Anda di halaman 1dari 10

Budidaya Perairan

Beranda ▼

SENIN, 22 JULI 2013

Budidaya Ikan Koki

Mas koki (Carassius auratus) merupakan ikan hias air tawar yang hingga saat ini tetap
memiliki banyak penggemar. Spesies ini memiliki daya tarik tersendiri karena mempunyai
keunikan pada bentuk tubuh dan warnanya. Ikan mas koki merupakan ikan hias yang masuk
kelompok famili Cyprinidae (Bachtiar, 2004). Selain dipelihara sebagai hobi, ikan
mas koki juga dapat dimanfaatkan sebagai lahan bisnis yang menjanjikan. Bentuk badannya
yang gendut lucu, berjambul, dengan mata lebar serta sisik berwarna cerah, membuat ikan
ini banyak dikoleksi pengemar ikan hias. Ikan mas koki banyak dibudidayakan karena proses
budidayanya tidak rumit (Lintasberita, 2008). Daya tarik tersendiri yang dimiliki oleh ikan
mas koki memberikan sebuah jalan bagi para petani ikan hias untuk meningkatkan produk
mengingat permintaan pasar yang tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri.

Klasifikasi Ikan Mas Koki

Ikan mas koki berasal dari keturunan ikan karper hitam atau ikan mas. Sistematika ikan mas koki
berdasarkan ilmu taksonomi menurut Hensley dan countenay (1980) dalam Bahtiar (2002) adalah:

Kingdom            :  Animalia
Filum                 :  Chordata
Kelas                  :  Actinopterygii
Ordo                  :  Cypriniformes
Famili                 :  Cyrinidae  
Genus                :  Carrassius 
Spesies               :  Carassius auratus
Morfologi Ikan Mas Koki

   Ikan mas koki memiliki ciri-ciri bentuk tubuh pendek dan bulat, mata lebar dan
besar, bersirip, disisi tubuhnya terdapat gurat sisi dan mempunyai lembaran

insang.  Ikan mas koki memiliki variasi bentuk mata yaitu bentuk bulat,
lonjong, kerucut terpotong, bulat beruas, selestial dan mata balon, sedangkan
bentuk sirip ekor dibedakan menjadi karpium atau tunggal, melebar atau

rangkap dua, rangkap tiga dan jenis sirip yang berbentuk kupu-kupu.  

Jenis - Jenis Ikan Koki

Butterfly tail/Jikin Goldfish Bubble Eye/Suihogan


Ranchu Goldfish

Telescope Eye/Demekin Goldfish

Oranda Goldfish

Ryukin Golfish

Celestial Eye Lionchu


Habi

tat

dan

Pola
PomPom/Hanafusa Goldfish
Kaskus Hidu

Habitat ikan mas koki adalah air yang tergenang, aliran airnya lambat, dangkal bersih dan biasanya berada di daerah sungai atau danau. Ikan mas koki

dapat bertahan hidup pada air ber pH 6-7 dengan suhu 27-30C, kandungan oksigen terlarut lebih dari 5 ppm. Lingkungan hidup ikan mas koki adalah aquarium, bak

semen, kolam, bak fiber dan lain-lain, tergantung media yang dipilih untuk membudidayakan ikan mas koki. Media apapun yang di pergunakan yang paling penting

adalah kualitas air yang selalu terjaga kebersihan dan kondisinya. Kualitas air yang baik akan menunjang kelangsungan hidup dan keindahan ikan.

Media pemeliharaan tidak boleh mengandung zat-zat yang berbahaya seperti amoniak yang di hasilkan oleh sisa makanan dan kotoran ikan. Dalam jumlah

tertentu amoniak tidak berbahaya, tetapi dalam jumlah banyak akan mengakibatkan kematian pada ikan Mas koki. Untuk menghilangkan amoniak perlu dilakukan

proses filterisasi pada air kolam atau aquarium atau menggantikan air dalam aquarium atau kolam secara periodik.        

KEGIATAN BUDIDAYA

Kegiatan Pembenihan Meliputi :

Pemeliharaan induk-Pemijahaan-Penetasan Telur-Pemeliharaan Larva, dan Pemanenan Larva

  Pemeliharaan Induk

  Wadah Pemeliharaan Induk 

Wadah pemeliharaan induk ikan mas koki  dilakukan secara terpisah antara kolam jantan dan
betina. Kolam yang digunakan berupa kolam semen yang berukuran 5x3 m
dengan  ketinggian air 0,5 m. Kolam pemeliharaan induk tersebut berfungsi sebagai
tempat pemeliharaan induk-induk yang akan dan telah dipijahkan. Pada masing-masing
kolam terdapat inlet dan   outlet kolam sebagai tempat saluran air masuk dan keluar
kolam.
Kolam Induk Jantan Kolam Induk Betina

 Pemberian Pakan
          Pemberian pakan induk mas koki  berupa pakan buatan (pelet terapung). Menurut
Budhiman dan Lingga (2007), pemberian pakan induk ikan mas koki dalam kolam
pemeliharaan yang baik adalah cacing darah. Hal ini karena pakan cacing darah tidak
mengandung banyak lemak dan dapat mempercepat pematangan gonad induk mas koki.
Pemberian pakan induk mas koki diberikan sehari dua kali, yaitu pada pagi hari pukul 07.00-
08.00 WIB dan sore hari pukul 15.30-16.30 WIB. Pemberian pakan induk mas koki dilakukan
secara adlibitum (sekenyang-kenyangnya).

Pakan Induk

Pengelolaan Kualitas Air

Pada kolam pemeliharaan induk, digunakan air yang bersumber dari irigasi non
teknis dengan sistem pengelolaan secara mengalir (flow trhough). air dari kolam tandon
dialirkan menuju kolam induk melalui pipa paralon dan masuk ke kolam melalui inlet.
Kemudian air kolam mengalir keluar melalui outlet kolam yang juga berupa pipa paralon.
Demikian seterusnya pengelolaan air pada kolam pemeliharaan induk jantan dan
betina. Selain itu, pengurasan dan pembersihan kolam juga tetap perlu dilakukan apabila
kondisi air kolam mulai terlihat kotor dan terdapat banyak partikel tersuspensi yang
menyebabkan air kolam tidak jernih. Hal ini dilakukan untuk mejaga kualitas dan
kelangsungan hidup induk mas koki dalam kolam tersebut.
Parameter kualitas air pada kolam pemeliharaan induk penting untuk diketahui untuk
menjaga terjadinya kondisi kualitas air yang buruk. Pada kolam pemeliharaan induk
dilakukan pengontrolan terhadap parameter kualitas air yaitu suhu, pH, dan NO2 air.

      Parameter kualitas air kolam pemeliharaan induk ikan mas koki


No. Parameter Kisaran

1 Suhu (ºC) 20 – 22

2 pH 7,0 – 7,5

3 NO2 (ppm) 0,2 - 1

 
 
 Pemijahan 

1.        Persiapan Wadah

Wadah pemijahan digunakan sebagai tempat pertemuan antara induk jantan dan induk
betina yang telah  matang gonad.   Wadah yang digunakan pada pemijahaan berupa
akuarium  berukuran 80x40x40 cm (1-2  pasang), bak fiber ukuran 3,5x1,5 m (10-15
pasang), dan wadah yang dilapisi waring atau happa dengan ukuran 1x2 m.

Wadah pemijahan sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu kemudian diisi air hingga
ketinggian 30 cm. Pada akuarium dan bak fiber diberi aerasi agar suplai oksigen tetap
tercukupi, namun pada bak penjualan yang dilapisi waring tidak menggunakan aerasi. Aerasi
dapat diganti dengan cara membuat air tetap mengalir ke bak tersebut.

Aquarium, Bak Fiber, dan Bak Semen diselimuti Waring.

Setelah akuarium selesai dibersihkan dan diisi air kemudian diletakkan substrat pemijahan berupa eceng gondok.
Eceng gondok yang akan digunakan diambil dari kolam pemeliharaan eceng gondok lalu dibersihkan dan dibilas
hingga bersih. Eceng gondok tersebut kemudian ditempatkan dalam wadah pemijahan yang telah disiapkan untuk
pemijahan.

 Seleksi Induk

      Pemijahan ikan mas koki yang dilakukan adalah pemijahan alami yang dilakukan secara

berpasangan. Perbandingan induk jantan dan betina adalah 2 : 1. induk yang akan

diseleksi pada kolam pemeliharaan induk dipuasakan terlebih dahulu. Seleksi induk

dilakukan untuk memilih induk jantan dan betina yang telah matang gonad.

Ciri-ciri induk jantan mas koki yang telah matang gonad adalah pada bagian operkulum bila
diraba akan terasa kasar, kemudian bagian perutnya bila diurut secara pelan ke arah lubang
genital maka akan keluar cairan berwarna putih. Sedangkan pada induk betina bagian
perutnya akan besar serta lembek dan jika diurut ke arah lubang genital, maka akan keluar
cairan berwarna kuning dan lubang genital akan berwarna kemerahan (Tarwiyah, 2001). 

Penempatan induk pada aquarium pemijahan

Setelah induk hasil seleksi dipilih, selanjutnya induk diukur panjang dan berat tubuhnya. Berikut

ini adalah data induk yang dipijahkan pada pemijahan ke-2. Induk jantan yang dipijahkan

berjumlah 4 ekor dan induk betina berjumlah 2 ekor. Setelah pengambilan data selesai
kemudian induk ditempatkan pada akuarium pemijahan. Induk dipuasakan hingga proses

pemijahan selesai dilaksanakan.

Induk Mas Koki Dalam Aquarium

Penetasan Telur

dapat dilihat dan diamati telur hasil pemijahan dari dua pasang induk ikan mas koki dalam akuarium. 

Telur-telur hasil pemijahan tersebut menempel pada substrat eceng gondok. Induk ikan yang telah memijah 

kemudian diambil dan dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk. 

Telur Hasil Pemijahan

Menurut Budhiman dan Lingga (2007), cepat tidaknya penetasan telur bergantung pada suhu air. Semakin tinggi
suhu, maka semakin cepat telur menetas. Penetasan telur akan berhasil bila aerasi dalam media pemijahan
ditingkatkan. Oleh karena itu, suhu air dalam akuarium tersebut tetap dipertahankan agar tidak mengalami
penurunan. Selain itu, aerasi ditambahkan dalam akuarium tersebut agar kadar oksigen terlarut meningkat.
Ketika dilakukan pengukuran kualitas air, maka diketahui bahwa ternyata suhu air dalam akuarium tersebut
adalah 20°C.

Perhitungan berat telur hasil pemijahan dilakukan dengan cara menghitung selisih berat induk betina sebelum
pemijahan dengan berat induk setelah pemijahan. Kemudian digunakan metode gravimetri untuk mengetahui
fekunditas telur, yaitu dengan mengambil telur sampel dan menghintung jumlah telur sampel tersebut. Diambil
sampel telur sebanyak 1 gram dan dihitung jumlah telur tersebut dalam 1 gram.

Telur tersebut dibiarkan menempel pada substrat eceng gondok hingga menetas. Penetasan telur terjadi pada hari keempat setelah pemijahan. Pada substrat eceng
gondok terlihat beberapa telur yang tidak menetas. Kemudian dilakukan perhitungan telur yang tidak menetas untuk mengetahui daya tetas telur (hatching rate).

Kegiatan pendederan I
    Persiapan wadah
Setelah penempatan induk ke aquarium persiapan wadah pemeliharaan harus segera dilakukan karena
pada saat larva ditebar ke kolam pemeliharaannya kolam tersebut telah siap digunakan. Larva ikan mas koki
dipelihara di kolam pemeliharaan berupa kolam semen berukuran 5x3x0,6 m .
Proses persiapan kolam yang dilakukan untuk pemeliharaan larva yaitu pengeringan, pemupukan, dan pengisian air. Pengeringan kolam dilakukan dengan
membuka bagian outlet kolam agar semua air keluar bersama kotoran. Tujuan pengeringan kolam adalah untuk menghilangkan kotoran yang dapat munculnya
penyakit pada kolam. Pengeringan kolam dilakukan selama satu hari.

Setelah dilakukan pengeringan kolam, kemudian dilakukan pemupukan pada kolam tersebut. Pupuk yang
digunakan yaitu pupuk organik (kotoran ayam). Banyaknya pupuk yang ditebar ke dalam kolam sebanyak
3,7 kg. Dosis pupuk yang ditebar dalam kolam adalah 250 – 300 gr / m².
Tujuan dilakukan pemupukan pada kolam adalah untuk menumbuhkan pakan alami dalam kolam tersebut.
Setelah pupuk ditebar kemudian dilakukan pengisian air hingga ketinggian 30 cm. Kolam yang telah diisi air
kemudian dibiarkan beberapa hari hingga pakan alami tumbuh dalam kolam.

Penebaran Larva

Larva yang telah berumur 4 hari kemudian dipindahkan dari aquarium ke kolam pemeliharaan
tersebut. Larva diambil dari akuarium menggunakan scope net dan diletakkan dalam ember berisi air. Larva
kemudian ditebarkan pada 3 kolam yang berukuran sama.
 Padat tebar pada pendederan I yang optimal adalah 250 ekor/m2, jadi padat tebar pada kolam pendederan ini
adalah 3750 ekor. Namun pada kegiatan pendederan ini penulis menebar larva sebanyak 2880 ekor/kolam.
Penghitungan dilakukan larva dengan cara manual. Penebaran larva dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-
08.00 WIB. Proses aklimatisasi larva dilakukan dengan memiringkan perlahan-lahan ember berisi benih di
permukaan air kolam.

Penebaran Larva

Pemberian Pakan
Larva yang dipelihara dalam kolam tersebut memperoleh pakan dari pakan alami (plankton) yang
tumbuh dalam kolam tersebut. Selain pakan alami, larva ikan mas koki juga memperoleh makanan tambahan
berupa pakan buatan yaitu pakan udang berupa bubuk dengan merk dagang feng li FL-0.

Pemberian pakan tambahan tersebut dilakukan sehari 3 kali, yaitu pada pagi hari pukul 07.00
– 08.00, siang hari pukul 11.00-12.00, dan sore hari pukul 15.30–16.30 WIB, pemberian
pakan dilakukan secara adlibitum (sekenyang-kenyangnya). Pakan tersebut diberikan
hingga larva ikan mas koki berumur 1,5 bulan. Selanjutnya pemberian pakan diganti
dengan pakan buatan (pelet terapung) dengan merek dagang matahari sakti pemberian
pakan terus diberikan hingga tahap pembesaran ikan mas koki.

Pakan (Feng li FL-0)


Pertumbuhan larva
Untuk mengetahui pertumbuhan larva maka perlu dilakukan sampling. Sampling dilakukan secara rutin
Setelah dilakukan
setiap 7 hari sekali dengan mengukur panjang dan berat larva ikan mas koki. 
sampling larva, maka diperoleh data pertumbuhan panjang dan berat larva

Timbangan Digital dan Penggaris

Hama dan penyakit


Pada kegiatan pendederan I ini hama yang menyerang larva adalah burung capinis (nama lokal), kepiting, dan ular.
Tidak ada pemberantasan hama secara serius, untuk mencegah hama menyerang larva dilakukan
pengontrolan / monitoring pada kolam dan sekitarnya.
            Pada kegiatan sampling kelima atau larva telah berusia 39 hari ditemukan penyakit yang menyerang larva
pada masa pendederan I ini yaitu Argulus sp (kutu air). Penyakit ini menyerang pada bagian tubuh, insang, dan
sisik larva ikan mas koki. Kutu air melukai kulit dalam rangka mendapatkan darah korbannya sehingga sering
menimbulkan memar merah pada bekas "gigitannya".  Selain dengan tanda ini, kehadiran parasit itu sendiri
dapat mudah dilihat dengan mata telanjang berupa mahluk transparan berbentuk bulat mendatar dengan
diameter 5 - 12 mm.  Sepasang bintik mata dapat dilihat dibagian kepalanya.
Ikan yang terjangkit akan menjadi gelisah, meluncur kesana kemari, atau terkadang melompat keluar
dari permukaan air serta menggosokan badannya pada dasar kolam. Serangan yang parah bisa
menyebabkan ikan manjadi malas, kehilangan nafsu makan, dan warna berubah mejadi opak sebagai akibat
produksi lendir yang berlebihan. 
Senyawa organfosforus diketahui efektif dalam menghilangkan Argulus. Alternatif lain adalah dengan
perendaman jangka pendek dalam luratan standar formalin (37-47 %) sebanyak 0.125 mg/liter air selama satu
jam atau dalam larutan kalium permanganat dengan dosis 10 mg/liter selama 30 menit.

Namun dikarenakan bahan tidak tersedia penulis telah mencoba pengobatan dengan menggunakan
garam dapur. Larva yang terserang oleh parasit ini di ambil dari wadah pemeliharaan lalu kutu air diambil
menggunakan pincet. Luka yang ditinggalkan selanjutnya dibubuhi air yang sudah mengandung garam. dosis
25 ppm. 

Setelah pengobatan selesai, ikan dipindahkan ke aquarium yang telah terisi air. Larva butuh waktu 2-3
hari setelah pengobatan untuk kembali kepada keadaan normal. Apabila larva telah terlihat normal kembali,
larva dipindahkan ke kolam pemeliharaan.
Argulus sp (kutu air)
Manajemen Kualitas Air
  Manajemen kualitas air sangat penting dilakukan untuk mencegah penurunan kualitas air kolam
pemeliharaan larva. Penurunan kualitas air dapat mengakibatkan menculnya hama dan penyakit yang dapat
menyerang larva hingga menyebabkan kematian.

Manajemen kualitas air kolam dilakukan dengan mengontrol parameter kualitas air kolam.
Pengontrolan kualitas air dilakukan setiap 7 hari sekali untuk mencegah penurunan kualitas air pada kolam
larva tersebut.

budidaya ikan di 13.25

Berbagi

1 komentar:

hormon tumbuhan 24 Januari 2016 21.38


PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

menyediakan test kit untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub
081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech
temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro​
Balas
Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Sekar Kusuma (Google) Logout

Publikasikan Pratinjau Beri tahu saya

Beranda ›
Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai