(PPK)
TATA LAKSANA KASUS
2. Anamnesis
Nyeri dada
Substernal saat aktifitas
Dapat menjalar ke lengan kiri, punggung, rahang, dan ulu hati
Terdapat salah satu atau lebih faktor risiko: kencing manis,
kolesterol, darah tinggi, dan keturunan.
3. Pemeriksaan Umumnya dalam batas normal, kecuali ada komplikasi dan atau
Fisik komorbiditi.
8. Terapi Medikamentosa
Aspilet1x80-160mg
Simvastatin1x20-40 mg atau Atorvastatin 1x 20-40 mg
Betabloker: Bisoprolol 1x5-10 mg/ Carvedilol 2x25 mg/
Atau Metoprolol 2x50mg, Ivabradine 2x5mg jika pasien
intoleran dengan beta bloker
Isosorbid dinitrat 3x 5-20mg atau Isosorbid mononitrat 2x
20mg
KIE MRS
11. Indikator Medis 80% pasien dengan angina pectoris stabil dilakukan
pemeriksaan Stress Test atau angiografi koroner
3. Pemeriksaan Secara umum dalam batas normal kecuali disertai komplikasi dan
Fisik atau komorbiditi
4. Kriteria Memenuhi kriteria anamnesis
Diagnosis EKG :
Elevasi segmen ST> 1 mm di minimal dua lead yang
berdekatan,
Terdapat evolusi pada EKG 1 jam kemudian
7. Pemeriksaan EKG
Penunjang Laboratorium: Hb, Hct, Leko, Trombo, Natrium, Kalium, Ureum,
Kreatinin, Gula darah sewaktu, SGOT, SGPT, CK-MB, hsTroponin
Rontgen Thoraks AP
Ekokardiografi
8. Terapi Fase Akut di UGD
Bed rest total
Oksigen 2-4 liter/menit
Pemasangan IVFD
Obat-obatan :
Aspilet 160mg kunyah
Clopidogrel (untuk usia<75 tahun dan tidak rutin mengkonsumsi
clopidogrel) berikan 300 mg jika pasien mendapatkan terapi
fibrinolitik atau
Clopidogrel 600mg atau Ticagrelor1 80mg jika pasien mendapatkan
primary PCI
Atorvastatin 40mg
Nitrat sublingual 5mg, dapat diulang sampai 3 (tiga) kali
Monitoring jantung
Jika onset < 12jam:
Fibrinolitik atau Primary PCI (di Cathlab) bila fasilitas dan SDM di
cathlab siap melakukan dalam 2 jam
Konsul dr. Sp.JP
9. Edukasi Edukasi gizi dan pola makan
Edukasi faktor risiko
Edukasi gaya hidup sehat
Edukasi obat-obatan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Indikator 80% Pasien dengan elevasi segmen ST kurang dari 12
Medis jam dilakukan reperfusi primer (PCI/ Fibrinolitik)
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI
3. Pemeriksaan Demam
Fisik Sinus takikardi
Auskultasi :
Pericardial friction rub, paling baik terdengar di apeks jantung
atau left sterna border; terdengar jelas saat pasien duduk
membungkuk atau menarik napas.
Bila ada efusi perikard luas, suara jantung terdengar menjauh.
Beck’s triad-pada tamponade kordis:
Suara jantung menjauh
Hipotensi
Peningkatan tekanan vena sentral disertai distensi vena
jugular.
Pulsus paradoksus (penurunan TD sistolik >10 mmHg saat
inspirasi)
4. Kriteria Anammesis
Diagnosis Pemeriksaan Fisik
Elektrokardiogram
Perubahan segmen ST dan gelombang T di hampir seluruh lead.
Bila efusi cukup banyak bisa ditemukan EKG low voltage
RontgenThoraks
Pada perikarditis akut, umumnya normal.
Bila terjadi efusi perikard 200 mL akan terjadi pembesaran
bayangan jantung (water-bottle shape).
Pada perikarditis kronik bisa ditemukan kalsifikasi.
7. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Penunjang Laboratorium: darah perifer lengkap, enzim jantung (CK-CKMB
dan TroponinI)
Foto Roentgen Thoraks
Ekokardiografi
Perikardio sentesis diagnostik
8. Terapi Perikarditis akut
Pasien harus dirawat inap untuk pelacakan kausa, observasi
terjadinya tamponade kordis, dan mulai terapi anti-inflamasi
maupun simptomatik.
Penyebab perikarditis akut terbanyak adalah virus, terapi
ditujukan untuk symptom saja, menggunakan NSAID, kolkisin,
kortikosteroid.
NSAID merupakan terapi utama (perlu pelindung gastro
intestinal): Ibu profen (300-800 mg tiap 6-8 jam).
Kolkisin bisa ditambahkan atau bisa juga digunakan sebagai
terapi utama (0.5mg 2x sehari).
penggunaan kortikosteroid (Prednisone) baik secara sistemik
maupun intraperikardial diperbolehkan.
Apabila penyebab dicurigai bacterial (perikarditis purulenta),
diperlukan drainase secara bedah disertai terapi antibiotik:
Inisial spectrum luas seperti penisilin resisten penisilinase IV
Vankomisin apabila dicurigai MRSA
Golongan sefalosporin generasi ketiga (ceftriaxone, cefotaxime)
Bila kondisi pasien imunokompromais, tambahkan gol.
Aminoglikosida
Terapi antibiotic spesifik diberikan apabila sudah terdapat hasil
kultur. Terapi diberikan paling tidak 3-4 minggu secara
intravena.
Perikarditis pada penyakit autoimun diobati dengan NSAID
oral, bila terjadi efusi yang mengganggu fungsi jantung perlu
perikardiosentesis/ punksi perikard. Tindakan ini dilakukan
pada efusi perikard yang secara ekokardiografis tebalnya >20
mm (pada fase diastolik), atau apabila diperlukan untuk
diagnosis kausa sehingga mempermudah pemberian terapi yang
tepat.
Perikarditis konstriktif
Terapi definitive adalah perikardi ektomi radikal
9. Edukasi Edukasi jenis penyakit, perjalanan penyakit, dan
ctatalaksananya
Edukasi penyulit-penyulit yang mungkin timbul
Perikarditis
Edukasi obat-obatan yang diperlukan oleh pasien
Edukasi pemeriksaan penunjang yang diperlukan
Edukasi tindakan non-pembedahan apabila diperlukan Edukasi
tindakan pembedahan apabila diperlukan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsional : dubia ad malam
11. Indikator Medis 95% pasien yang teratasi dengan obat-obat mempunyai LOS
<7 hari
95% pasien dilakukan tapping pericardial/perikardiostomi LOS
<10 hari
8. Terapi Umum:
- Tirah baring
- Oksigen 2-4 L/menit
- IV line untuk pemberian cairan
- Pemantauan tekanan darah
9. Edukasi Edukasi pengendalian faktor risiko
Edukasi kewaspadaan komplikasi: gagal jantung, syok, gagal
nafas
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Adsanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Indikator 80% kasus tanpa komplikasi dirawat LOS <5 hari
Medis
2. Anamnesa
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan :
1. Demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi
40°C
2. Batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang
disertai darah
3. Sesak napas
4. Nyeri dada
3. Pemeriksaan Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru.
Fisik - Inspeksi : dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernapas
- Palpasi : fremitus dapat mengeras pada bagian yang sakit
- Perkusi : redup di bagian yang sakit
- Auskultasi : terdengar suara napas bronkovesikuler sampai
bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang
kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
4. Kriteria
Diagnosis Klinis
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Untuk diagnosis defenitif dilakukan pemeriksaan
penunjang.
Diagnosis pasti pneumonia komuniti ditegakkan jika pada foto
toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah
dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini:
1. Batuk-batuk bertambah
2. Perubahan karakteristik dahak / purulen
3. Suhu tubuh > 38°C (aksila) / riwayat demam
4. Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi,
suara napas bronkial dan ronki
5. Leukosit > 10.000 atau < 4500
6. Pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang
Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan foto toraks
Pencegahan
Vaksinasi influenza dan pneumokokal, terutama bagi golongan
risiko tinggi (orang usia lanjut atau penderita penyakit kronis).
9. Prognosis
Prognosis tergantung pada beratnya penyakit dan ketepatan
penanganan.
PNEUMOTHORAX
(ICD 10 : J93.9 Pneumothorax, unspesfied)
1. Pengertian
Pneumotoraks adalah kondisi dimana terdapat udara bebas
(Definisi)
dalam rongga pleura. Insiden pneumotoraks sulit diketahui
karena episodenya banyak yang tidak diketahui. Umumnya pria
lebih banyak dari wanita.
Terdapat 2 jenis pneumotoraks, yaitu:
1. Pneumotoraks spontan primer adalah pneumotoraks yang
terjadi tanpa riwayat penyakit paru sebelumnya ataupun
trauma, dan dapat terjadi pada individu yang sehat.
Terutama lebih sering pada laki, tinggi dan kurus, dan
perokok.
2. Pneumotoraks spontan sekunder adalah pneumotoraks yang
terjadi pada penderita yang memiliki riwayat penyakit paru
sebelumnya seperti PPOK, TB paru dan lain-lain.
2. Anamnesa
Keluhan
1. Pneumotoraks dapat menimbulkan keluhan atau tidak.
Keluhan yang dapat timbul adalah sesak napas, yang dapat
disertai nyeri dada pada sisi yang sakit. Nyeri dada tajam,
timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika menarik
napas dalam atau terbatuk. Keluhan timbul mendadak ketika
tidak sedang aktivitas.
2. Faktor risiko, di antaranya:
a. Infeksi, misalnya: tuberkulosis, pneumonia
b. Trauma
c. Merokok
3. Pemeriksaan 1. Hiperkapnia
Fisik 2. Hipotensi
3. Takikardi
4. Perubahan status mental
5. Pemeriksaan fisik paru :
a. Inspeksi paru, tampak sisi yang sakit lebih menonjol
dan tertinggal pada pernapasan
b. Palpasi paru, suara fremitus menurun di sisi yang sakit
c. Perkusi paru, ditemukan suara hipersonor dan
pergeseran mediastinum ke arah yang sehat
d. Auskultasi paru, didapatkan suara napas yang melemah
dan jauh
4. Kriteria
Diagnosis Klinis
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan untuk diagnosis definitif dengan pemeriksaan
penunjang.
HERPES ZOSTER
(ICD 10 B02.9 Zoster without complication)
1. Pengertian
Herpes Zoster adalah infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan
(Definisi)
oleh virus Varisela- zoster. Infeksi ini merupakan reaktivasi
virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes Zoster jarang
terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, kecuali pada pasien
muda dengan AIDS, limfoma, keganasan, penyakit
imunodefisiensi dan pada pasien yang menerima transplantasi
sumsum tulang atau ginjal. Penyakit ini terjadi kurang dari 10%
pada pasien yang berusia kurang dari 20 tahun dan hanya 5%
terjadi pada pasien yang berusia kurang dari 15 tahun.Insiden
herpes zoster meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Prevalensi penyakit ini pada pria dan wanita sama.
2. Anamnesa
Keluhan
Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi. Keluhan dapat
disertai dengan gejala prodromal sistemik berupa demam,
pusing, dan malaise. Setelah itu timbul gejala kulit kemerahan
yang dalam waktu singkat menjadi vesikel berkelompok dengan
dasar eritem dan edema.
Faktor Risiko
1. Umumnya terjadi pada orang dewasa, terutama orang tua.
2. Imunodefisiensi
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Fisik
Sekelompok vesikel dengan dasar eritem yang terletak unilateral
sepanjang distribusi saraf spinal atau kranial. Lesi bilateral
jarang ditemui, namun seringkali, erupsi juga terjadi pada
dermatom di dekatnya.
4. Kriteria
Diagnosis Klinis
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Catatan untuk diperhatikan:
1. Herpes zoster hemoragik, yaitu jika vesikel mengandung
darah.
2. Herpes zoster generalisata, yaitu kelainan kulit
unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit
generalisata berupa vesikel soliter yang
berumbilikasi. Keduanya merupakan tanda bahwa
pasien mengalami imunokompromais.
3. Herpes zoster oftalmikus, yaitu infeksi cabang
pertama nervus trigeminus sehingga menimbulkan
kelainan pada mata, di samping itu juga cabang
kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada
daerah persarafannya.
4. Herpes zoster abortif, yaitu penyakit yang hanya
berlangsung dalam waktu singkat dan kelainan kulit
hanya berupa beberapa vesikel dan eritem.
2. Anamnesa
Keluhan
Pasien datang ke dokter karena rasa nyeri dan panas seperti
terbakar pada perut bagian atas. Keluhan mereda atau memburuk
bila diikuti dengan makan, mual, muntah dan kembung.
Faktor Risiko
1. Pola makan yang tidak baik: waktu makan terlambat,
jenis makanan pedas, porsi makan yang besar
2. Sering minum kopi dan teh
3. Infeksi bakteri atau parasit
4. Pengunaan obat analgetik dan steroid
5. Usia lanjut
6. Alkoholisme
7. Stress
8. Penyakit lainnya, seperti: penyakit refluks empedu,
penyakit autoimun, HIV/AIDS, Chron disease
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
Fisik
1. Nyeri tekan epigastrium dan bising usus meningkat.
2. Bila terjadi proses inflamasi berat, dapat ditemukan
pendarahan saluran cerna berupa hematemesis dan
melena.
3. Biasanya pada pasien dengan gastritis kronis, konjungtiva
tampak anemis.
4. Kriteria Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
Diagnosa fisik. Untuk diagnosis definitif dilakukan pemeriksaan penunjang.
5 Diagnosa 1. Kolesistitis
Banding 2. Kolelitiasis
3. Chron disease
4. Kanker lambung
5. Gastroenteritis
6. Limfoma
7. Ulkus peptikum
8. Sarkoidosis
9. GERD
8. Terapi Terapi diberikan per oral dengan obat, antara lain: H2 Bloker
2x/hari (Ranitidin150 mg/kali, Famotidin 20 mg/kali, Simetidin
400-800 mg/kali), PPI 2x/hari (Omeprazol 20 mg/kali,
Lansoprazol 30 mg/kali), serta Antasida dosis 3 x 500- 1000
mg/hari.
KOLESISTITIS
(ICD 10 : K81.9 Cholecystitis, unspecified)
1. Pengertian
Kolesistitis adalah reaksi inflamasi akut atau kronis dinding
(Definisi)
kandung empedu. Faktor yang mempengaruhi timbulnya
serangan kolesistitis adalah stasis cairan empedu, infeksi
kuman dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab
utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%)
yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan stasis
cairan empedu.
2. Anamnesa Keluhan
Kolesistitis Akut
1. Demam
2. Kolik perut di sebelah kanan atas atau epigastrium dan
teralihkan ke bawah angulus scapula dexter, bahu kanan
atau yang ke sisi kiri, kadang meniru nyeri angina pektoris,
berlangsung 30-60 menit tanpa peredaan, berbeda dengan
spasme yang cuma berlangsung singkat pada kolik bilier.
3. Serangan muncul setelah konsumsi makanan besar atau
makanan berlemak di malam hari.
4. Flatulens dan mual
Kolesistitis kronik
1. Gangguan pencernaan menahun
2. Serangan berulang namun tidak mencolok.
3. Mual, muntah dan tidak tahan makanan berlemak
4. Nyeri perut yang tidak jelas disertai dengan sendawa.
Faktor Risiko
1. Wanita
2. Usia >40 tahun
3. Sering mengkonsumsi makanan berlemak
4. Adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya.
Pemberian antibiotik :
a. Golongan penisilin: Ampisilin injeksi 500mg/6jam
dan Amoksilin 500mg/8jam IV, atau
b. Sefalosporin: Seftriakson 1 gram/ 12 jam,
Sefotaksim 1 gram/8jam, atau
c. Metronidazol 500mg/8jam
8. Edukasi Keluarga diminta untuk mendukung pasien untuk menjalani
diet rendah lemak dan menurunkan berat badan.
9. Prognosis
Prognosis umumnya dubia ad bonam, tergantung komplikasi
dan beratnya penyakit.