Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KDM (HIPERTENSI)

DI SUSUN

O
L
E
H

NAMA : FITRIANI
KELAS : A2
NIM : 069 STYC20
TINGKAT/SEMESTER : I/II

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA


TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI
MATARM PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020-2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik. shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita tercinta yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpah nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan LP (Laporan Pendahuluan).
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya, untuk itu penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembembing untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya dapat
menjadi laporan yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
laporan ini penulis mohon maaf yang sebsar-besarnya.
Demikian, Terima kasih.

Mataram, 15 Juli 2021


BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka morbiditas dan angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri
(Ruhyanudin, 2007 ).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO
(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis
kelamin (Marliani, 2007).

Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah


Klasifikasi Tekanan Tekanan Sistolik/Diastolik
Darah (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100
Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka
yang pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami
dinding pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah
keluar dari jantung. Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang
menunjukkan besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika
darah mengalir masuk kembali ke dalam jantung. Tekanan sistolik diukur
ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolic diukur ketika
jantung mengendur (relaksasi).

B. ETIOLOGI

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi


essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain.
Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang
kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan
lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum
alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain
yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan
(obesitas), pola makan, merokok (M.Adib,2009).

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008)

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi
yaitu: Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja
keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah
memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari,
telinga berdenging (tinnitus), mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah
diamati antara lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala,
sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga
berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata
berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).

E. PENATALAKSANAAN

1. Terapi tanpa obat


a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium
atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan
kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau
kadar kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi
aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.
g. Teknik-teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.
2. Terapi dengan obat
a. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot
pembuluh darah.

b. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor


Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II
(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh:
Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril
5
&10 mg (tenase).

c. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin
5
& 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90
mg
(herbesser, farmabes).

d. Antagonis Reseptor Angiotensin II


Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa
jantung. Contoh : valsartan (diovan).

e. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh:
Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib, 2009; Muttaqin, 2009).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah Dapat
menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau
disebabkan oleh hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
4. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus
hipertensi) Dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
5. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretic.
6. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
7. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/adanya pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
8. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
9. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko
terjadinya hipertensi.
G. PATHWAYS

Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
garam berlebih raga tahun ginjal

Penimbunan Nikotin dan karbon Pelepasan Peningkatan


Tidak mampu
kolesterol monoksida masuk adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol Meningkatnya Penebalan
membuang
aliran darah kortisol tahanan perifer dinding aorta & sejumlah garam
arteri pembuluh darah
dan air di dalam
Peningkatan Meningkatnya besar
Penyempitan tubuh
Merusak lapisan Vasokonstriksi volume darah sel darah merah
pembuluh darah endotel pembuluh pembuluh Elastisitas
dan sirkulasi Efek konstriksi
darah darah pembuluh
arteri perifer Volume darah
Meningkatnya darah menurun
dalam tubuh
viskositas
Aterosklerosis Tahanan meningkat
perifer
meningkat

Jantung bekerja keras


untuk memompa

HIPERTENSI

Otak Ginjal Indera Kenaikan beban


kerja jantung

Vasokonstriksi Retina Hidung


Suplai O2 ke Retensi Telinga
otak menurun pembuluh darah Hipertrofi otot
pembuluh darah ginjal jantung
otak meningkat Spasme Perdarahan Suara
Sinkope arteriole berdenging
Blood flow Penurunan
Tekanan menurun fungsi otot
pembuluh darah Diplopia
Resiko tinggi Gangguan jantung
meningkat
cidera keseimbangan
Respon RAA
Nyeri Resiko tinggi Resiko
Resiko terjadi kepala cidera penurunan curah
Vasokonstriksi jatung
gangguan
perfusi jaringan
serebral Nyeri akut Rangsang
aldosteron

Retensi
natrium

Oedem

Gangguan
keseimbangan
volume cairan

Sumber :
Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003;
Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.
KONSEP
KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit serebrovaskuler.
Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau
marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)

2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang berkaitan


dengan pekerjaan)
Tanda: 1) Gelisah

2) Otot muka tegang (khususnya sektor mata), gerakan fisik cepat,


pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
2) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
3) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing

1) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan


menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
2) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
3) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
4) Episode epistaksis g.
Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: 1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis
pada arteri ekstremitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
h. Pernafasan
Gejala: 1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja
2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
3) batuk dengan atau tanpa sputum
4) riwayat merokok
Tanda: 1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan
2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)
3) Sianosis
i. Keamanan
Gejala: 1) gangguan koordinasi atau cara berjalan
2) episode parestesia unilateral transion
3) hipotensi postural j.
Pembelajaran/penyuluhan

Gejala: 1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit


jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal.
2) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat atau alkohol
(Doenges, 2000; Ruhyanudin, 2007).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul sebagai berikut:

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh


darah.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan


antara suplai dan kebutuhan oksigen.

3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya


informasi.
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA
NO INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
1. Resiko tinggi penurunan NOC: a. Observasi tekanan darah. a. Perbandingan dari tekanan
curah jantung berhubungan Cardiac pump effectiveness memberikan gambaran yang
dengan vasokontriksi Circulation status lebih lengkap tentang
pembuluh darah Vital sign status keterlibatan/bidang masalah
Kriteria hasil: vaskuler.
- Tanda-tanda vital dalam
rentang normal b. Catat keberadaan, kualitas b. Denyutan karotis, jugularis,
- Dapat menoleransi aktivitas, denyutan sentral dan perifer. radialis dan femoralis
tidak ada kelelahan mungkin teramati/palpasi.
- Tidak ada edema paru, Denyut pada tungkai mungkin
perifer dan asites menurun, mencerminkan efek
- Tidak ada penurunan dari vasokontriksi.
kesadaran
c. Auskultasi tonus jantung dan c. S4 umum terdengar pada
bunyi napas. pasien hipertensi berat karena
adanya hipertropi atrium,
perkembangan S3
menunjukan hipertropi
ventrikel dan kerusakan
fungsi, adanya krakels, mengi
dapat mengindikasikan
kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya atau gagal
d. Amati warna kulit, jantung kronik.
kelembaban, suhu, dan masa
pengisian kapiler.
d. Adanya pucat, dingin, kulit
lembab dan masa pengisian
kapiler lambat mencerminkan
e. Berikan lingkungan yang dekompensasi/penurunan
nyaman, tenang, kurangi curah jantung.
aktivitas/keributan ligkungan,
batasi jumlah pengunjung dan e. Membantu untuk menurunkan
lamanya tinggal. rangsangan simpatis,
meningkatkan relaksasi.
f. Anjurkan teknik relaksasi,
panduan imajinasi dan
distraksi.

f. Dapat menurunkan
rangsangan yang
g. Kolaborasi dengan dokter menimbulkan stress, membuat
dalam pemberian therapi anti efek tenang, sehingga akan
hipertensi, diuretik. menurunkan tekanan darah.

g. Menurunkan tekanan darah.

2. NOC: a. Kaji toleransi a. Parameter menunjukan respon


Intoleransi aktivitas
Energy conservation pasien terhadap aktivitas fisiologis pasien terhadap
berhubungan dengan
Activity tolerance dengan menggunakan stress, aktivitas dan indikator
kelemahan umum, ketidak
Self care: ADLs parameter: catat frekuensi derajat pengaruh kelebihan
seimbangan antara suplai dan
Kriteria hasil: nadi, catat peningkatan TD, kerja/jantung.
kebutuhan oksigen.
- Berpartisipasi dalam dipsnea, atau nyeri dada,
aktivitas fisik tanpa disertai kelelahan berat dan
peningkatan tekanan darah, kelemahan, berkeringat,
nadi dan RR pusing atau pingsan.
- Mampu melakukan ADLs
secara mandiri b. Kaji kesiapan b. Stabilitas fisiologis pada
- Tanda-tanda vital dalam untuk meningkatkan aktivitas istirahat penting untuk
batas normal contoh: penurunan memajukan tingkat aktivitas
- Mampu berpindah dengan kelemahan/kelelahan, TD individual.
atau tanpa bantua stabil, frekwensi nadi,
- Status respirasi: pertukaran
peningkatan perhatian pada
gas dan ventilasi adekuat
aktivitas dan perawatan diri.

c. Dorong c. Kemajuan aktivitas bertahap


memajukan aktivitas/toleransi mencegah peningkatan tiba-
perawatan diri. tiba pada kerja jantung.

d. Dorong pasien d. Seperti jadwal meningkatkan


toleransi terhadap kemajuan
untuk partisipasi dalam
aktivitas dan mencegah
memilih periode aktivitas.
kelemahan.
3. NOC: a. Pertahan a. Meminimalkan stimulasi
Nyeri akut berhubungan
Pain level kan tirah baring selama fase meningkatkan relaksasi.
dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral. Pain control akut.
Comfort level b. Tindakan yang menurunkan
Kriteria hasil: b. Beri tekanan vaskuler serebral
- Mampu mengontrol nyeri tindakan non farmakologi dengan
(tahu penyebab nyeri, untuk menghilangkan sakit menghambat/memblok respon
mampu menggunakan kepala, misalnya: kompres simpatik, efektif dalam
tehnik non farmakologi) dingin pada dahi, pijat menghilangkan sakit kepala
- Melaporkan bahwa nyeri punggung dan leher. dan komplikasinya.
berkurang dengan
menggunakan manajemen c. Aktivitas yang meningkatkan
nyeri) vasokontriksi menyebabkan
Mampu mengenali nyeri sakit kepala pada adanya
(skala, intensitas, frekuensi c. Hilangka peningkatkan tekanan vakuler
dan tanda nyeri) n/minimalkan aktivitas serebral.
Menyatakan rasa nyaman vasokontriksi yang dapat
setelah nyeri berkurang meningkatkan sakit kepala :
mengejan saat BAB, batuk d. Meminimalkan penggunaan
panjang, dan membungkuk. oksigen dan aktivitas yang
berlebihan yang memperberat
d. Bantu kondisi klien.
pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan. e. Menurunkan kerja miocard
sehubungan dengan kerja
pencernaan.

e. Beri
cairan, makanan lunak. f. Analgetik menurunkan nyeri
Biarkan klien itirahat selama 1 dan menurunkan rangsangan
jam setelah makan. saraf simpatis.

f. Kolabora
si dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik, anti
ansietas, diazepam dll.

4. NOC: a. Bantu klien dalam a. Faktor-faktor resiko ini telah


Kurang pengetahuan
mengenai kondisi Knowledge: disease process mengidentifikasi faktor-faktor menunjukan hubungan dalam
penyakitnya berhubunganKnowledge: health behavior resiko kardivaskuler yang menunjang hipertensi dan
Kriteria hasil: dapat diubah, misalnya: penyakit kardiovaskuler serta
dengan kurangnya inform
- Menyatakan pemahaman obesitas, diet tinggi lemak ginjal.
tentang penyakit, kondisi, jenuh, dan kolesterol, pola
prognosis dan program hidup monoton, merokok, dan
pengobatan minum alcohol (lebih dari 60
- Mampu menjelaskan cc/hari dengan teratur) pola
kembali apa yang telah hidup penuh stress.
dijelaskan
b. Kaji tingkat pemahaman klien
tentang pengertian, penyebab, b. Mengidentifikasi tingkat
tanda dan gejala, pencegahan, pegetahuan tentang proses
pengobatan, dan akibat lanjut. penyakit hipertensi dan
mempermudah dalam
menentukan intervensi.
c. Jelaskan pada klien tentang
proses penyakit hipertensi c. Meningkatkan pemahaman
(pengertian, penyebab, tanda dan pengetahuan klien tentang
dan gejala, pencegahan, proses penyakit hipertensi
pengobatan, dan akibat lanjut)
melalui penkes.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Gleadle, J. (2005). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi
Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai