapal
dapat dimuati sesuai dengan trim yang dikehendaki. Jika dilihat dari kecepatan kapal maka
trim belakang lebih baik dari pada trim depan, dengan alasan :

Pada trim belakang kecepatan kapal lebih baik dan mudah mengolah gerak sebab kapal lebih
luwes mengikuti gerakan ombak. Pada trim depan kecil tidak ada pengaruhnya, tetapi apabila
terlalu besar maka kecepatan kapal akan berkurang dan jika muatan penuh berlayar dalam
cuaca buruk akan banyak kemasukan air disebabkan adanya hempasan ombak ( Green seas ).

Jika pembagian muatan secara Membujur terkonsentrasi pada bagian tengah tengah kapal,
maka kapal akan memiliki .kondisi Sagging. A midships draught lebih besar dari Mean fore
and of ( MD > MFA). Demikian sebaliknya, Jika pembagian muatan secara Membujur
terkonsentrasi pada bagian ujung-ujung, maka kapal akan memiliki kondisi Hogging. Mean
fore and aft lebih besar dari Amidships draught (MFA> MD). Kapal yang beradadalam
kondisi Sagging maupun Hogging, akan menimbulkan tegangan-tegangan yang dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sambungan-sambungan bagian kapal, khususnya
pada bagian dek maupun bagian plat lambung.

Karena kapal mengapung d iair maka kapal selalu mengalami tekanan dan tegangan pada
badan kapal yang diakibatkan baik pengaruh gaya dari luar maupun dari dalam kapal itu
sendiri. Pengaruh dari dalam antara lain berat kapal itu sendiri, muatan, mesin kapal dan
pengaruh dari operasional mesin-mesin kapal.

Pengaruh dari luar seperti : tekanan hydroststis dari air pada badan kapal, angin dan ombak.
Untuk itu kapal harus dirancang dengan tepat dan harus digunakan seeficien mungkin dalam
membawa muatan sehingga mempunyai kekuatan yang cukup terhadap pengaruh tekanan dan
tegangan dari gaya gaya tersebut diatas.

19
Tekanan dan tegangan terjadi secara local, transversal dan longitudinal pada badan kapal
namun yang paling besar yang pengaruhnya pada badan kapal adalah secara membujur yang
menyebabkan terjadinya pembekokan (bending) sepanjang badan kapal..

Gaya yang bekerja pada badan kapal yang menyebabkan terjadinya tekanan dan tegangan
dibedakan menjadi 2 yaitu :

Gaya statis yang disebabkan oleh Gaya gravity (berat) dan gaya apung (buoyancy) yang
bekerja pada titik-titik sepanjang badan kapal Gaya dinamis disebabkan oleh angin, ombak
dan pergerakan kapal diatas air Pergerakan kapal dapat digambarkan menjadi 6 gerakan
seperti gambar dibawah ini :

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=lnYiyveJv34

Longitudinal Stresses Bilamana kapal mengapung diair maka terdapat 2 buah gaya yang
bekerja yaitu:

Gaya gravity yang bekerja tegak lurus kebawah yang disebabkan oleh berat kapal dan isinya
Gaya buoyancy yang bekerja tegak lurus keatas akibat tekanan hidrostatis Besarnya gaya
gravity yang bekerja pada kapal akan sebanding dengan besarnya gaya buoyancynya, namun
tidak merata disepanjang badan kapal. Shearing force dibentuk oleh pemuatan pada badan
kapal sehingga menimbulkan gaya yang bekerja keatas dan kebawah.

Bending moment jumlah moment pada satu sisi dengan sisi yang lain. Maksimun bending
moment terjadi bilamana shearing force adalah nol.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=8s3EJry7W20

Pengaruh dari bending moment terhadap kapal akan cenderung membengkokkan sepanjang
badan kapal. Bilamana gaya buoyancy yang bekerja pada bagian tengah kapal lebih besar dari
pada beratnya maka kapal akan melengkung keatas atau disebut Hogging.

Ini disebabkan terlalu banyak konsentrasi muatan pada bagian ujung depan dan ujung
belakang kapal. Bilamana berat kapal pada bagian tengah kapal lebih besar daripada gaya
buoyancy maka kapal melengkung kebawah atau Sagging. Ini disebabkan karena terlalu
banyak konsentrasi muatan pada bagian tengah kapal.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=HhJeiYugX00

20
Hogging dan Sagging juga dapat disebabkan oleh pengaruh ombak pada waktu kapal
berlayar. kapal berada pada air yang tenang sehingga tidak ada pengaruh gaya dari luar yang
menyebabkan adanya hogging dan sagging. Namun lembah gelombang berada pada midship
kapal sehingga pada bagian midship akan mengalami gaya kebawah lebih besar dan pada
bagian ujung-ujung kapal gaya keatas lebih besar sehingga akan terjadi sagging.

Puncak gelombang terjadi pada bagian midship kapal sehingga mengalami gaya keatas yang
lebih besar dan pada bagian ujung-ujung kapal mengalami gaya kebawah lebih besar
sehingga akan menimbulkan Hogging.

Apabila kondisi hogging dan sagging yang disebabkan oleh pengaruh gaya statis dan dinamis
ini muncul secara bersamaan sehingga terjadi bending moment melebihi batas kesalamatan
akan menyebabkan perubahan struktur pada badan kapal dan bahakan menimbulkan terjadi
patah pada badan kapal

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=pCSMEbRIcn4

Bilamana kapal mengalami olengan maka akan terjadi pengaruh gaya dari luar secara
melintang terhadap badan kapal yang bisa menyebabkan perubahan struktur kapal secara
melintang. Hal ini disebut dengan Racking (lihat gambar) dan pengaruh ini sangat besar
dampaknya apabila kapal dalam kondisi kosong (light condition).

Oleh sebab itu untuk mengurangi adanya racking pada kapal dipasang brackets dan beam
knees pada sambungan frame dan deck untuk menahan terjadinya racking.

Pembagian muatan secara Melintang (Transversal)

Menyangkut masalah kemiringan rolling kapal. Jika pembagian muatan secara transversal
tidak berimbang terhadap centre line, maka sudah tentu mengakibatkan kapal mengalami
kondisi yang miring (List). Jika pembagian muatan secara transversal berimbang . terhadap
entre line namun terpusat pada bagian wing-wing maka rollingnya kapal akan langsar
(Tender), demikian sebaliknya jika terpusat pada centre line, maka rollingnya kapal akan
cepat I kaku (Stiff).

Pembagian Muatan secara khusus pada geladak antara (Tween Deck) Menyangkut masalah
Kekuatan daya tampung geladak (Deck Load Capacity) . Pengaturan muatan pada Geladak
Antara, perlu mendapat perhatian khusus, terutama pada pengaturan muatan-muatan berat,
sehingga onsentrasi berat muatan . pada setiap bagian dek tidak melewati batas kemampuan

21
daya tampung geladak itu. Oleh karenanya para Mualim dan Nakhoda harus mengetahui atau
dapat menghitung besarnya kemampuan . daya tampung setiap geladak agar tidak
menimbulkan kerusakan pada geladak tersebut.

5. MELINDUNGI MUATAN

Yang dimaksud dengan melindungi muatan adalah menyangkut tanggung jawab. pihak
pengangkut (Carrier) terhadap keselamatan muatan yang dimuat dari suatu pelabuhan ke
pelabuhan tujuannya dengan aman sebagaimana kondisi muatan seperti saat penerimaannya.
Tanggung jawab pihak pengangkut terhadap keselamatan muatan berdasarkan "From Sling to
Sling" atau " From Tackle to tackle".

Barang-barang muatan yang diterima di kapal dan dibawa berlayar menuju tempat tujuan
muatan harus dalam keadaan baik seperti saat muatan diterima dikapal baik secara kualitas
maupun secara kuantitas. Oleh karena itu harus diambil tindakan untuk mencegah kerusakan
muatan tersebut, antara lain :

 Ruang kapal (palka) harus dipersiapkan menerima muatan

 Pemasangan penerangan atau dunnage,

 Pemisahan muatan,

 Pengikatan muatan,

 Ventilasi/peranginan muatan.

Untuk melindungi muatan terhadap kerusakan, dunnage digunakan sebagai alat pelindung,
seperti :

 Kayu / papan yang bersih dan kering untuk ditempatkan diantara muatan dan diantara
bagian badan kapal,

 Tikar, sasak atau terpal, dan kertas lapis untuk menutupi bagian kapal yang menonjol
dan sebagai penutup,

 Bedak ( talk powder ) untuk ditempatkan di antara muatan yang lengket, seperti getah
dan bongkahan karet,

 Jerami / kertas untuk barang-barang sinitair.

22
Selain itu alat-alat dunnage juga sering dipergunakan untuk pemisah (separation ).

Untuk dapat menjaga keselamatan & melindungi muatan , maka pihak Carrier dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, harus mengenal betul akan sifat-sifat serta jenis
muatan-muatan tersebut sehingga dapat menghindari kerusakan muatan yang diakibatkan
oleh :

 Keringat kapal

 Keringat Muatan

 Kebocoran kebasahan dari muatan lain.

 Pergesekan dengan kulit badan kapal.

 Pergesekan dengan muatan lainnya.

 Penanganan muatan.

 Muatan lainnya.

 Penanggasan (Spontaneous heating)

 Pencurian (Pilferage).

Agar dapat menghindari / mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh hal-hal tersebut diatas ,
maka yang harus dilakukan dengan baik dan tepat adalah :

 Penggunaan Penerapan (Dunnage).

 Pengikatan dan Pengamanan (Lashing and securing)

 Pemberian Ventilasi.

 Pemisahan Muatan.

 Perencanaan yang prima.

Barang-barang yang diterima di kapal secara kwantitas maupun kwalitas harus sampai di
tempat tujuan dengan selamat (diterima oleh consignee). Oleh karenanya pada waktu
memuat, didalam perjalanan maupun pada waktu pembongkaran haruslah diambil tindakan
untuk mencegah kerusakan muatan tersebut.

23
6. MEMPERSIAPKAN RUANG PALKA

Sebelum memulai menerima muatan maka ruang kapal haruslah sudah bersih, kering dan
saringan kemarau dalam keadaan baik .

1. Pemasangan penerapan atau dunnage

Untuk mencapai maksud melindungi muatan maka harus digunakan pula penerapan yaitu
penggunaan kayu untuk melindungi muatan-muatan dalam palka. Secara umum penerapan
diartikan sebagai penyisipan, pemasangan ataupun penggunaan benda-benda murah (tikar,
sasak karung goni, terpal, kertas-kertas plastic, papan-papan, kayu-kayu balok dan lain-lain)
antara muatan dengan bagian-bagian kapal ataupun antar muatan-muatan itu sendiri .

a. Macam-macam Dunnage

1) Penerapan Lepas (Loss dunnage) .

Penerapan terlepas terdiri dari bahan-bahan : Papan-papan, balok-balok, tikar, kertas,


terpal, sasak, plastik, tali dan air bag.

2) Penerapan Tetap (Permanent dunnage)

Penerapan tetap terdiri dari :

1. Wilah keringat (Sweat batten / Cargo batten ). Letaknya disamping – samping


pada dinding palka.

2. Papan alas palka (Bottom ceiling / Floor ceiling). Letaknya didasar palka atau
diatas tank top dan juga diloteng palka.

3. Papan penutup Got (Lumber board) Letaknya diatas got-got palka.

4. Papan Penutup pipa-pipa / dinding panas (Woodens heating). Letaknya pada


pipa-pipa panas dalam palka dan pada dinding yang berbatasan langsung
dengan kamar mesin.

b. Syarat-syarat dunnage :

1. Bahan harus kuat dan kering.

24
2. Bukan dari bahan yang Hygrokopis atau yang karena sifatnya dapat merusak
muatan.

3. Dapat memenuhi fungsinya.

4. Mudah diperoleh.

5. Harga dan biaya angkut murah.

c. Maksud dan Tujuan penggunaan Dunnage:

1. Mencegah kerusakan muatan akibat dari :

1) Pengembunan (Condensation).

2) Cairan bebas (Free moisture).

3) Pergeseran (Chafage).

4) Himpitan (Crushing).

5) Panas mendadak (Spontaneous heating).

6) Pencurian (Pilferag)

2. Mengelompokkan muatan (Grouping).

3. Memisahkan muatan (Segregation).

4. Meninggikan titik berat muatan.

5. Membongkar muatan secara cepat dan sistimatis.

2. Pemisahan muatan

Salah satu cara lainnya untuk melindungi muatan ialah dengan melakukan pemisahan yang
baik diantara muatan-muatan yang bentuk, jenis dan sifatnya yang berbeda. Maksudnya ialah
agar muatan tidak saling merusak oleh adanya sifat yang berlainan itu. Umpanya, muatan
yang basah harus dipisahkan dengan muatan kering, muatan kotor dipisahakan dengan muata
bersih dll .

3. Penggolongan jenis muatan

25
Ada beberapa peggolonga muatan yang berdasarkan bentuk dan jenisnya serta factor
bahayanya terhadap muatan lain sbb :

a. Muatan basah

Muatan yang sifat basah atau berbentuk cairan yang dikapalkan di dalam kemasan,
seperti di dalam drum, kaleng, tong dsb.

b. Muatan cair

Muatan yang berbentuk cairan yang dimuat secara curah dalam deep tank atau kapal
tanker.

c. Muatan kering

Jenis muatan yang tidak merusak muatan lainnya tetapi dapat rusak oleh muatan
lainnya, terutama oleh muatan basah.

d. Muatan kotor

Yang dimaksud muatan ini ialah muatan yang kotor menimbulkan kotor atau debu
selama atau sesudah muat bongkar, yang dapat menimbulkan kerusakan pada
muatan lainnya tertama muatan bersih dan halus.

e. Muatan bersih

Muatan yang tidak merusak muatan lainnya, karena tidak menimbulkan debu atau
kotoran, yang termasuk muatan bersih antara lain bahan-bahan pembuat benang atau
pemintalan, kapas, barang klontong dan pecah belah ( Istopo, 1999 : 2 ) .

f. Muatan berbau

Jenis muatan yang oleh sifat baunya dapat merusak muatan lainnya termasuk jenis
muatan berbau ialah karet mentah, amoniak, ikan, kayu yang masih basah, bulu
domba, cengkeh, cassiavera/kayu manis ( Istopo, 1999 : 6 ).

g. Muatan halus atau peka

Termasuk diantaranya; tepung terigu, beras, susu bubuk dan bahan kering lainnya.
Jenis ini merupakan bahan mudah sekali rusak oleh pengaruh muatan basah, kotor
dan yang berbau (Istopo, 1999 : 6) .

26
h. Muatan berbahaya

Semua jenis muatan yang memerlukan perhatian khusus karena dapat menimbulkan
bahaya kebakaran atau ledakan. Misalnya : kopra, kenyataan menunjukan bahwa
kopra dapat membara dan menangas sendiri dan dapat menimbulkan kebakaran,
seperti terjadi di atas MS. HOS, Tjokroaminito pada September 1964 dan MS. Djati
baru pada tahun 1968 dipelahuhan Durban, kedua kapal ini milik PN Djakarta Lloyd
dan perjalanan Indonesia - Eropa ( Istopo, 1999 : 6) .

i. Pengikatan muatan (melashing muatan)

Pengikatan muatan sangat penting bagi muatan-muatan di dek utama ataupun dek
antara, agar supaya muatan-muatan tersebut tidak bergeser dari tempatnya selama
dalam pelayaran, yang mungkin berakibat buruk untuk stabilitas kapal, ( in BPLP
semarang, : 124 )

7. PEMANFAATAN RUANG MUAT SEMAKSIMAL MUNGKIN

Sebelum kapal menerima muatan, seyogianya ruang muat/palka-palka, telah siap untuk
dimuati. Kesiapan ruang muat untuk menerima muatan ditandai dengan suatu surat
pernyataan yang dibuat oleh Nokhoda bila kapal di Charter yang dikenal dengan “ Notice Of
Readiness “ (NOR). Untuk melaksanakan persiapan ruang muat maka langkah yang harus
ditempuh adalah meliputi 2 (dua) hal, yaitu Pembersihan Ruang muat dan Pemeriksan Ruang
muat.

1. Pembersihan Ruang Muat.

Pembersihan ruang muat adalah menjadi tanggung jawab MualimI, oleh karena itu, maka
pelaksanaan pembersihan langsung dibawah pengawasan Mualim-I atau seorang Perwira
kapal yang ditugaskan untuk itu. Waktu/jam di mulai dan selesainya pelaksanaan
pembersihan ruang muat harus di Jurnalkan. Pembersihan ruang muat dilaksanakan dengan
cara sebagai berikut :

1) Mengeluarkan sisa-sisa dan bekas-bekas muatan terdahulu termasuk sisa-sisa dan


bekas-bekas penerapan.

27
2) Menyapu bersih kotoran dan debu-debu ruangan termasuk dinding-dinding, bila perlu
menggunakan serbuk gergaji untuk membersihkan sisa-sisa muatan yang melekat,
misalnya bekas –bekas minyak dll.

3) Membersihkan Got-got dari segala kotoran-kotoran yang dapat menyumbat saringan


dan pipa isapnya.

4) Mengumpulkan sisa-sisa muatan terdahulu dan kotorankotoran di atas dek untuk


dibuang ke darat pada tempat yang telah disiapkan untuk itu.

5) Ruangan yang telah disapu bersih, kemudian dicuci dengan air tawar untuk
menghilangkan debu-debu yang masih melekat.

6) Jika ruangan berbau, maka air cucian diberi campuran bahan kimia sedikit untuk
menghilangkan bau yang tidak enak tersebut.

7) Air cucian yang tertampung dalam got-got dikuras / dikeringkan, tidak melalui pipa
isap jika air got tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan pencemaran.

Menjalankan Ventilasi ruang muat agar ruang muat cepat kering. Pemeriksaan Ruang Muat.
Pemeriksaan ruang muat dilakukan oleh Mualim-I dan jika perlu dengan seorang Surveyor.
Bagian-bagian yang akan diperiksa menggunakan daftar periksa (Check list) yang berisikan
keterangan-keterangan bagian yang diperiksa apakah dalam kondisi : Lengkap, Baik, Cukup,
Sedang, Buruk, Berfungsi,Tidak berfungsi, Tidak ada dll. Adapun bagian-bagian yang
diperiksa antara lain :

1) Ruang muat (Cargo Hold) : Apakah Bersih, Kering, Berbau, Basah.

2) Penerapan tetap (Permanent Dunnage). : Apakah terpasang pada tempatnya, lengkap,


baik/utuh.

3) Sistem pembuangan (Drainage system) termasuk Saringan (Rose box). : Apakah


Bersih, Kering, Daya isap berfungsi baik atau tidak.

4) Penerangan ruang muat. : Apakah Instalasi listrik, Bola lampu dan perlengkapannya
baik dan utuh. Tangga/Jalan masuk ke ruang muat. : Apakah Terapanterapan dan
pengangannya baik dan utuh. Alat penemu asap (Smoke detector) : Apakah Berfungsi
atau tidak dengan mengetest, dan check di Anjungan. Sistem pemadam kebakaran
CO2. : Apakah Instalasi CO2 baik dan aman. Lubang lalu orang (Man holes). :

28
Apakah Baut lengkap dan baik, kencang serta kondisi kedap packingnya. Sistem
Peranginan (Ventilation system). : Apakah berfungsi, tidak tersumbat, kawat
pengaman baik atau rusak. Penutup palka (Hatch cover). : Apakah kedap air atau ada•
kebocoran perlu pengetesan. Kegiatan pemeriksaan ruang muat yang dilakukan harus
diJurnalkan.

5) Menyiapkan Ruang Muatan

Ruang muatan secara keseluruhan dibersihkan termasuk got-gotnya, lantai, dinding-


dinding serta langit-langit dicuci, dikerok bersih dan digosok dengan kain yang
dibasahi dengan bahan pembersih yang akan mencegah pertumbuhan cendawan pada
kayu-kayu.

a) Dunnage harus dibersihkan dan didinginkan terlebih dahulu sebelum digunakan.

b) Untuk membunuh atau menghalangi pertumbuhan bakteri dilakukan dengan


menyemprot bagian dalamnya dengan bahan anti septik secukupnya.

c) Semua Isolasi diperiksa dan apabila ada yang kendor harus diperbaiki.

d) Papan-papan dan boyo-boyo pada ambang palka serta ventilasi dari lubang isolasi
diperiksa dan bila ada yang rusak segera diperbaiki.

e) Kebocoran-kebocoran pipa harus segera diperbaiki.

f) Scuper dipasang dan semua pipa-pipa yang menuju keruang pendingin harus
ditutup agar tidak ada udara yang masuk.

g) Setiap Ventilasi keruang pendingin disumbat.

h) Alat pendinginnya dibersihkan lalu diisi kembali dan dites.

i) Termometer harus disiapkan dan pipa-pipanya diperiksa.

j) Sebelum menerima muatan ruangan harus disurvey oleh Surveyor dan semua
survey yang dilakukan harus menghasilkan Certificate, dimana didalamnya
tercantum suhu yang diperoleh sebelum menerima muatannya.

Yang dimaksud dengan Pemanfaatan ruang muat semaksimal mungkin adalah menyangkut
penguasaan ruang rugi (Broken stowage) yaitu pengaturan muatan yang dilakukan

29
sedemikian rupa sehingga ruang muat yang tersedia dapat diisi dengan muatan sebanyak
mungkin dan ruang muat yang tidak terpakai dapat ditekan sekecil mungkin.

Broken stowage adalah besarnya persentase (%) jumlah ruangan yang hilang atau ruang yang
tidak terpakai ruang rugi pada pengaturan muatan dalam suatu palka. Persentase kehilang
ruang rugi (Broken stowage) suatu palka dapa dihitung dengan rumus.

Adapun penyebab utama broken stowage adalah:

a) Space yang ditnggalkan untuk memisahkan consignment cargo.

b) Space yang telah hilang karena muatan yang bentuknya tidak teratur sehingga tidak
dapat dipadatkan dalam penumpukan.

c) Space yang ditempati oleh dunage dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam
stacking.

d) Space yang ditempati oleh palet-palet dimana muatan di stack.

Broken Stowage = Volume Palka - Volume Muatan x 100 % Volume Palka Hal yang tidak
dapat dihindari pada Pengatur muatan ke dalam suatu palka adalah terjadinya Broken
stowage pada tempat tempat yang antara lain :

a) Sudut-sudut palka.

b) Palka-palka ujung

c) Didaerah got-got (Bilge).

d) Pada susunan muatan paling atas atas (Top tie ).

e) Diantara muatan - muatan dalam melaksanakan kegiatan pengaturan muatan

Penyebab terjadinya Broken stowage, adalah:

a) Bentuk palka.

b) Bentuk Muatan.

c) Jenis muatan.

d) Skill Buruh pekerja.

30
Untuk mengatasi terjadinya Broken stowage maka hal-hal yang harus dilakukan adalah :

a) Pemilihan bentuk muatan yang sesuai dengan bentuk palka.

b) Pengelompokan dan pemilihan jenis muatan.

c) Penggunaan muatan pengisi

d) Pengawasan pengaturan muatan.

e) Penggunaan Dunnage seminim mungkin

A. Kegiatan Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran

a. Kegiatan belajar ini bertujuan agar siswa mampu memahami dan


mengoperasikan peralatan bongkar muat serta perlengkapannya sesuai dengan
SOP yang telah ditetapkan dan selalu mengedepankan keselamatan dan
kesehatan kerja.

b. Agar siswa menjelaskan perlindungan muatan dan pemeliharaan palkah

c. Agar siswa mampu menganalisis persiapan, perlindungan dan pemeliharaan


muatan di palkah

2. Uraian Materi

A. Batang Pemuat

Alat bongkar muat yang paling sederhana ialah terdiri dari sebuah pipa panjang yang
pangkalnya dihubungkan ke tiang kapal. Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini.

31
Keterangan gambar

1. Tiang Kapal Utama ( Main Mast ) 9. Block Bawah (Hell block)

2. Batang Pemuat ( Derrick Boom ) 10. Takal Giuk

3. Tiang Kapal Atas 11. Giuk ( Guy )

4. Dulang ( Palang ) 12. Kait Muat ( Cargo Hook )

5. Pengayut ( Topping Lift ) 13. Pangsi ( Derek Muat )

6. Kerek Muat ( Cargo Block )

7. Tali Muat ( Cargo Runner )

8. Rantai Penganyut/Tali Penganyut

Biasanya kalau kapal berlayar, batang pemuat terletak horisontal dengan ujung batang
pemuat terletak pada sebuah tiang atau pada kubu yang disebut dulang-dulang batang pemuat
( Boom cradle ) (lihat gambar dibawah ini)

32
Gambar adalah cara menggunakan batang pemuat, pertama ganco dikaitkan ke muatan (A)
dengan pertolongan sling (C). Kemudian tali muat dihebob dengan pangsi (C) sampai muatan
melewati ambang palka (D). Selanjutnya guy (E) dihebob, sampai muatan melewati lambung
kapal. Seterusnya area tali muat sampai muatan mencapai dermaga. Demikian pula
sebaliknya

Cara menggunakan batang pemuat

Batang Pemuat Ganda Dengan Sistim Lopor Kawin Beserta Nama Bagian-bagiannya

33
Dalam gambar berikut Derek yang digunakan untuk beban berat atau Twin span tackle
derrick rig for heavy loads memiliki konstruksi terdiri dari tiang Derek berbentuk portal
(portal derrick post), tiang Derek dihubungkan melintang dengan konstruksi bernama cross
tree yang dilengkapi sebuah

lengan yang disebut Derrick boom dengan ukuran besar, mekanismenya menggunakan
beberapa wire rope yang digerakkan dengan winch dimana wire rope dan blok atas terkait
pada cross tree, beberapa tambahan block dan winch, pada wire rope pengangkatnya yang
dilengkapi double block atas dan bawah dipasang sebuah Cargo hook atau cargo shackle.
(lihat

TWIN SPAN TACKLE DERRICK FOR HEAVY LOADS). Derek jenis ini banyak dipasang
pada kapal barang OCEAN GOING dengan bobot mati 10000 ton atau lebih yang memiliki
muatan dengan bobot yang berat, biasanya Derek jenis ini memiliki kapasitas SWL sampai
dengan 100 ton yang dipasang pada setiap antara dua palkah ditengah kapal dan didepan
palkah no 1 di haluan dan dibelakang palkah terakhir hanya dipasang jenis dengan Derek
untuk beban menengah

Twin span tackle derrick rig for heavy loads

34
Keterangan Gambar :

1. portal mast (or portal derrick post),

2. cross tree (or upper transverse beam),

3. mast head cargo lead block bearing bracket,

4. mast head span bearing bracket,

5. mast head span lead block bearing bracket,

6. king post,

7. heavy derrick boom

8. derrick head span fitting,

9. derrick head cargo fitting,

10. derrick heel fitting,

11. gooseneck trunnion,

12. cargo winch,

13. cargo runner (or cargo rope, or hoisting rope, lifting rope, or cargo fall),

14. mast head cargo lead block,

15. cargo lead block trunnion,

16. derrick head built-in sheave

17. shackles,

18. upper cargo (purchase) block (or derrick head cargo (purchase) block),

19. lower cargo block (or lower cargo purchase block),

20. becket,

21. ramshorn hook,

22. cargo tackle,

35
23. span winches (used also for slewing motions),

24. span ropes,

25. mast head span lead block,

26. span lead block trunnion,

27. derrick head span (purchase) block (or lower span (purchase) block),

28. span triangle plate,

29. swivel,

30. span block trunnion,

31. double connecting fork,

32. mast head span (purchase) block (or upper span (purchase) block),

33. span/slewing tackles,

B. Alat bantu bongkar muat

Peralatan bongkar muat yang lain adalah alat-alat bantu berupa sling-sling. Perlu diingat
bahwa menggunakan sling-sling adalah agar muatan tidak rusak. Contoh berbaga macam
sling yang biasa digunakan saat melakuakan

pekerjaan muat-bongkar di kapal antara lain :

1) Sling Tanpa Ujung (Endles sling).

2) Sling Tunggal

3) Sling Kombinasi

4) Sling Rantai

5) Sling Kanvas

a) Sling Tanpa Ujung (Endless Slings)

Sling ini disebut sling tak berujung karena sling ini dibuat dengan cara menyambungkan
ujung kedua ujung sling tersebut. Keuntungan sling ini dapat digunakan dalam beberapa cara

36
berbeda untuk mengangkat beban. Contoh penggunaan sling ini dapat dilihat pada gambar
Jenis endless slings.

Jenis endless slings

b) Sling Tunggal (Single Slings)

Sebuah sling tunggal terbuat dari serat atau tali kawat. Pada ujung sling tunggal dibuatkan
mata, kail, cincin, atau thimble, tergantung pada tujuan penggunaan sling. Sebuah sling
tunggal dapat digunakan sebagai sling vertikal, sling keranjang, atau sling choker (kalung).
Sling tunggal yang terbuat dari tali serat yang digunakan untuk beban ringan dan untuk kargo
yang mungkin rusak oleh sling kawat. Sling terbuat dari tali kawat memiliki berbagai
kegunaan. Mereka dibuat dengan panjang berkisar antara 5 sampai 150 kaki atau lebih untuk
kargo khusus. Menjalankan kawat sling tali kait dapat digunakan untuk mengangkat kayu,
dunnage, pipa besi, bangunan baja, kotak yang kuat, dan muatan-muatan besar

Sling Tunggal (sling vertikal, sling keranjang, atau sling choker (kalung))

37
Running Hook Wire Rope Sling

c) Sling Kombinasi (Combination Slings)

Sling Kombinasi (Combination Slings) (Gambar 9) menggabungkan dua atau empat sling
tunggal untuk membentuk kekang, keranjang, atau choker sling. Sling Kombinasi dapat
mengangkat hampir semua jenis beban.

Combination Slings

d) Sling Rantai (Chain Slings)

Sling ini digunakan terutama untuk penanganan muatan jenis rel baja, pipa, balok, dan siku.
Penangan muatan harus menggunakan dunnage antara rantai dan muatan untuk mencegah
muatan yang akan diangkat tergelincir. Jika perlu, dunnage juga harus digunakan antara
potonganpotongan muatan.

38
Sling Rantai (Chain Slings)

e) Sling Kanvas (Canvas Sling)

Sling kanvas adalah tali sling dengan bagian kanvas dijahit antara tali

Sling Kanvas (Canvas Sling)

Peralatan bongkar muat lain yang digunakan untuk beberapa jenis muatan khusus, antara
lain :

-handling clamps.

39
Cargo nets

Pie Plates

stevedore pallet

40
General-purpose pallet

Sled pallet

vehicle spreader with wheel nets

41
Heavy-lift spreader

a. Pallet bridle, b. Beam bridle

Plate-Handling Clamps Grips

42
C. Alat Penunjang Bongkar Muat

Peralatan penunjang muat bongkar

Container port lifting equipment

43
C.Refleksi

Petunjuk :

a. Tuliskan nama anda

b. Tuliskan jawaban pada pertanyaan pada lembar refleksi

c. Kumpulkan hasil refleksi pada guru anda

44
D.Tugas

a. Mengamati

1) Bentuklah kelompok siswa dalam jumlah 4 – 5 orang

2) Lakukan kegiatan mencari informasi dari buku atau bahan ajar, internet, video
dan lain-lain sehingga Anda bisa memahami

3) Adapun informasi yang harus anda cari adalah persiapan, perlindungan muatan
dan pemeliharaan palkah.

b. Menanya

Lakukan diskusi antar kelompok dengan cara setiap kelompok bertukar informasi !

dingkan informasi yang anda peroleh dengan informasi kelompok lain.


Adakah perbedaannya ? Jika ada, sebutkan !

persiapan, perlindungan muatan dan


pemeliharaan palkah

c. Eksperimen/explore

kan peralatan bongkar muat yang digunakan di kapal,


persiapan, perlindungan muatan dan pemeliharaan palkah secara berkelompok

erkait peralatan yang digunakan untuk melakukan


bongkar muat di kapal, persiapan, perlindungan muatan dan pemeliharaan palkah

d. Asosiasi

Menyimpulkan tentang peralatan yang digunakan untuk melakukan bongkar muat di


kapal, persiapan, perlindungan muatan dan pemeliharaan palkah

e.Mengkomunikasikan

Wakil masing-masing kelompok mempresentasikan hasil demonstrasi penggunaan


peralatan bongkar muat di kapal secara berkelompok serta cara melakukan persiapan,
perlindungan muatan dan pemeliharaan palkah

E. Tes Formatif

Tes dilakukan dengan google classroom, daring. Maupun tertulis melalui lembaran
kerja

45
F. Penilaian

1. Sikap

2. Pengetahuan

3. Keterampilan

Uraian Materi Tambahan

46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
III. PENUTUP

Dengan menggunakan bahan ajar ini diharapkan siswa dapat mencapai kompetensi puncak
dan dapat menampilkan potensi maksimumnya sehingga tujuan pencapaiankompetensi dapat
terlaksana. Seperti diterangkan dimuka bahwa tujuan akhir dariproses pembelajaran dengan
menggunakan bahan ajar ini adalah siswa memilikikemampuan, kebiasaan dan kesenangan
serta menerapkan prinsip-prinsip dalammelakukan penanganan dan penyimpanan muatan
melalui pengamatan, komunikasidan pelatihan. Untuk itu kepada para siswa dan pengguna
bahan ajar ini disarankanuntuk membaca literatur lain khususnya yang berkaitan dengan
penanganan danpenyimpanan muatan agar pemahaman materi ini menjadi lebih baik dan
lengkap.Setelah menyelesaikan proses belajar dengan bahan ajar ini, para siswa
diharuskanmempelajari bahan ajar lain yang merupakan rangkaian terintegrasi
dalamkompetensi navigasi pantai. Demikian semoga bahan ajar ini benar-benar
dapatdigunakan oleh yang memerlukannya.

74
DAFTAR PUSTAKA

Capt. Istopo. 1997. Stabilitas Kapal. Yayasan Corp Alumni Akademi Ilmu Pelayaran
(CAAIP), Jakarta.

D. Bambang Setiono Adi dan Indra Kusna Djaja (2008). Nautika Kapal Penangkap Ikan
untuk SMK Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Derett, 4th ed, 1984. Ship stability for masters and mates.

Diklat Pelaut Tingkat IV (DP – IV)Ahli Nautika Tingkat IV ( 2011 ) “Penanganan dan
Pengaturan Muatan” BP2IP Tangerang.

Japan International Coorperation Agency (JICA) (1982). Seamanship. BPLPD, Barombong,


Ujung Pandang.

Knott, 1994, Lashing and Securing of Deck Cargos.

M.L. Palumian, 1976. Inti Sari Muat/Bongkar Di Kapal Niaga. Jakarta.

75

Anda mungkin juga menyukai